Tumgik
#rekan kerja
goapinduljogjakarta · 2 years
Text
GOA PINDUL JOGJA
Goa Pindul Jogja l Tempat wisata cave tubing di wonosari gunungkidul yogyakarta
Melayani wisata paket cave tubing goa pindul, rafting oya, Goa Sriti, Goa Tanding, Fun OFFROAD, dan juga Outbond.
Paket wisata yang penuh sensasi dan kontroversi :D
Jangan sampai ketinggalan untuk menikmati keindahan panorama dan keasyikan cave tubing bersama keluarga, rekan kerja, kuliah, dan korporat
Kami juga bekerja sama dengan agent agent wisata untuk memberikan promo khusus untuk yang membawa rombongan
Jangan sungkan sungkan hubungi kami:
Untuk informasi dan reservasi paket wisata goa pindul hubungi:
0812 2786 0762 (Mas Ris)
0822 2515 2172 (Kang Santo)
www.goapindul.id
www.goapindulwisata.id
.
.
.
---------------------------------
.
0 notes
souvenir-premium · 7 months
Text
CEPAT, HUB 0821-3108-7971 | Souvenir Tumbler Stainless Balikpapan
Tumblr media
0 notes
far2008 · 2 years
Text
4 Pegawai Kemenkop Perkosa Rekan Kerja, Saat Verifikasi Berkas Lamaran CPNS
4 Pegawai Kemenkop Perkosa Rekan Kerja, Saat Verifikasi Berkas Lamaran CPNS
Kasus 4 pegawai Kemenkop perkosa rekan kerja terjadi di Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (Kemenkop UKM). Empat pegawai memerkosa wanita rekan kerja mereka di salah satu kamar Hotel Permata Bogor. Perbuatan bejat tersebut terjadi ketika para staf Bagian Kepegawaian melaksanakan rapat/tugas di Bogor pada Desember 2019. Agenda rapat adalah verifikasi berkas lamaran CPNS. Peristiwa…
Tumblr media
View On WordPress
0 notes
jndmmsyhd · 3 months
Text
Berakhirnya suatu hubungan bukan berarti awal dari permusuhan, dewasalah dalam bersikap. Beberapa hal mungkin ada yang harus berhenti dan berjalan masing-masing, sebab tujuannya berbeda, meski awalnya sama. Biasa saja.
Perjumpaan dan perpisahan itu saudara kembar, akan selalu berdampingan dan selalu begitu. Mustahil kita memilih berjumpa tapi tidak mau dengan perpisahan.
Entah pada pertemanan, rekan kerja, sahabat yang dulu bersama, keluarga, dan semua hal yang berhubungan dengan hidup kita pasti akan begitu.
Tidak apa-apa, sikapi saja dengan dewasa. Semoga apapun yang menjadi pilihan kita, selalu hadir bersamanya hati yang lapang dan kuat, untuk menerima setiap konsekuensinya.
@jndmmsyhd
— Meninggalkan Gambir dengan kereta Manahan, ramai oleh orang-orang tapi tenang dengan turunnya hujan ❤️
338 notes · View notes
sarasastra · 26 days
Text
Interaksi Lawan Jenis pasca Menikah
Sepertinya memang jadi ujian bagi sebagian orang perihal; menjaga batasan dalam berinteraksi dengan lawan jenis.
Tidak hanya bagi para single, tapi berlaku juga untuk mereka yang sudah menikah.
Tidak terlepas bagi perempuan atau laki² saja melainkan keduanya. Perlu punya penjagaan diri, pemahaman yang meliputi bagaimana Islam mengatur interaksi kepada lawan jenis yang itu 'orang asing' atau dalam hal ini: non-mahram.
Dulu saat single, sedikit saya akui saya cukup kesulitan dan agak longgar penjagaannya. Saya memang tidak terlalu strict tapi tidak juga yang membebaskan diri berinteraksi semaunya sama laki².
Walau lingkungan bergaulku katakanlah masih circle anak kajian, anak organisasi islam di kampus, anak masjid kampus, tapi kalau kutilik kebelakang ada beberapa hal yang sebetulnya sangat perlu dibenahi kulturnya.
Karena mepet sekali dengan pelanggaran syariat. Perlu super hati-hati dan kuat²an prinsip hehe. Karena masih muda masih mudah juga terombang-ambing dan bergelombang perjalanan penguasaan hatinya.
Namun baiklah, itu sudah masa lalu. Kita ambil pelajarannya saja :)
Sering kita lihat beberapa kasus, masalah dan kejadian yang serius dalam kehidupan berumahtangga bermula dari ketidakmampuan salah satu atau keduanya ketika berinteraksi dengan orang luar.
Bermudahan-mudahan bicara dan berkomunikasi dengan teman kantor/teman kerja, teman dimasa lalu, mantan crush, apapun namanya—sebetulnya itu ranjau. Tidak seharusnya kita dekati.
Ada cerita seorang perempuan nebeng pulang ke teman lelakinya yang sudah menikah, tanpa paham situasi, tanpa mengerti posisi keduanya malah melakukan kesalahan.
Ada pula seorang istri yang curhat ke rekan kerja lelakinya soal masalah rumah tangganya, dan merasa nyaman didengarkan dan diberi masukan oleh rekannya tsb, malah lama-lama jatuh hati.
Kedua hal ini fatal. Jelas.
Meskipun awalnya dari kata "ah cuma gini.." ujungnya bisa mengganggu keharmonisan rumah tangga lho.
Jangan juga bagi mereka yang single dengan santainya menghubungi teman lawan jenis mereka yang sudah menikah. Hanya bertanya kabar, mau tau life update-annya, cuma basa-basi. Stop! Sebaiknya tidak.
Bahkan sekadar reply story yang sebetulnya ngga perlu juga direspon tapi malah direspon. Ingin dinotice. Ingin bisa ngobrol² diskusi sepeti dulu. Tanpa mereka melihat dan memahami kondisi teman lawan jenisnya sekarang yang sudah bersuami atau beristri. Tidakkah bisa memahami perasaan pasangannya nanti jika melihat isi obrolan tersebut? Sebaiknya tidak ya.
Hubungi dan berkomunikasilah jika ada perlu. Keperluan yang mendesak. Jika ada urusan muamalah yang harus diselesaikan. Kalau mau lebih nyaman dan aman, hubungi teman lawan jenismu melalui pasangannya (yang sejenis denganmu), itu pun jika kalian sama² kenal dan lebih berhati-hati.
Untuk sebagian orang lainnya, perihal menjaga interaksi dengan lawan jenis ini; ia sudah mampu kuasai.
Ada chat dari lawan jenis tanpa keperluan mendesak? Abaikan.
Ada ajakan reuni dari teman² sekolah atau organisasi kampus dulu? Abaikan, tidak perlu hadir.
Baginya, kehidupan ia bersama pasangannya sudah cukup. Dan secara sadar ia paham perlu menjaga kepercayaan serta kehangatan rumah tangganya.
Saat ini, barangkali ada sebagian orang berada diposisi yang menguntungkan sebetulnya.
Yang mana bagi pasangannya, ia adalah satu²nya teman dekat. Bahkan dari siapapun yang pernah mengenalnya tak ada yang sedekat dirinya.
Penjagaannya sejak masa single dulu, membawa keselamatan di masa depan. Dan pasangannya jadi belajar banyak darinya tentang bagaimana seharusnya menjaga diri dari interaksi yang tidak perlu dengan lawan jenis.
Baik, ini sebuah challenge.
Tapi dengan pertolongan dan penjagaan dari Allah— semoga saya dan kamu yang membaca tulisan ini selalu diselamatkan dari masalah dan segala bahaya. Aamiin.
Tangerang, 5 Mei 2024 | 20.19 WIB
139 notes · View notes
dedehighdream · 7 months
Text
Kenapa tiap kali membatin sesuatu, sosmed kita seolah mengerti ?
Misalnya kita lagi ada masalah dengan pasangan, teman ,atau rekan kerja tiba-tiba muncul di beranda medsos atau dpt di tiktok kita, sesuatu yang berkaitan dengan apa yang kita batin ?
Kenapa ya bisa begitu ?
Ini penjelasannya :
Jadi segala sesuatu hal di dunia ini mengandung hidrasi energi. Apa yang kita pikirkan, rasakan, dan ucapkan itu mengeluarkan getaran energi pada frekuensi tertentu.
Ketika memikirkan atau membatin sesuatu secara terus menerus Alam Semesta menangkap sinyal tersebut, kemudian menghadirkannya dalam bentuk orang, kondisi atau hal lain yang mana frekuensinya sama dengan apa yang anda pikirkan.
Jadi pikiran dan perasaan anda menarik sesuatu yang sefrekuensi.
Mulai sekarang jangan kaget kenapa kok yang anda batin kemudian muncul di sekitar anda karena sebenarnya pikiran anda sendirilah yang menariknya.
Ruangsemesta , 14 Nov 2023
70 notes · View notes
diaryputri · 6 days
Text
Tak Ada Yang Salah
Setiap manusia terlahir dengan perasaan yang ia bawa sejak lahir. Perasaan tsb menjadikan manusia mudah berlemah lembut kep sesama, tak keras apalagi kasar sehingga menindas, juga enggan merasa lelah sebab yang terkasih selalu ada menemani perjuangan. Ialah cinta, kata sederhana yang sarat akan makna. tumbuh membersamai manusia hingga akhir usia. jutaan penyair berlomba-lomba mendefinisikan cinta dengan majaznya, pujangga enggan lelah menyelesaikan bait-bait puisinya, anak muda pun kian gemar mengenal & bersahabat dengannya. tak ada yang salah dengan cinta, sebagaimana tak ada yang salah dengan ciptaan-Nya. kasih sayang ayah ibu pada anak, guru pada murid, kakak pada adik, tetangga & tetangga, sesama rekan kerja, dan itu tak ada yang salah. Ketertarikan seseorang kep seseorang misalkan, apakah perasaan itu adl sebuah kesalahan? Apakah mengenalnya adl sebuah kekhilafan? Apakah melangitkan doa untuk kiranya diperkenankan bersama adl sebuah kekeliruan? Lalu timbul pertanyaan mengapa perasaan itu diciptakan? Apakah untuk saling menyakiti? Ataukan saling mengoles obat pada luka-luka yang tak pulih? tentu jawabannya tidak. mustahil Allah menciptakan sesuatu untuk menyakiti hamba-Nya. Perasaan cinta tak pernah salah, namun kesalahan sebenarnya terletak pada bagaimana ekspresi atau tindakan seseorang yang berprasaan tsb. banyak dr manusia merasa sudah memiliki, padahal langit belum memberi izin. Banyak dr manusia menjadikannya tujuan, padahal waktu belum berkemauan untuk menyatukan. Banyak dr manusia mudah mengikat janji, padahal ikrar akad belum terucapi. Banyak dr manusia melumrahkan pertemuan, jalan-jalan, hingga kenangan, padahal syariat jelas-jelas belum menghalalkan. Hingga diujung cerita manusia menggores lukanya sendiri, lalu kemudian bingung bagaimana hendak mengobati. tak ada yang salah dengan cinta. Melihatnya dari kejauhan mungkin memang menyenangkan, mendengar cerita baik buruk tentangnya juga menggembirakan, hingga tahu kekurangannya kadang-kadang hanya membuat kita tertawa tanpa sadar bahwa itu perlu dipertimbangkan. Melihatmu, mendengar namamu, menyimak ceritamu, mengetahui keseharianmu, mimpi-mimpi besarmu, kenangan penting dalam hidupmu, bagaimana engkau melewati hari-harimu yang berat, bagaimana engkau mempoles luka-lukamu yang perih, bagaimana keadaan ibu bapak & saudara saudarimu. Percakapan-percakapan sederhana yang mungkin memang menarik, akan tetapi tidak, maaf saya lebih pilih berkahnya. Ibadah, kebaikan, wawasan, pengalaman, ruh perjuangan seseorang sudah pasti mudah melemahkan hati. tapi semua akan tetap bernilai ibadah jika manusia sadar bagaimana harus mengambil langkah. tidak mungkin disebut syariat jika ia bukan jalan yang mengantarkan manusia pada kehidupan jauh dari maksiat. Tidak mungkin dihadiahi kecewa jika hamba-Nya mampu melewati dilema hatinya yang berat. So, semangat berjuang. Semangat berproses. Semangat menjadi peribadi yang lebih baik. Jadikan syariat jalanmu maka Allah akan menghadiahi salah satu hamba terbaik-Nya untukmu.
27 notes · View notes
langitawaan · 1 year
Text
124.
Aku suka sekali mendengarkanmu bercerita. Mengenai riwehnya pekerjaan, rekan kerja yang menyebalkan, hobimu dan hal lainnya yang meskipun sebagian tidak ku pahami, aku tetap suka.
Bagiku menyimak dan menyelami cara berpikirmu adalah wujud lain supaya aku bisa melihat bagaimana kacamatamu dalam memandang kehidupan. Melakukannya seperti sedang menebak berbagai macam musim dengan cuacanya yang sulit diprediksi—kadang hujan turun ketika sedang cerah-cerahnya atau seketika mentari bersinar cerah lepas hujan turun mengguyur.
Aku paham betul agar bisa seiya dan sepaham membutuhkan waktu sepanjang usia untuk belajar menyeimbangkan ritme. Sepanjang waktu itu tentu kita tidak bisa saling memberi janji jika langit akan selalu biru dan bunga terus bermekaran di lajur yang sudah kita pilih ini. Tetapi kita bisa untuk saling mengupayakan yang terbaik, menjaga dan menghargai satu sama lain.
Maka, mudah-mudahan mau bagaimana pun musim yang 'kan kita temui tangan ini akan tetap saling menggenggam dan mengingatkan; kita berani menempuh jalan ini karena-Nya dan semata untuk-Nya.
Fajar, 04.50 | 09 Februari 2023.
188 notes · View notes
gizantara · 5 months
Text
11-12 : Closure
Aku mau nulis sesuatu di hari terakhir di 2023 tentang closure, mumpung momentumnya pas. Ngomong-ngomong tentang closure, istilah lain yang tepat adalah, “beri aku pembenaran atas penolakanmu sehingga aku bisa merasa nyaman dengan diriku sendiri.”
Baik itu dengan teman, anggota keluarga, rekan kerja, atau hubungan romantis, move on tanpa closure rasanya mustahil. Biasanya saat sesuatu berakhir, seseorang nggak perlu ngasih pernyataan penutup karena mengakhiri hubungan itu sendiri kan sudah merupakan penutupan. Tapi yang sering kita cari sebenarnya adalah alasan kenapa hubungan itu berakhir.
Closure dalam mindset kebanyakan orang sangat sulit untuk dilakukan karena melibatkan orang di masa lalu yang bersedia berdiskusi dengan tenang, rasional, dan dewasa tentang apa yang menyebabkan sesuatu berakhir. Namun sangat sedikit orang yang mempunyai kemampuan untuk melakukan hal ini.
Meski demikian, closure adalah hal yang sangat pribadi dan benar-benar nyata. Mungkin karena sifatnya yang personal itulah orang-orang dengan tingkat empati rendah meremehkannya. They didn’t put themselves in someone’s shoes. Itulah sebabnya sebagian besar orang-orang hidup dalam kesedihan dan nggak mampu melanjutkan hidup. Perasaannya bolak-balik dan dirasa belum selesai karena masih ada yang tertinggal di masa lalu.
Ada banyak alasan seseorang mungkin ingin menutup sesuatu dan dia perlu mengidentifikasi alasan-alasan itu untuk melangkah maju. Closure bagi seseorang juga mungkin berarti perolehan kembali harga diri. Terkadang juga berarti pelunasan “utang” penjelasan. Penting bagi kita menentukan arti sebuah closure.
Dalam hal mencintai dan dicintai, ada dua jenis kesadaran yang membuka jalan untuk mencapai closure:
Si A sadar bahwa si A bukan lagi dirinya yang sama yang mencintai seseorang melebihi segalanya.
Si A sadar bahwa seseorang yang dia cintai melebihi segalanya sudah bukan orang yang sama lagi
Satu atau keduanya melalui kejadian yang berbeda. Itu sebabnya waktulah yang paling berperan, karena people change. Kita bertumbuh dan berubah seiring berjalannya waktu. Namun bagi sebagian orang, pertumbuhan tersebut nggak pernah terjadi karena rasa sakit sudah terlebih dahulu menghancurkan mereka. Dan bagi mereka, nggak peduli seberapa lama waktu berlalu, mereka menolak fakta bahwa diri mereka ataupun seseorang di masa lalu sudah berubah. Mereka berpegang pada masa lalu, hidup di dalamnya, lagi dan lagi, dengan asumsi bahwa masa depan bisa menampilkan proyeksi yang indah seperti masa lalu dengan orang-orang yang nggak berubah. Yang luput adalah, mereka sebenarnya nggak memikirkan orangnya, mereka hanya memikirkan kenangan indahnya.
Dalam kasus ini, harus seperti apa?
Lakukan pertengkaran terakhir, telepon terakhir, atau percakapan terakhir dan sadarilah keadaan mereka sekarang, atau keadaan kamu sekarang. Kamu pasti sadar, kamu malah nggak kenal mereka lagi atau bahkan nggak kenal dirimu sendiri lagi, karena kamu sudah lama hidup di masa lalu.
Selesaikan, jelajahi, dan bicaralah pada dirimu sendiri. Berikan dirimu cinta yang selama ini kamu berikan kepada mereka. Kamu akan sadar akan kebodohanmu. Kok bisa kamu tahan terhadap ketoksikan semacam itu? Atau, justru bagaimana kamu bisa menjadi setoksik ini?
Apakah kita perlu closure? Atau sebenarnya kita mempersulit diri sendiri dengan menolak melanjutkan hidup tanpa closure spesifik yang kita mau? Beberapa manusia memang pilih-pilih dan banyak syarat dalam closure. Meskipun wajar kalau kita menginginkan sebuah jawaban tertentu agar kita merasa bisa bergerak maju, kalau sudah di tahap yang nggak sehat (dengan berdiam diri sampai kita mendapatkan closure spesifik tersebut) bahkan sekalipun kita mendapatkannya, kita nggak akan pernah benar-benar mengarah pada sebuah perasaan selesai.
Dalam kasus traumatis, terkadang spesifikasi closure-nya adalah kita ingin dibenarkan dan ingin orang lain mengakui bahwa perbuatannya salah. Kita ingin mereka berempati dan melihat semuanya dari sisi kita. Kita juga mungkin membutuhkan mereka untuk memberikan closure sehingga rasa bersalah kita terhadap diri sendiri berkurang.
Bagaimana cara melakukan closing ketika kita nggak mendapatkan closure itu?
Kita bisa menyediakannya untuk diri sendiri tanpa harus berinteraksi dengan orang-orang yang sudah cukup menyakiti.
Pahami bahwa proses mendapatkan closure selalu melibatkan penurunan harga diri. Dan sebenarnya kita adalah manusia gengsi dan bermartabat yang nggak pernah sudi melakukan itu. Kita nggak akan pernah mendapatkan closure yang nyaman kalau kita harus memohon dan membongkarnya dari seseorang.
Berikan closure untuk diri sendiri dengan mendengarkan pola orang lain yang terdiri dari tindakan mereka.
Daripada mempermalukan diri sendiri dalam proses mencoba “mencari tahu kebenaran” dari seseorang yang nggak mau, jujurlah pada diri sendiri dan mereka. Jawablah pertanyaanmu sendiri dan ciptakan closure-mu sendiri dengan berpijak pada apa yang kamu katakan. Kamu sendiri yang tahu struggle-nya dirimu. Sedikit demi sedikit, kamu akan mulai merasa lebih baik.
Bersikap denial akan menghalangi penerimaan dan closure. Kejujuran pada diri sendiri akan membebaskan kita. Kita memegang kunci sel penjara kita sendiri. Kita punya jawabannya selama ini.
Apa dampak dari belum selesainya kita karena nggak di-closing?
Kita takut untuk melanjutkan dan mencapai apa pun dalam hidup kita  sendiri. Kita sudah menanggung terlalu banyak penderitaan dan mereka “berhutang” kepada kita. Tingkat ketidakcerdasan emosional ini benar-benar seperti benalu yang menghambat perkembangan diri kita.
Kita berasumsi, selama kita masih menunggu “resolusi”, kita nggak harus fokus pada diri sendiri (dan kita menghindari kefokusan itu dengan cara apa pun).
Karena kita nggak bisa memutuskan hubungan sendiri, kita menjadi kecanduan mencari validasi dan perhatian dari orang-orang yang sangat kita perlukan untuk memberikan closure. Hal ini akhirnya semakin menjatuhkan harga diri kita.
Kita akan terus menyalahkan diri sendiri selama kita terus mencari closure dari seseorang yang nggak mampu memberikannya kepada kita.
Kita betah dan nyaman merasa patah. Posisi terluka itu kan posisi yang enak, kata Zarry Hendrik. Kita mengizinkan diri kita untuk nggak percaya dan nggak bertindak berdasarkan intuisi kita. Kita nggak pernah mau closure karena jauh di lubuk hati, kita tahu bahwa kalau kita mendapatkan resolusi, kita harus melepaskan, merasakan perasaan, mengatasi rasa sakit dan masalah kita sendiri, dan melanjutkan hidup. Penting memang menyelami duka atas hilangnya sesuatu atau seseorang. Tapi menyadari kita akan bahagia di masa depan, tapi mungkin memerlukan waktu lebih lama, juga nggak kalah penting.
Kalau kita bicara tentang closure pada orang yang kita cintai dan dia nggak berubah, pada dasarnya kita nggak akan pernah bisa meng-closing dia. Alasannya sederhana, kita mencintainya. Di masa depan ketika dia datang ke hadapan kita, kita nggak akan pernah bisa menyangkal keberadaan mereka.
Lalu closure-nya dimana?
Dengan tujuan mendapatkan kedamaian, kita perlu memahami satu fakta sederhana. Mereka nggak menginginkan kita dalam hidup mereka, sesederhana itu. Kalau mereka mau, mereka bisa membuat kita tetap tinggal. Cinta itu indah, menyadarkan kita bahwa kita masih manusia. Tetapi kalau menyangkut balasan, ternyata nggak. Maka agar bisa damai, ulangi kejadian-kejadian itu dalam benak kita tentang bagaimana mereka berulang kali menghindar, bagaimana mereka menolak kehadiran kita. Kalau kamu berpikir bahwa hanya karena kamu mencintai mereka maka mereka senggaknya akan memahami cintamu, rasa sakitmu dan mengakuinya, maka salah besar. Perjalanan setiap orang berbeda-beda. Jadi tempatkan dirimu pada tempatnya.
Dalam sudut pandang pemberi closure dengan contoh kasus hubungan yang bukan pernikahan, karena nggak ada komitmen di antara keduanya, kita sebenarnya bisa keluar dari hubungan kapan saja dan nggak memberikan alasan untuk keluar. Itulah hukum alamnya. Tapi menurutku, kalau sudah menghabiskan waktu lama dengan seseorang, kita harus memberinya semacam penutupan. Sesuai kapasitas kita dan tentu saja sesuai alasan. Itu perpisahan yang beretika dan tindakan yang sopan untuk dilakukan, dan menurutku, orang yang melakukan hal ini pada akhirnya akan lebih mudah tidur dalam jangka panjang karena mengetahui bahwa mereka sudah bertindak dengan integritas dan tanggung jawab.
Dari sudut pandang orang yang membutuhkan closure...
Kalau ditanya seberapa penting closure, aku akan menjawab, "penting, tapi nggak semua orang beruntung untuk mendapatkannya". Terkadang orang enggan memberi tahu kita alasan sebenarnya karena mereka nggak mampu menghadapinya sendiri. Mereka takut hal itu akan menyakiti perasaan kita. Mereka takut kita nggak bisa menerima alasan sebenarnya dan nge-cut off bahkan door slaming mereka, mungkin mereka ingin pintu kita tetap terbuka sehingga mereka dapat kembali. Apa pun alasannya, kita harus berdamai dengan pikiran kita karena kita berhak untuk sehat, menjalani kehidupan yang lebih baik, dan kita berhak bersama orang-orang berbeda yang akan berbagi pengalaman berbeda.
Kita nggak boleh terlalu protektif atau terikat 100% secara emosional kepada siapa pun yang nggak memiliki hubungan darah dengan kita karena kita nggak bisa mengontrol durasi perasaan mereka terhadap kita, karena itu melibatkan keinginan bebas mereka dan bukan keinginan kita.
Dalam fiksi, orang berhasil mendapatkan penutupan dari hubungan yang rusak atau kejadian nggak menyenangkan lainnya. Dalam kehidupan nyata, nggak terlalu banyak. Entah karena pihak lain nggak mau bertemu dan/atau berbicara, atau pihak lain juga terluka dan berperilaku toksik, dan hanya menyiram bensin ke dalam api alih-alih memberi atau menginginkan closure. Jadi, kemungkinan besar kita harus menemukan closure sendiri. Tapi, orang lain nggak selalu cukup dewasa untuk memberikannya.
Orang lain juga sedang belajar. Ya, ada banyak orang brengsek yang berjalan di bumi ini dan nggak semuanya reflektif untuk belajar dari apa yang terjadi. Dalam skenario terbaik, orang lain masih belum dewasa dan karenanya bisa dimaafkan. Dalam skenario terburuk, orang tersebut adalah seorang narsistik dan kita patut bersyukur karena sudah dijauhkan darinya. Itu sendiri sudah merupakan penutupan.
Aku yakin kebanyakan orang akan merasa sangat sulit untuk melanjutkan hidup tanpa closure. Tapi ada satu hal yang perlu diperhatikan: closure bisa terjadi dalam berbagai bentuk. Tinggalkan masa lalu di tempatnya, dan berikan waktu dan energi hanya untuk apa pun di masa depan. Jangan berharap orang yang kamu temui akan secara otomatis mengakui apa yang kamu alami. Mereka mungkin menolak untuk disalahkan, atau menentang pernyataan kamu. Pergilah hanya jika kamu yakin akan puas hanya dengan mengatakan apa yang ingin kamu katakan, apa pun reaksinya.
"Jangan memberi tanda tanya pada tanda titik."
Lupakan gagasan bahwa closure adalah sesuatu yang bisa diberikan orang lain kepada kita. Kita nggak perlu berbicara dengan seseorang untuk mendapatkan closure. Closure adalah keputusan diri sendiri untuk menerima apa yang terjadi dan melanjutkan hidup. Closure adalah ketika kita cukup mencintai diri sendiri hingga mengatakan aku nggak akan kembali dan mempermalukan diriku sendiri lagi dengan masa laluku. Jika seseorang begitu egois sehingga enggan berbicara dan memberikan closure yang rasional seperti orang dewasa, maka itulah closure untuk kita.
Ingin aku ucapkan terima kasih...
Kepada seseorang yang memberikan closure padaku dengan efektif, bijaksana, dan mendamaikan bahkan ketika itu sebenarnya bukan tanggung jawabnya. Aku terlibat dalam upaya perburuan closure dan Alhamdulillah Allah mudahkan. Bagi seorang muslim, nggak ada closure yang lebih mendamaikan hati daripada "karena Allah". Dan tahun 2023 ini aku tutup juga dengan..
Alhamdulillahirabbil aalamiin.
— Giza dan seutas perjalanan mendalam tentang closure.
21 notes · View notes
tempat-bercerita · 1 year
Text
Dear, My Future Husband
Aku menuliskan ini dalam keadaan tidak memikirkan siapa pun. Teruntuk seseorang yang bahkan belum aku ketahui sosoknya seperti apa. Hai, perkenalkan, aku anak pertama dari dua orang bersaudara. Aku tumbuh dan besar dari keluarga yang utuh dan sepertinya normal layaknya keluarga lainnya. Saat menuliskan ini, usiaku 26 tahun 4 bulan 4 hari. Orang-orang mengenalku sebagai sesosok yang ceria, hangat, dan pendengar yang baik. Tapi mungkin nantinya, semakin kau mengenalku, justru kau menemukan aku berbeda dari apa yang orang-orang sampaikan.
Impian terbesarku dalam pernikahan hanya satu. Kita bisa “saling”. Aku selalu memimpikan pernikahan yang di dalamnya terdapat kerja sama. Kita adalah dua orang yang sedang berjuang untuk mendapatkan tujuan yang sama, bukan dua orang yang sedang bersaing untuk mendapatkan pemenang.
Aku adalah orang yang memiliki banyak trauma. Salah satu trauma yang aku punya adalah soal rasa percaya. Mungkin toxic yang aku punya adalah; aku tau bagaimana caranya mencintai, tapi aku gak tau gimana bisa percaya kalau orang lain mencintaiku. Aku tau, trauma ini adalah tanggung jawabku untuk mnyembuhkannya. Tapi kalau boleh aku minta bantuan, tolong yakinkan aku setiap harinya bahwa kau mencintaiku. Aku butuh kalimat yang tersampaikan.
Aku bukan wanita yang senang mengekang. Kau boleh bertemu dengan teman-temanmu. Bahkan mungkin aku juga bukan wanita yang pencemburu. Kau boleh memiliki rekan kerja perempuan. Aku menghargai apa pun yang kau lakukan, selama kau tidak menutupi apa pun yang memang seharusnya aku ketahui dan kau tau batasan.
Aku senang mempelajari hal baru, aku senang bertanya tentang banyak hal. Aku harap kau adalah orang yang bisa aku ajak berdiskusi tentang banyak hal di dunia ini. Tidak perlu berdebat, cukup sampaikan apa yang ingin kau sampaikan atau hal yang kau ketahui, dan aku akan melakukan hal yang sama. Di akhir diskusi, mari kita tutup dengan pelukan yang hangat dan tertawa bersama.
Aku menyukai hal-hal sederhana, sesederhana menikmati teh hangat di kala hujan, menertawakan hal-hal konyol, atau bahkan bernyanyi di atas motor. Kau boleh untuk ikut serta, akan aku kenalkan kau pada hal-hal indah nan sederhana yang ada di dunia ini.
Terakhir, aku ingin mengucapkan banyak terima kasih. Dari banyaknya wanita di dunia ini, terima kasih sudah memilih aku dan membuat aku yakin untuk memilihmu. Mari sama-sama kita wujudkan hubungan sehat dan terus bertumbuh menjadi manusia yang lebih baik lagi kedepannya. Mari kita saling berbahagia hingga ke syugra, suamiku..
 - Pekanbaru, 17 Desember 2022
168 notes · View notes
iffanf · 4 months
Text
Buat yang Penting Jangan Kosong Dua
Buat diri yang capresnnya kalah.
Tapi aku sama sekali kali ga menyesal kalau pilihanku ga menang. Ini bukan hanya sekadar menang atau kalah. Tapi juga tentang memberikan hak suara.
Suara kita itu berharga.
Kita udah melakukan tugas kita sebagai warga negara dengan menjalankan demokrasi. Ada yang menang, ada yang kalah. Setidaknya kita sudah berbuat untuk Indonesia.
Kalau kalah, ya udah jalannya memang begitu. Yang penting kita udah ikhtiar, kan. Hal-hal diluar kuasa kita, biarlah Allah yang memiliki rencana yang terbaik. Kek, ya udah, dinikmati aja siapa presiden yang terpilih. Kalau ga beres tinggal kita teruskan ikhtiar dengan cara kita masing2 yang bisa dilakukan; gugat, kritik, aksi, menulis opini, apapun lainnya.
Kita sedang memilih calon presiden dengan opsi2 terbaik menurut kita. Kita sama-sama tahu, 3 paslon yang ada ngga ada yang bener-bener ideal. Masing-masing punya plus minusnya seperti ramai di media sosial, di pembicaraan antar tetangga, di pasar, di kantor, di jalan, di mana-mana. Tiap kita sudah menganalisis kecenderungan yang paling sedikit mudhorotnya. Tentu tiap kepala perhitungannya berbeda, toleransi plus-minus paslon masing-masing orang berbeda. Ga ada pasangan yang pas, ideal, sempurna. 50:50 umumnya. Jadi kita sudah berusaha, berpikir dan memilih sebaik-baiknya buat Indonesia. Ga ada yang sia-sia. Ya memang begini namanya demokrasi.
Yang penting kita memilih dengan penuh kesadaran. Menimbang segala konsekuensi dan kapabilitas mereka. Bukan memilih hanya karena sekadar ikut-ikutan, hanya karena trending/viral, atau hanya karena hal-hal receh diluar substansi.
Jadi kita pun ga tahu, yang memenangkan pesta demokrasi nanti akan mewujudkan realita yang seperti apa. Ga menutup kemungkinan, bisa juga, kan, yang bukan pilihan kita ternyata kerjanya bagus dan baik. Toh, kita belum lihat kerja nyatanya. Masih bisa kita bantu usahakan dengan doa 😁
Jangan terlalu kaku sama pilihan kita, ingat ini politik. Kita bela setengah mati pakai hati, pakai emosi, eh, dilain waktu mereka bisa jadi bersatu, berkoalisi, dengan retorika alasan yang meyakinkan. Padahal mah ada aja target kedudukan, jabatan, uang, atau lingkaran jaringan, atau memang buat kebaikan(?) Hmmm, sok baik sangka. Politik gaesss, jangan kagetan hah hoh hah hoh. Kita di bawah baku hantam, mereka yang di atas lobi2, bagi2, simbiosis mutualisme, bisa jadi.
Jadi, santai aja. Yang menang biarlah menang. Yang kalah jangan patah hati. Tetap awasi sebagai warga negara yang berdemokrasi. Jangan apatis. Jangan diambil hati apalagi emosi sama rekan sendiri. Besok sudah kerja kembali untuk menghidupi diri.
14/2/24
12 notes · View notes
surat-pendek · 2 years
Text
Dunia tidak berhenti berputar ketika kita sedang patah hati, bersedih, ataupun berkabung. Kehidupan dewasa mengharuskan kita untuk memakai topeng, menutupi kesedihan kita dan bersikap selayaknya tidak terjadi apa-apa. Meskipun di balik topeng itu, ada luka yang menganga lebar. You're bleeding but the people around you do not know that.
Berpura-puralah sedang baik-baik saja sampai benar menjadi kenyataan. Berpura-puralah untuk baik-baik saja karena memang orang lain tidak perlu tahu. Karena menunjukkan kesedihan tidak akan membuat semua orang akan bersimpati. Masih ada deadline yang harus dikejar, masih ada tugas yang belum diselesaikan. Dan itulah hidup.
Bisa saja rekan kerja yang sedang duduk di sebelah kita ternyata sedang ada masalah. Orang asing yang duduk di seberangmu di kereta sore itu ternyata baru saja kehilangan seseorang yang dicintainya. Jadi, mungkin ada baiknya jika kita bisa bersikap baik ke semua orang. Karena di luar sana, kita semua sebisa mungkin harus terlihat sedang baik-baik saja. Even with a bleeding heart deep inside.
130 notes · View notes
triastariirfiani · 2 months
Text
Kehilangan akan mendewasakan meskipun rasanya pahit. Beberapa hari yang lalu berbincang dengan seorang rekan kerja yang baru saja kehilangan Ayahnya. Dengan berurai air mata, ia menceritakan banyak kenangan dan value dirinya yang menurun dari Ayahnya. 
Saya pun rasanya turut flashback mengingat Bapak yang juga telah pergi lebih dulu. Selepas ia bercerita saya hanya mampu berkata "tidak ada kehilangan yang mudah, bahkan entah sampai kapan pun, memori itu akan selalu terpanggil di waktu yang kadang tidak pernah terduga". 
Tak lama setelahnya kami berbagi insight tentang makna kehilangan. Walau pahit, tapi mendewasakan kan? Katanya kepada saya. Dengannya ia memaksa kamu untuk segera bangun, ikhlas, dan menata kembali semuany. Seakan dipaksa terbang dengan satu sayap. Tidak apa-apa. Nyatanya kamu bisa, kan? 
Setelah menerima, menguraikan rasa, saatnya untuk berterima kasih kepada-Nya, dengan jalannya, hari ini kamu bisa tetap bertumbuh melewati segalanya.
Selasa, 26 Maret 2024 / 15 Ramadhan 1445 H
8 notes · View notes
azurazie · 9 months
Text
Menjadi sempurna
Merasakah kamu, di manapun berada, apapun peran yang melibatkan dirimu. Sering rasanya kita dituntut untuk selalu sempurna di mata orang lain. Apalagi bila dirimu sudah terlanjur diandalkan untuk memenuhi kepentingan-kepentingan mereka.
Seolah harus segala bisa, meski kita tidak bisa segalanya. Seolah harus selalu tahu, meski kita tidak akan tahu segalanya.
Dituntut menjadi sempurna, agar kepentingan-kepentingan mereka selalu terpenuhi dengan maksimal. Baik yang bersifat profesional dalam artian peran sebagai rekan kerja, peran sesuai dengan jobdesknya. Atau yang bersifat individual. Peran sebagai teman,pasangan, anak, orang tua dan lain sebagainya.
Merasa dituntut menjadi sempurna, yang ketika ada celah sedikit pun ketika peran itu tidak maksimal. Akan jadi 'drama'. Atau bahkan di kondisi yang lebih ekstrim menjadi 'aib' untuk kita di mata orang lain. Menjadi 'dosa' yang sulit rasanya untuk di maafkan. Satu kekurangan itu seolah meruntuhkan peran-peran kita yang lain.
Begitulah bila kita mencari penilaian di mata manusia yang inginnya selalu dapat yang sempurna. Demi kepentingan-kepentingannya. Meskipun sebenarnya peran mereka pun untuk kita tidak selalu sempurna.
Maka, yang terbaik memang melihat pencapaian itu untuk menjadi penilaian di mata Allah. Berperan sebaik mungkin tanpa mengambil pusing penilaian-penilaian orang lain. Biarlah di mata manusia kita banyak kekurangan, tetapi selagi caranya memang benar, caranya tidak keluar dari syariat Allah. Yakinlah di mata Allah selalu ada nilai lebihnya.
Karena Allah selalu melihat dari prosesnya, bukan sekadar hasilnya. Barangkali itulah yang sejauh ini masih berhasil menghibur hati kita. Di saat kita dituntut selalu menjadi sempurna.
@azurazie
24 notes · View notes
ruangjejak · 5 months
Text
MERAWAT RASA
Semua kita pasti pernah mengalami masa renggang dalam hubungan. Dengan orang tua, saudara, sahabat, rekan kerja, dsb. Kalau lagi di fase hubungan yang “enggak baik” pasti ada sesuatu hal yang kita rasakan, dan itu mengganjal. Bisa berupa perasaan sedih, merasa bersalah, marah, atau bahkan benci. Rasanya ingin bisa segera memperbaiki agar benang masalah tak semakin kusut.
Tapi pernah kepikiran ga, kalau hubungan dengan Allah lagi sedekat atau sejauh apa sih saat ini? Jarang ya, karena aku pribadi juga begitu.
Aku pernah mendengar kalimat seperti ini. Manusia itu tabiatnya, jika sedang berada di fase ‘aman’, jiwa spiritualnya akan melemah. Maksudnya adalah, kita sering lupa untuk berdo’a kepada Allah ketika sedang dianugerahi nikmat. Justru datang ke Allah kalau lagi dalam masa sulit aja. Bener gak?
Ketika sedang diuji, atau dalam kondisi yang sulit justru jiwa spitirualnya akan lebih kuat. Karena kita baru tersadar, dalam kondisi sulit kita butuh pertolongan Allah. Kita datang hanya disaat “ada maunya” saja. Jika dengan manusia kita sebegitu menjaga perasaannya, kenapa kita tidak melakukan hal yang sama kepada Allah Sang Pemilik Rasa? Kalau hubungan dengan manusia rusak membuat kita sedih dan putus asa, lantas kenapa ketika jauh dari Allah hati kita tidak merasakan apa-apa?
Semoga kita menjadi hamba yang tak hanya pandai menjaga perasaan manusia, tapi juga pandai merawat rasa kepada Allah, apapun keadaannya.
10 notes · View notes
gelaskuning · 5 months
Text
Pagi ini gw dibilang bulet sama rekan kerja gw, anak teknik, cowok, dan gw bersyukur banget karena hati gw biasa aja, gak marah, gak kesel, gak sakit hati wkwk
Alhamdulillah...
7 notes · View notes