Tumgik
#menunjukkan lingkup penghakiman yang terbatas. Banyak orang
trisfant · 1 month
Text
Kamis, 23 Mei 2024
Apsintus (Wahyu 8:10-11) Wahyu 8:10-11 Lalu malaikat yang ketiga meniup sangkakalanya dan jatuhlah dari langit sebuah bintang besar, menyala-nyala seperti obor, dan ia menimpa sepertiga dari sungai-sungai dan mata-mata air. (11) Nama bintang itu ialah Apsintus. Dan sepertiga dari semua air menjadi apsintus, dan banyak orang mati karena air itu, sebab sudah menjadi pahit. Wahyu 8:10-11…
Tumblr media
View On WordPress
#"Ingatlah akan penderitaan dan pengembaraanku#23 Mei 2024 https://youtu.be/4ronZ7XBdE0 Apsintus (Wahyu 8:10-11) Wahyu 8:10-11 Lalu malaikat yang ketiga meniup sangkakalanya dan jatuhlah#agar terhindar dari penghakiman Allah. Biarlah hidup kita menjadi berkat yang menyegarkan#airnya menjadi pahit seperti apsintus. Ini merupakan kebalikan dari mukjizat di Mara di mana Musa melemparkan sebatang pohon ke dalam air ya#akan apsintus dan empedu!" (Lam. 3:19#amin. Johannis Trisfant GKIm Ka Im Tong#ampunilah kami atas dosa-dosa yang telah mencemari hidup kami. Sucikanlah hati kami dan tolonglah kami untuk hidup dalam kekudusan. Jauhkanl#apsintus digunakan sebagai simbol kepahitan dan dukacita. Ketika bintang besar itu jatuh ke sungai dan mata air#apsintus digunakan sebagai simbol kepahitan dan kesedihan. Amsal memperingatkan tentang wanita asing yang bibirnya mencurahkan madu tetapi p#Bandung#bukan kepahitan yang meracuni orang lain. Doa: Bapa Surgawi#bukan sepertiga orang#dan akibatnya sepertiga air menjadi pahit dan banyak orang mati karena air tersebut. Bintang ini dinamai sesuai dengan efek yang ditimbulkan#dan banyak orang mati karena air itu#dan ia menimpa sepertiga dari sungai-sungai dan mata-mata air. (11) Nama bintang itu ialah Apsintus. Dan sepertiga dari semua air menjadi ap#dan manusia harus bertobat atau menanggung murka-Nya yang akan datang. Sekali lagi#dan memberi mereka air empedu untuk diminum" (Yer. 9:15#Dia akan "memberi mereka makan ... dengan apsintus#dosa menuntun pada kehancuran. Marilah kita menghindari dosa dan hidup dalam pertobatan#ini merupakan simbol penghakiman ilahi. Allah bergerak dalam penghakiman#Kamis#mati karena meminum air tersebut. Tujuannya adalah untuk memperingatkan dan menuntun pada pertobatan. Bintang Apsintus yang mengubah air men#menunjukkan lingkup penghakiman yang terbatas. Banyak orang#menyala-nyala seperti obor#NKJ). Karena Israel telah meninggalkan Allah#NKJ). Penulis kitab Ratapan berdoa#NKJ; bdk. Yer. 23:15). Dalam Perjanjian Lama#penghakiman Allah hanya menimpa sepertiga bagian#sebab sudah menjadi pahit. Wahyu 8:10-11 menggambarkan tiupan trompet ketiga di mana sebuah bintang besar yang menyala seperti obor jatuh da
0 notes
dearjeka · 7 years
Text
Tukang Ngintip
Tumblr media
.
Penyakit andalan saya jaman SMA adalah bintitan. Temen kamar, temen pos, dan temen-temen deket lainnya udah hapal banget sama penyakit saya yang satu ini. Oh ya, buat yang ga tau bintitan, itu penyakit yang sering nyerang cewek cantik, biar keliatan jelek 😝
Selidik punya selidik, penyebabnya adalah: telor. Ternyata saya alergi makan telor. Telor ceplok, telor dadar, telor rebus, dan semua kreasi makanan dari telor. Anehnya, alergi saya ini lokal alias khusus untuk telor yang diolah di TN doang. Setiap kali saya makan nasi goreng telor di luar TN atau pas lagi pesiar ke Jogja trus makan makanan yang pake telor, dan sampe sekarang sejak lulus dari TN, saya ga pernah bintitan lagi hanya gara-gara makan telor. Aneh kan? Ada apa dengan telor di TN? Sensi amat :(
Dan setiap kali bintitan, saya pasti diledekin, “Abis ngintipin siapa loooo?????” Mitosnya sih, bintitan itu “hukuman” buat orang yang abis ngintip orang mandi. Ringan amat kan hukumannya? Mayan lah ya, daripada ke-gap trus babak belur digebukin orang sekampung kan :D
Uniknya, kegiatan intip mengintip ini ternyata sudah jadi tren sejak jaman dahulu kala sodara-sodari. Bedanya, yang diintip bukan orang mandi, tapi ngintipin rumput tetangga yang katanya lebih ijo itu (seperti kata peribahasa). 
Ada benernya juga loh peribahasa soal rumput tetangga itu. Arti sederhananya: manusia akan selalu punya kecenderungan merasakan bahwa milik orang lain lebih baik dari miliknya sendiri. Dan ternyata, sadar ga sadar, kita (termasuk saya) udah sering banget jadi tukang ngintip. Apa yang diintip? Hidup orang.
Nah, kalo ngintip orang mandi (katanya) bisa bikin bintitan, trus ngintip hidup orang bisa berdampak apa dong?
Pastinya (bukan katanya lagi), bisa positif bisa negatif. Kalau hidup orang tersebut bisa membawa dampak yang positif dalam diri kita, seperti membuat kita lebih percaya diri atau lebih semangat untuk berjuang mencapai sesuatu atau mungkin dapat mengubah konsep diri kita menjadi lebih baik, ya itu baik.
Tapi yang lebih sering terjadi malah dampak negatif nih, yang ditandai dengan nyinyiran kayak gini: “Dia jarang ibadah tapi hidupnya diberkati terus ya…” “Dia ga pernah belajar, anaknya nakal banget, tapi kok bisa lolos tes masuk universitas bergengsi sih?”
Kalo udah sering ngomong gitu, lama-lama kita bisa ngalamin syndrome sulit bersyukur. Padahal kata salah satu lagunya NDC Worship di album Faith, Ada mujizat dalam bersyukur… loh (eaaa, sekalian promosi, udah launching tuh, beli yak! wkwk)
Efek dari syndrome sulit bersyukur ini akan membuat kita ga bersukacita karena terlalu sibuk melihat apa yang orang lain punya sampai akhirnya mengabaikan apa yang sudah Tuhan berikan dalam hidup kita. Apapun yang kita capai, kita akan selalu merasa ga pernah puas karena standar kesuksesan/pencapaian kita adalah pencapaian orang lain.
Padahal mungkin aja dengan potensi yang sudah Tuhan anugerahkan dalam hidup kita, pencapaian kita bisa lebih baik dari orang yang kita “intip” itu.
Dampak negatif lainnya adalah jika kita sampe ngebanding-bandingin hidup orang lain dengan hidup kita, apalagi mengaitkannya dengan berkat-berkat jasmani. Kalo udah begitu, suatu hari nanti kita akan sampai pada sebuah fatamorgana: melihat “ketidakadilan” Tuhan, yaitu saat kita melihat ada teman kita yang tidak layak untuk diberkati, atau bahkan kita merasa lebih layak untuk menerima berkat itu.
Keraguan tentang keadilan Tuhan tersebut akan sangat mungkin menggiring kita untuk meninggalkan Tuhan. Alibinya adalah, “Toh orang yang ga percaya Tuhan tetap diberkati kok hidupnya. Jadi buat apa percaya Tuhan?”
Apa iya begitu?
Sebenernya bukan Tuhan yang ga adil, tapi memang kita yang terbatas untuk memahami ruang lingkup keadilan Tuhan.
To be honest, saya pernah jatuh dalam pemahaman yang salah tentang keadilan Tuhan karena terlalu sering mengintip hidup orang lain yang enak banget tapi hidupnya saya anggap tidak lebih baik dari saya (songong abes). Sampai akhirnya, melalui pengalaman hidup yang saya alami, Tuhan mengajarkan saya tentang keadilan-Nya. Sedikit-sedikit memang, tapi saya mulai paham sekarang, dan apa yang saya pahami ingin saya bagikan di sini, setidaknya suatu saat nanti kalo saya lupa  dan mulai menunjukkan gelagat-gelagat “tukang ngintip”, saya bisa baca lagi tulisan ini sebagai self reminder.
1. God’s Favor Proses saya bisa dimulai dengan masalah dulu, lalu berkat, lalu berkat lagi, kemudian masalah lagi, berkat, berkat, dst. Ada juga yang dimulai dengan berkat, berkat, berkat, berkat, berkat, baru masalah, berkat lagi, masalah, berkat, berkat, dst.
Mungkin kita udah sering denger ya, tentang Tuhan yang menggunakan masalah untuk memproses hidup kita, karena masalah bukan semata-mata sebuah hukuman. Sama halnya dengan berkat, yang lebih sering kita anggap sebagai reward atas perbuatan baik kita. Padahal Tuhan sering juga kok menggunakan berkat sebagai alat untuk memproses hidup kita. Hal seperti itu sering kita dengar/sebut dengan istilah hoki/lucky/beruntung. Atau istilah rohaninya God’s favor. Kedengarannya sama ya? Tapi maknanya berseberangan.
Ya sih, cuma beda istilahnya aja, tapi kadang secara ga sadar kita suka lupa bahwa kita diberkati bukan karena kita lagi hoki atau lucky atau beruntung loh. Kita diberkati karena kebaikan dan kemurahan Tuhan!
Satu yang pernah saya alami adalah waktu saya dinyatakan lulus tes masuk TN. Anak daerah yang hobi nyontek, sering ngerjain PR di sekolah, ga pintar-pintar amat, hanya pernah juara 1 sekali doang, pas kelas 6 SD pula. Ga kebayang lah bisa masuk TN yang tesnya sepanjang kereta api itu (if you know what I mean hahaha). Terus ketemu sama temen-temen yang otaknya semua encer-encer kayak susu cair (ga kayak saya, susu kental manis. Iya kalo manis). Saat itu saya sempat temporarily lupa dengan keberadaan Tuhan, sehingga menganggap kelulusan itu hanya sebuah keberuntungan. “Yah, gue lagi hoki aja waktu itu…”
Padahal semua karena kebaikan Tuhan. Akhirnya saya sadar bahwa saya cukup banyak mengalami perubahan yang baik selama saya sekolah di TN, mulai dari hal-hal besar seperti konsep hidup, prinsip, kepribadian; sampai hal terkecil: jadi suka makan sayur, bisa lari sambil pake heels, sekom sambil pake heels (katauan dulu saya sering dihukum hahaha), bisa multitasking upacara sambil tidur, multitasking belajar sambil tidur, eh… tidur sambil belajar, nelen sambel sesendok sekaligus, tidur ga pake guling, dll. Ternyata, masuk TN adalah berkat yang Tuhan gunakan untuk memproses saya menjadi pribadi yang lebih baik sesuai kehendak-Nya. Perubahan paling besar adalah ketika Tuhan mengubah kebiasaan menyontek saya jadi kebiasaan belajar sungguh-sungguh, percaya pada diri sendiri, dan selalu mengandalkan Dia dalam setiap ujian.  
Contoh lain, misalnya kita pernah lihat seorang teman yang sering bohong, eh malah dipromosikan jadi General Manager di perusahaan kita bekerja. Jangan keburu nyinyir dulu, bisa jadi jabatan itu adalah jalan Tuhan untuk memproses dia jadi orang yang jujur nantinya.
Jadi, kalau selama ini kita masih still wondering and asking, kok Tuhan tetap memberkati mereka yang hidupnya ga bener sih?, maka God’s Favor inilah jawaban sederhananya. Tuhan pasti punya maksud dibalik semua itu. Setiap orang berbeda karena proses hidup kita pun beda-beda. Ga akan pernah selesai kalo kita terus membandingkan kebaikan Tuhan dalam hidup kita dengan kebaikan Tuhan dalam hidup orang lain. 
2. Kita Sama di Mata-Nya Apakah dosa seorang pencuri lebih kecil dari dosa seorang pembunuh? Ga, sama aja. Apakah ada manusia yang karena perbuatan baiknya, layak untuk masuk surga? Ga ada, kita semua layak hanya oleh karena kasih karunia-Nya. Apakah Tuhan menciptakan matahari hanya untuk orang-orang yang hidup dalam kebenaran-Nya? Tidak, “Karena dengan demikianlah kamu menjadi anak-anak Bapamu yang di sorga, yang menerbitkan matahari bagi orang yang jahat dan orang yang baik dan menurunkan hujan bagi orang yang benar dan orang yang tidak benar.” (Matius 5:45). Apakah Tuhan menciptakan oksigen hanya untuk orang yang rajin beribadah? Tidak, oksigen dapat dikonsumsi oleh setiap makhluk di dunia. Apakah Sushi diciptakan hanya untuk orang yang punya banyak duit? *lah, curcol* *efek gabisa makan Sushi sering-sering* *yang ini ga usah di jawab*
Bahkan Yesus datang ke dunia untuk menyelamatkan SEMUA orang (Ibrani 2:9), walaupun ga semua orang mau menerima keselamatan itu :(
Untuk itu, ga ada yang berhak mengklaim dirinya lebih layak mendapat berkat atau mengklaim orang lain ga layak diberkati, karena kita semua sama di mata Tuhan. Kita berdosa dan kita diselamatkan oleh karena kasih karunia. Itulah status kita.
2 Korintus 5:10 “Sebab kita semua harus menghadap takhta pengadilan Kristus, supaya setiap orang memperoleh apa yang patut diterimanya, sesuai dengan yang dilakukannya dalam hidupnya ini, baik ataupun jahat.”
So, tetaplah berdoa, tetaplah menyembah-Nya, tetaplah berusaha hidup benar, tetaplah berjuang, karena ga ada yang sia-sia bagi siapapun yang percaya kepada-Nya. Akan ada penghakiman juga bagi siapa saja yang ga hidup dalam kebenaran-Nya. Tuhan adil kok.
Intinya, biar ga kepikiran tentang keadilan Tuhan terus, ya jangan jadi “tukang ngintip”. Karena tukang yang satu ini ga sama kayak tukang bakso, tukang gorengan, tukang bubur, atau tukang-tukang lain yang bisa menghasilkan duit. Tukang yang satu ini cuma bisa bikin rugi. Yuk, saya juga sedang belajar kok!
Jaga “mata” guysss, pake kacamata item kalo perlu biar makin kece. God bless 😎
2 notes · View notes