Tumgik
#soal ekonomi
soaladin · 1 year
Text
0 notes
belido · 1 year
Text
0 notes
jndmmsyhd · 7 months
Text
"Ya Allah, aku sudah menganggap baik seluruh takdir yang engkau berikan padaku, maka aku mohon sembuhkanlah dan perbaikilah hidupku"
Puncak tertinggi dari hati yang bersih adalah menyerahkan segalanya bahkan masa depannya pada Ilahi.
Tanpa tapi.
Tidak mudah melatih husnudzon dan prasangka baik pada Allah itu, mungkin bagi mereka yang Allah hujani dengan kenikmatan akan mudah untuk melakukannya, tapi tidak mudah bagi mereka yang Allah berikan gerimis bahkan hujan ujian. Soal pasangan, keluarga, pekerjaan, keadaan sosial, ekonomi dan semua hal yang barangkali menyesakkan dada, seakan Allah tidak mencintainya. Padahal, tidak selalu yang Allah hujani dengan kenikmatan itu berarti Allah suka padanya. Dan tidak pasti juga yang hari ini Allah berikan ujian bertubi-tubi menandakan Allah membencinya. Semua ada takaran dan tolok ukurnya, dan pada ujungnya, semua yang bisa mendekatkan diri pada Allah adalah kenikmatan, entah ujian atau nikmat yang datang. Aku pun sama denganmu, masih tertatih untuk bisa selalu mengedepankan prasangka baik. Semoga Allah berikan kita hati yang seluas samudera perihal takdir ini, Allah berikan selimut sabar atas dinginnya ujian. Sebab surga tidak pernah murah.
@jndmmsyhd
1K notes · View notes
xoilman · 2 years
Text
Soal soal ujian ekonomi universitas terbuka
DOWNLOAD NOW Soal soal ujian ekonomi universitas terbuka
Your system must either be a new system that has not been implemented before or is a modification/improvement of an existing system. Project DescriptionThis project will be based on the design and analysis of an original system of your choice. pengarahan, perencanaan, pengorganisasian, dan pengendalian perencanaan, pengorganisasian, pengendalian dan pengarahan,ĭ. perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengendalianĬ. pengorganisasian, perencanaan, pengarahan, dan pengendalianī. Contoh organisasi terstruktur yang ketat adalah. Mengarahkan orang lainnya untuk bekerja mencapai tujuan yang sama, hal iniģ. Manajemen adalah suatu proses dimana suatu kelompok orang bekerja sama sebagai perusahaan yang bersifat bisnis dengan tujuan mencari keuntungan sebesarbesarnyaĢ. sebagian orang yang bekerja untuk tujuan tertentuĬ.
Tumblr media
sebagai sekelompok orang yang bekerja sama, berkoordinasi, untuk mencapai tujuanī. Soal dan Pembahasan Kunci Jawaban EKMA4116 ManajemenĪ.
Tumblr media Tumblr media
Soal Ujian UT (Universitas Terbuka) Akuntansiĭownload Soal Ujian Universitas Terbuka di:
DOWNLOAD NOW Soal soal ujian ekonomi universitas terbuka
0 notes
taufikaulia · 7 months
Text
Gak semua orang layak didorong untuk segera menikah. Bahkan beberapa orang perlu diingatkan agar sabar dan tidak gegabah.
Menikah itu baik dan utama, tapi gak semua orang bisa dipukul rata. Alih-alih didorong buat menikah, ada yang justru lebih perlu didorong untuk giat belajar dan bekerja dulu. Karena menikah itu bukan cuma perkara hari ini, tapi juga soal masa depan.
Jangan cuma senang karena berhasil memotivasi seseorang untuk menikah. Momen akad dan resepsi pasti bahagia. Tapi hari-hari setelahnya amat panjang dan pasti ada ujiannya.
Ada orang lebih memilih nikah muda karena broken home tapi kondisinya gak punya pekerjaan, pendidikan, dan ilmu yang cukup terus jarak kelahiran anak-anaknya terlalu dekat. Dikiranya menikah itu jalan keluar dari semua permasalahan, ternyata malah membawa permasalahan baru.
Lantas apa tidak boleh menikah? Bukan begitu. Boleh, tapi menikahlah dengan penuh kesadaran atas situasi hari ini dan kemungkinan-kemungkinan di masa depan, menikahlah dengan penuh tanggung jawab, menikahlah dengan pertimbangan-pertimbangan yang matang. jangan gegabah.
Kalau kondisi ekonomi kurang baik, gak usah maksain diri, gaya hidup yang sesuai saja, dan pandai-pandai mengatur jarak kelahiran anak. Ini penting disadari buat pasangan-pasangan muda.
Sekian.
@taufikaulia
486 notes · View notes
kurniawangunadi · 2 months
Text
2024 dan Pekerjaanmu
Teman-teman, cuma mau bilang, kalau di tahun saat ini kondisi ekonomi lagi nggak baik-baik saja. Kalau kamu tidak ada alasan yang kuat untuk resign kayak sakit, kesehatan mental, lingkungan toxic, harus pulang karena ortu sakit, dsb. Bertahanlah dengan pekerjaanmu meski itu mungkin menjemukan. Saya sebagai orang yang saat ini jadi karyawan (kerja ditempat orang lain), jadi freelance, dan sekaligus punya usaha sendiri. Ngerasa banget lesunya ekonomi selama beberapa bulan terakhir. Sampai beberapa kali saya sendiri harus mengurangi jumlah karyawan karena efisiensi. Bukan keputusan yang mudah bagi pemilik usaha untuk melakukan pemutusan hubungan kerja, tapi memang keadaannya tidak bisa dipungkiri dan keputusan harus diambil.
Buat teman-teman yang dapat rezeki lebih soal harta, tolong jangan disimpan aja, diputarlah dengan dibelanjakan ke dagangan teman, ke pasar, dan lain-lain agar terjadi perputaran uang di tengah-tengah kondisi saat ini. Itu akan sangat membantu bagi orang lain.
Buat teman-teman di sini yang jadi pemilik usaha, UMKM, dan sebagainya. Semangat yaaa :)
285 notes · View notes
atifadhilah · 16 days
Text
Journaling: Mom to be (aamiin, insya Allaah) #1
Kenapa ga ada yang bilang kalau menjadi dewasa ternyata tak semudah dan seindah yang dikira? Orangtua seringkali menutupi bahwa semua berjalan baik-baik saja.
Tidak ada sekolah menjadi orangtua, kita yang harus secara inisiatif dan mandiri upgrade ilmu dan skill yang mumpuni (ditengah arus banjir informasi yang kadang kesana kemari), dengan tanpa melupakan diri kita sendiri, dengan menyeimbangkan ideal diri serta realitas hidup yang memang tidak akan pernah bisa menjadi sesempurna itu, dan tentu, yang tidak pernah boleh lupa, yakni: senantiasa meminta pertolongan Allaah untuk selalu menjaga dan melindungi.
Tumblr media
Sedang berpikir, bagaimana hisabku nanti? yang belum mengoptimalkan potensi yang dititipi untuk merawat diri, anak, dan keluarga saat ini. Kenapa tidak ada yang memberitahu bahwa tantangan mendidik dan mengedukasi ternyata seberat ini? Dari soal tauhid dan pengetahuan agama yang haq, makanan dan pengolahannya yang sehat dan bergizi, fasilitas pendidikan yang beradab, bermoral, jujur, dan berintegritas tinggi, sampai menyeimbangkan ekonomi untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Rasanya seringkali malas masih menghantui, banyak alasan ini dan itu, banyak penundaan nanti-nanti hingga tidak jadi, banyak mimpi yang akhirnya terkubur sendiri.
Ya Allaah, betapa hamba khawatir dengan melihat berita penyimpangan akhir-akhir ini, tapi hanya kepada-Mu hamba titipkan diri dan keluarga dengan sebaik-baik penjagaan-Mu ya Rabb, Ampunilah segala kesia-siaan, maksiat, dan dosa-dosa yang barangkali menutupi kebaikan-kebaikan selama ini.
Bismillaah, yuk, kita usahakan menjadi orangtua baik itu! (meski nantinya juga pasti tidak sempurna dan ada salahnya, gapapa!).
20 notes · View notes
wedangrondehangat · 1 year
Text
Tumblr media
Saling Mendidik
Pernikahan itu sangat unik.
Sebelum menikah, saya seringkali melihat dalam rumah tangga orang lain bagaimana seorang suami mengatur istrinya, dari mulai penampilan hingga hal-hal detail dan kompleks lainnya. Ya, mungkin lebih tepatnya mendidik, bukan mengatur.
Pernah melihat status seorang teman bagaimana suaminya kerap mengingatkannya soal memakai kaos kaki jika keluar rumah.
Teman lainnya ada yang membuat caption bangga pada istrinya yang tetap menggunakan kaos kaki meski sedang berjalan menyusuri tepi pantai yang basah.
Saya kerap menunggu momen-momen itu terjadi dalam pernikahan saya. Namun, yang terjadi agaknya malah sebaliknya.
Saya kerap yang mengingatkan suami soal kaos kaki harus yang menutup lutut jika mau keluar futsal, kalau shalat usahakan jangan cuma kaosan, tapi pakai kemeja atau baju koko, dan lain-lain.
Suami saya juga sering sekali di pagi hari sebelum barangkat kerja bertanya, "hari ini aku pakai kemeja yg mana?" Atau ketika mau pergi kondangan, "aku pakai baju yang mana?" Atau saat mau ke mall, "aku kaosan aja atau kemeja?"
Kesannya tuh kenapa sih dia kayak manja? Kenapa jadi saya yang harus mikir? Kenapa dia nggak cari aja di gantungan baju yang sudah saya setrika? Kenapa saya terkesan jadi yang dominan? Kenapa harus saya atur pakaiannya, bukannya harusnya dia yang mengatur saya?
Maha baik Allah tahu bagaimana kepribadian saya, tahu bagaimana saya kurang nyaman jika diatur-atur. Maha Besar Allah mengatur pertemuan antara dua insan. Allah Maha Tahu segala-galanyalah atas segala tanya mengapa dua orang insan dipersatukan.
Rupanya dalam pernikahan ini justru saya yang terkesan banyak mengatur. Itu jika orang luar yang melihatnya. Padahal sejatinya hal itu terjadi karena suami saya mempercayakan sepenuhnya dan apa-apanya kepada saya.
Hingga suatu hari tante saya bercerita tentang perceraian temannya. Ini nyata. Mereka berpisah karena mungkin ini hal yang terdengar sepele; karena sang suami sangat mengatur istrinya, mulai dari model baju yang dipakai hingga kacamata yang hendak dibeli sang istri.
Tante saya menyarankan agar bertahan apalagi karena penyebabnya yang dinilai cukup sepele. Terlebih lagi sang istri tidak bekerja sementara mereka punya anak-anak yang masih sekolah. Namun, akhirnya keduanya berpisah.
Sang istri sempat ingin rujuk karena secara ekonomi jadi kekurangan, tetapi suaminya tak mau karena mungkin terlanjur sakit hati dan akhirnya menikah lagi dengan perempuan lain. Saking dendamnya sampai-sampai saat mengirimkan uang untuk anaknya harus didokumentasikan, ia tak ingin mantan istrinya memperoleh sepersenpun.
Pernikahan dan permasalahan di dalamnya itu unik. Bagaimana dari kerisihan karena suami yang sangat pengatur membuat sang istri menggunggat cerai meski akhirnya ingin rujuk namun akhirnya tetap berpisah.
"Beginilah mba kalau menikah. Tante aja nggak boleh potong rambut padahal udah gerah banget rambut panjang gini. Tapi om gak suka kalau tante potong yaudah nurut aja."
Tante juga bilang bahwa masih banyak permasalahan berat lainnya yang perlu kita hadapi dan kita pikirkan solusinya di zaman yang kian edan ini. Banyak masalah umat yang perlu diselesaikan. Kata tante, hal-hal remeh kayak gini mending udah dituruti aja deh kemauannya suami.
Meskipun memang nggak bisa menyamaratakan yang bagi kita sepele, bagi orang lain mungkin nggak sepele.
Hanya saja tante memilih untuk mengikuti apa yang suaminya inginkan tanpa meributkannya. Toh hanya perkara rambut, sepele bagi dirinya. Tante lebih banyak menghabiskan waktunya untuk mengurus umat.
Kembali lagi dengan yang terjadi dalam pernikahan saya, patut banyak-banyak syukur bagaimana pun uniknya pernikahan kita sendiri.
Adapun saya haturkan terima kasih sepenuh hati kepada suami saya yang telah mempercayakan banyak hal pada saya; rumah, keuangan, masakan, pakaian, hingga keputusan-keputusan rumit dalam kehidupan. Ia selalu melibatkan saya dan semoga selalu demikian.
Sekali lagi, pernikahan itu unik. Mau suami ataupun istri, sama-sama bertugas mengingatkan. Suami memang perlu mendidik istrinya, tetapi ketika suami salah, istri perlu juga untuk mengingatkannya.
Kenali bagaimana ego pasangan kita, kenali cara terbaik menyampaikan maksud kita padanya, kenali cara berdiskusi yang ia sukai.
Suami ataupun istri sama-sama berperan saling mengingatkan dalam kebaikan sebagaimana tugas kita kepada sesama muslim.
Catatan ini terlebih dahulu saya tujukan kepada diri saya sendiri.
_
Masih di Jatinangor, 8 Juni 2023
275 notes · View notes
wasiilahalhasanah · 1 year
Text
Ada yang sehat tapi hidupnya melarat, ada yang sering sakit tapi ekonomi tidak pernah sulit,ada yang baik tapi tidak cantik, ada yang rupawan tapi ilmu pas-pasan, ada yang bercadar tapi soal su'udzan selalu paling benar, ada yang pakaiannya terbuka tapi tak suka melukai hati manusia. Lalu... siapa yang sempurna?? Mana yang terbaik antara mereka?? setiap orang memiliki sisi kurang dan lebihnya, memiliki sisi baik dan buruknya. Tak usah terlalu fanatik dalam memuja manusia, cinta tak harus selalu buta. Manusia bukanlah malaikat yang selalu benar, bukan pula syathon yang selalu salah. Sepandai apapun orangnya pasti ada hal yang tidak diketahuinya, sebijaksana apapun sikapnya pasti pernah ada cerobohnya, semulia apapun nasabnya kesalahan pasti pernah dilakukannya, setinggi apapun jabatannya tak luput dari khilaf dan lupa, semiskin apapun keadaanya kebaikan pasti pernah dilakukannya. Kita adalah manusia yang terkadang benar dan terkadang salah. Dewasalah dalam berpikir dan bersikap, apalagi perihal menilai sesama manusia. jangan mudah menjudge, jangan mudah menghakimi, jangan pula merasa paling benar sendiri. hanya manusia yang tidak pernah berbuat salah yang layak menggertak dengan keras pada orang yang berbuat salah. Tapi adakah manusia yang tidak pernah berbuat salah?????? Jika tidak ada, maka juangan suka menghakimi dan menyakiti, tapi mari saling mengasihi, saling mengampuni.
82 notes · View notes
herricahyadi · 13 days
Note
Assalamualaikum bang. Saya (laki2), usia saat ini otw 28 tahun di September nanti. Sy anak kedua di keluarga. Namun, sy termasuk sandwich generation karena kakak sy seperti lepas tangan utk membantu ortu mengingat dia sdh berkeluarga, akhirnya sy yg harus membantu ekonomi ortu dan pendidikan 2 adik perempuan sy. Pekerjaan pun hanya karyawan swasta dg gaji sedikit di atas UMR. Di usia saat ini sebetulnya sdh ada keinginan utk menikah, tabungan pun ada sekalipun tak banyak, bbrp kali ditawari proposal taaruf oleh guru ngaji sy jg. Namun, sy tak kunjung berani menyambutnya. Sy selalu khawatir jika sy memutuskan menikah, siapa yg akan membantu ortu dan adik2 sy nantinya. Dan tentu, tanggung jawab sy pun akan bertambah kembali. Mohon pencerahan dan nasihatnya bang 🙏😇
Waalaikumsalam wr wb.
Dapat dipahami memang sangat berat posisi kamu seperti itu. Kalau saya boleh memberikan sedikit respon, kurang lebih begini.
Pertama, kamu definisikan potensi masalah yang ada. Potensi masalah paling besar ada di dua bentuk. Satu, finansial yang terbatas sumbernya. Dua, ketergantungan finansial terhadap dirimu. Selain itu, potensi masalah pribadi soal pernikahan: terkait kesiapan diri dan kesiapan calonnya. Intinya, segala hal yang berpotensi menjadi problem di sini kamu definisikan sejelas-jelasnya.
Kedua, setelah mendefinisikan segala potensi masalah, kamu mencoba untuk membangun solusi. Solusi itu tidak harus berupa penuntasan masalah. Bisa juga bentuknya pengurangan masalah. Misalnya, dalam kasus finansial keluarga yang terbatas, kamu mencari solusi bagaimana agar sumber penghasilan keluarga bertambah pintunya. Misalnya, mengajak adik-adik untuk usaha kecil-kecilan jilbab, cake, florist atau apapunya yang sesuai dengan bidang dan minat mereka. Ini sebenarnya sekaligus menjawab solusi ketergantungan finansial tadi. Intinya adalah bagaimana kamu bisa memberikan solusi untuk potensi problem yang ada.
Ketiga, ini juga tidak kalah penting bahwa kamu harus memahami bahwa yang kamu lakukan adalah ibadah. Kerja keras kamu saat ini, bisa jadi akan terbayar kelak di masa depan. Mengurus orang tua dan adik-adik itu bagian dari berbakti kepada mereka. Susah-senang yang kamu terima, selalu ingat bahwa yang dicari itu adalah keberkahannya. Jika harus menunda pernikahan karena itu, bisa jadi ada kebaikan-kebaikan di depan yang akan kamu temui. Jika pun kamu memilih untuk menikah di tengah situasi ini, bisa jadi juga pernikahanmu justru menjadi jawaban akan kebaikan yang lain. Dus, di sini berpikir kalau menikah nanti siapa yang akan mengurus orang tua dan adik-adik menjadi keliru. Justru kamu ada yang bantu mengurus sama-sama: keluargamu dan keluarga pasanganmu. Hal terpenting adalah kamu sadar beban tanggung jawabnya. Dari mana? Dari definisi dan solusi yang telah kamu dapatkan di atas.
Kurang lebih seperti itu.
15 notes · View notes
milaalkhansah · 10 months
Text
My Kids Deserve Better
Setelah tumbuh dewasa, salah satu janji yang gw buat untuk anak gw di masa depan kelak adalah: semua penderitaan, ketidakbahagiaan, keluarga yang tak hangat, ekonomi yang pas-pasan dan trauma yang berkepanjangan harus berakhir dan berhenti di gw.
Alias cukup gw terakhir yang rasain. Gak perlu lagi apa yang gw alami saat gw kecil sampai saat ini gw wariskan ke anak-anak gw nanti. Because they deserve better.
Jadi saat ini, alih-alih sibuk mencari pasangan yang gw mau, gw lebih ke berusaha untuk belajar menjadi seorang ibu yang anak-anak gw butuhkan kelak.
Karena ada rasa bangga tersendiri membayangkan, jikalau suatu saat nanti anak-anak gw berkata, "aku ingin seperti ibu"
Nangis nggak loh wkwk.
Dan hal itu gw mulai dari belajar "menyembuhkan" diri gw sendiri. Karena gw gak mau hanya karena gw belum mengobati apa-apa yang membuat gw sakit, hal itu bisa berimbas pada bagaimana gw mendidik anak-anak gw nanti.
Selain itu, gw juga berusaha memaafkan orang tua gw. Berusaha memaafkan ketidaksempurnaan mereka menjadi orang tua. Berusaha menyadari bahwa bagaimanapun, mereka pun juga baru pertama kali jadi orang tua, sehingga hal yang wajar rasanya bila sesekali mereka melakukan kesalahan.... Berusaha mengingat bahwa bagaimanapun, tanpa masa lalu yang keras dan juga pola asuh yang membuat gw tidak bahagia itu gw tidak mungkin jadi diri gw yang sekarang: gw yang menjadikan masa lalu gw sebagai contoh kehidupan seperti apa yang gw inginkan dan juga berusaha hindari. Karena diri gw yang saat ini pun juga bentukan dari apa yang udah gw lewati. Gw nggak mau lagi merasa yang jadi paling berkorban dan paling tersakiti, karena dalam lubuk hati gw yang paling dalam, gw sebenarnya tahu bahwa orang tua gw pun juga korban dari keadaan.
Gw mulai belajar atur keuangan gw, memperbanyak skill dan pengetahuan supaya peluang gw menghasilan lebih banyak penghasilan pun jadi lebih mudah. Gw nggak mau anak-anak gw merasakan pedihnya kemiskinan yang gw rasain, gw nggak mau anak-anak gw dipandang rendah, diremehkan, merasakan segala hinaan hanya karena hidup serba kekurangan. Memperbanyak wawasan dan pengetahuan gw soal agama gw. Karena salah satu cita-cita gw adalah gw pengen jadi guru pertama buat anak-anak gw nanti. Guru pertama yang ngajarin bagaimana cara Solat, dan juga membaca Al-Qur'an. Karena gw tahu, anak-anak yang soleh-soleha serta ilmu yang bermanfaat adalah salah satu investasi untuk akhirat gw kelak. Sehingga sayang sekali rasanya saat "privelege" atau "hak istimewa" tersebut malah gw kasih ke orang lain, karena kurangnya keseriusan gw dalam belajar agama sendiri. Memperkaya diri dengan ilmu dan juga pengetahuan supaya sebelum bertanya ke google, anak-anak gw mengingat mereka punya ibu yang bisa ditanyai apa-pun. Mempunyai banyak kisah dan pengalaman-pengalaman hebat yang membuat anak gw banyak belajar dan menjadikan gw sebagai superhero favorit mereka wkwk.
Gw mulai banyak ikut kelas pranikah dan parenting. Membuat daftar kriteria pasangan seperti apa yang gw mau. Memperjelas lagi tujuan gw menikah dan apa yang gw mau tuju dalam sebuah pernikahan meskipun jujur, dalam beberapa tahun ke depan karena suatu hal, menikah mungkin akan jadi prioritas gw yang paling belakang.
Terus kemarin, pas gw cerita ke bestie kalau seperti yang sudah-sudah, ada seorang teman yang menawarkan perjodohan tapi gw tolak dan jujur gw belum mau nikah.
"Kalau ada yang lamar kamu lagi gimana?" Dia nanya.
"ya nggak gimana-mana. Kalau gw belum siap ya gw tolak lah"
"kenapa?"
"lah, pake nanya lagi bukannya gw udah bilang berapa kali alasan gw gak mau dulu nikah karena apa?" Jawab gw kezel.
Pasalnya, dia udah tau alasan gw belum mau nikah tuh karena apa. Tapi masih aja suka nanyain, entah karena alasan apa. Btw bestie udah nikah. Jadi mungkin karena itu pula pandangan kita akan sebuah pernikahan menjadi berbeda.
Gw nggak tahu apakah umur gw nanti sampe ke tahap pernikahan. Tetapi setidaknya, meskipun hidup dalam ketidaktahuan, gw tetap mengusahakan yang terbaik untuk masa depan gw yang masih abu-abu itu daripada hanya duduk diam, tak melakukan apa-apa dan berharap semua akan membaik dan berubah dengan sendirinya.
Gw nggak tahu apakah di masa depan nanti gw masih nulis atau platform ini masih ada. Tetapi semoga saat pada akhirnya gw menikah, gw bisa kembali ke tulisan ini, dan mengatakan bahwa pada akhirnya apa yang gw usahakan, berbuah di masa depan.
Ya doakan saja.
• November bercerita hari kesebelas
44 notes · View notes
kuumiw · 3 months
Text
"Mimpimu itu ditunda dulu, ya Nak!"
Semua keluarga memiliki ceritanya, pun dengan aku anak pertama dengan banyak mimpi. Tak kalah banyak juga tanggung jawabnya.
Sebagai anak perempuan pertama di rumah, anak pertama juga yang diberangkatkan kuliah, aku banyak sekali mendapati semua bentuk perasaan. Dimulai dari hal-hal yang pernah aku ceritakan waktu itu di akun ini, juga banyak hal lain yang tidak luput dari perasaan bahagia bahkan sedihnya. Tak bisa di hitung ada berapa kalkulasi sedih dan bahagia, tapi yang terpenting adalah soal rasa syukur yang masih terus aku coba pupuk untuk hidup sampai saat ini.
Sedikit cerita, semenjak kondisi ekonomi keluarga yang menurun di lima tahun belakangan (terhitung sejak tahun 2019 kami mengalami goncangan) dari sana aku mulai belajar untuk bisa pasang badan. Setidaknya bisa menjadi pendengar yang baik jika Ibu, Ayah, dan para adik meracau sedih saat bertemu gagal atau hanya sekedar bilang "ingin makan". Agak sulit memang untuk tidak menangis dan menjadi sedih seperti yang aku bilang haha, karena kenyataanya akan selalu ada momen kamu memendam segala perasaan di hadapan orang tua lalu berlari terbirit dan melepaskan tangis di kamarmu yang dingin.
Dua tahun melepaskan rasa ingin tau tentang banyak hal di dunia dengan menunda study juga ternyata jadi satu hal yang disyukuri. Lewat sana aku bisa cukup banyak menikmati waktu untuk refleksi dan mengabdikan diri, pada pendidikan, anak-anak (siswa), juga pada keluarga sendir. Aku banyak bercerita kepada diri sendiri, menasihatinya, mengajaknya terlibat untuk banyak lagi terbuka dengan hal-hal kecil, dan lebih memeluk diri akan segala perasaannya.
Maka perjalanan untuk hadir di dunia perkuliahan saat ini justru jadi suatu kebanggaan dan anugerah yang sebelumnya dirasa tidak akan pernah tercapai. Tapi, aku bisa membuktikan dengan senang dan penuh terima kasih bahwa untuk sampai dititik ini, banyak sekali hal yang harus aku lewati dengan banyak tangisan.
Tapi, ternyata tidak hanya disana. Aku harus rela menangis lebih jauh, memapah semangat agar tak luruh, bahkan rela kehilangan banyak orang dan hal lain hingga menyisakan diri yang mungkin hanya bisa dilihat separuh. Lebih sulit ternyata. Beberapa mimpi di depan juga sperti tengah banyak mempermainkan, menantang untuk diselamatkan, bahkan kadang mereka bertanya "Aku jadi untuk dituju atau tidak?" Hahaha. Sangat munafik jika bilang ingin tak sedih dan banyak menanggung kecewa.
Sampai Ibu sempat bilang untuk menunda beberapa pencapaian hanya karena memikirkan urusan lain. Itu jadi suatu kewajiban untuk kami, keluarga yang harus saling mengerti. Namun itu tidak salah, karena memang tugas anggota keluarga adalah saling memberi jalan. Bukan memaksakan.
Maka Ya Allah yang Maha Pemurah dengan segala Nikmat dan karunianya. Jika patahan itu harus dirasakan kembali, maka tolong kuatkanlah aku untuk menerima segala ketetapan dan jangan membuat rasa patahku akhirnya mematahkan orang-orang yang aku sayangi. Kau yang memiliki segalanya, ampuni dan lindungilah kami.
Aku terus berjalan, terus membawa asaku pergi entah kemana. Namun aku tidak berputus asa bahkan ingin berakhir berjumpa dera. Aku ingin menyelamatkan semua; Ayah, Ibu, Adik dan segala mimpiku.
Buat kami ikhlas, ya Allah ...
18 notes · View notes
khoridohidayat · 1 year
Text
Menurutmu, apa makna sekufu? Apakah mereka yang berada di kondisi ekonomi yang sama? Atau mereka yang topik pembicaraannya bisa menyambung dan saling melengkapi?
Menurutmu siapakah yang pantas menikah? Apakah mereka yang berada di status ekonomi yang sama? Atau mereka yang mempunyai tingkat keilmuan yang sama?
---
Menurutmu pribadi, apakah aku termasuk orang yang tak tahu malu? Mengajak taaruf seorang putri istana yang cerdas, sopan, dan berpendidikan?
Berulang kali aku mempertanyakan itu kepada diriku sendiri. Prosesku mengajak hubungan yang lebih serius dengan Fathia banyak mendapatkan komentar yang beragam dari beberapa teman-temanku. Beberapa ada yang mendukung, namun beberapa justru mempertanyakan apakah aku sudah memikirkannya dengan matang.
Dua kontras jawaban yang berbeda dari teman lingkaranku membuat aku menjadi setengah-setengah. Ingin lanjut namun ragu, tapi juga ingin berhenti tapi sayang jika prosesnya harus berhenti di tahap ini.
Mungkin ini sebabnya beberapa seniorku selalu menasihati orang yang sedang bertaaruf. Bahwa, kita harus menyembunyikan prosesnya. Segala prosesnya. Dengan siapa, sudah sampai tahap mana, dan lain sebagainya. Jika semua sudah fiks, barulah teman-teman kita diberitahu kabar bahagianya melalui surat undangan pernikahan. 
Memang sesuatu yang diam-diam akan selalu memudahkan seseorang dalam bekerja. Namun nasi telah menjadi bubur. Beberapa temanku sudah tahu bahwa aku sedang menjalani proses taaruf dengan Fathia, entah dari mana kabar itu. Tiba-tiba saja mereka mengetahui kabar itu dan menanyakan kebenarannya kepadaku. 
**
“Lo serius ngajakin Fathia taaruf? Gila ya emang nyali lo.” Kata temanku lantang karena kaget mengetahui bahwa aku sedang berproses taaruf dengan Fathia. 
Kami sedang berada di cafe siang ini. Hanya berdua, aku dan sahabatku. Tempat nongkrong bergaya insustrial ini cukup terkenal buat orang-orang yang bekerja di daerah kami. Tempat yang cukup sepi, bersih, dan dilengkapi dengan gaya yang estetik menjadikan cafe ini pilihan bagi orang-orang melepas lelahnya setelah bekerja seharian di kantornya. Itulah alasanku disini sekarang bersama temanku.
“Ya serius lah. Emang aku pernah bercandaan ya soal perempuan? Dari dulu aku kan juga ga pernah tuh ngejalin hubungan asmara dengan siapapun. Ya itu karena aku emang nggak pernah bercanda soal perempuan.” Jawabku santai.
“Tapi maksudku tuh gini, kamu kan tau Fathia ini orang yang kaya raya. Dunia dia tuh udah yang kayak dunia berbeda gitu loh buat kita. Ya emang sih dia tuh orangnya emang humble banget. Tapi apa dia mau buat suatu hari nanti pergi naik motor bareng elu? Kan dia biasanya naik mobil. Terus, apa dia mau buat nyoba masakin di rice cooker terus makan tahu tempe yang kayak dulu pernah kita lakuin di pondok? Lu kira Fathia tuh kayak mbak-mbak santri yang serba bisa gitu?” Temanku menjawab lagi pertanyaanku dengan bertubi-tubi seperti seorang ibu yang ingin menyadarkan anaknya yang telah berbuat salah.
Iya, aku tahu bahwa Fathia memang orang yang berbeda status dengan kami berdua, tapi jika memang itu adalah orang yang cocok menurutku, mau bagaimana? 
Aku juga pernah membaca tulisan Habiburrahman di Ayat-Ayat Cinta, beliau mengatakan bahwa seharusnya para lelaki tak cepat minder dengan apa yang dimiliki oleh seorang perempuan, karena kita para lelaki mempunyai teladan yang sempurna yaitu Rasulullah yang juga menikah dengan seseorang yang cantik, baik perangainya, dan juga kaya. Ketika itu, Rasulullah hanyalah manusia biasa yang tak kaya ataupun mempunyai jabatan. Meskipun begitu, kejujuran beliau telah dikenal kemana-mana hingga beliau dijuluki al-amin, yang artinya seseorang yang jujur. Sehingga singkat cerita, melihat kejujuran Nabi Muhammad ketika itu, Khadijah bertekad untuk mengajukan diri untuk menjadi istri beliau.
“Akupun seperti itu Bro, aku yakin Fathia akan menghormatiku meskipun kami mempunyai latar belakang yang berbeda. Aku yakin Dia bisa memposisikan dirinya jika memang kami berjodoh. Toh aku juga ngga mau mikir jauh-jauh apakah berjodoh atau tidak. Aku hanya fokus ke satu per satu prosesnya, memastikan bahwa tidak ada satu step taaruf yang tercampur dengan ikhtilat.” Jawabku panjang lebar menjelaskan mengapa aku memilih Fathia dan satu bab sirah nabawiyah kepada temanku.
“Ya semoga ya. Turut seneng kalau nanti elu jadi sama si Fathia. Dia adalah salah satu orang baik yang pernah aku temui juga di BEM ketika itu.”
“Ting…” Suara notifikasi HP ku berdering, kulihat nama Fathia di notifikasi whatsapp ku. Ternyata dia baru saja mengirim pesan. Buru-buru aku langsung membuka isi pesan itu, barangkali ada hal urgen yang dia butuhkan.
“Mas, aku udah ngomong Abi, katanya dipersilahkan silaturahmi ke rumah hari Selasa sore, apa bisa?” 
Senang dan deg-degan rasanya mendapatkan balasan pesan itu dari Fathia. Akhirnya setelah sekian lama memendam rasa kepadanya, aku bisa menyampaikan maksudku dengan cara yang baik, yaitu kepada orangtuanya langsung. Walaupun ya disatu sisi aku agak khawatir, apakah niatan baikku ini bisa diterima keluarganya atau tidak.
Ahh mengapa aku melamun, aku harus segera menjawab pesan dia. 
“Okey, Insyaallah semoga Allah memudahkan.” Jawabku singkat
Buru-buru aku menyeruput secangkir kopi yang masih tersisa siang itu, kemudian memasukkan beberapa barang-barang kedalam tasku. Degup jantungku semakin kencang, sekarang hidupku seperti berjalan diatas harapan dan ketakutan.
“Aku pamit dulu ya Bro, mau kerjain yang belum beres dikosan.”
Bersambung (2/6)
Menjadi yang Kaucintai - Bagian 2
@careerclass @bentangpustaka-blog @langitlangit.yk
75 notes · View notes
mamadkhalik · 1 year
Text
Dai dan Murobbi
Sedang berada di fase yang membutuhkan mobilitas tinggi dan fokus penuh, qadarullah dapat rekomendasi video bagus di Youtube sebagai pengingat dan juga penguat.
Napak Tilas Pemikiran Ustadz Hilmi ra perihal sosok Dai dan Murobbi yang disampaikan Al-Ustadz Muzzamil Yusuf ini seakan mengingatkan kita kepada Baginda Rasullullah Salallahu alaihi Wassalam tentang porsi dai dan murobbi yang harus beriringan untuk keberlangsungan dakwah.
Seorang murobbi haruslah selalu belajar kapanpun dan dimanapun, bahkan belajar kepada mutarobbinya sendiri. Hal ini menjadi penting karena tak jarang muncul gesekan antara mr-mtr soal relasi komando yang terlalu overloud sehingga menciptakan ketidakharmonisan suasana tarbiyah, lebih parahnya keluar dari gerakan dakwah. 
Dulu, Ustadz Hilmi banyak belajar dengan mtrnya dari latar belakang disiplin ilmu yang berbeda : ekonomi, politik, hukum, dan sosial. Ini menjadi penting bahwa seorang aktivis dakwah harus paham akan ilmu, yang kedepanya dipakai bekal untuk melihat situasi dan kondisi. Dalam bingkai belajar bersama, hal itu tidak berarti menjadi egaliter secara menyeluruh, namun ini adalah fungsi dari proses tarbiyah yang sama-sama berkembang, pastinya tetap ada porsi pembebanan amanah yang berbeda. 
Selanjutnya sebagai Dai, Ustadz Hilmi memberi himbauan kepada kita agar mengurangi judgement dalam dakwah, baik kepada mad’u dan juga Ikhwah sendiri. Jika ada kesalahan atau evaluasi forum, hendaklah menggunakan bahasa yang halus dan menyentuh sembari memberi motivasi agar kader tumbuh perasaan semangat selanjutnya, bukan takut dievaluasi oleh senior lagi.
Terkhusus kesalahan yang fatal, jangan sampai mempermalukan orang di depan umum. Nasihatilah, ingatkanlah dengan adabnya, jangan sampai kedepan memunculkan bibit sakit hati yang justru malah melemahkan dakwah kedepanya. Berapa banyak ikhwah yang sakit hati kerena dipermalukan di depan umum, sedang yang bersangkutan masih belum kuat pemahamanya, ini perlu menjadi perhatian agar kedepan dakwah tidak melahirkan barisan kecewa yang destruktif. 
Selain itu, aktivis dakwah juga perlu memposisikan diri bukan hanya ingin mengkritik tapi harus siap untuk dikritik, meski seorang qiyadah dan posisi strategis sekalipun tentunya tetap mengedepankan adab. Jangan merasa paling benar, paling paham lapangan lalu banyak mengkritik namun enggan mendapat kritik. Hal seperti hanya akan memunculkan otoritarianisme dalam dakwah, jadi duri yang mengganggu kader untuk berkembang.
Terakhir, seperti yang dikatakan oleh Imam Hasan Al-Banna, bahwa waktu yang kita miliki sangatlah sedikit dibandingkan pekerjaan yang harus dilakukan. Maka dengan waktu yang sedikit itu, amanah yang hadir kepada kita adalah peluang besar untuk mendekatkan diri kepada Allah dan menjaga kita dalam kebaikan.
Tantangan yang hadir semakin mengerikan, kita perlu cepat dewasa menghadapi masalah dan tentunya menyiapkan para generasi penerus dakwah.
Pelan-pelan ikhwah, amanah Nabi Adam!
29 notes · View notes
ameliazahara · 2 months
Text
Mungkin, idealnya kini harusnya dia sudah menikmati senjanya dengan kesibukan yang lebih santai dan pikiran yang lebih tenang. Kesibukannya sudah hanya tinggal mengurusi hobi, melihat anak dengan karier yang gemilang, dan direcoki cucuk yang menggemaskan.
Sialnya, dia masih harus berurusan dengan segala beban masa lalu, atas cicilan demi cicilan yang masih terus menunggak dan harus segera dilunasi. Anak-anaknya belum ada yang sukses, tidak bisa diandalkan secara ekonomi, pun juga belum ada yang menikah. Lupakan soal direcoki cucu nan menggemaskan.
Begitu, hidup akan bersikap kejam pada mereka yang banyak tidak-taunya. Hidup akan bersikap kejam pada orang yang berani mengambil resiko tapi tidak memiliki ilmu yang mumpuni—alias tidak tau. Hidup akan menguji sikap nekat yang tampak seperti bunuh diri. Semesta selalu siap membunuhmu kapan saja.
Jangan coba-coba untuk terlalu berani bermain dengan resiko tanpa ilmu yang mumpuni atas keputusan yang diambil. Bukan begitu cara kerjanya. Jika salah memahami, semua tidak akan bekerja dengan baik.
Bersyukur semua bisa dihadapinya dengan baik, dijalaninya perlahan, ambisinya telah pudar di kesempatan yang tidak lagi tepat. Egonya mulai luntur sebab sadar bahwa dia telah terlalu sering kalah sebab keras kepalanya. Walau tetap saja, gengsinya luar biasa.
Dunia masih membutuhkan perannya. Beharap dia bisa merasakan rasanya terbebas dari beban cicilan yang masih belum lunas. Berharap dia bisa merasakan hidup yang santai sebagai mana mestinya. Berharap dia bisa merasakan direcoki cucu-cucu yang menggemaskan. Berhadap dia bisa berada di era ideal bentuk bahagia sebagai mana mestinya.
Semoga Tuhan memberinya umur panjang, memberinya sehat yang panjang, memberinya raga yang kuat dan ingatan serta hati yang tetap lembut. Semoga Tuhan merahmati setiap ikhtiarnya. Semoga Tuhan memberinya kekuatan muda seperti masa jayanya.
Kami ingin berbakti—dan dia belum merasakan manisnya buah yang dia tanam sepenuh hati kemarin.
2 notes · View notes
sorotbalik · 11 months
Note
Mohon izin bertanya, mas. Gimana cara kita menumbuhkan percaya saat diamanahi mendidik anak binaan yg belum ada track record di bidang yg kita jalani? Bagaimana tahap pembinaan yg baik untuk anak tsb? Di sisi lain, takutnya dia merasa tidak percaya diri dan merasa terlalu didikte yg menjadikan anak itu lebih banyak takutnya🙏
Bentar kita elaborasi dulu nih ya, biar nggak salah persepsi...
Ini berarti kamu seorang pendidik di suatu bidang pendidikan, lalu diberikan amanah buat mendidik anak didikan yang masih baru di dunia itu, lalu pertanyaannya metode apa yang tepat untuk mendidik mereka, gitu kan? Koreksi di ask selanjutnya ya kalau salah.
Mulai dari yang namanya, need assessment (analisis kebutuhan), mulai dari latar belakang mereka, kalau jumlahnya banyak, lihat by generalnya aja. Misal, anak yang dilihat dari aspek ekonomi, berlatarbelakang ekonomi baik, dengan asumsi masing-masing memiliki gadget, pola pikirnya akan cenderung lebih dinamis, dan hal ini directly akan membutuhkan model pendidikan yang cenderung lebih inovatiif dan kreatif.
Need assesment ini bisa dilakukan dengan cara apapun, bisa dengan observasi, studi literatur, dsb. dan tahapan ini sangat vital, karena ini akan jadi pijakan buat menentukan metode yang tepat agar tercapai objective learning (tujuan pendidikan). Tidak harus sempurna, yang penting ada dulu, karena pada pelaksanaannya semua akan menutut adanya imporvisasi dan iterasi.
Contoh lain, Gen Z (1996-2008) memiliki tingkat melek kesehatan mental yang lebih besar ketimbang generasi sebelumnya, seorang pendidik harus bisa menjadi "Bond Maker" ada keterikatan secara emosional, buat lebih bisa memahami mereka, jadi kita tidak menuntut untuk mereka hormat agar lebih ditaati dsb, melainkan jadikan diri kita, secara natural dihormati mereka.
Bagaimana caranya? Punya dan perdalamlah value yang kamu punya. Tidak melulu soal keilmuan, bisa jadi soal keteladanan sikap, dsb kuncinya adalah konsistensi. Intinya, asumsi saya, kita tidak perlu tunjukkan "siapa diri kita", melainkan biarkan mereka sendiri yang member kita definisi "siapa diri kita" atas dasar apa yang mereka lihat, dengar, pelajari dari diri kita.
Ini yang juga akan memudahkan seorang pendidik tidak terbebani keharusan ini itu, harus selalu tampil sempurna, dsb. ya oke bagus sih, misal disikapi dengan terus belajar dan ingin menjadi best version of yours, tapi kalau jatuhnya malah minder, ga pede, dsb? Kan lucu.
Maka, jadilah dirimu sendiri. Kamu pengen orang-orang mengenal kamu sebagai apa dan siapa, sembari kamu terus belajar, evaluasi diri, untuk ingin menunjukkan yang terbaik ke mereka. Semoga mudah dipahami ya, bisa panjang lebar kalau bahas kayak ginian haha
9 notes · View notes