Tumgik
#perenungan
segudangpikiran · 1 month
Text
Tiga Pertanyaan
Kapankah waktu yang paling penting?
Siapakah orang yang paling penting?
Apakah hal yang paling penting untuk dilakukan?
Dikutip dari halaman 151 buku Si Cacing dan Kotoran Kesayangannya karya Ajahn Brahm
3 notes · View notes
kawanrembulan · 2 years
Text
Manusia Jhancook!
Sampai sini aku mengerti, bahwa cinta manusia tidak bisa dijadikan tumpuan.
Harapan kepada manusia, siapapun itu, bahkan diri sendiri sekalipun, adalah sia-sia. Manusia terlalu banyak lemahnya, bodohnya apalagi. Mulutnya saja yang banyak bicara, hati dan otaknya didiamkan saja. tidak diberdayakan, dimanfaatkan semestinya.
Selama ini puisi cinta untuk si dia, buang-buang waktu saja ternyata. Jatuh bangun memperjuangkan cinta, ternyata salah jalan perjuangan. sungguh menyebalkan. kesal!
Cinta manusia selamanya akan membinasakan dan memperdaya. Maka jangan terlalu larut seperti larutnya gula dalam gelas kopi. Kopi tetaplah kopi yang pahit, pada hakikatnya gula tidak pernah merubah kopi menjadi kopi yang manis.
Manusia tetaplah manusia. Bodoh dan pelupa. Sekalipun sudah diberi limpahan cinta yang tulus, tetap saja manusia tempatnya lalai dan lupa. Itu bukan kataku, Penciptanya yang bilang begitu.
26 Januari 2023-Mumpung bayi 1 tahun 5 bulan sedang tidur,
10 notes · View notes
galfian90 · 1 year
Text
Jika Kau Ingin Bicara: 'Asu!'
Jika kamu ingin bicara, maka mulailah. Aku hanya ingin berbaring di sini, di atas sebuah kasur yang keras, yang ranjang kayu tuanya akan bersuara kereket setiap kali tubuhku berpolah. Aku hanya ingin menikmati kegelapan di kamar ini, berpura-pura menjadi seorang pemurung yang sedang patah hati, yang baru saja ditinggalkan kekasihnya saat badai angin topan serta derasnya hujan pertama kali…
Tumblr media
View On WordPress
0 notes
hellopersimmonpie · 3 months
Text
Jiwa
Hari ini gue lari sore dengan rute kost ke Galaxy Mall. Cukup struggle karena Surabaya bukan kota yang ramah pejalan kaki. Sebenernya gue bisa lari ke KONI atau ITS. Tapi karena gue pengen menikmati jalanan kota sore hari, gue akhirnya random aja lari ke GM.
Setelah sekian minggu tenggelam dalam pekerjaan, sore ini pertama kalinya gue hidup dengan pelan. Dari pagi gue bersih-bersih kost dan meal prep. Sore harinya gue lari ke Galaxy Mall dan nyari buku di Periplus. Udah lama juga gue nggak baca buku. Gue beli Edible Economics-nya Ha Joon Chang. Masih gue baca beberapa halaman sampai kemudian gue harus sholat maghrib. Ini semua gue lakuin tanpa memegang HP.
Senin pagi tuh list kerjaan gue udah banyak banget. Gue udah mikir hari ini bakal ke kafe buat nyiapin kerjaan besok sampai hati gue sendiri bilang:
"Kamu mending istirahat biar besok fit. Udah lama banget kamu nggak istirahat"
And yes, gue akhirnya istirahat.
Lalu apa yang gue rasain di fase istirahat hari ini?
Selama gue bekerja cepat beberapa minggu ini, gue nggak burn out. Tapi mulai ada kebiasaan-kebiasaan baik yang gue skip seperti baca buku, minum vitamin, olahraga kardio, dan masak.
Mana yang lebih nyaman hidup slow living atau fast pace? Dua-duanya boleh asalkan berkah. Asal kita tidak jauh dari Allah.
Gue pelan-pelan masuk ke fase yang demikian. Tidak terlalu memikirkan mau dikasih kehidupan yang slow atau fast. Yang penting Allah ngasih kenyamanan untuk beribadah wkwk karena gue bukan orang yang tahan diuji dalam ketidaknyamanan ~XD
Menata jiwa agar selalu terhubung kepada Allah itu butuh hidayah. Kadang hidayah itu datang di saat kita hidup dengan lambat. Lewat perenungan-perenungan tentang diri kita. Tapi tidak jarang juga hidup yang lambat membuat pikiran kita kemana-mana.
Ada hal menarik yang gue temui ketika gue rutin treatment untuk ADHD. Bahwa memahami jiwa itu sangat bermanfaat untuk tazkiyatun nafs. Dulu gue banyak skeptis karena khawatir pendekatan psikologis itu sekuler. Tapi setelah gue belajar banyak hal, sama sekali tidak. Psikolog itu membantu kita untuk merawat jiwa, memproses trauma, juga memproses emosi. Hingga kita menjadi manusia yang bisa berpikir sehat dan menata kehidupan kita pelan-pelan.
Kehidupan serba cepat terkadang membuat kita kehilangan hubungan dengan diri sendiri. Tapi tidak jarang juga di kehidupan yang serba cepat ini membantu kita untuk memberikan manfaat ke banyak orang.
Jadi mau bagaimanapun fasenya memang perlu disyukuri.
Tapi kalau kelak gue ditakdirkan bisa membuka lapangan kerja sendiri..... gue berharap bisa ngasih gaji yang banyak, ngasih waktu istirahat yang proper, karena kita tidak akan mungkin membantu manusia untuk berkembang tanpa memberi mereka ruang yang cukup dalam memahami diri sendiri. Karena sebesar apapun usaha manusia merawat dirinya sendiri, ia tidak akan bisa terlepas dari pengaruh lingkungan. Semoga Allah menganugerahkan lingkungan yang membantu kita menjadi manusia yang baik dan damai.
48 notes · View notes
penaimaji · 1 year
Text
Membangun Narasi Indah Pernikahan
Dibalik narasi-narasi indah pernikahan, tentu berawal dari ketidaksempurnaan kita—manusia yang juga banyak salahnya. Jangan denial, manusia juga memiliki kekurangan
Kesalahan bukanlah sebuah masalah, selama kita mau memberi ruang kepada pasangan untuk upgrade diri menjadi lebih baik. Melihat potensi dan sisi baik pasangan yang jaaauuhhh lebih banyak
Dua manusia yang hidup dari sisi berbeda. Masing-masing membawa dampak dari luka-luka selama dua puluh lima tahun silam, yang kini berubah menjadi cerita perenungan dan pembelajaran. Ruang-ruang itu tertata lebih baik; bertahap melalui ruang validasi-penerimaan-melakukan perbaikan-melakukan perubahan
Melihat kilas diriku yang sekarang amat jauh berbeda. Sampai di titik ini, keberadaan anak membuat kami semakin dekat, meski tidak selalu mulus jalannya. Hal-hal sederhana seperti beres-beres rumah, memasak, mengurus anak, yang dilakukan bergantian juga kerjasama. Menemani tumbuhkembangnya, berdiskusi, menceritakan hal-hal kecil satu sama lain
Hidup sederhana, apa adanya, tanpa banyak drama. Memprioritaskan kebutuhan yang penting-penting saja. Tidak perlu berisik ketika bertemu banyak prahara, dan tetap menjaga hubungan dengan Yang Maha
Melewati satu persatu masalah yang dihadapi, mengembalikan semuanya pada diri sendiri supaya tidak mudah menyalahkan orang lain. Kuncinya ialah bersyukur, menikmati yang indah hingga yang pahit sekalipun
Terimakasih sudah mau menjadi tempat, dimana aku merasa diterima tanpa takut dihakimi. Terimakasih sudah membantu banyak hal untuk lebih memahami diri sendiri; juga saling memaklumi
Semoga Allah mampukan menjalani skenario kehidupan ini yang muaranya tentu kembali pada Ia—Pencipta Alam Semesta
Jakarta, 6 September 2023 | Pena Imaji
214 notes · View notes
herricahyadi · 8 months
Note
Bang Heri, minta pendapatnya.
Saya ingin memutuskan melanjutkan kuliah S2 di LN. Tapi mengingat ibu saya yang membutuhkan kehadiran saya rasanya sedih dan memikirkan ulang keputusan saya tersebut. Dan, teman-teman saya tidak henti-hentiny memberikan masukan untuk kuliah di LN. Jadi ada 2 opsi, tetap kuliah di LN dan kuliah di Indo. Menurut mas Heri pertimbangan yang bijak dan matang seperti apa kak?
IBU ATAU LANJUT KULIAH?
Ini berat sih, ya. Saya pernah berada di posisi ini. Saya ceritakan kisah saya sedikit ya.
Jadi, sewaktu kuliah di Turki untuk S3 saya kemarin itu, kurang lebih saya sudah tinggal selama 4 tahun dari 2014 ke 2017-2018. Memang setiap tahun saya pulang ke Indonesia. Tapi, ada satu momen di mana sekitar tahun 2017-2018, sewaktu pulang dan biasa bertemu dengan ibu saya, saya lihat uban di rambut ibu saya makin mendominasi. Itu momen yang tidak akan saya lupa di mana akhirnya saya merenung: saya ke mana saja selama ini baru sadar kalau ibu sudah setua itu?
Dulu, saya berpikir akan menghabiskan hidup saya setidaknya sampai 10-15 tahun lagi di Turki. Mungkin baru akan balik sekitar 2030an. Tapi, setelah perenungan itu, saya memutuskan untuk balik segera. Saya sudah terlalu lama melewatkan waktu bersama ibu. Awal 2020 kemarin saya balik dan berhenti dari kuliah.
Tahun 2020-2021, ternyata saya baru tahu kalau ibu selama ini sakit. Ternyata kanker rahim dan sudah menyebar. Selama 2020 sampai 2022 itu saya menemani ibu operasi dua kali dan kemo dua kali. Bolak-balik RS Fatmawati hampir setiap minggu. Dulu saya tidak mau bertanya sudah stadium berapa, karena saya berpikiran positif saja itu kanker jinak yang bisa hilang dari operasi dan kemo. Di tengah tahun 2022 baru saya lihat dokumen RS, tertulis di situ Stadium 3C. Kesempatan hidup lama untuk pengidap kanker stadium ini hanya 25%.
Desember 2022 harusnya jadwal ibu operasi besar angkat kanker. Semua sudah siap, sudah anestesi, cek ini, cek itu. Hingga pas di pengecekan terakhir kondisi ibu ternyata makin parah. Sudah susah bangun dari tempat tidur. Dan, waktu dibawa ke RS, pas keluar rumah badannya kuning semua. Sampai RS untuk pengecekan persiapan operasi, tapi ibu minta dirawat UGD karena kondisinya sudah tidak kuat. Masuk IHC, hari ketiga jam 10 malam ibu menghembuskan nafas terakhir setelah 3 hari di IHC.
Sebelum ibu operasi ini, sebenarnya saya sudah mengajukan lanjut kuliah S3 dengan program AF dari pemerintah Turkiye, alhamdulillah diterima. Rencananya setelah selesai ibu operasi, tahun depannya saya bisa mulai kembali kuliah dengan bolak-balik Indo-Turki. Februari 2023 tahun lalu adalah momen keputusan besar saya ambil: saya tidak melanjutkan dan berhenti total S3. Padahal tinggal ujian sedikit dan masuk disertasi. Kondisi ini dampak dari kepergian ibu dan rasa yang sudah lagi tidak bergairah untuk lanjut kuliah.
Tapi, saya sama sekali tidak memiliki rasa penyesalan karena berhenti kuliah. Karena ternyata saya bisa menemani ibu sampai akhir hayatnya. Keputusan besar yang tepat yang saya ambil.
Itu pengalaman saya. Bagi kita masing-masing mungkin ada pertimbangnya sendiri. Tidak harus sama dengan orang lain.
Kamu bisa membaca masa depan di tiap keputusan yang kamu ambil. Jika kehadiranmu untuk ibumu jauh lebih bernilai, saranku pentingkan ibumu. Jika usiamu masih jauh di bawah 30, kamu masih banyak kesempatan. Namun, jika ibumu masih bisa berkompromi dengan ketidakhadiranmu, kamu masih bisa mengusahakan agar balik ke Indo serutin yang kamu bisa. Bisa jadi perkuliahanmu itu jadi kebahagiaan ibumu juga. Perbanyak komunikasi. Sekarang sepertinya sudah tidak sulit untuk komunikasi jarak jauh.
Apalagi jika ternyata perkuliahanmu karena beasiswa. Itu kesempatan emas yang tidak semua orang bisa menikmati. Jika tidak ada keringanan untuk penundaan keberangkatan, sebaiknya kamu bisa segera melihat kemungkinan-kemungkinan. Ini hanya bisa kamu lakukan sendiri, karena kamu yang lebih tahu situasinya. Orang-orang luar seperti saya ini hanya bisa memberikan insight dan pertimbangan yang mirip-mirip.
Semoga kamu mengambil keputusan yang tepat ya.
37 notes · View notes
85kilometer · 5 months
Text
Menyepakati Jeda
Adalah dua satu empat belas; setelah percakapan panjang dengan pasangan—aku dan ia bersepakat untuk rehat dari segala hiruk-pikuk kepala. Namun seluruh akal menggerogoti raga, mengelumat daya tak bersisa hingga jadi abu tanpa nyawa.
Pertengkaran memang selalu melelahkan, namun kita tak alpa melakukan. Aku menyayanginya, dan ia juga menyayangiku. Kita saling menyayangi namun dengan cara masing-masing. Hingga seringkali kita berdebat; entah memperdebatkan diri kita atau orang lain. Dan kita, selalu saja tak kehabisan topik dalam mengupas apapun.
Ia dengan segala kecerdikan mampu mengutarakan isi kepala yang seringkali kutentang. Begitu juga denganku, yang bersikukuh dengan pendirian. Ironisnya, kita tak henti bertarung hingga menjelang petang.
Kukira berdiskusi tanpa lelah selalu menemui titik temu, namun baginya menuai masalah baru.
Lalu, kupikir beradu argumen selalu menyimpul benang merah, namun baginya hanya lilitan benang tanpa arah.
Akhirnya, kita menyepakati jeda, meminimalisir komunikasi, dan memberi rehat pada raga yang dirundung lelah. Agar hening memberi perenungan dan memahami esensi kedua jiwa yang saling menentang.
29 notes · View notes
kayyishwr · 5 months
Text
Tulisan : Stimulus
Satu hari itu, sempat berkontak dengan salah satu kakak tingkat yang sekarang sudah resmi menjadi spesialis. Tentu yg dibicarakan dalam komunikasi kami adalah seputar dunia residensi, dan menariknya adalah kesimpulan yg beliau utarakan "namanya juga butuh stimulus dek"
Tapi, tulisan kali ini bukan soal dunia residensi, yg jika dibicarakan akan sangat wow hehe, ini soal stimulus
Stimulus, adalah soal rangsangan. Dan tiap kita memang butuh itu. Sebagaimana saat kita lapar, kita terangsang karena adanya bau makanan yang enak, atau minimal kita melihat sesuatu yang terlihat nikmat. Walaupun mekanisme lapar, tidak hanya dirangsang lewat penciuman dan penglihatan saja.
Stimulus, itu yang akhirnya membuat kita sadar dan bangun. Ya sebagaimana kalau kita tidur, kemudian terpapar sinar atau terciprat air, maka ada rangsang bagi tubuh untuk segera bangun.
Mungkin, inilah yang hilang dari diri kita. Soal stimulus. Kita tidak memiliki sesuatu yang merangsang diri kita untuk sadar dan bangun. Atau, jikapun ada stimulus yang hadir saat ini, lebih bersifat fisik, terlihat, dan sementara. Tidak salah, namun bukankah ada kehidupan setelah ini? Yang kita dimintai pertanggung jawabannya kelak?
Beberapa hari ini, perenungan jadi kesukaan, disamping karena lebih suka menyendiri, juga masih sendiri, dan berusaha untuk mandiri, maka munculah tulisan ini, soal stimulus.
Ada sebagian kita yang menjadikan harta sebagai stimulus bagi hidupnya. Ada sebagian kita yang menjadikan tahta juga sebagai stimulus. Kalau urutannya kalian menebak "ah pasti soal wanita juga" ya mungkin ada, tapi tulisan ini mencoba general saja hahah.
Tapi ada juga yang menjadikan orang tua sebagai stimulus, atau lebih besar soal keluarga. Ada juga yang menjadikan agama sebagai stimulus.
Kembali kepada pilihan kita, tapi aku harap, yang kedua terakhir menjadi prioritas kita. Karena stimulus yang lain itu bersifat sekunder, sedangan kita diajarkan untuk mengutamakan yang primer.
Ah sudah, tulisan ini bukan tidak berkonklusi, tapi semoga membangkitkan kesadaran, bahwa selama hidup, apakah kita punya stimulus-stimulus yang menjadikan hidup lebih greget, berambisi, dan penuh daya juang, dan selanjutnya apakah stimulus kita itu hanya bersifat fisik, atau sudah melampauinya; metafisik
Itu dia pertanyaannya!
26 notes · View notes
mamadkhalik · 3 months
Text
Tahun Baru
Hidup di akhir zaman begitu kompleks.
Betapa banyak media sosial kita dijejali aib manusia yang diumbar-umbar, perseteruan ormas Islam, kezaliman yang merajalela, dan yang akhir-akhir ini adalah kebodohan pemimpin yang tidak amanah urusan orang banyak.
Dalam beberapa bulan ini, aku akhirnya menyadari perkataan Rumi :
Kemarin aku menjadi pintar. Aku ingin merubah dunia. Hari ini aku menjadi bijak. Aku ingin merubah diriku sendiri
Meski tak ku telan mentah-mentah. Aku berpikir kita bisa merubah diri sendiri dan beriringan merubah keadaan, akan tetapi porsi perbaikan diri harus prioritas.
Ambil rehat sejenak, muhasabah atas perjalanan yang telah dilewati. Saat kita siap, kita jadi lebih mantap mengubah dunia, menuju tak terbatas, dan melampauinya.
Selamat Tahun Baru Islam 1446 H.
***
Oiya dalam perenungan beberapa bulan ini, aku menulis buku berjudul "Tapak Mula : Refleksi Menuju Separuh Abad"
Kamu bisa membacanya gratis di :
Tumblr media
14 notes · View notes
herupras · 11 months
Text
Tumblr media
jam dua lewat tujuh menit
seperti yang sudah-sudah, aku merayakan berkurangnya umur di dunia sekali lagi. kali ini 27, perayaan atau perenungan masih abu-abu aku masih belum bisa menafsirkan ini secara sempurna. konon, 27 menjadi angka sakral dalam fase kehidupan. tapi ya sudah hidup harus terus berjalan, tanpa atau dengan makna.
tadi pagi sebagian cuaca cerah sebagian berawan mendung, aku berangkat pagi sekali ke kantor. mengemas dan membawa kecemasan yang berulang. tapi apa yang tidak berulang? semua berulang, luka berulang, kesedihan berulang, perasaan-perasaan berulang. hari ini tahun kembali berulang. 6 november juga berulang.
waktu berlari, cepat sekali. rencana-rencana kemarin beberapa masih lalai terlaksana. aku berencana kembali. semoga-semoga yang kemarin masih sama dengan hari ini. dengan sepotong harapan aku bersikeras melanjutkan perjalanan, berharap suka cita bersemai di sisa-sisa waktu. ya, walaupun badai kadang bisa datang menerjang kapan saja.
terima kasih atas segala hal, berguna atau tidak. banyak do’a, tapi yang selalu tak henti aku beri amiin: semoga kuat selalu, dalam hal apapun. apapun.
hbd btw.
– bdg, 06 Nov 23.
22 notes · View notes
milaalkhansah · 1 year
Text
Tumblr media
Menjadi dewasa tidak pernah mudah buat siapa pun. Kebimbangan akan pilihan, kesepian karena ditinggalkan, kesalahpahaman dengan orang-orang tersayang, serta perasaan yang harus diikhlaskan adalah sekian hal yang kerap menemani kita beranjak dewasa.
Semua kelelahan itu membuat kita merasa sendirian. Terkadang putus asa dan jauh dari kata bahagia. Kita kehilangan daya untuk kembali melangkah.
Dalam buku ini, Mila Alkhansah mencatat semua kelelahannya menjadi orang dewasa dalam bentuk tulisan singkat penuh perenungan. Ia mengajak kita melihat setiap kelelahan dalam sisi yang berbeda. Bahwa tidak apa-apa merasa lelah. Bahwa lelah adalah bagian dari proses kita menuju dewasa. Menjadi pengingat supaya kita tak teralu memaksakan diri dan merasa sendiri. Sebab tumbuh dewasa bukan tentang apa yang harus kita kejar. Tetapi tentang seberapa kuat kita dalam bertahan.
Dapatkan tambahan diskon spesial 5% dengan menggunakan kode voucher yang dapat diklaim mulai besok di Shopee dan Toko pedia @mojokstore dan juga @akubaca
Tumblr media Tumblr media
https://shope.ee/9zVX649Fal
Special offer hanya sampai tanggal 5 September 2023, jangan lewatkan kesempatan terbatas ini, pesan sekarang juga!
Kontak Pemesanan📱+62 878-4580-1366
27 notes · View notes
mayweblue · 2 years
Text
gimana sih cara memperkaya diksi dan menemukan gaya menulis seperti aya?
Tumblr media
kayaknya, ada puluhan atau bahkan lebih pertanyaan semacam itu masuk ke halaman curiouscatku yang sekarang total inboxnya ada 712 unanswered questions. hampir tiap hari ada pertanyaan-pertanyaan yang tipenya sejenis. tapi aku, yang oon dan berjiwa pemberontak ini, jarang membalasnya. bukan karena aku gak suka berbagi ilmu, jawabannya justru karena: aku gak tahu formula yang tepat soal diksi dan gaya menulis ini. gak ada metode ilmiah yang aku bisa bagikan jadi aku takut kalau jawabanku malah seperti anak kecil yang meledek simply karena dia nggak tahu sebenernya isi kepalanya itu seperti apa.
to be fair, sekalipun aku akan dengan lantang bilang kalau aku adalah seorang amatir bahkan hingga sekarang, aku sudah menulis dengan konsisten sejak 2013. nyaris satu dekade. dan dalam kurun waktu itu, aku hampir tidak pernah berhenti menulis. sekalipun aku hanya memproduksi puisi yang luar biasa jelek, aku nyaris tidak pernah meninggalkan kesukaanku pada tulisan. bahkan, saat aku tidak menulis pun, aku tetap membaca sesuatu. memastikan kalau ada kata-kata yang aku ciptakan di kepala, sekalipun aku tidak mengeluarkannya.
tapi, apakah tulisanku langsung bagus? tentu saja nggak.
berikut adalah puisi yang aku tulis pada tahun 2013:
Tumblr media
tulisan ini ditulis oleh bocah yang baru masuk SMP. tidak paham komposisi puisi, tidak tahu apa yang harus dilakukan untuk membuat puisi ini nyaman untuk dibaca. di kepalaku yang usianya 12 tahun saat itu, aku cuma menginginkan satu hal: menulis. dan, keinginan itulah yang sampai sekarang nggak pernah berubah. meskipun sudah banyak waktu berlalu.
setelah melalui proses perenungan yang panjang (tiga puluh menit), aku akhirnya merumuskan beberapa hal yang mungkin bisa aku bagikan. ini sama sekali tidak ilmiah. dan aku bukan nabi yang bisa membagikan ilmu atas dasar wahyu. apa yang aku tuliskan di sini adalah hasil menulis selama beberapa tahun—entah untuk kesenangan atau pekerjaan. nah, jawaban dari pertanyaan paling mendasar (yang dengan tidak cerdasnya aku jadikan judul), kurang lebihnya adalah begini.
1. membaca satu buku untuk menghasilkan satu paragraf
oke maaf, sebetulnya nggak seberlebihan itu. aku cuma nggak ngerti caranya bikin sub-judul. intinya, kamu harus membaca untuk bisa menulis. dan ini mutlak. paten. fardhu.
konsepnya seperti mengisi air menggunakan teko. teko adalah kepalamu, air di dalamnya adalah buku, dan tulisan adalah apa yang akan dikeluarkan teko itu. apapun yang keluar dari teko itu tergantung apa yang kamu isi di dalamnya. nggak mungkin teko kosong bisa mengeluarkan air, kecuali kamu dapat mukjizat.
sebelum menulis, aku sudah lebih dulu membaca. aku tergila-gila pada bacaan. bukungitis. dan aku berharap selamanya aku nggak usah disembuhkan supaya aku bisa selalu menulis.
keluargaku punya toko buku turun temurun yang sekarang sudah tutup total karena bangkrut. makanya, sejak brojol aku sudah terbiasa dengan eksistensi buku. mungkin setelah diazani, aku dibisikkan ayahku, "hei, baca anwar di umurmu yang keempat tahun."
dan aku sudah bisa membaca sejak umur tiga tahun. jangan-jangan betulan karena anwar.
buku-buku yang aku baca juga nggak terbatas buku fiksi aja. aku membaca koran, membaca kumpulan esai, membaca novel sains, membaca roman, membaca hikayat, dan membaca cerita stensil (meskipun aku tidak menyarankan yang ini karena aku benci deskripsi soal selangkangan pria; bikin mual).
sejak dulu, aku selalu dapat nasihat dari ayahku. bacalah buku bukan agar kamu pintar, melainkan agar kamu bijaksana. dan aku mengamini itu seperti seorang beragama yang tekun. tiap kali membaca, ada sistem di kepalaku yang secara otomatis memproses komponennya. seperti memeras jeruk, aku mengambil sarinya, mengonsuminya, mengolahnya dengan organ-organku. sebelum akhirnya, aku mengeluarkannya lagi. tidak dalam bentuk jeruk utuh. melainkan dalam bentuk deskripsi mengenai perasaanku setelah mengonsumsi jeruk, apel, kiwi, mengkudu, dan buah-buahan lainnya.
aku membaca dee lestari dan menyembah supernova seriesnya. aku juga membaca catatan pinggir goenawan muhammad secara religius, hampir-hampir menganggapnya kitab suci. aku membaca puisi-puisi dari indonesia yang jumlahnya banyak sekali. membaca anton chekov, sekali-kali, dan cerpen-cerpen kompas juga. tapi, aku merasa gaya penulisanku justru dipengaruhi oleh dee dan goenawan muhammad.
2. menulis adalah berbicara
oke, kali ini kita bicara diksi. meskipun dari sub-judul nggak ada diksi-diksinya, tapi inti dari pembahasan ini adalah soal pemilihan kata.
kamu tahu soekarno? proklamator kita itu terkenal dengan kemampuan orasi dan komunikasinya. nggak cuma kepada perempuan, tapi juga kepada nyaris seluruh lapisan masyarakat. meskipun ia pernah tersandung masalah ideologi, kemampuannya untuk mengurai suatu ilmu menjadi sesuatu yang mudah dipahami oleh semua orang bukan hal yang sederhana. nah, cara ini lah yang aku lakukan dalam pemilihan kata-kataku.
sekalipun aku tahu apa itu jentera, aku akan tetap menggunakan roda karena orang-orang lebih tahu yang kedua. menulis adalah tentang mengomunikasikan isi kepala kita agar pembaca mengerti. jadi, kunci yang paling penting dalam memilih diksi bukanlah 'apa kata ini cukup indah?', melainkan 'apa kata ini cukup dipahami?'
i have nothing against diksi indah tesaurus, tapi penggunaan diksi langka yang tidak pada tempatnya, menurutku, akan membuat kunci dari tulisan itu akan kabur. alih-alih mengerti, orang-orang justru akan pusing. bingung. dan pada akhirnya, dibaca hanya akan dibaca saja. tidak dimengerti.
aku selalu menempatkan pembacaku sebagai lawan bicaraku. aku sedang menatap matanya, aku sedang berbicara padanya, aku ingin dia mendengarkan dan memahamiku. makanya, aku akan mengatakan apa mauku dengan terus terang. sekalipun aku menggunakan metafora, aku akan memastikan apa yang aku katakan dipahami.
dan diksiku tetap indah. aku percaya diri mengatakan itu sekalipun tulisanku praktis tidak banyak menggunakan sinonim, tidak banyak menyamakan rima, tidak banyak menggunakan kata-kata asing.
sebagai contoh:
Tumblr media Tumblr media
dua tulisan itu, tidak banyak pakai metafora macam-macam. kamu akan langsung paham apa maksudku tanpa harus membuka tesaurus atau bahkan kamus. kata-kata yang dipakai umum. dikenali. dipahami. tapi, sekali baca, orang juga tahu itu bukan tulisan berita. kukira, ini adalah kunci dari keindahan itu sendiri: sederhana dan tahu diri.
jadi, harus kuakui, sebetulnya aku ini payah soal kekayaan diksi. yang aku lakukan adalah mengolahnya. menjadikan bahan itu-itu saja menjadi makanan enak yang bisa dikonsumsi siapapun.
saranku, hal yang paling efektif untuk memperkaya diksi adalah membaca buku-buku filsafat atau membaca esai goenawan muhammad. banyak penggunaan istilah dan penempatan kata yang berbeda daripada yang digunakan dalam buku fiksi populer. cara ini sangat membantu.
(dan bonus ilmu, kalau kamu sedang iseng mempelajari soal keberadaanmu sebagai manusia serta kehidupannya.)
3. menulis adalah memaafkan kenyataan
kamu bisa jadi siapa saja. kamu bisa punya sayap dan tiga belas penis kalau mau, di dalam tulisanmu. tapi, menuliskan kenyataan, yang terjangkau oleh seluruh panca indra kamu, adalah hal yang sudah harus bisa kamu lakukan sebelum kamu menghancurkan seluruh aspek di dalamnya.
bagiku, cara paling rendah hati untuk menjadi seorang penulis adalah dengan membuka mata lebar-lebar. kejujuranmu mendeskripsikan susu akan menyelamatkan seorang bayi yang alergi. makanya, proses spiritual yang menurutku perlu dilalui seorang penulis, adalah dengan peka terhadap hal-hal di sekeliling kita.
gunakan empati ketika bercerita. pakai panca indramu. pakai hatimu. pakai kepalamu. pakai semua yang ada pada dirimu, dan kamu telah menuliskan kenyataan, sekaligus memaafkannya.
aku melakukannya dengan mengajak bicara tukang bengkel yang membetulkan motorku. menggunakan transportasi umum sambil menebak-nebak isi kepala mereka. aku juga sesekali melancong, kalau sedang punya duit dan waktu. bertemu orang asing dalam perjalananku, mendengarkan cerita-cerita mereka, lalu menuliskan kembali. versi mentahnya (yang tidak diedit dan diromantisir), bahkan bisa dibaca di akun tumblrku. bagiku, melihat kenyataan akan membuat kita paham kalau cerita itu tidak lahir begitu saja. ia lahir dari kehidupan yang terdistorsi, sebagaimana yang dilakukan saintis maupun filsuf, penulis juga mengabadikan rahasia-rahasia yang ada di alam semesta, dengan menggunakan kata-kata.
4. menulis itu harus interdisipliner
aku mempelajari banyak hal. agama, filsafat, sains, sastra, dan semua yang terjangkau untuk menghasilkan sebuah tulisan. di hadapan ilmu, aku selalu menempatkan diri dalam posisi begitu kecil. aku tidak tau apa-apa dan aku harus mencari tau.
dan sejujurnya, tidak ada yang lebih seksi daripada menuliskan backgroundmu sendiri. jadi, kalau kamu malas belajar ilmu lain, pelajarilah hal-hal yang sudah kamu pelajari. mungkin kalau dulu kamu cuma tahu kalau bernapas itu menggunakan oksigen, sekarang kamu cari tau bagaimana proses hingga oksigen itu terhirup. versi mendetail dan mendalam. biasanya, makin kita mencari, makin kita sadar kalau banyak sekali hal yang tidak kita tahu. dan aku suka perasaan itu. perasaan lapar ketika mencari, perasaan tidak sabar untuk menuliskannya kembali.
sekian.
iya, betulan sudah selesai. aku hanya punya empat tips dan aku ragu apakah bisa diterapkan. meskipun demikian, semoga apa yang aku pelajari selama beberapa tahun ini bisa jadi hal yang bermanfaat untuk kamu-kamu semua yang membaca ini.
pada akhirnya, yang paling penting dari menulis, sebetulnya adalah konsistensi. sebab keempat hal tadi tidak mungkin dilaksanakan dalam waktu satu bulan saja. aku bahkan butuh satu dekade untuk memahami empat. yang harus stagnan itu keinginan kita untuk selalu menulis. makanya, aku yakin, dalam tahun-tahun berikutnya, akan ada banyak hal yang berubah dan berbeda dalam aspek-aspek pendukungnya. karena kita manusia harus selalu belajar.
seperti, ketika kita tidak menemukan sesuatu di kolom pencarian twitter; kadangkala itu cuma kesalahan teknis yang bukan kesalahan kamu. dan yang bisa kita lakukan cuma satu, 'kan?
coba lagi.
81 notes · View notes
aniihsrysworld · 2 months
Text
Tumblr media
Review Buku: Hal-Hal yang Boleh dan Tak Boleh Kulakukan oleh Teruko Kobayashi:
Baru saja saya selesai membaca buku Hal-Hal yang Boleh dan Tak Boleh Kulakukan karya Teruko Kobayashi di aplikasi iJakarta, dan saya merasa perlu membagikan pengalaman membaca yang sangat berkesan ini.
RINGKASAN BUKU:
Buku ini adalah kumpulan refleksi diri yang ditulis dengan penuh kejujuran dan kebijaksanaan oleh Teruko Kobayashi. Setiap halaman menyajikan kisah-kisah kehidupan sehari-hari yang diwarnai dengan perenungan mendalam mengenai hal-hal yang sebaiknya dilakukan dan dihindari agar hidup menjadi lebih menyenangkan dan bermakna. Buku ini tidak hanya menawarkan nasihat bijak, tetapi juga memberikan pemahaman baru tentang bagaimana kita seharusnya menghadapi berbagai situasi dalam kehidupan.
Kutipan favorit:
Salah satu kutipan favorit saya dari buku ini adalah:
"Hidup bukanlah tentang seberapa banyak hal yang bisa kita capai, tetapi seberapa dalam kita bisa merasakan setiap momen yang kita lewati."
Kutipan ini benar-benar mengingatkan saya untuk selalu menghargai setiap momen kecil dalam hidup dan untuk tidak terlalu terfokus pada hasil akhir semata.
Pesan Moral:
Buku ini mengajarkan banyak pesan moral yang berharga. Di antaranya adalah pentingnya kejujuran pada diri sendiri, sikap rendah hati, serta pentingnya menjaga keseimbangan antara kehidupan pribadi dan profesional. Kobayashi menekankan bahwa kebahagiaan sejati datang dari dalam diri kita sendiri, bukan dari pencapaian materi atau pengakuan dari orang lain. Selain itu, buku ini juga mengajarkan bahwa tidak apa-apa untuk membuat kesalahan selama kita belajar darinya dan terus berusaha menjadi pribadi yang lebih baik. Refleksi yang ditulis Kobayashi mengingatkan kita bahwa hidup adalah perjalanan panjang yang harus dijalani dengan penuh kesadaran dan rasa syukur.
Kesimpulan:
Secara keseluruhan, Hal-Hal yang Boleh dan Tak Boleh Kulakukan adalah buku yang sangat inspiratif dan layak dibaca oleh siapa saja yang ingin memperdalam pemahaman tentang diri dan kehidupan. Teruko Kobayashi berhasil menyajikan nasihat-nasihat bijak dengan cara yang mudah dicerna dan sangat relevan dengan kehidupan sehari-hari. Saya sangat merekomendasikan buku ini untuk siapa saja yang sedang mencari panduan untuk hidup yang lebih bermakna dan penuh kebahagiaan. Kamu bisa menemukan buku ini di aplikasi iJakarta dan menikmati setiap refleksi mendalam yang ditawarkan oleh penulisnya.
XoXo.
6 notes · View notes
penaimaji · 1 year
Text
Letak Takwa
Salah satu letak takwa seorang muslim ialah bagaimana respon ia saat dihadapkan dengan masalah atau ujiannya. Tentu bukan hal yang mudah awalnya; butuh ruang; butuh perenungan; butuh penerimaan; namun sebagai seorang muslim, baiknya kita meletakkan takwa setelah menghadapinya
Jujur pada Allah, bahwasannya tiada daya melainkan semua atas kekuatan dan kehendak-Nya. Meminta pada Allah diiringi dengan perasaan roja' dan khouf. Benar saja, Allah selalu memberi jalan keluar, saat kita mau percaya
Perjuangan belum genap dua tahun ini, masyaAllah perlahan membuahkan hasil. Membentuk habit yang baik untuk anak, membersamai tumbuhkembangnya. MasyaAllah.. seorang ibu tidak bisa melakukannya sendiri, butuh support system dari orang terdekat
Pasca melahirkan, sebulan pertama dibantu mertua dan kakak ipar, menjalani hari-hari dalam merawat anak. Sungguh kalau diingat-ingat, berat sekali saat itu. Semoga Allah kuatkan para ibunda yang sedang berjuang :'))
Bulan kedua dan ketiga, bersama suami saling kerjasama. Bulan keempat sampai di usia satu tahun tiga bulan, saat tidak ada suami, alhamdulillah dibantu ibuk yang biasa kupanggil bude di sekolah. Sangat membantu kewarasanku, memberikan jeda agar terbiasa bersama anak
Sampai akhirnya aku terbiasa menjalani hari-hari bersama anakku yang tangki motorik sensoriknya begitu besar. Setelah beberapa bulan mencari dokter yang cocok di Jakarta, akhirnya Allah temukan kami dengan dokter Apin. Walaupun waktu konsultasi dengan beliau terbatas, juga jarak tempuh yang lumayan jauh
Di era infodemik ini—dimana ilmu apapun secara teori, termasuk dunia kesehatan dan parenting, bisa dengan mudah kita akses. Orang pertama yang harus aware dengan anak ialah orang tuanya. Menjadi pelajaran besar buat aku dan suami, yang terus berusaha untuk belajar
Sebaik apapun kita berikhtiar, akan jauh lebih baik kita melibatkan Allah dalam setiap urusan. Kita bukan apa-apa tanpa Allah, Ia yang memberi kekuatan, serta memudahkan urusan-urusan kita
Jakarta, 12 Oktober 2023 | Pena Imaji
111 notes · View notes
herricahyadi · 1 year
Note
Selamat pagi Mas Herri, semoga Allah senantiasa melimpahkan keberkahan untuk Mas Herri dan keluarga.
Sebelumnya mohon ijin mas, saya anak tunggal, dekat sekali dengan ibu. Qadarullah Allah panggil ibu saya bulan lalu, kemudian 18 hari setelahnya Allah panggil kakek saya (ayahanda ibu) yang tinggal bersama kami beberapa tahun ini. Setelah kepergian ibu rasanya berat sekali hidup ini. Ibu adalah teman saya berfastabiqul khairat dalam hal apapun, teman melakukan berbagai aktivitas bahkan juga partner berbagi kebaikan. Selama ini sumber semangat saya adalah ibu, tapi setelah beliau wafat rasanya kehidupan saya seperti hambar, tak ada semangat, saya merasa terpuruk sekali. Hampir setiap hari saya menangis, entah karena rindu, merasa bersalah karena belum banyak membahagiakan beliau dan juga takut tidak bisa menjalani kehidupan dengan baik selepas beliau pergi. Ditambah dengan kepergian kakek, rasanya hancur sekali. Beberapa tahun ini kami berusaha menemani kakek semaksimal yang kami bisa, ikatan kedekatan itu membuat rasa kehilangan ini semakin pedih.
Saya sadar betul takdir Allah selalu yang terbaik, saya pun menerima semua yang Allah takdirkan. Saya juga berusaha memberikan doa terbaik dan hal-hal baik lainnya untuk kebaikan ibu dan kakek.
Sebagai manusia biasa, kadang saya berpikir 'kenapa hidup saya terasa lebih berat daripada orang lain dengan berbagai problematika yang saya hadapi?'
Mohon ijin bertanya mas, selama ini, apa yang membuat Mas Herri bisa bangkit ketika berada dalam kesedihan mendalam atau kondisi terendah?
Terima kasih banyak mas sebelumnya.
Pagi. Eid Mubarak untuk kamu, keluarga, dan semua yang membaca.
Tidak bisa, saya sampai hari ini tidak bisa bangkit. Karena momen ibu saya wafat berbarengan dengan banyak hal. Semua yang sudah saya rencanakan cukup berantakan. Dan, seperti yang sebelum-sebelumnya saya utarakan, bahwa semangat saya benar-benar luntur. Saya harus mengubah banyak rencana, tapi sudah cukup letih. Akhirnya, saya berjalan tanpa kemajuan yang berarti. Masih tergopoh hingga saat ini.
Meski sekarang saya sudah mulai untuk mengatur kembali rencana untuk beberapa tahun ke depan lagi. Iya, baru saja mulai beberapa minggu belakangan ini. Jadi, saya bisa merasakan apa yang kamu alami. Kehilangan seseorang itu berat. Sedih atas kepergian mereka adalah wajar. Tidak mengapa, biarkan saja perasaan itu mampir sebentar di dirimu. Menangis saja atas segala hal yang kamu rindui; kamu sesali; kamu cintai. Agar tangisanmu menjadi saksi bahwa kamu menyayangi mereka. Tapi, jangan sampai berhenti di situ. Tentu mereka tidak mau kamu sedih berkepanjangan. Enam bulan ini baru saya bisa untuk tidak menangis lagi ketika mengingat barang-barang peninggalan ibu yang masih rapi saya simpan. Iya, hanya perihal ibu yang bisa buat saya menangis—selain itu saya terbilang tangguh. Sebulan tentu waktu perenungan untukmu, jadi tidak perlu untuk dielakkan.
Tapi, pemikiran “Kenapa hidup saya lebih berat daripada orang lain” ini sangat keliru, menurutku. Karena kita tidak pernah tahu apa yang mereka lalui; apa yang mereka tangisi. Bisa jadi mereka lebih sakit kehilangan; lebih berduka; lebih pilu situasinya. Tidak, tidak bisa kita berpikir seperti itu. Bahwa beratnya hidup kita adalah momen yang harus kita lewati. Iya, ia akan berlalu seperti masalah-masalah kita yang telah berlalu sebelumnya. Serta, kita tidak bisa menjadikan kedukaan orang lain sebagai ukuran berdukanya kita. Duka itu tidak untuk dikomparasi.
Biasanya jika menemukan situasi seperti kesedihan seperti ini, saya akan mengalihkannya ke aktivitas lain. Terutama jalan ke tempat yang cukup jauh. Bukan karena jauhnya yang dianggap bisa mengalihkan kesedihan. Bukan. Tapi, banyaknya orang baru dan hal-hal baru yang saya temui yang mampu mengalihkan sementara waktu. Jika tidak sempat, saya ke toko buku. Melalui jalur baru yang jarang atau tidak pernah saya lalui. Menjauh dari HP dan komunikasi dengan orang banyak. Fokus pada diri sendiri dan perenungan yang perlu digali. Dari situ seperti menyetel ulang waktu. Sehingga kita punya cukup ruang untuk berpikir secara jernih.
34 notes · View notes
sandesvir · 1 month
Text
Terang itu Masih Menyandang Namamu, Terang yang ingin kutuju saat ruang tenangku menjadi gelap dan penuh gemuruh
Malam itu, aku berharap pagi lekas datang dan setidaknya seluruh perasaan buruk itu dapat sementara terpendam. Dan ya, setidaknya aku bertahan sampai pukul 4 sore. Selebihnya aku kembali menjadi raga yang senyap dengan batin yang porak poranda. Bahkan gejala ketidakwarasan telah terasa sejak siang. Diantara banyak adegan kehidupan aku tenggelam dalam samudra lamunan. Melewatkan candaan dan perbincangan asyik yang bahkan tak sempat didengar. Tak sadar aku sedang mengisi ulang pikiran dan batin dengan kecemasan, kekhawatiran, dan ketakutan. Tolong, segera bawa aku pulang. Sebelum rasa pedih ini makin mendesak ingin segera membuncah.
Rasanya serba sesak. Banyak ruang seakan terisi penuh tapi tak satupun menampakkan wujudnya. Semakin dalam dilumat gelap malam, aku takut ada benang yang retas dalam diri dan membuatku lenyap. Aku ingin bicara, memuntahkan segala lara yang sulit dikisahkan. Tapi tak ada sesiapa, rasa-rasanya. Ada denyut lain yang seperti kesepian, tapi rasanya lebih menyakitkan. Dalam perenungan paling pasrah, terbesit satu nama redup-remang. Namamu. Masih kamu.
Terpikir tentangmu, di kala diri dihabisi oleh kelesah, aku ingin egois menjadi manusia durjana yang merengek hadirmu saat ini juga. Atau boleh aku datang padamu?. Tapi maaf, sedang badaiku makin tak karuan. Alih-alih bingkisan, yang kubawa hanya isak yang tertahan. Sejenak saja kupercayakan duka dan luka yang tengah merajahi jiwa. Tolong, bolehkan aku hancur dalam dekap teduhmu.
S.
4 notes · View notes