Tumgik
#sma jilbab
mamadkhalik · 1 month
Text
Revolusi Jilbab
Di SMAku, hampir 90% semua siswi berhijab. Ketika ku tanya kenapa? Ya sudah waktunya, ada juga yang takut sanksi sosial, ada yang ikut kating, dan alasan lainya.
Memang saat itu muncul sebuah budaya kalau sudah SMA ya berhijab. Hampir semua kawan-kawanku dari SMP berhijab semua saat SMA. Bahkan waktu itu aku pernah berseloroh, "ini bukan SMA Negeri tapi MAN Cabang."
Terlepas dari fenomena itu, setelah membaca buku ini aku menyadari bahwa perjuangan dakwah dalam suatu masa pasti akan membuahkan hasil.
Hijab, jilbab, atau kerudung terlepas penyebutanya apa, pernah menjadi simbol perlawanan.
Zaman itu, orde baru dengan peraturan dikbud mengintimidasi siswi berjilbab. Ada yang di bully, ada yang disuruh pindah sekolah, ada yang dianggap alpha, dan tindakan diskriminatif lainya.
Para siswi saat itu melawan dengan tetep nekat memakai jilbab, melakukan protes bersama ormas Islam, propaganda melalui surat kabar, hingga sampai ke meja hijau dan menang dalam suatu kasus.
Perjuangan itu lambat laun menemui titik terang. Rezim orde baru mulai dekat dengan kelompok Islam. Aturan sekadar himbauan yang normatif. Meski tetap ada perlakuan diskriminatif, ada juga yang mulai melonggarkan.
Setiap masa akan ada tantanganya, setiap masa akan ada orang yang menyelesaikanya.
Dahulu jilbab dilarang, sekarang sudah menjamur menjadi budaya. Apakah perjuangan belum usai? Belum.
Dari buku ini saya belajar, tugas kita hanya berjuang, urusan hasil biar Allah yang mengatur. Kita harus yakin untuk memperjuangkan yang haq, karena kita tidak sendirian. Begitu.
Revolusi Jilbab - Alwi Alatas, filrida Desliyanti.
Tumblr media
25 notes · View notes
qiftiyaa · 7 months
Text
morning walk
gak kebayang sebelumnya akan menyenangkan bisa rutin jalan pagi. saat masih di sekolah dasar, beberapa kali saya diajak ayah jalan-jalan (tanpa jajan) pagi. lokasinya dekat rumah. karena jalan raya yang dekat rumah saat itu belum seramai sekarang dan memang banyak orang yang jalan pagi di jalur tersebut.
tapi sejujurnya saya kadang ikut karena bisa meminta beli jajan wkwkw. ada penjual blendung di dekat jembatan. suatu kali, saat mengikuti jalan pagi bareng ayah, saya pernah terjatuh. berdarah wkwk. ada batu kerikil yang tertancap (tapi ga terlalu dalam) di lutut. sakit luar biasa untuk ukuran anak SD. beruntung bisa dikeluarkan ayah. waktu itu kayaknya ngikutin ayah lari. tapi aku yang ngotot ikutan lari tanpa pake sepatu wkwk. pake sandal apa yah? lupa.
ternyata saya punya kenangan lucu-menyakitkan saat jalan pagi. fastforward di pesantren-kuliah. udah jarang dan hampir gak pernah jalan bareng ayah lagi. sampai beliau tiada :)
setahunan ini melihat mas Iqbal @academicus mengunggah aktivitas jalan pagi (lengkap pake sepatu), bikin saya kepancing. awalnya sih biasa saja kayak cuman like doang. tapi lama-kelamaan teringat momen jalan pagi bareng ayah.
akhirnya pelan-pelan saya coba jalan pagi. pakai kostum seadanya. maksudnya pakai kaos lengan panjang yang ada, celana training SMA, jilbab kaos blusukan dapat dari perlengkapan haji. sebenernya malu kalau pakai outfit olahraga bagus, tapi habitnya belum terbentuk wkwk. oh, saya juga membeli sepatu baru :D karena tidak punya sepatu untuk olahraga/bertali.
saya menggunakan aplikasi bawaan handphone, babystep to 5k, selama 10 minggu. karena saya pikir, jalan adalah olahraga paling murah & mudah versi saya yang banyak rebahannya. meskipun kadang dalam seminggu, ada yang ke-skip, yaa tidak apa-apa.
sejauh ini yang saya rasa, kalau saya duduk agak bungkuk lamaan dikit, berasa capek. sehingga mau gamau, kudu tegak. yaa memang harusnya begitu kan yaah kalau duduk :D saat di sekolah dasar pun, diajari guru duduk tegak. tapi yaa, siapa tahu di sekolah menengah wkwk.
halo, mbak Uti @prawitamutia count me in! hehe. semoga konsisten menulis di prompt 2, 3, 4 dst :D
19 notes · View notes
anilirohmah · 2 months
Link
2 notes · View notes
syuuuuuu39613 · 4 months
Link
2 notes · View notes
ajisnakusi · 6 months
Link
2 notes · View notes
gemoybokep · 8 months
Text
WOT duduk di hotel gorden bercahaya
Update : WOT duduk di hotel gorden bercahaya SMA jilbab putih pamer tete di kamar mandi ada emoticon di kepala
Tumblr media
Streaming full di : www,gemoybokep,my,id
ganti , dengan . atau bisa cek profile untuk situs alternatif
bokep avocaddo novie vie Allah SWT Pose Ilmu Padi
#IsraMiraj
2 notes · View notes
himawariqurrotaaini · 10 months
Text
Be a Representative of Islam: Kerendahan Hati yang Bermartabat 🌱✨
Keywords: arRohmaan, alFurqan, beardman, humility, hijabwoman.
Pontianak. 13:45. 26112023.
Bismillahirrahmaanirrahiim.
Kembali lagi ke kewajiban kita untuk mentadabburi al Quran 💛.
Tumblr media
Pembahasan favorit saya dan Yulida pagi ini:
youtube
Unggahan terbaru di youtube Nouman Ali Khan.
Semoga menjadi obat bagi siapapun yang membutuhkan.
NAK mulai dg memberikan contoh, misalkan nih, kita dikenal sebagai murid seorang Syaikh atau guru ternama, apakah hal ini akan mempengaruhi sikap orang kepada kita? Misalkan, kita dikenal sebagai karyawan Amazon (yg menurut NAK adalah perusahaan kurang humanis dg karyawannya: kerja kerja kerja) bagaimana respon orang kepada kita? Misalkaaan, kita dikenal karena circle pertemanan kita, apakah mempengaruhi penilaian orang kepada kita.
Ternyata, dengan sifat ar Rohmaan yang dimiliki Allah, kita sebagai hambaNya memiliki kesempatan besar untuk menjadi representasiNya. Dijelaskan pada QS al Furqan gimana biar kita jadi abdur-Rahman.
Tumblr media
Bahkan ditegaskan juga dalam QS Al Isra.
Tumblr media
Saya yang terbiasa berjalan cepat-cepat-cepat seperti Nihonjin (orang jepang) nampaknya mesti berbenah diri nih 🙈.
Versi pendeknya di igs saya. Versi kakak-kakak ramah di IG, bukan kakak-kakak ngegas di tumblr.
Kalau dipanjang-panjangkan ni, jadi ke pembawaan kita sehari-hari. Penampilan kita, apakah sudah merepresentasikan Islam? (Nanananananaaa saya langsung terdiam sendiri ini membacanya).
27112023. 07:37.
Sebagaimana kita pun terbiasa menilai orang lain, mau ndak mau orang lain juga menilai kita. Kalau kata doktrin kampus saya dulu, penampilan bukan yang utama, tapi penampilan yang pertama. Hehe. Bukaaan tentang melakukan sesuatu hanya karena penilaian orang, bukan tentang itu. Tapi mau ndak mau, identitas kita memang bisa membawa nama Islam secara keseluruhan. Seperti kisah pembuka tulisan ini.
Contohnya nih, baruuu aja kemarin saya tau, teman-teman saya ternyata ada yang agak was-was dengan orang berjanggut dan bersurban. Lha kaget saya, tapi ndak heran sih. Banyak faktornya, salah satunya propaganda media. Demikianlah hikmah Palestina membangunkan kita, kisah seorang Abati berturban dan berjanggut yang tawakkal melepas anaknya yang meninggal pada agresi zionis, seizin Allah mengubah cara pandang beberapa teman saya tersebut.
Tumblr media Tumblr media Tumblr media
Curhatan teman ini membuat saya merenung, jilbab saya ini semoga bisa juga membawa nama baik Islam. Duluuu waktu SMA saya mikir, jilbab panjang bisa beraroma lembab, makanya pake parfum (hehe ini nih salahnya saya dulu, jangan ditiru). Gimana nih jadi muslimah dalam segala kekurangan yang dimiliki namun perilakunya yang adalah dakwah, huhu beraaaaatttt, tapi semoga Allah mudahkan.
Karena berat, bismillaah, mesti mencontek contoh yang paling mulia, Rasulullah SAW yang sangat menyayangi kita. Rasulullah SAW yang rendah hati dan ceria.
Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media
Semoga Allah ar Rohmaan ar Rohiim berkenan ridha memperbaiki semuaaaa urusan agama, dunia, dan akhirat kita ya.
Salam,
ayuprissakartika.
2 notes · View notes
unimiff · 2 years
Text
Dua Puluh Delapan dan Pertanyaan-Pertanyaan "Kapan"
Tumblr media
Namanya Malika, tapi bukan kedelai hitam yang dirawat seperti anak sendiri. Usianya dua puluh delapan, jelang dua puluh sembilan tahun. Dia lulusan sarjana kampus kota gudeg dan magister kampus terkenal di negeri kanguru. Anaknya cerdas, wajahnya manis, perangainya baik. Cita-citanya tinggi. Rasa-rasanya kualitas perempuan yang oke hampir semua ada padanya. Namun, nasibnya tak seelok paras dan sel-sel otaknya. Apalagi semenjak dia memutuskan untuk pulang dan tinggal di kampungnya.
Dua tahun yang lalu, ayahnya sakit keras. Saat itu, Malika sudah memiliki karier yang bagus di ibu kota. Sebagai anak semata wayang, ibunya memintanya untuk pulang. Kata Ibu, Ayah menyebut-nyebut nama Malika terus. Jadilah Malika pulang, melepaskan kariernya yang cemerlang, teman-teman, dan sebagian kehidupannya di kota. Demi menjadi anak yang berbakti, dia menuruti saran ibunya untuk menemani ayahnya, sembari bekerja di kantor kecamatan di kampung mereka. Dua tahun berlalu, ayah Malika meninggal dunia. Dua tahun berlalu, Malika tidak pernah merasa terbiasa. Kampung yang dahulu dia rindukan tiap libur semester, rasanya sekarang berbeda.
"Ka, Ibu ke rumahnya Bu Tati dulu, ya. Rewang nikahan si Ranti, anaknya. Eh, kamu mau ikut?"
Pertanyaan Ibu di akhir sekadar basa-basi buat Malika. Toh, Ibu juga tahu, jawabannya pasti nggak. Namun, ternyata jawaban Malika kali ini berbeda.
"Tunggu sebentar, Bu. Pakai jilbab dulu."
Malika segera bersiap-siap. Desas-desus tentang dirinya yang dicap sombong karena jarang datang ke rewangan sampai juga di telinganya. Padahal, bukan karena itu Malika malas ikut kegiatan-kegiatan sosial di kampungnya.
"Hmm, si Ranti yang usianya lebih dari satu dekade di bawahku sudah mau nikah." pikir Malika. Begitulah. Lulus SMA, anak-anak gadis di kampungnya akan dinikahkan oleh orang tua mereka. Katanya, daripada jadi fitnah atau beban keluarga. Sungguh berbeda dengan dunia yang Malika kenal di luar sana, di mana kakak-kakak seniornya bahkan masih banyak yang belum menikah. Dan itu sungguh baik-baik saja. Namun, hal itu tidak akan berlaku di kampung ini.
Terbayang oleh Malika, dia hanya akan jadi bulan-bulanan pertanyaan orang-orang. Pertanyaan yang itu-itu lagi. Dan pertanyaan yang sama, yang tidak bisa dia jawab. Pertanyaan yang acap kali ditambah dengan pernyataan yang nyelekit. Daripada makin sakit hati, Malika meminimalisasi interaksi yang tidak perlu. Namun, kali ini dia memutuskan untuk ikut dengan ibunya.
Di kampung kecil ini, urusan pribadi seseorang akan menjadi urusan orang sekampung. Perkara si Joko kemarin maling ayam, anaknya Pak Mahmud jadi pengedar narkoba, istrinya Pak Ucup main serong dengan tetangga, hingga kucingnya Tania baru lahiran, beranak tujuh, semuanya dibahas. Entah itu di pasar, di pengajian ataupun arisan. Dan, perkara Malika sudah sering pula menjadi topik pembahasan.
"Eh itu si Malika, anaknya mendiang Pak Malik, udah hampir kepala tiga, kok belum kawin-kawin, ya?" Ada yang membuka pembicaraan.
"Biasalah, Bu. Terlalu pilih-pilih." Ada yang menimpali.
"Makanya, jadi perempuan tuh, jangan terlalu pintar. Yang ada laki-laki jadi takut." Ibu-ibu yang lain menanggapi.
"Ah, emang dasarnya nggak laku kali, Bu. Udah tua begitu siapa yang mau. Sok-sokan lulusan luar negeri segala, lagi. Orang kerjanya juga di kantor kecamatan doang. Masih mendingan anaknya kita-kita. Nggak usah sekolah tinggi-tinggi, dapat laki banyak duit. Lagian sombong amat. Nggak mau pacaran, pula. Mau dapat suami dari mana, coba. Seumuran dia, mah, harusnya sudah beranak tiga. Ini masih ngurusin kucing belang tiga."
Tawa ibu-ibu itu pecah. Mereka tidak sadar, Malika dan ibunya yang baru sampai mendengar semuanya. Sekuat hati Malika berusaha agar air matanya tidak tumpah. Perlahan, dia mengambil langkah mundur. Tujuannya hanya satu sekarang, pulang ke rumah.
"Tuhan, tolong aku," batin Malika.
Timbul rasa benci dalam hati Malika. Dia benci orang-orang kampungnya yang terus bertanya "kapan"? Mulai dari atasan dan teman-teman di kantornya, tetangganya, paman, tante, sepupunya, semuanya hanya bertanya-tanya, sembari menambahkan kata-kata
"Eh, perempuan itu, kalau sudah di atas 30 tahun, sudah habis masa berlakunya, sudah tidak singset lagi."
Dia benci nasibnya yang tiba-tiba berubah seratus delapan puluh derajat dan harus menghadapi kegilaan ini setiap harinya.
"Apakah mereka kira perempuan itu seperti barang yang ada masa kedaluwarsanya? Atau produk jualan yang dinilai dengan laku atau tidaknya?"
Malika takut lama-lama dia tidak kuat, dan menjalani hidup yang bukan sebenarnya hidup. Hidup yang tidak dia inginkan, bukan dengan orang yang dia inginkan. Hidup yang dijalani karena perkataan orang-orang. Orang-orang yang akan terus berkomentar, tanpa memberikan solusi dan jalan keluar. Malika takut dengan rasa benci yang muncul dalam dirinya. Perlahan, dia mulai menangis. Terisak, lama dan menyayat hati.
20230117
Bukan #30HariBercerita
7 notes · View notes
pikiranchristina · 2 years
Text
Indarwati dan Indrawati
Stereos caffee, 25 Desember 2022
Namanya Indarwati, putri pertama Ibu (Almh) Elizabeth Suliah. Terlahir, tumbuh, besar, menikah, bahkan membesarkan anak sebagai seorang Katholik. Ketiga anaknya muslim, aku yakin itu bukan hal yang mudah.
Aku, Indrawati, putri bungsu yang dikata orang "copy-paste" wajah ibu Indarwati.
Sepanjang hidup aku (dan aku yakin kakak-kakaku) mendoakan hal yang sama. Kami sekeluarga bisa sholat berjamaah dengan lengkap.
Membicarakan perbedaan agama adalah hal yang tabu di rumah. Aku tidak tahu dengan mas mba, tapi aku tidak pernah sekalipun bertanya. Kelu rasanya lidah.
19 September 2019, Kala itu Ayah baru saja keluar dari ICU, belum juga sebulan, dan beliau meminta izin anak-anaknya untuk ke Mekkah. Tentu saja kami khawatir, salah satu dari kami harus ada yang menemani.
Keluar kalimat dari lidahku dengan mudahnya "Ya kalau ibu mau nemeni Ayah ke Mekkah ya pindah sekalian, sayang duitnya kalau cuma nemani." Saat itu juga, dengan mudahnya pula keluar dari mulut ibu
"Ya, tapi kamu yang minta izin ke Mbah Putrimu. Ibu ngga tega."
Setengah jam aku ajak ngobrol nenekku, seorang Khatolik taat yang teguh pada prinsip dan omongannya. Yang mengagetkan adalah kisah perjalanan spiritual mbah Putri dikisahkan padaku, tidak semua cucunya tau kisah ini. Kala itu, sambil berbaring, beliau mengatakan bahkan masih ingat lantunan Al Fatihah, dan melantunkannya di depanku. Tapi tidak tergerak hatiku untuk mengulik lebih dalam, karena aku paham benar, seperti apa ketaatan beliau. Yang penting izin sudah aku kantongi.
Kedua kakaku aku hubungi. Terkagetlah mereka, "kok koe iso?" keduanya melontarkan pertanyaan yang sama. Dan apabila aku pikir betul-betul, aku juga tidak tahu. Semuanya spontan, cepat, dan tanpa strategi. Hari itu juga mereka pulang, kami berkumpul, dan menjadai saksi syahadat ibu.
Kini, kami tidak lagi mengantarkan ibu ke gereja ditanggal 25 Desember. Alkitab itu sudah tidak ada lagi di rumah. 25 Desember 2022 tadi, ibu telfon, mengenakan jilbab coklat beliau bertanya, "sarapan apa tadi?" "Gimana kerjaan? Masih suka lembur?".
Bercerita tentang Jilbab Biru Muda
Waktu itu aku masih kelas 4 SD. Ibu mendadani aku untuk berangkat TPA dengan jilbab warna biru muda beraksen kuning. Biasanya aku pakai jilbab yang langsung pakai, dan ini adalah jilbab persegi pertamaku. Ibu lipat dan sematkan peniti dijilbabku. Sampai di masjid, aku diolok-olok karena cara pakai jilbabku aneh. Setelah pulang, aku bilang ke ibu makasih jilbabnya, tapi itu adalah hari pertama dan terakhir aku mau pakai jilbab itu. Kenangan tidak mengenakan itu terbawa sampai aku besar. Tapi kini aku paham, bisa jadi memakaikan jilbab itu hal yang mudah bagi ibu lain, tapi tidak dengan beliau.
Tumblr media
Dan ini adalah foto pertama ibu pakai jilbab. Jilbab warna biru muda. Ibu mengirimkan wa ke aku dan tanya pendapatku. Tentu aku jawab cantik. Ibu kesulitan kalau memakai jilbab berpeniti. Kami ter-connected. Jilbab biru punya kisah bagi Indarwati dan Indrawati.
Bercerita tentang Mukena Coklat
Pada saat kuliah aku pernah merasa kecil hati karena temen-temen kosku yang dikirimi mukena, sajadah, atau Al Quran oleh orangtuanya saat Ramadhan. Kala itu aku bilang pada Allah, "Ya Allah hamba iri." Waktu itu mukenaku adalah mukena yang sama sedari aku SMA, mukena "lungsuran" dari mba Nita. Aku yang merasa mukena itu sudah tidak layak akhirnya menyisihkan uang bulanan kosan. Mukena pertama yang aku beli adalah mukena parasut berwarna coklat seharga Rp60.000,-. Sudah tidak aku pakai lagi karena Alhamdulillah sudah bisa beli yang lebih bagus. Namun, mukena itulah yang menjadi kesayangan ibu dirumah. Kami belikan mukena yang harga ratusan ribu juga ibu tetap balik lagi ke mukena itu. Mau aku buang tidak boleh sama beliau.
Tumblr media
Ini foto sholat Idul Fitri 2020, di rumah sholatnya karena pandemi. Mukena coklat yang dipakai ibu sudah sangat "tidak layak" tapi kok ya beliau ngga mau lepas. Dihari besar pun pakainya tetap itu.
Mukena coklat yang aku pakai? Oh itu mba Nita yang belikan, dan akhirnya tetap saja, aku yang pakai. Kok ya ceritanya tetap saja sama pakai lungsuran mba Nita.
Kembali lagi. Allah bayar tuntas rasa sedihku kala itu. Ya walaupun perlu waktu yang lama. Tapi caranya itu lho... diluar nalar.
Indarwati yang Baru
Menerima diri sebagai seorang muslimah bukan secepat itu juga. Karena beberapa hari setelah menjadi muslim, untuk pertama kalinya ibu menolak aku peluk. Mungkin batin ibu masih "bertengkar" kala itu.
Tapi semua memudar karena ayah dan ibu harus menyiapkan banyak hal untuk berangkat ke Mekkah di bulan Desember.
Tumblr media
Ini saat Ibu dan bapak di Mekkah. 2 Januari 2020, saat itu ibu ulangtahun, dan Ayahku mengucapkan selamat ulangtahun didepan para jamaah lain.
Ayah yang berangkat dalam masih pemulihan ternyata kuat dan sehat selama di sana. Tentu karena ada ibu yang menguatkan beliau.
Selama di Mekkahlah ibu menemukan Allah. Ayah bercerita kalau selama di Mekkah ibu menangis terus. Bukan menangis sedih, tapi menangis haru. Ibu yang selama puluhan tahun tidak tahu apa itu Alif Ba Ta, tapi dalam hitungan hari bisa berubah. Sungguh besar Kuasa Allah. Dan syukur luar biasanya diriku karena Allah sebegitu sayangnya dengan Indarwati. Allah mudahkan prosesnya, Allah sentuh hatinya, dan Allah gerakan langkahnya. Sejatinya seluruh hati manusia adalah milik Allah, jika bukan karena ridho-Nya, tidak akan ini semua terjadi.
Kebahagian itu ternyata tidak hanya milik keluarga kami. Begitu kabar itu tersebar, silih berganti saudara dan tetangga berdatangan, bahkan dari luar kota, beberapa tokoh agama dari daerah lain pun berkunjung. Mengucapkan selamat, membawakan baju, jilbab, dan buku-buku agama.
Indarwati, yang dahulu mengajaku ke gereja, yang dulu tidak suka suara ceramah, yang menegurku karena datang ke acara keluarga memakai hijab. Saat ini menjadi orang yang paling bawel ketika anaknya tidak segera sholat setelah mendengar Adzan, yang akan memaksa anaknya "Pakai rok ibu aja" jika melihat baju anaknya kurang sopan, yang akan tanya "keluarnya begitu?" jika melihatku mau ke warung tanpa jilbab, yang sholat tahajjudnya menjadi kebiasaan, yang sholat subuhnya jamaah ke masjid.
Start login-nya duluan Indrawati, tapi sepertinya Indarwati ngebut. Kalah lho aku, dalam banyak hal. Selalu begitu.
Setelah semua ini, aku kembali meyakini, bahwa doa pasti terkabul itu benar adanya. Tidak ada doa yang tidak terkabul. Dulu aku pernah bertanya pada Allah, "Jika dikabulkannya bukan di dunia, lalu bukankah sudah jadi terlambat ibu berucap imani pada-Mu ya Allah." Allah uji kesabaran kami, Allah jawab disaat yang tepat, tidak terlambat, pun tidak terlalu cepat, dengan skenario yang tepat. Melebihi dari yang pernah kita minta.
9 notes · View notes
evijanisu · 1 year
Text
The Dark Age
Dulu ketika mengenyam pendidikan SD, SMP, hingga awal SMA, aku tak mengetahui jika seorang perempuan diberikan suatu kewajiban yang tidak diembankan pada seorang laki-laki. Entah sekaya, bahkan sesholih apapun seorang laki-laki, ia tak diwajibkan menggunakannya. Tentu saja ini mengenai kewajiban menggunakan hijab atau kerudung atau khimar atau jilbab dan sebutan lainnya. Ah, pada masa itu aku tidak tahu apa perbedaan semua sebutan itu. Bahkan membedakannya dengan taplak meja pun aku tak tahu. Kuanggap semua sama. Intinya menyembunyikan rambut, bukan? Tapi ada juga yang menyebutnya untuk menutupi aurat. Tunggu, tunggu..., aurat? Duh, apalagi itu?
Yang pasti aku hanya menggunakan jilbab ketika aku mengaji saja. Hei, bukankah semua anak kecil mengaji itu sesuatu hal yang lumrah? Mungkin beberapa orangtua mewajibkan anaknya mengaji. Jadi, itu suatu kegiatan biasa yang anak kecil lakukan. Tidak terkecuali juga diriku. Setiap hari Jumat, dari SD-SMP-SMA setiap siswa perempuan wajib memakai jilbab untuk yang muslim. Jujur, itu sedikit beban dan menyusahkan bagiku. Pikirku saat itu begitu. Hawa panas dan banjir peluh keringat yang selalu menghiasi bayanganku, jika aku memakai jilbab. Tidak nyaman! Oleh karena itu, aku menjadi siswa perempuan yang terkenal urakan dan terkadang jadi incaran para guru di hari Jumat. Tentu saja untuk dihukum. Itu karena aku terkadang tidak memakai jilbab. Hah, menyebalkan!
Meskipun pada akhirnya, mau tidak mau aku tetap harus mengikuti aturan kaku itu. Mencari aman. Sepulang sekolah, tepat di gerbang sekolah, kulepas dan kuhempaskan kain putih yang semacam serbet itu kedalam tasku. Jangan harap aku betah memakainya seharian penuh! Aku lebih suka gaya rambutku yang terurai berantakan. Ya, walaupun mirip singa yang baru saja bertarung dengan angin puting beliung. Aku tak peduli, yang penting bebas panas.
Namun, semuanya berubah...
Saat masuk SMA, aku menjadi seorang minoritas. Akupun berpikir keras, apakah aku salah masuk sekolah? Tunggu, ini bukan pesantren, bukan juga sekolah agama, ini benar-benar sekolah negeri! Yang benar saja! Mayoritas teman perempuanku yang muslim semuanya memakai jilbab, yang tidak memakai jilbab tentu saja yang non-muslim dan yang muslim tapi belum sadar akan kewajiban sebagai muslimah sepertiku ini. Hanya hitungan jari, di kelasku hanya 4 orang yang tidak berjilbab itu sudah termasuk yang non-muslim. Berbeda sekali pada saat aku SMP, hanya ada 2 orang yang berjilbab.
Oleh karena itu, teman dan guruku sering kali bertanya pada kami yang minoritas ini, kapan dan kapan? Tentu selalu kujawab nanti, yang entah kapan pastinya. Lama-kelamaan ini sedikit mengusikku. Apa sih spesialnya menggunakan selembar kain itu? Apa untungnya? Apalagi untukku yang memiliki tipe wajah bulat, kain itu hanya akan membuat diriku seperti tahu bulat yang siap digoreng dadakan! Bulat sempurna.
Saat itu aku berpikir, 'jilbabin hati dulu' baru kepala. Pada nyatanya aku baru tahu, pemikiran itu salah besar. Sangat salah. Bertahap dan berproses, aku mulai belajar menggunakannya. Tidak setiap hari, hanya sesekali jika berpergian jauh. Tunggu... Ada apa ini? Mengapa rasa nyaman singgah dihatiku? Jujur saja, aku merasa lebih aman dan terhormat ketika bertemu dengan orang lain. Rasa nyaman itu semakin menggoyahkanku. Semua bayangan mengerikan itu sirna. Entah mengapa? Baiklah, ada sesuatu yang tak beres denganku.
Tak mau berlarut begitu saja, akupun mencari informasi dan bertanya pada beberapa orang yang menurutku bisa menjawab semua kegundahanku ini. Tidak terlalu singkat, juga tidak begitu lama.
Bismillah...
Aku yakin menggunakannya.
Tapi aku menyesal.... Kenapa tidak sedari dulu saja memakainya? Maafkan aku ya Allah, iya aku tahu, aku sudah banyak berdosa. Hei, tapi ini bukan akhir dari segala proses menjadi seseorang yang lebih baik. Ini hanya permulaannya saja. Masih banyaaaak hal yang belum aku tahu, kan? Sedikit bocoran, aku ini bukan tipe orang yang ikut-ikutan, apalagi dalam melakukan dan memutuskan sesuatu. Semua yang kujalani tentu harus ada alasan kuat, harus ada dasarnya. Yang kurasakan, semakin aku belajar, aku semakin tahu jika diri ini sangat bodoh, sangat minim ilmu, jauh dari kata baik.
Begitulah cerita singkatku dalam berproses menggunakan jilbab, tentu saja di awal proses aku masih menggunakan jilbab dan pakaian yang minimalis. Belum ada stok pakaian yang layak, masih dari sisa-sisa dari zaman kegelapan. Alias belum menggunakan baju dan jilbab yang longgar, belum sempurna menutup aurat. Kebanyakan pakaianku memang berlengan pendek, celana pendek, dan fit body. Tapi, perlahan aku menikmati setiap proses. Belajar mengenai agamaku hingga sekarang. Ya Allah, pintaku hanya satu. Istiqomahkan diri ini dalam kebaikan. Selamatkan diri yang lemah ini dari kegelapan. Aamiin ya rabbal'alamiin.
Tumblr media
*Catatan : Foto diatas adalah hari pertama aku menggunakan jilbab ke sekolah saat SMA (Bandung, 6 Januari 2014)
4 notes · View notes
pluviuphilesblog · 2 years
Text
Diam Saja 14 Maret 2023
Setelah kegiatan lebih dari seminggu dijakarta yang sangat menguras emosi, yang bayangkan saja haru bahagia ingin dirasa tapi selalu di tutupi dengan perbatan menyenakkan di malam hari
yaa dengan tokoh jauh disana huh
akhirnya kembali
“besok jadi pulang?” berkali kali spam chat yang dikirimkan setelah seharian hilang tak bertuan
jadi dijemput?
tidak bukan begitu nadanya
aku lupa
karna biasa melupakan yang menyakitkan
sungguh
aku tak mau
karna sepertinya tawaran orang asing lebih baik
dari pada kalimat nya yang “katanya spesial”
tapi
aku sekali lagi
setelah berkali kali sebelumnya
ingin mencoba lagi
setelah diingatkan smua temanku
sekali lagi
aku coba
membaik
yaa benar,
diperjalanan menuju bandara, aku duduk di kursi belakang grab
tentunya dengan supir yang sma sekali tak ku kenal
aku bercengkrama sesekali
bahkan dengan jarak
membicarakan berbagai hal
yahhh dengan orang yang tak kukenal
sesekali ia juga bertanya bagaimana kegiatanku selama seminggu di jakarta
dalam benakku
“baik sekali bapak ini”
kasian aku, hal yang normal begitu kusangka sangatlah baik
sampai di bandara
memang sedih harus meninggalkan teman teman dijakarta
harus meninggalkan rasa aman dan nyaman disana
padahal
aku kan mau balik ke kotaku
di bandara sesekali aku melihat deretan kendaraan yang akan terbang
ternyata aku takut
aku takut harus bersikap bagaimana
aku sampai dibandara
sejenak kuhirupkan napas kotaku
aku harus ke kamar mandi
lagi lagi ingin menenangkan diri
pda akhirnya
aku bertemu
“orang yang aku rindukan”
orang yang selalu ku bela
orang yang hampir setiap saat aku bayangkan
entahlah
dia datang
senang
membawa koperku
namun
hening
sepanjang perjalanan
hening
diam saja
padahal aku duduk disampingnya
bukan duduk dikursi belakang seperti abang grab yang tdi, yang asik juga bercengkrama
aku duduk disamping “orang yang tak asing katanya”
lelahku
lagi
kucoba mengalihkan isu
semoga bisa membaik sejenak
“aku lapar”
tidak, itu tidak benar, hanya ingin lebih lama sedikit
“mau bungkus?”
seharusnya aku sadar bodoh
itu tanda tak ingin
yaa tapi tetap saja
berhenti disebuah resto
aku makan
hanya aku
hening
hening
hening
berkali kali ku ajak membicarakan berbagai hal
“gigiku sakit, pipiku bengkak sebelah” aku katakan sambil menunjuk pipi yang bengkak di depannya
ia mengangguk
hanya mengangguk
tidak bertanya
masi sakit? kenapa? gmnaa sekarang? bisa mengunyah?
bahkan sekedar untuk basa basi
TIDAK
aku diam lagi
kutarik napasku dalam lagi
aku bertanya lagi
“ga …. ?”
“udah selesai”
jawabnya
singkat
dan beberapa jawaban singkat lain
namun tetap saja
langkah kaki orang disekitar kami lebih terdengar dibandingkan obrolan kami
bukan suara yang kecil atau berbisik
memang hanya diam
hening
setelah lebih seminggu tak bertemu
tetap hanya hening
hening
hening
lagi
aku tak tahan
bunda bilang “sesakit apapun jangan meneteskan air mata di hadapn makanaan”
tapi bun,, aku tak tahan
aku sudah tarik napas berkali kali yang katanya bisa menenangkan
tidak
aku tak tahan
menetes berkali kali
setelah sekian lama
ia sadar
ia berbisik
sangattt halus hingga tak terdengar
entah apa yang diracau nya
mungkin kesal knapa aku menangis
kesal sekali mungkin
dengan aku yang ganggu mood nya hari ini
aku masi memaksa makan
tidakk
sedikitpun ia tak menenangkan
bahkan untuk memberikan tisu pun tidak
dan sesekali bahkan ia melihat ponselnya
yaa
tidak bertanya dengan jelas juga
hening
diam
aku sendiri
benar benar sendiri
aku bersihkan air mata dengan baju dan kadang jilbab ku
aku sendiri lagi,
aku mau pulang
ia juga tak bertanya
diperjalanan
juga hening saja
ternyata “aku lebih dari orang asing”
tak ada peduli
terserah mau apa
biarkan
SUMPAH, INGIN SEKALI KU BAYAR MAKANANKU, DAN WAKTUNYA YANG DILUANGKAN UNTUK MENJEMPUTKU
SUMPAH, LEBIH BAIK AKU MENUNGGU TAXI MENGANTARKU
SUMPAH,ITU LEBIH BAIK
Tumblr media
5 notes · View notes
hanyasebuahkisah · 2 years
Text
Ya Allah Apakah Aku Pantas?
Ih...sok alim
Ih...sok suci loh pakaian gitu tapi keluar mulu sama cowok
Ih... apaan loh cantik aja nggak pakai di tutup tutup i
Ih...sok muslimah banget ,gak sesuai sama kelakuan
Ih... munafik banget jadi orang, ilmu gak ada aja sok sok penampilan kayak gitu
Itulah kata-kata dari sekian banyak orang yang kutemui setelah ku memutuskan untuk merubah penampilanku menjadi semakin tertutup. Sungguh kata kata tersebut sangat menggoyahkan imanku yang masih setipis tisu ini.Iya ku akui perubahan ku terutama dari segi outfit sangat lah cepat.
Oke kita bedah satu persatu
Dari yang awalnya masih beberapa kali keluar pakai celana (sebenarnya punya celana pun cuma 2-3 aja sih) sampai dititik yang malu banget gak pede pakai celana keluar maupun ya bajuku selalu longgar kalau pakai celana di saat timbul rasa itu pula ku tak pernah memakai lagi celana jika keluar rumah (jangankan rumah keluar kamarpun kadang malu pakai celana) dan akhirnya aku selalu memakai rok kemanapun dan di kondisi apapun dan alhamdulillah saat itu ku merasa lebih nyaman.Itu tadi masalah bawahan.
Sekarang kaos kaki. Suatu benda yang bisa kita gunakan untuk menutupi mata kaki kita karena itu masih sebagian aurat perempuan.Sebenarnya aku selalu pakai kaos kaki apalagi kalau keluar jauh dan pakai motor tetapi ya begitulah ya iman dan ilmunya masih tipis banget kayak tisu jadilah kalau hujan ku lepas (biar gak nambah cucian hehehe). Dan pada akhirnya di suatu ketika aku dibuat galau lah dengan masalah itu dan berakhir pada aku yang memaksa diri sendiri untuk selalu bawa kaos kaki cadangan di tas biar kalau hujan aman apalagi kalau panas. Maupun kalau lagi panas sering di kira orang sakit. Oke itu tadi masih masalah bawahan lagi.
Selanjutnya hijab. Sebenarnya dari awal ku pakai hijab sih gak pernah macem macem selalu menutup dada lah maupun kadang jilbabnya masih yang pendek tapi gak pernah yang ku model macem-macem dililit ke leher lah,apa itulah model model jilbab terkini. Tetapi entah kenapa tiba tiba hatiku di buat galau lagi sampai akhirnya ku mulai membeli beberapa hijab-hijab yang panjang.
Dari perubahan itu semua tak sedikit orang yang menjadikan aku bahan pembicaraan. Sakit sih sebenarnya tapi biarlah ini prosesku. Dan ternyata kegalauan ku tak selesai di situ. Tiba tiba ku dibuat galau lagi karena melihat beberapa yang mengenakan Cadar. Iya memang itu terdengar sangat asing di telinga warga Indonesia tetapi entah kenapa tidak bagiku dan justru ku menggalau akan hal itu.
Sebenarnya aku tidak pertama kali melihat atau berinteraksi dengan wanita yang mengenakan cadar.
Sedikit flasback
Dulu saat ku kelas 2 SMA pernah ada satu event/seminar tentang (Lupa ya apa maklum aku nulis ini udah berapa tahun setelah lulus hehehe). Di event itulah ku bertemu teman baru dari salah satu sekolah lain yang masih satu daerah juga tetapi mereka memang jadi satu dengan pesantren dan dipertemuan itu ku hanya bisa bilang Masya Allah. Kenapa seperti itu karena mereka sangat menjaga diri banget salah satunya mereka ber tiga tidak mau duduk di depan laki laki saat itu. Dan disitulah aku yang sangat fakir ilmu tertampar oleh mereka pulang dari pertemuan itu di otakku terbesit (Pengen juga berpakaian kayak mereka). Tapi apalah dayaku saat itu yang masih sangat minim ilmu di suruh ngaji aja masih pilih tidur atau main hp (Astaghfirullah). Sekian tahun berlalu awal 2022 ku dipertemukan dengan salah satu lembaga sosial yang sedang membuka oprec relawan saat itu dan akhirnya hatiku tergerak untuk mendaftar. Dan alhamdulillah diterima dong...hehehehe. Waktu terus berjalan dan ku mengikuti semua kegiatan yang ada di lembaga ini dan ditempat ini pula ingatan beberapa tahun lalu kembali (Keinginan untuk bercadar). Iya tentunya karena di tempat ini lah aku berinteraksi lagi dengan beberapa orang yang mengenakannya dan tidak henti hentinya ku bilang Masya Allah kapan ya aku bisa juga seperti mereka. Dan singkatnya dari dua kejadian tersebut di tahun 2022 aku tak hanya tinggal diam. Mulai lah ku mendalami ilmu ilmu agama (ya memang aku fakir ilmu juga sih ) tetapi cendrung fokusnya mengenai makna mengenakan cadar.
Oke kembali ke cerita awal. Yaitu aku yang menggalau akan bercadar lebih tepatnya hal itu terjadi di pertengahan tahun 2022. Ya tentunya setelah ku memperdalam pengetahuanku tentang agama terutama tentang menjadi muslimah yang baik lah kegalauan itu muncul. Sampai pada akhirnya tanpa pikir panjang ku mencoba untuk membeli satu cadar dari salah satu platform online shop yang digunakan sejuta umat dan di saat itu pula aku memutuskan menghapus semua foto2 ku yang ada di sosmed yang menampakkan wajahku. Beberapa hari kemudian barang itu datang dengan penuh semangat ku membukanya dan mulai mencobanya di kamar setelah itu ku melihat diriku di kaca dan apa yang ku lakukan? cuma terdiam dan ingin menangis. Dan yang terlintas di otakku cuma
"Ya Allah Apakah Aku Pantas"
Kenapa seperti itu karena jujur di saat itu masih banyak khilaf yang sering ku lakukan,masih seringnya ku mendahulukan kepentingan dunia daripada kepentingan akhirat, masih sering ku mendahulukan pekerjaan dari pada panggilan Allah, masih minimnya ilmu agamaku, dan masih banyak lagi pertimbangan yang berkecamuk di otakku. Tetapi diisisi lain ku merasa nyaman saat itu dengan outfit tersebut.
Dan pada akhirnya ku berbicara kepada diriku sendiri
Bismillah dicobak dulu ya, tapi harus kuat juga ya diriku
Kenapa seperti itu ya seperti yang ku tuliskan di awal dan namanya orang menuju kebaikan pasti setan yang menggoda banyak dan banyak orang yang membicaraka itu pasti. Apalagi di saat saat itu banyaknya berita berita negatif tentang orang bercadar. Tapi hal itu tidak mengurungkan niat ku untuk keluar mengenakan sehelai kain yang menutupi wajahku ini. Maupun di saat saat tertentu ku harus menggantinya dengan masker atau bahkan melepasnya.
Masih panjang sih sebenarnya tapi nanti lah ya
To be continue
5 notes · View notes
nngfra · 2 months
Text
Deserve Better
Akhir-akhir ini lagi terpapar sama berita para wanita yang akhirnya bertemu lelaki yg muuuuuccch better than her past. Salah satunya sih tiktoker Shasa Zania. Sebenernya ga ngikutin banget juga sih tapi sedikit relate begitu pernikahan Shasa ada pake lagu Begin Again langsung keinget lagi tentang lagu ini.
Dulu jaman SMA pertama kali denger lagu ini, belum ngerti banget isi lagu ini. Tapi tahun lalu banget bener-bener baca semua liriknya daaaan hahahahaha kenapa banyak part yang seperti ceritaku saat itu. Dari Lirik pertama He didn't like it when i wore high heels, but i do. yaaa ga hiigh heels juga sih tapi flat shoes aja ga boleh dulu katanya ga suka aja beliau :) kalo yang sekarang mah ke mall pake sendal juga Bhigar ga komentar apa apa. Inget banget awal awal ketemu lagi aku sering banget pergi tapi ga pake jilbab. Ternyata dia oke oke aja, katanya "pake aja yang bikin kamu nyaman." Nah ini dia!! perkara baju doang aja, udah menambah poin plus di tahap awal hehehe
And for the first time what's past is past Cause you throw your head back laughing like a little kid I think it's strange that you think I'm funny, 'cause he never did I've been spending the last eight months Thinking all love ever does is break and burn, and end But on a Wednesday in a cafe i watched it begin again
Wkwkwkwk ketawa kecil mendengar reff lagu ini karena emang sering banget liat Bhigar ketawa kalo pergi berdua (padahal ga niat ngelawak) (tapi ya udah gapapa banget karena makin ganteng haha). Daaan tentunya ga 8 month juga karena mungkin sekitar 2-4 bulan ((aja)) ambyarnya pasca putus (tapi belum putus juga beberapa kali sempat heartbreak lol).
Akhirnya berani juga bilang "boleh deh" waktu utari ngajak main dan dia ngajak bhigar juga. Walaupun sempat ada keraguan karena menurutku sih waktu itu, apa iyaaa boleh secepet ini move onnya dan ketemu orang baru. Ternyata ya emang boleh lah kalo orang yang baru muuuuccch better dan sangat lebih cocok karakternya ---untuk diingat manusia tidak ada yang sempurna tapi kita tetep bisa memilih kekurangannya yang bisa kita terima--- denganku daaan track recordnya cukup oke di bagian kesetiaan dan kontrol amarah than the past. Jadi ya sama sekali ga menyesal dengan kenekatanku membuka lembaran baru yang katanya cepat itu. Brooo masak iya disia-siakan?!!
Tentunya juga pada akhirnya banget nih berani bilang "InsyaAllah kalo mama, bapak, ayah, ibu ngerestuin, nining terima lamarannya." satu setengah tahun kemudian. Walau pake deg degan karena masih shock tapi kayak ga sempet buat shock hehehe
Kapan kapan kita cerita tentang keterkejutanku tentang plan pernikahan ini deh di platform curhat ini.
0 notes
dearesthana · 4 months
Text
Sembuh
Minggu lalu, aku memimpikan sesuatu yang aneh waktu tidur.
Aku sedang di suatu tempat mirip pelataran sebuah masjid / musalla. Di sana, aku bertemu dengan teman-teman lamaku. Beberapa dari mereka tuh anak boarding yang tidak ikut bully aku waktu SMA dulu. Yang bikin heran tuh...I was happy in that dream dan tidak pakai jilbab saat bertemu mereka. Aku bahkan membagikan nomor HP ku saat ini supaya kami bisa ngobrol di WhatsApp.
Lalu, di keramaian itu, aku bertemu dengan guru lamaku, Mr. Ajung. Meski kelihatan nervous waktu bertemu denganku yang tidak pakai jilbab, beliau bertanya gimana kabarku selama ini, lalu wishing me well.
Aku terbangun setelah itu.
...
Seminggu ini, aku takjub banget sama mimpi itu.
Aku ingat wajah-wajah yang ada di mimpiku. Ada Wiyah, Fithri, Hasna, dan Diah. Sisanya aku lupa. Wiyah dan Fithri sudah menikah. Aku ingat dalam hati cuma bilang, "Selamat ya. Kalian udah bahagia sekarang," waktu lihat-lihat semua story mereka di Instagram.
Aku mengubur memori tentang mereka dalam-dalam sejak Peristiwa 411 dan 212. Sebab, aku terluka cukup dalam. Belum sembuh memori bullying yang kuhadapi, tiba-tiba polarisasi besar terjadi di grup WA sekolah dan asrama. Aku takut banget sama semua sebaran tentang politik di grup waktu itu. Bingung dan takut rasanya menghadapi kenyataan bahwa, sekali lagi, aku berbeda dalam menyikapi kasus Ahok.
Apalagi sempat beredar peristiwa luar biasa kan, di mana pendukung Ahok tidak disalatkan jenazahnya? Asli serem banget manusia waktu itu. Kalau di kehidupan nyata aja kayak gitu, bayangkan gimana teman-temanku di grup sekolah dan asrama pada saat itu. Nggak kalah serem pendapatnya.
Kebingungan dan ketakutan itu menjadi kemarahan. Lalu, kemarahan itulah yang mengubur semua memori indah tentang mereka dalam-dalam. Aku keluar dari grup sekolah dan asrama, lalu berusaha cari teman baru di kampus.
Lalu, beredarlah kabar dari SMA yang sampai kepadaku. Bahwa Antania jadi liberal setelah kuliah di HI.
Akhirnya, aku semakin mengisolasi diri dari lingkunganku yang lama. It hurt.
Makanya, aku takjub tiba-tiba memimpikan mereka. Bahkan, dalam mimpi aku keliatan bahagia dan berani tidak pakai jilbab waktu ketemu mereka. Sepertinya tubuh dan jiwaku memberikan sinyal bahwa luka dalam itu sudah sembuh. Bahwa aku memaknai masa lalu untuk pembelajaranku. Dan...berharap bahwa mereka bahagia.
...
Pertemuanku dan Mr. Ajung dalam mimpi juga nggak kalah menakjubkan.
Well, karena Mr. Ajung tokoh penting dalam cerita ini.
Sebagai konteks, beliau dulu guru Biologi waktu aku masih SMA. Antania yang teacher's pet nggak pernah ngerti kenapa Mr. Ajung jadi satu-satunya guru yang...seperti menghindarinya. Kayak setengah hati gitu waktu kusapa atau kuajak bicara. Makanya, I tried very hard to win his approval. Karena nggak pinter-pinter amat di bidang Biologi, aku mencoba cara lain: lomba. Beliau dulu juga Waka Kesiswaan, jadi aku berusaha banget di-notice beliau dengan cara menang lomba. Yah, berhasil sih.
Namun, yang bikin kami dekat unexpectedly adalah...meninggalnya Ucup. Mr. Ajung deket banget sama Ucup, btw. Lewat seminggu setelah pemakaman, tinggal dua orang di sekolah yang auranya masih gelap: Antania dan Mr. Ajung. Suatu hari ketika papasan di dekat kantor TU dan menyadari auranya sama-sama nggak enak, kami bicara heart to heart. Kami baru bisa saling memahami lewat rasa kehilangan yang sama.
Pada saat lulus, hubungan kami jadi baik sekali.
Lalu, apa yang mengubah semuanya?
Suatu hari, Sari Roti bikin pernyataan bahwa perusahaan mereka tidak terkait dengan aksi bagi-bagi dalam Peristiwa 212. Serempak, banyak umat Islam yang menyerukan boikot Sari Roti pada saat itu. Aku yang sudah nggak tahan melihat "kegilaan" semua orang akhirnya buat status di Facebook yang mengecam pemboikotan Sari Roti. Status ini juga sekaligus mengekspos bahwa...aku punya pandangan yang berbeda dalam menyikapi kasus Ahok.
That status became locally viral. Sebagian besar orang yang mengenalku dari SMA langsung menganggap aku berubah jadi liberal (kurang lebih begitu), termasuk Mr. Ajung.
He then proceeded to say the most hurtful thing I've ever heard in my life. Bahwa Antania sudah mengecewakan agama.
See, kenapa aku sampai mengisolasi diri segitunya? :")
Takut anjir, asli.
Dari guru terdekatku, aku tahu bahwa Mr. Ajung salah satu dari dua guru yang mendatangi beliau, lalu memperlihatkan status Facebook itu. Tujuannya biar beliau menasihatiku.
"Tapi saya nggak akan melakukan itu. Saya beneran hubungin kamu buat tanya kabarmu," ujar beliau.
Nggak cuma itu, btw. Beliau juga beneran lebih effort buat mengisolasiku daripada yang lain. Dan aku tahu ini dari salah satu teman SMA ku waktu kami ngobrol di telepon.
"Mr. Ajung segitunya bereaksi ngeliat fotomu nggak pakai jilbab. Dia nyuruh yang lain buat nggak nge-like fotomu yang nggak pakai jilbab. Biar nggak terkesan support," ceritanya.
Aku nggak ngerti sampai sekarang kenapa beliau segitunya. Asli. Karena ketika beliau kayak gitu, I never wished him harm.
Makanya, pertemuanku dengan beliau dalam mimpi juga nggak kalah menakjubkan. It's been years setelah 212. Nggak ada lagi hard feeling atau kesedihan yang tersisa. Namun, ternyata tanpa sadar aku berharap beliau juga memberikan approval untuk berekspresi sesuai diriku sendiri.
...
Aku sudah sembuh sepertinya.
Semoga mimpi itu jadi nyata.
1 note · View note
grupdeavip · 4 months
Text
sma jilbab hitam remas sange pintu pink pt2
Update : sma jilbab hitam remas sange pintu pink pt2 Live jilbab pink kacamata takut pamer memek pake masker
Tumblr media
Streaming full di : www,grupdeavip,my,id
Sherly carolina setiawati Arsenal Trend Sorry Sorry Sorry Dek
#LovelyRunnerEp12
0 notes
kumpulan-suratku · 5 months
Text
Ini hari Minggu, 28 April 2024. Kami menghabiskan waktu di rumah saja. Tidak produktif? Hehe iya sih... Cuma gegoleran aja di kasur. Sore harinya kami berempat saling berpelukan, membayangkan apa yang harus kami lalui jika suamiku diterima sekolah lagi, kami harus pindah lagi dari rumah yang sekarang. Suamiku menangis, khawatir tidak bisa seleluasa seperti sekarang bersama kami keluarganya jika mengambil jalan itu. Akupun jadi melow. Rumah ini dulu aku sangat membencinya, rumah yang tertutup membuatku merasa tidak memiliki siapa-siapa. Tapi setelah ada di titik ini, aku sangat mencintai rumah ini... Bukan tentang bangunannya, tapi tentang banyak kenangan yang tercipta didalamnya, tangisku yang pernah pecah, suara rekahan tawa anak-anakku, aroma badan suamiku, masa-masa sulit kami ketika hanya bisa makan mie saja karena uang menipis setelah pindah, dapur yang jauh sekali dan dingin, marahku pada suamiku, semuanya. Rumah ini pernah menjadi rumah yang aku tidak pernah ingin pulang. Malam harinya, kami pergi ke pasar malam di ujung jalan itu, adek naik odong-odong dan kakak melukis. Habis 15rb dan hati anak-anakku seolah-olah menjadi terisi dan hangat. Hehe hiburan yang murah meriah? Tapi, aku senang, duduk menunggui anakku yang sedang melakukan permainan kesukaannya sambil tertawa riang, angin malam menerpa jilbab dan wajahku, sesekali juga aku bertegur sapa dengan orang tua lain yang juga menunggui anaknya bermain. Hal sederhana itu, dulu aku benci waktu baru pindah kesini. Aku merasa itu kampungan dan ketinggalan zaman, abad sekian dan hiburan di kota kami hanya seperti itu. Itu di Jawa aku temukan saat usiaku masih kanak-kanak, tapi disini itu baru ada. Pongah sekali dong aku si anak Jawa. Tapi sekarang tidak... Aku sudah menerima semuanya. Aku mencintai yang hanya sekedar seperti ini. Ya... Aku mencintai semuanya sesaat sebelum aku harus pindah lagi...
Hatiku hangat. Aku menyadari, dua postingan tulisanku sebelum ini tentang seseorang, bukan sepenuhnya inginku terhadap orang itu. Aku hanya butuh suamiku, disaat suamiku "ada" walau sebentar seperti hari ini, aku merasa sudah tidak membutuhkan yang lainnya. Aku sudah merasa cukup dengannya.
Aku yakin, mungkin jikapun aku hilang ingatan dan bertemu dia kembali setelah itu, aku akan tetap mau menikah dengannya. Mungkin jikapun dia bukan dalam wajah yang sekarang, tapi dia tetaplah dia aku akan tetap mau menikah dengannya. Jadi siapapun aku, aku rasa jika bertemu dengannya aku tetap akan menjadi gadis bodoh yang mau diajak pergi sejauh ini karena diiming-imingi melihat lumba-lumba dari atas kapal, aku akan tetap menjadi gadis yang mati-matian belajar dan menyukai aktivitas memasak karena dia menjanjikan akan selalu memakan masakanku bagaimanapun rasanya karena dia hanya mau buatan tanganku yang masuk ke perutnya, aku akan tetap menjadi gadis yang selalu memaafkannya berapapun kali ia menyakitiku dan tidak memedulikan perasaanku, aku akan tetap menjadi gadis kuat karena ingin selalu membuatnya tidak kesusahan dalam hal apapun, aku akan tetap mau menjadi ibu rumah tangga biasa tak berpenghasilan walaupun mimpiku dari kecil selalu ingin sekolah ke luar negeri lalu menjadi wanita karir dan menghujani orangtuaku dengan hasil kerja kerasku. Ya... Aku akan tetap bodoh saat bertemu dengannya jikapun aku bukanlah aku yang saat ini. Dia adalah orang yang paling pas untukku menurut Allah... Pas takaran rasa kesalku padanya, pas takaran rasa marahku padanya, pas rasa rasa yang lainnya.
Iya, aku merasa tersakiti sangat dalam oleh perbuatannya karena aku sangat mencintai dan menyayanginya. Aku bukanlah orang yang mudah suka pada orang lain. Dalam hidupku, terhitung hanya 3 laki-laki yang aku suka... Pertama kakak kelas SMA ku yang sakit kanker dan meninggal (cinta dalam diam), kedua senior di organisasi kampus yang aku menyukainya dan dia menyukaiku tapi waktu kami saling tahu sudah terlambat karena aku sudah bertunangan dengan suamiku (cinta dalam diam), dan yang ketiga adalah suamiku.
Semoga, jika ada masa-masa terasa sulit bagiku nanti dalam rumah tanggaku, aku bisa membaca tulisan ini lagi. Mengingatkanku bahwa suamiku pernah menjadi satu-satunya yang aku butuhkan.
0 notes