Tumgik
#odp11
fadhila-trifani · 4 years
Text
Kekonyolan di Masa Kecil
Siapa yang rindu dengan masa kecil?
Masa ketika bahagia sungguh sederhana seperti bebas bermain riang bersama anak-anak lain, dibelikan mainan yang kita suka walaupun dengan rengekan, tidur siang tanpa diganggu, merasa aman karena akan selalu dilindungi ayah ibu, hingga melakukan hal konyol pun nggak perlu malu.
Eh, mengingat tentang masa kecil, aku jadi ingin bahas yang menyenangkan. Tentu banyak hal polos nan konyol yang dilakukan saat masih kecil ya!
Kalau boleh flashback dan membuat list, hal-hal konyol yang aku lakukan saat masih kecil banyak sekali ternyata! Mungkin ini bisa dijadikan intermezzo sesaat di tengah peliknya kehidupan manusia dewasa.
1. Waktu kecil, aku sering tenggelam. Dari sekian kisah kecilku tersebut, yang paling konyol adalah aku pernah tenggelam di kolam anak-anak! Usiaku 5 tahun saat itu dan aku asyik bermain perosotan di kolam anak. Begitu meluncur ke kolam, aku kehilangan kendali. Pandanganku kabur dan sulit menapaki lantai kolam. Hingga ada orang asing yang menyelamatkanku. Bukannya ditolong, kakakku justru ngomel: “kolamnya kan cuma seperut kamu, masa tenggelam sih?”
2. Usia 5 tahun sepertinya, aku pernah mandi dengan so klin lantai. Aku menyangka itu adalah sabun cair.
3. Sewaktu TK, aku pernah memuji temanku. Ternyata, itu adalah gombalan pertamaku dalam hidup. Aku dengan beraninya berkata kepadanya: “Rio, kamu ganteng deh kalo pake baju main.” Sontak anak-anak TK yang lain tertawa dan mengejekku: “Fani suka ya sama Rio!”
4. Usiaku 9 tahun saat itu. Kebetulan sedang berwisata ke suatu kolam renang di Cibubur. Di sudut kolam namun samar-samar, aku melihat benda seperti squishy. Begitu aku ambil, benda itu ternyata nerupakan kotoran alias poop!
5. Kelas 1 - 2 SD, aku selalu pulang ke rumah membawa anak ayam warni warni (sengaja dicat seperti warna ungu, biru, hijau, dan orange). Padahal hewan itu berumur pendek, namun aku selalu membeli hingga mamaku geleng-geleng.
6. Masih di waktu yang sama. Kebetulan aku punya kolam ikan yang cukup besar di rumah. Kolam tersebut memiliki ikan yang cukup besar seperti ikan mas dan ikan koi. Dengan nakalnya, aku sering berendam di kolam tersebut dan memasukan ikan-ikan tersebut ke bajuku. Alamak, besoknya ikannya pada mati karena mabuk olehku.
7. Kelas 3 - 6 SD, aku berani mengecilkan baju sekolahku dan memotong pendek rok sekolah. Sepertinya efek kebanyakan nonton sinetron kala itu. Aku sering merasa sok jagoan dan punya geng dengan nama “Ladies Gangster Wild.” Centil dan banyak tingkah sekali aku kala itu.
Kira-kira itu beberapa kekonyolanku saat masih kecil. Menggelitik dan malu sekali rasanya jika diingat kembali.
Kalau kamu sedang merasa tidak baik-baik saja, coba deh buka album lama masa kecil, ataupun minta diceritakan apa hal lucu yang kamu alami ketika masih kecil. Mungkin itu bisa membuatmu merasa baikan. 🤗
@henniarum @gugunm @sekotenggg @adhit21 @mathmythic
10 notes · View notes
sukasenja · 4 years
Text
Manja, Cengeng, Sakit-Sakitan
Hallo selamat datang di laman yang lima hari kedepan akan terisi penuh dengan cerita-cerita masa lalu dari seorang Hennika Arumsari :p
Oia, gimana puasa hari pertamanya? Lancar-lancar kan? Baiklah kalau begitu, Markimu, mari kita mulai!
Sebelum adzan subuh di kabupaten Bogor, tanggal 9 Agustus 1997, setahun sebelum negara porak-poranda dan harga sembako melambungkan tinggi, seorang anak manja hadir ke muka bumi. Bapaknya tidak ahli kasih nama, akhirnya minta masukan dari pamannya (adek dari kakeknya bayi yang baru lahir itu). Katanya begini "Arumsari, pokoknya nama belakangnya itu. Di terawanganku tiba-tiba muncul nama itu. Nama depannya terserah kamu", maklum bapaknya keturunan asli Banyuwangi, Jawa Timur, jadi terawang-terawangan sudah menjadi hal yang biasa. Bapaknya mencoba untuk kreatif, dikasih nama depan Hennika, gabungan namanya sendiri sama sang istri, Hennang dan Ikah. Jadi kawan, kalau sekarang kalian tanya apa arti namanya ya cuma itu yang bisa dia jelasin. Eh tapi jangan ceng-cengin nama bapak kayak zaman SD dulu ya, please jangan, hahahaha!
Ya namanya anak kecil ya sudah hampir lupa dulu hidupnya gimana. Cuma ada foto-foto umur 1-4 tahun di album sama cerita-cerita tambahan dari umi (panggilan dia buat manggil ibunya). All of it, Hennika Arumsari yang di masa kecilnya dipanggil "Arum" tumbuh jadi anak yang sangat manja, cengeng, sakit-sakitan (?). Oia sekilas info, nyebut lagi nama Arum tuh keinget masa TK, ada temen yang tiba-tiba curhat ke orang tuanya "Mah, aku punya temen, tapi namanya aneh. Masa katanya namanya ADEMSARI". Baiklah kita skip dulu bagian itu. Let's break one by one.
Si Arum ini manja banget. Gimana engga, dia tuh susah banget buat kenalan sama temen baru. Setiap diajak bertamu ke rumah rekan orang tuanya pasti nolak kalau diajak main sama anak kecil yang seumuran, satu jam kemudian minta pulang. Gak tau ini ujian atau berkah buat orang tuanya. Tapi katanya emang itu jurus biar gak lama-lama bertamu, jadi pas izin pulang bilang ke tuan rumah "anaknya udah minta pulang" wkwkwk dasar orang dewasa, penuh drama.
Kemanjaan ini sangat berimbas sama sifat cengeng. Dikit-dikit nangis. Coba bayangkan ya, coba. Setiap tidur siang harus ditemenin uminya. Kalau dia bangun tidur gak ada uminya di samping, jerit-jerit deh manggil yang dicari. Sampe pernah dulu waktu satu keluarga besar jalan-jalan ke Bali (sayangnya ke Bali di waktu belum kenal instagram, coba sekarang udah penuh deh feeds IG :p), dua sodara sepupu seumuran seneng banget lari-lari jungkir balik di Tanah Lot. Hujan-hujanan teriak-teriak sana sini, Arum? Nangis teriak-teriak kesel gara-gara ditinggal. Dia gak bisa lari kenceng. Dikit-dikit jatoh. Sungguh lemah :( Udah manja, cengeng, penakut. Mau jadi apa Anda Hennika Arumsari?
Belum berakhir di situ, saking penakutnya, Arum gak pernah mau main sama temen yang temennya gak ngajak duluan. Gila gak tuh? Baginya temen adalah siapapun yang "Mau nyamper dan ngajak main duluan". Sampai-sampai beberapa hari yang lalu uminya bilang gini "Teh Teh, untung udah gede mah temennya banyak yah. Kepikiran dulu waktu kecil Teteh suka bilang 'Mi, Mi, itu temen teteh' saking temenan pengennya diajak duluan". Ya walaupun gak kebawa 100% tapi emang sikap ini ada efeknya sampe hari ini hahhaha. Selektif banget nyari "temen" (Dengan arti kenal banyak orang itu udah keharusan karena hidup di zaman ini gak bisa nutup relasi, tapi untuk punya 'temen' yang deket dan nyaman sama diri tu, pasti kena seleksi alam hahaha mohon maaf anaknya sudah terlalu sering di kecewain, jadi lebih baik lebih selektif :').
Pernah juga waktu itu, Arum sore-sore pulang kerumah nangis ketakutan. Jadi waktu dia main sama temen-temen rumahnya, ada satu anak yang tiba-tiba jatoh dan nangis. Lapor ke orang tuanya dia didorong Arum, padahal cuma gak sengaja tersenggol. Makin ciut lah nyari seorang Arum buat nyari temen duluan hahaha. Parahnya lagi, masih anak tetangga rumah, adik kakak perempuan. Tapi sumpah ya julidnya tiada dua. Pilih-pilih temen dengan alasan yang "gak bisa dimengerti". Kalau anak-anak sekarang nyebutnya anak-anak sok jagoan. Tiba-tiba suatu hari semua anak jauhin Arum ini. Mereka dibawah pengaruh dua anak adik kakak sok jagoan. Arum nangis lagi, dan tambahlah traumanya. Intinya, masa-masa awal sekolah dasar jadi masa yang paling tidak bisa dibanggakan. Naik sepeda roda dua pun gagal terus. Jatoh sekali, dan gak mau coba lagi. Maklum, penakut (eh tapi saya buat pembelaan dikit, anak kelas 2 SD dibelikan sepeda oleh bapaknya ukuran sepeda orang dewasa, tau sepeda ontel united king yang kayak sepeda-sepeda penjual bunga? Nah itu, roda besar, dan kaki si anak yang belum nyampe ke tanah. Jadi bukan salah saya juga ya waktu itu, badan ini terlampau mungil).
Masuk ke bagian ketiga, sakit-sakitan. Uminya bilang kalau sampe sekarang punya badan rentan penyakit memang efek dari masa kecil. Dulu sebelum negara api menyerang (kelamaan dong bos), dulu sebelum Arum punya ingatan kuat, rumah tempat tinggalnya berpindah-pindah. Mengikuti kerjaan bapaknya. Tak jarang juga mereka keluarga kecil itu tinggal di mes/kontrakan yang sudah disewakan oleh kantor. FYI, bapaknya bekerja di sebuah perusahaan besar peternakan ayam. Jadi, kontrakan yang saat itu ditempati tak pernah jauh dari debu persak (serpihan serutan tukang kayu) yang dibawa ber-truk-truk lewat depan rumah. Ditambah kondisi panas (maklum waktu itu belum kenal AC yang bisa di pasang di rumah, belum kebeli juga), jadilah kipas angin sang pelipur lara. 24 jam tak pernah lepas angin. Diperparah dengan kebiasaan buruk setiap kali mudik ke Banyuwangi, sengaja orang tuanya membelikan ciki-ciki berkemasan jumbo, alasannya "biar anteng di perjalanan".
Alhasil menuju tahun ke 3 pernah hidup di bumi, terserang sakit batuk tak berkesudahan. Setiap bulan bolak-balik dokter anak (namanya Dokter Weni, Arum seneng banget karena nama dokternya mirip nama depannya "Henni", sejak saat itu juga Arum memilih dokter sebagai cita-citanya, yang dimasa remaja dia sengaja patahkan demi pindah haluan). Hampir terkena TB Paru, dengan hasil rogten paru-paru tertutup kabut. Anak umur 3 tahun terpaksa minum obat merah. Setengah atau satu tahun ya? Maaf lupa. Jadi kalau ada yang masih penasaran, Hen koq badannya gak gemuk-gemuk? Makan dong yang banyak! Hen cacingan ya? Oke kawan, itulah asal-usulnya. Dan kebanyakan anak yang punya rekam jejak penyakit serupa memang cukup sulit dalam penggemukan badan (eh tapi gak tau deh nanti kalau udah ada yang selalu ngingetin 'makan yang'). Ya mau tidak mau memang semuanya pasti memiliki efek. Ntah baik ntah buruk. Memang sengaja dibuka cerita tema ini dengan segala bentuk ketidakpositifan diri. Biar esok punya lahan ceritakan bagaimana si anak manja itu berubah 180° menjadi manusia sok dewasa yang selalu lebih nyaman untuk nangis sendirian di bawah bantal atau dipojok kamar. Menjadi dewasa itu menyebalkan, Rum. Kamu sih dulu do'a nya keliru.
Masa kanak-kanak itu penuh kejutan. Terlalu tak manusiawi bila kita bandingkan tiga masa secara berlebihan. Anak-anak, remaja, dewasa. Semua punya tantangan dan ceritanya masing-masing. Tapi tetap saja lebih nyaman menjadi anak-anak. Masa dimana masalah paling sulit adalah PR matematika, mainan terhebat adalah main rumah-rumahan, robot-robotan, masak-masakan, dan sejenisnya. Penuh imajinasi, tak takut dalam mencoba. Rasa ingin tahu jadi nahkodanya, keberanian jadi kapalnya.
Besok ku ceritakan yang seru-seru ya! Biar tau alasanku sekarang suka sekali novel dan cerita fiksi hahahha see you!
@sekotenggg @mathmythic @adhit21 @gugunm @fadhila-trifani
9 notes · View notes
mathmythic · 4 years
Text
Tema kali ini tentang masa kecil. Gw nulis pukul setengah 12 malam. Dimana waktu jaman SD gw udah terlelap dalam tidur.
Pernah suatu malam ketika SD, gw mimpi ditinggal mamah gw. Gw nangis dong, sampai bangun tidur masih kerasa sedihnya. Akhirnya malam itu kita tidur bareng.
Masa SD gw tumbuh sebagai orang yang sangat menjunjung tinggi kejujuran. Biasanya kalo lu pernah dengar cerita,
"di setiap kelas pasti ada temen yang kalo ulangan, dia pasang buku kiri dan kanan biar gak dicontek"
Itulah gw.
Rasa makanan setiap orang berbeda-beda ya kan. Gw tumbuh dengan menyukai rasa asin. I mean more than other people. Itu semua udah berlaku sejak gw kecil. Dulu orang tua pernah bilang,
"Jangan kebanyakan makan garam nanti amandel"
Buat gw itu gak berlaku. Ketahuilah bahwa gw salah satu orang yang doyan nyemilin masako/royko. Komposisi rasa asin dan perasa daging olahannya pun cocok buat gw.
.
@adhit21 @gugunm @henniarum @sekotenggg @fadhila-trifani
3 notes · View notes
pcltlr · 4 years
Text
Sarimie.
Salam..
Beranjak ke tema selanjutnya, sepertinya semakin menguras memori untuk yang ini. hahaha, semoga masih bisa mengingat.
Dari kecil gue orangnya emang penasaran dan suka nanya, mulai dari awal gua bisa baca aja gua pernah ngomong gini ke ibu “enak ya kalo bisa baca, jadi tau arti dari tulisan-tulisan itu” (sambil nunjuk ke nama-nama toko yang tertulis besar di depan tokonya masing-masing).
Pernah waktu itu kejadiannya awal ramadhan, hari pertama puasa, gua lupa tahun berapanya. Saat itu gua lagi duduk di depan rumah, ngeliatin ibu yang lagi nyapu halaman rumah. Matahari belum muncul, mksdnya udah lewat dari subuh tapi langit belum tersinari olehnya. Ketika itu gua tiba-tiba haus, dan nnya ama ibu, tapi manggilnya mamah sih. “mah, kalo matahari belum keliatan, berarti masih boleh minum kan yah” tanya polos gua. ibu gu jawabnya “iya gapapa”. oh senangnyaa, lagi haus, dan matahari belum muncul wkwkwk. akhirnya gua ambil air dan minum saat itu. padahal gua udah sahur hari itu, terlalu polos jadi anak kecil, haha.
Masih cerita di bulan ramadhan, gua orangnya suka adzan (bukan riya), itu dulu pas masih kecil kok (karena mushola deket dari rumah). hal lucunya dari itu adalah, setiap malam, ketika gua besoknya berniat buat adzan, dalam hati kecil gua ngomong “gua harus makan sahur pake mie kuah nih, biar nafasnya panjang pas adzan”. Sumpah ga boong, gua juga ga tau, itu anak bocah dapet teori darimana kalau mie kuah (waktu itu sarimie ayam bawang favorit gua buat sahur, merk sarimie bukan sedap atau indomie) bisa memperpanjang pernafasan seseorang ketika adzan. Sering kali ketika sahur, sarimie kuah itu jadi menu wajib. Sampai ibu, bapak, dan kakak gua pun makan pake mie kalo gua ga abis wkwk. Ngga jarang juga gua suka diketawain sama ibu gua, mungkin dalam hatinya selalu bertanya “kok bisa anak gua punya teori ini, belajar darimana anak gua”, padahal internet masih asing di lingkungan kami. HP aja jarang banget yang punya. dan pada kehidupan gua saat ini, hanya bisa menertawakan tingkah laku bocah yang sok tau itu hahaha.
Masih tentang ramadhan, selain itu, jiwa kejahilan gua ternyata sudah dipupuk dari masa kecil. Dulu biasanya dibelakang rumah uwa (pakde) ada ban bekas, karena uwa gua jualan ban baru gtu. biasanya pelastik ban barunya ga pada diambil, alhasil dibelakang rumah uwa gua, ada plastik ban baru (buat ngebungkus ban) dan ban bekas (btw ini ban motor). gua, dan temen-temen gua biasanya iseng, ambil ban bekas itu dan dibungkus lagi sama bungkus ban yang baru. Kalau udah dibungkus, kami taro bannya di pinggir jalan, eits ngga cuma itu, kami tambahin tali panjang yang itu nyampe ke pager depan rumah temen gua (untuk kami bersembunyi sambil megangin talinya). Its true story, seketika ada oranng yang bawa motor berenti.. ternyata mau ambil itu ban doong, tidak semudah itu fergusoo.. wkwk. setelah orang itu berenti dan berniat buat ngambil ban yang udah dibungkus itu, langsung kami tarik doong bannya, terus bareng2 teeriaak “BAN BEKAAS WOY”. orang itu langsung pergi, ngebuut men, wkwkwk. mungkin dia malu kali hahaha. Bersambung dulu ya kekocakan-kekocakan gua pas masa kecil dulu, capek ngetiknya hahaa.
Dulu ketika masih kecil kita sering kali mau cepet dewasa, karena menjadi dewasa itu enak (pikir kita). Setelah berpuluh-puluh tahun menginginkan itu, akhirnya kita sampai pada fase hidup yang dinamakan dewasa. Tapi saat ini kita mengeluh, dan berkata "ingin kembali menjadi anak kecil. Dulu, hidup tak semembingungkan ini". Selamat. Manusia memang seperti itu.
Salam hangat #darirumah
@henniarum @sekotenggg @mathmythic @adhit21 @fadhila-trifani
3 notes · View notes
adhit21 · 4 years
Text
Yang Penting PD dulu . . . .
Kali ini adalah tema yang paling membingungkan harus memulai dari mana. Karena pembahsannya tentang masa kecil, sebagian besar, jujur saja, sudah banyak yang aku lupakan. Jadi, mungkin pembahasan kali ini akan kita mulai dari cerita orang tua tentang masa kecilku.
Menurutku ini adalah kisah yang paling menarik dan menurutku membentuk pribadiku. Dulu ketika taman kanak-kanak ayahku mendapat tugas untuk menjadi camat di salah satu tempat. Tidak jauh dari rumahku. Namun sebagaimana camat pada umumnya beliau pun mendapat fasilitas rumah jabatan. Tempatnya bersebelahan dengan sebuah SD.
Setamatnya aku dari TK, sudah sepatutnya untuk melanjutkan pendidikan sekolah dasar. Ibu dan ayahku adalah PNS jadi pagi hari mereka sudah harus pergi ke kantor. Di suatu pagi aku di suruh untuk mendaftar sendiri ke SD yang saat itu berada di samping rumah. Hanya menyebrang jalan sampai lah aku di SD tersebut. Aku yang mentalnya dilatih sedari kecil memberanikan diri untuk mendaftar SD seorang diri tanpa didampingi orang dewasa.
Sesampainya di SD tersebut masuklah aku dengan polosnya bertanya “mau daftar sekolah kemana?”
Orang-orang dewasa pun memanduku sambil menanyakan berbagai identitasku. Tibalah kemudian aku pada pertanyaan yang takkan pernah ku lupakan dalam hidupku, “anaknya pak camat ya?” memang dasarnya anak-anak, tidak tahu apa itu camat. Mungkin yang berada di pikiranku saat itu adalah nama orang sehinggaspontan ku jawab “bukan. Bukan pak camat namanya ayahku tapi Andi Tolo.” Jawaban itu sontak mengundang tawa seisi ruangan.
Sepulangnya aku ke rumah, ketika orang tuaku pulang kantor ku ceritakan apa yang tadi kualami di sekolah atau lebih tepatnya ketika mendaftar sekolah. “ayah. Tadi waktu daftar sekolah orang-orang memanggilku anak pak Camat. Padahal kan nama ayah bukan itu” orang tua ku pun tertawa kecil sembari menjelaskan arti camat yang sesungguhnyameskipun saat itu aku pun tak bisa mengingatnya.
Begitulah aku bersekolah selama beberapa bulan karena masa jabatan ayahku pun berakhir. Sepindahnya ayahku bertugas, saat itu pula aku pindah sekolah di SDN 11 Pangsid hingga lulus pada tahun 2009.
 besok buka album2 dulu deh baru nulis wkwk susah bet ngingat masa kecil
@fadhila-trifani @henniarum @gugunm @sekotenggg @mathmythic
2 notes · View notes