Text
#Indahnya Perbedaan#tapi Masih Ada Saja yang Ingin Merusak Kedamaian Kita#Indahnya toleransi kehidupan bermasyarakat dengan latar SARA seperti ini mungkin nggak bakal digaungkan di media massa ataupun media sosial#yuk kita buktiin kalau kehidupan kita masih hangat akan toleransi terhadap perbedaan keyakinan maupun latar belakang!
5 notes
·
View notes
Text
Humanimal
Gelita semakin meredupkan pelita, suara jangkrik di luar rumah kian sayup-sayup terdengar. Seorang pemuda masih terjaga dari lelapnya tidur di penghujung malam, cucuran keringat membanjiri kening hingga pelupuk matanya. Keheningan kian mendekap gelap dan membuat kondisi mencekam. Isyarat langit semakin membuat gundah qalbu, sesekali samar-samar ayat semesta membisik, nalarnya buram, jiwanya menggeram.
Ia terjaga bukan tuk melangitkan doa-doa, ada cemas yang merasuk jiwa hingga matanya masih terpana pada langit-langit kamarnya. Ketakutan merasuk dalam dirinya, hingga untuk melangkahkan kaki keluar dari bilik kamar yang selama ini menjadi ruang untuk merebahkan lelahnya atau sekadar membekukan keluh yang larut dalam kusut selimut, ia pun tak bisa. Ada hal yang tetiba saja membuat dirinya berkecamuk, menghadirkan perdebatan alot antara rasa dan rasionya.
Rembulan diluar kamarnya tengah membiaskan cahaya kehidupan pada dunia, pada semua ciptaan yang dihamparkan, tapi tidak pada apa yang saat ini ia rasa dan pikirkan. Dalam benaknya, sebuah peristiwa menghadirkan kegelisahan yang menghunus relungnya — mencabik-cabik nuraninya.
”Seonggok kemanusiaan tengah terkapar, dihancur-leburkan oleh nafsu kesombongan yang telah mengakar. Cemoohan, hujatan dan pandangan saling merendahakan terus saja dilayangkan. Kekacauan, kegaduhan, dan penderitaan telah menjelma menjadi ambisi kesenangan, menjadi candu dalam setiap helaan napas. Dan menebas rasa iba tanpa belas.”
Hal ini terjadi karena satu hal, peradaban yang saat ini ia arungi mengubah wajah dunia menjadi tempat keserakahan manusia, tempat dimana manusia tak lagi memupuk kebaikan dan cinta, tempat dimana manusia tak lagi bergandengan tangan untuk saling merajut kemesraan, tempat dimana manusia tak lagi berbagi kasih untuk mengobati pedih, tempat dimana manusia tak lagi memupuk suka untuk menuai bahagia, tempat dimana manusia tak lagi mengindahkan kedamaian.
Tapi kini menjadi tempat dimana kaki-kaki sibuk berjalan, kepala-kepala berkeliaran dengan rutinitas yang membuat mereka lupa tuk berbagi senyum dan tawa bagi sesama. Dilenakan oleh kepentingan dan hasrat untuk saling berebut kekuasaan dan keinginan, dibutakan dan ditulikan oleh keangkuhan dan kebejatan.
Sejatinya kehidupan memang tak pernah lepas dari wajah keberingasan, dan manusialah yang memilih untuk melebarkan kanvas kemudian melukiskan gambaran kekejamannya sendiri. Seorang Filsuf berkebangsaan Inggris yang beraliran empirisme, Thomas Hobbes pernah mengatakan dalam karyanya De Cive bahwasannya manusia adalah “homo homoni lupus. Sebuah kalimat bahasa latin yang berarti “Manusia adalah serigala bagi sesama manusianya.”
Istilah tersebut pertama kali dicetuskan dalam karya Plautus berjudul Asinaria (lupus est homo homini) pada tahun 195 SM yang diinterpretasi bahwa manusia sering menikam manusia lainnya. Manusia yang satu bisa memakan dan mengorbankan manusia lain demi tujuan yang hendak dicapai (kepentingan pribadi). Pernyataan ini menjadi pernyataan yang seakan tak lekang oleh masa, di setiap peradaban hal ini terus dijumpai dan dirasakan oleh manusia.
Manusia yang telah digerogoti oleh hasrat membabi buta dalam dirinya, seakan tidak peduli jikalau perlakuan dan perbuatan yang ia lakukan saat melukai hati orang lain menimpa keluarganya — bahkan dirinya sendiri. Nyaris dapat kita saksikan, hampir di semua bidang kehidupan hukum rimba seringkali digunakan. Manusia bak binatang yang hanya ingin memuaskan hasratnya semata.
Seperti kawanan serigala yang mendengus napas, mencari santapan daging-daging segar yang mereka sayat dengan kuku-kuku dan gigi-gigi tajam. Menghentakkan mangsanya pada nestapa biru dan hitam, karena telah diselimuti angkara murka dan amarah yang sudah lama terpendam. Tidak peduli apakah hasratnya itu melanggar kedaulatan orang lain, merusak ekosistem lingkungan, bahkan menghina aturan Tuhan yang adiluhur.
Tak bisa dipungkiri, dalam menjalani hidup, kekhawatiran terbesar manusia selain kematian adalah tentang bagaimana ia tidak dapat diterima oleh dunia. Sehingga hal ini membawanya untuk melakukan apa saja semaunya, dan ini pun mendatangkan pertanyaan besar.
“Apa yang ingin manusia raih dan sedang mereka cari sebenarnya?”
Tanah dan gunung dikeruk, rumah-rumah kecil disingkirkan, hutan di babat, besi dan beton ditanam untuk gedung-gedung tinggi menjulang. Orang-orang tak berdaya dianiaya, gelandangan ditertawakan, hak jelata dirampas dan harga dirinya hanya dipandang seperti ampas. Yang berkuasa tertawa karena semakin kaya, yang sengsara terpuruk dalam isak tangis karena semakin merana.
Ini hanyalah segelintir femonema pilu dari banyaknya representasi kezaliman yang terjadi dalam realita.
Kita mengenal kesedihan seperti saat kita melihat air hujan, setiap cucurannya bagai air mata yang berlinang. Juga perihal penderitaan yang lahir dalam puing-puing reruntuhan dan pada akhirnya hanya dianggap sebagai sampah buangan. Kehidupan pun kian asing dari muara kepedulian. Dendam dan darah, badik dan bedil, celurit dan api hadir dalam layar sesak kesadaran.
Kekerasan dan kebengisan memang ada dalam setiap kurun, tapi — pada suatu tahap, hal-hal itu bisa saja surut dan berubah jadi legenda. Atau jadi kisah yang akan diceritakan pada zaman-zaman berikutnya, pada generasi-generasi selanjutnya sebagai sebuah pembelajaran.
Mungkin hal ini memang sudah menjadi bagian dari guratan kisah dunia sebagai sebuah memori alami, sebagai sesuatu yang terberi untuk manusia. Seorang filsuf terkemuka asal Slovenia, Slavoj Zizek, pernah mengatakan, “bahwa hidup berasal dari katastrofi, atau bencana besar. Alam semesta bermula dari ledakan besar. Orang lahir ke dunia melalui penderitaan sang ibu. Cinta bukanlah gula kehidupan, namun justru sumber dari rasa sendu.”
Maka manusia perlu untuk melihat guncangan hidup sebagai bentuk kelahiran dari “yang lain”. Bahkan segala sesuatu yang di sekitar kita sekarang ini bermula dari sebuah penderitaan besar yang menimpa kehidupan sebelumnya. Maka guncangan penderitaan bukanlah bagian dari kehidupan, melainkan justru kehidupan itu sendiri.
Dalam hal ini, manusia harus berjuang dalam pengembaraan hidup, menjelajahi belantara makna yang terbentang, hingga ia bisa lebih membangun kesadaran sebagai seorang manusia.
Namun dibalik ini semua, satu hal yang perlu kita renungi, ialah:
"Mengapa kebengisan harus terawat dengan begitu lekat?
Juga hasrat yang kadang membuat kita terpikat pada hal-hal bejat.
Bukankah dunia adalah suatu hal yang fana?
Pada akhirnya kita semua sama saja.
Hanya tumpukan tulang belulang yang nantinya lapuk menjadi debu semesta.
Penderitaan bukanlah suatu hal yang pantas tuk dipentaskan.
Dan membunuh kemanusiaan bukanlah hal yang patut untuk dirayakan!!”
Sehingga kita tak boleh bergeming dan berpaling, hanya membiarkan dan mencari aman atas segala lika-liku penderitaan yang ada di sekitar kita. Kita perlu mengembalikan dan mendekatkan apa yang telah raib dan pupus (humanity), jalan yang tak pernah membedakan bau darah seseorang.
Kembali mendekap pada apa yang pernah lenyap. Saling membasuh, juga mengasuh pada hal yang tak lagi utuh. Jika tidak, kita hanya akan berakhir pada suatu ketiadaan.
Semoga kita lekas berbenah.
7 notes
·
View notes
Text
#RamadhanTerbaik : Maaf dan Memaafkan
Di dunia ini kita tentu pernah berbuat salah dan jadi korban kesalahan orang lain. Kita pernah menyakiti dan disakiti. Bagaimana rasanya? Kecewa, sedih, merasa bersalah, dan tak jarang kita jadi membenci. Menjauhi orang yang pernah menyakiti dan berbuat salah pada kita, serta mungkin kita juga dijauhi oleh orang yang pernah kita sakiti. Yang tadinya akrab tiba-tiba menjadi tak dekat. Suasana canggung sampai sengaja menghindar saat melihat orang tersebut. Benar-benar hidup yang rumit. Dunia yang tadinya sempit untuk orang-orang yang saling merindu, jadi begitu luas untuk orang yang saling menyimpan luka.
Bagaimana rasanya menyimpan luka? Hatiku nyeri setiap mengingat tentang seorang yang pernah menggoreskan kecewa dan aku sepi saat teringat akan orang yang pernah aku sakiti. Aku tak lebih berarti dari semua yang pernah kulakukan. Rasa bersalah bercampur dengan kesal. Sangat tidak menyenangkan menyimpan tumpuka luka ini. Apalagi untuk luka yang belum pernah mengucap maaf. Mungkin ia telah lupa, tapi bagiku semua masih membekas. Terbebani, entah mengapa semua emosi negatif dari kejadian lalu itu enggan lepas dan menghantui. Mewujud dalam rupa amarah dan pelampiasan emosi tak terkendali.
Percayalah memang tidak menyenangkan masih menyimpan semua kenangan pahit di masa lalu, alih-alih coba menerima nyatanya aku hanya menenggelamkan ingatan saja, yang tak jarang tiba-tiba muncul ke permukaan. Mengingat nama dan wajahnya saja rasa sesak di dada merusak hari yang cerah.Apalagi jika itu berbarengan dengan munculnya kenangan kejadian lalu.
Memasuki bulan #RamadhanTerbaik satu hal yang perlu dibereskan selain fisik utamanya adalah hati. Ketenangan dalam menjalankan ibadah adalah impian semua orang, lantas hati mana yang bisa tenang jika masih dibayangi kecewa dan luka masa lalu? Apakah belum memaafkan? Mungkin selama ini sudah mencoba namun belum tepat caranya. Karna caraku memaafkan adalah dengan melupakan. Melupakan bukan cara terbaik untuk merengkuh kedamaian dan ketenangan hati.
Ada bagian menarik dari buku yang kubaca beberapa saat lalu, buku yang berjudul Emotional Healing Therapy, di dalamnya tertulis metode yang diberi nama Forgiveness Therapy ringan yang bisa kita lakukan sendiri di rumah. Langkahnya adalah :
1. Duduk santai di tempat yang kita sukai dan membuat nyaman, pejamkan mata dan bernapas dengan tenang.
2. Hadirkan kembali peristiwa yang membuat kita marah dan kecewa dan rasakan kembali emosi terhadap kejadian tersebut
3. Panggil orang yang terlibat dalam peristiwa tersebut (sebut namanya), hadirkan ia dalam pikiran kita
4. Ungkapkan perasaan secara jujur terhadap orang tersebut
5. Tarik napas panjang
6. Berikan do’a (Alfatihah) untuk orang tersebut
7. Buka mata dan lakukan afirmasi :
Saya menerima segala perlakuan kamu yang menyakiti saya, saya putuskan untuk memaafkan semua prasangka burukmu, kata-kata yang keluar dari mulutmu, tindakan dan perlakuan yang kamu lakukan terhadap saya dan semoga Tuhan memberkahimu dan saya”
Itulah salah satu cara memaafkan yang mungkin bisa melapangkan kembali hati yang disesaki oleh luka dan kecewa.
Bismillah, #RamadhanTerbaik tahun ini semoga semua kekecewaan dahulu bisa kumaafkan dengan ikhlas, mengingat manusia memang gudangnya salah dan lupa. Sehingga tidak ada emosi negatif nantinya yang akan merusak niatku dalam beribadah.
Untuk kamu yang pernah dengan atau tanpa sengaja melukai dan membuat kesedihanku menjadi-jadi, aku memaafkanmu dengan harapan semoga kelak ketika kita bertemu dan dipertemukan hati kita benar-benar lapang untuk berjabat tangan tanpa tipu dan kepura-puraan.
Dan untuk kamu yang pernah (tentunya) aku sakiti dan lukai, mungkin meminta maaf di sini tidaklah berarti apa-apa bagimu, tapi dari penyesalan terdalam aku ingin meminta maaf, atas semua kesalahan dan kekeliruan. Atas semua sikap egois yang selalu kupertahankan, atas semua keburukan sifat yang selalu kamu lihat. Aku bukanlah apa-apa dan siapa-siapa. Terimakasih karna dulu pernah begitu betah menjadi temanku. Mungkin ketika kita berjumpa akulah yang akan canggung terlebih dahulu, karena tidak pernah tau apakah kamu telah memaafkanku atau belum. Dan cupu nya aku yang malu untuk berkata maaf secara langsung padamu. Semoga dikedalaman hatimu maaf itu telah atau akan kau berikan untukku.
Mari menyambut #RamadhanTerbaik dengan hati yang lapang, dari semua kenangan luka dan keengganan memaafkan. Saling meminta maaf dan memaafkan. Semoga tahun ini yang dulunya terputus dapat disambung lagi dalam kedamaian dan kebahagiaan.
3 notes
·
View notes
Text
A GOOD RELATIONSHIP
Sebagai makhluk hidup kita tentunya tidak akan pernah lepas dari yang namanya hubungan. Hubungan yang kita dapati erat kaitannya dengan kehidupan kita sehari-hari. Seperti, hubungan dengan Tuhan, hubungan dengan orangtua, hubungan dengan teman, dan hubungan dengan pasangan. Itu semua harus benar-benar kita jaga. Mengapa? Karna menurut pendapat saya, apabila hubungan diatas sudah terjalin dengan baik, maka tantangan seberat apapun yang ada didepan kita itu tidak akan terasa berat.
Pertama, saya ingin bahas mengenai hubungan kita dengan Tuhan. Penting atau tidak? Bagi saya, sangat amat penting. Saya tidak akan bahas tentang agama, karna menurut saya semua ajaran agama itu pasti baik dan tujuannya untuk kebaikan, jika kita melakukannya dengan berlandaskan kebenaran. Saya pernah baca sebuah quotes yang mengatakan seperti ini, “Saat kamu memperbaiki hubungan kamu dengan Tuhan, maka Tuhan akan memperbaiki seluruh kehidupan kamu”. Point nya disini, bagaimana kamu berani meminta roti jika kamu tidak punya hubungan yang baik dengan sang pembuat roti? Sama halnya dengan, bagaimana kamu bisa meminta kehidupan yang baik, jika kamu tidak punya hubungan yang baik dengan Sang pemegang kehidupan?
Kedua, hubungan dengan orangtua. Bersyukur bagi kita yang masih punya orangtua yang lengkap. Bersyukur juga untuk kita yang mungkin sudah kehilangan kedua orangtua kita, namun dulu sudah selalu mengasihi kedua orangtua kita dengan baik. Bersyukur juga untuk kita yang mungkin sudah kehilangan kedua orangtua, namun dulu belum sempat memberi yang terbaik, jangan hanya menyesal, tapi perbaikilah kembali kepada orang-orang terdekatmu. Hubungan yang baik dengan kedua orangtua kita sangat besar pengaruhnya dengan sikap dan perilaku kita dalam kehidupan sehari-hari. Karna apa yang kamu biasa lakukan dirumah, itu juga yang akan kamu bawa kedunia luar rumah kamu. Kalau dirumah kamu sudah terbiasa dengan kasih dan kelembutan, hal yang sama akan dengan mudah kamu bagikan ke dunia luar. Dan lagi, doa kedua orangtua itu sangat berpengaruh bagi masa depan kita. Apa yang sering kamu dengar dari orangtua dan keluarga itu sangat mempengaruhi kepercayaan diri kita. Saran, support, kritikan, semuanya itu sangat mempengaruhi sikap dan perilaku kita di dunia luar.
Ketiga, hubungan dengan teman/sahabat. Pernah kan kita dengar sebuah kutipan yang mengatakan, “Seribu teman terasa sedikit, satu musuh terasa terlalu banyak”. Ini benar. Waktu hubungan kita dengan teman rusak, walaupun hanya satu orang, pasti akan membuat kita merasa tidak nyaman. Kita jadi canggung, hilang kedamaian, apalagi jika kita terpaksa harus bertemu atau duduk bersama disatu tempat yang sama. Akibatnya kita jadi jutek, malas untuk senyum, jadi suka berpikiran negatif, yang mungkin itu sama sekai tidak benar-benar terjadi. Ini juga bisa mempengaruhi hubungan kita dengan teman-teman yang lainnya dalam lingkup yang lebih luas. Mengapa demikian? Karna pada saat kamu tidak suka dengan seseorang, kamu pasti akan menghindari seseorang itu, akibatnya kamu jadi mengurangi pertemuan dengan rekan yang lainnya apabila seseorang yang kamu tidak sukai ada dalam pertemuan tersebut. Ini justru membuat kamu jadi menjauh dari teman-teman kamu yang lainnya.
Keempat, hubungan dengan pasangan. Semua orang pasti mengidamkan punya hubungan yang romantis dengan pasangannya. Apalagi bagi kita yang sudah serius dalam menjalani hubungan, dan ingin berjalan ke jenjang yang disebut pernikahan. Namun tidak sedikit pula yang justru hubungannya kandas ditengah jalan. Alasannya bisa jadi ketidakcocokan, perbedaan keyakinan, restu, atau mungkin juga perselingkuhan. Tapi semua ini bisa diatasi jika keduanya punya komitmen. Karna ketika anda memutuskan untuk mencintai, cinta mensyaratkan adanya komitmen yang terus-menerus. Apalagi bagi yang sudah menikah. Ingatlah janji yang pernah kamu ucapkan sendiri. Itu adalah bentuk komitmen yang telah kamu setujui, dan yang harus dipegang setiap hari secara terus-menerus. jika kamu mengabaikan satu hal saja diantaranya, itu akan membuat pasangan kamu kecewa. Dan kekecewaan dapat merusak hubungan kamu kedepannya.
Lalu, bagaimana caranya supaya kita bisa punya hubungan yang baik? Ada beberapa cara yang bisa saya bagikan:
1. Belajarlah untuk selalu jujur walau seringkali orang hanya ingin mendengar hal-hal yang mereka ingin dengar saja, tapi biasakanlah dirimu untuk sebuah kejujuran. Karna ketika kamu tidak jujur, terlebih kepada dirimu sendiri, maka rasa sakit itulah yang akan memberikan jawaban.
2. Miliki hati yang tulus kepada siapapun itu. Jangan melakukan hal yang bertentangan dengan hatimu. Kamu tidak harus membalas yang baik kepada mereka yang jahat, tapi cukup dengan tidak membalas yang jahat, kamu sudah memenangkan dirimu sendiri. Ketulusan tidak membuat kerugian apapun dari diri kamu sendiri. Malah membuat hatimu damai, karna ketika kamu tulus dalam melakukan sesuatu, tidak ada imbalan yang kamu harapkan darinya, maka tidak akan ada kekecewaan didalamnya.
3. Berdirilah pada landasan kebenaran. Karna ketika kamu melakukan yang benar, kamu tidak akan takut. Ketika kamu melakukan yang benar, hasilnya pasti yang baik pula. Dan ketika kamu melakukan kebenaran, kebenaran akan memerdekakan kamu. “The truth will set you free”.
4. Perbanyak mendengar dibanding berbicara. Hal ini juga akan melatih kamu untuk lebih banyak mengerti orang-orang disekitarmu, dibanding dengan meminta pengertian dari mereka. Dengan banyak mendengarkan, kamu akan belajar memahami alasan-alasan dibalik sikap dan tindakan orang-orang disekitar kamu.
5. Berdamailah dengan diri sendiri. Karna kamu tidak akan bisa membawa kedamaian kepada oranglain jika dirimu sendiri kacau dan tertekan. Kamu tidak akan bisa mempercayai oranglain jika dirimu sendiri tidak percaya diri. Dan kamu akan sulit untuk yakin kepada oranglain jika kamu tidak yakin dengan dirimu sendiri.
Sekian dulu pembahasan kita tentang a good relationship, semoga bermanfaat untuk kamu semua yang mau punya hubungan baik dengan semua orang.
#self reminder#motivation#motivasi#relationship#relationship goals#inspirasi#inspiration#life#half life
0 notes
Text
Attack on Titan (Fall of Shinganshina): Apakah Kita Benar-Benar Bebas?
Jika kalian mengira ini ulasan anime Attack on Titan Season 1, mohon maaf karena akan aku patahkan ekpektasi kalian. Hehe. Ini merupakan sebuah refleksi diri yang akhir-akhir ini sedang aku pikirkan mengenai sebuah arti kebebasan yang selama ini aku cari, yang nantinya akan aku sangkut pautkan dengan anime Attack on Titan, spesifiknya pada musim pertamanya ketika Shinganshina pertama kali berhasil dirobohkan oleh Kolosal Titan, yang ternyata merupakan Berthold, rekan mereka sendiri. Ups! Spoiler! Aku juga ingin membahas hal ini karena kebetulan pada hari Rabu, tanggal 8 Desember 2020 ada acara debat di acara Philofest.id mengenai Kebebasan Manusia dari segi Eksistensialisme dan Esensialisme oleh Mas Nino dan Mbak Dea.
Attack on Titan bercerita tentang masyarakat yang tinggal di dalam tembok untuk berlindung dari serangan raksasa-raksasa yang mereka sebut sebagai Titan. Tokoh utama pada anime, yang sekarang berada pada musim terakhirnya, adalah Eren, Mikasa, dan Armin yang mencoba untuk menemukan fakta-fakta dibalik sejarah Titan dan bagaimana bentuk Dunia yang mereka tinggali di luar tembok sana. Dengan kata lain tujuan mereka bertiga adalah mereka ingin BEBAS. Apakah di luar tembok sana masih ada kehidupan lain seperti mereka?
Kurang lebih seperti itu sinopsis dari anime Attack on Titan.
Akhir-akhir ini aku merasa terkekang karena banyaknya tugas kuliah, skripsi, dan usaha kecil-kecilan yan sedang aku rintis saat ini. Aku merasa ruang gerakku untuk menonton film, anime, dan lain-lain semakin hari, semakin terbatas. Bahkan aku sempat mengeluh karena tidak ada waktu untuk menonton film. Lalu aku sedikit throwback ke masa lalu di saat aku masih berumur 10 tahun. Saat itu aku kagum dan sangat mendambakan untuk menjadi dewasa.
Enak mungkin ya saat sudah besar nanti. Sudah ada uang sendiri. Jadi BEBAS deh beli ini beli itu. Kemana-mana juga BEBAS. Begitu pikirku. Terdengar dangkal, bukan untuk seukuran anak kecil berumur 10 tahun? Memang, dulu itu yang aku inginkan. Keinginan itu masih ada hingga aku masuk jenjang SMP. Ketika memasuki jenjang SMA, keinginan itu ber-evolusi bahwa aku sangat mendambakan keinginan untuk bebas memakai atribut apapun ketika masuk kuliah nanti. Sejak saat itu aku bertanya-tanya, apakah aku benar-benar bebas? Apakah sesungguhnya kita, manusia, merupakan makhluk yang memiliki kebebasan? Aku mengerti kebebasan setiap orang beda-beda tapi izinkan aku menyatakan definisi bebas menurutku sendiri.
Bebas menurutku adalah kondisi dimana aku terlepas dari hal-hal yang bersifat mengekang, membatasi, dan mengurangi. Mengekang untuk mengekpresikan sesuatu, membatasi ruang untuk mengeluarkan pendapat, membatasi waktu untuk istirahat, serta mengurangi hal-hal yang aku senangi dan gemari saat ini.
Seperti yang dialami Eren, dan tokoh-tokoh anime lain bahwa kebebasan mereka telah direnggut oleh dinding-dinding raksasa ini yang ditujukan untuk melindungi orang-orang di dalamnya dari serangan Titan. Armin menambahkan semangat Eren untuk berjuang merenggut kembali kebebasannya dengan menceritakan bahwa di luar tembok ada hal-hal yang sangat indah seperti pegunungan, lautan yang luas, danau dengan garam yang tidak ada habisnya, serta padang pasir yang sangat luas. Mikasa yang hadir untuk mendukung ambisi kedua temannya dan sama-sama menginginkan sebuah kebebasan. Apabila dilihat dari musim pertamanya, aku benar-benar melihat para pejuang-pejuang di sana bertarung demi melindungi manusia lain dari kejaran Titan. Tidak sedikit yang terbunuh, bahkan depresi karena sumber daya perang, makanan, minuman mulai menipis karena digunakan untuk evakuasi warga dan bahan ternak juga sudah dihabisi oleh para Titan. Jadi, tidak heran mereka begitu menginginkan sebuah kebebasan.
Di musim pertamanya juga, aku mengerti definisi kebebasan menurut Eren adalah ketika dia bisa hidup tanpa adanya Titan, dan dapat melihat anak kecil bahagia tanpa adanya Titan yang mengintip dari balik tembok. Tetapi jika diikuti hingga musim keempat, ideologi kebebasan hanya diperlihatkan pada musim-musim awal saja dan mulai berganti kepada ideologi kekuasaan dan kekuatan. Aku mengutip dari Eno Bening, yang menyatakan bahwa musim ketiganya lebih condong pada ideologi John Dalberg atau Lord Acton “Power tends to corrupt and absolute power corrupt absolutely” artinya “Kekuatan cenderung merusak. Kekuatan yang mutlak cenderung merusak secara mutlak”. Maksudnya semakin tinggi jabatan yang dipegang oleh seseorang, semakin rusak dia. Bisa dilihat dimana Erwin Smith yang memiliki kekuatan yang mutlak, bukan malah menyelamatkan rekan-rekannya, Erwin mengorbankan rekan-rekannya untuk menggapai ambisi dan impiannya untuk membongkar rahasia tembok. Ini kalau di anime, apabila kita melihat dari kilas balik masa lalu, raja-raja yang pernah mendominasi dunia pun bisa dianggap rusak karena mereka memiliki power yang besar dan berbuat semena-mena. Apalagi Diktator atau Tirani, sudah pasti rusak secara mutlak.
Hingga hari ini, pertanyaan yang sudah aku ajukan sebelumnya perlahan mulai menemukan jawaban dan konklusi dengan membaca buku Filosofi Teras yang ditulis oleh Henry Manampiring dan juga debat hari Philofest.id yang dilakukan oleh Mbak Dea, yang lebih condong pada ideologi Agustinus, dan Mas Nino, yang lebih condong pada ideologi Dyonisus(?), aku jujur lebih setuju dengan argumennya Mas Nino karena untuk menentukan sebuah esensi kebebasan diperlukan eksistensi terlebih dahulu. Sebenarnya pertanyaan di debat kemarin, tanpa disadari mirip seperti pertanyaan “Duluan mana? Telur atau Ayam?”. Kita perlu untuk lahir terlebih dahulu, lalu setelah kita melalui banyak pengalaman hidup dan belajar bagaimana cara kita memaknainya, baru lah kita menentukan esensi kebebasan kita seperti apa. Seperti yang sedang aku lakukan dari dulu hingga sekarang, bertemu dengan pahit manisnya hidup, lalu tahun lalu belajar bagaimana cara memaknai hidup, sekarang baru mencoba menemukan esensi dari kebebasan milikku.
Aku mengutip dari buku Filosofi Teras dan akhirnya menemukan konklusi bahwa meskipun aku masih disibukkan atau terkekang dengan banyaknya tugas kuliah, skripsi, dan usaha kecil-kecilan, aku menemukan secuil kebebasan, yaitu Berpikir. Mas Henry Manampiring mengutip dari Epictetus, pencetus Stoicism, yang mengatakan “Jagalah senantiasa persepsimu, karena ia bukan hal yang sepele, tetapi merupakan kehormatan, kepercayaan, ketekunan, kedamaian, kebebasan, dari kesakitan dan ketakutan-dengan kata lain, kemerdekaanmu”. Ini berarti di tengah banyaknya tugas, aku masih memiliki secuil kebebasan untuk memilih mengerjakannya atau tidak, mengerjakan dengan sepenuh hati atau dengan setengah hati. Di skripsi pun aku masih memiliki secuil kebebasan dalam memilih topik, judul, subjek, teori, dan metode analisa, serta berapa sitasi yang aku ambil. Di usaha kecil-kecilanku, aku masih memiliki secuil kebebasan untuk berapa uang yang ingin aku tabung, berapa uang yang ingin aku keluarkan untuk modal atau jajan.
0 notes
Text
Rindu-
Sebuah sifat yang terkadang memiliki banyak makna untuk disampaikan. Baik itu seseorang, peristiwa ataupun hanya kata-kata dan visualisasi benda yg pernah kita lihat, dengar, ataupun kita sentuh.
Buku ini bukan hanya bacaan yg mungkin tidak asing lagi bagi para netizen indonesia. Tp satu hal yang harus kita pegang teguh ajaran prinsip yg diuraikan di dalamnya.
Rindu dalam sejuta makna pada buku ini banyak mengajarkan sesuatu yang kadang dilupakan oleh kita sendiri.
'Apalah arti memiliki, ketika diri kami sendiri bukanlah milik kami?
Apalah arti kehilangan, ketika kami sebenarnya menemukan banyak saat kehilangan, dan sebaliknya, kehilangan pula saat menemukan?
Apalah arti cinta,
Ketika kami menangis terluka atas perasaan yang seharusnya indah? Bagaimana mungkin, kami terduduk patah hati atas sesuatu yang seharusnya suci dan tidak menuntut apapun?
Wahai, bukankah banyak kerinduan saat kami hendak melupakan? Dan tidak terbilang keinginan melupakan saat kamu dalam rindu? Hingga rindu dan melupakan jaraknya setipis benang saja. "
Sepenggal intisari yg bisa pertama kali kita lihat..
Tidak hanya seputar cinta tapi juga kehidupan yang memiliki sebab musabab yg lebih luas dan mampu melahirkan kronologi yang mengagumkan. Membuat kita lebih percaya, lebih ikhlas, dan lebih kuat dalam kenyataan setiap hidup kita yang telah di atur oleh Allah.
Setiap perjalanan meski selalu ada pertanyaan. Dan di sana kita harus bisa menjadi penjawab yang bijak dari pertanyaan diri kita sendiri.
Pertanyaan semisal tentang perdamaian. Kenapa kita harus memafkan seseorang... Sementara kita masih enggan dan marah. Dan kita akan tahu bahwa memutuskan memafkan seseorang itu bukan persoalan apakah orang itu salah dan kita benar. Apakah orang itu memang jahat atau aniaya. Bukan.. Kita memutuskan memafkan seseorang karena kita berhak atas kedamaian di dalam hati.
Dan tentang keputus-asaan kepada diri kita sendiri. Sekali-kali kita harus membisikan pada sugma terdalam kita bahwa sedih itu boleh, jika ingin maka menangislah, bahkan sekencang2nya. Tp ingat... Jangan sampai kita merusak diri sendiri. Karena perjalanan kita masih sangatlah panjang. Panjang dalam artinya bukan sehari dua hari, atau bulan atau setaun dua tahun. Tapi bertahun2. Cerita dalam perjalanan haji ini mengibaratkan tidak ada pelaut yang merusak kapalnya sendiri. Setiap pelaut sejati selalu tidak pernah berhenti mati-matian menjaga utuh kapalnya dari badai dan ombak besar agar senantiasa berhasil mencapai pelabuhan terakhirnya. Dan kita diharapkan bisa meneladani pelaut tersebut.
Buku ini banyak menceritakan kisah lalu yang memilukan. Menurut kami bukan hanya 5 kisah tentang kebencian seseorang yang seharusnya disayangi, kehilangan kekasih hati, cinta sejati, ataupun tentang kemunafikan. Tapi suatu obat yang dapat memberikan kita bagaimana menjadi seseorang yang menerima, menerima, dan menerima, kemudian percaya. Memberikan kita basuhan hati yg panas dan penuh pilu dengan begitu jernihnya.
-selamat membaca-
0 notes
Text
Kasta
Kaget dengernya,,,
Perbincangan pagi ini di Pantry:
K'Amos: Su naik bus kah? Su tra tinggal di Maibo lagi?
Me: udh dong, trada kak. Su tra tinggal di Maibo.
K'Amos: baru ada duduk deng siapa? Ada yg ganggu2 kah? Akh trada mo ee, dong tra berani..
Me: duduk sendiri saja, trs tidur.. Tong kasih senyum saja to, asal jang buka gigi. 😅
K'Amos: beda kasta mo
Me: Apa kak?😑🤪🤔🤨
K'Amos: trada, beda jabatan to.
Me: Bukan soal beda Kasta/Jabatan Kak, cuma tong parampuan tu harus ada batasan. Klu trada nanti semena-mena (Maksud hati ingin menjelaskan panjang lebar soal wanita tapi terlalu panjang sepertinya dan membutuhkan waktu)😅
(Kaget denger kata 'Beda Kasta', nggak kebayang aja bisa langsung dengar kata seperti itu. Aku selama ini dengarnya dari per-film-film-an ato yang ada ku baca di buku-buku😁)
(Masih ada istilah beda kasta? Ada ya itu tadi yang dirasakan K'Amos, hmmmm..)
Pengen ngobrol panjang lebar sama Kak Amos, Aku bukan orang yang suka membeda-bedakan Kasta/Jabatan dsbnya.. Karena bagiku apalah arti sebuah Kasta/Jabatan, semua hanya titipan Kak. Apa yang mesti di Sombongkan bahkan dibanggakan toh nggak dibawa Mati, klu di agamaku cuma bawa kain kafan berwarna putih dan klu di agama Kak Amos baju sepasang dan dikemas dalam peti mati (kurang dan lebihnya sama Kak, hanya membawa itu aja kan). Kita semua sama di Mata Tuhan (bukan mata najwa ya Kak😁), iman dan taqwa aja yang menjadi pembedanya.
Rejeki setiap orang beda-beda, dan pertanggungjawabanya pun beda-beda.. Semakin tinggi jabatannya menurutku semakin berat pertanggungjawabanya kelak.. Menjadi orang yang Amanah apapun itu sulit Kak, Aku masih banyak belajar.. (Sometimes) suka khilaf, ntah mungkin menyakiti hati orang pada saat bercanda atau bahkan memberikan kesan cuek tak senyum pada orang (aku kadang nggk perhatikan orang didepanku kak, alias nggk lihat dan kebiasaan main hp sambil jalan😅, jangan ditiru nggak baik)😐
So, menurutku dan kesimpulannya mereka 'Minder/Nggak confidence' dsbx.. Mereka butuh perhatian (tp ada batasannya), butuh diakui, butuh dihargai juga dan butuh yang namanya 'Nggak ada yang dibeda-bedakan' (tp dalam ruang lingkup kerjaan, harus profesional (profesional itu susah mesti msh banyak belajar aku nya)).
Gimana ya caranya agar bisa mengubah mindset mereka, tapi ada hal yang nggak bisa ku jelaskan kenapa aku selalu mengatakan 'Ada batasannya' (ini bukan membahas soal kesabaran, klu kesabaran mah klu bisa 'nggak ada batasnya' tapi manusiawi lah.. Nggak ada manusia yang sempurna)
Pantes aja ya, selama aku tinggal di Maibo seneng banget anak-anak maupun org dewasa ketika aku dapat berbaur bersama mereka.. Seperti keluarga dan sodara, makan tinggal seprti mereka..
Ada yang bisa pu***p disana nggak ya?😅
Mandi disana gitu??
Aku mah bodo amat, sama aja kita mah (tapi ini bukan karena lagunya yon*lex loh aku ngmg gini, aku nggk suka sama lagu ini merusak generasi anak bangsa). Masih ada yang jauh lebih dari ini keadaannya..
Apapun itu selalu bersyukur. 😇
Ketika kau menggantung segala kehidupanmu kepada Tuhan, maka semuanya terasa mudah. Berprasangka baik selalu kepada Tuhan, maka kedamaian hati yang kau kan dapatkan.
Ingatlah tidak ada yang bisa mengalahkan kekuatan Doa. Apalagi doa orang yang terdzolimi.😉
0 notes
Text
Suatu kekhawatiran: Pemilu dan People Power
Sudah beberapa hari berlalu sejak kepikiran untuk menyelesaikan tulisan ini. Sebelumnya gak terlalu serius menanggapi huru-hara yang diduga-duga akan terjadi pasca result dari ka.pe.u keluar. Tapi jujur saja, merasa terganggu dengan pemberitaan-pemberitaan negatif yang ada di masyarakat baik secara langsung (dari mulut ke mulut) maupun tidak langsung (media social, tv, dll).
Kadang bertanya sendiri, ada apa ini Tuhan? Kenapa hal seperti ini terjadi? Ada apa dengan negeri ini? Dan setiap kali hati yang menjawab akan berkata, “coba balik lagi ke dirimu.” Maksudnya Introspeksi diri. Dan selalu saja menemukan masih ada banyak kesalahan dari diri ini yang perlu untuk diperbaiki.
Tiga tipe pendukung dalam pemilu
Kembali ke fokus. Indonesia kini sedang dalam masa nya rentan akan gesekan meski cuma sedikit (belum stabil betul, jika diusik sedikit saja meski oleh sesama warga negara Indonesia, nanti ngamuknya bukan main –Ini yang mengkhawatirkan). Pilpres beserta wakilnya yang menyisakan 2 kubu dengan masing-masing pendukungnya yang mengharapkan pilihan mereka yang memimpin Indonesia kelak. Ada 3 tipe pendukung menurut nanda: (1) Pendukung yang mau menerima kekalahan, (2) Pendukung yang bagaimanapun harus menang, dan (3) Pendukung setia.
Tipe pertama, pedukung yang mau menerima kekalahan. Yakni pendukung yang ketika mengetahui yang didukungnya kalah, ia menerima dengan lapang dada. Dan tentu saja, ia telah melihat sendiri bukti riil kekalahan tersebut. Tipe kedua, pendukung yang bagaimanapun yang didukungnya harus menang. Ini tipe pendukung yang sangat berbahaya. Karena selain keras kepala, umumnya tidak bisa diajak bicara baik-baik. Kurang lebih pikiran dan ucapannya seperti, “terserah apapun caranya yang penting harus menang”. Terakhir, tipe ketiga yaitu pendukung setia. Pendukung setia pun ada yang positif dan negatif. Kalau pendukung setia yang positif, akan selalu mencintai yang didukungnya meski menang ataupun kalah, serta ia tidak akan menghina lawan. Sementara pendukung negatif, selain tetap mencintai yang didukungnya, tidak lupa ia akan menghina lawan –entah lawannya menang atau kalah.
Bad news is more interesting than good news
Berdasarkan apa yang nanda alami dan amati, baik sebelum masa pilpres dan setelahnya banyak sekali pemberitaan negatif dan positif mengenai para capres dan cawapres. Tentunya pemberitaan seperti ini dilakukan oleh para pendukung kedua belah pihak. Ironisnya adalah ketika pendukung mencoba untuk mempengaruhi orang lain dengan cara membawa-bawa agama dan mendoakan keburukan untuk lawannya; bersumpah dengan nama Tuhan/pun kitab suci untuk hal yang seperti ini (dalam upaya mencari dukungan yang sama); menjelek-jelekkan sesama karena beda pilihan; saling tuduh bahwa jika lawannya yang memimpin kelak akan membawa kesengsaraan. Dan masih banyak lagi lainnya. Sangat menyedihkan… tapi sebetulnya tidak banyak pendukung yang buruk seperti ini. Masih ada dan tidak sedikit juga jumlahnya pendukung yang tidak berbuat demikian. Hanya saja memang, mengutip kata seorang teman, “bad news is more interesting than good news”. Berita buruk jauh lebih menarik daripada berita baik. Dan berita buruk lebih cepat tersebar daripada berita baik. Mungkin begitulah, karena terlalu sering disajikan dengan berita-berita buruk daripada berita baik dalam kehidupan kita (lihat berita di tv misalnya, isinya tentang kecelakaan, pencurian, pembunuhan, dll. Terkait berita baik semisal prestasi anak bangsa, jarang dimunculkan. Padahal tidak sedikit jumlahnya anak bangsa ini yang berprestasi). Kita harus lebih jeli lagi dalam melihat dan mendengar berita yang ada. Agar berita buruk tidak langsung kita terima mentah-mentah. Dan tidak mempengaruhi kita agar menjadi buruk juga (minimal membuat kita ingin memforward- nya juga). Saatnya bagi kita bertindak cerdas.
People power dan suatu kekhawatiran
Pernah dengar kata “People Power”? Tahu kabar bahwa pemerintah telah menyiapkan TNI-POLRI untuk mengantisipasi aksi yang akan muncul mencakup nasional pasca hasil pemilu? Lantas apa itu people power dan kaitannya dengan pemerintah?
“People Power” merupakan suatu aksi damai melalui demonstrasi massal tanpa kekerasan, dan pertama kali terjadi di Filipina tahun 1986. Dalam sejarahnya di Filipina, aksi ini diikuti oleh jutaan rakyat Filipina dan berlangsung selama 4 hari di Kota Manila. Dimana tujuan dari aksi ini adalah untuk mengakhiri rezim otoriter Presiden Marcos dan mengangkat Corazon Aquino (dari pihak oposisi) sebagai Presiden. Namun sebelum aksi tersebut terjadi, rakyat Filipina memang memiliki kekecewaan terhadap pemerintah dan telah hilang kepercayaan terhadap rezim Marcos. Lalu pada hasil pemilu yang kemudian dimenangkan oleh Marcos kembali, oleh konferensi Uskup Katolik Filipina menyatakan bahwa ada kecurangan dalam pemilu tersebut. Sehingga pada 22 Februari 1986 terjadilah People Power, dan berhasil menurunkan Marcoz dari jabatannya sebagai Presiden pada 25 Februari 1986. (selengkapnya baca di: HYPERLINK "https://mediaindonesia.com/read/detail/146870-1986-awal-peristiwa-people-power" https://mediaindonesia.com/read/detail/146870-1986-awal-peristiwa-people-power)
People power yang baru-baru ini didengungkan di Indonesia, tidak jauh berbeda pemantiknya dengan yang terjadi Filipina. Antara lain: ketidakpuasan rakyat terhadap pemerintah dan terdapat dugaan kecurangan dalam pemilu. Selain itu, pemerintah juga telah menyiapkan angkatan bersenjata untuk mengamankan atau (dalam sudut pandang politik)–mengontrol aksi ini nantinya. Meski memiliki kemiripan dalam pemantiknya, people power di Indonesia memiliki tujuan yang agak berbeda dengan people power di Filipina. Apabila di Filipina aksi ini bertujuan untuk menjatuhkan rezim pemerintahan di kala itu, justru di Indonesia bertujuan untuk mendapatkan keadilan dan kepastian hukum. Ini tidak serta-merta berarti people power di Indonesia menginginkan kejatuhan rezim pemerintahan saat ini. Meski kejatuhan rezim dan penurunan oleh rakyatlah yang tentunya menjadi kekhawatiran besar pemerintah, dan bila hal ini terjadi akan menjadi aib yang –maaf, memalukan bagi pemerintah.
Coba kita lihat kembali aksi damai beberapa waktu lalu yang dilakukan oleh rakyat Indonesia, seperti aksi 212 dan aksi-aksi setelahnya. Hal yang diperjuangkan masih sama, meraih keadilan dan kepastian hukum. Sangat minim huru-hara yang terjadi didalamnya. Meski hal-hal seperti ini masih mengkhawatirkan, apabila ada yang memprovokasi dan boom… terjadilah keributan dan kericuhan didalamnya. Kita semua perlu mewaspadai oknum-oknum nakal dan tidak bertanggungjawab yang ingin merusak kedamaian aksi-aksi seperti ini. Hal Inilah yang menjadi ke-khawatiran bagi sebagian orang yang tidak ikut dalam aksi, baik pemerintah dan rakyat yang tidak terlibat. Apalagi jumlah personel TNI-POLRI yang berjaga masih kalah dengan banyaknya peserta aksi. Setelah aksi berlangsung apa yang dilakukan oleh rakyat, khususnya yang ikut dalam aksi tersebut? Menerima hasil keputusan hukum dan pemerintah. Darisini saja sudah terlihat betapa demokrasinya rakyat Indonesia. Betapa sudah berubahnya pola pikir rakyat. Rakyat Indonesia cukup cerdas untuk mengetahui apa yang baik dan buruk. Bahkan mampu menerima hasil keputusan hukum (dimana ini juga merupakan hasil dari kebijakan pemerintah) adalah suatu tindakan yang baik dan cerdas. Cerdas karena mampu melakukan pertimbangan-pertimbangan yang akhirnya menuntun kepada tindakan, menerima hasil keputusan hukum dengan baik.
Kembali pada salah satu pemantik people power, yakni dugaan kecurangan dalam pemilu –di Indonesia. Pihak petahana dan oposisi merasa yakin bahwa mereka sama-sama memiliki bukti kuat dari suara yang mereka peroleh. Pihak oposisi dengan memiliki bukti, menuduh bahwa pihak petahana melakukan kecurangan, dan pihak petahana berpendapat bahwa mereka sama sekali tidak melakukan kecurangan dan memiliki bukti bahwa perolehan suara yang mereka miliki adalah riil. Singkatnya pihak oposisi dan petahana sama-sama mengklaim memiliki bukti C1 dan juga bukti-bukti lainnya (yang sengaja tidak nanda sebutkan karena perlu didalami kebenarannya). Lalu muncul desas-desus bahwa kecurangan yang disampaikan oleh pihak oposisi adalah salah satu strategi bagaimana pihak oposisi ingin menggunakan rakyat sebagai senjata untuk menjatuhkan presiden dan mengantikannya. Desas-desus lainnya, ini merupakan upaya pemerintah melalui media untuk membuat masyarakat bingung dan melupakan permasalahan lainnya yang ada dalam pemerintahan (pengalih perhatian). Sekali lagi bila kita melihat tujuan dari aksi damai ini (untuk memperoleh keadilan dan kepastian hukum) maka desas-desus yang ada tidaklah benar. Rakyat Indonesia itu baik dan cerdas. Sehingga tidak mungkin berniat jahat untuk menjatuhkan pemimpin yang selama beberapa tahun ini berjuang untuk kita. Kalaupun ada kecurangan, dan ketidakpuasaan dalam pemerintahan ini… setidaknya melalui people power merupakan suatu bentuk ikhtiar di hadapan Tuhan sebagai bentuk kepedulian terhadap sesama (minimal membawa nilai saling nasehat-menasehati dalam kebenaran), dan sisanya (hasilnya) kita kembalikan pada Tuhan. Bukan berarti merasa diri benar, tapi sebagai bentuk tolong-menolong dalam kebaikan. Salah satu dari sekian banyaknya kalimat favorit nanda dalam al-qur’an adalah “…telah datang kebenaran dan kebatilan pasti lenyap”. Mungkin kita sempat lupa, bahwa masih ada Tuhan Yang Maha Kuasa. Jika Tuhan sudah berkehendak, maka sesuatu itu pasti terjadi.
Akhir kata, mohon maaf bila ada banyak kesalahan dalam tulisan ini. Semoga mampu mengurangi kekhawatiran sebagaimana yang nanda rasakan. Alhamdulillah… kebenaran hanya milik Allah. Terima kasih sudah mampir
Tulisan ini diselesaikan pada 16 mei 2019. Mohon maaf untuk kurang update nya terhadap berita yang ada.
0 notes
Text
“pergi saja engkau pergi dariku, biar ku bunuh perasaan untukmu. meski berat melangkah, hatiku hanya tak siap terluka.”
lirik dan maknanya begitu dalam. bahkan sangat dalam. setidaknya menurutku saat ini. dan aku pun tak mengerti apa yang sebenarnya terjadi dalam hidupku tentang kamu yang begitu dalam menyentuh ke dalam relung jiwa ini.
aku mencoba mengubur segala tentang mu yang masih menyisakkan segala bentuk kenangan itu sekuat tenagaku, menjauhimu adalah cara yang harus kulakukan, meninggalkanmu adalah sikap ketegasan yang harus aku jalani. aku tak ingin hidup dalam bayanganmu semata. aku mencoba untuk mengubur semuanya, bahkan itupun kau yang memintanya terhadap kakak iparmu. kau yang meminta untuk kita tidak saling bertegur sapa, untuk kita tak saling mencintai pun menyayangi, dan kau juga yang meminta kita untuk tidak ada komunikasi lagi. kau juga yang memblokir akun pertemanan kita di line itu tempo lalu. dan aku menangis sejadi - jadinya dengan sikapmu ini. aku memberontak sekuat - kuatnya atas sifatmu ini, dan aku juga yang menyerah dengan hubungan kita ini kepada Tuhan. begitu tak adilnya tingkah mu kepadaku, setelah apa yang kau dapatkan selama ini dariku.
aku yang menjadi bonekamu, yang bisa kau permainkan dan perlakukan seenakmu. hanya karena kau tahu, bahwa aku menuruti semuamu demi kebahagiaan kita, aku mengalah dengan keegoisanmu demi berjuang dan berkorbannya aku terhadapmu. dan semua itu kau tahu karena apa? karena aku mencintaimu. dan kau tahu itu.
aku yang bodoh mengerti jalan pikiranmu? atau kamu yang sebenarnya tak mengetahui maksud dan tujuanku ini? ketahuilah perasaan ku terhadapmu yang susah payah ku buang dan ku hancurkan ini masih sedikit dimiliki olehmu, tempat mu masih sama, didasar hati ini.
untuk apa aku rela mengorbankan segalanya, jika saja bukan karena aku menganggapmu seseorang yang istimewa? bukan hanya istimewa di hati ini, tapi di setiap keseharianku kau tetap istimewa. ketahuilah, apa yang kau lakukan terhadapku adalah perlakuanmu yang sungguh luar biasa. aku merasa menjadi seorang yang lebih baik saat aku bersamamu, namun itu tidak merubahmu bukan? tak apa. aku tak meminta banyak hal kok. aku percaya bahwa aku menemukan banyak manfaat dari orang orang disekitarku, baik dari mu maupun sahabat dan orang terdekatku. dan aku bersyukur untuk itu. bersyukur karena manfaat yang kau berikan itu berarti untuk ku, dan aku dapat menerapkannya kembali dalam kehidupanku dan juga pada orang disekitarku. aku bertahan karena kenyamananku kepadamu, bukan karena ketergantungan ku semata saja,
untuk apa aku tetap bertahan jika kau tak memberikan banyak hal untukku? tidak mungkin, bukan? aku menunggumu. aku mencintaimu. aku mengasihimu. karena aku tak akan sampai hati sebegininya jika bukan karena kehendak Tuhan dan hatiku untuk berlaku seperti ini. apa perjuanganku bukan hal yang bisa kau pahami? apa pengorbananku bukan hal yang pantas untuk sedikit saja kau mengerti? jika bukan, ketahuilah bahwa aku sudah mencobanya untuk menyerah bahkan sampai saat ini.
dan kau tahu apa? kemunculan yang serba tiba tiba, yang mampu merusak semua usaha dan kerja kerasku. kemunculan lewat whats app itu yang membuat semuanya terulang kembali. kenangan kita, mimpi mimpi kita, cerita kita. kau menghancurkan kembali semuanya bahkan setelah sejauh ini aku melepaskanmu. aku yang kurang waras, atau kau yang tak punya hati sebagai manusia?
kau kembali muncul dengan segala pesonamu itu, memberikan komentar disetiap statusku ini membuatku kembali mengingatmu. bahkan dalam mimpiku pun kau seakan nyata ada disampingku. kau benar benar pengacau. kau meminta maaf atas semua salahmu itu? hai, tuan tanpa kau meminta maaf pun aku sudah memaafkan semua salahmu, semua perlakuanmu terhadapku. aku hanya ingin sedikit merefleksikan diriku terhadap apa yang kau lakukan terhadapku. itu saja. kau tak perlu susah payah meminta maaf terhadapku, hanya untuk menenangkan pikiranmu dan memberitahukan kepadaku bahwa cinta mu sudah ada yang punya. bahwa kau sedang bahagia bahagia nya bersama perempuanmu yang baru, sementara aku disini merangkak saja rasanya begitu berat, begitu sulit. tapi aku terus mencoba tuan. aku terus memaksakan diriku untuk melangkah tanpa ada kamu lagi. meskipun rasanya seperti menginjak pecahan beling dilantai, semakin aku melangkah semakin sakit rasanya dan luka nya semakin parah.jelas, kau memperparah lukaku, luka yang belum kering itu, kau robek lagi dengan kerasnya.
sakit sekali tuan, sakit. bahkan kau pun pergi tanpa membantuku merawat lukaku ini. kau seenaknya saja datang membuat luka, dan meninggalkanku sendirian. semua yang sudah kita lewati baik tawa dan tangis, kedamaian dan pertengkaran, kebahagiaan dan kesedihan, kesuksesan dan perjuangan meraihnya, menikmati pagi, siang dan malam bersama sudah pernah kita lewati berdua, pergi dan pulangnya dirimu dihidupku pun sudah pernah kita alami, jauhnya jarak yang kita lewati pun membuat kita saling kembali.
namun, tetap tanpa adanya penjelasan apapun darimu.
dan kini, aku yang menelan dan menerimanya sendiria. sedangkan, kau? tak ada kah niatmu untuk membuktikan kepadaku bahwa kau adalah lelaki yang baik? yang mampu mengerti hati ku? tidak bisakah aku hidup denganmu meski kadang kita dipenuhi dengan pertengkaran pertengkaran kecil itu? tak bisakah membuang semua ego dan keras kepala kita demi apa yang kita harapkan? tak bisakah kau bersabar terhadap semua tingkahku? karena aku pun demikian terhadapmu.
sejauh rasa ini berlari meninggalkanmu, sejauh langkah kaki ini menjauhimu, sejauh hati ini melepaskanmu, tetap jalan pulangku tetap terhadapmu, tuan. aku tak mengerti. ada namamu yang terselip dalam setiap sujud syukurku, ada namamu yang terucap dalam doa panjangku.
apa kau kembali untuk menghancurkan usahaku ini? atau untuk memperkeruh suasana hatiku? atau untuk menjelaskan bahagiamu sudah dekat dan nyata? atau kau kembali untuk mengembalikan semuanya seperti dulu? aku tidak tahu pastinya. yang tahu hanyalah kau, Tuhan dan seisi hatimu saja.
tapi, ketahuilah. kemunculan mu itu membuat suasana hatiku tak karuan kembali, dan membuat hatiku mencintaimu (lagi).
Tuhan, apa sebenarnya jalan yang Kau gariskan untuk ku dan sesosok makhluk dingin yang ku panggil tuan ini?
berserah adalah kunci terakhir ketika segala usaha, air mata, tawa dan doa telah dilakukan.
“molo adong na salla manang na hurang pambahenanki. sai anju ma ahu, sai anju ma ahu. ito hasian..“
B, 050417 11:01
APS
0 notes
Text
NOT TO ESCAPE LIFE
Beberapa waktu belakangan ini ada hal-hal yang berjalan tidak sesuai rencana. Selain itu, sejak kemarin di sebelah rumah ada bunyi anak anak kucing yang membuat saya selalu urung menjemur pakaian, dan bunyi-bunyi itu sangat merusak mood. Asal tau saja, saya punya phobia aneh dengan anak-anak kucing (Mengetiknya saja sudah membuat bergidik). Ditambah lagi isi Instagram saya entah kenapa isinya orang-orang yang sedang berlibur, menikmati sisa sisa salju dimanalah, early spring dimana, pantai dimana, di gunung mana, dan lain-lain. Puncaknya hari ini mood saya jadi kurang baik. Dan mendadak saya merasa jenuh. Mungkin butuh traveling?
Akhirnya hari ini secara impulsif saya browsing harga tiket ke beberapa pilihan tempat yang ingin saya kunjungi. Tapi kemudian saya sadar. Ini tidak akan berhasil. Pertama, saya dan suami tidak akan kemana mana dalam setidaknya 3 bulan ke depan, suami saya sudah terlalu banyak pakai jatah cuti. Dan kami masih ingin pulang kampung lebaran nanti. Kedua (atau pertama?), Ya Tuhan kami pasangan muda hendaknya hidup dengan berhemat. Dan yang terakhir, selama 26tahun hidup, saya setidaknya belajar satu dua hal tentang diri saya. Liburan atau Bepergian ke tempat baru akibat jenuh dirumah atau jenuh dengan rutinitas tidak pernah berhasil merubah apa apa, setidaknya bagi saya. Itu hanya akan berefek sementara, bahagia yang semu kemudian kembali jenuh dan merasa butuh liburan lagi dan seterusnya.
Bepergian idealnya menjadi masa dimana kita ingin menjelajah tempat baru karena rasa penasaran, untuk memperkaya pengalaman, mendapat insight dan inspirasi baru, bukan karena ingin lari dari rutinitas, dari kehidupan nyata yang kita miliki.Bukan juga karena latah sekadar ikut-ikutan tren.
Saat kita tidak bisa menemukan kedamaian di dalam diri kita sendiri, dirumah kita sendiri, maka berharap bisa menemukan 'kebahagiaan' di tempat lain hanyalah angan-angan.
Saya jadi ingat Prof Dr KH Ali Mustafa Ya'qub mantan imam besar Masjid Istiqlal, yang juga menulis buku Haji Pengabdi Setan, beliau pernah menyentil orang-orang yang umroh berkali kali tiap Ramadan dengan alasan mencari ketenangan di tanah suci dengan begini .. "Bukan ketenangan batin, tapi kesenangan batin. Kalau ketenangan bisa dengan qiyamul lail di Masjid Istiqlal di malam-malam sepuluh hari terakhir Ramadan. Coba Anda baca Republika kemarin ada orang-orang mengikuti kegiatan itu dan mendapatkan ketenangan. Bukan malah ke Makkah. Itu tidak mendapatkan ketenangan, tapi kesenangan." (Jika berminat baca artikel lengkap wawancara dengan beliau bisa buka link ini https://m.merdeka.com/khas/berhaji-dan-berumrah-berulang-kali-pengabdi-setan-wawancara-ali-mustafa-y-2.html )
Malam ini saya merasa telah berdamai dengan diri sendiri. Saya bahagia di kamar saya sendiri. Saya tidak butuh kemana-mana dalam waktu dekat. Tapi di saat tenang begini, membayangkan pergi ke tempat-tempat di bawah ini tetap saja ide yang sungguh menarik.
Shimoda (taken from Google)
Padar Island Komodo National Park (taken from Google)
Bagan (taken from Google)
Kyoto (taken from Google)
the vibrant Tokyo (taken from Google)
Dobongsan Seoul (taken from Google)
Kintamani (photo from Google)
0 notes
Text
Kumpulan Quotes Novel “RINDU” Tere Liye
*Bukan cover asli novel Rindu
Doa adalah sumber kekuatan yang tidak terbayangkan. [19]
Hanya ada dua hal yang bisa membuat seorang pelaut tangguh berhenti bekerja di tempat yang dia sukai, lantas memutuskan pergi naik kapal apa pun yang bisa membawanya sejauh mungkin ke ujung dunia. Satu karena kebencian yang amat besar, satu lagi karena rasa cinta yang mendalam. [33]
Luka fisik dengan cepat sembuh, sedangkan pemahaman baik atas setiap kejadian akan selalu menetap. [53]
Buku adalah sumber ilmu tiada tenilai, mengisi waktu kosong dengan membaca adalah pilihan baik... [58]
Dalam banyak hal, diam justru membawa kebaikan. [83]
Kemerdekaan harus ditebus lewat air mata, darah, dan seluruh yang ada. [100]
Tidak selalu orang lari dari sesuatu karena ketakutan atas ancaman. Kita juga bisa lari karena kebencian, kesedihan, ataupun karena harapan. [160]
Tidak perlu janji. Insya Allah sudah lebih dari cukup. Karena kita tidak pernah tau apa yang akan terjadi esok lusa. [172]
Tidak ada kata terlambat dalam belajar. [177]
Jika kau ingin menulis satu paragraf yang baik kau harus membaca satu buku. Maka jika di dalam tulisan itu ada beratus-ratus paragraf, sebanyak itulah buku yang harus kau baca. [196-197]
Maka jangan pernah merusak diri sendiri. Kita boleh jadi benci atas kehidupan ini. Boleh kecewa. Boleh marah. Tapi ingatlah nasihat lama, tidak pernah ada pelaut yang merusak kapalnya sendiri. Akan dia rawat kapalnya, hingga dia bisa tiba di pelabuhan terakhir. [284]
Kita keliru sekali jika lari dari sebuah kenyataan hidup... Tapi sungguh, kalau kau lari kenyataan itu kau hanya menyulitkan diri sendiri. Ketahuilah, semakin kencang kau berusaha lari, maka semakin kuat cengkramanya. Semakin kencang kau berteriak melawan, maka semakin kencang pula gemanya memantul, memantul, dan memantul, dan memantul lagi memenuhi kepala. [132]
Cara terbaik menghadapi masa lalu adalah dengan dihadapi. Berdiri gagah. Mulailah dengan damai menerima masa lalumu. Buat apa dilawan? Dilupakan? Itu sudah menjadi bagian hudup kita. Peluk semua kisah itu. Berikan dia tempat terbaik dalam hidupmu. Itulah cara terbaik mengatasinya. Dengan kau menerimanya, perlahan-lahan, dia akan memudar sendiri. Disiram oleh waktu, dipoles oleh kenagan baru yang lebih bahagia. [132]
Tentang penilaian orang lain... Maka ketahuilah, saat kita tertawa, hanya kitalah yang tahu persis apakah tawa itu bahagia atau tidak. Boleh jadi, kita sedang tertawa dalam seluruh kesedihan. Orang lain hanya melihat wajah. Saat kita menangis pun sama, hanya kita yang tahu persis apakah tangisan itu sedih atau tidak. Boleh jadi kita sedang menangis dalam seluruh kebahagiaan. Orang lain hanya melihat luar. Maka, tidak relevan penilaian orang lain.
Kita tidak perlu menjelaskan panjang lebar. Itu kehidupan kita. Tidak perlu siapa pun mengakuinya untuk dibilang hebat. Kitalah yang tahu persis setiap perjalanan hidup yang kita lakukan. Karena sebenarnya yang tahu persis apakah kita bahagia atau tidak, tulus atau tidak hanya diri kita sendiri. Kita tidak perlu menggapai seluruh catatan hebat menurut versi manusia sedunia. Kita hanya perlu merngkuh rasa damai dalam hati kita sendiri.
Kita tidak perlu membuktikan apa pun kepada siapa pun bahwa kita itu baik. Buat apa? Sama sekali tidak perlu. Jangan merepotkan diri sendiri dengan penilaian orang lain. Karena toh, kalaupun orang lain menganggap kita demikian, pada akhirnya tetap kita sendiri yang tahu persis apakah kita memang sebaik itu. [313-314]
Hidup ini akan rumit sekali jika kita sibuk membahas hal yang seandainya begini, seandainya begitu. [331]
Nasib kadang bisa ditentukan oleh sesuatu yang tipis sekali. [357]
Selalu menyakitkan saat kita membenci sesuatu. Apalagi jika itu ternyata membenci orang yang seharusnya kita sayangi. [372]
... semoga kau punya lampu terang. Mungkin masih kecil nyala lampunya. Tapi percayalah, sepanjang kau mau membesarkan nyala lampu itu, dia cukup untuk memerikan petunjuk bagi kau esok lusa. [372]
Ketahuilah, kita sebenarnya sedang membenci diri sendiri saat membenci orang lain. [373]
Ketahuilah, saat kita memutuskan memaafkan seseorang, itu bukan persoalan apakah orang itu salah, dan kita benar. Apakah orang itu mamang jahat atau aniaya. Bukan! Kita memutuskan memaafkkan seseorang karena kita berhak atas kedamaian di dalam hati. [374]
Kesalahan itu ibarat halaman kosong. Tiba-tiba ada yang mencoretnya dengan keliru. Kita bisa memaafkannya dengan menghapus tulisan tersebut, baik dengan penghapus biasa, dengan penghapus canggih, dengan apa pun. Tapi tetap tersiasa bekasnya. Tidak akan hilang. Agar semuanya benar-benar bersih, hanya satu jalan keluarnya, bukalah kertas baru yang benar-benar kosong. [375-376]
Setiap hari aku jatuh cinta. Setidaknya setiap melihat matahari terbit, aku jatuh cinta, mensyukuri hidupku. Setiap melihat matahari tenggelam, aku jatuh cinta, berterima kasih atas sepanjang hari, baik itu menyebalkan ataupun menyenangkan. [400-401]
Allah memberikan apa yang kita butuhkan, bukan apa yang kita inginkan. Segala sesuatu yang kita anggap buruk, boleh jadi baik untuk kita. Sebaliknya, segala sesuatu yang kita anggap baik, boleh jadi amat buruk bagi kita. [470]
Takdir tidak pernah bertanya apakah perasaan kita, apakah kita bahagia, apakah kita tidak suka. Takdir bahkan basa-basi pun tidak. Tidak peduli. Nah, kabar baiknya, karena kita tidak dapat mengendalikannya, bukan berarti kita jadi makhluk yang tidak berdaya. Kita tetap bisa mengendalikan diri sendiri sebagimana menyikapinya. Apakah bersedia menerimanya, atau mendustakannya. [470]
Biarkan waktu mengobati seluruh kesedihan. Ketika kita tidak tahu mau melakukan apalagi, ketika kita merasa semua sudah hilang, musnah, habis sudah, maka itulah saatnya untuk membiarkan waktu menjadi obat terbaik. Hari demi hari akan menghapus selembar demi lembar kesedihan. Minggu demi minggu akan melepas sepapan demi sepapan kegelisahan. Bulan, tahun, maka rontok sudahlah bangunan kesedihan di dalam hati. Biarkan waktu mengobatinya. Sambil terus mengisi hari-hari dengan baik dan positif. [472]
Apakah cinta sejati itu? Maka jawabannya, dalam kasus ini, cinta sejati adalah melepaskan. Semakin sejati perasaan itu, maka semakin tulus kau melepaskannya. Persis seperti anak kecil yang menghanyutkan botol tertutup di lautan, dilepas dengan rasa suka-cita. Aku tahu, kau akan protes, bagaimana mungkin? Kita bilang itu cinta sejati, tapi kita justru melepaskannya? Tapi inilah rumus terbaik yang tidak pernah dipahami para pecinta. Mereka tidak pernah mau mencoba memahami penjelasannya, tidak bersedia.
Lepaskanlah. Maka besok lusa, jika dia adalah cinta sejatimu, dia pasti akan kembali dengan cara yang mengagumkan. Ada saja takdir hebat yang tercipta untuk kita. Jika dia tidak kembali, maka sederhana jadinya, itu bukan cinta sejatimu. Hei, kisah-kisah cinta di dalam buku itu, di dongeng-dongeng cinta, atau hikayat orang tua, itu semua ada penulisnya. Tapi kisah cinta kau, siapa penulisnya? Allah. Penulisnya adalah pemilik cerita paling sempurna di muka bumi. Tidakkah sedikit saja kau mau meyakini bahwa kisah kau pastilah yang terbaik di tuliskan. [492]
Menulis adalah salah satu cara terbaik menyebarkan pemahaman... Ketika kita bicara, hanya puluhan atau ratusan orang saja yang bisa mendengar. Kemudian hilang ditelan waktu. Tapi tulisan, buku-buku, bisa dibaca oleh lebih banyak lagi. Satu buku bisa dipinjam dan dibaca berkali-kali oleh orang yang berbeda, apalagi ribuan buku. Dan jangan lupakan, buku bisa abadi. Terus diwariskan, dicetak kembali. Itu sangat efektif untuk membagikan pemahaman baik. [501-502]
Sungguh telah menunggu hadiah yang paling indah bagi orang-orang bersabar. [544]
0 notes
Text
I stay home alone, listen to music, and think to much
Mereka saling mengikat.
Di satukan kekuatan takdir.
Badai datang merusak.
Pertikaian keributan t'lah mengancam.
Tragis, menghancurkan damai.
Mereka merasa benar.
Keutuhan cinta kasih hilang sirna.
Tragis, menghancurkan damai.
Pertengkaran panjang. Melahirkan cerai.
Berikan kedamaian yang tak padam dan bertahan.
Berikan kesabaran yang tak pudar dan bertahan.
Berikan kedamaian yang tak padam dan bertahan.
Berikan kesabaran yang tak pudar dan bertahan.
Berikan kedamaian yang tak padam dan bertahan.
Berikan kesabaran yang tak pudar dan bertahan.
CUPUMANIK - BROKEN HOME
Hari itu aku dapat kabar dari kawan ,seorang drummer dari band Cupumanik, Mas Doni. Band nya merilis album baru yang berjudul "Menggugat". Spontan aku cabut ke Omunium buat beli CD itu. Aku dengerin dari awal dan sampailah di track 4, lihat di balik case cd nya, lagu nya berjudul Broken Home. Merinding, itu yang pertama aku rasain waktu dengerin lagu itu buat pertama kali. Lirik nya, yang saya tulis diatas. Pikirku, ini pertama kali nya dalam seumur hidup, aku punya soundtrack tentang kehidupan di keluarga saya.
Broken Home..
"Remember, it's not a bad life"
Mungkin ini hal yang ga biasa buat orang yang menjalani kehidupan di keluarga "normal". Dan mungkin problema tiap orang yang mengalami broken home ga pernah sama. Kamu mungkin mencintai mereka, kedua orang tua kamu, dan tidak bisa memilih kepada siapa kah kamu jatuh cinta? Ayah? atau Ibu? Yang bisa kamu lakukan cuma, menabahkan diri.
Hal yang aku alami mungkin ga semua orang tau, dan yang aku ga berharap banyak. Cuma memohon, bagi yang ga paham, tolong pahami. Karena hal-hal yang bakal kutulis ini, mungkin hanya sebagian kecil pengalaman hal yang dialami oleh beberapa korban keluarga Broken Home
"It's all my fault"
Kadang aku suka menyalahkan diri sendiri, atas segala kesalahan yang terjadi. Entah itu pekerjaan, atau hubungan pertemanan. Dan mungkin sebagian orang suka merasa risih atas sikapku yang suka terus menerus meminta maaf sekalipun itu hal yang kecil. Sifat melankolis membuat aku selalu kepikiran tiap kali punya salah sama seseorang dalam jangka yang cukup lama.
"Kesenangan sesaat"
Sering kali kesenangan sesaat dan kebebasan menjadi alasan yang konkrit dalam hidupku. Main dengan teman ga tau waktu, pulang malam, nongkrong sampai pagi, terkadang minum2. Tetapi puji Tuhan aku tidak pernah mencari "jalan pintas"sampai lebih dari itu. Syukurlah kalimat yang pernah dilontarkan oleh ibu kepadaku masih diingat. "Kamu udah gede, udah tau mana yang baik untuk kamu dan buruk untuk kamu, yang terpenting kamu tau resiko nya dan bisa handle sendiri. Yang bisa ibu lakukan adalah percaya yang kamu lakukan diluar sana adalah hal yang positif"
Dan beruntung, ketika hati berhenti di titik lelah yang paling ujung tidak menjadikan aku terjerumus pada hal yang tidak seharusnya.
"Pengalaman Pahit"
Seringkali iri, oleh orang yang dilahirkan dalam keluarga yang "baik-baik saja" walaupun mungkin dibalik itu tidak mungkin semua berjalan tanpa ada masalah. Yang dialami oleh aku memang pahit, semua perjalanan hidup yang mengharuskan aku berjuang sendiri. "Survival". Harus bertahan hidup bagaimanapun caranya. Tapi sisi positif nya adalah, aku diajarkan bukan oleh kehangatan keluarga, melainkan lingkungan lah yang membesarkan aku. Memang tidak semudah itu memahami apa yang lingkungan ajarkan padaku, nalar lah yang harus berbicara kepada diri kita sendiri.
"Broken Heart"
Ada kalanya aku merasa lemah, disana pikiran terus menerus flashback pada hal yang sudah terjadi. Merasakan kepedihan dan kehancuran hati, sehingga aku seperti orang yang krisis kasih sayang. Memandang hidup menjadi sia-sia dan mengecewakan. Seringkali menangis ditengah malam karena lelah menghadapi hal seperti ini sendirian karena tidak semua orang bisa paham atau bahkan bisa jadi mereka merasa risih atas apa yang ingin aku ungkapkan.
Tetapi hal ini menjadikan aku orang yang lebih empati terhadap kesusahan orang lain, good listener, dan hal baik lainnya.
Hidup itu tidak mudah, tetapi dibalik itu banyak hal-hal kecil yang patut disyukuri, ketika kita rangkai menjadi satu. Itu adalah hal besar yang membahagiakan. Dan cara kita hidup tergantung dari cara kita memandang hidup itu sendiri. Semoga hati kita selalu dibesarkan, dan lagu-lagu yang menjadi ost kehidupan kita menuntun untuk menjalani hidup dengan lebih baik
0 notes