Tumgik
#rububiyah
yonarida · 10 months
Text
Tauhid Sumber Kelapangan Dada
oleh: Ust. Afifi Abdul Wadud
Tumblr media
Bismillah Poin-poin catatan: Kelapangan Dada?
Kelapangan dada dan hati yang tenang adalah modal dasar untuk merasakan hidup yang bahagia, yang nyaman. Karena sumber kenyamanan hidup adalah kenyamanan hati. Itu modal dasar. Yang lain-lain adalah pelengkap.
Sebab kelapangan dada yaitu mentauhidkan Allah dan memurnikan agama semata-mata untuk Allah
Sudut pandang yang perlu kita miliki: Allah adalah dzat yang Maha Agung, kita perlu memahami kesempurnaan Allah, menggantungkan diri kepada Allah. Allah dzat yang Maha Kaya. Kita fakir, tidak punya apa-apa dan tidak bisa apa-apa selain karena Allah. Kita yang butuh Allah.
Hidup ini berjalan dengan takdir Allah. Apapun yang menimpa kita, sepatutnya kita kembalikan kepada Allah. Kalau kita mendapat nikmat, kita tau bahwa semua nikmat ini adalah semata-mata pemberian Allah. Ketika kita harus menghadapi bencana kehidupan, maka kita kembalikan kepada Allah. Kita menyadari bahwa semua atas takdir Allah. Disitulah letak nyamannya kehidupan.
Hidup menjadi rusak dan hati tidak bisa merasakan hakikat hidup ketika kita tidak tau diri. Ketika mendapat nikmat kita angkuh, sombong, lupa dengan Allah yang memberikan nikmat. Ini yang membuat hidup menjadi berantakan. Tidak menenangkan. Demikian juga kita tidak bisa menerima ketika mendapat kenyataan hidup yang pahit. Hati berontak, gelisah, tak tenang, goncang. Hamba yang mentauhidkan Allah tidak begitu.
Tauhid bukan sekadar pengakuan kepada Allah. Tauhid bukan sekadar kita sudah beribadah kpd Allah. Tauhid adalah totalitas mempersembahkan amal ibadah kita kpd Allah dan membuang semua illah selain Allah setelah kita membangun keyakinan yang benar tentang Allah. Allah sang pemilik Rububiyah dan Allah Sang Pemilik kesempurnaan nama dan sifat. -> QS. Maryam [19] : 65
Bersabarlah dengan kesabaran yang ekstra 1. sabar dalam menunaikan perintah 2. sabar dalam meninggalkan larangan 3. sabar dalam menghadapi musibah Apa itu sabar? Sabar adalah kemampuan jiwa untuk menanggung perkara yang tidak kita sukai. Kenapa ketaatan membutuhkan kesabaran? Karena asalnya taat bagi jiwa berat, tidak kita sukai. Secara nafsu, lebih enak tidur di rumah daripada pergi jauh-jauh ke kajian. Bandingkan juga antara shalat jamaah ke masjid dengan tidur? Secara nafsu lebih enak tidur daripada berangkat jamaah ke masjid. Sehingga untuk melaksanakan ketaatan butuh perjuangan. Mengapa dilakukan? Karena ada keutamaan yang lebih besar. Kita tau di balik itu ada keutamaan. Mengalahkan kenyamanan nafsu. Butuh kesabaran sampai nantinya orang taat bisa merasakan kelezatan dan kenyamanan ketika dia telah sampai ke tingkat ihsan. Larangan agama/ maksiat kenapa butuh kesabaran? Karena maksiat disukai jiwa. Berat karena harus meninggalkan sesuatu yang kita sukai. Demikian pula menghadapi musibah yang berat karena kita tak boleh larut dan protes. Bersabarlah kita dalam beribadah kepada Allah. Tidak ada yang sebanding dengan Allah. Apa hubungan tauhid dengan terwujudnya kelapangan dada? Orang yang punya tauhid, semua kehidupan dia akan dikembalikan kpd Allah. Yang dengan itu, semuanya akan menjadi baik, teratur, dan bagus. Dan hasilnya semuanya positif. -> Kalau kita mendapatkan nikmat, kita kembalikan kepada Allah. Kita menjadi hamba yang bersyukur. -> Kalau kita mendapat musibah yang pahit dan tidak menyenangkan kita kembalikan kpd Allah, berharap pahala dari Allah, kita bisa berlapang dada, dan itu baik dalam kehidupan. Sehingga gaya hidup ahli tauhid semuanya akan menimbulkan kebaikan diri. Menjadikan kehidupan itu baik. Sementara jika kita tidak mengenal Allah, kalau mendapat nikmat, menjadi angkuh, sombong, dia tidak mengenal Allah, yang kita tau kehebatan dirinya, sehingga muncul rasa angkuh, sombong, dzolim dan itu menimbulkan kerusakan. Kalau kita tertimpa musibah, dia putus asa, sakit hati, tidak ada tempat meluapkan penderitaannya. Semoga kita tidak demikian. Misi terbesar dakwah Islam adalah membebaskan manusia dari penghambaan dari hamba kepada hamba menuju penghambaan hamba kepada Allah. Dulu ada kasta-kasta sosial. Di Islam tidak ada kasta-kasta demikian, yang menjadi tolok ukur adalah nilai ketakwaan terhadap Allah. Demikian. Sebagai catatan
Masjid Ar Royyan, Purworejo. 7 Desember 2023
7 notes · View notes
auliasalsabilamp · 1 year
Text
Kenapa kita menyembah Allah ﷻ
Kita menyembah Allah karena satu alasan karena hanya Allah yang menciptakan kita, menciptakan ini dari sesuatu ketiadaan menjadi ada.
Kalau manusia menciptakan tidak?
Menciptakan tapi bukan sebenar-benarnya pencipta, karena penciptaan manusia bukan dari sesuatu ketiadaan menjadi ada, tetapi merubah sesuatu kepada sesuatu yang lain.
Menciptakan yang Allah lakukan dari ketiadaan menjadi ada. Kemudian hanya Allahlah yang dapat menciptakan rezeki dan mengatur, atas dasar ini maka kita beribadah.
Ada tidak yang menciptakan, memberikan rezeki selain Allah? TIDAK ADA.
Kalau tidak ada maka kita beribadah kepada Allah, maka tauhid uluhiyah berdasarkan tauhid rububiyah.
Faidah dari Ustadz Sigit Santoso Hafidzahullah
7 notes · View notes
Text
*KEKUFURAN BERHUKUM DENGAN HUKUM BUATAN MANUSIA*
Ikhwany fiellah rohimakumulloh,
Alloh ta'ala menciptakan jin dan manusia supaya mereka hanya beribadah kepadaNya saja dan meninggalkan segala bentuk peribadahan kepada selainNya (meninggalkan segala bentuk kesyirikan atau segala jenis thogut).
*_"Tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia kecuali supaya mereka beribadah kepadaKu "._*
[ Adz-Dzariyat: 56 ]
*_"Dan sungguh telah Kami utus pada tiap tiap umat seorang Rosul (yang menyeru), ' Ibadahilah Alloh saja dan jauhi thogut "._*
[ An-Nahl: 36 ]
Dan Alloh 'azza wa jalla mengutus para rosul kepada umat manusia untuk mengajari mereka, dan menurunkan bersama para rosul; al Kitab, untuk menghukumi segala perkara manusia dengan benar dan adil.
*_"Dan (Alloh) menurunkan bersama para Nabi-Al Kitab dengan (membawa) kebenaran untuk menghukumi diantara manusia pada apa yang mereka perselisihkan"._*
[ Al Baqoroh: 213 ]
*_" ...Dan jika kalian menghukumi maka hukumilah dengan adil"._*
[ An-Nisa' : 58 ]
Membuat hukum adalah hak rububiyah Alloh subhanah, hak Alloh sebagai Robb ; pencipta, pemilik dan penguasa jagad raya ini.Karena itulah DIA pula yang berhak mengatur, membuat UU /hukum untuk alam semesta ini.Dialah Alloh 'azza wa jalla yang berhak menghukumi segala perkara/ perselisihan diantara manusia.Alloh Ta'ala berkata,
*_" Tiadalah hukum (hak memutuskan) kecuali milik Alloh dan (Dia) memerintahkan janganlah kalian beribadah kecuali hanya kepadaNya"._*
(Yusuf:40).
Alloh juga berkata,
*_" Dan DIA tidak menyertakan seorangpun dalam hukumnya "._*
[ Al Kahfi: 26 ]
Rosululloh shollallohu 'alaihi wa sallam berkata,
*_" Sesungguhnya Dialah(Alloh) Sang Hakim(Pemberi putusan),dan hanya kepadaNyalah hukum (keputusan) dikembalikan"._*
[ HR Abu Dawud,An Nasa'i,Shohih ]
Jadi, jelas bahwa hak membuat hukum (legislasi/tasyri') adalah milik Alloh ta'ala.Alloh-lah sang musyarri'(legislator) , bukan manusia, entah raja, penguasa, presiden, ketua adat, anggota legislatif atau parlemen (DPR) atau siapapun selain Alloh.Dan Alloh tidak bekerja sama dengan seorangpun dalam menetapkan hukum.Justru manusia apabila memutuskan suatu perkara harus merujuk kepada Alloh (Kitabulloh) dan RosulNya (AsSunnah), sebagaimana yang diperintahkan Alloh,
*_"....maka, jika kalian berselisih tentang sesuatu kembalikanlah (keputusannya) kepada Alloh dan RosulNya jika kalian beriman kepada Alloh dan hari akhir...."_*
[ An- Nisa': 59 ]
Dan Alloh ta'ala juga berkata,
*_" Dan hukumilah (perkara) diantara mereka dengan apa yang Alloh turunkan (Kitabulloh & As Sunnah) dan jangan ikuti hawa nafsu mereka..."._*
[ Al Maidah: 49 ]
Juga di surat-surat: al
Maidah: 48, al A'rof: 3, al Qoshos: 85, dll .Jadi, dlm memutuskan haruslah merujuk wahyu bukan merujuk hukum hasil godokan hawa nafsu-akal pemikiran para anggota parlemen (legislatif), kepala suku, atau siapapun selain Alloh dan RosulNya.
Karena itulah, hukum selain hukum Alloh (hasil pemikiran manusia) dikatakan sebagai hukum jahiliah.
*_" Apakah hukum jahiliah yang mereka cari ? Dan siapakah yang lebih baik hukumnya daripada (hukum) Alloh bagi orang yang yakin ? "._*
[ Al Maidah: 50 ]
Dan orang yang mengaku mukmin tapi berhakim kepada selain Alloh dan RosulNya dijuluki sebagai *'berhakim kepada thogut'* , padahal kita diperintah tuk kufuri thogut.Hukum selain hukum Alloh adalah hukum thoghut.
Alloh Ta'ala berkata,
*_" Tidakkah kau perhatikan (wahai Muhammad) kepada orang yang mengaku beriman kepada apa yang diturunkan kepadamu dan yang diturunkan sebelummu ? Mereka hendak berhakim kepada thogut padahal sungguh mereka telah diperintah mengkufuri (thogut) itu. Dan setan menginginkan untuk menyesatkan mereka dengan kesesatan yang sejauh-jauhnya "._*
[ An-Nisa' : 60 ]
Juga Alloh ta'ala berkata,
*_" Maka tidak, dan demi Robbmu (Muhammad Saw) mereka tidak beriman hingga mereka berhakim kepadamu dlm semua perkara yg terjadi diantara mereka ,kemudian tak ada keberatan dlm diri mereka terhadap apa yg engkau putuskan dan menerima dgn selapang-lapangnya"._*
[ An Nisa': 65 ]
Diayat ini, Mufassir jelaskan , bahwa seorang muslim tidak dianggab beriman oleh Alloh sampai dia mau berhakim dengan (syariat) Rosululloh shollallohu alaihi wa sallam, tidak keberatan thd syariat yg dibawanya dan harus menerimanya dengan ikhlas.Seandainya kita sudah berhakim dengan syariat Alloh ta'ala tapi dalam hati kita ada rasa tidak senang dengannya atau tidak ikhlas menerimanya, maka inipun masih dianggap tidak beriman.Jadi, ketiga-tiganya harus ada; berhakim, dada lapang, menerima dgn seikhlas-ikhlasnya.Barulah kita dianggab sebagai mukmin.Maka, orang mukmin yang meninggalkan syariat (hukum) Alloh, malah pilih syariat/hukum / UU / pedoman berbangsa /aturan hasil pemikiran manusia, digolongkan sebagai orang-orang yang kafir.Alloh juga berkata diujung ayat 44 surat Al Maidah,
*_" Barang siapa yang tidak berhukum (memutuskan) dengan apa yang Alloh turunkan (al Qur-an dan Assunnah), maka mereka itulah orang-orang yang kafir."_*
Orang atau sekelompok orang atau sebuah bangsa yang meninggalkan syariat Alloh ta'ala dan lebih suka pakai UU buatan manusia (Qowanin wadh'iyyah), melanggar "pasal berlapis" yang menjerumuskannya pada kekafiran sehingga keluar dari iman.Mengapa demikian? Perhatikan yang berikut ini:
*_1. MELANGGAR TAUHID RUBUBIYAH_*
Sebagaimana diterangkan dimuka bahwa membuat hukum adalah hak Alloh ta'ala sebagai Robb, sebagai penguasa dan pemilik alam semesta ini.Maka, orang yang mengklaim sebagai pembuat hukum (legislatif/musyarri') yang kemudian diundangkan untuk menghukumi manusia, berarti telah berlaku sebagai tandingan Alloh atau pesaing Alloh atau telah berlaku/mengangkat diri sbg robb-robb selain Alloh, sehingga jatuhlah ia pada syirik rububiyah.Ini syirik akbar yang pelakunya keluar dari iman (kafir).Inilah kenapa Fir'aun dikatakan telah mengaku sebagai tuhan (robb),karena ia telah main kuasa dgn membuat peraturan seenak akalnya untuk menghukumi rakyatnya.Demikian juga fir'aun-fir'aun (penguasa) masa kini baik dinegeri-negeri mayoritas muslim atau yang bukan, telah mengangkat diri sebagai Robb selain Alloh subhaanah dengan memberlakukan UU buatan hasil olah pikir manusia untuk menggantikan hukum Alloh, tak terkecuali negeri ini.
*_2. MELANGGAR TAUHID ULUHIYAH (TAUHID IBADAH)_*
"AthTho'ah" adalah ibadah.
Menunaikan sholat, shiyam, haji adalah bagian dari mentaati perintah Alloh 'azza wa jalla atau ibadah pada Alloh ta'ala.Begitu pula menerapkan hukum Alloh berarti mentaati Alloh atau ibadah pada Alloh.Mentaati hukum Alloh adalah ibadah, yaitu ibadah pada pembuatnya, Alloh 'azza wa jalla.Demikian juga setuju / mendukung /mentaati hukum buatan yang menggantikan hukum Alloh juga ibadah, yaitu ibadah pada selain Alloh (para pembuat hukum).Maka, yang berbuat demikian telah jatuh pada syirik uluhiyah.Ini syirik akbar yang mengeluarkan pelakunya dari iman.Demikian juga para pembuat hukumnya telah berlaku sebagai ilah selain Alloh suhaanah, karena minta ditaati hukum-hukum yang dibuatnya.Ketaatan adalah hak uluhiyah Alloh (hak Alloh sebagai ilah).Maka, jatuhlah ia pada syirik uluhiyah.Syirik besar yang mengeluarkan pelakunya dari iman.
*_3.MERENDAHKAN ALLOH TA'ALA_*
Menganggab hukum buatan lebih baik dari hukum/UU Alloh.Syariat Alloh ta'ala dianggab tidak cocok dengan zaman atau ketinggalan zaman.Atau dianggab gak sesuai di Indonesia,dan lain perkataan yang merendahkan syariat Alloh.Ini berarti merendahkan Alloh, mensifati Alloh subhaanah punya kekurangan.Hal ini jelas kekafiran.
*_4.BERPALING DARI AGAMA ATAU MEMBANGKANG TERHADAP ALLOH 'AZZA WA JALLA._*
Alloh ta'ala perintahkan untuk berhakim kepadaNya tetapi malah pilih hukum selainNya.Alloh perintahkan berhukum dengan Kitabulloh dan Sunnah Nabinya namun malah pilih hukum KUHP ,UUD 45, Pancasilatta dan UU yang dibuat anggota DPR, dsb.Ini berpaling dari Addien (Islam) dan pembangkangan terhadap Alloh 'azza wa jalla.Seandainya kita membangkang perintah sholat, kita kufur.Begitu pula apabila kita membangkang perintah berhukum dengan syariatNya, kitapun kufur. Iblis laknatulloh membangkang satu perintah, dia sudah dikafirkan Alloh.Kalau menolak syariatNya, berapa ayat/perintah yang kita bangkangi? Kalau sudah begini, pantaskah kita mengaku sebagai mukmin?
Masih banyak poin-poin kekufuran bila kita tinggalkan UU/hukum Alloh ta'ala.
Ayat-ayat Alloh ta'ala telah terang benderang yang memeritahkan kita berhukum kepada Alloh dan RosulNya dan kekufuran bagi yang menolaknya.
Tinggal pilihan kita,mau tunduk pada Alloh 'azza wa jalla atau tunduk pada selainNya?
*# Al Bulury*
Di salin dari abu Haris granada
2 notes · View notes
rizaashafarimizan · 2 years
Text
Pilihan setiap manusia merupkan hak baginya. Namun, setiap insan memiliki keterkaitannya dengan takdir Allah yang sudah ter maktub di lauhul mahfuz. Terkadang manusia selalu congkak akan ia inginkan. Tak tahu apa yang ia pinta. Terkadang apa yang ia pinta membawa petaka baginya. 
Padahal semua yang Allah janjikan dan berikan baginya merupakan bagian indah dalam sisi kehidupannya. sebenarnya ia harus bersyukur sudah Allah hadirkan di dunia. Bisa merasakan nikmat dunia, nikmat surga, dan nikmat ketemu Allah.
Mengira bahwa itu merupakan petaka baginya menandakan ia tak kuat mentauhidkan Allah. Kalau seandainya setiap detik nafas yang ia hirup dan keluarkan diiringi dengan zikir rububiyah pasti ia akan tenang dan setenang hati nuraninya. Ancap kali manusia mengira itu musibah padahal di setiap kelilingnya ada kenikmatan yang Allah titipkan baginya. Mungkin Allah ingin sadarkan dia dengan jalan musibah, agar ia tahu sebesar apa nikmat Allah, agar ia tahu sebesar apa keagungan Allah, agar ia tahu sekasih apa ia kepada makhluknya. itulah akal dan nafsu sering kali membatasi dimensi ilmu Allah.
5 notes · View notes
sunda-akur · 4 months
Text
Bahkan, apabila pujian tersebut menimbulkan adanya maslahat maka diperbolehkan, sebagai contoh: meningkatkan semangat untuk melakukan kebaikan, atau kontinu dalam berbuat baik (misalnya pujian yang ditujukan kepada anak-anak, pen.), agar orang lain dapat meneladani orang yang dipuji tersebut, maka (jika ada maslahat semacam ini) hukumnya dianjurkan. (Syarh Sahih Muslim, 9: 382)
Seyogianya setiap individu mengkaji rububiyah (perbuatan Allah Subhanahu Wata’ala yang mencakup penciptaan, penguasaan, pengelolaan dan pengaturan) sehingga seseorang akan selalu mengingat Allah Subhanahu Wata’ala ketika melihat apa pun yang terjadi di hadapannya dan meyakini bahwa itu adalah kebesaran Allah Subhanahu Wata’ala, bukan kebetulan.
0 notes
miqdzaky · 5 months
Text
Salimul Aqidah
Rangkuman kelas Aqidah:
Definisi Aqidah menurut bahasa diambil dari kata 'ikatan" (Aqd-aqoid, - Ikatan yang kuat, hubungan yang kuiat sekali, yang menempel, yakin dan pasti). Dan kata terikat adalah lawan dari kata terurai.
"Allah tidak menghukum kamu disebabkan sumpah-sumpahmu yang tidak dimaksud (untuk bersumpah), tetapi Dia menghukum kamu disebabkan sumpah-sumpah yang kamu sengaja,.." - Al-Maidah.89
Aqidah dalam agama ini berkaitan dengan keyakinan tentang adanya Allah dan diutusnya seorang rasul.
Apa yang diyakini seseorang dengan hati yang mantab, ini lah yang dinamakan dengan aqidah, baik itu keyakinan yang benar ataupun salah.
Segala urusan yang wajib dibenarkan oleh hati, dan jiwa kita menjadi tenang, sehingga jiwa ini menjadi yakin, mendapatkan pendirian yang kokoh tanpa dicampuri oleh perasaan ragu. Tidak menerima segala bentuk keraguan, dikatakan ini aqidah karena seorang meyakini keyakinan tersebut dengan hatinya.
Yang dinamakan aqidah Islam adalah iman yang kuiat dan keyakinan yang mantab terhadaop rububiyah,uluhiyah, dan asma wa shifat, dan iman terhadap malaikat, kitab, rasul, yaumil akhir, takdir yang baik dan yang buruk, serta iman terhadap semua yang ghaib yang shahih, termasuk semua prinsip-prinsip agama yang disepakati oleh salafussalih. Menyerahkan segala urusan kepada Allah dan dia siap mengikuti rasulullah SAW.
Aqidah islam juga memiliki penyebutan nama-namalain dalamaqidahAhlussunah, diantaranya :
Tauhid
Sunnah
Ushuluddin
Al-Fiqhu Akbar (Fikih yang besar)
0 notes
lembayungsenja · 1 year
Text
Serahkanlah Kepada Allah
“Allah akan mengangkat derajat orang-orang yang beriman dan berilmu. Hidup tanpa ilmu dan iman itu tiada arti.” Setidaknya 2 kalimat itu yang disampaikan pada awal kajian.
Keyakinan adalah nama lain dari ilmu itu sendiri yang merasuk ke dalam hati lalu melahirkan sebuah action/langkah/amal/ibadah. Dasar hakikatnya, keyakinan kepada Allah dengan nama dan sifat Allah dengan konsep mengesakan Allah SWT. Semua tanda yang mengarahkan kita kepada Allah hanya bisa ditangkap dan dilihat oleh orang-orang yang yakin. Mereka yang tidak yakin tidak bisa melihat tanda-tanda tersebut.
Tawakkal: bertumpu pada pihak lain dalam sebuah hal. Menyerahkan dan meninggalkan. Tawakkal secara bahasa memiliki 2 pondasi makna, yaitu menunjukkan ketidakmampuan dalam sebuah hal dan bertumpu pada pihak lain, atau mewakilkan karena tidak mampu. Poin yang kedua, salah satu nama Allah adalah al-wakil (pihak dimana kita bertawakkal padanya). Segala perkara diserahkan padaNya, agar menjadi ranah Dia mana-mana yang membawa kebaikan atau mencegah keburukan.
Secara istilah, tawakkal lebih dalam merujuk pada jujurnya ketergantungan hati kepada Allah. Jujurnya pertumpuan hati pada Allah dalam mendapatkan hal-hal yang bermaslahat/bermanfaat dan menghindari hal-hal yang mudharat dalam perkara-perkara dunia dan akhirat. Kita serahkan segala urusan kita kepada Allah, serta jujurnya kita dalam mewujudkan keimanan bahwa tidak ada yang memberi, tidak ada yang mencegah, tidak ada yang bisa memberikan mudharat dan manfaat kecuali Allah SWT.
Tawakkal juga berarti sebuah kondisi di dalam hati yang lahir dari mengenal Allah SWT. Lahir dari imannya seorang hamba tentang keesaan Allah dalam menciptakan makhluk-makhluknya dan kondisi-kondisi yang ada. Kondisi ini lahir juga dari keimanan tentang Allah yang mengatur segala sesuatu, Allah yang memerikan manfaat, Allah juga yang memberikan mudharat. Maka ma’rifatullah, pada akhirnya melahirkan ketergantungan kepadanya dan bertumpunya hati padanya, menyerahkan segala sesuatu urusan kepadaNya, di waktu yang sama melahirkan ketenangan dan percaya kepada Allah, di waktu yang sama melahirkan keyakinan tentang kemampuan Allah dalam mengcover semua hal yang diserahkan kepadaNya.
Bicara tawakkal bicara mengenai kondisi dalam hati yang lahir dari mengenal Allah dan beriman kepada Allah bahwa Allah-lah yang mencipta dan mengatur segala hal dalam memberikan manfaat dan memberikan mudharat. Keyakinan dan ma’rifah ini melahirkan ketergantungan kepada Allah. Tawakkal berarti sebuah kepercayaan, percaya dengan apa yang ada di sisi Allah, percaya pada kemampuan Allah. Berputus asa dengan apa yang ada di tangan manusia.
Ketika kita yakin Allah yg menciptakan semuanya, jangan berharap sama manusia, hati ini jangan bergantung pada manusia. Berputus asa-lah dengan apa yang di tangan manusia. Tawakkal itu menyerahkan segala sesuatu kepada Allah dan percaya sama Allah. Tawakkal itu harus bersama dengan ikhtiar, usaha dan effort. Bergantung kepada Allah dan menyerahkan segaa urusan kepada Allah harus dibarengi dengan ikhtiar.
Bukankah Nabi SAW pernah menyampaikan betapa pentingnya berikhtiar dan berusaha sebagaimana dalam hadits, "Ikatlah dulu untamu itu kemudian baru engkau bertawakkal." (HR at-Tirmidzi dari Anas bin Malik) Kita tidak perlu melihat kepada sebab, kita putuskan penglihatan pada sebab berupa ikhtiar dan usaha setelah kita berusaha melakukan ikhtiar dan usaha tersebut. Berusahalah, berikhtiarlah, dan kemudian lupakan. Silahkan habis-habisan dalam berikhtiar dan berusaha, tapi secara fisik, hati jangan terbelenggu dengan itu. Kita harus berikhtiar, berusaha dan yakin bahwa usaha memang ada pengaruhnya namun hati tetap bertumpu total pada Allah SWT. Nothing to lose..
Ikhtiar atau usaha itu berkaitan dengan taqarrub (mendekatkan diri). Adapun tawakkal berkaitan dengan tauhid rububiyah Allah (keyakinan pada Allah, pada qada dan qadarnya Allah SWT).
Disadur dari kajian Ustadz Muhammad Nuzul Dzikri. Semua di atas adalah nasihat untuk diriku sendiri
1 note · View note
rahmad8885 · 1 year
Text
[Isi Al-Qur'an Seluruhnya Tentang Tauhid]
🎙 Syaikh Dr. Husain Alu Syaikh, Imam, Khotib, dan Pengajar Tetap Masjid Nabawi
Imam Ibnul Qayyim rahimahullah menjelaskan, bahwa isi Alquran semuanya adalah tentang tauhid. Maksudnya karena isi Alquran menjelaskan hal-hal berikut:
1. Berita tentang Allah, nama-nama-Nya, sifat-sifat-Nya, perbuatan-Nya, dan perkataan-Nya. Ini adalah termasuk Tauhidul ‘Ilmi Al Khabari (termasuk di dalamnya Tauhid Rububiyah dan Asma wa Shifat).
2. Seruan untuk untuk beribadah hanya kepada Allah semata dan tidak mempersekutukan-Nya. Ini adalah Tauhidul Iraadi At Thalabi (Tauhid Uluhiyah).
3. Berisi perintah dan larangan serta keharusan untuk taat dan menjauhi larangan. Hal-hal tersebut merupakan Huquuqut Tauhid Wa Mukammilatuhu (Hak-Hak Tauhid dan Penyempurna Tauhid).
4. Berita tentang kemuliaan orang yang bertauhid, tentang balasan kemuliaan di dunia dan balasan kemuliaan di Akhirat. Ini termasuk Jazaa’ut Tauhid (Balasan Bagi Ahli Tauhid).
5. Berita tentang orang-orang musyrik, tentang balasan berupa siksa di dunia dan balasan azab di Akhirat. Ini termasuk balasan bagi yang menyelisihi hukum tauhid.
Dengan demikian, Alquran seluruhnya berisi tentang tauhid, hak-haknya dan balasannya. Selain itu juga berisi tentang kebalikan dari tauhid yaitu syirik, tentang orang-orang musyrik, dan balasan bagi mereka. [Lihat Fathul Majid 19]
Dinukil dari: Artikel Muslimah.Or.Id
0 notes
blogalloh · 2 years
Text
Ya Alloh Engkau “Maha Beri Kesejahteraan” Dan Aku Hanya Hamba Yang Kau Sejahterakan #Dakwah #Islam
Tumblr media
As Salam (Yang Maha Memberi Keselamatan) Sesungguhnya mengenal nama-nama dan sifat-sifat Allah Subhanahu wa Ta’ala yang tercantum dalam Al-Qur`ân dan Hadîts, dan hal-hal yang menunjukkan kesempurnaan Allah Subhanahu wa Ta’ala dari segala segi merupakan gerbang ilmu paling agung yang dapat menambah keimanan. Merenungi dan memahami nama Allah Subhanahu wa Ta’ala merupakan faktor yang utama yang dapat menambah keimanan seorang muslim kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Asy-Syaikh DR. Sa’id bin Ali bin Wahf al-Qihthoni dalam kitabnya Syarah Asmaa’illahil Husna Fii Dhau’il Kitabi was Sunnah menjelaskan As Salaam diambil dari kata as-Salamah. Dia yang selamat (terhindar) dari kesamaan dengan makhluk-Nya, dari kekurangan, dan sari segala yang menafikan kesempurnaan-Nya. Dia yang disucikan, diagungkan, serta dibersihkan dari setiap kejahatan, yang selamat/terhindar dari persamaan dengan seorang dari makhluk-Nya, dari setiap kekurangan, dan dari segala hal yang menafikan kesempurnaan-Nya. Seseorang yang memahami nama Allah, As Salâm, dan menjadikannya sebagai dzikir serta doa seperti yang telah diajarkan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka ia akan selalu mensucikan Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam ulûhiyah (ibadah), rububiyah, serta nama dan sifat-Nya dari sekutu-sekutu, maupun dari hal yang tidak layak bagi-Nya. Dan inilah jalan para nabi dan rasul, sebagaimana Allah berfirman: Ya Alloh Engkau “Maha Beri Kesejahteraan” Dan Aku Hanya Hamba Yang Kau Sejahterakan سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُونَ وَسَلَامٌ عَلَى الْمُرْسَلِينَ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ “Maha Suci Rabbmu, Rabb Yang Maha Perkasa dari sifat yang mereka katakan. Dan selamat sejahtera bagi para rasul. Dan segala puji bagi Allah Rabb seluruh alam” (ash-Shâffât/37:180-182) Sebelum menyelami makna As Salâm, yang merupakan salah satu nama Allah Subhanahu wa Ta’ala yang mulia perlu kita ketahui dalil-dalilnya. Nama ini tercantum dalam Al-Qur`ân dan Hadîts, serta sebagaimana ucapan para ulama. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman: هُوَ اللَّهُ الَّذِي لَا إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ الْمَلِكُ الْقُدُّوسُ السَّلَامُ الْمُؤْمِنُ الْمُهَيْمِنُ الْعَزِيزُ الْجَبَّارُ الْمُتَكَبِّرُ ۚ سُبْحَانَ اللَّهِ عَمَّا يُشْرِكُونَ “Dialah Allah, tidak ada sesembahan yang haq selain Dia. Maha Raja Yang Maha Suci, Yang Maha Sejahtera ( AsSalâm), Yang Menjaga Keamanan, Pemelihara Keselamatan, Yang Maha Perkasa, Yang Maha Kuasa, Yang Memiliki Segala Keagungan. Maha Suci Allah dari apa yang mereka persekutukan” (al-Hasyr/59:23) Nama Allah As Salam dalam hadîts: عَنْ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ : كُنَّا إِذَا كُنَّا مَعَ النَّبِيِّ فِي الصَّلَاةِ قُلْنَا السَّلَامُ عَلَى اللَّهِ مِنْ عِبَادِهِ السَّلَامُ عَلَى فُلَانٍ وَفُلَانٍ فَقَالَ النَّبِيُّ لَا تَقُولُوا السَّلَامُ عَلَى اللَّهِ فَإِنَّ اللَّهَ هُوَ السَّلَامُ وَلَكِنْ قُولُوا التَّحِيَّاتُ لِلَّهِ وَالصَّلَوَاتُ وَالطَّيِّبَاتُ السَّلَامُ عَلَيْكَ أَيُّهَا النَّبِيُّ وَرَحْمَةُ اللَّهِ وَبَرَكَاتُهُ السَّلَامُ عَلَيْنَا وَعَلَى عِبَادِ اللَّهِ الصَّالِحِينَ ‘Abdullah (bin Mas’ud) Radhiyallahu ‘anhu Berkata : Dahulu, jika kami shalat bersama Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, kami mengucapkan: “As Salâm (keselamatan) bagi Allah dari hamba-hamba-Nya, dan as-salâm atas Fulan dan si Fulan,” maka Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Janganlah kalian mengucapkan As Salâm atas Allah, karena sesungguhnya Allah itu As Salâm, akan tetapi ucapkanlah: ‘AtTahiyât (ucapan selamat), ashShalawat (ibadah) dan ath-Thayyibât (pujian) bagi Allah. Salam (keselamatan) serta rahmat Allah, dan keberkahan-Nya atas anda, wahai Nabi. Dan salam atas kita dan hamba-hamba Allah yang shâlih’.” [HR Bukhâri]. As-Sa’di rahimahullah mengatakan,“…As Salam yakni yang diagungkan, yang suci dari seluruh kekurangan dan keserupaan makhluk terhadap-Nya, serta yang suci dari siapa pun yang akan mendekati atau men
yamainya pada salah satu sisi kesempurnaan-Nya. Nama Allah, As Salâm, mencakup penetapan semua kesempurnaan bagi-Nya dan peniadaan semua kekurangan dari-Nya. Ini adalah kandungan makna dari Subhnâllah wal-Hamdu lillahi” (Maha Suci Allah dan segala pujian bagi-Nya). Dan nama Allah, As Salâm, mengandung pengesaan bagi-Nya dalam ulûhiyah (penyembahan dan pengagungan). Maka nama Allah, As Salâm, mengumpulkan al-Bâqiyâtu ash-Shâlihât (semua nama Allah yang baik dan sifat-Nya yang mulia), yang dengannya Allah Azza wa Jalla dipuji. Di antara rincian penjelasan terhadap apa yang sudah disebutkan di atas, bahwasanya Dia adalah Al Hayyu (Yang Maha Hidup), yang selamat kehidupan-Nya dari kematian, rasa ngantuk, tidur dan perubahan. Dia adalah Al Qâdir (Yang Maha Kuasa), yang selamat kekuasaan-Nya dari kelelahan, kecapekan, keberatan dan kelemahan. Dia adalah al-‘Alîm (Yang Maha Mengetahui), yang selamat ilmu-Nya dari ketidaktahuan terhadap sesuatu meskipun sebesar biji sawi.  Demikianlah, semua sifat-Nya berada dalam timbangan di atas. Keridhaan-Nya selamat dari kemurkaan, kelembutan-Nya selamat dari balas dendam, keinginan-Nya selamat dari kebencian, kekuasaan-Nya selamat dari kelemahan, kehendak-Nya selamat dari hal yang menyelisihinya, firman-Nya selamat dari kedustaan dan kezhaliman, bahkan Maha Sempurna kalimat-kalimat-Nya sesuai dengan keadilan dan kebenaran, dan janji-Nya selamat dari penyelisihan…. Doa dengan nama nama ini: عَنْ ثَوْبَانَ قَالَ : كَانَ رَسُولُ اللَّهِ إِذَا انْصَرَفَ مِنْ صَلَاتِهِ اسْتَغْفَرَ ثَلَاثًا وَقَالَ اللَّهُمَّ أَنْتَ السَّلَامُ وَمِنْكَ السَّلَامُ تَبَارَكْتَ ذَا الْجَلَالِ وَالْإِكْرَامِ “Dari Tsauban Radhiyallahu ‘anhu, dia berkata: “Dahulu, apabila Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah selesai dari shalatnya, beliau beristighfar tiga kali, dan berkata: ‘Ya Allah, Engkau adalah As Salâm, dan dari-Mu lah keselamatan, Engkau Maha Tinggi Yang Memiliki Kebesaran dan Kemuliaan’.” [HR Muslim]. As Salâm dalam ucapan as-salâmu ‘alaikum, ada dua. Pertama, (semoga) barakah nama Allah As Salâm tercurah kepada kalian. Oleh karena itu, tidak diperbolehkan melontarkan salam kepada orang-orang kafir dari kalangan Ahli Kitab. Karena As Salâm merupakan salah satu nama Allah Subhanahu wa Ta’ala. Sehingga, tidak boleh memintakan keberkahan bagi orang kafir dari nama Allah Subhanahu wa Ta’ala tersebut. Kedua, keselamatan yang dimohonkan ketika ucapan salam. Jika anda mengatakan kepada seseorang “as-salâmu’alaika”, maka maksudnya, anda sedang berdoa kepada Allah untuknya agar Allah Subhanahu wa Ta’ala menyelamatkannya dari gangguan-gangguan, kegilaan, (kejahatan) manusia, kemaksiatan dan dari penyakit hati, serta dari api neraka. Ini adalah lafazh yang umum, dan maknanya adalah doa bagi seorang muslim dengan keselamatan dari segala gangguan. Sumber: 1.‘Abdurrazzâq Bin ‘Abdul-Muhsin Al-‘Abbâd, Asbâb Ziyâdati Al-Imân Wa Nuqshânihi, hlm. 24 2. Al-Mausû’ah Al-Asmâ` Wa Ash-Shifât, ‘Adil Bin Sa’ad Dan ‘Amru Bin Mahrûs, hlm. 109-110), 3.Ibnu al-qayyim, Badâi’ul Fawâid (2/135). 4.Muhammad Bin Shâlih Al-Utsaimîn, Riyadush Shâlihin, Kitab As-Salâm (3/5). Penulis: Dzakwan Mukhtar Sumber Artikel dari Asmaul Husna Center: https://asmaulhusnacenter.com/as-salam-yang-maha-memberi-keselamatan.html بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْم – قُلْ هُوَ اللّٰهُ اَحَدٌۚ – اَللّٰهُ الصَّمَدُۚ – لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُوْلَدْۙ – وَلَمْ يَكُنْ لَّهٗ كُفُوًا اَحَدٌ Allohumma solli ‘alaa muhammad, wa ‘alaa aali muhammad, kamaa sollaita ‘alaa aali ibroohim, wa baarik ‘alaa muhammad, wa ‘alaa aali muhammad, kamaa baarokta ‘alaa aali ibroohim, fil ‘aalamiina innaka hamiidummajiid. Allâhumma-ghfir liummati sayyidinâ muhammadin, allâhumma-rham ummata sayyidinâ muhammadin, allâhumma-stur ummata sayyidinâ muhammadin. Allahumma maghfiratuka awsa’u min dzunubi wa rahmatuka arja ‘indi min ‘amali. Ya Alloh Engkau “Maha Beri Kesejahteraan” Dan Ak
u Hanya Hamba Yang Kau Sejahterakan
1 note · View note
merangkulmakna · 2 years
Text
Tidak demikian, yg benar adalah Tdk seorangpun yg berbuat SYIRIK kpd Allah KECUALI Ia pasti BERIMAN kpd Allah, karena IMAN itu adlh PERCAYA dan tdk RAGU..!
Hanya saja harus dipahami bhw BERIMAN kpd Allah Tampa MENYEKUTUKANNYA maka KEIMANAN itu menyelamatkannya [muslim], sedangkan BERIMAN kpd Allah bersamaan dgn KESYIRIKANNYA maka KEIMANANNYA sedikitpun tdk akan bisa menyelamatkannya [musyrik], meskipun Ia mengaku Islam lagi bersyahadat..
Sebagaimana kaum MUSYRIKIN Qurais, mereka itu asalnya BERTAUHID, yakni Talbiyah mereka menunjukan akan pengakuan mereka akan keesaan Allah dalam Rububiyyah, namun CACAT TAUHID dlm hal ULUHIYAH.
Ibnu Abbas radiyallahu anhu berkata..
كَانَ الْمُشْرِكُونَ يَقُولُونَ لَبَّيْكَ لاَ شَرِيكَ لَكَ – قَالَ – فَيَقُولُ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « وَيْلَكُمْ قَدْ قَدْ ». فَيَقُولُونَ إِلاَّ شَرِيكًا هُوَ لَكَ تَمْلِكُهُ وَمَا مَلَكَ. يَقُولُونَ هَذَا وَهُمْ يَطُوفُونَ بِالْبَيْتِ
Dahulu kaum musyrik berkata..
"Labbaik laa syarika laka’ [Kami memenuhi panggilanmu Ya Allah, tidak ada syarikat bagi-Mu]”, Maka Nabi shallallahu alaihi wa sallam berkata..“Celaka kalian, sudah cukup, cukup [yaitu jangan diteruskan]", Namun kaum musyrik itu melanjutkan.. “Kecuali sekutu yang merupakan milik-Mu, Engkau memilikinya dan dia tidak memiliki apa-apa", Mereka mengucapkan ini tatkala mereka TAWAF di Ka’bah".
[HR Muslim No 2872].
Lihatlah, seandainya org org Musyrikin zaman Nabi tdk BERIMAN kpd Allah, mustahil mereka menunaikan Haji dan tawaf di ka'bah bahkan mereka bersaksi "tidak ada SEKUTU bagiMu" namun disaat bersamaan ditempat yg sama mereka melakukan KESYIRIKAN dgn lisan mereka, sama hal dgn manusia akhir zaman mengaku Islam, bersyahadat Laa ILaha ILLallah namun ditempat yg lain melakukan syiar syiar KESYIRIKAN yg macam bentuknya.
Bedanya KAUM MUSYRIKIN dahulu bertauhid dlm hal RUBUBIYAH namun dlm hal ULUHIYAH 100% cacat total, adapun KAUM MUSYRIKIN akhir zaman kerusakan AQIDAH mereka tdk hanya dlm hal tauhid uluhiyah dan asma wa sifat, tetapi juga tauhid rububiyah rusak parah sebab MENOLAK diatur oleh hukum Allah lebih MEMILIH diatur dgn hukum setan, padahal mereka tahu lagi sadar bhw hanya Allah saja yg berhak MENGATUR manusia dan alam semesta.
Maka kita katakan hakikat mereka itu adlh BERIMAN namun keimanan mereka tdk lantas menjadikan status mereka mukmin/muslim disisi Allah karena IMAN mereka telah dicemari oleh SYIRIK, ketika keimanan seorang hamba telah TERCEMARI oleh kesyirikan maka mereka tdk lagi dapat disebut seorang yg telah berISLAM dsisi Allah azza wa Jalla, karena ISLAM itu adalah MENTAUHIDKAN Allah dlm RUBUBIYAH ya, uluhiyah dan asma wa sifat-Nya, sebagaimana kaum musyrikin Qurais dahulu mereka telah MENGENAL dan meng'IMANI Allah karena dakwah TAUHID nabi Ibrahim As telah sampai kpd mereka, buktinya mereka berhaji, berdoa kpd Allah, mengakui keEsaan Allah, namun ketika mereka benar benar diseru kmbali mengEsakan Allah tdk ada SEKUTU bagi-Nya Nampaklah keengganan dan perlawanan mereka, hanya saja beda BERHALA yg diibadati oleh musyrikin dahulu dan skrg akhir zaman, dahulu mereka menjadikan Latta dan uzza, Manat sbg SEKUTU bagi Allah, klw BERHALA skrg khususnya diindomusyrikin ini yg paling dominan menjerumuskan manusia kpd KESYIRIKAN adlh berhala PANCASILA [anak berhala demokrasi], meskipun peribadatan kpd kuburan kuburan juga tdk kalah hebat, masih ladzim dilakukan oleh kaum menengah kebawah.
Maka kesimpulannya mereka [kaum musyrikin] hakikat mereka itu BERIMAN disamping KESYIRIKANNYA.
LEBIH JELASANYA..
Ibnu Jarir At-Thabari juga meriwayatkan dengan sanadnya dari Abdurrahman bin Zaid bin Aslam rahimahullah, beliau berkata..
لَيْسَ أَحَدٌ يَعْبُدُ مَعَ اللَّهِ غَيْرَهُ إِلَّا وَهُوَ مُؤْمِنٌ بِاللَّهِ، وَيَعْرِفُ أَنَّ اللَّهَ رَبَّهُ، وَأَنَّ اللَّهَ خَالِقُهُ وَرَازِقُهُ، وَهُوَ يُشْرِكُ بِهِ، أَلَا تَرَى كَيْفَ قَالَ إِبْرَاهِيمُ: {أَفَرَأَيْتُمْ مَا كُنْتُمْ تَعْبُدُونَ، أَنْتُمْ وَآبَاؤُكُمُ الْأَقْدَمُونَ، فَإِنَّهُمْ عَدُوٌّ لِي إِلَّا رَبَّ الْعَالَمِينَ} قَدْ عَرَفَ أَنَّهُمْ يَعْبُدُونَ رَبَّ الْعَالَمِينَ مَعَ مَا يَعْبُدُونَ، قَالَ: فَلَيْسَ أَحَدٌ يُشْرِكُ بِهِ إِلَّا وَهُوَ مُؤْمِنٌ بِهِ، أَلَا تَرَى كَيْفَ كَانَتِ الْعَرَبُ تُلَبِّي، تَقُولُ: لَبَّيْكَ اللَّهُمَّ لَبَّيْكَ، لَا شَرِيكَ لَكَ، إِلَّا شَرِيكٌ هُوَ لَكَ، تَمْلِكُهُ وَمَا مَلَكَ؟ الْمُشْرِكُونَ كَانُوا يَقُولُونَ هَذَا
“Tidak seorangpun yang menyembah selain Allah bersama penyembahannya terhadap Allah KECUALI ia BERIMAN kepada ALLAH dan mengetahui bahwasanya Allah adalah Rob-Nya, dan Allah adalah penciptanya dan pemberi rizkinya, dan dia berbuat kesyirikan kepada Allah. Tidakkah engkau lihat bagaimana peraktaan Nabi Ibrahim..
قَالَ أَفَرَأَيْتُمْ مَا كُنْتُمْ تَعْبُدُونَ، أَنْتُمْ وَآبَاؤُكُمُ الأقْدَمُونَ، فَإِنَّهُمْ عَدُوٌّ لِي إِلا رَبَّ الْعَالَمِينَ
Ibrahim berkata..
“Maka Apakah kamu telah memperhatikan apa yang selalu kamu sembah, kamu dan nenek moyang kamu yang dahulu?, karena Sesungguhnya apa yang kamu sembah itu adalah musuhku, kecuali Tuhan semesta alam". [QS As Syu’aro 75-77]
Nabi Ibrahim telah mengetahui bahwasanya mereka [juga] menyembah Allah bersama dengan penyembahan mereka kepada SELAIN Allah. Tidak seorangpun yang berbuat SYIRIK kepada Allah KECUALI ia BERIMAN kepadaNya. Tidakkah engkau lihat bagaimana orang-orang Arab bertalbiah?, mereka berkata.. “Kami memenuhi panggilanmu Ya Allah, kami memenuhi panggilanmu, tidak ada syarikat bagiMu, kecuali syarikat milikMu yang Engkau menguasainya dan dia tidak memiliki apa apa”. Kaum musyrikin Arab dahulu mengucapkan talbiah ini”.
Lihat [Tafsir At-Tabari 13/376].
Ibnu Jarir At-Thabari juga meriwayatkan dengan sanadnya dengan beberapa jalan dari Mujahid rahimahullah, diantaranya beliau berkata..
إِيمَانُهُمْ قَوْلُهُمُ: اللَّهُ خَالِقُنَا، وَيَرْزُقُنَا، وَيُمِيتُنَا، فَهَذَا إِيمَانٌ مَعَ شِرْكِ عِبَادَتِهِمْ غَيْرَهُ
“KEIMANAN mereka adalah perkataan mereka.. Allah pencipta kami dan Yang memberi rizki kepada kami dan mematikan kami. Inilah keimanan [mereka] bersama KESYIRIKAN mereka dengan beribadah kepada selain Allah”.
[Tafsir At-Tobari 13/374].
Ibnu Jarir At-Thabari juga meriwayatkan dengan sanadnya dari Qotadah rahimahullah, beliau berkata...
فِي إِيمَانِهِمْ هَذَا، إِنَّكَ لَسْتَ تَلْقَى أَحَدًا مِنْهُمْ إِلَّا أَنْبَأَكَ أَنَّ اللَّهَ رَبُّهُ، وَهُوَ الَّذِي خَلَقَهُ، وَرَزَقَهُ، وَهُوَ مُشْرِكٌ فِي عِبَادَتِهِ
“KEIMANAN mereka ini, [yaitu] tidaklah engkau bertemu dengan seorangpun dari mereka kecuali ia mengabarkan kepadamu bahwasanya Allah adalah Rob-Nya, dan Dialah yang telah menciptakannya dan memberi rizki kepadanya. Padahal dia berbuat KESYIRIKAN dalam ibadahnya”.
[Tafsir At-Thabari 13/375].
KESIMPULANNYA..!
Mereka itu BERIMAN meskipun lahiriah dhohir mereka tdk dapat disebut MUSLIM melainkan MUSYRIK karena KEIMANAN mereka dihadapan Allah tdk SAH, tdk diterima karena telah dicacati SYIRIK.
Inilah alasan knp Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah membagi TIGA TAUHID agar manusia mudah memahami dan menTauhidkan Raab-Nya azza wa Jalla, tdk mudah terjerumus kpd KESYIRIKAN, jadi bukan seperti mengadakan perkara baru seperti sangkaan pembenci beliau, ini hanyalah sama seprti METODE [cara] hamba mengenal pencipta-Nya dgn MENTAUHIDKANNYA sehingga dapat berhati hati agar tdk terjatuh kpd KESYIRIKAN yg berakibat membatalkan KEIMANAN/KEISLAMANNYA.
Inilah alasan knp beliau digelari IMAM yg paling BENAR AQIDAHNYA oleh Ulama yg tdk semahzab dgn beliau, cukup untuk membantah sebagian org yg berkata AQIDAH beliau sesat..!
Imam Ahmad bin Ibrahim, Syaikh Al-Hazzamiyah Al-Washithy Asy-Syafi’i [wafat 711 H], beliau berkata...
“Demi Allah, kemudian demi Allah, kemudian demi Allah, tidak pernah terlihat dibawah langit ini yang seperti guru kalian IBNU TAIMIYYAH dari sisi ilmu, amal, kondisi, akhlak, itiibaa’, kedermawanan, kebijaksanaan, dan penegakan terhadap hak Allah ta’aala tatkala dilanggar keharaman. Beliau adalah ORANG YANG PALING BENAR AQIDAHNYA, dan yang paling BENAR ILMU dan tekadnya, dan yang paling semangat dan paling cepat dalam membela kebenaran dan menegakkannya, dan orang yang tangannya paling pemurah, dan yang PALING SEMPURNA ITTIBANYA [keteladanannya] kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Kami TIDAK PERNAH MELIHAT di zaman seseorang yang nampak kenabian muhammadiah serta sunnah sunnahnya dari perkataan dan perbuatannya kecuali orang ini [Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah], dan hati yang bersih mempersaksikan bahwasanya ini [dia] adalah ITTIBA yang sesungguhnya”.
Lihat [Syadzaroot Adz-Dzahab 8/144].
Wallahu Ta'ala a'lam..
1 note · View note
kangsoelblog · 2 years
Text
Begini Asal Usul Pembagian Tauhid Menjadi 3
Tumblr media
Dikesempatan kali ini kita akan membahas bagaimana asal usul pembagian tauhid menjadi empat, tiga, atau dua. Tauhid dibagi menjadi beberapa bagian tidak ada di zaman rosul. Lalu bagaimana bisa ada orang yang membagi tauhid menjadi beberapa bagian. Ternyata semua itu ada asal usulnya. Yuk kita bahas.
Latar Belakang Pembagian Tauhid
Kenapa ada pembagian tauhid semacam ini pada asalnya ketika tauhid itu dibahas oleh para sahabat dan juga para ulama di masa silam mereka membahas dalam bentuk kajian ayat atau hadits Nabi Shallallahu alaihi wasallam dan mereka memahami maknanya. Kemudian jadilah ilmu tauhid itu sebagai disiplin ilmu dan ketika sudah menjadi disiplin ilmu maka akan lebih mengerucut dan lebih detail. Sehingga kita ketahui di zaman Sahabat tidak dikenal misalnya istilah ilmu usul fikih atau ilmu fiqih sendiri ilmu tauhid. ilmu aqidah ilmu ilmu ini tidak mengerucut menjadi banyak disiplin ilmu tapi mereka belajar Islam secara keseluruhan. Sesuai dengan kemampuan bahasa yang mereka miliki dalam memahami setiap teks dalil baik ayat maupun sabda Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam lalu dari situ mereka bisa mendapatkan kesimpulan dan kesimpulan itulah yang mereka jadikan sebagai kerangka untuk beranak.
Asal Usul Pembagian Tauhid
Kemudian sejalan dengan perkembangan waktu masing-masing ilmu mengerucut menjadi banyak disiplin ilmu seperti yang tadi kita sebutkan nya ada ilmu fiqih ada ilmu tauhid aqidah ada Ilmu Tafsir ada ilmu masalah dakwah dan seterusnya nah ketika dia sudah menjadi sebuah disiplin ilmu Maka ilmu itu akan dibuat lebih detail lebih rinci dan semakin kesana maka ilmu itu akan semakin banyak rinciannya semakin banyak pembahasannya. Maka disaat itulah ada pembagian-pembagian ada rincian rincian sehingga tujuannya dalam rangka memudahkan bagi orang yang belajar untuk bisa memahami secara utuh materi yang dia dapatkan. Sehingga kita kenal ada istilah rukun salat apa saja wajib salat apa saja Apa perbedaan antara rukun dengan wajib syarat salat apa saja Apa perbedaan antara syarat dengan rukun kemudian ada sunah-sunah salat demikian pula kita jumpai dalam disiplin ilmu yang lain sehingga misalnya tafsir ada pembagiannya tafsir ditinjau dari rujukannya ada berapa, tafsir ditinjau dari metode dalam penyampaiannya ada sekian pembagian dan seterusnya.
Pembagian Tauhid Adalah Efek Perkembangan Ilmu
Dalam aqidah juga sama, ketika Akidah itu menjadi ilmu yang lebih mengerucut maka dalam aqidah ada penjelasan bahasanya di sini ada pembagian demikian di sini ada pembagian demikian sehingga kita mengenal ada pembagian tauhid. tauhid dibagi menjadi sekian aqidah ada rinciannya dalam masalah Asma’ wa sifat ada rinciannya dan seterusnya. Itu efek dari perkembangan ilmu. karena itu tidak ada istilah bahwasanya pembagian tauhid menjadi tiga atau menjadi empat atau menjadi sekian adalah perbuatan Bid'ah yang dilakukan oleh Salafi atau mereka sebut ini bid'ahnya Wahabi. Nah kalau itu disebut sebagai Bid'ah, Maka nanti pembagian salat ada bagian rukun ada wajib ada syarat juga dihukum yang sama jadinya padahal itu adalah kemaslahatan pendidikan. jadi pembagian itu dilakukan dalam rangka kepentingan pendidikan. Andaikan masyarakat bisa memahami tauhid hanya dengan disebutkan ayat, misalnya para ulama’ mengatakan dalam satu surat al-fatihah terdapat empat jenis tauhid. Tauhid rububiyah uluhiyah asma wa sifat dan tauhidul mutabaah silakan Bapak baca al-fatihah dibaca, selanjutnya Tolong sebutkan ayat mana yang menyebutkan Tauhid rububiyah uluhiyah asma wa sifat dan mutaba'ah bagi orang yang enggak ngerti dia kebingungan saya nggak ngerti dengan ini tapi bagi mereka yang paham dia tahu Oh ini maksudnya tauhid tentang ini sehingga dia tahu ini ke arah rububiyah ini ke uluhiyah ini ke asma wa sifat ini. terkait masalah mutaba'ah dan seterusnya makanya metode pembelajaran jika masyarakat kita diajak untuk menganut metode masa silam mungkin mereka akan sangat kebingungan. Karena Kemampuan mereka dalam memahami dalil tidak sebagaimana kemampuan para sahabat dalam memahami tadi. kemampuan masyarakat zaman sekarang kemampuan kita dalam memahami dalil tidak sebagaimana kemampuan para sahabat ketika memahami dalil. karena perbedaan seperti itulah kemudian ulama hadir dan mereka ngasih kemudahan. Sehingga biar ini lebih mudah dipahami akhirnya dikasih rincian dikasih pembagian.
Pembagian Tauhid Adalah Cara Para Ulama Untuk Mempermudah Belajar Tauhid
Baik...! kalau kita paham ini berarti pembagian tauhid menjadi tiga atau menjadi empat atau menjadi dua, pembagian seperti itu berarti bentuknya menceritakan realita yang ada. Dulu para sahabat ketika ngajari bahasa Arab enggak ada pembagian Misalnya kalim itu dibagi 3 isim, fi’il huruf misalnya ketika sahabat belajar bahasa Arab, tapi mereka belajar bagaimana cara dalam berkomunikasi lalu mereka belajar bagaimana cara memahami teks dengan baik karena yang seperti ini mereka sudah paham sehingga tidak perlu ada rincian seperti itu begitu perkembangan waktu ada orang butuh paham itu karena dia tidak punya kemampuan sebagaimana pendahulunya akhirnya orang mengajarkan Oh kalimat dibagi tiga isim ada sekian Fi’il ada sekian, yang manshub ada sekian yang marfu ada sekian yang manshub ada sekian yang majrur ada sekian, biar orang mudah dalam memahaminya. Tauhid juga demikian para ulama memberikan rincian agar kita lebih mudah dalam memahaminya. dan saya bisa merasakan perbedaan itu pada waktu dulu sebelum saya kenal tentang pembagian tauhid ya kita sering dengar istilah tauhid itu sering kita dengar cuman kita ndak ngerti bangunan tauhid yang seutuhnya. Dalam setiap ilmu Kan ada morfologi ilmu ya bangunan ilmu. jadi kita enggak ngerti bangunan tauhid yang seutuhnya itu kayak gimana. rinciannya Seperti apa kan kita nggak tahu peta Begitu kita belajar tentang pembagian tauhid, peta tauhid. kita jadi ngerti oh maksudnya seperti ini, ranahnya seperti ini dan seterusnya. Makanya seharusnya kita mengedepankan sikap terima kasih kepada para ulama yang berusaha memaparkan ilmu ini dengan mudah kepada masyarakat meskipun kadang dikomentari miring sehingga sampai ada pernyataan seperti itu pembagian tauhid tiga itu adalah karyanya Wahabi yang tidak pernah ada di masa silam.
Pembagian Juga Terjadi Di Cabang Ilmu Lain
Coba kalimat itu dipakai untuk masalah fikih ibadah, pembagian salat jadi sunnah ab'ad atau sunnah haiat, bisa nggak kita sebut itu karyanya Syafi'iyah yang tidak pernah ada di zaman Nabi Shallallahu salam. ya sama saja Itu kan cuman pembagian dalam rangka untuk memudahkan. Sehingga pembagian ini sekali lagi adalah menceritakan realita, realita dalam salat ada seperti ini realita dalam tauhid ada seperti ini lalu ulama ngasih rincian biar gampang untuk dipahami. Nah ketika orang membuat pembagian maka harus sesuai dengan realita yang ada kalau pembagian itu tidak sejalan dengan realita maka pembagian itu tidak bisa kita terima.
Kesimpulan
Jadi kesimpulannya pembagian tauhid menjadi beberapa bagian ini memang tidak pernah rosulullah jelaskan didalam hadist, sebagaimana pembagian fikih ibadah macam rukun, syarat, wajib, sunnah, makruh. Hal tersebut tidak ada dalam hadits. Akan tetapi istilah pembagian tersebut adalah penjelasan, rincian para ulama’ yang tujuannya adalah untuk mempermudah para penuntut ilmu untuk belajar. Jadi tujuannya semata-mata adalah untuk pendidikan. Dan pembagian ini haruslah sesuai realita yang ada, jika tidak sesuai realita, kenyataan yang ada maka pembagian tersebut tidak bisa kita terima. Artikel ini adalah rangkuman dari ceramah ustadz Ustadz Ammi Nur Baits, ST., BA ceramah lengkap bisa antum tonton di link ini Demikian artikel tentang asal usul pembagian tauhid ini, semoga bermanfaat. Next artikel akan kita bahas pembagian tauhid yang menjadi empat tiga ataupun dua. Semua intinya sama hanya beda istilah. Agar lebih jelas nantikan artikel selanjutnya. Jika di tumpuk jadi satu artikel akan terlalu panjang. Read the full article
0 notes
nasrudinalhakimi627 · 2 years
Text
بِسْـــــم اللّٰــــــهِ الرَّحْمٰــــــــنِ الرَحِيْـــــــــــــمِ
السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
Faedah Hadits Hari ini:
AGAMA ADALAH NASIHAT
عَنْ أَبِي رُقَيَّةَ تَمِيْمٍ بْنِ أَوْسٍ الدَّارِي رَضِيَ اللهُ تَعَالَى عَنْهُ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلَّمَ قَالَ الدِّيْنُ النَّصِيْحَةُ قُلْنَا : لِمَنْ ؟ قَالَ للهِ وَلِكِتَابِهِ وَلِرَسُوْلِهِ وَلِأَئِمَّةِ المُسْلِمِيْنَ وَعَامَّتِهِمْ – رَوَاهُ مُسْلِمٌ
Dari Abu Ruqoyyah Tamiim bin Aus Ad-Daariy -rodhiyalloohu ‘anhu-, Ia Berkata: 'Bahwa Nabi ﷺ Bersabda: “Agama Adalah Nasihat.” Kami Bertanya, 'Untuk Siapa?' Beliau ﷺ Menjawab, “Bagi Allooh, Bagi Kitab-Nya, Bagi Rosul-Nya, Bagi Pemimpin-pemimpin Kaum Muslimin, Serta Bagi Umat Islam Umumnya ".' [HR. Muslim, no. 55]
Hadits Arbain #07:
Agama adalah Nasihat. Begitulah Hadits Ketujuh dari Hadits Arbain An-Nawawiyyah.
PENJELASAN HADITS
Sebagaimana Kata Al-Khoththobi -rohimahullooh-,
"النَّصِيْحَةُ كَلِمَةٌ يُعَبَّرُ بِهَا عَنْ جُمْلَةٍ هِيَ إِرَادَةُ الخَيرِْ لِلْمَنْصُوْحِ لَهُ."
“Nasihat adalah Kalimat Ungkapan Yang Bermakna Mewujudkan Kebaikan Kepada Yang Ditujukan Nasihat.” (Jami’ Al-‘Ulum wa Al-Hikam, 1:219)
FAEDAH HADITS:
Pertama: Ad-diin Dalam Hadits Maksudnya adalah Diin dengan artian Agama. Sedangkan ad-Diin Lainnya Bermakna al-Jazaa’ (Pembalasan) Seperti pada Ayat ‘maaliki yaumiddiin’ (Yang Menguasai Hari Pembalasan).
Kedua: Nasihat Itu Begitu Penting karena Nabi ﷺ Menjadikannya Bagian dari Agama.
Ketiga: Bagusnya Pengajaran Rosuululloohu ﷺ, Beliau Menyampaikan Sesuatu Secara Umum (Global) Terlebih Dahulu, Lalu Menyebutkan Rinciannya.
Keempat: Para Sahabat Haus Akan Ilmu, apa yang Butuh Dipahami dengan Baik, Mereka selalu Menanyakannya agar Jelas.
Kelima: Nabi ﷺ Memulai Penyebutan dengan Hal Terpenting Lalu Yang Penting Lainnya karena Beliau Menyebutkan Nasihat bagi Alloohu تعالى, Lalu Kitab-Nya, Lalu Rosul-Nya, Lalu kepada Imam Kaum Muslimin, Lalu kepada Kaum Muslimin secara Umum. Sedangkan Kitab Alloohu تعالى Didahulukan daripada Rosul, Karena Kitab Itu Langgeng, Sedangkan Rosul Telah Tiada. Namun Nasihat Kepada Keduanya Saling Terkait.
Keenam: Nasihat bagi Alloohu ﷻ Mencakup Dua Hal yaitu:
- Mengikhlaskan Ibadah Hanya Kepada Alloohu تعالى Semata.
- Bersaksi bahwa Alloohu تعالى Itu Tunggal Dalam Rububiyah, Uluhiyyah, juga Dalam Nama dan Sifat-Nya.
Ketujuh: Nasihat bagi Kitab Alloohu ﷻ Mencakup:
- Membela Al-Qur’an dari Yang Menyelewengkan dan Mengubah Maknanya.
- Membenarkan Setiap Yang Dikabarkannya Tanpa Ada Keraguan.
- Menjalankan Setiap Perintah Dalam Al-Qur’an.
- Menjauhi Setiap Larangan Dalam Al-Qur’an.
- Mengimani bahwa Hukum Yang Ada adalah Sebaik-baik Hukum, Tidak Ada Hukuman Yang Sebaik Al-Qur’an.
- Mengimani bahwa Al-Qur’an Itu Kalamullooh (Firman Alloohu تعالى) Secara Huruf dan Makna, Bukan Makhluk.
Kedelapan: Nasihat bagi Rosul-Nya ﷺ Mencakup:
- Ittiba’ Kepada Beliau ﷺ, Mengikuti Setiap Tuntunan-Nya.
- Mengimani bahwa Beliau ﷺ adalah Utusan Alloohu تعالى, Tidak Mendustakannya, Beliau ﷺ adalah Utusan Yang Jujur dan Dibenarkan.
- Menjalankan Setiap Perintah Beliau ﷺ.
- Menjauhi Setiap Larangan Beliau ﷺ.
- Membela Syari’atnya.
- Mengimani bahwa Segala Sesuatu Yang Datang Dari Beliau ﷺ Sama Seperti Yang Datang Dari Alloohu تعالى Dalam Hal Mengamalkannya.
- Membela Nabi ﷺ Ketika Hidupnya dan Ketika Beliau Telah Tiada, Termasuk pula Membela Ajaran Beliau ﷺ (Sunnahnya).
Kesembilan: Imam Kaum Muslimin Itu Ada Dua Macam. Yang Pertama adalah Ulama Robbaniyyun Yang Mewarisi Ilmu, Amal, Akhlak, dan Dakwah dari Nabi ﷺ. Yang Pertama Inilah Ulil Amri Hakiki (Imam Kaum Muslimin Yang Sesungguhnya). Yang Kedua adalah Penguasa Yang Melaksanakan Syari’at Alloohu تعالى, Mereka Terapkan Pada Diri Mereka Sendiri dan Pada Para Hamba Alloohu تعالى Yang Menjadi Rakyatnya.
Kesepuluh: Nasihat kepada Ulama Kaum Muslimin, Mencakup:
- Mencintai Mereka.
- Menolong Mereka Dalam Menjelaskan Kebenaran seperti Dengan Menyebarkan Tulisan dan Karya Para Ulama.
- Membela Kehormatan Mereka.
- Meluruskan Kesalahan Mereka Dengan Cara Yang Baik.
- Mengingatkan Mereka Dalam Kebaikan Dengan Mengalahkan Cara yang Pas Ketika menyampaikan Dakwah kepada yang lain.
Kesebelas: Nasihat kepada Penguasa Kaum Muslimin, Mencakup:
- Meyakini Mereka adalah Pemimpin.
- Menyebarkan Kebaikan-kebaikan Mereka kepada Rakyat Sehingga membuat Rakyat Mencintainya dan Ia Bisa Menjalankan Kepemimpinan dengan Baik. Hal Ini Jauh Berbeda Jika Yang Disebarkan adalah Aib-aib Penguasa.
- Menjalankan Perintah dan Menjauhi Setiap Hal Yang Dilarang dari Penguasa Selama Bukan Dalam Rangka Bermaksiat kepada Alloohu تعالى, karena Tidak Boleh Ada Keta'atan Kepada Makhluk Dalam Bermaksiat Kepada Alloohu تعالى. Sedangkan Kalau Maksiat Itu Dilakukan oleh Diri Penguasa Itu Sendiri (Mereka Zholim), Tetaplah Mereka Dita'ati dalam Perintahnya, Bukan dalam Mengikuti Maksiat Yang Mereka Lakukan.
- Menutup Aib Mereka Sebisa Mungkin, Bukan Bermudah-mudahan Menyebarkannya. Namun Tetap Ada Nasihat Langsung Kepada Mereka Atau Lewat Orang-Orang Yang Dekat Dengan Mereka, Tanpa mesti Diketahui Orang Banyak.
- Tidak Boleh Memberontak Kepada Mereka Kecuali Melihat Ada Kekufuran Yang Nyata Dengan Dalil Pasti dan Ada Kemashlahatan Yang Besar.
Keduabelas: Dalam Masyarakat Islam, Pemimpin atau Penguasa Mesti Ada, baik yang Memimpin Masyarakat Banyak maupun Masyarakat yang lebih Khusus.
Ketigabelas: Nasihat kepada Orang Awam (Umat Islam) Berbeda kepada Penguasa.
- Imam an-Nawawi -rohimahullooh- Berkata, “Menasihati Sesama Muslim (Selain Ulil Amri) Berarti adalah Menunjuki Berbagai Maslahat Untuk Mereka yaitu Dalam Urusan Dunia dan Akhirat Mereka, Tidak Menyakiti Mereka, Mengajarkan Perkara Yang Mereka Tidak Tahu, Menolong Mereka dengan Perkataan dan Perbuatan, Menutupi Aib Mereka, Menghilangkan Mereka dari Bahaya dan Memberikan Mereka Manfa'at serta Melakukan Amar Ma’ruf Nahi Mungkar.” (Al-Minhaj Syarh Shohih Muslim, 2:35).
- Syaikh Muhammad bin Sholih Al-‘Utsaimin -rohimahullooh- Berkata Bagaimanakah Cara Menasihati Sesama Muslim, Maka Beliau Katakan, 'Hal Itu Sudah Dijelaskan Dalam Hadits Anas bin Maalik -rodhiyalloohu 'anhu-, “Tidaklah Sempurna Iman Seseorang Diantara Kalian Sampai Ia Mencintai Saudaranya Sebagaimana Ia Mencintai Dirinya Sendiri'.” Juga Kata Syaikh Ibnu ‘Utsaimin, “Nasihat adalah Engkau Suka Jika Saudaramu Memiliki Apa Yang Engkau Miliki. Engkau Bahagia Sebagaimana Engkau Inginkan Yang Lainpun Bahagia. Engkau Juga Merasa Sakit Ketika Mereka Disakiti. Engkau Bermuamalah (Bersikap Baik) Dengan Mereka Sebagaimana Engkaupun Suka Diperlakukan Seperti Itu.” (Syarh Riyadh ash-Sholihin, 2:400)
- Al-Fudhoil bin ‘Iyadh -rohimahullooh- Mengatakan,
"المؤمن يَسْتُرُ ويَنْصَحُ ، والفاجرُ يهتك ويُعيِّرُ."
“Seorang Mukmin Itu Biasa Menutupi Aib Saudaranya dan Menasihatinya. Sedangkan Orang Fajir (Pelaku Dosa) Biasa Membuka Aib dan Menjelek-jelekkan Saudaranya.” (Jaami’ul ‘Ulum wal Hikam, 1:225)
- Al-Hasan Al-Bashri -rohimahullooh- Berkata,
"إنَّ أحبَّ عبادِ الله إلى الله الذين يُحببون الله إلى عباده ويُحببون عباد الله إلى الله ، ويسعون في الأرض بالنصيحة."
“Sesungguhnya Hamba Yang Dicintai Di Sisi Alloohu ﷻ adalah Yang Mencintai Alloohu تعالى Lewat Hamba-hamba-Nya dan Mencintai Hamba-hamba Alloohu تعالى Karena Alloohu تعالى di Muka Bumi, Iapun Memberi Nasihat kepada Lainnya.” (Jaami’ Al-‘Ulum wa Al-Hikam, 1:224)
Semoga Alloohu ﷻ Memberikan Kita Sifat Saling Mencintai Sesama Muslim Dengan Saling Menasihati Dalam Kebaikan dan Takwa.
___________
Referensi:
- Al-Minhaj Syarh Shohih Muslim. Cetakan pertama, Tahun 1433 H. Abu Zakariya Yahya bin Syarf An Nawawi. Penerbit Dar Ibni Hazm.
- Jaami’ Al-‘Ulum wa Al-Hikam. Cetakan kesepuluh, Tahun 1432 H. Ibnu Rojab Al-Hambali. Tahqiq: Syaikh Syu’aib Al-Arnauth dan Ibrohim Barjis. Penerbit Muassasah Ar-Risalah.
- Syarh Al-Arba’in An-Nawawiyyah Al-Mukhtashor. Cetakan pertama, Tahun 1431 H. Syaikh Dr. Sa’ad bin Nashir Asy-Syatsri. Penerbit Dar Kunuz Isybiliya.
- Syarh Riyadh ash-Sholihin. Cetakan tahun 1425 H. Syaikh Muhammad bin Sholih Al-‘Utsaimin. Penerbit Madarul Wathon.
والله تعالى اعلم بالصواب
وصلى الله وسلم وبارك على نبينا محمد وآله وصحبه أجمعين، وآخر دعوانا أن الحمد لله رب العالمين.
Semoga Bermanfa'at.
Mohon Ta'awunnya untuk Menyebarkan Risalah Dakwah Tauhid dan Sunnah ini, Agar Orang-orang Yang Tidak Mengetahuinya Dapat Mengetahuinya dan Menjadi Timbangan Amalan Sholih Bagi Yang Menyebarkannya di Akhirat Kelak, Insyaa Alloohu تعالى.
Tumblr media
0 notes
Text
Bismillah
PENGERTIAN SYIRIK AKBAR..
Syirik Akbar
Syirik akbar adalah menyekutukan Allah dalam kekhususan-Nya (yaitu dalam rububiyah, uluhiyah, dan asma’ wa sifat) yang mengakibatkan batalnya keislaman pelakunya.
* KONSEKUENSI HUKUM SYIRIK AKBAR
Selain menyebabkan batalnya keislaman seseorang, ada beberapa konsekuensi yang akan didapatkan oleh orang yang melakukan syirik akbar, diantaranya:
TERTUTUP NYA PINTU SURGA
Pelaku syirik akbar telah Allah haramkan untuk masuk surga dan tempatnya di akhirat adalah neraka –wal ‘iyadzubillah–. Hal ini sebagaimana firman Allah :
“Sesungguhnya orang-orang yang menyekutukan Allah, maka pasti Allah mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya kelak adalah neraka, tidaklah ada bagi orang-orang zalim itu seorang penolong pun.” (QS. Al Maidah: 72)
TERTUTUP NYA PINTU AMPUNAN ALLAH SUBHANAHU WATA'ALA
Barangsiapa mati dalam keadaan belum bertaubat dari perbuatan syirik akbar, maka ia telah menutup pintu ampunan Allah,
sebagaimana Allah berfirman:
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, Maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar.” (QS.An Nisa’ : 48)
TERHAPUSNYA SELURUH AMALAN
Akan sia-sialah seluruh amalan yang pernah dilakukan oleh seseorang yang melakukan syirik akbar –jika ia tidak bertaubat–, sebagaimana firman Allah
“Jika kamu menyekutukan Allah, niscaya akan terhapuslah seluruh amalmu dan tentulah kamu termasuk orang-orang yang merugi.” (QS.Az zumar: 65)
* Contoh-contoh Syirik Akbar
Meski pun syirik akbar adalah perbuatan dosa yang paling besar dosanya, perbuatan dzalim yang paling dzalim, dan perbuatan kufur yang paling kufur, akan tetapi masih banyak di antara kaum muslimin di zaman ini yang masih terjerumus ke dalam perbuatan ini. Berikut di antara contohnya:
*MENYEMBELIH UNTUK SELAIN ALLAH
Menyembelih hewan/kurban adalah di antara bentuk ibadah kepada Allah, sebagaimana Allah memerintahkan dalam surat Al Kautsar:
“Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu dan berkurbanlah!” (QS.Al Kautsar: 2)
Sesuatu yang Allah perintahkan maka itu adalah ibadah. Karena menyembelih hewan atau berkurban adalah ibadah maka sembelihan tersebut haruslah ditujukan kepada Allah semata. Betapa banyak kita lihat pada zaman sekarang ini, termasuk di Indonesia, kaum muslimin yang melakukan sembelihan bukan untuk Allah, akan tetapi untuk jin atau ‘makhluk gaib’ yang dianggap menunggui suatu tempat. Misalnya adalah sembelihan yang menjadi syarat sebelum dibangunnya sebuah gedung atau jembatan di suatu tempat yang diyakini apabila syarat tersebut tidak dipenuhi, ‘penunggu’ tempat tersebut akan murka. Perbuatan semacam ini jelas merupakan sebuah perbuatan syirik akbar.
*NGALAP BERKAH
Yang berhak dan mampu mendatangkan keberkahan kepada seorang makhluk hanyalah Allah semata. Jika demikian, tidak semestinya seorang makhluk meminta berkah kepada selain Allah, atau juga meminta berkah kepada Allah dengan cara yang tidak pernah Allah dan Rasul-Nya ajarkan. Bahkan berdasarkan banyak ayat Al Qur’an dan hadits meminta berkah kepada selain Allah tergolong ke dalam perbuatan syirik akbar. Betapa banyak orang yang mengharap berkah kepada pohon yang dianggap suci, batu yang dianggap mistis, bangunan dan tempa yang dianggap keramat. Walaupun orang-orang yang mengharap berkah dari benda-benda tersebut berkeyakinan bahwa Allahlah yang mendatangkan berkah, perbuatan seperti ini tetap tidak benar karena Allah dan Rasul-Nya tidak pernah memerintahkan untuk melakukan hal tersebut.
BERDO'A KEPADA SELAIN ALLAH
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Do’a itu ibadah.” (HR.Ahmad dan Tirmidzi, hasan shahih)
Karena do’a adalah ibadah maka wajib hanya ditujukan kepada Allah semata. Di zaman ini betapa banyak orang yang berdo’a kepada wali, orang shalih, atau kiai yang telah mati. Jangankan kepada wali, orang shalih, atau kyai, berdo’a kepada Nabi Muhammad yang merupakan makhluk paling mulia saja adalah perbuatan terlarang yang merupakan di antara bentuk syirik akbar. Walaupun orang-orang yang berdo’a kepada selain Allah tersebut berkeyakinan Allahlah yang mengabulkan do’a, sementara wali, orang shalih, atau kyai tersebut hanyalah perantara agar Allah mau mengabulkan, maka hal tersebut tetaplah tercela di sisi Allah. Sebagaimana Allah dalam Al Qur’an mencela orang-orang musyrik yang berkata:
‘Sesungguhnya kami tidak menyembah mereka, melainkan hanya supaya mereka mendekatkan kami kepada Allah dengan sedekat-dekatnya’ ” QS. Az-Zumar : 3)
* KERANCUAN SOAL SYIRIK AKBAR
Ada beberapa anggapan yang tidak benar yang menyebar di kaum muslimin saat ini terkait syirik akbar. Berikut di antaranya:
ANGGAPAN BAHWA SYRIK AKBAR ITU HANYALAH DALAM RUBUBIYAH
Ada anggapan bahwa syirik itu hanyalah terjadi dalam hal rububiyah Allah dan tidak ada syirik dalam hal uluhiyah dan asma’ wa sifat Allah. Sehingga yang namanya syirik hanyalah jika seseorang beranggapan bahwa ada tuhan dan pencipta selain Allah. Anggapan seperti ini tidak benar dan bertentangan dengan apa yang didakwahkan dan diajarkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Rasulullah tidaklah mendakwahi orang-orang kafir dari bangsa arab yang melakukan syirik dalam hal rububiyah, akan tetapi orang-orang kafir tersebut melakukan syirik dalam hal uluhiyah. Orang kafir arab adalah orang-orang yang telah meyakini bahwa Allah adalah pencipta alam semesta, namun mereka masih didakwahi dan diperangi oleh Rasulullah karena mereka melakukan kesyirikan dalam hal ibadah mereka, sebagaimana Allah berfirman:
“Katakanlah (kepada kaum musyiriki), ’Kepunyaan siapakah bumi ini dan semua yang ada padanya jika kamu mengetahui?’ Mereka (kaum musyrikin) akan menjawab, ‘Kepunyaan Allah’.” (QS. Al Mu’minun: 84)
ANGGAPAN BAHWA SYRIK AKBAR HANYA MENYEMBAH BERHALA,
Anggapan bahwa Syirik Akbar Hanya Menyembah Berhala
Adalagi anggapan bahwa yang namanya syirik akbar itu adalah jika seseorang menyembah berhala sebagaimana orang-orang musyrik pada zaman Rasulullah yang menyembah berhala. Anggapan ini tentulah tidak benar, Allah berfirman:
“Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah semata dengan memurnikan ibadah kepada-Nya” (QS. Al Bayyinah: 5 )
Maka ibadah apapun itu jenisnya haruslah ditujukan kepada Allah dan jika ditujukan kepada selain Allah maka tergolong dalam perbuatan syirik akbar. Sedangkan ibadah maknanya sangat luas, sebagaimana ulama’ menjelaskan bahwa ibadah itu mencakup seluruh yang dicintai Allah dan diridhoi oleh Allah, baik itu berupa amalan atau pun perkataan, baik yang sifatnya tampak (amalan lisan dan anggota badan) atau tidak tampak (amalan hati). Maka jika ada seseorang yang bertawakkal (menyandarkan diri, termasuk amalan hati) kepada selain Allah, maka itu juga tergolong dalam syirik akbar. Meskipun orang tersebut tidak melakukan amalan berupa sesembahan kepada berhala.
ANGGAPAN BAHWA TIDAK PERLU LAGI MEMPERINGATKAN UMAT TENTANG SYIRIK AKBAR KARENA MEREKA SUDAH MENGUCAPKAN KALIMAT SYAHADAT
“Tidaklah perlu lagi kita mendakwahkan kepada umat islam tentang syirik akbar karena mereka sudah mengucapkan dua kalimat syahadat” atau “syirik akbar itu kan sudah jelas, lebih baik kita berdakwah tentang yang lain”, begitulah di antara anggapan yang tidak benar yang menyebar pada kaum muslimin. Bukanlah demikian yang diajarkan oleh Nabi kita shallallahu ‘alaihi wa sallam. Beliau adalah orang yang sangat takut umatnya terjerumus dalam kesyirikan sehingga beliau memerintahkan agar tauhid senantiasa didakwahkan dan syirik senantiasa diperingatkan. Sesungguhanya perbuatan syirik itu adalah perbuatan yang sangat samar sebagaimana disabdakan oleh
Rasulullahshallallahu ‘alaihi wa sallam:
“Kesyirikan itu lebih samar daripada rayapan semut” (HR. Abu Ya’la dan Ibnul Mundzir, Sahih).
Ditambah lagi di zaman ini, perbuatan yang pada hakikatnya kesyirikan dikemas seakan-akan bukanlah perbuatan kesyirikan. Perbuatan berdo’a kepada orang solih atau wali yang telah mati dinamakan sebagai ‘wujud kecintaan kepada orang solih’.
Mengunjungi dan mengharap berkah dari kuburan wali atau orang solih dinamakan sebagai ‘wisata rohani’ atau ‘wisata religi’. Maka hal ini menunjukkan bahwa memperingatkan umat islam akan bahaya kesyirikan adalah sesuatu yang penting. Bahkan peringatan ini semakin lama semakin dibutuhkan karena perbuatan kesyirikan semakin lama akan semakin merajalela, sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam:
“Tidak akan terjadi hari kiamat, sehingga segolongan besar dari ummatku cenderung pada orang-orang musyrik dan ikut beribadah pada berhala”. (HR.Tirmidzi)
ANGGAPAN BAHWA TOBATNYA PELAKU SYRKUL AKBAR TIDAK DITERIMA
Diantara anggapan yang tidak benar pula terkait syirik akbar adalah anggapan bahwa pelaku syirik akbar tidak akan diterima taubatnya oleh Allah. Anggapan ini tidak benar berdasarkan firma Allah:
“Katakanlah: “Hai hamba-hamba-Ku yang malampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia-lah yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Az Zumar: 53)
Juga sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam: “Sesungguhnya Allah akan senantiasa menerima taubat seorang hamba selama ruh belum sampai di tenggorakan (belum dicabut nyawanya)” (HR. Ibnu Majah, Ahmad, & Tirmidzi, Hasan)
Dan masih banyak lagi contoh contoh syrkul Akbar ini..
Silahkan merujuk kekitab kitab tauhid para ulama Sunnah..
Wallohuta'alam bishowab
Semoga bermanfaat
0 notes
daengviantamren · 4 years
Photo
Tumblr media
@daengviantamren . Meyakini rububiyah yaitu meyakini kekuasaan Allah dalam mencipta dan mengatur alam semesta, misalnya meyakini bumi dan langit serta isinya diciptakan oleh Allah, Allahlah yang memberikan rizqi, Allah yang mendatangkan badai dan hujan, Allah menggerakan bintang-bintang, dll. Di nyatakan dalam Al Qur’an: “Segala puji bagi Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dan Mengadakan gelap dan terang” (QS. Al An’am: 1) Dan perhatikanlah baik-baik, tauhid rububiyyah ini diyakini semua orang baik mukmin, maupun kafir, sejak dahulu hingga sekarang. Bahkan mereka menyembah dan beribadah kepada Allah. Hal ini dikhabarkan dalam Al Qur’an “Sungguh jika kamu bertanya kepada mereka (orang-orang kafir jahiliyah), ’Siapa yang telah menciptakan mereka?’, niscaya mereka akan menjawab ‘Allah’ ”. (QS. Az Zukhruf: 87) Oleh karena itu kita dapati ayahanda dari Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam bernama Abdullah, yang artinya hamba Allah. Padahal ketika Abdullah diberi nama demikian, Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam tentunya belum lahir. Adapun yang tidak mengimani rububiyah Allah adalah kaum komunis atheis. Syaikh Muhammad bin Jamil Zainu berkata: “Orang-orang komunis tidak mengakui adanya Tuhan. Dengan keyakinan mereka yang demikian, berarti mereka lebih kufur daripada orang-orang kafir jahiliyah” (Lihat Minhaj Firqotin Najiyyah) Pertanyaan, jika orang kafir jahiliyyah sudah menyembah dan beribadah kepada Allah sejak dahulu, lalu apa yang diperjuangkan oleh Rasulullah dan para sahabat? Mengapa mereka berlelah-lelah penuh penderitaan dan mendapat banyak perlawanan dari kaum kafirin? Jawabannya, meski orang kafir jahilyyah beribadah kepada Allah mereka tidak bertauhid uluhiyyah kepada Allah, dan inilah yang diperjuangkan oleh Rasulullah dan para sahabat. Penulis: Ustaz Yulian Purnama Link selengkapnya: https://muslim.or.id/6615-makna-tauhid.html . . . . ➖➖➖➖➖➖➖➖➖ #tauhid #dakwahtauhid #tauhid☝#kajiantauhid #rububiyah #uluhiyah #asmawasifat #lailahaillallah #antisyirik #müşrik #manhajsalaf #salafusshalih #salafyindonesia #salaf #salafi #ahlussunnah #ahlussunnahwaljamaah ➖➖➖➖➖➖➖➖➖ (di daengvt_store) https://www.instagram.com/p/CBMgoiIhHSn/?igshid=rgllqgh4wus
0 notes
dhirangkum · 2 years
Text
Allah (Allah) Al-Ilah (Yang Diibadahi)
Akar dari seluruh Asmaul Husna yang mencakup asma Allah itu ada tiga. Yaitu Allah, ar-Rabb, dan ar, Rahman. Ketiganya mencakup kandungan makna seluruh asma Allah. Seluruh asma Allah merujuk kepadanya.
Nama Allah mengandung sifat Uluhiyah ; nama ar-Rabb mengandung sifat-sifat Rububiyah ; dan nama ar-Rahman mengandung sifat-sifat kebaikan, kedermawanan, dan kebajikan.
Seluruh makna asma Allah berkisar pada ketiga nama ini. Dan ketiga nama ini berkumpul dalam surat Al-Fatihah, Ummul Qur'an. Ibnul Qayyim rahimahullah berkata: " Ketahuilah bahwa surah ini mencakup dan mengandung inti dari segala permintaan manusia yang tertinggi secara sempurna dan lengkap. Surah ini mengandung pengenalan kepada Dzat yang hanya Allah yang patut disembah, yaitu Allah melalui tiga nama tersebut. Ketiga nama itu lah sumber dan poros daru seluruh asma Allah al-Husna dan sifatnya yang termulia.
Firman Allah : "Hanya kepada Engkau kami menyembah ..." (QS. Al-Fatihah : 5) ayat ini mengandung unsur ilahiah.
" ... Dan hanya kepada Engkaulah kami mohon pertolongan. " (QS. Al-Fatihah : 5) ayat ini menunjukan adanya unsur Rububiyah.
"Tunjukilah kami jalan yang lurus." (QS. Al-Fatihah : 6) permohonan hidayah agar selalu berada di jalan yang lurus mengandung sifat Rahman Allah.
Dan kata Alhamdu "segala puji" mencakup ketiga unsur tersebut. Sungguh, Dialah Allah yang pantas dipuji dalam ke uluhiyahan, kerububiyahan, dan kerahmatan-Nya.
Nama yang pertama kali kita baca dalam Asmaul Husna adalah nama Allah. Inilah nama yang menurut jumhur ulama sebagai "nama Allah yang paling agung".
Yaitu nama yang apabila dipanjatkan doa kepada-Nya dengan menyebut nama itu, Dia pasti mengabulkan. Jika diminta, niscaya memberikan.
Salah satu karakteristik nama Allah adalah sebagai pokok asal seluruh Asmaul Husna. Seluruh nama Allah disandarkan dan juga disifatkan pada nama ini. Asmaul Husna adalah perincian dan penjelasan atas sifat Illahiyah, yaitu sifat agung, sempurna, dan mulia. Seluruh Asmaul Husna merujuk kepada nama Allah, begitu juga maknanya berkisar pada nama Allah.
Nama Allah di dalam Al-Quran disebutkan lebih dari 2200 kali, sebanyak 33 ayat pembuka surah dalam Al-Quran di dalamnya terdapat nama Allah.
Ibnul Qayyim berkata: " Karakteristik nama Allah secara maknawi sesungguhnya telah diutarakan oleh hamba Allah yang paling mengetahui Dzat-Nya, yaitu Nabi SAW. Dalam salah satu hadits nya beliau mengutarakan: ' Aku tidak mampu menghitung segala pujianku kepada-Mu (Allah), hanya Engkau yang mengetahui bagaimana selayaknya memuji diri-Mu'
Tiada makhluk yang menyebut asma ini dalam keadaan sedikit (serba berkekurangan), kecuali Dia memperbanyaknya. Tiada hamba yang dalam yang dalam keadaan takut lalu menyebut asma ini, melainkan Allah hilangkan rasa takutnya. Tidak ada seorang hamba yang sedang kesulitan lantas dia menyebut asma ini, kecuali Allah mudahkan baginya. Bahkan ketika hamba dalam keadaan gelisah dab sedih lantas menyebut asma ini, Allah pasti memberi ketenangan dan solusi baginya. Tidak ada hamba yang mengalami kesempitan lalu ia menyebut asma ini, melainkan Allah akan lapangkan. Bahkan ketika manusia dalam kelemahan kemudian menyebut asma ini, Dia memberikan kekuatan baginya. Ketika hamba dalam kehinaan lalu ia menyebut asma ini, Dia menganugerahkannya kemuliaan. Saat dalam keadaan fakir, seorang hamba menyebut asma ini, Dia menjadikannya kaya. Tiada makhluk yang merasakan kegersangan jiwa lalu ia menyebut asma ini, Dia pasti menghiburnya. Serta tidak ada hamba yang berada di dalam kekalahan lalu menyebut asma ini, kecuali Dia pasti memberikan bantuan dan pertolongan bagi nya. Tak seorangpun manusia yang sedang di hadang marabahaya lalu menyebut asma ini, kecuali Allah jauhkan dirinya dari kemudharatan. Bahkan ketika hamba Allah terusir lalu menyebut asma ini, maka Dia pasti memberikan tempat perlindungan baginya.
Arti nama Allah ini sebenarnya berasal dari kata "Al-Illah" yang bermakna "yang pantas disembah" Tercantum di dalam Al-Quran al-Kariim "Dan Tuhan kamu adalah Tuhan Yang Maha Esa, tidak ada tuhan selain Dia, Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang." (QS. Al-Baqarah : 163)
Pernyataan yang paling lengkap dan terbaik terkait makna nama Allah disampaikan oleh Ibnu Abbas, dia berkata: "Allah adalah Dzat yang memiliki sifat ketuhanan dan berhak disembah oleh seluruh makhluk-Nya." (HR. Ibnu Jarir di dalam tafsirnya)
*Di kutip dari catatan buku Ensiklopedi Asma'ul Husna, karya Syaikh Abdur Razzaq bin Abdul Muhsin Al-Badr.
14 notes · View notes
laoderrs · 3 years
Text
Tumblr media
Ada sebagian yang berkata "kok belajarnya tauhid terus?"
Ya, memang kita harus terus menerus belajar tauhid. Tanpa tauhid yang benar semua amal ibadah akan sia-sia. Mari kita lihat beberapa ayat dalam Al Qur'an yang menjelaskan bahwasanya kafir quraisy aja paham perihal tauhid rububiyah, seperti Qur'an surat Luqman ayat 25, Qur'an surat Az-Zukruf ayat 43, atau yang lebih jelas ada dalam Qur'an surat Yunus ayat 31, mereka (kafir quraisy) tahu bahwa Allah lah yang mengatur, menciptakan, memberi rezeki, mematikan, menghidupkan, menurunkan hujan, dan sebagainya, sedang ada sebagian dari kita yang mengaku beragama islam bahkan percaya dengan pawang hujan, percaya bahwa dagangannya bisa laris dengan menempel ayat-ayat Al Qur'an di tempat dagangannya. Wal iyyadzubillah.
Ini lah kenapa wajibnya kita terus, terus dan terus belajar tauhid, karena bahkan ketika kamu selalu mengkhawatirkan rezekimu, di situlah tauhidmu dipertanyakan.
48 notes · View notes