#perempuanku
Explore tagged Tumblr posts
Video
Pengalaman Tak Terlupakan Dengan Mbak Christine Di Dalam Bus Wisata II C...
#youtube#Pengalaman Tak Terlupakan Dengan Mbak Christine Di Dalam Bus Wisata II Cerpen Intonasi KehidupanKakak perempuanku punya dua tiket mahal untu
0 notes
Text
tidak semua..
tidak semua kebaikan-kebaikan itu bertemu dan cocok. cinta tahu kemana harus pulang, jodoh tahu kemana harus memupuk keshalihan. menjadi baik adalah tugas kita, mencari jodoh yang baik adalah upaya kita. pada akhirnya kita akan paham bahwa kita adalah ujian bagi satu sama lain.
beberapa waktu ini berseliweran tulisan di media sosial seperti ini,
otak: gak harus dia.
hati: gak, harus dia!!
dan aku jadi teringat dengan beberapa kejadian waktu lalu, tentu cerita ini aku tulis sudah atas persetujuan kedua belah pihak. berawal dari suami yang sering dimintai temannya laki-laki untuk dibantu dicarikan jodoh. sejak awal suami tidak ada niatan untuk menjadi perantara seseorang mencari jodoh. namun entah mengapa suami berubah pikiran dan mau membantu temannya mencarikan jodoh.
suami melihat keseharian temannya ini yang Masya Allaah sekali. mulai dari keilmuannya tentang agama, adab, akhlaknya ia yang sopan, lemah lembut, serta secara fisik teman suami ini tergolong tinggi, kulit bersih terawat untuk ukuran laki-laki, berjenggot, dan teduh.
lalu suami membicarakan ini denganku, bertanya kepadaku apakah aku punya teman perempuan yang juga mencari jodoh. aku terpikirkan dengan seorang teman, aku kenal baik sebelum aku menikah bahkan sampai aku telah menikah. dia perempuan yang baik, lemah lembut sekali, tutur bicaranya lembut namun tidak lebay. dia cantik, berpendidikan tinggi (S2), agamanya baik, selama bermuamalah dia orang yang amanah. menurut pandanganku dia akan cocok dengan teman suami.
singkat cerita, aku dan suami bersepakat untuk membantu keduanya menjembatani proses ta'aruf. barangkali Allaah takdirkan mereka berjodoh,. karena akan Masya Allaah, sekali jika memang mereka bersatu. pertukaran biodata keduanya sama-sama ada ketertarikan, cocok dan bersepakat untuk lanjut ditahap berikutnya. tahap berikutnya mereka bertemu untuk nadzor. kedua belah pihak pun setuju, proses ta'aruf berjalan dengan baik.
selama proses ta'aruf berlangsung aku dibuat takjub oleh kedua pasangan ta'aruf ini. mereka benar-benar menjaga diri mereka dari hal-hal kecil selayaknya bermudah-mudahan berkirim pesan tanpa udzur. mereka berdua bahkan tidak tahu nomer satu sama lain. komunikasi dilakukan benar-benar melalui kami selaku perantara. komunikasi berjalan dengan baik, bahkan pertanyaan yang diajukan ketika proses bertemu benar-benar berbobot, tidak menya-menye, point penting ekonomi, pengasuhan anakpun mereka bicarakan dengan baik. keduanya bersepakat untuk lanjut ke proses khitbah dan bersepakat untuk menikah.
ujian dimulai.
ketika kedua belah pihak bersepakat untuk menuju jenjang pernikahan. mereka diuji satu sama lain. orangtua teman perempuanku jatuh sakit, ayahnya stroke. ketika ayahnya sakit, tanggal pernikahan yang sudah ditentukan terpaksa dimundurkan dari rencana. sebab temanku ingin melakukan baktinya sebagai anak sebelum menjadi istri orang. laki-lakinya setuju untuk menunggu beberapa bulan sampai ayahnya sembuh atau setidaknya bisa beraktivitas dengan tidak dibantu.
selama proses perawatan ayahnya, mereka berdua tidak ada komunikasi. benar-benar menjaga satu sama lain. lalu ujian berikutnya datang di pihak laki-laki. ibu dari pihak laki-laki memiliki calon yang ingin dikenalkan ke anak laki-lakinya. awalnya teman laki-laki suamiku ini menolak, sebab ia sudah berjanji akan menunggu ayah calonnya ini sembuh. namun ibunya sudah tidak sabar ingin melihatnya segera menikah, mengingat usianya sudah tidak muda lagi menurut pandangan sang ibu. "35 tahun umur yang sudah seharusnya bisa meanugerahi ibumu ini cucu"
meski teman suamiku ini sudah ngaji, sudah paham, namun ia mengatakan bahwa ia masih perlahan-lahan memahamkan Islam di keluarganya terutama ibu bapaknya. aku memahami ini, bahwa tidak semuanya dari kita cukup beruntung bisa lahir dan tumbuh di keluarga yang paham nilai-nilai dasar agama Islam.
sampailah pada putusan final, suami mendapat undangan langsung dari teman laki-lakinya tersebut. suamiku cukup kaget dan menanyakan bagaimana dengan proses ta'aruf yang ia jalani. sebab dari kabar terakhir keduanya memutuskan untuk ditunda, menunggu dan saling menjaga ditempatnya masing-masing. belum ada salah satu pihak yang memutuskan untuk diakhiri.
pada akhirnya teman suami merangkul suami dengan meminta maaf dan menangis. ia siap pergi menemui teman perempuanku untuk mengakhiri proses ta'aruf nya dan meminta maaf sebab memutuskan sepihak. dia tidak menjelaskan kenapa akhirnya ia memutuskan memberikan. undangan ke suamiku. namun setiba dirumah suami bercerita dan akhirnya kita mencoba memahami sudut pandang satu sama lain, bahwa tidak semua kebaikan-kebaikan akan cocok. tidak semua ikhtiar baik yang dilakukan akan berakhir dengan kesepakatan. bahwa tidak semua rencana manusia akan berjalan sesuai dengan kemauannya. manusia boleh berencana bagaimanapun, pada akhirnya Allaah yang menentukan takdir untuk kita semua.
singkat cerita, aku, suami, dan teman laki-laki suami bertandang kerumah teman perempuanku. untuk meminta maaf, untuk meminta kelapangan hatinya, untuk memutuskan proses ta'aruf ini. aku meminta maaf kepada temanku dan ikut menangis dengannya ketika selesai, dan suamiku juga menenangkan temannya yang menangis dimobil. rasanya semua merasakan sakit tak berdarah satu sama lain.
baru kali ini, aku merasakan sakitnya dari berakhirnya prosesi ta'aruf. bukan karena perempuan ini temanku, atau laki-laki itu teman suami. melainkan sedihnya melihat perpisahan kedua orang yang menurut pandanganku keduanya ini baik, dan akan cocok bila bersatu. namun sekali lagi Allaah lebih tahu mana yang terbaik untuk hambanya.
aku dan suami menghadiri pernikahan teman suami. kami berdua hadir di acara ijab qobulnya. berlangsung khidmat. aku berada diruang tunggu mempelai pengantin wanita. aku duduk bersebelahan dengan seorang ibu yang jika dilihat usianya seperti ibuku sendiri. rupanya benar, beliau adalah orangtua dari calon pengantin. aku memberikan tisu dan minum untuk menenangkannya, dan tak terasa aku dan beliau terlibat obrolan yang mendalam.
selama perjalanan pulang aku terdiam sambil ku takjubi apa yang sedang aku rasakan. aku bercerita kepada suami bahwa aku bertemu dengan ibu pengantin temannya. rupanya si A (inisial nama pengantin) ini sudah yatim sejak umur 5tahun, ibunya membesarkan dia dan kedua saudaranya sendiri. si A ini lulusan terbaik di LIPIA ditahun itu. seorang hafidzah, S2, dan dia punya yayasan tempat untuk anak-anak mempelajari Al-Qur'an. dan disaat yang sama aku mendapat kabar di Wa dari teman perempuanku. bahwasanya ada seorang kakak kelasnya datang kerumah dan memitanya langsung ke orangtuanya. dia menerimanya dan bersepakat bulan depan untuk menikah. sebab calonnya yang juga kakak kelasnya ini sedang menempuh study S3nya ini di Malaysia.
ya Allaah, lalu aku menangis. kedua orang baik ini bertemu dengan pasangannya masing-masing dengan caranya masing-masing. selama perjalanan pulang pembicaraanku dan suami hanya tentang mereka berdua. kami mencoba menelusuri satu per satu yang membuat masing-masing dari kami berpikir tentang bagaimana jodoh itu berjalan. bagaimana ketetapan Allaah itu terjadi.
if something is destined for you, never in million years it will be for somebody else.
Barangkali kita pernah. menjadi satu diantara pilihannya, menjadi tujuan perjalananya. meski pada akhirnya ketetapan Allaah yang jadi pemenang.
barangkali kita pernah. melepas seseorang yang baik itu, menabahkan diri atas keputusan yang kita pilih. sebab memaksa berjalan pada tujuan yang sama tidak menemukan titik temunya.
barangkali kita pernah. dibuat takjub atas perjalan yang Allaah kehendaki. sesuatu yang kita tangisi dengan begitu, justru memberi lebih banyak arti atas serangkaian hidup yang kita jalani.
pada akhirnya kita akan paham bahwa tidak semua kebaikan-kebaikan itu bertemu dan cocok. cinta tahu kemana harus pulang, jodoh tahu kemana harus memupuk keshalihan. menjadi baik adalah tugas kita, mencari jodoh yang baik adalah upaya kita. pada akhirnya kita akan paham bahwa kita adalah ujian bagi satu sama lain.
akhirnya aku memahami kembali, benar ya, seseorang yang begitu menjaga dirinya akan Allaah jodohkan dengan seseorang yang juga terjaga dengan baik. dan akupun juga menyadari bahwa sesuatu yang kita tangisi kelak akan kita syukuri pada akhirnya. Allaah tidak akan membiarkan hambanya yang sudah bersabar tanpa memberikan kabar gembira.
menuliskan ini dengan perasaan masih haru, dan berkaca-kaca, lalu hujan turun. || 19 Januari 2025
#tulisan#menulis#catatan#nasihat#wanita#kebaikan#perjalanan#syukur#doa#rumahtanggamuda#menikah#pernikahanimpian#pernikahan#ujianrumahtangga#ujian#proses#ta'aruf
344 notes
·
View notes
Text
Dear teman-teman perempuanku
Tetap pakai logika meski sedang jatuh cinta.
Karena seringkali jatuh cinta ini membuat kita sebagai perempuan benar-benar jatuh.
Carilah pendamping hidup yang mau berjuang bersama, membangun hidup dengan bahagia.
Source: Instagram alia.aryo
Selasa, 14 Syawal 1445 H.
151 notes
·
View notes
Text
169.

Minggu, 09 Juli 2023.
Ada yang jatuh di kedua ujung mataku ketika kalimat SAH resmi terdengar dari ruangan akad. Ada rasa gugup ketika kali pertama aku keluar kamar dan menemuimu sebagai seorang istri.
Aku melihat wajah Papa yang terisak, Kakak lelaki dan perempuanku yang tersedu serta air mataku yang tidak bisa dikendalikan lagi.
Hari itu resmi sudah tanggung jawab Papa akanku berpindah kepadamu; lelaki asing yang baru Papa kenal namun harus ia ikhlaskan dan percayakan membawa putri bungsunya untuk dijaga dan dididik dengan baik.
Hari itu keputusan penting dalam hidup sudah ku lakukan. Semoga Allah selalu menjaga dan memberkahi rumah tangga kita. Aamiin YaRabbal alamin.
Rindu Rumah, 19.11 | 09 Agustus 2023.
163 notes
·
View notes
Text
Memutuskan untuk menikah adalah keputusan yang paling berat yang harus aku ambil.
Tidak seperti kebanyak teman2 perempuanku lainnya, yang justru menyambut pernikahan dengan sumringah. Bagiku, menikah adalah hal yang kompleks yang didalamnya pastinya akan lebih banyak ujian2nya. Mengingat menikah merupakan ibadah terlama yang didalamnya bisa diraup se banyak2nya pahala, yang pastinya se-paket dengan ujian2 didalamnya.
Menikah…
Bahkan di ujung tanduk keputusan-pun masih ada ragu yang terbersit disepotong hatiku. Masih ada banyak pertanyaan2 yang tidak berdasar yang entah sampai kapanpun tidak akan bisa aku dapatkan jawabannya kecuali dengan menjalaninya (menikah).
Satu2nya hal yang bisa aku lakukan sekarang hanya berpasrah dan berikhtiar melalui doa2 dan istikhoroh kepadaNya. Serta memantapkan hati bahwa sebaik2 pilihan adalah pilihanNya.
Dan sebagaimana yang dikutip
“Apa2 yang menjadi takdirku tidak akan melewatkanku, dan apa2 yang melewatkanku tidak akan pernah menjadi takdirku”
Kata2 ini bagai pamungkas disetiap kebingungan2 yang aku alami, aku yakin jika pilihan saat ini sampai pada bahtera rumah tangga maka pasti itulah yang terbaik. Pun jika memang bukan, pasti ada pelajaran yang dapat dipetik didalam tiap kisahnya.
H-…..
31 notes
·
View notes
Text
Hal yang sangat wajar kalau ada seseorang di usia 20-an punya keinginan untuk mencari dan merasakan kedekatan emosional dengan orang lain. Sebagian juga mulai memikirkan dan tertarik untuk membangun relationship dengan lawan jenis.
Seperti halnya dengan diriku. Sejauh ini dulu aku tidak begitu banyak memiliki teman laki-laki bahkan seringnya hanya sebatas kenal saja dan tidak begitu dekat. Aku sering merasa canggung dan tidak nyaman ketika harus berinteraksi dengan teman-temanku yang laki-laki. Apalagi jika kepribadiannya sangat berbeda denganku atau kami tidak memiliki kesamaan yang bisa jadi penghubung atau pencair suasana ketika berinteraksi/berkomunikasi. Namun, sekarang aku memasuki fase di mana aku butuh sosok laki-laki yang benar-benar bisa menjadi teman baikku, menjadi support systemku. Yah, sebenarnya siapa pun bisa jadi support system nggak harus temen yang laki-laki. Teman-teman perempuanku selama ini juga sudah banyak mendukungku dalam berbagai hal. Hanya saja, mungkin karena merasa sudah cukup lama tidak memiliki sosok laki-laki yang benar-benar dekat, perasaan ini muncul dengan lebih kuat sekarang. Rasanya seperti ingin ada seseorang yang bisa memahami dari sudut pandang berbeda, bisa diajak berbagi tanpa rasa canggung, dan memberi rasa aman dalam komunikasi yang jujur dan terbuka.
Entahlah, sekarang ada di fase perlu menemukan diri sendiri sebelum menemukan sosok itu. Tapi mungkin akan lebih ringan jalannya kalau sudah ada dia yang menemani proses bertumbuhku :')
#randomtalk
8 notes
·
View notes
Text
The Burning Night Sky - Part 1A

Malam takbiran tahun ini terasa berbeda dan begitu istimewa bagiku. Setelah perjalanan panjang sejak pagi, akhirnya aku, bersama Andin—adik perempuanku—dan ibuku tiba di kampung halaman. Tujuan kami adalah Surabaya, kota tempat kami menghabiskan libur Lebaran kali ini.
Aku turun dari mobil yang kukendarai sendiri, hasil tabunganku dari pekerjaan dan bonus kenaikan jabatan yang kuperoleh beberapa waktu lalu. Kedatangan kami disambut hangat oleh Bi Rara, pemilik rumah, beserta keluarganya.
“Syukurlah, kalian sudah sampai, tepat menjelang waktu berbuka,” ujar Bi Rara dengan nada lembut yang penuh kehangatan.
“Mari masuk, sebentar lagi waktunya berbuka,” sambut paman dengan senyum ramah.
Kami bertiga memasuki rumah kerabat itu. Di dalam, sudah ada sepupuku, Mas Tirta, bersama keluarga kecilnya yang sedang menunggu waktu berbuka. Mas Tirta menyapaku dengan antusias.
“Wah, nggak capek, Han?” tanyanya, memperhatikan keadaanku setelah perjalanan jauh.
“Nggak, Mas Farhan mah kuat!” sahut Andin dengan nada bangga, membuat kami tersenyum.
“Baguslah, mari duduk,” ujar Mas Tirta sambil mengajak kami bergabung.
Kami duduk bersama di ruang makan. Tak lama, suara azan maghrib berkumandang, menandakan waktu berbuka setelah seharian berpuasa. Aku menikmati hidangan yang tersaji satu per satu, mulai dari kurma, kolak, hingga minuman dingin yang manis dan menyegarkan. Semuanya terasa begitu nikmat setelah perjalanan panjang.
Setelah berbuka, Mas Tirta mengajakku untuk salat maghrib berjamaah di masjid terdekat. Dalam perjalanan menuju masjid, kami mengobrol santai.
“Saya salut sama kamu, Han. Bisa nyetir sendiri sampai Surabaya. Sudah tiga tahun, ya, nggak pulang?” ujar Mas Tirta dengan nada kagum.
“Iya, Mas. Syukurlah, tahun ini akhirnya bisa pulang,” jawabku sederhana.
“Oh ya, saya dengar kamu masih jomblo?” tanyanya tiba-tiba, membuatku tersenyum kecil.
“Iya, masih. Tapi untuk saat ini, saya belum tertarik menjalin hubungan. Masih ada tanggungan untuk Andin dan kebutuhan rumah. Apalagi ibu sudah lama nggak bekerja,” jelasku panjang.
“Oh, iya, bener juga,” jawab Mas Tirta, mengangguk paham.
Kami sampai di masjid, menunaikan salat maghrib berjamaah, lalu kembali ke rumah. Sesampainya di sana, masing-masing sibuk dengan aktivitas sendiri. Ada yang mengobrol, menyiapkan keperluan malam takbiran, atau sekadar bersantai.
.
Malam itu, saat aku beristirahat di kamar tamu, aku terbangun karena hawa yang begitu panas. Kipas angin tak mampu meredakan gerah yang kurasakan. Karena tak bisa tidur lagi, aku memutuskan keluar rumah untuk mencari udara segar. Di teras, aku mendapati Mas Tirta sedang duduk sendirian, menghisap rokok dengan santai.
“Loh, belum tidur?” tanyanya, sedikit terkejut melihatku muncul.
“Sudah tadi, tapi terbangun karena panas,” jawabku sambil menghela napas.
“Iya, malam di sini emang suka gerah. Mau rokok?” tawarnya, mengulurkan sebungkus rokok ke arahku.
“Nggak, saya nggak merokok,” tolakku dengan sopan.
Kami pun mulai mengobrol, berpindah dari satu topik ke topik lain dalam suasana santai. Namun, tiba-tiba Mas Tirta menoleh ke kanan dan kiri, seolah memastikan tak ada orang lain di sekitar kami.
“Ada apa, Mas?” tanyaku, penasaran dengan gerak-geriknya.
“Dulu kamu pernah nyepong punyaku, ya?” tanyanya tiba-tiba.
Pertanyaan itu membuatku terkejut. Aku terdiam sejenak, berpikir keras bagaimana harus menjawab dengan hati-hati.
“Saya nggak marah. Saya cuma tanya… pernah, ya?” lanjutnya dengan wajah serius, tapi nada bicaranya tetap tenang.
“Iya, Mas, pernah… pas aku masih SMA,” jawabku akhirnya, pasrah.
“Kamu sering ngelakuin hal itu?” tanyanya lagi, menatapku penuh rasa ingin tahu.
“Nggak sering kok,” jawabku jujur, mencoba menjaga suasana tetap terkendali.
Mas Tirta terdiam sejenak. Ia menghisap rokoknya dalam-dalam, lalu menghembuskan asap ke udara malam. Tiba-tiba, tangannya meraih tanganku dan mengarahkannya ke celananya.
“Kira-kira kamu mau melakukannya lagi?” pintanya dengan nada yang hampir seperti memohon.
Aku mematung, kaget dengan permintaannya. “Eh, maksudnya?” tanyaku, berusaha memastikan.
“Iya, aku inget apa yang kamu lakuin waktu itu. Aku sadar saat itu, tapi aku rahasiain sampe sekarang. Jadi, kira-kira kamu mau lagi nggak?” jelasnya, tatapannya intens.
“Iya, mau sih,” jawabku setelah beberapa detik hening, tak menolak.
“Oke,” ujar Mas Tirta singkat.
Ia membuang puntung rokoknya, lalu berdiri. “Ikut aku,” katanya sambil melangkah menuju halaman belakang rumah. Kami melewati sawah yang gelap dan sunyi, hanya ditemani angin malam yang berhembus pelan, membawa aroma tanah basah dan rerumputan. Kami berjalan cukup jauh dari rumah, hingga akhirnya tiba di sebuah bangunan kosong yang tersembunyi di balik pepohonan.
“Di sini saja,” ucapnya.
Mas Tirta masuk lebih dalam ke bangunan itu, dan aku menyusul dari belakang. Bangunan itu ternyata memiliki dua lantai dengan area luar yang luas. Cahaya samar terlihat dari dalam, memberikan sedikit penerangan di tengah kesunyian. Aku memandang sekeliling—tempat ini terasa dingin karena angin malam, namun begitu sepi.
Lalu, aku menoleh ke arah Mas Tirta. Ia menurunkan celana pendeknya, dan aku terkejut melihat ia tak mengenakan celana dalam. Ukuran yang dimilikinya—sekitar 18 cm—membuat mataku membelalak sejenak. Aku menelan ludah, tak bisa menyembunyikan keterkejutanku.
“Hisaplah,” ujarnya, menawarkan dengan nada tenang namun tegas.
Bersambung...
2 notes
·
View notes
Text
Belum sembuh luka kehilangan Ayah
Hari ini kehilangan kakak perempuanku
Ya Allah, sudah ya Allah, sakit.
Ruang rapuh || Senin, 24 Februari 2025 🥀
3 notes
·
View notes
Text
Teruntuk anak perempuanku.
Nak, kalau menuruti keinginan, ayah sama seperti yang lain. Ingin menunjukkan wajah dirimu dan ibumu kepada dunia. Dengan pamer ke social media seperti kebanyakan ayah yang lain lakukan. Menunjukkan betapa menggemaskannya dirimu dalam pertumbuhannya. Jelitanya dirimu dalam pandangan ayah.
Akan tetapi tahukah kamu, ternyata rasa cinta dan sayangku kepadamu dan ibumu ternyata tidak bisa dibeli dengan dunia ini. Rasa ingin pamer atasmu seolah tiada artinya. Rasa cinta itu melebihi besarnya keinginan itu.
Maka, kututup rapat-rapat wajahmu dan ibumu untuk khalayak ramai di social media sampai saat ini. Dengan harapan kamu suatu saat mengerti, ayah tidak pernah pamer tentang putrinya bukan karena tidak ingin. Bukan karena tidak bisa. Akan tetapi karena berharap dirimu terjaga dari 'ain. Terjaga dari kemudharatan yang boleh jadi akan timbul setelahnya. Lebih-lebih menjadi fitnah untuk dunia ini. Dan semoga sifat hayaa itu tetap terjaga dalam seumur hidupmu.
Akan selalu malu untuk menundukkan pandangan, kapanpun dan dimana pun kelak dirimu akan menjalani hidup.
Dari seorang ayah yang mencintai putri kecilnya dengan sepenuh hati dan harapan.
@azurazie
37 notes
·
View notes
Text
Di Persimpangan Jalan Pulang
#Prolog
Selalu terbayang dalam benakku, kisah seorang pangeran berkuda dengan putri bermahkota. Pangeran yang gagah, putri yang berparas cantik. Membawaku berkelana menemukan dirimu, perempuanku.
Selalu terbesit tanya, adakah dongeng itu dalam dunia fana ini?. Dalam pencarianku menemukanmu, aku percaya.
Kutuliskan sebuah cerita yang terlahir dari jalanan tanpa nama. Walau tak se-epik kala Qais menghanyutkan dedaunan melalui aliran sungai dan angin yang berhembus menjamah tubuh Layla sebagai tanda bahwa ia begitu dekat dengannya. Atau, menyapa burung-burung untuk menyampaikan pesan cintanya pada Layla. Namun aku percaya, jika suatu saat nanti kau akan membaca kisah ini. Seperti halnya Qais percaya bahwa dedaunan dan pesannya pada burung- burung itu akan sampai pada Layla. Atau, bahkan kau akan melanjutkan cerita ini jika seandainya aku tak lagi bisa bercerita.
Mungkin saja.
Namun, kisah yang terukir diantara mereka tidaklah serupa dengan kisah ini. Kisah mereka begitu dikenal seantero Timur Tengah, tapi kisah ini, bahkan aku dan dirimu sendiri pun tak mengerti apa yang tengah terjadi. Hanya ada ketaksaan diantara kita.
Aku yang terlalu takut menggores luka. Hingga memilih untuk tidak tetap tinggal bersamamu. Walau kuingin. Walau ku mau. Tapi takdir tetaplah takdir, sekeras apapun aku berusaha, ketetapan-Nya yang akan berlaku. Sekuat apapun aku meminta, kehendak-Nya yang akan terjadi.
Dan disini aku ingin berbicara padamu. Kuatkanlah hatimu. Jalani saja dengan penuh cinta. Biar Sang Maha Cinta yang memberi jalannya.
Aku pergi menemui cinta. Maka tetaplah tinggal bersama-Nya dengan penuh cinta, walau kita tak bersama lagi.
Teruntuk dikau.
1 Mei'24
TulisZa
7 notes
·
View notes
Text

#7/30 : HARI ITU : KAMIS, 23 JANUARI 2020
Sepekan sebelum hari menyedihkan itu, Bapak masih terbaring lemah di ranjang rumah sakit RS.Sardjito Jogja. Oksigen terpasang rapi, suara sesekali masih bisa kudengar, masih sempat bercerita banyak hal. Termasuk suatu pesan yang sampai hari ini masih selalu terngiang di kepala.
Intinnya, "Saya nuntun kamu naik sepeda sampai kamu bisa mengayuhnya sendiri. Maka, kalau suatu saat nanti saya melepas itu, saya percaya kamu bisa mengayuhnya sendiri dan memilih jalanmu tanpa bantuan saya. Saya tidak mungkin selalu ada."
Tentu saja tidak sama persis, kurang lebih begitulah pesan yang tersampaikan. Bapakku memang begitu filosofis, cerdas dan berwawasan luas, banyak orang mengakui itu. Maka, untuk urusan ngobrol saja bisa sambil belajar dan mendapatkan pencerahan.
Oke lanjut bercerita, singkatnya sepekan aku lalui dengan waktu yang terasa lebih lama. Aku setia menemani Bapak yang kian hari kian melemah, yang tadinya masih bisa diajak bercanda atau mengobrol ini itu, masih bisa minta disuapi minum, masih minta dibenarkan selang infus, diantar ke kamar mandi dan lainnya. Mendadak terdiam, sejak malamnya tubuh bapak melemah, kian detik kian menit suarannya menghilang.
Aku berusaha menggoyangkan tubuhnya pelan, tidak ada respon.
Aku memanggil-manggil, tidak ada respon.
Nafas masih ada, tubuh masih hangat. Tapi nihil. Bapak tidak bisa diajak komunikasi.
Aku masih sendirian saat itu, keluargaku semuanya sedang berada di perjalanan begitu aku mengabari bahwa Bapak dinyatakan dalam kondisi kritis.
Dadaku sesak, nafasku tidak teratur, pikiranku kalut. Aku menggenggam tangan bapak, merapalkan semua doa yang kubisa. Aku minta kesempatan pada-Nya, meminta dengan sungguh.
Beberapa menit setelahnya, suster memintaku ke ruangan konsultasi dekat pusat perawat ruangan. Disana, tampak dokter jaga, seorang wanita muda yang menatapku nanar, dia memintaku melihat ke layar monitor yang memperlihatkan paru-paru, Iya. Milik bapakku.
"Mbak, kondisinnya sudah makin parah. Sel kanker sudah menyebar hampir ke seluruh paru-paru bapak. Mohon banyak didoakan, kami bisa melakukan tindakan bantuan, tapi itu hanya akan menyiksa bapak, Mbak. Sekarang keputusan di tangan Mbak, jika diizinkan kami akan melepas semua alat. Mbak, menunggu sembari didoakan semoga proses bapak cepat,"
Badanku lemah, tubuhku bergetar, mataku perih sekali sampai buram dan air mata itu menetes begitu saja. Makin deras, makin sesak juga dadaku. Aku tahu maksdunya.
Iya, Bapakku sudah akan selesai.
Perlahan dengan langkah gontai, aku mencoba kembali ke kamar inap, belum sampai di pintu dan membukannya, Mbak Isti. Bulikku dari keluarga bapak, datang. Dia yang setia menemaniku merawat bapak.
Aku tidak bisa membendung apapun lagi, tangisku pecah. Mbak Isti memelukku erat, aku menangis sejadinnya.
"Aku belum siap kehilangan Bapak," kataku.
"Ikhlas ti, ikhlas. Kasihan Bapak," Jawab Mbak Isti, seingatku.
Waktu berjalan, aku sholat dan berdoa supaya proses bapak tidak dipersulit. Aku minta pada-Nya, bapak dipanggil dengan cara yang baik.
Aku ikhlas.
Hari itu, Kamis, Malam Jumat sore. 23 Januari 2020.
Semua keluarga berkumpul. Termasuk Mama dan Adik perempuanku yang baru akan lulus SD. Aku sesekali menatap mereka, sedih. Tidak tega.
Dokter mulai bicara, "Dengan ini kami nyatakan Bapak Mutohar telah meninggal dunia." Kurang lebih begitulah.
Tidak, aku mencoba kuat. Aku tidak boleh kebanyakan menangis. Kasihan Bapak.
Singkatnya, kami semua mengantar Jenazah Bapak ke rumah simbah di desa pucanganom, kecamatan rongkop, gunungkidul. Simbah kakung, saat itu masih ada. Lemah tatapannya kosong. Simbah putri tampak lebih kuat, meski aku paham betapa menyakitkannya ditinggalkan anak lebih dulu. Omku, beliau pendiam, tapi aku yakin omku lebih dari sedih kehilangan kakak satu-satunnya.
Sahabatku, Umu Hani @haniumu-blog Bahkan dia setia menemaniku di Jogja saat semua ini terjadi, menjadi bagian penting dan salah satu penguatku.
Jumat siang, Bapak dikebumikan. Sesuai impiannya, dikuburkan di tempat kelahiran.
Di hari baik itu, Jumat.
Aku ikhlas. Aku hanya sesekali merindukan obrolan apapun itu dengan Bapak.
[Ditulis di rumah simbah, Senin, 15 April 2024]
8 notes
·
View notes
Text
Pagi-pagi tadi, aku menyapa anak" di sekolah
Dengan segera mereka mengulurkan tangan untuk salim
Tiba-tiba ada kalimat yang keluar dari siswa perempuanku kelas 7
"Bu Destii guru terbaik bu"
"Bu Desti tambah cantik aja"
Kalimat yang enak didengar bukan? 😌
Kalimat seperti itu terdengar sederhana memang, tapi membuat bahagia, cielah 😌
Mungkin
Kata, kalimat yang kita anggap sederhana, terkadang bisa membuat orang lain bahagia
Oleh karenanya, terkadang saya juga melakukannya dengan sekadar sedikit memuji perilaku positif anak", sepertinya hal itu juga tidak begitu masalah, hanya saja jangan terlalu berlebihan
Dengan harapan mereka juga merasa bahagia karena ada sedikit perhatian yang didapatkan
Tapi nak, maaf ibu belum bisa memberikan yang terbaik untuk kalian
Ibu hanya bisa memberikan yang ibu bisa
Magelang
Selasa, 4 Maret 2024
7 notes
·
View notes
Text
Sahabatku adalah Ibu

Moment saat liburan ke Lembang bersama Ibu, Bapak dan Adik perempuanku
Bersyukur sekali Allah berikan sosok role model sebaik ibu. Dibalik kekurangan yang dimiliki, ibuku adalah seorang perempuan yang sangat pekerja keras dan mandiri. Dulu, Ibu berprofesi sebagai seorang guru mata pelajaran Seni Budaya di tingkat SMP (Sekolah Menengah Pertama) sampai akhirnya sekarang alhamdulillah ibu bisa naik tingkat dan berprofesi sebagai seorang kepala sekolah di SMP Negeri 5 Taman, di Kabupaten Pemalang, Jawa Tengah.
Ibu adalah orang yang selalu menjadi tempatku bercerita, dari mulai cerita perkuliahan, cerita tentang keinginanku untuk hijrah dan belajar islam lebih dalam, bahkan sampai cerita siapa laki-laki yang sekarang sedang aku sukai. Semuanya aku ceritakan kepada ibu tanpa tertinggal sedikitpun.
Dibalik kesuksesan yang sekarang aku bisa capai, Ibu adalah orang yang paling besar memberikan support untukku. Setelah ibu ada bapakku yang tidak bosan-bosan selalu mendoakanku dan adikku setiap waktu. Salah satu sosok inspirasi yang mendorongku untuk menjadi seorang tenaga pendidik adalah ibuku sendiri.
Ibuku juga orang yang paling mengetahui semua kekurangan yang aku miliki. Mulai dari sifat buruk yang aku miliki, akhlak yang masih harus diperbaiki, dan juga ilmu yang masih terus harus dipelajari. Semua hal yang ada pada diriku ibuku mengetahuinya. Aku tipikal orang yang tidak bisa berbohong kepada ibuku sendiri dan menceritakan secara detail semua kejadian yang aku alami.
Sifat pekerja keras yang ibuku contohkan ingin aku terapkan dalam diriku, aku bertekad ingin lebih sukses dari pencapaian yang sudah ibuku capai sekarang. Aku ingin menjadi anak yang bisa membanggakan orang tua, setidaknya jika tidak bisa menyenangkan orang tua karena prestasi atau pencapaian-pencapaian yang dilakukan di dunia, aku tidak ingin membebani kedua orang tuaku di akhirat nantinya. Membebani dengan dosa-dosa yang sudah aku lakukan ketika di dunia. Aku ingin hisab kedua orang tuaku ringan, bahkan jika bisa aku ingin memohon kepada Allah agar memasukkan kedua orang tuaku tanpa hisab ke dalam Surga Firdaus-Nya.
Ibu bukan sekedar orang tua, namun Ibu adalah sahabatku. Dia yang tidak pernah bosan memberikan nasihat agar aku dan adikku menjadi anak yang sukses. Sahabat yang selalu sedia di ganggu 24 jam ketika anak-anaknya sedang dalam kesulitan. Sahabat yang tidak menginginkan balasan apapun dari anak-anaknya. Semua itu dilakukannya dengan ikhlas karena niatnya untuk menjadi madrasah pertama dan terakhir untuk anak-anaknya.
PR besarku sekarang adalah membalas semua jasa kebaikan yang sudah ibuku berikan kepadaku dan adikku. Semoga Allah mudahkan aku dan adikku untuk bisa menjadi anak yang birul walidain atau berbakti kepada kedua orang tua kami dan semoga Allah memberikan kemudahan kepadaku dan adikku untuk bisa membalas semua kebaikan yang sudah orang tua kami berikan, aamiin.
Bandung, 25 September 2023.
31 notes
·
View notes
Text
KADO TERBAIK BY J.S KHAIREN
1. Sinopsis Namaku Riski. Usiaku empat belas tahun. Saat ini aku berdiri di depan panti asuhan. Membawa dua adik perempuanku. Bukan, aku bukan anak yatim piatu. Ibuku masih hidup. Tapi dua menit yang lalu adalah terakhir kali aku bertemu dengan ibu. Hingga kelak aku dewasa, kami tak bertemu lagi. Sementara ayahku tewas tertembak. Panti asuhan ini bukan panti asuhan selayaknya. Dari luar memang ada plang besi bertuliskan Panti Asuhan. Di dalamnya? Penjara yang amat menakutkan. Tak perlu menunggu besok bagi kami merasakan hal mengerikan. Di hari pertama kedatangan, malamnya kami bertiga langsung hampir mati. Kalian, saat seusia kami, sedang melakukan apa? Inilah ceritaku. Tak banyak yang tahu, tak banyak yang mau mendengarkan. Inilah kisahku, tentang kado terbaik itu. Semoga aku bercerita pada orang yang tepat.
2. Kekurangan Novel ini tidak sesuai sama keseharian kita, yang condong kearah positif. Novel ini juga membahas tentang anak jalanan yang dipaksa mengemis bahkan ada yang nekat mencuri, sehingga nilai positif yang terkandung sangan sedikit.
3. Kelebihan Kekurangan yang terdapat pada novel ini, mampu menciptakan kelebihan yang bisa kita putik maknanya. Kita jadi tahu, bahwa tidak semua orang seberuntung kita, kita jadi tahu bagaimana mereka menjalani kehidupan di luaran sana. Selain itu, pembawaan ceritanya sejalan, tidak terbelit-belit, sudah tertata dari prolog hingga epilog.
4. Nilai-nilai Novel ini sangat kental dengan nilai kekeluargaan, terutama pada chapter terakhir, terdapat adegan hangat antara Riski dan Adik perempuannya yang sangat menyentuh hati.
5. Pesan moral Novel ini mengajarkan kita tentang pentingnya bersyukur, karena tidak semua orang merasakan kebahagian seperti kita, banyak diantara mereka yang jauh lebih terpuruk dari kita. Kita juga tidak boleh menjadi orang yang egois, karena semua masalah yang terjadi pada novel ini berawal dari keegoisan sang Ayah yang tetap memilih berkerja sebagai pengedar obat terlarang. Ibunya juga dengan egois meninggalkan mereka di Panti Asuhan, kerena merasa terpuruk dan ingin menenangkan diri.

2 notes
·
View notes
Text
Bintang Kecil di Hatiku
Anakku, bintang kecil di hatiku,
Kau bersinar terang di langit biruku.
Dengan tawa dan langkahmu yang riang,
Hidupku penuh warna dan kenangan.
Setiap senyummu adalah cahaya,
Mengusir gelap, menghadirkan bahagia.
Kau tumbuh bagai bunga yang mekar,
Dalam hatimu, cinta tak pernah pudar.
Kecil tubuhmu, besar mimpimu,
Berlarilah, nak, kejarlah waktu.
Dunia ini luas untuk kau jelajahi,
Dengan cinta, selalu ibu ayahi.
Tak peduli sejauh apa kau melangkah,
Hatiku, rumahmu yang takkan pernah berubah.
Bintang kecil, bersinarlah selalu,
Anak perempuanku, cinta abadi itu kamu.
2 notes
·
View notes
Text
Teruntuk anak-anak perempuanku juga para perempuan hebat di luar sana… Ingatlah bahwa kalian itu berharga. Continue reading Karena Kamu, Begitu Berharga..

View On WordPress
4 notes
·
View notes