#Fasilitator
Explore tagged Tumblr posts
hargo-news · 7 months ago
Text
KPU Gorontalo Berharap TOT Bimtek Sukseskan Pilkada 2024
Hargo.co.id, GORONTALO – Training of Trainer (TOT) Fasilitator Bimbingan Teknis (Bimtek) diharapkan bisa menjadi bekal berharga bagi seluruh peserta dalam mempersiapkan Pilkada 2024. Harapan tersebut disampaikan Ketua KPU Provinsi Gorontalo, Sophian Rahmola saat membuka TOT Fasilitator Bimbingan Teknis (Bimtek) bagi KPU kabupaten kota pada Jumat (1/11/2024). Dalam kegiatan yang berlangsung di…
0 notes
melianaaryuni · 2 years ago
Text
Bergerak dengan Hati: Kontribusi Bapak Fadli, Fasilitator Astra di KBA 13 Ulu Palembang
Dokpri/Bapak Fadli Siapa sih yang tidak tahu ASTRA? Sepertinya, semua masyarakat Indonesia sudah sangat akrab dengan nama salah satu perusahaan besar di Indonesia ini, ya. Ya, ASTRA lebih dikenal sebagai perusahaan otomotif. Ternyata, Astra tidak hanya bergerak di bidang itu saja. ASTRA telah memberi konstribusi yang banyak bagi masyarakat di seluruh Indonesia terlebih dalam Kampung Berseri…
Tumblr media
View On WordPress
0 notes
ikadesi-b · 2 years ago
Text
Ice Breaking Online - Tebak Gambar
View On WordPress
0 notes
nandadutasukses · 1 year ago
Text
https://dutasukses.com/blog/jasa-outbound-training/
Telp/WA 08211-7777-699 FANTASTIS! Dutasukses, Paket Operator Outbound Training daerah Malang
Tumblr media
Telp/WA 08211-7777-699 FANTASTIS! Dutasukses, Paket Operator Outbound Training daerah Malang, Paket Operator Outbound Training daerah Malang, Paket Instruktur Outbound di Malang, Paket Instruktur Outbound daerah Malang, Paket Fasilitator Outbound di Malang, Paket Fasilitator Outbound daerah Malang, Paket Instruktur Pemandu Outbound di Malang, Paket Instruktur Pemandu Outbound daerah Malang, Jasa Instruktur Outbound di Malang, Jasa Instruktur Outbound daerah Malang, Paket Trainer Outbound di Malang
Didukung oleh para profesional berpengalaman dan beragam permainan kolaboratif, layanan kami mendorong kerjasama tim, pengembangan strategi, dan pemecahan masalah bersama. Metode pelatihan kami serius namun santai, memastikan keseimbangan fokus dan hiburan.
Temukan Paket Outbound Kami:
Outbound Leadership Outbound Teamwork Building Outbound Fun Games
Telp/WA 08211-7777-699 Klik Disini https://wa.me/082117777699 Web : https://dutasukses.com/blog/jasa-outbound-training/
0 notes
jasafamilygatheringkebatu · 2 years ago
Text
WA 0819-4343-1484, Vendor Training Motivasi Karyawan
Tumblr media
Hub 0819-4343-1484, Gemilang Tour melayani Vendor Outbound Gathering Team Building Bromo Malang, EO Outbound Gathering Team Building Bromo Malang, Provider Outbound Team Building Bromo Batu Malang.
Hubungi kami via Whatsapp atau Klik https://wa.me/6281943431484
Jasa Paket Fun Games Batu Malang: Menikmati Keseruan dan Petualangan di Batu Malang.
Tumblr media
Batu Malang adalah tempat yang ideal untuk menyelenggarakan permainan-permainan yang menyenangkan dan petualangan yang menarik. Jasa paket fun games Batu Malang akan membantu Anda menghadirkan keseruan dan kegembiraan dalam acara Anda. Dengan berbagai permainan yang dirancang untuk menguji keterampilan, ketangkasan, dan kerja tim, jasa paket fun games Batu Malang akan menciptakan pengalaman yang tak terlupakan bagi peserta acara Anda. Bersama jasa paket fun games Batu Malang, Anda akan menghadirkan momen-momen kegembiraan dan kebersamaan yang tidak terlupakan.
Keyword yang sering dicari tentang kami adalah : Daftar Harga Tiket Wisata Batu Malang, Eo Wisata, Fasilitator Outbound, Fasilitator Outbound Adalah, Games Outbound Pantai, Harga Tiket Masuk Batu Malang, Harga Tiket Wisata Batu Malang, Hotel Outbound, Jasa Eo Outbound.
Info dan Reservasi :
Gemilang Tour
WA 0819-4343-1484
WA 0819-4343-1484
WA 0819-4343-1484
Link Whatsapp
Blog
Tags
#VendorOutboundGatheringTeamBuildingBromoMalang, #EOOutboundGatheringTeamBuildingBromoMalang, #ProviderOutboundTeamBuildingBromoBatuMalang
0 notes
ifsjourneypages · 9 days ago
Text
Belajar untuk memaknai bahwa setiap peran dalam hidup memiliki peluang besar untuk bernilai tinggi di sisi-Nya. Tidak harus selalu terlihat. Tidak harus berada di panggung terdepan. Bahkan peran yang tampak sederhana sekalipun—jika dijalani dengan niat yang lurus dan usaha yang sungguh-sungguh bisa menjadi jalan besar menuju ridha Allah.
Apa pun peran yang sedang kita emban hari ini, sebagai anak, pasangan, teman, fasilitator, pendengar, penulis, atau bahkan seseorang yang sedang belajar mencintai dirinya sendiri, semuanya punya nilai. Semuanya punya ruang untuk menjadi ladang amal.
Yang membedakan bukanlah gelarnya. Bukan seberapa besar sorot lampu yang mengarah ke sana. Tapi bagaimana kita menjalaninya. Dengan niat seperti apa. Dengan kesungguhan sebesar apa. Dan dengan seberapa sadar bahwa semua ini hanyalah titipan yang kelak akan dimintai pertanggungjawaban.
Tak ada peran yang benar-benar ringan. Karena setiap peran selalu butuh effort. Selalu butuh hati yang hadir. Tapi sering kali kita justru terlalu sibuk membandingkan beban kita dengan orang lain, padahal bisa jadi—Allah melihat perjuangan kita dalam skala yang sama sekali berbeda.
Maka, hargai dan nikmati peran hari ini. Karena bisa jadi, di situlah ada pintu kebaikan yang sedang Allah buka perlahan.
Di hadapan-Nya, yang besar adalah yang dijalani dengan ikhlas. Dan yang kecil bisa jadi luar biasa, jika dijalani dengan sadar.
- 17 Mei 2025 -
58 notes · View notes
aikoiya · 1 year ago
Text
LoZ: LU - The Chain in the Depths
I just had a thought. How would the Links react to the Depths?
Like, my theory is that it's actually what remains of old Hyrule from before BotW/TotK.
By that, I mean that the Deku Tree did what he said that he would in WW by using trees to reconnect the islands, which is what makes it possible for the Era of the Wild to be at the end of both the Adult & Child Timelines. This is supported by how there are so many massive roots all over the place. As well as the fact that the map inside the Forgotten Temple shows that there'd been more water in Central Hyrule during Rauru's time.
But, specifically, how would the rest of the Chain react to the sheer amount of Poe Souls, the Shadow Soldiers, whether they all can see the Poe Souls & Shadow Soldiers (because, remember, apparently not everyone can according to a Yiga journal & the only entities to really make mention of the Poe Souls are the Bargainers), the Bargainers themselves, seeing the Heart Island with the green poe & the pink poe, & the Blupee Burrow?
Not to mention the implication that at least some of the Poe Souls belonged to people who died during the Calamity based on the Ancient Underground Fortress in Akkala. Also, how the triple stone mounds seem to correlate with monuments meant to honor & remember soldiers who died fighting the Calamity. All being at what appeared to be places where great battles took place.
I remember a fic suggesting that the Poe Souls were the souls of people who'd died excavating the Zonaite for the Zonai. However, the thing is that while I could see that being the case for a few of them, I don't think that's the whole story.
I think that the Depths are something of a liminal space where the dead of Hyrule just gather before moving on & that it has become a reflection of the Surface. "As above, so below" & all that. This is supported by, as mentioned before, the state of the Ancient Underground Fortress in Akkala.
This liminality can be partially attributed to having been saturated with magical water for millennia before the Zonai drained it.
And the "as above, so below" phenomenon could be due to the fact that in the Child Timeline, Hyrule was lower in elevation while the Hyrule that the Deku Tree would've recreated would obviously have been at a much higher elevation. And when whatever it was that supposedly merged the 2 timelines back together (*cough*War of Ages*cough*) took place, plus the land beneath being saturated with magic, could've intrinsically linked the Surface with the Depths in a way that one simply doesn't see anywhere else. (Not that this is the case, but it's a possibility, I believe.)
And if this is the case, then it'd still allow for landmarks from previous games to appear on the Surface.
It's also possible that what actually fasilitated the merge in the first place was that the War of Ages allowed for things from all 3 timelines to also exist in the other 2, which may have allowed them to create an inevitable outcome: The Era of the Wild. And once the successful timelines had a major enough event in common, it allowed for the merge to solidify. (But that's honestly little more than hairbrained speculation on my part.)
However, if this is the case, then it's possible that Ganondorf returning in the Adult Timeline could've simply been a very convenient excuse to cause the Great Flood which would've been a linchpin in allowing for the merge to happen at all.
Hell, it's even possible that had this perceived merge not taken place, then perhaps there wouldn't have been an Era of the Wild. Or a Wild, for that matter.
Also something to note is that we don't know how the Depths looked before the Zonai arrived, nor do we know how they looked during Rauru's reign. (I'm REALLY hoping that the Depths are different in the Age of Imprisonment. Like, I will be very upset if things aren't SUPER different, not just in the Depths either.)
Either way, I'd very much like to see someone go into this. Possibly even with Spirit in the Chain.
There's theories that he'd have what amounts to the Mind's Eye unlocked from birth. And I personally hc that the Spirit Train is used to transport the souls of the dead to the afterlife in New Hyrule, so if no one else, I def think that he'd be able to see them all. Possibly even better than Wild.
May even be able to talk to them & the Shadow Soldiers. Or just hear their final wishes if nothing else.
Fudge... imagine Wild learning that one of those Shadow Soldiers was the shade of his father desperately trying to do whatever he can to help his son... Aaaangst...
Tumblr media
I believe this is concept art of them.
And imagine the shame of still not remembering him or the sister he once had.
Or, if he does end up getting his memories of them back & breaks down at the realization that he'd failed them. Obviously, it wasn't his fault, but let's be real here. Wild would absolutely take it that way. And imagine how much Wind would try to sympathize with him, but Wild might not appreciate it because Wind, at the very least, had been able to save his sister. Wild had failed his. (I know that it's implied that Wild's family had lived in the Hateno House.)
And imagine the shock & fragile hope of learning that last his father knew, his sister was still alive & that this meant Wild might have nieces & nephews.
And now suddenly he feels so very small & strangely desperate to have just one more connection to the life he once had. Because he might not have been the same man as he was & he may even be happier now, but that does not mean that his old life was bereft of joy & love.
Perhaps, he wants a little bit of that love back. Even if only in second-hand stories of the family he hadn't quite realized until this exact moment that he lost.
Just one more thing that the Calamity pilfered from his grasp.
Or perhaps she's still alive, just incredibly old & weak & unable to even get out of bed anymore.
I also hc that FD is the Hyrulean god of death (among other things) & that the Bargainer's Statues are basically very early depictions of him.
That he created the Sheikah, who were tasked with helping the dead to move on & were once the ones who brought the Poe Souls to the Bargainer Statues in the Depths, specifically those who've trained their mind's eye. However, that has obviously changed.
Something else that I'm not sure I've seen. Time & Wind interacting with Wild's Deku Tree.
If anyone has info on the timeline & the order of the Links, it'd be him.
LoZ Linked Universe Masterlist
74 notes · View notes
iradatira · 6 months ago
Text
Sudah setahun sejak aku memutuskan untuk menghapusnya dari hidupku. Tidak mudah, tapi bisa dijalani, tentu saja sambil huhuhuhu berbulan-bulan.
Patah hati sebelumnya kuisi dengan bekerja double job, ya ngajar bocil, ya wfh, banyak volunteer komunitas, banyak baca buku, sampai daftar jadi Pengajar Muda, yang akhirnya aku rantau ke daerah 3T buat jadi relawan fasilitator pendidikan selama setahun di sana.
Sepulang PM, aku patah hati lagi. Kali ini kuisi dengan rajin work out, perbanyak ibadah sunnah, rutinin ngaji quran lagi, main sama ponakan, lalu freelance fasilitator. Sebulan belakangan aja yang kembali double job.
Ternyata berbagai momen patah hati ini ngajarin cara coping yang beda. Kalau cara sembuh dari patah hati sebelum PM kuisi dengan kerja gila2an dan ketemu banyak orang. Healing sepulang PM tahun ini kuisi dengan banyak journaling, bangun habits kecil yang konsisten jangka panjang. Baca buku ternyata bukan healingku yang terbaik di tahun ini, pun juga dengan berkomunitas. Justru yang paling works bagiku ya rutin work out, kencengin ibadah sunnah, dan journaling.
Sisi menarik dari momen patah hati adalah, aku selalu menemukan diriku yang unik dan baru. Kali ini, aku bangga dengan diriku yang konsisten sekali melakukan kebiasaan kecil yang berharga buat hidupku.
Ya meski selalu ada diri yang baru yang bisa dieksplor saat patah hati, tapi ga perlu patah hati lagi ya ra. Cukup sudah jadi cegilnya. Pingin sekali aku jadi perempuan teduh yang fokus mengembangkan karir, rajin berkomunitas, sayang keluarga, dan kenceng beribadah itu🤣
Ya Allah terima kasih sudah menjauhkan ia dari hidupku. Untungnya hidupku tetap berjalan, meski sempat menjalaninya dengan terseok-seok. Aku selalu percaya bahwa pertolonganMu begitu dekat 🤍
11 notes · View notes
ekopuspito · 2 months ago
Text
OPINI: Refleksi Pendidikan Guru Penggerak dan Kehidupan Setelahnya
Tumblr media
Sebagai alumni Pendidikan Guru Penggerak (PGP) angkatan 9 di Kabupaten Garut, saya cukup terkejut ketika menerima Surat Edaran beberapa waktu yang lalu yang menyatakan bahwa Program Sekolah Penggerak secara resmi dihentikan. Padahal, sejak diangkat menjadi kepala sekolah, saya sudah memupuk ambisi untuk mendaftarkan sekolah saya agar menjadi bagian dari program tersebut jika programnya dibuka kembali. Di awal masa transisi pemerintahan, saya sempat optimis bahwa kebijakan pendidikan di era Presiden Prabowo tidak akan mengalami perubahan besar, mengingat adanya beberapa kesinambungan visi dengan pemerintahan sebelumnya. Apalagi, penunjukan menteri pendidikan dari kalangan akademisi sempat menumbuhkan harapan bahwa arah reformasi pendidikan yang telah dirintis akan tetap berlanjut. Namun, kenyataan berkata lain—perubahan yang terjadi terasa begitu drastis, bahkan bertolak belakang dengan ekspektasi.
Meski demikian, saya tetap memandang bahwa setiap kebijakan baru pasti hadir dengan pertimbangan dan tujuan tersendiri. Hal yang menarik selama mengikuti program PGP adalah beragamnya motivasi dari para peserta. Ada yang ingin mencari tantangan baru, ada pula yang sekadar ingin mengisi waktu luang, atau bahkan tertarik dengan peluang pengembangan diri yang ditawarkan. Di balik semua alasan itu, satu benang merah yang saya temukan adalah keinginan untuk tumbuh menjadi pribadi yang lebih baik—baik sebagai individu, guru, maupun pemimpin. Keragaman motivasi ini menjadi kekuatan tersendiri yang menciptakan dinamika pembelajaran yang kaya dan bermakna.
Program PGP memperkenalkan pembelajaran dengan kerangka MERDEKA (Mulai dari diri, Eksplorasi konsep, Ruang kolaborasi, Demonstrasi kontekstual, Elaborasi pemahaman, Koneksi antar materi, Aksi nyata) yang sangat kontekstual dan aplikatif. Salah satu momen paling berkesan dalam program ini adalah ketika saya memulai modul pertama: “Mulai dari Diri”. Saya diajak untuk merenungi alasan saya ada di sini, apa mimpi saya, dan bagaimana saya ingin bertumbuh. Bagi saya, ini bukan sekadar refleksi biasa. Ini adalah perjalanan ke dalam diri sendiri—sebuah percakapan batin yang selama ini mungkin tertunda. Momen ini menjadi ruang refleksi yang kuat—sebuah titik awal untuk memahami motivasi terdalam sebelum benar-benar melangkah. Diskusi-diskusi yang terjadi dalam sesi tersebut membentuk semacam ikatan emosional dan intelektual antara peserta dan fasilitator. Inilah yang membuat pembelajaran menjadi lebih dari sekadar transfer pengetahuan; ia menjadi pengalaman yang mengubah cara pandang dan sikap. Saya melihat langsung bagaimana pendekatan ini mampu menumbuhkan makna, bukan hanya pengetahuan.
Setiap kelebihan, tentu ada kekurangan.
Bagi saya, pengalaman ini menunjukkan bahwa pembelajaran yang paling bermakna adalah yang berakar pada realitas. Ketika peserta bisa melihat hubungan langsung antara modul yang dipelajari dan tantangan yang mereka hadapi, mereka tidak hanya belajar, tetapi juga tumbuh. Itulah mengapa sesi-sesi reflektif seperti ini sangat penting, karena memberikan ruang untuk peserta mengenali diri, memahami motivasi, dan menautkannya dengan tujuan jangka panjang mereka.
Tidak ada kebijakan yang sempurna, bukan? Seperti halnya PGP. Salah satu kritik yang cukup sering saya dengar adalah soal kebijakan pengangkatan kepala sekolah yang mewajibkan peserta berasal dari alumni PGP. Bagi sebagian kalangan, ini dianggap sebagai ketidakadilan, terlebih bagi mereka yang telah lama melalui proses seleksi kepala sekolah yang sah sebelum program ini ada. Saya bisa memahami keresahan itu. Bahkan secara pribadi, saya pun setuju bahwa pemimpin, apalagi kepala sekolah, tidak bisa dibentuk hanya dalam waktu singkat. Dibutuhkan perjalanan panjang, pembelajaran nyata, dan proses pembinaan berkelanjutan untuk mencetak pemimpin yang matang, visioner, dan berdampak.
Tapi di sisi lain, saya juga tidak menutup mata terhadap kontribusi positif PGP dalam membangun kompetensi kepemimpinan yang reflektif dan adaptif. Program ini menawarkan ruang belajar yang luas, sekaligus menanamkan semangat transformasi pendidikan dari dalam. Dengan pendekatan yang lebih kontekstual dan kolaboratif, para peserta dibekali keterampilan untuk menjadi penggerak di lingkungan masing-masing, baik dalam pembelajaran maupun dalam pengelolaan sekolah secara menyeluruh. Hanya saja, hal ini masih perlu adaptasi untuk merespon sebagian orang yang tidak memiliki pandangan yang sama tentang PGP.
Walau kini kebijakan berganti, saya percaya bahwa pengalaman dalam program PGP akan tetap relevan dan berdaya guna. Apa yang saya pelajari, refleksikan, dan praktikkan dalam program ini telah menjadi bagian dari proses tumbuh saya sebagai pendidik.
Untuk itu, meski arah kebijakan berubah, semangat untuk terus mengembangkan diri dan memberikan kontribusi terbaik dalam dunia pendidikan harus tetap menyala. Karena sejatinya, pendidikan tidak pernah statis. Ia adalah proses panjang yang dibentuk oleh dedikasi, keberanian untuk berubah, kemauan untuk terus belajar, dan dapat menjadi salah satu upaya untuk menciptakan pendidikan yang lebih inovatif dan relevan. Bagi kita yang terlibat di dunia pendidikan, memahami pro dan kontra dari kebijakan semacam ini adalah langkah penting untuk terus meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia.
Kini, meskipun jalan yang saya tuju tak lagi searah dengan rencana awal saya, saya tahu bahwa mimpi untuk membawa perubahan di dunia pendidikan belum selesai. Justru di sinilah tantangannya—melangkah meski peta telah berubah, berjuang meski arah tak lagi sama. Karena sejatinya, pendidik adalah mereka yang tak pernah berhenti belajar dan menyalakan harapan.
Terakhir, tulisan ini murni lahir dari pengalaman pribadi dan sudut pandang yang terbentuk dari proses panjang dalam dunia pendidikan. Tidak ada maksud sedikitpun untuk menyinggung pihak manapun. Justru, melalui tulisan ini, saya ingin berbagi semangat dan mengajak kita semua untuk terus berupaya memperbaiki dan memajukan pendidikan dari tempat kita masing-masing.
Mewujudkan pendidikan yang baik dan berkualitas bukanlah perkara instan. Ia menuntut komitmen, ketekunan, dan kerja sama dari berbagai pihak. Terlebih lagi, jika arah pendidikan yang kita cita-citakan adalah pendidikan yang melahirkan generasi yang tidak hanya cerdas secara intelektual, tapi juga kuat secara spiritual—paham agama, beriman, dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Salam hangat,
Eko Puspito
*) Kepala Sekolah SDTQ Al-Furqan Garut | Mahasiswa S2 IAI PERSIS Garut Prodi MPAI
3 notes · View notes
maulinablogger · 7 months ago
Text
Koneksi Antar Materi Modul 3.1 Pengambilan Keputusan Berbasis Nilai-Nilai Kebajikan Sebagai Pemimpin
Tumblr media
Tujuan Pembelajaran Khusus:
CGP membuat kesimpulan (sintesis) dari keseluruhan materi yang didapat, dengan beraneka cara dan media.
CGP dapat melakukan refleksi bersama fasilitator untuk mengambil makna dari pengalaman belajar dan mengadakan metakognisi terhadap proses pengambilan keputusan yang telah mereka lalui dan menggunakan pemahaman barunya untuk memperbaiki proses pengambilan keputusan yang dilakukannya.
Assalamu'alaikum, Wr.Wb
Saya Maulina, S.Pd Calon Guru Penggerak Angkatan 11 Kabupaten Bireuen . Pendidikan guru penggerak sudah banyak mengubah mindset saya sebagai guru, banyak hal yang sudah saya pelajari dan saya dapatkan. Selama menjadi CGP Angkatan 11 ini saya didampingi oleh Bapak Heri Susanto, S.T.,Gr selaku Fasilitator dan Ibu Rizayani, S.Pd.,Gr selaku pengajar praktik.
Mendidik tidak hanya menstrafer ilmu ke peserta didik namun juga mengajarkan nilai-nilai kebajikan, kita membantu anak-anak menjadi individu yang beradab dan bermoral. Pendidikan yang berfokus pada karakter menghasilkan manusia yang mulia dan menghargai nilai-nilai kemanusiaan. Jadi, pendidikan tidak hanya tentang membuat anak-anak pintar, tetapi juga tentang membentuk mereka menjadi orang yang baik dan bertanggung jawab.
berikut adalah kesimpulan yang saya buat pada tahap koneksi antar materi di  modul 3.1. Kesimpulan ini dibuat berdasarkan panduan pertanyaan yang ada di LMS.
Bagaimana filosofi Ki Hajar Dewantara dengan Pratap Triloka memiliki kaitan dengan penerapan pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin?
Seorang pemimpin pembelajaran dapat menggunakan filosofi Ki Hadjar Dewantara (Ing Ngarso Sung Tuludo, Ing Madyo Mangun Karso dan Tut Wuri Handayani) sebagai landasan dalam membuat dan menjalankan berbagai keputusan. Keputusan yang diambil oleh seorang pemimpin pembelajaran akan lebih efektif jika ia mampu memberikan teladan untuk dijadikan contoh bagi murid dan lingkungannya. Berikutnya, sebagai bagian dari komunitas ia turut serta menggerakkan komunitasnya untuk melaksanakan keputusan yang telah dibuat. Pada kesempatan lain pemimpin juga menempatkan dirinya sebagai motivator sehingga murid dan lingkungannya termotivasi untuk melaksanakan berbagai keputusan yang telah dibuat oleh pemimpinnya.
Bagaimana nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita, berpengaruh kepada prinsip-prinsip yang kita ambil dalam pengambilan suatu keputusan?
Nilai-nilai kebajikan yang tertanam dalam diri kita akan muncul dalam bentuk karakter pribadi kita. Karakter seorang pemimpin merupakan akumulasi dari kepribadian, watak serta sifat yang dimiliki dan mengarahkannya pada kebiasaan maupun keyakinan pemimpin tersebut dalam kehidupan sehari-harinya. Pembentukan karakter dalam diri seseorang akan terjadi melalui proses pembelajaran sepanjang hidupnya. Karakter seorang bukanlah bawaan sejak ia lahir, akan tetapi terbentuk karena suatu proses pembelajaran dari lingkungan keluarga dan orang-orang sekitar. Seseorang pemimpin yang berkarakter baik akan mampu menghasilkan keputusan-keputusan yang baik pula. Dengan kata lain karakter seorang pemimpin akan berbanding lurus dengan prinsip-prinsip yang akan digunakannya dalam mengambil keputusan.
Bagaimana materi pengambilan keputusan berkaitan dengan kegiatan ‘coaching’ (bimbingan) yang diberikan pendamping atau fasilitator dalam perjalanan proses pembelajaran kita, terutama dalam pengujian pengambilan keputusan yang telah kita ambil? Apakah pengambilan keputusan tersebut telah efektif, masihkah ada pertanyaan-pertanyaan dalam diri kita atas pengambilan keputusan tersebut? Hal-hal ini tentunya bisa dibantu oleh sesi ‘coaching’ yang telah dibahas pada sebelumnya.
Seorang pemimpin pembelajaran harus mampu mengambil keputusan yang baik dengan berpedoman pada 9 langkah dalam pengujian dan pengambilan keputusan. Pendamping atau fasilitastor pada kegiatan coaching dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang berbobot dapat menggali potensi CGP dalam mendapatkan alternatif opsi lainnya pada langkah investigasi trilema sebagai opsi trilema dari kasus yang terjadi. Efektifitas dalam pengambilan keputusan dapat dilakukan dengan melihat kembali atau merefleksikan proses pengambilan keputusan yang telah dilakukan sebelumnya. Refleksi ini nantinya dapat diambil pelajarannya untuk dijadikan acuan bagi kasus-kasus selanjutnya.
Bagaimana kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari aspek sosial emosionalnya akan berpengaruh terhadap pengambilan suatu keputusan khususnya masalah dilema etika?
Jika kita melihat kembali 9 langkah dalam menguji dan membuat keputusan maka pada setiap langkahnya kita menyadari betapa besarnya peran kompetensi sosial dan emosional disana. Mengenali berbagai emosi dan menerapkan kesadaran penuh adalah hal yang sangat penting agar kita tidak tergesa-gesa dalam mengambil keputusan. Berempati terhadap orang lain serta kemampuan menjalin relasi sangat berguna ketika kita berupaya menemukan fakta-fakta yang relevan dengan kasus yang berhubungan dengan dilema etika tersebut. Lalu pada akhirnya tentu saja sesorang yang memiliki kompetensi sosial emosional akan mampu mengambil keputusan-keputusan yang bertanggung jawab bagi dirinya dan lingkungannya.
Bagaimana pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika kembali kepada nilai-nilai yang dianut seorang pendidik?
Nilai-nilai yang dianut seorang pendidik akan menuntunya dalam membuat keputusan yang baik. Jika seorang pendidik meyakini berbagai nilai-nilai kebajikan merupakan bagian dalam dirinya maka dipastikan itu akan menjadikan dirinya sebagai sosok yang memiliki integritas dan bertanggung jawab.
Bagaimana pengambilan keputusan yang tepat, tentunya berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman.
Pengambilan keputusan yang tepat tentu dapat berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman karena semua pihak yang terlibat dalam kondisi tersebut tidak merasa dirugikan oleh keputusan yang dibuat pemimpinnya. Prosedur pengambilan keputusan yang mengakomodir banyak pertimbangan dan pandangan dari berbagai sisi tentu saja akan melahirkan sebuah keputusan yang baik. Keputusan yang baik tentu saja akan berimbas terhadap tumbuhnya kepercayaan dari semua pihak dan dengan kepercayaan itu lah lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman itu tercipta.
Apakah tantangan-tantangan di lingkungan Anda untuk dapat menjalankan pengambilan keputusan terhadap kasus-kasus dilema etika ini? Adakah kaitannya dengan perubahan paradigma di lingkungan Anda?
Tantangan yang paling berat adalah perbedaan pandangan dari lingkungan saya terhadap kasus-kasus yang berhubungan dengan dilema etika. Ada sebagian kelompok yang begitu kaku terhadap aturan dan disisi lain ada kelompok yang cukup permisif sehingga cenderung mengabaikan aturan dengan dalih berbasis pada hasil akhir. Apalagi jika berhubungan dengan kasus-kasus yang dianggap mencoreng nama baik sekolah, seringkali keputusan yang dibuat tidak berpihak kepada murid. Nah, mencari titik tengah dari 2 pandangan ini adalah tantangan tersendiri bagi kami.
Apakah pengaruh pengambilan keputusan yang kita ambil ini dengan pengajaran yang memerdekakan murid-murid kita? Bagaimana kita memutuskan pembelajaran yang tepat untuk potensi murid kita yang berbeda-beda?
Pengaruh pengambilan keputusan yang kita ambil dengan pengajaran memerdekakan murid -murid kita adalah adanya diferensiasi dalam pembelajaran. Pembelajaran yang berdiferensiasi akan mampu mengakomodir kebutuhasn setiap murid sesuai dengan kodratnya masing-masing. Guru sebagai pemimpin pembelajaran memfasilitasi berbagai perbedaan potensi yang ada pada murid-muridnya dengan tujuan agar pembelajaran yang diberikannya dapat menuntun tumbuh kembangnya berbagai potensi tersebut. Murid-murid akan merasakan pembelajaran yang memerdekan dirinya. Ia akan merasa memiliki kebebasan yang bertanggung jawab terhadap berkembangnya potensi yang dimilikinya
Bagaimana seorang pemimpin pembelajaran dalam mengambil keputusan dapat mempengaruhi kehidupan atau masa depan murid-muridnya?
Keputusan seorang pemimpin pembelajaran yang memposisikan dirinya sebagai pendidik yang menuntun segala kodrat muridnya tentu saja akan mempengaruhi kehidupan atau masa depan mereka. Guru sebagai pemimpin pembelajaran akan menyadari betul dan melakukan berbagai upaya dalam menghadirkan pembelajaran yang berkualitas sesuai kebutuhan murid-muridnya di masa depan. Guru tak akan membuat keputusan-keputusan yang tidak berpihak kepada murid. Keputusan-keputusan dalam tahap-tahap perencanaan, pelaksanaan maupun penilaian pembelajaran sudah pasti tidak mempertimbangkan dirinya semata. Kehidupan dan masa depan muridnya lah yang akan jadi pertimbangan utamanya dalam mengambil keputusan.
Apakah kesimpulan akhir  yang dapat Anda tarik dari pembelajaran modul materi ini dan keterkaitannya dengan modul-modul sebelumnya?
Kesimpulan akhir yang saya peroleh dari pembelajaran materi ini dan keterkaitannya dengan modul sebelumnya bahwa pengambilan keputusan merupakan kompetensi harus dimiliki oleh guru sebagai pemimpin pembelajaran. Keputusan pemimpin pembelajaran berlandaskan pada filosofi Ki Hajar Dewantara yaitu menuntun murid sesuai kodratnya dan berpihak kepada murid karena setiap keputusan yang diambil nantinya akan mewarnai karakter murid di masa depan. Guru sebagai pemimpin pembelajaran harus mampu mengambil keputusan yang baik dengan mengedepankan nilai-nilai kebajikan yang telah menjadi kesepakatan kelas. Pembelajaran sosial emosional dan pembelajaran berdiferensiasi merupakan bentuk apresiasi guru terhadap keberagaman murid-muridnya. Selanjutnya pada tahap perencanaan dalam mengambil keputusan, seorang pemimpin pembelajaran dapat menggunakan alur BAGJA untuk mewujudkan budaya positif sehingga dapat menciptakan kondisi lingkungan yang nyaman (well being).
Sejauh mana pemahaman Anda tentang konsep-konsep yang telah Anda pelajari di modul ini, yaitu: dilema etika dan bujukan moral, 4 paradigma pengambilan keputusan, 3 prinsip pengambilan keputusan, dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan. Adakah hal-hal yang menurut Anda di luar dugaan?
Setelah mengikuti tahapan demi tahapan dalam mempelajari modul 3.1, saya merasa cukup memahami konsep-konsep yang dipelajari pada modul ini, seperti dilema etika dan bujukan moral, 4 paradigma pengambilan keputusan, 3 prinsip pengambilan keputusan, dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan. Hal yang diluar dugaan menurut saya adalah bahwa sebagai pemimpin pembelajaran kita tidak semata mengambil keputusan hanya merujuk aturan saja, namun diatas itu semua bahwa keputusan yang dibuat harus berpihak kepada murid.
Sebelum mempelajari modul ini, pernahkah Anda menerapkan pengambilan keputusan sebagai pemimpin dalam situasi moral dilema? Bilamana pernah, apa bedanya dengan apa yang Anda pelajari di modul ini?
Pernah, saya menerapkan pengambilan keputusan dengan menggunakan 3 prinsip penyelesaian dilema. Langkah-langkah dalam mengambil keputusan pun sebagian digunakan meskipun langkah-langkah yang saya tempuh tidak dengan mempunyai prosedur baku seperti 9 langkah yang dipelajari pada modul ini. Beberapa langkah saya lakukan meskipun tidak persis berurutan, seperti menggali fakta dan menentukan pihak-pihak yang terlibat untuk selanjutnya meminta keterangan yang relevan dari pihak-pihak yang tersebut. Pengujian benar salah pun dilakukan dengan melihat apakah ada apakah ada aspek pelanggaran hukum dan peraturan dalam situasi tersebut. Perbedaan dengan apa yang saya pelajari pada modul ini adalah tidak adanya opsi trilema dan refleksi terhadap keputusan yang telah dibuat.
Bagaimana dampak mempelajari konsep  ini buat Anda, perubahan  apa yang terjadi pada cara Anda dalam mengambil keputusan sebelum dan sesudah mengikuti pembelajaran modul ini?
Dampak yang paling signifikan bagi saya setelah mempelajari konsep ini adalah saya mampu mengenali dilema etika dan bujukan moral. Kemampuan ini nantinya tentu saja akan mendorong keterampilan saya dalam membuat berbagai keputusan yang tepat. Jika seorang pemimpin tidak mampu membedakan 2 hal ini maka dikhawatirkan keputusan yang dibuat menjadi tidak tepat. Oleh sebab itu saya merasa bahwa seorang pemimpin harus mampu mengidentifikasi antara dilema etika dengan bujukan moral. Setelah mengenali dilema etika dan bujukan moral saya bisa menerapkan 9 langkah dalam menguji dan mengambil sebuah keputusan.
Seberapa penting mempelajari topik modul ini bagi Anda sebagai seorang individu dan Anda sebagai seorang pemimpin?
Sangat penting karena modul ini memberikan pemahaman yang komprehensif bagi saya dalam mengambil keputusan, baik sebagai individu maupun sebagai pemimpin. Melalui modul ini saya memahami cara membuat keputusan yang baik dengan menerapkan 9 langkah dalam menguji dan mengambil sebuah keputusan. Dengan menggunakan langkah-langkah ini maka keputusan yang saya ambil akan jauh lebih baik dari kondisi saya sebelum mempelajari modul ini.
Tumblr media
4 notes · View notes
ayuscgp11 · 7 months ago
Text
Blog Rangkuman Koneksi Antar materi – Modul 3.1 Pengambilan Keputusan Berdasarkan Nilai-nilai Kebajikan
Tumblr media
   Bagaimana Filosofi Ki Hajar Dewantara dengan Pratap Triloka memiliki kaitan dengan penerapan pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin ?
Filosofi Ki Hajar Dewantara dengan Pratap Triloka yaitu Ing Ngarso Sung Tulodho, Ing Madya Mangunkarsa, Tut Wuri handayani memiliki makna mendalam yang dapat kita jadikan landasan dalam setiap pengambilan keputusan, yaitu keputusan yang selalu berpihak kepada murid. Sebagai pemimpin dalam mengambil keputusan seharusnya:
·       memberikan teladan dan contoh akan keputusan yang bijak,menjadi teladan yang patut ditiru (Ing Ngarso Sung Tulodo).
·       mampumemberdayakan dan membangun kerukunan, menyemangati, membuat orang lain memiliki kekuatan demi memperbaiki kualitas diri mereka (Ing Madya Mangun Karsa)
·       mampu mempengaruhi dan mendorong semangat meningkatkan kualits agara selalu menjadi lebih baik(Tut Wuri Handayani)
   Bagaimana nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita, berpengaruh kepada prinsip-prinsip yang kita ambil dalam pengambilan suatu keputusan?
Guru sebagai pendidik harus memiliki nilai-nilai positif yang mampu menciptakan pembelajaran yang berpihak pada murid seperti mandiri, reflektif, kolaboratif, inovatif, serta berpihak pada murid. Nilai-nilai tersebut akan mempengaruhi dalam pengambilan keputusan sesuai dengan situasi yang dihadapi dengan mempertimbangkan 3 prinsip dalam pengambilan keputusan.
  Bagaimana materi pengambilan keputusan berkaitan dengan kegiatan ‘coaching’ (bimbingan) yang diberikan pendamping atau fasilitator dalam perjalanan proses pembelajaran kita, terutama dalam pengujian pengambilan keputusan yang telah kita ambil? Apakah pengambilan keputusan tersebut telah efektif, masihkah ada pertanyaan-pertanyaan dalam diri kita atas pengambilan keputusan tersebut? Hal-hal ini tentunya bisa dibantu oleh sesi ‘coaching’ yang telah dibahas pada sebelumnya.
Dalam materi pengambilan keputusan yang dipelajari memiliki hubungan erat dengan kegiatan coaching (bimbingan) pada modul sebelumnya. Pada proses coaching kita membentu coachee dalam menentukan atau mengambila keputusan sedangkan pada modul ini kita merefleksikan apakah keputusan yang kita ambil dapat dipertanggungjawabkan , menjadi win-win solution ataukah justru akan menimbulkan masalah di kemudian hari. Dalam pembelajaran pengambilan keputusan ini kita diberikan panduan tentang 4 paradigma, 3 prinsip dan 9 langkah pengujiaan keputusan yang kita ambil.
 Bagaimana kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari aspek sosial emosionalnya akan berpengaruh terhadap pengambilan suatu keputusan khususnya masalah dilema etika?
Kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari aspek sosial emosional sangatlah penting terutama dalam mengelola kasus dilemma etika. Guru yang memiliki kemampuan dalam mengelola dan menyadari aspek sosial emosionalnya akan memiliki kesadaran diri untuk memahami perasaan, emosi dan nilai diri senidiri, memiliki manajemen diri sehingga mampu mengelola emosi dan perilaku, memiliki kasadaran sosial sehingga mampu memahami sudut pandang dan dapat berempati dengan orang lain, memiliki keterampilan berelasi sehingga dapat berkomunikasi dengan lebih efektif, dan dapat mengambil keputusan yang bertanggungJawab. Masalah yang terkait dilema etika akan diselesaikan dengan kepala dingin dan hati yang tenang, sehingga pengambilan keputusan dapat berjalan sesuai dengan langkah yang sistematis.
Bagaimana pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika kembali kepada nilai-nilai yang dianut seorang pendidik?
Pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika dapat melatih ketajaman dan ketepatan dalam pengambilan keputusan, sehingga dapat dengan jelas membedakan antara dilema etika ataukah bujukan moral. Seorang pendidik ketika dihadapkan dengan kasus-kasus yang fokus terhadap masalah moral dan etika, baik secara sadar atau pun tidak akan terpengaruh oleh nilai-nilai yang dianutnya. Keputusan yang diambil akan semakin akurat dan menjadi keputusan yang dapat mengakomodir kebutuhan murid dan menciptakan keselamatan dan kebahagian semua pihak berdasarkan nilai-nilai kebenaran dan kebajikan jika nilai-nilai yang dianutnya adalah nilai-nilai yang positif.
 Bagaimana pengambilan keputusan yang tepat, tentunya berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman.
Pengambilan keputusan yang tepat, tentunya akan berdampak positif pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman. Pengambilan keputusan yang tepat harus dilakukan dengan cara yang tepat pula. Disesuaikan dengan situasi yang terjadi dengan berlandaskan nilai-nilai kebajikan universal, berpihak pada murid dan dapat dipertanggungjawabkan. Saat keputusan yang diambil sudah tepat. maka akan tercipta lingkungan yang positif. kondusif. aman dan nyaman. tidak ada pihak yang merasa dirugikan, semua akan mendapatkan solusi atas permasalah yang dihadapi.
Apakah tantangan-tantangan di lingkungan Anda untuk dapat menjalankan pengambilan keputusan terhadap kasus-kasus dilema etika ini? Adakah kaitannya dengan perubahan paradigma di lingkungan Anda?
Tantangan yang saya hadapi dalam pengambilan keputusan terhadap kasus-kasus yang sifatnya dilemma etika adalah perasaan tidak enak yang timbul karena tidak dapat memuaskan semua pihak. Namun dengan berpedoman pada 4 paradigma, 3 prinsip serta mengikuti 9 langkah pengambilan keputusan dapat meminimalkan perasaan tidak nyaman dan keputusan yang saya ambil dapat diterima oleh semua pihak.
Apakah pengaruh pengambilan keputusan yang kita ambil ini dengan pengajaran yang memerdekakan murid-murid kita? Bagaimana kita memutuskan pembelajaran yang tepat untuk potensi murid kita yang berbeda-beda?
Pengaruh pengambilan keputusan yang kita ambil dengan pengajaran memerdekakan murid -murid kita adalah terciptanya merdeka belajar. Keputusan untuk memerdekakan murid merupakan proses untuk memenuhi kebutuhan belajar murid. Untuk memutuskan pemenuhan belajar murid, bisa menggunakan pembelajaran berdiferensiasi.
 Bagaimana seorang pemimpin pembelajaran dalam mengambil keputusan dapat mempengaruhi kehidupan atau masa depan murid-muridnya?
Keputusan yang diambil oleh seorang pemimpin pembelajaran pasti akan membawa dampak, baik jangka panjang maupun pendek bagi murid. Hal yang sudah kita putuskan dan kita lakukan akan akan terekam menjadi suatu catatan dan akan menjadikan role model tentang apa dan bagaimana kelak murid-murid berpikir dan bertindak. Gambaran ini menjadikan dasar bahwa pengambilan keputusan oleh seorang pendidik harus tepat, benar dan bijak melalui analisis dan pengujian yang mendalam atas benar salahnya.
Dalam pengambilan kepurusan, seorang pemimpin sebaiknya menggunakan 9 langkah pengambilan keputusan dan mengacu pada pembelajaran yang memenuhi potensi murid
Apakah kesimpulan akhir yang dapat Anda tarik dari pembelajaran modul materi ini dan keterkaitannya dengan modul-modul sebelumnya?
Kesimpulan yang dapat saya ambil jika mengaitkan dengan materi sebelumnya yaitu pengambilan keputusan sebaiknya mengacu pada :
·       Nilai kebajikan universal
·       Bertanggung jawab
·       Berpihak pada murid
·       Berpedoman pada filosofi KHD dengan Patrap Trilokanya (Ing ngarso sung tuladha, ing madya mangun karsa, Tut wuri handayani)
Sejauh mana pemahaman Anda tentang konsep-konsep yang telah Anda pelajari di modul ini, yaitu: dilema etika dan bujukan moral, 4 paradigma pengambilan keputusan, 3 prinsip pengambilan keputusan, dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan. Adakah hal-hal yang menurut Anda di luar dugaan?
Saya cukup memahami materi pada modul ini, sehingga pada proses penerapannya sangat membantu dalam menyelesaikan permasalahan yang ada. Hal-hal yang menurut saya diluar dugaan bahwa ternyata dalam pengambilan keputusan bukan hanya didasarkan pada pemikiran dan pertimbangan semata, namun sangat diperlukan adanya paradigma, prinsip, dan langkah-langkah pengujian pengambilan keputusan, agar keputusan yang diambil tepat sasaran dan bermanfaat untuk orang banyak.
Sebelum mempelajari modul ini, pernahkah Anda menerapkan pengambilan keputusan sebagai pemimpin dalam situasi moral dilema? Bilamana pernah, apa bedanya dengan apa yang Anda pelajari di modul ini?
Sebelum mempelajari modul ini, dalam pengambilan keputusan saya biasanya memanfaatkan prosedur umum yang berlaku di sekolah, yaitu berkomunikasi dengan pihak terkait seperti guru mata pelajaran, guru BK, Wakasek dan kepala sekolah, dengan bahan perbincangan yang mengalir apa adanya. Setelah mempelajari modul ini, saya mencoba menerapkan analisa berdasarkan 4 paradigma, 3 prinsip dan 9 langkah pengambilan keputusan. Perbedaannya diantaranya pola ini menjadi pakem baru yang sangat rinci, hati – hati dan tidak terburu – buru dalam membuat sebuah keputusan. Selain itu, pihak yang terlibat menjadi merasa dihargai dan bisa memberi kontribusi sesuai tupoksinya masing – masing.
Bagaimana dampak mempelajari konsep ini buat Anda, perubahan apa yang terjadi pada cara Anda dalam mengambil keputusan sebelum dan sesudah mengikuti pembelajaran modul ini?
Perubahan terbesar yang saya alami yaitu :
a.       Berhati – hati dalam bertindak dan mengambil keputusan.
b.       Mempunyai pola yang teratur dalam menganalisa sebuah masalah
c.       Meningkatnya empati pada diri sendiri untuk memahami permasalahan yang terjadi pada orang lain
14. Seberapa penting mempelajari topik modul ini bagi Anda sebagai seorang individu dan Anda sebagai seorang pemimpin?
Sangat penting karena sebagai seorang individu membuat saya berkembang menuju arah yang lebih baik dan sebagai seorang pemimpin saya harus mampu mengambil sebuah keputusan terbaik dan bertanggung jawab
4 notes · View notes
mistiacg · 7 months ago
Text
Koneksi Antar Materi Modul 3.1 Pengambilan Keputusan Berbasis Nilai-Nilai Kebajikan Sebagai Pemimpin
Tumblr media
Tujuan Pembelajaran Khusus:
CGP membuat kesimpulan (sintesis) dari keseluruhan materi yang didapat, dengan beraneka cara dan media.
CGP dapat melakukan refleksi bersama fasilitator untuk mengambil makna dari pengalaman belajar dan mengadakan metakognisi terhadap proses pengambilan keputusan yang telah mereka lalui dan menggunakan pemahaman barunya untuk memperbaiki proses pengambilan keputusan yang dilakukannya.
Assalamu’alaikum Wr. W
Perkenalkan saya Mutiana, S.Pd Calon Guru Penggerak (CGP) Angkatan 11 Kabupaten Bireuen dari UPTD SMPN 1 Bireuen.Selama menjadi CGP Angkatan 11 ini saya didampingi oleh Heri Susanto, S.T.,Gr selaku Fasilitator dan Ibu Rizayani, S.Pd.,Gr selaku pengajar praktik saya
Sebelum saya menjelaskan rangkuman materi pengambilan keputusan berdasarkan nilai-nilai kebajikan sebagai pemimpin, marilah kita renungkan
Pendidikan tidak hanya tentang pengetahuan kognitif. Tetapi pendidikan  yang mengajarkan Pendidikan karakter seperti adab sopan santun (karakter), integritas, kejujuran, keadilan, empati, dan nilai-nilai kemanusiaan lainnya. Pendidikan yang berkarakter akan menghasilkan produk dan sumber manusia yang mulia dan beradab.
Pada modul 3.1 ini kita belajar bagaimana mengambil keputusan berdasarkan nilai-nilai kebajikan sebagai pemimpin. Sebagai pemimpin pembelajaran, pengambilan keputusan berdasarkan nilai-nilai kebajikan universal sangat dibutuhkan oleh seorang guru atau kepala sekolah.
Bagaimana filosofi Ki Hajar Dewantara dengan Pratap Triloka memiliki kaitan dengan penerapan pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin?
Ki Hajar Dewantara adalah tokoh pendidikan Indonesia. Filosofinya, yang dikenal dengan "Ing Ngarsa Sung Tuladha, Ing Madya Mangun Karsa, Tut Wuri Handayani," menekankan tiga prinsip utama:
Ing Ngarsa Sung Tuladha: Seorang pemimpin harus memberi contoh yang baik.
Ing Madya Mangun Karsa: Seorang pemimpin harus bisa memotivasi dan menginspirasi di tengah-tengah kelompoknya.
Tut Wuri Handayani: Seorang pemimpin harus memberikan dorongan dan dukungan dari belakang, mendorong dan membiarkan yang dipimpin berkembang secara mandiri.
Dalam konteks pengambilan keputusan, filosofi ini mengajarkan bahwa pemimpin harus memimpin dengan memberikan contoh yang baik, mendorong kreativitas dan partisipasi dari bawah, serta memberikan dukungan dan bimbingan yang diperlukan untuk memungkinkan anggota tim berkembang dan mengambil inisiatif sendiri.
Sedangkan Pratap Triloka merupakan pemikiran tentang keseimbangan dan harmoni dalam kehidupan. Dalam konteks pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin, filosofi Ki Hajar Dewantara dan Pratap Triloka dapat saling melengkapi:
Keseimbangan dan Harmoni: Pratap Triloka mengajarkan pentingnya keseimbangan antara berbagai aspek kehidupan dan pemahaman mendalam. Seorang pemimpin yang mengintegrasikan prinsip ini akan mengambil keputusan yang mempertimbangkan berbagai dimensi dan dampak dari keputusan tersebut, serta keseimbangan antara kebutuhan individu dan kelompok.
Contoh dan Inspirasi: Filosofi Ki Hajar Dewantara menggarisbawahi pentingnya memberi contoh dan inspirasi. Pemimpin yang memahami filosofi ini akan tahu bahwa keputusan mereka harus mencerminkan nilai-nilai yang ingin mereka tanamkan dan bahwa keputusan tersebut harus menginspirasi orang lain untuk berperilaku dan bekerja dengan cara yang diharapkan.
Dukungan dan Dorongan: Seperti prinsip Tut Wuri Handayani, seorang pemimpin yang baik harus memberikan dukungan dan dorongan, memungkinkan orang lain untuk berkembang dan berkontribusi secara efektif. Filosofi Pratap Triloka mendukung ini dengan menekankan pentingnya harmoni dan integrasi dalam seluruh sistem, yang membantu dalam menciptakan lingkungan yang mendukung pertumbuhan dan inovasi.
Bagaimana nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita, berpengaruh kepada prinsip-prinsip yang kita ambil dalam pengambilan suatu keputusan?
Nilai-nilai bagi seorang guru penggerak adalah berpihak kepada murid, mandiri, kolaboratif, reflektif dan inovatif. Nilai-nilai tersebut harus ada dalam proses pengambilan keputusan. Nilai-nilai tersebut sebagai cerminan dari arah keputusan yang akan kita ambil. Seperti tujuan pengambilan harus berpihak pada murid, mandiri bagaimana kita sebagai guru merespon suatu konflik dan permasalahan yang ada, kemudian adanya kerja sama dan kolaborasi tim di dalam penyelesaian masalah, pengambilan keputusan yang selalu dievaluasi dan direfleksikan untuk perbaikan ke depannya, serta penanganan masalah dengan cara kreatif dan praktis. Selain itu, pengambilan keputusan ini juga harus berdasarkan nilai-nilai kebajikan yang lain seperti keadilan dan bertanggung jawab.
Bagaimana materi pengambilan keputusan berkaitan dengan kegiatan ‘coaching’ (bimbingan) yang diberikan pendamping atau fasilitator dalam perjalanan proses pembelajaran kita, terutama dalam pengujian pengambilan keputusan yang telah kita ambil? Apakah pengambilan keputusan tersebut telah efektif, masihkah ada pertanyaan-pertanyaan dalam diri kita atas pengambilan keputusan tersebut? Hal-hal ini tentunya bisa dibantu oleh sesi ‘coaching’ yang telah dibahas pada sebelumnya.
Coaching bertujuan untuk membantu individu atau kelompok dalam proses pengambilan keputusan dengan cara yang lebih terstruktur dan reflektif. Dalam sesi coaching, pendamping atau fasilitator akan:
Membantu Mengidentifikasi Tujuan: Mengarahkan klien untuk memahami tujuan mereka dengan lebih jelas, yang akan membantu dalam pengambilan keputusan yang lebih terfokus.
Menyediakan Perspektif Baru: Mengajukan pertanyaan yang mendorong klien untuk melihat situasi dari berbagai sudut pandang, sehingga keputusan yang diambil lebih informatif.
Memfasilitasi Refleksi: Membantu klien untuk merefleksikan keputusan yang telah diambil, termasuk mengevaluasi hasil dan proses pengambilan keputusan tersebut.
Coaching dengan TIRTA dapat membantu guru dan pendidik untuk mengidentifikasi permasalahan yang terjadi, sehingga dapat membantu klien untuk menyelesaikan masalahnya dengan pertanyaan-pertanyaan berbobot. Model alur TIRTA sangat berkaitan dengan 9 langkah pengambilan keputusan. Secara keseluruhan, coaching memberikan kita dukungan dalam proses pengambilan keputusan dengan memfasilitasi refleksi, evaluasi, dan pengembangan keterampilan. Ini memungkinkan kita untuk membuat keputusan yang lebih baik dan lebih efektif serta menghadapi tantangan dengan lebih percaya diri.
Bagaimana kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari aspek sosial emosionalnya akan berpengaruh terhadap pengambilan suatu keputusan khususnya masalah dilema etika?
Pengelolaan dan kesadaran aspek sosial-emosional memainkan peran penting dalam proses pengambilan keputusan, terutama ketika menghadapi dilema etika. Guru yang mampu mengelola emosi mereka (kesadaran diri), manajemen diri, kesadaran sosial dengan rasa empati yang tinggi terhadap orang lain, tetap menjaga hubungan komunikasi baik dengan orang yang terlibat dan tetap konsisten dengan nilai-nilai etika mereka, akan membuat keputusan yang bertanggung jawab, lebih adil, rasional, dan berdampak positif bagi lingkungan pendidikan.
Bagaimana pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika kembali kepada nilai-nilai yang dianut seorang pendidik?
Pembahasan studi kasus yang fokus pada dilema etika danbujukan moral sangat bergantung pada nilai-nilai yang dianut pendidik. Sehingga pendidik atau guru harus memiliki nilai-nilai kebajikan universal, seperti: kebenaran, keadilan, kejujuran, integritas, tanggung jawab, empati, kemanusiaan dsb. Dengan merujuk pada nilai-nilai kebajikan universal dan profesional, pendidik dapat memastikan bahwa keputusan yang diambil tidak hanya adil dan etis tetapi juga konsisten dengan prinsip-prinsip yang mereka anggap penting. Pendekatan berbasis nilai ini membantu dalam membuat keputusan yang lebih informatif, reflektif, dan bertanggung jawab, sambil memastikan bahwa keputusan tersebut mendukung kesejahteraan semua pihak yang terlibat.
Bagaimana pengambilan keputusan yang tepat, tentunya berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman.
Keputusan yang tepat memainkan peran penting dalam menciptakan lingkungan yang positif, kondusif, aman, dan nyaman. Dengan memastikan keadilan, membangun kepercayaan, meningkatkan kesejahteraan, dan mendukung partisipasi serta keterlibatan, keputusan yang bijaksana dan etis dapat secara signifikan mempengaruhi kualitas dan atmosfer lingkungan, baik di tempat kerja, sekolah, maupun dalam komunitas.
Apakah tantangan-tantangan di lingkungan Anda untuk dapat menjalankan pengambilan keputusan terhadap kasus-kasus dilema etika ini? Adakah kaitannya dengan perubahan paradigma di lingkungan Anda?
Tantangan dalam pengambilan keputusan terkait dilema etika sering kali terkait dengan konflik nilai, tekanan eksternal, keterbatasan informasi, kompleksitas situasi, perbedaan perspektif, dan kepatuhan terhadap regulasi. Empat paradigma dilema etika yang sering berkaitan dengan lingkungan sekolah adalah:
Individu lawan kelompok (individual vs community)
Rasa keadilan lawan rasa kasihan (justice vs mercy)
Kebenaran lawan kesetiaan (truth vs loyalty)
Jangka pendek lawan jangka panjang (short term vs long term)
Menyadari dan mengatasi tantangan ini secara proaktif dapat membantu kita dan sekolah membuat keputusan yang lebih baik dan lebih etis dalam lingkungan yang terus berubah.
Apakah pengaruh pengambilan keputusan yang kita ambil ini dengan pengajaran yang memerdekakan murid-murid kita? Bagaimana kita memutuskan pembelajaran yang tepat untuk potensi murid kita yang berbeda-beda?
Pengambilan keputusan dalam pengajaran mempunyai pengaruh yang besar terhadap kemerdekaan murid dalam proses pembelajaran. Seorang guru atau pendidik harus memahami kebutuhan dan potensi murid, menetapkan tujuan pembelajaran yang relevan, menerapkan pembelajaran berdiferensiasi dengan pendekatan sosial emosional. Pembelajaran berdiferensiasi dapat menjadi solusi untuk memenuhi kebutuhan belajar murid berdasarkan kesiapan belajar, minat belajar dan profil belajar murid. Memilih metode pengajaran yang tepat untuk berbagai potensi murid dapat menciptakan lingkungan yang inklusif dan mendukung pembelajaran. Dengan keputusan yang baik, pendidik dapat menciptakan pengalaman pembelajaran yang memberdayakan murid untuk mencapai potensi optimal mereka.
Bagaimana seorang pemimpin pembelajaran dalam mengambil keputusan dapat mempengaruhi kehidupan atau masa depan murid-muridnya?
Keputusan yang diambil oleh seorang pemimpin pembelajaran mempengaruhi berbagai aspek pengalaman pendidikan murid. Keputusan yang bijaksana dan berorientasi pada kebutuhan murid dapat menciptakan lingkungan belajar yang mendukung, adil, dan berkualitas tinggi, yang pada gilirannya mempersiapkan murid untuk masa depan yang sukses. Dengan memprioritaskan perkembangan holistik, keterlibatan keluarga, dan perbaikan berkelanjutan, pemimpin pembelajaran dapat memberikan dampak positif yang mendalam pada kehidupan dan masa depan murid-murid mereka.
Apakah kesimpulan akhir yang dapat Anda tarik dari pembelajaran modul materi ini dan keterkaitannya dengan modul-modul sebelumnya?
Secara keseluruhan, modul 3.1 ini menggarisbawahi hubungan erat antara pengambilan keputusan berbasis nilai-nilai kebajikan sebagai pemimpin dengan materi pada modul-modul sebelumnya. Prinsip dan paradigma dilema etika dalam pengambilan keputusan hendaknya harus berdasarkan dengan nilai-nilai kebajikan universal, bertanggung jawab dan berpihak kepada murid. Semua dasar pengambilan keputusan tersebut terdapat dalam modul sebelumnya, yaitu filosofi pemikiran Ki Hadjar Dewantara, nilai dan peran guru penggerak, dan budaya positif. Seorang guru harus memenuhi kebutuhan belajar muridnya dengan pembelajaran berdiferensiasi. Keterkaitan antara modul-modul ini menunjukkan bahwa keputusan yang bijaksana dan berbasis nilai-nilai kebajikan universal mempengaruhi kualitas pembelajaran dan hasil pendidikan murid secara menyeluruh. Integrasi aspek-aspek ini dalam praktik sehari-hari mendukung pembelajaran yang memberdayakan murid dan mempersiapkan mereka untuk masa depan dengan lebih baik.
Sejauh mana pemahaman Anda tentang konsep-konsep yang telah Anda pelajari di modul ini, yaitu: dilema etika dan bujukan moral, 4 paradigma pengambilan keputusan, 3 prinsip pengambilan keputusan, dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan. Adakah hal-hal yang menurut Anda di luar dugaan?
A. Dilema etika (benar vs benar) adalah situasi yang terjadi ketika seseorang harus memilih antara dua pilihan dimana kedua pilihan secara moral benar tetapi bertentangan. Sementara itu, bujukan moral (benar vs salah) yaitu situasi yang terjadi ketika seseorang harus membuat keputusan antara benar dan salah.
B. Empat paradigma pengambilan keputusan
Individu lawan kelompok (individual vs community)
Rasa keadilan lawan rasa kasihan (justice vs mercy)
Kebenaran lawan kesetiaan (truth vs loyalty)
Jangka pendek lawan jangka panjang (short term vs long term)
 C. Tiga prinsip pengambilan keputusan
Berpikir Berbasis Hasil Akhir (Ends-Based Thinking)
Berpikir Berbasis Peraturan (Rule-Based Thinking)
Berpikir Berbasis Rasa Peduli (Care-Based Thinking)
 D. Sembilan langkah pengambilan keputusan
Mengenali nilai yang bertentangan
Menentukan pihak yang terlibat
Mengumpulkan fakta-fakta yang relevan dengan situasi
Pengujian benar atau salah
Pengujian paradigma benar lawan benar
Melakukan prinsip resolusi
Investigasi opsi trilema
Buat keputusan
Lihat lagi keputusan dan refleksikan.
Hal-hal di luar dugaan saya adalah dalam mengambil keputusan sebagai guru atau pendidik kita diharuskan untuk memahami lebih dalam tentang masalah atau kasus dari perspektif yang berbeda. Karena dalam dilema etika terdapat nilai-nilai yang sama-sama benar tetapi saling bertentangan, dan dalam kasus bujukan moral terdapat nilai benar vs salah.
Sebelum mempelajari modul ini, pernahkah Anda menerapkan pengambilan keputusan sebagai pemimpin dalam situasi moral dilema? Bilamana pernah, apa bedanya dengan apa yang Anda pelajari di modul ini?
Pernah, tetapi yang saya lakukan tidak selengkap dengan apa yang saya pelajari dari modul 3.1 ini. Sebelumnya, dalam pengambilan keputusan saya hanya berpikir satu dua kali secara matang dan dampak yang akan ditimbulkan setelah mengambil keputusan tersebut. Setelah mempelajari modul 3.1, sebelum pengambilan keputusan ternyata seorang pendidik harus mengetahui paradigma dan prinsip dilema etika, serta melalui tahapan pengujian pengambilan keputusan.
Bagaimana dampak mempelajari konsep ini buat Anda, perubahan  apa yang terjadi pada cara Anda dalam mengambil keputusan sebelum dan sesudah mengikuti pembelajaran modul ini?
Dampak yang saya dapatkan setelah mempelajari modul 3.1 ini adalah pengambilan keputusan dalam kasus dilema etika dan bujukan moral lebih bijaksana dan reflektif, dengan pertimbangan yang mendalam tentang etika, prinsip, dan proses pengambilan keputusan. Adanya peningkatan kemampuan untuk menganalisis dan mengevaluasi keputusan dengan cara yang lebih kritis dan sistematis. Kemudian dalam konteks kepemimpinan atau manajemen, pemahaman ini membantu saya dalam membuat keputusan yang lebih adil, bijaksana, efektif dan bertanggung jawab sehingga meminimalisir dampak negatif yang dapat merugikan orang lain akibat keputusan yang sudah saya buat.
Seberapa penting mempelajari topik modul ini bagi Anda sebagai seorang individu dan Anda sebagai seorang pemimpin?
Menurut saya modul 3.1 ini sangat penting karena memberikan dasar yang kuat untuk pengambilan keputusan yang adil, bijaksana, etis, efektif, dan bertanggung jawab baik sebagai individu maupun sebagai pemimpin. Sebagai individu, topik modul 3.1 ini membantu saya dalam membuat keputusan yang lebih bijaksana dan konsisten dengan nilai-nilai kebajikan universal yang saya yakini. Sebagai pemimpin, topik modul 3.1 ini meningkatkan kemampuan saya untuk memimpin dengan adil dan efektif, serta dapat meciptakan lingkungan kerja yang positif. Keterampilan dan pemahaman yang diperoleh dari modul ini tidak hanya meningkatkan kualitas pengambilan keputusan tetapi juga memperkuat integritas dan kredibilitas saya sebagai pendidik.
Tumblr media Tumblr media Tumblr media
5 notes · View notes
bungajurang · 8 months ago
Text
catatan yang belum punya judul
Kemarin saya dan beberapa kawan ketemu Hendro Sangkoyo, salah satu penggagas School of Democratic Economics di Indonesia. Laki-laki usia 50an yang akrab disapa Om (atau mas) Yoyok ini mengajak kami mendengarkan hasil pemikirannya tentang energetika dan Energi. Ia menunjukkan satu bagan yang mempunyai 4 cabang. Pertanyaan inti yang ia sematkan pada kepala bagan itu adalah: 
ENERGI - menurut siapa? buat apa? kebutuhan siapa? atas pengorbanan siapa?
Dari kepala bagan itu ia menarik garis ke kanan. Tiap garis mewakili satu topik, yang diantaranya adalah “konstruksi epistemologi Ekonomika Energi��, konstruksi mitos Energi dan agenda belajar–yang salah satunya adalah kritik terhadap NGO-NGO yang mendaku diri sebagai agen penggerak transisi energi, ketika sejatinya mereka adalah kontraktor donor yang memperkeruh masalah per-Energi-an. Kini, Energi bukan lagi sekadar alat untuk kapitalisme bergerak dan bereproduksi. Energi telah berubah menjadi kapital itu sendiri. 
Bayangkan, produksi listrik di Pulau Jawa itu sudah berlebihan. Sekali lagi, dikatakan oleh banyak sumber, sudah lebih dari cukup. Meski jika berbicara soal distribusi, itu hal lain lagi. Pada akhir tahun 2023 saya singgah di salah satu kampung di Cilacap. Area kampung ini dulunya adalah lahan perkebunan karet dan pertanian yang diolah secara turun temurun sejak zaman kolonial Belanda, digarap oleh warga, hingga direbut oleh pemerintah melalui PTPN. Listrik di area itu baru masuk pada tahun 2010. Benar kata Ina Slamet, makna terpinggirkan itu tidak hanya secara geografis, tapi juga secara kultural dan sosial. Secara geografis, Cilacap ada di pulau terpadat di Indonesia, tapi listrik belum lama masuk. Bagaimana dengan kampung-kampung lain yang semakin jauh dari ibukota?
Namun, kelistrikan ini mungkin perlu dilihat dari sisi yang berbeda. Bisa jadi, hadirnya listrik juga mengubah sesuatu yang sebelumnya merupakan kebiasaan, bahkan syarat kehidupan, menjadi sesuatu yang dilupakan dan ditinggalkan. Tunggu, tapi saya tidak ingin jadi menyebalkan. Saya tidak ingin bilang listrik ini gak baik, atau perkembangan modernitas ini enggak baik. Pelan-pelan, deh. Anyway, tadi saya mau bilang, produsen listrik banyak tapi yang boleh beli di Indonesia cuma PLN.     
Mas Yoyok membagikan ceritanya berkunjung ke salah satu kampung di Pulau Rote. Orang-orang di sana memakai biji kemiri sebagai bahan membuat lampu penerangan. Tiga butir kemiri digerus sampai halus, lalu dipakai sebagai campuran bahan penerang yang dibakar. Kata Mas Yoyok, satu biji kemiri bisa dipakai untuk menerangi ruangan selama 1 jam. Sejak listrik masuk ke kampung itu, orang-orang mulai meninggalkan penggunaan bahan seperti kemiri dan buah-buahan lokal sebagai bahan bakar. “Kami malu mau pakai itu, karena yang lain sudah pakai listrik.” kata seorang Mama yang ditemui Mas Yoyok.
Kepulauan Mentawai punya kisahnya sendiri. Orang Mentawai punya kedekatan dengan kegelapan. Bagi mereka, kegelapan adalah salah satu syarat keselamatan. Mereka sering mengarungi sungai untuk mencari ikan dan berburu pada malam hari, ditemani cahaya rembulan yang dipantulkan oleh air dan benda-benda di sekitarnya. Bagi seorang teman Mas Yoyok yang sejak kecil tinggal dan tumbuh di Mentawai, bahkan kegelapan adalah waktu untuknya bisa bersinar. Waktu malam datang dan sekitarnya jadi gelap, wajahnya bersinar, matanya berbinar. Ia langsung mengambil dayung dan perahu, lalu menyusuri sungai di kampungnya.
Dua cerita itu mengingatkan saya dengan seorang kawan dari Kuningan, Kang Mentari (bukan nama sebenarnya), yang beberapa waktu lalu berkunjung Bogor. Ia mengikuti kelas pendidikan fasilitator, yang juga mengundang Mas Yoyok. Kang Mentari bilang, “Ah, berarti, air adalah keselamatan ya.” Dalam hal ini, air itu bukan hanya air si benda cair yang sering kita pakai mandi, minum dan mencuci. Namun air dalam artian satu entitas yang memiliki energi dan kekuatan untuk mengubah sesuatu. 
Intinya, syarat kehidupan dan keselamatan orang itu beragam. Apa syarat hidup dan keselamatan saya?
Pada waktu itu Mas Yoyok bercerita soal bagaimana ruang-ruang di kampung itu dipecah oleh batas-batas administrasi yang dibuat oleh pemerintah kolonial. Batas desa, kecamatan, kabupaten, dan provinsi, mengkotak-kotakkan orang. Padahal semua kampung itu terhubung–oleh tanah, aliran sungai, udara, angin, dan budaya. Contoh gamblang (yang saya petik secara agak ngasal), PLTU yang dibangun di sekitar Kota Jakarta menyumbang hawa panas dan sumuk di kota sibuk itu. Pembangunan sumur produksi dan pemrosesan geothermal di satu desa di Dieng mengalirkan limbah cemaran air dan udara ke desa-desa lain. Semua itu terhubung.
Sebelum kami mengakhiri obrolan santai di ruang kerja Salihara yang mengharuskan kami membayar Rp60.000 per orang hanya untuk mengakses ruang dengan kursi, meja dan internet, Mas Yoyok melempar pertanyaan pada kami: apa rencana belajar invidu kalian setelah ini? Gong. Pertanyaan itu membunyikan gong di kepala saya. Waduh, lha pertanyaan itu memang sudah mengetuk pintu hatiku selama beberapa minggu ini. Minta jawaban. Sekarang malah ada yang nanya. 
Beginilah jawaban saya: rencana terdekatku adalah aku mau merapikan isi kepala dulu, Mas. Dalam 8 bulan terakhir, saya mengerjakan sesuatu secara lompat-lompat. Proyek soal reforma agraria, disusul topik dinamika kelas, diikuti proyek masyarakat adat, disambung tema transisi energi, lalu pergi ke salah satu pusaran geothermal di Jawa Tengah, lalu sekarang berkutat dengan sistem tenurial dan agraria pesisir. Tema-tema besar yang sama sekali tidak mudah itu membentuk jaringan ruwet di kepala saya. Jadi, aku ini mengerjakan apa, untuk siapa, untuk apa, dan…kenapa aku mau mengerjakan itu? 
Mas Yoyok menatap saya dengan simpatik–atau setidaknya itulah yang saya rasakan, yah, agak ge-er memang. Ia menghela napas, lalu bilang, “Saya pernah mengalami apa yang kamu lalui sekarang,” sambungnya, “Waktu itu saya mikir, mau ngapain dan ke mana ya. Kemudian saya membuat rencana, selama 5 tahun, bagaimana saya memanfaatkan hidup saya sebaik mungkin.” Jawaban itu cukup menenangkan hati. Tentu, ada beberapa jawaban yang tidak ingin saya tuliskan di uggahan ini. Terakhir, ia bilang, perempuan itu kerap berada di posisi yang sulit. Perempuan ada di tengah-tengah konflik dan kesemerawutan dunia ini. Yang terpenting, “kamu perlu punya kemerdekaan hati,” Tapi, Mas, bagaimana caranya mencapai kemerdekaan hati.
Bogor, 26 September 2024
2 notes · View notes
nandadutasukses · 1 year ago
Text
https://dutasukses.com/blog/jasa-outbound-training/
Telp/WA 08211-7777-699 FANTASTIS! Dutasukses, Paket Operator Outbound Training di Malang
Tumblr media
Telp/WA 08211-7777-699 FANTASTIS! Dutasukses, Paket Operator Outbound Training di Malang, Paket Operator Outbound Training di Malang, Paket Operator Outbound Training daerah Malang, Paket Instruktur Outbound di Malang, Paket Instruktur Outbound daerah Malang, Paket Fasilitator Outbound di Malang, Paket Fasilitator Outbound daerah Malang, Paket Instruktur Pemandu Outbound di Malang, Paket Instruktur Pemandu Outbound daerah Malang, Jasa Instruktur Outbound di Malang, Jasa Instruktur Outbound daerah Malang
Didukung oleh para profesional berpengalaman dan beragam permainan kolaboratif, layanan kami mendorong kerjasama tim, pengembangan strategi, dan pemecahan masalah bersama. Metode pelatihan kami serius namun santai, memastikan keseimbangan fokus dan hiburan.
Temukan Paket Outbound Kami:
Outbound Leadership Outbound Teamwork Building Outbound Fun Games
Telp/WA 08211-7777-699 Klik Disini https://wa.me/082117777699 Web : https://dutasukses.com/blog/jasa-outbound-training/
0 notes
unimiff · 11 months ago
Text
Tumblr media Tumblr media
Refleksi Iduladha 1445
Saat alhamdulillah akhirnya bisa motong kuku wkwk. Nggak pernah relatable sama orang yang manjangin kuku. Ini nggak nyampe 2 minggu aja udah gmz banget pengen motong, karena nggak suka berkuku panjang. Namun, semua rangkaian ibadah dalam Iduladha ini juga mengajarkan bahwa semua bukan tentang apa yang kita suka, bukan tentang keegoan dan keakuan. Namun, tentang apa yang Allah suka dan Allah perintahkan.
Seperti #NasihatSangGuru suatu hari. Kalau meninggalkan ibadah sunah, kita sering ngeles,
"Kan sunah doang, nggak wajib."
Sementara kalau ngerjain yang makruh, kita juga ngeles,
"Kan makruh doang, nggak haram."
Mari kita mendefinisikan ulang sunah dari
"Jika dikerjakan berpahala, jika ditinggalkan tidak berdosa."
menjadi "Jika dikerjakan berpahala, jika ditinggalkan rugi banget kita."
Iduladha adalah tentang "Apakah ini perintah Allah? Apakah ini sunah Rasul-Nya?" Jika jawabannya adalah iya, kita usahakan mastatha'tum, semaksimal mungkin yang kita bisa, untuk mewujudkan apa yang Allah perintahkan, apa yang dianjurkan dan apa yang Allah suka.
Dan juga pemaknaan yang lebih mendalam akan Q.S. Al-Hajj (22:37)
"Daging (hewan kurban) dan darahnya itu sekali-kali tidak akan sampai kepada Allah, tetapi yang sampai kepada-Nya adalah ketakwaan kamu. Demikianlah Dia menundukkannya untukmu agar kamu mengagungkan Allah atas petunjuk yang Dia berikan kepadamu. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang berbuat baik."
Semoga kita termasuk bagian dari orang-orang yang berbuat baik dan orang bertakwa itu.
Terima kasih buat Kak @deramelia dan seluruh tim #SemuaBisaQurban yang jadi fasilitator kurban tahun ini. Amanah dan dokumentasinya lengkap. Jazakumullahu khairan.
Buat teman-teman yang mungkin tertarik buat kurban di SBQ tahun depan, silakan baca-baca dan persiapkan dari sekarang.
Refleksi #IdulAdha 1445
20240618
3 notes · View notes
ifsjourneypages · 25 days ago
Text
Saya percaya, selalu ada maksud atas setiap pertemuan yang Allah hadirkan dalam hidup kita. Termasuk pertemuan saya dengan lingkaran ini—Muslim Women Coaching. Sebuah ruang yang awalnya hanya lahir dari niat kecil: menghadirkan percakapan yang aman dan bermakna. Kini, empat tahun kemudian, ia telah tumbuh menjadi wadah pemberdayaan yang mempertemukan banyak jiwa baik dari berbagai usia dan latar belakang.
Kemarin malam, kami berempat kembali duduk bersama. Larut dalam pekerjaan yang belum selesai, saling mengingatkan, merapikan detail, membagi beban. Rasanya, suasana yang tercipta bukan sekadar kerja tim—tapi kerja hati. Ada rasa saling percaya, saling dukung, dan semangat yang sama: untuk terus melayani dan menghadirkan kebaikan.
Empat tahun yang penuh cerita, pelajaran, dan keberkahan. Bukan hanya dari apa yang telah kami capai, tapi dari siapa-siapa yang Allah izinkan hadir dan membersamai.
Salah satu hal yang paling saya syukuri dalam hidup adalah dikelilingi oleh lingkaran-lingkaran kebaikan yang tidak pernah padam. Justru terus berkembang. Terus menguat. Dan terus membawa dampak—baik bagi diri sendiri maupun bagi banyak orang yang datang mencari ruang untuk tumbuh.
Dengan berbagai dinamika yang kami alami—dari studi kasus peserta, diskusi mendalam, hingga pertemuan informal bersama para fasilitator yang penuh kebaikan—kami justru semakin kaya secara nilai dan pengalaman. Meski sudut pandang kami kadang berbeda, ruang ini selalu memberi tempat untuk saling mendengar dan saling mengisi. Dan di antara semua perbedaan itu, kami selalu kembali ke satu hal yang sama: rasa syukur. "Masya Allah, alhamdulillah bisa di sini bareng-bareng."
Sebagai tim inti, justru makin terpacu oleh semangat pemberdayaan yang lahir dari para kakak dan teman yang lebih dulu berproses. Visi kami besar. Jalan yang harus ditempuh masih sangat panjang. Tapi bersama mereka, saya percaya, langkah ini akan menjadi lebih kuat, lebih terarah, dan insya Allah lebih berdampak luas.
Tentu, tidak semua bagian dari perjalanan ini terasa mudah. Ada tawa, ada lelah, ada juga momen kehilangan. Termasuk perpisahan dengan salah satu tim yang selama ini begitu setia membantu menyusun rupa identitas visual, merapikan segala hal di balik layar, dan berkontribusi dengan penuh dedikasi. Sedih? Pasti. Karena terlalu banyak kenangan. Tapi juga ada rasa optimis dan bahagia, karena saya yakin, Allah sedang menyiapkan panggung bertumbuh yang lebih besar dan lebih baik untuknya.
Dan seperti halnya setiap perpisahan, selalu ada ruang untuk pertemuan baru.
Untuk semua yang pernah menjadi bagian dari perjalanan ini— Yang membersamai sejak awal, Yang singgah dan memberi warna, Yang kini melangkah ke tempat lain,dan yang baru saja hadir, terima kasih.
Terima kasih telah percaya. Terima kasih telah hadir. Terima kasih telah berbagi.
Saya teramat bersyukur bisa tumbuh bersama kalian. Dan saya yakin, dari lingkaran ini akan terus lahir kebaikan-kebaikan baru yang bahkan belum sempat kami bayangkan.
Semoga setiap langkah ini senantiasa dalam ridha-Nya. Terima kasih telah menjadi rumah sekaligus penguat dalam perjalanan ini team @anandarizqy-blog @inieniiy :)
Tumblr media
5 notes · View notes