wulandariristyoa

[wulandariristyoa]

Dia takut disalahpahami bagai pembohong oleh mu yang begitu dikasihi

Hanya saja bagi perempuan ini, ada yang sangat ingin disimpan nya sendiri, begitu rela menumpu pada bahu nya sendiri

Dia tak cukup punya pikir lari dari semesta yang dia cipta bersama mu, tak juga bersudah merangkai teki hidup yang di lalui nya sambil berpeluh menggenggam jemari-jemari mu itu

Hanya saja, dia begitu mendamba ruang, merindu jeda untuk nya mengampuni diri sendiri

[wulandariristyoa]

Suatu malam ketika hampir datang bulan

Pikiranku yang lupa jalan pulang ingin berkelana jauh, kaki nya tak lagi mau menyatu bumi, betulan tinggi dari gapai

Lalu, dilangitkan nya satu pinta, ingin jari jemari ini menjuntai indah mencipta nya dalam wujud yang mampu dieja

Tentang genggam, tentang jeda, tentang renggut, tentang peluk, dan tentang mendewasa seumur hidup

[wulandariristyoa]

Yang berlalu biarlah bersudah. Belum ada cara yang sukses mengirim manusia menyisir dan memilah lorong waktu. Jadi, kamu punya peluang gagal untuk kembali ke satu detik lalu, apalagi bertahun-tahun dulu.

Siapa pun punya hak menyesali, dan semoga kita tidak dibuatnya lupa, tentang esok yang menutup hari ini, tentang waktu yang tidak mau istirahat, tentang hari ini yang sungguh masih milik kita.

Semoga kita segera menyudahi merendam diri ke dalam tawar-menawar bersama masa lalu, marah oleh masa lalu, menyangkal untuk masa lalu.

Semoga kita lebih menghargai waktu sekarang, rela mencoba lagi, berusaha lebih lagi, mengampuni diri sendiri.

[wulandariristyoa]

Aku ingin membawamu duduk berdua di bawah langit malam, bersama secangkir chocolatos dan beberapa potong kue bikinan sendiri.

Nanti, pada teras rumah kita, aku akan memintamu memasang lampu remang. Aku suka matamu, jadi lampu terang dilarang menjadikan mata yang cuma sepasang itu makin sakit. Sebab, aku akan menantangmu berhitung pada banyaknya bintang dengan mata telanjang.

Aku akan membuatmu jatuh cinta pada malam, pada langit itu, dan padaku yang duduk sambil terus ngemil disampingmu. Sebab, semakin larut, malam semakin romantis. Aku ingin mengisi ingatan pagimu dengan malam yang semanis itu. Sengaja supaya apa ? Supaya kamu, selalu bersegera untuk pulang.

[wulandariristyoa]

Barangkali kamu sudi lebih berani, ada sepasang kaki yang bersedia menyisi sunyi, ialah kakiku pada kakimu. Dan kemudian adalah aku yang kamu beri ruang menemani pada titik paling rendahmu. Supaya apa ? Supaya kakimu punya teman jalan, kakiku.

[wulandariristyoa]

Pada malam, yang mana gelap mengantar tiap-tiap raga menuju titik paling lelap, selalu ada rindu padaNya yang tiada butuh jeda, selalu ada temu denganNya yang tiada perlu jarak.

Sebab, Tuhanmu bisa didekap tiap saat tanpa perlu sepakat, Dia berlari menghampiri meski didekati perlahan dengan berjalan.

Oleh karenanya, semoga selalu ada hati yang tiada henti meniti pada Illahi demi janji-janji yang dinanti, yang diingini. Sebab, perkara di luar daya, yang namanya manusia, dia selalu butuh Yang Maha Kuasa.

[wulandariristyoa]

Dulu, di setiap ketidaksengajaan kita bertemu, rasanya pingin kubungkus kamu, terus kubawa pulang. Aku selalu bersemoga tentang kamu yang muat di saku. Jadi, baju yang kupunya di hari-hari itu aku suka karena ada saku.

[wulandariristyoa]

Nanti, kalau  ternyata ada bagian dari aku yang tidak sesuai harapanmu, membuatmu kurang nyaman, bagaimana ?

Nanti, kalau sebab lemah pemahamanku dalam ilmu, ternyata aku kurang memuliakanmu, bagaimana ?

Dalam siang maupun malam, dalam sibuk ataupun senggang, ketika panggilmu terdengar meski samar, maka sesegera mungkin aku harus mendapatimu.

Nanti, kalau aku kurang setaat itu, bagaimana ?

[wulandariristyoa]

Laki-laki, dirimu yang sedang diberi fitrah berupa ketertarikan pada lawan jenismu, ketahuilah,

Wanita itu, jika dia tidak menghiraukanmu, selain berusaha menjauhkan dirinya sendiri dari fitnah, sebenarnya dia juga sedang mengusahakanmu terhindar dari sesuatu yang mampu menjatuhkan kehormatanmu. Dia memberitahumu untuk senantiasa menjaganya. Baginya, itu adalah cara yang paling pantas untuk menghargaimu.

Jika dia tidak menjawab harapan-harapanmu, merasa tenanglah sebab dia memahami, bahwa seharusnya wanita itu tidak boleh mengharap dan memberi harap kepada laki-laki yang belum menghalalkannya.

Perasaanya, dia simpan untuk laki-laki yang memenangkannya kelak dengan cara yang benar.

Dan laki-laki, ketahuilah, sebenarnya wanita itu, daripada berpikir layak atau tidaknya dia untuk menjadi pasanganmu, dia lebih khawatir tentang sudah sempurna atau  belumkah dia untuk menjadi seorang ibu bagi penerusmu nanti.

[wulandariristyoa]

Suara itu, selalu membuat sudut mataku memandang dia penuh hati-hati. Seolah, itulah istimewanya dia, menarik perhatianku, tanpa perlu terlebih dahulu dia minta.

Ada yang berdesir. Tapi bagiku, mengenangnya, cukup perasaanku yang dia bawa kembali. Aku, tidak perlu ikut.

[wulandariristyoa]

Dia menempati masa lalu. Sengaja tidak dibiarkan pergi, supaya kalau rindu nanti, selalu bisa ditemui. Cukup dengan mengenang, maka aku mendapatinya. Tidak perlu mandi dulu atau ganti baju. Tanpa repot janjian atau pesan tempat.