Tumgik
#Jam Tangan Wanita Korea
dianyunipratiwi · 10 months
Text
Tiga Budaya Korea yang Perlu Kita Tiru
Tumblr media
Hallo! Apa Kabar?
Semoga hati dan tubuh kita dalam keadaan sehat semuanya. Kali ini, aku mau sharing tentang 3 kebiasaan masyarakat Korea yang perlu kita tiru. Mengapa 3 kebiasaan ini yang aku pilih? Alasannya karena aku terkagum-kagum ketika melihat penampakan ini. Namun, kalau dipikirkan lebih dalam lagi, sebenarnya kebiasaan ini itu sudah dianjurkan juga dalam Islam. Apa saja 3 kebiasaan itu?
Budaya Palli-palli dan kerja keras
Pada zaman dulu, Korea pernah dijajah oleh bangsa Jepang (sama seperti kita ya). Hal ini membuat mereka bekerja keras dan berupaya untuk lebih unggul agar tidak lagi mengalami penjajahan. Bagi mereka tidak ada kata besok dan tidak menunda pekerjaan jika hal itu bisa dikerjakan sekarang. Ketika diberikan tugas, mereka bisa menyelesaikan dengan waktu yang cepat. Contohnya seperti ketika professor aku meminta salah satu teman untuk membuat poster yang akan diikutkan di konferensi secara mendadak yang harus jadi hari itu. Saat itu, aku berpikir tugas tersebut adalah hall yang sulit karena mendesain poster bukanlah suatu yang mudah. Namun ternyata, hanya dalam waktu 2-3 jam saja, poster itu sudah selesai dan siap dibawa ke konferensi keesokkan harinya. Tidak hanya dalam tugas atau pekerjaan saja yang cepat, tetapi kebiasaan ini juga berdampak pada cara berjalan mereka. Kalau dilihat sekilas, cara berjalan mereka seperti santai saja. Namun, coba saja berjalan beriringan dan mengikuti pace mereka, dijamin bakal ngerasa ngos-ngosan.
Mereka juga sangat tepat waktu. Contohnya seperti waktu keberangkatan bus antar daerah atau kereta cepat. Jika di tiket tertera pukul 19.10, maka mereka akan berangkat tepat pada pukul 19.10. Tepat setepatnya hingga ke menit. Jikalau pun ada keterlambatan, mereka akan memberikan info perkiraan keberangkatan dari beberapa menit sebelumnya dan itupun juga tepat. Budaya ini menurutku perlu kita tiru karena akan berdampak pada keefisienan waktu dan produktivitas kinerja kita.
Nah, kalau diperhatikan lagi sebetulnya anjuran bekerja keras dan tidak menunda sudah ada diajaran agama Islam. Salah satunya ada pada ayat Al Insyirah ayat 7:
"Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain," (Al Insyirah: 7).
2. Memberikan sesuatu kepada orang yang lebih tua dengan dua tangan
Suatu hari teman kelasku yang sangat jauh lebih muda membagikan resume artikel kepadaku dengan menggunakan dua tangan. Waktu diperlakukan seperti itu, ada rasa berbeda yang sulit untuk aku tuliskan (ini bukan tentang cinta ya). Ternyata orang-orang di Korea sejak kecil sudah diajarkan ketika menerima atau memberi barang kepada orang (terutama orang tua atau yang lebih tua) dengan menggunakan dua tangan, bukan hanya satu. Hal ini bertujuan untuk menunjukkan rasa hormat. Ini benar sekali. Perasaan kita akan sangat berbeda, baik ketika menerima atau memberikan barang dengan dua tangan. Budaya ini bisa kita tiru sebagai penerapan dari Surat Al Isra ayat 23 tentang penting berbuat baik kepada orang tua.
"Dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu." (Al-Isra: 23)
3. Tidak duduk di tempat yang bertanda lansi/hamil/penyandang cacat
Suatu ketika, aku pernah naik subway yang sedikit penuh. Namun, kursi-kursi di bagian wanita hamil/lansia/dan penyadang cacat masih kosong. Waktu itu, aku gak sedikit heran ketika orang-orang memilih tetap berdiri, sementara masih ada kursi yang kosong. Lalu, naiklah sepasang lansia dan barulah mereka duduk di kursi kosong itu. Lama kuperhatikan, begitu terus setiap ada yang naik, tidak ada yang duduk di kursi untuk para lansia/wanita hamil/cacat jika mereka bukan dari salah satu mereka. Hal ini patut ditiru agar benar-benar memudahkan dan menyediakan tempat yang lega untuk para lansia, wanita hamil, dan penyandang cacat.
0 notes
writaria · 2 years
Text
Thanks, Onkar
Saturday, 18 September 2021. Ayara’s POV
Onkar, Onkar. Pria keras kepala dan (sangat) protektif itu sebenarnya hanyalah bocah lugu yang haus akan pengakuan. Si bungsu yang selalu dimanjakan, itulah Onkar. Berbeda denganku yang dimanjakan hanya karena pekerjaanku—ya, Bang Tara itulah bentuk ‘kasih sayang’ dari Papa. Katanya, “Supaya kamu selalu ada yang jagain.”
Usai aku dan Bang Tara berselisih pendapat mengenai tempat parkir, aku memutuskan untuk turun dari mobil dan mencari Onkar sendiri. Tentu, Bang Tara tidak semudah itu melepaskanku. Seolah aku ini anaknya yang berusia lima tahun. Hingga aku berteriak perihal usia dan kewarasanku, barulah ia mengalah. Yah, sedikit merasa bersalah. Aku janji besok akan mencoba untuk menjadi lebih baik.
“Ya, naik!” pekik Onkar dengan motor vespa kesayangannya. Wajahnya tampak bulat karena helm usang yang katanya sudah ia miliki sejak SMP. Aku mengikuti kemauannya dengan sedikit terburu-buru. Onkar menjadi penyebab kemacetan selama kurang lebih tiga puluh detik karena aku.
“Gua cari parkir dulu ya, Ya. Lu jangan turun dulu, nanti ilang malah gua yang digrebek Bang Tara. Pokoknya lu harus deket gua terus di sini ya, Ya.”
“Emang pasar malem selalu serame ini ya?”
“Is this your first time?”
Aku mengangguk, tapi aku yakin Onkar tidak bisa melihatnya.
“Gusti, Aya..”
“Itu yang nyala, odong-odong? Kok boleh dinaiki orang gede?”
“Iya, Ya, ada odong-odong buat orang gede,” suaranya sedikit menyemut sebab kuasanya sibuk dengan karcis yang keluar dari mesin otomatis. “Aduh, Ya. Gua hari ini jadi tour guide lu deh di sini. Berasa bawa wisatawan.”
Kalau aku boleh meromantisasi pertemanan, kalau boleh aku menyalakan lagu cinta menjadi backsound adegan kami berboncengan di vespa, mungkin hatiku sudah benar-benar jatuh kepada Onkar. Awal jumpa kami adalah tempat fotocopy depan kampus dan sejak saat itu, aku sudah bisa merasakan dijaga oleh Onkar meski dulu alasan dia mengusir para bedebah yang menggangguku adalah, “Lu besok ada festival, kan? Ga boleh ada bekas nangis ketakutan.”
Lucu sekali kalau diingat. Sekarang Onkar adalah satu-satunya pria penyusup di antara kelompok belajarku yang merambah menjadi geng sampai detik ini. Kelompok belajarku seharusnya wanita semua: aku, Audrey, Aubrey, dan Liyn. Namun karena saat itu Onkar telat masuk kelas, Pak Rian langsung melempar Onkar ke kelompok kami. Dan aku sampai detik ini tidak bisa berhenti berterima kasih kepada Pak Rian.
Semriwing angin malam Jakarta sedikitnya buat aku bergidik dan refleks mengusap-usap lengan atasku dengan telapak tangan. Namun sesekali aku merasa panas hingga bisa merasakan keringat di punggungku lantaran terlalu dekat dengan kompor. Onkar adalah orang yang teliti, sudah beberapa kali aku perhatikan ia mengulurkan tangan ke dekat kompor supaya—setidaknya—bajuku tidak terbakar api. Sudah beberapa kali juga, tangan itu membantuku memiliki space lebih besar diantara ratusan orang-orang yang berjalan, mengantri makanan, atau berdiri mematung mencari kerabat yang terpisah.
“Lu pernah makan kerak telor kan, Ya?”
“Pernah lah!” Aku sedikit tersinggung, seperti diremehkan karena dikira tidak pernah mencicipi makanan khas tersebut.
“Yuk sini. Ini kerak telor paling enak di sini. Mau?”
Aku mengangguk. Dan aku terus mengangguk untuk setiap apapun yang ditawarkan Onkar. Mulai dari kerak telor, cimol, telur gulung, odeng korea, corn dog mozarella, ayam korea, sushi seharga 10 ribu, dan terakhir adalah teh upet. Oh, aku tidak lupa membeli air mineral.
Kedua tangan kami sudah penuh dengan gembolan makanan yang masing-masing sudah kami ikat janji untuk saling berbagi. Mustahil bagi kami untuk memesan masing-masing satu porsi meski perut Onkar memang bisa disandingkan dengan karung. Ia lalu perlahan mengarahkanku keluar dari jejeran stand makanan dan keramaian yang akan semakin membludak beberapa jam kedepan. Kami duduk lesehan pada bentangan rumput hijau dengan pencahayaan remang-remang. Tidak jauh dari titik kami duduk, banyak segerombolan anak kecil yang saling melempar tawa dan mainan kecil menyala ke langit-langit. Entah kenapa, hatiku menjadi tenang melihatnya.
“Sini aja ya, gelap. Artis kayak lu harus dilindungin.”
“Satwa kali harus dilindungin.”
Ia hanya tertawa tipis sembari membuka satu per satu jajanan yang sudah kami jajah. Sekarang, hanya tinggal mengeksekusinya ditengah gusarnya aku karena takut tiba-tiba hujan.
“Ya, gua bakal digebuk Bang Tara ga ngajak lu ke sini malam gini padahal lu besok ada konser?”
“Engga, paling gua yang dimarahin.”
“Eh?” Mulutnya penuh dengan corn dog mozarella, tapi matanya membelalak melihatku.
“Haha! Engga, Kar! Aman kok. Asal ga lewat dari jam 10.”
Onkar melirik arlojinya, “Oh, masih jam 8.”
“Lu besok bisa dateng, Kar? I mean, you're always busy on Sunday, kan?”
“Emang cuma lu ya yang bisa bagi waktu di tengah padatnya schedule?”
Haha, betul juga. Dia Onkar. Aktivis kampus yang masih bisa mendapat IPK diatas 3.7 dan jadi panutan kami semua. Meskipun saat skripsi ini, dia terlihat agak kewalahan.
“Aya, lu ga capek kuliah sambil kerja kayak gini?”
“I’m fine kok, enjoy banget malahan.” Semoga Onkar tidak mendeteksi kebohonganku. “Gua suka nyanyi dan ternyata bisa acting. Gua bisa dapet duit sendiri dari apa yang gua suka dan bisa, itu udah lebih dari cukup.”
“Tapi lu ga suka spotlight.”
Fuck you, Onkar.
“Dimata gua, rasa capek lu lebih dominan daripada rasa seneng lu karena nyanyi dan acting.”
“You’re right,” tuturku usai mengunyah sushi. “Mungkin gua lebih ga suka karena kehidupan pribadi gua udah diorek-orek sama banyak orang kali, ya? Gua jadi ga punya privacy. Ga jarang setiap gua dapetin spotlight, gua jadi kepikiran.. kira-kira privacy gua mana lagi yang bakal diintip orang lain?”
“That’s exactly what my mother said.”
Menjadi anak dari seorang diva ternama dan pemain sinetron terkemuka tidaklah mudah bagi Onkar. Jika kedua kakaknya menyukai sanjungan-sanjungan yang diberikan dan privilege yang didapatkan, Onkar justru lebih suka menyembunyikan identitas aslinya dan berkelana sesuka hati. Jika tidak ku habiskan waktu bersamanya hampir selama tiga tahun ini, aku tidak akan tahu kalau aku pernah bekerja dengan ayahnya.
“Jadi abis lulus ini, apa lu bakal ngikutin jejak gua, Kar? Kerjanya melenceng dari jurusan kuliah.”
Onkar tertawa terbahak-bahak, tapi sejujurnya aku tidak paham kenapa dia tertawa. Namun biar saja, sudah lama aku tidak melihatnya tertawa puas dengan melepaskan semua beban skripsinya.
“Kayaknya iya. Gua kepikiran mau jadi produser.”
Dia pria yang suka berkelana. Sepanjang hidupnya yang aku tahu, dia tidak pernah memiliki tujuan pasti. Bahkan saat dia menjebloskan dirinya ke jurusan teknik kimia ini, dia bilang itu adalah kuasa tangannya yang bergerak sendiri tanpa disuruh. Dia banyak mengikuti kegiatan kampus karena penasaran, alasan yang sama juga berlaku untuk dia yang selalu gonta-ganti pasangan (setidaknya dia menggunakan privilege gen terbaik kedua orang tuanya untuk memikat wanita). Karena itu saat ia mengatakan ingin menjadi produser, aku seperti melihat sosok adik yang sudah tumbuh dewasa dan sudah memantapkan tujuan hidup.
Kami menghabiskan sisa 90 menit dengan berbincang banyak hal. Mulai dari masalah kuliah, keluarga, hingga gossip di kalangan artis. Ah, lebih tepatnya dia ingin memvalidasi kebenaran gossip itu dariku karena katanya akulah yang dekat dengan mereka. Hingga arloji Onkar menunjukkan pukul 9.30, kami segera bergegas membuang sampah dan menuju parkiran karena Bang Tara. Memang annoying sekali orang satu itu.
Aku sempat kelimpungan sendiri memikirkan helm—ya, aku lupa bawa. Aku tidak tahu Onkar akan membawa motor, bukan mobil. Namun aku juga lupa kalau Onkar adalah pria yang selalu siap siaga. Ia membawa helm tambahan, lalu menyisirkan rambut depanku ke belakang dengan jari-jarinya sebelum memasangkan helm itu dikepalaku. Setelahnya, baru ia melajukan kendaraan roda duanya dengan hati-hati.
“Aya..”
“Onkar..”
“Kerja boleh, sibuk boleh, tapi makan-makanan enak aja ga cukup buat badan lu. Lu juga harus sering healing, Ya.”
Terima kasih, Onkar.
0 notes
dewie-sudarsh · 3 years
Text
Paviliun Kamboja
Tumblr media
Eliana membanting pintu mobil dengan keras. Dia tidak percaya kalau Ken sama sekali tidak menyesal telah dikeluarkan dari sekolah. Padahal Ana tahu betul kalau Ken satu-satunya murid yang menjadi kebanggaan sekolah, dan hal itu Ken pertahankan selama ini demi papanya. Ana pikir Ken akan memohon-mohon pada Ana untuk mencabut laporan palsunya bahwa Ken telah melakukan pelecehan terhadap teman sekolahnya. Semua itu jebakan Ana sendiri yang membuat Ken bersama salah satu siswa di kamar mandi. Ana ingin menyiksa Ken lebih lama lagi. Sekarang Ana menyesal Ken keluar dari sekolah.
“Argggg,” teriak Ana dan membanting tas sekolah di kasur.
“Ana, kamu kenapa kok teriak-teriak?” tanya Mama sambungnya Yuni.
“Tante, bisa minta tolong keluar dari kamar Ana.”
“An, sekarang tante sudah jadi Mama kamu lho.”
“Tante Yuni, bagi Ana tante itu hanya menjadi istri papa bukan menjadi Mama Ana.”
“Ana, tante ini sudah tinggalin keluarga tante demi kamu lho.”
“Aku gak minta tante, suami dan anak kandung tante sendiri aja bisa tante tinggalin. Apa lagi aku yang bukan siapa-siapa. Coba aja kalau papaku bukan konglomerat, emangnya tante mau nikah sama Papa hah.”
“ANA!” Pak Thomas tiba-tiba datang dan membentak Ana.
“Jaga bicara kamu, dulu kamu sendiri yang bilang kamu kesepian ingin juga punya Mama seperti teman kamu yang lain. Sekarang ada tante Yuni kamu malah bersikap seperti itu, gak ngerti Papa sama kamu An,” ucap Pak Thomas dengan bibir gemetar. Sementara istri barunya yang dulu adalah Mama Ken berlari keluar dengan berlinang air mata.
“Pa, memang aku ingin Mama. Karena dari kecil aku tidak pernah tahu siapa Mama aku. Tapi bukan berarti tante Yuni juga Pa. Dia itu Mama dari cowok yang aku cintai, dan gara-gara itu dia jadi benci banget sama aku.” Ana mulai menangis.
“Memangnya papa bisa memilih wanita yang Papa cintai itu bukan mamanya cowok yang kamu cintai HAH. Dan kalau emang dari awal kamu tahu tante Yuni itu Mamanya cowok yang kamu suka, kenapa kamu gak bilang dari awal.”
Eliana terdiam sejenak, dia teringat kembali saat dia setuju Papanya menikahi Tante Yuni. Saat itu Ana sangat sakit hati karena Ken menolak cintanya dan membuatnya malu di depan teman-temannya. Apapun yang Ana lakukan dulu sekarang menyisakan penyesalan baginya.
“Kenapa kamu diam An, benar yang Papa bilang kan? besok Papa akan pergi ke luar kota lagi. Papa harap kamu bisa berdamai dengan Tante Yuni.” Pak Thomas lalu pergi meninggalkan Eliana yang terdiam menyesali dengan apa yang telah dia perbuat selama ini.
Ana, lo bego banget sih. Kenapa lo jadi orang gampang banget baper. Sekarang lo nyesel kan kehilangan Ken batin Ana terus berperang saling menyalahkan.
Kringgg
Ponsel Ana berdering berkali-kali dari Jesica sahabatnya. “Ada apa sih Jes, gue lagi gak mau diganggu,” ucap Ana ketika mengangkat telepon dari sahabatnya yang cerewet.
“Ya ampun ada apa sih tuan putri, masih kesel karena Ken sekarang jadi pindah beneran,” suara Jesica terdengar menyebalkan.
“Diem lo.”
“Hahahaha ya udah gue ke rumah lo ya sama Bella, gue akan hibur lo.”
“Gak usah gue lagi badmood.”
“Gak mau tahu, gue akan sampai dalam waktu 15 menit lagi.”
“15 menit lo udah perjalanan ke sini ya. Gila lo.”  
“Hahaha, by.” Jesica dan Bella mengakhiri telepon dengan suara tawa puas. Sementara Eliana langsung membanting ponselnya. Disaat dia kesal dan butuh perhatian pasti hanya Jesica dan Bella yang ada. Sementara Papanya selalu sibuk dengan kerjaan.
Eliana pergi ke kamar mandi untuk mengguyur tubuhnya. Di bawah air yang mengalir dari shower Ana tumpahkan air matanya. Ana merindukan seseorang tapi dia sendiri tidak tahu itu siapa.Ana merasa seperti seekor burung dalam sangkar emas. Semua fasilitas memang ada. Tapi Ana merasa sendiri dan kesepian.
“Anaaaaaaaaaa, Im coming,” suara dari sahabatnya yang telah datang menggagu ritual mandi lulur Ana di kamar mandi. Takut sahabatnya semakin mengacaukan isi kamarnya, Ana segera mengambil handuk baju untuk menutupi tubuhnya.
“Kalian itu punya rumah kan? kenapa sih pada suka banget main ke rumah orang.”
“Yaelah, kan kita ini sama-sama AKKS.” Jesica menaikan kedua alisnya.
“AKKS apa ya?” tanya Bella yang sedikit lemot.
“Anak Kurang Kasih Sayang.” Jesica dan Ana bersamaan menyebut.
“Emanya iya ya?” tanya Bella lagi.
“Hadeh, ngomong sama Bella itu rasanya pingin gantung diri tahu gak,” kata Ana sembari menuju teras kamarnya diikuti oleh Jesica dan Bella.
“Huaaa gue tuh kalau ke rumah lo paling seneng tuh di sini. Di teras kamar lo.” Jesica mengambil teropong dan mulai melihat sesuatu dengan teropong mahalnya.
“Halah itu mah alasan lo doang. Bilang aja kalau lo itu seneng numpang makan di rumah gue.” Ana mengunyah salad buah dan melirik sahabatnya yang setiap kali datang ke rumahnya selalu meneropong. Rumah Ana tampak seperti rumah biasa dari luar. Tetapi, di belakang rumahnya terdapat tanah yang sangat luas. Bahkan orang tuanya membuat danau dan langsung terhubung dengan kebun jeruk yang Ana sendiri tidak tahu luasnya sampai ke mana.
“An, lo pernah gak sih jalan-jalan ke kebun jeruk lo itu?”
“Ngapain gue harus jalan-jalan ke kebun jeruk. Emangnya gue kurang kerjaan kaya lo,” ucap Ana menyindir sahabatnya yang kini mendekat dan menyomot buah di meja.
“Setiap gue lihat pakai teropong ini. Gue melihat perbukitan dari pulau surga dan terlihat satu rumah di sana. Mungkin gak sih kalau kita jalan ke kebun jeruk ini nanti bisa tembus ke sana.”
“Lo ngomong apa sih?” tanya Ana tidak paham.
“Sini lo lihat pakai teropong gue.” Jesica menarik tangan Ana dan menyuruhnya untuk melihat kebun jeruk melalui teropong dan mengarahkan ke arah tertentu.
“Lo lihat apa? rumah kan?” tanya Jesica.
“Itu rumah di Paviliun Kamboja bukan sih?” tanya Ana balik namun belum melepas teropong mahal Jesica.
“Iya itu tadi aku bilang, Paviliun Kamboja itu sama dengan pulau Surga.”
“Namanya juga lihat pakai teropong, apalagi Paviliun Kamboja itu dataran tinggi. Pasti bisa dilihat dengan mudahlah.” Ana memberikan teropong ke tangan Jesica kembali.
“Lo tahu kan kalau teropong gue ini teropong mahal. Hasilnya ini akurat, kalau terlihat dari teropong ini tempat itu gak sampai 50 meter jauhnya. Bagaimana kalau kita coba masuk ke kebun jeruk kamu. Pasti dari ujung kebun jeruk akan terlihat perumahan Paviliun Kamboja.”
Ana dan Bella sama-sama melihat Jesica dengan wajah heran. Entah kenapa Jesica selalu terobsesi dengan perumahan elite itu.
“Jujur aja deh Jes, lo itu sebenarnya mau apa?” tanya Ana.
“Ih, gue tuh Cuma penasaran tahu. Kan di sana itu gak bisa sembarangan orang masuk, hampir di bilang pulau pribadi. Gue pernah lihat foto Aunty gue foto berlatar belakang patung singa. Gue kira itu di Singapura eh ternyata itu ada di dalam Perumahan Paviliun Kamboja. Keren gak sih. Kalau aja gue bisa masuk ke sana, terus gue bisa foto-foto nanti follower instagram gue bisa naik.” Jesica menceritakan keinginannya diikuti gaya sok imud yang menjengkelkan.
“Jadi Cuma itu tujuan lo. Ya kenapa gak masuk sama Aunty lo aja.”
“Aunty gue udah tinggal di Austaralia.”
Semuanya terdiam dengan pikiran masing-masing. Selama 16 tahun Ana baru menyadari kalau dari kebun jeruk miliknya bisa melihat Paviliun Kamboja. Ana jadi teringat sesuatu ketika dulu pergi ke ruang kerja papanya. Ana melihat foto dirinya bersama Papanya dan seorang perempuan.
“Pa, ini foto Ana sama Papa sama Mama ya? Kapan ini fotonya kok Ana tidak ingat?” tanya Ana yang jelas-jelas melihat dirinya di foto itu sekitar berusia 5 tahun. Harusnya Ana sudah bisa mengingat moment itu meskipun sedikit.
“Iya itu foto Ana dan Mama. Sini Papa simpan.”
“Tapi ini bukan rumah kita ya pa, ini di mana?” tanya Ana lagi.
“Itu di rumah opa sama oma. Ana mulai sekarang jangan masuk ruang kerja Papa lagi ya. Ayo sana pergi ke kamar.”
Sejak saat itu Ana tidak pernah lagi masuk ke ruang kerja Papanya karena selalu terkunci. Dan melihat rumah yang terlihat kecil lewat teropong Jesica itu, ingatan Ana kembali pada rumah yang pernah Ana lihat di dalam foto.
“An, lo mikirin apa?” tanya Bella. Ana segera tersadar dari lamunannya.
“Pasti lo mikirin ide gue kan untuk masuk ke dalam kebun jeruk itu.”
“Apaan sih Jes, gak mungkin lah kebun jeruk gue itu tembus perumahan Paviliun Kamboja. Jangan mimpi. Kalaupun tembus, gue yakin itu ada hutan lagi yang memisahkan atau mungkin jurang atau apalah. Gak mungkin sedeket itu sama rumah gue. Lo tahu kan pintu masuknya Paviliun Kamboja itu di mana?”
“Iya gue tahu, tapi kata orang dari jalan utama itu masih jauh banget masuk ke perumahanya. Sekitar satu jam lagi dari jalan utama bayangin. Bukan gak mungkin arah jalannya itu mendekat sama rumah lo ini.”
“Ngaco. Udah ah, mending gue nontong Oppa kesayangan gue aja daripada pusing mikirin ide lo yang gak jelas.” Ana kembali masuk ke kamar, mengganti baju dan memutar film korea. Malam itu mereka bertiga tertawa bersama hinggal larut malam. Dan seperti biasa Jesica dan Bella akan tidur di rumah Ana jika orang tuanya pergi ke luar negeri.
Melihat kedua sahabatnya terlelap. Pikiran Ana kembali terusik dengan apa yang dia lihat dibalik teropong milik Jesica. Jika benar Paviliun Kamboja itu dekat dengan rumahnya dan bisa di jangkau dengan melewati kebun jeruk milih keluarga besarnya, maka Ana juga akan pergi ke sana. Siapa tahu di sana ada lelaki tampan yang melebih Ken. Dan sudah pasti mereka tajir melintir. Rasa penasaran yang dimiliki Jesica seketika berpindah ke jiwa Ana saat itu.
Bersambung....
2 notes · View notes
rizkifauziyah · 3 years
Text
Tumblr media
Hallo guys... Yang udah gak sabar nih nunggu-nunggu review drama Korea yg satu ini stay tune di Tumblr aku, kali ini aku mau review drama Korea the uncanny counter ...
Drama ini dirilis pada tahun 2020 dan di adaptasi dari Webtoon, rating usia untuk drama ini 16+ guys karena banyak kekerasannya gitu, tonjok2 dan gelut, pembunuhan dan banyak adegan-adegan syaitonnya haha keseluruhannya episode drama ini berjumlah 16 episode, ya jumlah episode nya sama kaya drama Korea kebanyakannya, genre drama ini trailer, fantasi, laga, Drama ini update 2 episode setiap Minggu nya.
Pemeran utama di drama ini yaitu jo Byung Gyu, aktor ini emang belum banyak main drama dan jarang muncul juga di film lainnya, tapi untuk acting nya aku acungi jempol sih.. nah kalau pemeran wanitanya aku sering liat nih di drama drama Korea lainnya kaya di film school 2017 sama tuh pemeran utama wanita nya sama film ini..
Oke kita langsung aja ke cerita dan alur drama nya yaa..
Jadi drama ini menceritakan tentang sekelompok pemburu iblis / roh jahat tapi mereka ini merahasiakan identitas aslinya dari warga sipil dan mereka menyembunyikan identitasnya dengan menjadi sebuah keluarga yang membuka kedai mie, sejenis udon atau ramyoun gitu guys kedainya.. kaya yang enak gitu loh guys mie nya 🤤 bikin lapar kalau nontonnya malem 😔 lah jadi salah fokus kan..
Kelompok pemburu iblis / roh jahat ini beranggotakan 5 orang, si paman, si Nuna, si nenek, si kakek, dan si paman gendut. Suatu ketika mereka sedang mencari roh jahat / iblis dan memiliki misi untuk mengirim arwah jahat tersebut ke alam baka untuk mempertanggung jawabkan semua kelakuannya ketika di dunia, atuh kalau kita mah membawa iblis / roh jahat itu ke akhirat terus dimasukin ke neraka. Setelah menemukan roh jahat yang mereka cari, akhirnya mereka menemukannya, roh jahat tersebut sedang mengincar jiwa manusia hidup yang akan menjadi santapannya, tetapi manusia incarannya selamat karena sang pemburu / counter keburu datang dan melawan roh jahat tersebut, tapi eh tapi, roh jahat itu ternyata level nya 3 genks, jadi di film ini roh jahat nya punya level dari level 1-4 semakin besar level mereka semakin kuat dan jago kemampuannya semakin sulit juga untuk dikembalikan ke Alam baka genks, dan akhirnya para pemburu gakuat tumbeng gitu mereka, bahkan si paman gendut terbunuh hiks hiks hiks sehingga keanggotaan mereka berkurang 1, dan para pemburu membutuhkan pengganti si paman gendut..
Setiap raga para pemburu itu diisi atau berhubungan dengan jiwa para penghuni surga dan penghuni surga yang mengisi / berhubungan dengan jiwa dan raga paman gendut yaitu bernama wigen, nah karena si paman gendut udh die kan, akhirnya wigen harus menemukan raga dan jiwa baru yang bersedia menjadi pemburu agar bisa berhubungan dengan wigen sebagai perantara untuk menjadi pemburu / counter..
Para pemburu lainnya sedang berduka atas kehilangan paman gendut, lalu disisi lain wigen sedang mencari raga seorang pemburu yang baru untuk menggantikan paman gendut, biasanya raga yang dicari oleh jiwa penghuni surga untuk dimasuki dan menjadi pemburu itu adalah para jiwa dan raga orang-orang yang sedang koma atau kritis, tetapi wigen malah merasuki raga dan jiwa anak SMA, yang keadaanya sedang baik-baik saja, sadar penuh, dan tidak sedang koma ataupun kritis, yaitu raga nya Mun (pemeran utama pria).
Mun seperti merasa ada cahaya melesat yang tiba-tiba saja menghantam tubuhnya, dan Mun merasakan dingin pada cahaya tersebut. Si Mun yang sedang berjalan bersama teman-teman cupu nya ini kan kaget lah elo kenapa Mun.. lalu wigen merasuki mimpi Mun dan menjelaskan semuanya dan menanyakan pada Mun apakah iya mau menjadi seorang pemburu..
Temen2 Mun ini ada dua orang, yang satu wanita yang satu pria, mereka baik banget sama Mun, bahkan saat Mun kecil serta orang tuanya mengalami kecelakaan yang mengakibatkan orang tua Mun wafat dan juga membuat Mun cedera pada pergelangan kaki nya sehingga Mun tidak bisa berjalan normal tanpa bantuan tongkat, 2 teman Mun tetap menemani bahkan membantu Mun pulih dari trauma sampai akhirnya Mun mau kembali beraktifitas seperti semula dan mau untuk melewati jalanan tempat orang tua Mun wafat, dan mereka yang tetap menerima apapun kondisi dan keadaan Mun..
Mun akhirnya bersedia menjadi pemburu roh jahat dengan syarat; ia ingin bertemu dengan orang tua nya yang sudah wafat, dan si nenek yang sekarang menjadi rekan Mun dalam memburu roh jahat membantu Mun menyembuhkan pergelangan kaki nya, sehingga setelah menjadi pemburu, kaki Mun bisa berjalan dengan normal bahkan dia bisa berlari juga melompat dan bermain sepeda, juga bola bersama temannya.
Keberadaan Mun sebagai pemburu baru menggantikan posisi si paman gendut yang sudah wafat, sehingga para pemburu sekarang kembali beranggotakan 5 orang, yaitu Mun, ahjusi, Nuna, nenek penyembuh, dan kake konglomerat..
Mun melihat sahabat nya sedang di rundung oleh beberapa teman pria lainnya, mereka yang merundung teman dekat Mun adalah siswa SMA yang sama dengan Mun, tetapi mereka memiliki kelebihan atau perlakuan spesial dari sekolah, karena salah satu dari mereka adalah anak walikota dimana Mun tinggal, dan yang satunya adalah anak dewan kota tersebut, anak pejabat geys biasa suka ngejago sembunyi di ketek bapak gitu ceritanya..
Mun tidak terima bahwa teman dekatnya selalu di rundung Bahkan dipukuli oleh mereka, akhirnya Mun berteriak dan mengajak temannya untuk pergi dan masuk kelas, dengan sikap Mun yang seperti itu para perundung terutama si anak walkot itu kesal dan marah kepada Mun, akhirnya Mun juga ikut dipukuli, untung ada teman wanitanya yg satu lagi dan dia berteriak dan akhirnya guru datang dan melerai mereka..
Setelah jam pelajaran berakhir Mun pulang terpisah bersama sahabatnya karena Mun harus menemui para pemburu roh jahat lainnya dan mulai latihan juga berkenalan, tetapi saat perjalan Mun di cegat sama anak2 berandalan itu, dan Mun di pukuli, Mun tidak melawan karena Mun belum tahu bahwa dia memiliki kekuatan 3 kali lipat dari manusia biasa karena sekarang dia adalah pemburu roh jahat. Tak lama kemudian datang sesama pemburu roh jahat yaitu si Nuna dan menolong Mun menghabisi para anak2 Dajjal itu wkwk jiwa anak SMA nya mulai kambuh nih.
Keesokan harinya disekolah Mun dirundung kembali dengan kesal si anak walkot itu bilang mana si jalang itu? Kau tidak bisa apa2 karena tidak ada dia hahaha belom tau dia skrg si Mun jagoan hahaha
Akhirnya Mun dipukuli again and again and again, dan Mun melawan menahan tinjuan anak walkot itu dengan satu tangan wow udh kaya Superman wuhuuu dan dihajar habis anak walkot itu sama si Mun dan temen si walkot juga tumbeng sama Mun.. si para perundung kaget dan keheranan dengan kondisi Mun yang pincang dan beke tapi kenapa dia bisa menghabisi 3 orang dalam sekaligus.. drpd memikirkannya kenapa mereka malah memilih untuk tetap mengincar Mun dan menyimpan dendam pada Mun karena merasa telah dipermalukan di depan teman-teman sekolahnya..
Anak walkot itu mendatangi ketua Genk mereka yang lebih jahat dan berbadan besar, seperti biasa merencanakan hal agar bisa mukulin si Mun lagi, tapi ya gakan mempan orang kan Mun punya kekuatan super sekarang.
Mun melakukan pemburuan roh jahat bersama para counter lainnya, dan menemukan roh jahat level 3 yang waktu itu membunuh si paman gendut, salah satu teman counter Mun yang bernama ga mo tak ( paman tinggi ) dahulunya adalah seorang detektif yang kehilangan ingatannya karena sebuah kejadian kekerasan yg menimpanya ketika sedang bertugas, kembali menyelidiki kasus nya, dan ternyata dia menemukan sebuah kenyataan yang mengejutkan bahwa raga yang ditinggali roh iblis level 3 ini adalah penjahat di 7 tahun lalu yang melakukan pembunuhan atas orang tua Mun dan kekerasan pada dirinya, juga pembunuh berantai di kota jinjun, ternyata dalang semuanya adalah pak wali kota.
Nah Genk Sampei sini dulu alur ceritanya, sebenarnya masih banyak detail-detail yang bakal kalian dapetin kalau nonton langsung drama nya, karena aku nulis review ini hanya bagian-bagian besar nya aja..
Dan dengan menonton the uncanny counter juga menyadarkan aku kalau drama Korea itu keren mereka bisa menyatukan antara fiksi dan nyata.. contoh kisah walikota dan pemburu roh jahat, ini adalah sebuah cerita yang akan bermasalah dan menjadi cekangan pemerintah jika tidak disajikan dengan fiksi, karena pada nyatanya kelakuan atau gila jabatan juga penganiayaan terhadap rakyat kecil itu nyata, hanya saja bisa disembunyikan oleh para orang yang berkuasa. Itu nyata adanya dan juga terjadi di Indonesia, well kalau penasaran mending segera nonton aja langsung ❤️
Karena episode nya baru sampe 12 maka review ini bersambung dulu ya genks, nanti aku lanjutin sampe episode 16.. stay tune muah..
4 notes · View notes
semestadalere · 3 years
Text
UNTUK AKU DI MASA DEPAN
first story about aytha "harapanku tertuju pada orang yang salah" #1
Ini blog keduaku, di blog ini aku hanya akan menulis sesuka hatiku, kutulis hanya untukku, bukan untuknya apalagi untuk kalian😛 kata seorang teman ingatanku jangka pendek, yap dia benar. Maka dari itu aku harus menulis semua yang kurasakan saat menjadi pemuja rahasia🤣. Aku ingin mengingatnya, kenapa? entahlah. Saat ini belum kutau, mungkin akan terjawab dimasa depan.
Aku memutuskan untuk menulis tentang dia di tumblr karena menyukai dia ternyata butuh banyak media untuk melampiaskan rasa yang tak bisa diungkapkan dengan lisan melainkan dengan tulisan, tidak cukup jika menulis dirinya hanya dibuku ataupun kertas-kertas vintageku, semua orbit semestaku telah dipenuhi olehnya, Aytha, tentu saja itu bukan nama asli, aku tidak ingin dia tahu perihal rasaku, meskipun dia tidak mengenalku sih, aku hanya takut jika nanti tulisan-tulisanku tentang dia muncul di Beranda lini masanya, lalu dia sadar bahwa tulisan itu dituju untuk dirinya, kuyakin dia hanya tertawa dan merasa geli atau mungkin ilfeel, tapi aku yakin 10000000% semua tulisan ungkapan rasaku yang sudah kutulis di semua media sosial tidak akan pernah muncul di beranda media sosialnya, karena dia tidak akan pernah memencet tulisan "mengikuti balik" pada profilku untuk kedua kalinya. Dan kalaupun dia membacanya, dia tidak akan pernah sadar jika semua itu tentangnya. "Yaaa aku bertepuk sebelah tangan bahkan sebelum bertemu denganmu, kamu tidak akan pernah tahu keberadaanku di bumi".
Tulisan pertamaku di blog ini tentang bagaimana aku bisa mengenal dan jatuh hati secepat lintasan waktu kepada laki-laki yang belum pernah kutemui di dunia nyata, laki-laki yang kukenal dengan inisial Aytha, aku menulis disini untuk dibaca oleh diriku dimasa depan, aku ingin mengingat dirinya sebagai orang pertama yang kukagumi dalam diam. entahlah apakah ini hanya sekedar kagum? atau sudah berubah menjadi cinta? aku juga masih bimbang perihal itu, tetapi yang kutahu kini dia sudah memenuhi segala imaji pikiranku.
Tulisan di bawah ini kutulis pada tanggal 2 Desember 2020 dinotes hpku.
Beberapa minggu yang lalu, mungkin pertengahan November, seingatku saat itu adalah hari libur, rasa bosan tak pernah lupa untuk datang berkunjung, aku membuka salah satu media sosial yang sangat populer, apalagi kalau bukan instagram. Aku sangat menyukai karya salah satu penyanyi Indonesia bernama Anneth, dia baru saja mengeluarkan lagu terbarunya berjudul "mungkin hari ini, esok atau nanti". Dipencarian instagram aku menulis judul lagu tersebut, berharap sudah ada anak manusia yang mengcovernya, lalu kutemukan akun bernama "Aytha" (nama akun aslinya bukan ini sih) , dia menyanyikan lagu tersebut dengan sangat sempurna menurutku. Awalnya hanya ingin mencari orang yang mengcover lagu, sekedar menghilangkan rasa jenuhku di hari libur, tetapi setelah kutemukan akun laki-laki itu, jiwa stalker terhebat yang dianugrahi Tuhan untuk semua perempuan di bumi ini keluar dengan penuh semangat dalam diriku, aku membuka semua postingan Aytha, aku memutuskan untuk menjadi fansnya saat itu juga. "suara kamu bagus banget" ucapku depan layar iphoneku tiap kali mendengar semua lagu yang dia cover.
Setelah hari itu, aku adalah stalker setia akun instagramnya, aku mencari tau semua tentang dia, semakin banyak yang kutahu aku semakin tertarik, aku tau dia seorang Muslim, lega rasanya karena kita seiman, aku tau tanggal lahirnya 12 April 2001, astagah dia dua tahun lebih muda dari ku😭aku juga tau kalau dia tidak merokok, wah benar-benar idaman para ukhti good looking diluar sana, pasti pengagum rahasianya bukan hanya aku, ouh iya aku tahu dia kuliah dimana dan jurusan apa yang dia ambil, bahkan aku tahu kampung halamannya, mungkin aku bisa pindah profesi menjadi detektif, dalam seminggu aku sudah mengumpulkan banyak informasi pribadi tentang dia, bahkan semua akun media sosialnya telah kuintip. Aku yakin 80% dia adalah laki-laki baik, kusisakan 20% agar nanti aku tak terlalu kecewa karena mungkin saja dikehidupan nyata dia tak sebaik yang kulihat dalam dunia maya.
Akhirnya kuberanikan diriku untuk menklik tombol "follow" pada profil instagramnya, berharap aku bisa lebih mengenalnya dan begitupun dia bisa mengenalku juga, aku merasa menjadi fans paling bahagia saat dia mengikuti balik instagramku, sesederhana itu bahagia seorang pengagum rahasia :). Tapi nyatanya setelah beberapa hari saling follow dia hanya sebatas penonton storyku. Karena semakin hari rasa yang kurasakan pada Aytha semakin tak karuan, pikiranku kacau, aku sangat ingin memulai percakapan dengannya, lalu kuputuskan untuk mengirimkan pesan di instagram, aku mangatakan kalimat yang sangat singkat, padahal kalimat itu kupikirkan selama satu jam saat istirahat makan siang dikantor, kukatakan padanya "suaramu bagus skali". Kupikir ini ada kalimat paling bodoh yang pernah kutulis, berisi pujian sederhana yang mungkin ketika dia baca tidak akan berkesan sama sekali, aku yakin sudah ada puluhan atau mungkin ratusan manusia yang berkata hal sama dengan isi pesan bodoh dariku. Menunggu balasan darinya seperti menunggu pengumuman hasil akhir sidang skripsi, jantungku terasa akan lompat dalam hitungan detik, tanganku berkeringat, aku tak bisa fokus dengan orang-orang disekelilingku, "Wah memangnya dia siapa? kenapa aku berlebihan seperti ini? dia bukan idol korea, dia manusia biasa sama sepertiku" pikirku. Aku berusaha menenangkan diri.
Beberapa jam kemudian, setelah menyelesaikan kerjaan di kantor, aku segera memeriksa instagramku, ada notifikasi masuk darinya. Astagah ini akan menjadi hal kedua yang paling bahagia selama aku menjadi pengagum rahasia, kubuka balasan darinya, senyumku luntur seketika, dia membalas pesanku dengan kalimat singkat yang tidak membutuhkan energi saat menulisnya, hanya ucapan "makasih loh wkwkwk" lalu kusadar, ekspektasiku terlalu tinggi, kuharap dia berkata lebih banyak, bukan hanya ungkapan terimakasih atas pujian yang kuberikan, dia tidak salah, aku yang terlalu berharap.
"Ya aku salah". Aku marah pada diriku sendiri. Tidak seharusnya aku menjatuhkan hati kepada anak manusia yang baru saja kukenal di media sosial, aku tidak bisa memaksa dia untuk tertarik denganku, tetapi aku bisa memaksa diriku untuk berhenti berharap. Berharap apa? yah berharap dia akan menjadi teman dunia mayaku di instagram bukan hanya sebatas penonton story tapi mengajakku berbincang via direct message, lalu pindah ke whatsapp dan kemudian mengajakku berteman di dunia nyata, hmm nyatanya tidak semudah itu. Aku menarik kesimpulan bahwa laki-laki itu tidak tertarik padaku, jadi aku akan mulai berhenti mencari tau tentang dia, agar rasaku padanya menguap tak berbekas.
Jika ditanya apakah aku hanya kagum seperti aku kagum kepada idol korea atau rasa suka antara wanita ke pria, aku belum yakin tentang itu, tetapi aku yakin rasa ini akan hilang ditelan waktu, karena aku belum pernah bertemu di dunia nyata, tidak ada kenangan tentangnya dalam dunia nyataku, akan mudah bagiku untuk melupakan dia, aku akan berhenti berharap. Semoga rasa yang saat ini kurasakan perihal dirinya hanya sementara, kumohon jangan menetap, karena mungkin aku tidak akan mampu menyukai dia dalam diam selamanya.
Dengan berat hati aku memblokir akun media sosialnya. Terimakasih sudah singgah di ruang imajiku Aytha.
-dalere untuk aytha-
2 notes · View notes
ambarinij · 4 years
Text
Tumblr media
Bahasa Cinta ♥️
Kenapa judulnya bahasa cinta dan gambarnya adalah bekal makanan ?
Karena ini salah satu bahasa cinta untuk saya :) dan baru saya sadari belakangan ini :””)
Rumah tangga itu yaaaa seperti roller coaster di Dufan 🙈 dimana setiap perjalanannya menyeramkan tapi harus dilewati dinikmati dirindukan *karenapastiinginkembali*
Soal bahasa cinta ini, buat saya harus diselami.. karena versi saya dan pasangan belum ketemu, entah saya yang berekspektasi tinggi atau pasangan yang belum memahami bahasa cinta saya alias banyaaaaak maunya 🤣 yhaaa drama Korea emang banyak bikin kita berekspektasi tinggi terhadap pasangan.. eh tapi bukan cuma drakor deng, kadang kebahagiaan orang lain dengan pasangannya pun terkadang bikin kita punya ekspektasi yang sama 😂 alias ngiri wkwkwkwk padahal SALAH BESAR
Sekali lagi kita tak bisa membandingkan hidup seperti yang orang lain jalankan, krna kita tidak pernah tau dibalik itu semua yhaaa kan betapa mungkin mereka sudah melalui bara api panas dalam rumah tangganya atau ternyata mereka sudah paham bahasa cinta masing2 sementara kita gak mencoba paham tapi malah berekspektasi tinggi 🤣 *inisaya* maafkan isi otak saya 🤣
Saya sudah pernah sampaikan saya mau seperti apa terhadap pasangan saya.. dy selalu mendengarkan tapi tidak seluruh dy lakukan.. krna ternyata dy punya caranya sendiri..
Lihat orang ketika Aniversary pernikahannya dirayakan dengan keromantisan sementara saya jangan ditanyaaaa 😂 cuma di ucapin via whatsapp dengan foto yg diedit dan dicium dipeluk ketika bangun tidur.. hadiah ? Yhaaaa mana ada wkwkwk ngarep ? Iyalaaaaaah mana ada cewe gak ngarep, trus kecewa ? Iyaaa tepat hari itu saya kecewa tanpa memandang effort dy membuat kata2 dan mengedit foto lalu mengingat tanggal pernikahan kami.. karena apa ? Ekspektasi saya terlalu tinggi, saya tidak memahami bahasa cinta pasangan saya, saya tidak menghargai setiap usaha yang dy lakukan.. daaan baru sadar 🤣 ketika saya menulisnya saat ini.. karena sesungguhnya dy sedang mengajarkan saya untuk membeli sesuatu yang benar benar dibutuhkan bukan diinginkan.. dipikir2 beli baju tas jam tangan sepatu kue atau lain lain itu berujung gak d pake karena saya masih punya masih bagus masih layak dipakai dan saya gak begitu suka kue manis 😂 kalo beli tart yg harganya lumayan itu jg akan berujung mubazir, sekedar makan bersama atau jalan jalan gak harus nunggu anniv 😂 Lhaaaaa ko ya saya baru sadar 🙈🤦🏻‍♀️
Terus baru aja kemarin saya dikirimin suami promo makanan gitu tapi yg deket ke tempat makan itu suami saya, saya ketik “yauda beliin aja sekali kali nyenengin istri” dalam hati saya kenapa sih gak langsung beliin aja segala ngirim leaflet promonya sebel banget wkwkwk daaaaan pulang pulang dy gak bawa apa2 dong 🥲 kesel bangeeeeeet disitu saya tanpa tanya alesannya udah saya cemberutin.. tapi dy tau istrinya pasti ngambek akhirnya dikasih penjelasan kalo dy udh kesana tokonya udh mau tutup dan makanan yg sy suka sudah habis (karena kalo di beliin yang gak disuka pasti protes juga😂😂😂) karena emg posisinya sudah malem dy pulang shift 2.. tapi daritadi tuh dy sibuk banget sama hp, saya yg sebel yauda saya ke dapur masak untuk mpasi anak saya.. gak lama di samperin sama dy dan ngeluarin segala bahan makanan yg ada di kulkas sibuk motong motong sementara saya udah selesai masak mpasi lalu sholat.. habis sholat sy keluar kamar dan dy sudah menyediakan makanan hasil eksperimennya dy d dapur tadi dan mengajak saya duduk.. saya diminta mencicipi hasil masakannya.. lalu dy berbisik “nyenengin istri gak mesti harus beli kan” daaaaaan jlebbbb langsung aku diam seribu bahasa 😌
Menyadari bahwa saya salah lagi, blm paham lagi bahasa cintanya hufffttt padahal posisinya dy kerja shift 2 yang notabene sudah pulang malam dy menyempatkan jg untuk mampir k toko makanan itu, sampai rumah boro boro saya siapkan makannya atau minum untuknya malah cemberut 😌 yaa Khan penyesalan adanya di akhir ya..
Ternyata itu bahasa cintanya.. disitu dan saya belum menyadari nya, krna saya juga perlu belajar terus belajar untuk saling memahami
Bahasa cinta lainnya adalah suami saya selalu membantu saya untuk mencuci setrika baju menjaga anaknya masak dan seperti yang ada di foto, menyiapkan bekal untuk saya huhuhu bahasa cinta mana lagi yang belum saya sadari :((( setiap weekend yang rela turun tangan setrika baju ya dy.. dy selalu minta saya untuk menjaga anak kami, kata dy anakmu butuh ibunya tuh.. tanpa pernah mengeluh lelah dy kerjakan pekerjaan yang orang bilang pekerjaan wanita.. tapi buat dy rumah tangga adalah kerjasama.. dy tidak menikahi saya untuk menjadi pembantunya..
Tulisan ini menjadi pengingat untuk saya sendiri ketika mungkin nanti kerikil kecil menjadi pemanis dalam rumah tangga kami.. bahwa saya itu dicintai olehnya dengan bahasa cintanya sendiri tanpa menjadi orang lain..
Love you SNC ♥️
2 notes · View notes
kemaladiah · 4 years
Text
Kim Ji Young, Born 1982
Beberapa waktu lalu, saya baru saja mengulang kembali menonton film Kim Ji Young, Born 1982. Ini bukan kali pertama saya menonton film Korea, tentu saja. Walau sebelumnya saya juga bisa dibilang tidak begitu mengikuti drama Korea. Bukan apa-apa, hanya saja saya selalu berpikir bahwa butuh waktu luang yang banyak jika ingin menonton drama dengan begitu banyak episode. Sementara film, hanya butuh sekitar 2 jam untuk bisa mengetahui keseluruhan cerita. Bahkan, untuk menyelesaikan film yang berdurasi hanya 2 jam tersebut juga bisa molor karena saya mudah terdistraksi. 
Itulah kenapa, untuk beberapa film yang saya suka (entah karena para pemainnya atau memang karena ceritanya yang menarik) saya berusaha mengulang kembali hingga akhirnya bisa memahami pesan yang ingin disampaikan melalui film tersebut. Setidaknya, saya memaknai film tersebut dengan perspektif saya.
Kim Ji Young, Born 1982 adalah film yang benar-benar menarik buat saya, setidaknya hingga saat ini, di masa kondisi dan fase hidup yang saya alami sendiri. Film ini menceritakan betapa berubahnya kehidupan seorang perempuan setelah menikah, terutama bagaimana menyesuaikan diri dengan tuntutan lingkungan sekitar. Sesuai dengan judulnya, sudut pandang yang menjadi ide utama cerita ini adalah Ji Young, perempuan 30 tahunan yang dulunya bekerja, harus menjadi Ibu Rumah Tangga seutuhnya juga menantu yang sempurna.
Ji Young diceritakan depresi yang tidak disadarinya, karena secara tiba-tiba ia bisa saja berlaku sebagaimana Ibu Mertuanya. Di lain waktu, ia mengatakan bahwa hidupnya hampa, dan bahkan tidak tahu perasaan apa yang dialaminya ketika petang hari tiba. Ji Young sebelum menikah adalah seorang karyawan yang brillian, hal ini terbukti ketika bos lama tempatnya bekerja mendirikan perusahaan baru, menerima Ji Young untuk bekerja kembali dengannya. 
Masalah mulai muncul karena bagi Ibu Mertuanya, anaknya Dae Hyung sudah cukup mumpuni dengan pekerjaannya saat ini dan Ji Young seharusnya tetap menjadi Ibu Rumah Tangga. Dae Hyung, suami Ji Young, bersikap sebaliknya. Ia sangat supportive ketika Ji Young ingin kembali bekerja, jika memang itu bisa mengembalikan Ji Young seperti sebelumnya dan bahagia. 
Film ini menarik bagi saya secara personal karena bahkan hingga saat ini, masih akan kita temukan anggapan tentang bagaimana seharusnya perempuan. Kodrat perempuan yang seharusnya di rumah saja, mengurus pekerjaan domestik dan berlaku sopan terutama di rumah mertua. Menunjukkan sisi-sisi baik dan rajin tanpa henti karena menjadi istri dan Ibu adalah pekerjaan 24 jam/ 7 hari. 
Film ini juga menceritakan sisi lain teman Ji Young yang tetap berkarir, masih belum memiliki pasangan dan label “perawan tua” sudah tak terelakkan. Sementara bos yang secara karir mapan dan sudah berumah tangga, dianggap bukan istri/ibu/menantu yang baik karena anaknya diasuh oleh sang nenek, Ibu Mertuanya. Bagi perempuan, antara karir dan rumah tangga selalu menjadi pilihan. Sebaliknya bagi laki-laki, pekerjaan adalah kewajiban, dan pekerjaan domestik bukanlah keharusan.
Jika ditanyakan kepada saya pribadi, sungguh saya ingin menjadi Ibu Rumah Tangga. Mendedikasikan diri untuk mengurus suami dan anak (nantinya) namun tentu, tidak ingin sampai kehilangan jati diri saya sendiri. Saya juga tetap ingin produktif dan berkarya, tetapi semoga saja itu bisa dilakukan di rumah atau dengan waktu yang lebih fleksibel mengingat tugas dan kewajiban utama saya adalah keluarga.
Ji Young, adalah contoh stigma bagaimana perempuan seharusnya, sekaligus tamparan bahwa perempuan juga punya hak bagaimana ia ingin menjalani hidup yang utuh. Perempuan butuh waktu untuk dirinya sendiri, untuk berkarya sehingga tidak mengganggap dirinya sia-sia, atau bahkan untuk bahagia dengan banyaknya dukungan dan cinta dari orang-orang yang menjadi lingkaran utama. Dalam hal ini tentu saja suami, orang tua dan saudara, juga mertua dan ipar nantinya.
Karakter Dae Hyung sebagai suami juga adalah tipikal suami ideal yang mungkin bisa dijadikan contoh. Ia dengan cekatan ikut bertanggung jawab terutama saat mengurus anak, juga tanpa enggan mengerjakan pekerjaan domestik. Namun ketika ini dilakukan di rumah orang tuanya, Ibunya malah menyindir dan merasa bahwa hal itu salah. Padahal toh, apa salahnya dengan lelaki yang mencuci piring? 
Secara menyeluruh, film ini terasa sangat nyata dengan kehidupan wanita saat ini yang digambarkan berusia 20-an akhir atau 30-an awal. Fase di mana merasa kehilangan jati diri dengan status yang berubah, atau kebingungan dan kehampaan karena waktu yang dimiliki terasa habis begitu saja dengan rutinitas yang tak berbeda setiap harinya. Bagian favorit saya tentu saja ketika akhir cerita Ji Young dengan sadar mengatakan bahwa ia belum bisa bergabung untuk bekerjasama kembali. Namun keputusannya, alih-alih disertai kebimbangan, Ji Young diceritakan menghasilkan tulisan yang dimuat pada majalah hingga akhirnya menuliskan tentang kisah hidupnya.
Semoga saja para perempuan di luar sana, juga saya terutama, nantinya akan menjadi perempuan yang juga berani dalam mengambil keputusan. Tidak serta-merta merasa kehilangan jati diri ketika menghadapi perubahan status dan fase hidup. Menjalani hidup dengan keyakinan kuat, bahwa pilihan sejatinya ada di tangan kalian sendiri. 
1 note · View note
babytiggerr-blog1 · 5 years
Text
ADU RAYU
PART 1
Anak kecil yang akan kamu hadapi, sewaktu-waktu, salah satunya bisa jadi adalah aku. Di saat begitu, aku bahkan taktahu jelas mauku. Semua akan salah, kecuali kesabaranmu. - kotak nasi
Seungwoo.
“Jadi bagaimana, pak?” Dua serupa obsidian menatap kearah suami istri satu persatu, berharap tak melempar komplain yang berlebihan karena badan serta pikiran terlalu letih, jika boleh jujur..
Tapi berhubung klien adalah raja gue berusaha untuk tetap tersenyum dan menampilkan wajah wibawa, iya, demi klien meski malam tadi gue cuman sempat tidur dua jam.
Puji Tuhan mereka nggak komplain, menurutnya hasil kerja gue mendekati ekspetasi yang seperti mereka bayangkan, saat gue menunjukan versi 3D dilayar laptop yang dibawa ke tempat janjian.
Akhir tahun adalah momok tersendiri buat gue dan kawan-kawan seperkantoran karena biasanya pada akhir tahun banyak banget yang harus dikerjakan. Mulai dari kejar deadline akhir tahun, survey project untuk tahun depan, dan menerima klien baru itu belum termasuk kalau dilapangan ada kendala,
kayak kejadian setelah ketemu klien dan baru saja sampai kantor mendadak telpon yang berada di ruangan gue berbunyi meraung-raung, heran? Jelas, karena biasanya orang lebih sering menghubungi gue lewat hp kecuali… masalah kerjaan… yang langsung berhubungan sama si bos atau karyawan lain. Untungnya itu cuman Mbak Dela yang minta gue mengirimkan file RPS  yang sebelumnya gue minta tolong untuk diprintkan. “siapa?” ujar seseorang yang setahun lebih tua dari gue. Sunho, yang berdiri sambil sibuk ngebukain berkas sedangkan tangan kirinya bawa cangkir berisi kopi hitam pekat. Baunya menguar kesatu ruangan.
“emang siapa yang lo harapin? Pacar? Pacar gue mana ada nelpon pake telpon kantor.”
“Ya sapa tau pegawai magang yang naksir lo waktu itu.”
“najis.”
[Han Seungwoo] 
– Udah makan?
[Hana J.]
 -Ini lagi makan sama temen.
 -Kamu udah?
[Han Seungwoo] 
-Belum, mungkin habis ini
[Hana J.]
 -yaudah.
[Han Seungwoo]
- Oke.
Hana adalah cewek gue, meskipun gitu waktu buat ketemu buat berdua susah banget. Nggak, kami bukan pasangan LDR, kami tinggal di kota yang sama, cuman lagi sibuk sama karir masing-masing, untuk ketemu harus ngeluangin waktu khusus disela-sela sibuknya jam kerja.
**
Hana.
“Iya ibu, nanti Hana pulang kalau pekerjaan udah selesai.” suara wanita paruh baya di seberang sana terus-terus mengingatkan  untuk nggak terlalu berlebihan dalam pekerjaan.
“janji ya? Kamu udah kabarin seungwoo belum?” senyum tipis yang tadi merekah sedikit memudar karena ingat bahwa belakangan aku dengan orang yang dimaksud ibu, nyaris nggak ada waktu untuk ketemu.
Dua minggu ini kerjaanku benar-benar menggila, bahkan beberapa kali minum obat sakit kepala karena pening dan rasa kencang yang menjerat nggak bisa ditahan lagi.
“nanti hana coba ajak seungwoo main ke rumah buat ketemu ibu.”
“yaudah, ibu tutup ya telponnya.” suara tuuut tuuut panjang menjadi penutup perbincangan siang itu digantikan dengan suara notifikasi dari sebuah aplikasi chat.
Oh ya aku Hana, bekerja disebuah redaksi majalah asia. Tahun ke 3 aku kerja disini, puji tuhan aku betah betah aja, walaupun kalau ketua divisiku lagi menggila rasanya pingin banget resign. Tapi yang begini cuman pinginan sesaat aja kok, kalau resign aku kerja apa dong?
aku menatap ruang obrolan pada aplikasi chat, karena detik berikutnya memutuskan untuk nggak membalas lagi. Chatku dengan seungwoo hanya sampai situ. entah karena memang sudah tidak perlu ada yang dibahas lagi atau… karena aku sudah terbiasa dengan gaya komunikasi kami yang begini. Straight to the point and simple.
****
Seungwoo.
Sebuah email baru dari Pak Andaru masuk, buru-buru gue klik, sedikit nggak sabaran oleh proses loading. Email itu hanya berisi pesan singkat, tanpa salam pembuka atau subjek. Amat sangat jauh dari kaidah surat menyurat yang baik dan benar.
From: Aandaru @ gmail . com To:  HanSung @ gmail . com
Ada calon klien dari PT Lintang Utama, pemilik saham tunggal Lotus Hypermarket. Tolong kamu tangani dengan baik. Jangan sampai gagal. Ini proyek besar, kamu harus bisa meyakinkan calon klien ini dengan dsainmu. Jika deal kita akan menjadi tender tetap untuk perusahaan pemegang saham ini. Saya tekankan lagi, buatlah desain yang menarik, pelajari seluk beluk visi misi perusahaan itu. Minggu depan pihak Lintang Utama akan datang, berilah penjelasan singkat yang meyakinkan.
Wow, gue tercengang sesaat, segera gue dengan kilat mengetik untuk membalas email dari Pak Andaru. Tak lupa gue memberi tahu senior gue yang lagi ngopi tadi, senior setahun diatas gue.
“Bro, gue habis dapet email dari pak bos.”
Sialan, yang gue ajak ngobrol malah dengan santuynya ngopi, sambil niupin kopinya yang berada dicangkir biar cepat cepat dingin. “email, apaan tuh?”
“proyek besar bro. Dari PT Lintang Utama.”
“bukannya itu pemilik sahan Lotus hypermarket ya?”
“Yap, betul sekali.”
“Serius lo?”
“serius gue malih, kalo deal doi bakal jadi klien tetap kita.”
“oke gue bakal bantu lo.”
“Serius ?”
“Kapan sih gue boong sheyeng.”
“Najis.”
Seneng? Jelas. Gue di amanahi buat pegang proyek besar lebih-lebih PT Lintang Utama, pemilik saham nomor satu hypermarket di negri ini. Tapi gue juga nggak bohong kalau sedikit terbesit rasa risau, apakah gue mampu untuk menangani proyek sebesar ini?
***
HANA
pukul lima sore seperti pesan ibu untuk nggak terlalu memforsir diri, aku memutuskan untuk pulang. Sudah terbiasa dengan kemacetan jakarta, duduk berjam-jam dikursi sopir mobil dengan alunan lagu milik standing egg berjudul ironic.
memilih naik kendaraan pribadi dibanding transjakarta atau kendaraan umum sejenisnya, turut menyumbang polusi dan kemacetan ibu kota yang bentar lagi bakal pindah ini. Untuk orang pada umumnya mungkin terjebak ditengah kemacetan membuat pusing dan darah tinggi. Berbeda denganku ada waktu-waktu tertentu dimana aku malah suka terjebak macet, sendirian di mobil dan dengan bebas memutar lagu-lagu korea sampe enek tanpa mendengar lemparan protes.
Pikiranku pun ikut bebas berkelana kemana saja, bertanya-tanya dengan diri sendiri tentang sebuah kemungkinan-kemungkinan dibalik wajah-wajah lelah yang tengah menuju rumah.
Contoh seperti mbak-mbak yang lagi naik ojol persis disamping gue, rautnya nampak kebingungan sambil mencoba mendekatkan telinga yang berada dibalik helm ke kepala driver ojol. Kayaknya si mbak mencoba berusaha mendengarkan obrolan driver gojek meski seberusaha apapun nggak bakal kedengeran dan berakhir jadi penjual kelomang, ‘hah? Hah?’
Atau bapak-bapak yang raut wajahnya nampak emosi dan dengan nggak santainya terus terusan menekan klakson motor, ada apa? Apa yang membuatnya sebegitu emosi dijam pulang kerjanya? Apa harinya di kantor tengah begitu berat?
Pikiran-pikiranku itu mendadak hilang dibarengi keterkejutanku karena ponsel berdering.
Seungwoo
“Good afternoon, sir. What can I help you with?” gue sedikit terkekeh begitu mengangkat telpon.
“Good Afternoon, Ma’am. Lagi dimana?”
“Di mobil, ini perjalanan pulang ke rumah.”
“Oh..”
Aku diam beberapa saat, “Seungwoo.”
“Ya?”
“Ibu nyariin kamu tuh, kayaknya kangen.”
“aku kangennya sama kamu tuh, bukan sama ibu. Gimana dong?”
“Yeeh apaan sih. Serius ini.”
“Lho aku juga serius, Han.”
“iyadeh.”
“mau ketemu kapan emangnya, weekend kamu ada waktu nggak?”
“weekend ya? Duh aku belum lihat agenda tuh.. jumat gimana?”
“yaudah, aku kosongin jadwal hari jumat,”
2 notes · View notes
me-bumi · 5 years
Text
Mungkin, Kau Harus Menyerah.
Kenalnya baru 40 hari, itu pun hanya sekedar ngobrol biasa saja. Tidak ada yang spesial. Selang 40 hari, aku dan dia berencana melakukan traveling bersama. Gak cuma kami sih, ada 4 orang lainnya yang juga temannya ikut bersama kami. Tak lupa ku bawa 2 teman pun agar kami tak begitu canggung. Rencana awal kami adalah Pantai Bira, salah satu pantai yang terletak di Bulukumba, Sulawesi Selatan.
Bandung - Sulawesi Selatan, biaya tiket yang berhasil dikumpulkan dari menabung uang jajan selama berbulan-bulan akhirnya digunakan juga. Pulang kampung sih akunya, nenek punya darah sulawesi selatan. Pun ayahku. Perjalanan kali ini tanpa izin ayah, berurusan dengan ayah untuk izin jalan jauh sama susahnya berurusan dengan dosen pembimbing yang tiap konsultasi sangat susah buat ACC.
Ah, lupa namanya Hutan. Sebut saja begitu. Dia lelaki dengan tinggi badan 180cm, punya mata yang sayu, hidung yang cukup besar sedikit mancung, dan potongan rambut ala-ala aktor korea. Yang ku sukai dari dia hanya satu, dia baik. Itu saja. Aku bisa menyukai seseorang asal dia baik, asal dia bisa membuatku merasa nyaman di dekatnya.
"Sudah lama nunggunya?" Sapa seseorang yang membuatku harus menutup Gomu secepat kilat.
"Eh... baru kok." Ku jawab kikuk, lelaki yang baru saja ku ceritakan duduk di sebelahku dengan ransel yang terlihat penuh dan tas pinggang yang menyilang di bahunya.
"Katanya bawa teman. Mana?"
"Masih di jalan. Lah, kamu katanya juga bawa teman, mana?"
"Di toilet, yang satu lagi cari makan." Gomu ku simpan kembali ke ranselku.
"Udah izin sama ayahmu?" Tanyanya tanpa melihatku, dia sibuk mencari sesuatu dalam ranselnya.
"Belum sih. Nanti nyampe sana baru izin."
"Mampus. Kalau kamu ada apa-apanya, bisa di bacok palaku." Wajahnya menatapku serius, aku tertawa kecil. "Ini aku serius loh. Jangan ketawa." Katanya lagi.
"Tenang. Insya Allah gak akan ada bahaya."
10 menit berikutnya, keempat temannya datang. Dua wanita dan 2 pria. Kami berkumpul, yang melakukan check in dia, yang memastikan tidak ada barang tertinggal dia, yang memastikan aku udah makan sebelum naik ke pesawat dia.
"Beneran udah makan?" Katanya lagi.
"Iya, tadi makan roti." Balasku.
"Kamu ini kalau dikasih tahu rada ngeyel ya. Kan ku suruh makan nasi bukan roti." Katanya agak kesel.
"Tadi gak sempat nanti sampai sana baru makan." Aku berjalan mundur, seorang teman perempuannya seperti memangkas jarak saat kami berjalan. Yang tadinya kami berjalan beriringan, sekarang malah tidak.
Dua temanku sibuk dengan ponselnya masing-masingnya. Ah, mungkin aku menyukainya karena dia tak pernah sibuk dengan ponselnya, karena dia sering mengajakku ngobrol walau hanya sepatah dua patah kalimat tanya yang keluar dari mulutnya.
"Mau duduk sampingan sama aku apa sama temenmu?" Tanyanya begitu kami menemukan kursi masing-masing.
"Aku bareng teman aja, gak enak juga sama temenmu. Kayaknya kita pergi biar kamu bisa urusin aku. Kan bukan anak kecil lagi." Aku berbisik padanya, dia tersenyum lalu duduk tepat disebelah teman perempuannya yang menurutku si perempuan itu juga menyukainya.
Selama dalam pesawat aku menyesal tak duduk disampingnya. Dia, tampak sangat senang ngobrol dengan teman perempuannya. Padahal kami pun tak begitu dekat, tapi cemburu sudah datang menjengukku. Kesal bukan main, saat landing aku tak berbicara dengannya.
"Mau istirahat dulu gak?" Tanyanya, saat kami dalam perjalanan menuju pantai Bira.
"Gak usah, nanti kemalaman lagi nyampenya." Kataku.
"Istirahat bentar deh, aku mau ke toilet juga, sekalian makan yuk. Laper." Kata si perempuan.
"Kita istirahat ya sebentar." Matanya melihatku dari kaca depan mobil. Aku menghela nafas panjang, masih kesal. Mobil kami berhenti di salah satu rumah makan. Semua yang ikut dalam rombongan antusias mengisi perutnya, hanya aku yang tidak begitu nafsu. Dan hanya aku yang tampaknya sangat susah sekali akrab dengan temannya.
"Kamu kenapa sih?" Tanyanya saat aku memutuskan untuk tidur di dalam mobil.
"Gak apa-apa. Lagi mau tidur saja."
"Turun dulu, makan. Kan tadi belum makan kamu."
"Aku bawa roti, nanti makan ini saja." Ku tunjukkan satu bungkus roti yang dibelikan Deka dibandara tadi.
"Ya udah terserah kamu. Ntar kalau maagnya kambuh jangan ngeluh ya." Dia tampak kesal.
30 menit setelah istirahat mobil kembali melaju, yang nyetir bukan dia lagi, temannya. Dia duduk disebelahku, tepat disebelahku. Dipangkuannya ada air mineral, obat maag, dan ketupat.
"Mau makan ketupat isi daging gak?" Katanya saat melihatku bangun.
"Tidak. Terima kasih."
"Buat aku saja." Kata si perempuan yang duduk disebelahnya.
"Kamu kan tadi udah makan. Dia belum makan nasi hari ini. Gak boleh." Balasnya.
"Cie cie, seperhatian itu sama Bumi." Salah satu temannya menggoda.
"Kalian pacaran?" Kata temannya yang lagi nyetir.
"Gak. Pacaran gimana. Gw juga kan baik sama lu-lu pada." Jawabnya.
Ah, mungkin aku harus menyerah. Mungkin memang hanya aku yang menyukainya. Saat semua orang tertawa, aku hanya bisa tersenyum. Patah hati pertamaku setelah sembuh dari luka 7 tahun lalu.
***
3 jam lebih perjalanan kami, akhirnya kami tiba di pantainya. Yang laki-laki izin mendirikan tenda, sementara aku berjalan sebentar. Matahari sudah mulai tenggelam saat kami mendirikan tenda, dan matahari sudah mulai terbenam saat dia sibuk mencariku karena disangkanya aku hilang.
"Ya ampun, Bumi. Kalau mau jalan ajak yang lain temenin kamu. Kalau ada apa-apanya gimana?" Katanya terlihat cemas.
"Maaf."
"Yuk balik ke tenda sama anak-anak."
Aku mengikuti langkahnya, punggung itu membuatku sadar seketika, kala tangan perempuan menggandeng tangannya. Dan mereka bertatapan cukup hangat. Langkahku terhenti, aku ingin pulang malam itu juga. Aku tidak ingin melihatnya malam itu juga.
"Kebiasaan banget sih gandeng-gandeng tangan orang."
"Kenapa? Aku suka gandengan sama kamu."
"Ada yang gak suka kita gandengan. Sana duluan kamu."
Aku menghela nafas panjang, suara angin terlalu bising, aku tak mendengar apa yang mereka bicarakan. Yang mataku lihat, laki-laki yang ku sukai berjalan ke arahku dengan ekspresi yang sulit ku tebak.
"Kan sudah ku bilang makan, biar ada tenaga buat jalan." Dia menarikku.
Hari ini aku menyerah. Ku biarkan rasa sukaku lenyap dengan ombak yang kembali ke lautan. Selama 40 hari lebih aku menyukainya, hari ini aku menyerah. Mungkin, aku memang harus menyerah sejak awal. Padahal untuk sembuh aku butuh bertahun-tahun.
BERSAMBUNG...
*kalau misal banyak peminatnya akan ku sambung minggu depan.
9 notes · View notes
mamosefan · 7 years
Text
Jam Tangan Wanita Kw Super Online. Jam Tangan Pria Laki-laki Wanita Perempuan Couple Terbaru Keren Simple Elegan Gagah New Seven Friday Rantai Stainless Chain Black Gold Kw Super  discount spesial hingga 40% cuma di Bandungsale.com
#gallery-0-5 { margin: auto; } #gallery-0-5 .gallery-item { float: left; margin-top: 10px; text-align: center; width: 100%; } #gallery-0-5 img { border: 2px solid #cfcfcf; } #gallery-0-5 .gallery-caption { margin-left: 0; } /* see gallery_shortcode() in wp-includes/media.php */
wanita malaysia murah jam tangan wanita elizabeth jual jam tangan wanita diamond jam tangan alba wanita gold foto jam tangan wanita mewah ngetrend burberry jam tangan wanita terbaru tokopedia jam tangan alba wanita kalep fashionable baby daftar harga jam tangan fossil wanita 2015 kasual cassio korea alfa jam tangan wanita lasebo adidas coffe terbagus jam tangan gucci wanita terbaru 2015 jam tangan fashion wanita branded syahrini suplier bali keren aaa lazada.co.id jam tangan casio wanita sapphire jam tangan wanita dari kulit crystal jam tangan bermerek wanita 2015 swarovski omax jam tangan wanita replika malaysia terupdate jual jam tangan wanita aigner lemans jam tangan wanita rolex full diamond murah favorit jual jam tangan wanita ori harga jam tangan wanita cantik grosir 2016 jam tangan wanita rantai emas 645.133 jual jam tangan wanita tahan air oris jam tangan wanita model sekarang shopee datejust furla quicksilver kanvas review jam tangan wanita gucci murah jakartanotebook black casual jam tangan fashion wanita
terbaru chisti tempat jam tangan wanita elevenia kwalitas untuk q&q jual jam tangan wanita aigner original harga jam tangan gc wanita kw super import non lazada jam tangan anak perempuan frozen jam tangan alexandre christie wanita terbaru 2014 water wd jam tangan wanita merek alexander cristy quess reene jam tangan rado wanita terbaru popular jam tangan perempuan modern harga jam tangan anti air untuk wanita harga jam tangan wanita festina jam tangan wanita original kulit casio ltp-1308l-1avdf tipe koleksi jam tangan pria dan wanita dan sinobi pria jam tangan wanita merk gucci original club jam tangan wanita casio edifice jam tangan wanita digital terbaru model jam tangan anak perempuan jam tangan wanita merek mirage cecile 4019l jam tangan wanita terbaru gucci cara polo tanah rubber modis jam tangan casio wanita digital 10bar second jam tangan wanita gold murah sepasang jam tangan wanita guess leopard alain karir jual jam tangan wanita casio original jual jam tangan wanita alexander jam tangan wanita alexandre
christie kw super harga jam tangan perempuan bonia promosi harga jam tangan alba wanita gold korean jam tangan wanita led sinobi discount nama tikar promosi waterproof jam tangan wanita michael kors harga jam tangan polo wanita model jam tangan wanita swatch jam tangan nixon perempuan jam tangan wanita yg mewah lotus 617627 ukuran jam tangan wanita lapis emas anne weil jam tangan wanita merk casio jam tangan wanita 2015 malaysia instagram gendut festina jam tangan wanita ceramic putih meriah silver sa devond murah crocodile skagen jam tangan wanita branded di lazada harga di aq-230ga-9d halei bagus semi waterproof jam tangan wanita alexandre christie warna biru gambar jam tangan wanita merk alba jual jam tangan esprit wanita original kaskus jual beli jam tangan wanita berwarna ah7b93x6 mango batam aiten barbie sepasang kate remaja jam tangan wanita kecil oem jam tangan wanita warna pink jam tangan wanita merk furla rose model jam tangan wanita branded terbaru jam tangan casio wanita model terbaru terbuat http://www.jam
tangan wanita original jam tangan wanita water resistant murah harga jam tangan wanita merk chanel charriol solar medan jual jam tangan anak perempuan murah fortuner 1859 http://www.zalora.co.id jam tangan christ verra wanita terbaru cole berenang denpasar jual jam tangan tag heuer wanita jam tangan wanita gucci terbaru 2015 jam tangan wanita geneva motif jam tangan wanita ori casio ltp expedition automatic pemborong hegner jam tangan g shock wanita original satu roscani jam tangan wanita casio elevania jual jam tangan wanita warna merah super jepang jam tangan wanita fossil murah jam tangan karet remaja wanita pusat jam tangan wanita termurah jam tangan wanita geneva lazada jual jam tangan wanita keren model jam tangan wanita terbaru 2012 suplier leather ltp berbentuk yogyakarta jam tangan termahal untuk wanita senarai harga jam tangan tissot wanita malaysia terlaris jam tangan wanita murah di lazada september harga jam tangan christ verra wanita original merek richard kitty jam tangan wanita warna hitam kenneth harga
jam tangan wanita karet jam tangan wanita guess kw super remaja harganya gues jam tangan wanita police jam tangan wanita sophie martin juni 2017 harga jam tangan rado wanita original jam tangan wanita branded terbaru 2015 sd jam tangan aigner wanita hublot tajima urutan model jam tangan wanita terbaru merk alexandre christie jam tangan wanita tommy hilfiger jam tangan etienne aigner wanita zalora jam tangan wanita sale gambar jam tangan wanita bagus ini harga jam tangan wanita alba tali kulit jam tangan seiko untuk perempuan harga jam tangan wanita alexandre christie terbaru 2016 jam tangan guess wanita terbaru 2014 jual jam tangan casio wanita original ripcurl tokopedia jam tangan wanita casio harga jam tangan wanita aigner gc berbentuk model jam tangan wanita alexandre christie 2015 well merk jam tangan wanita dan pria grosir jam tangan wanita termurah nama lv online phillipe 8426 jill x73001m1s exchange 1303l tanpa merk jam tangan wanita yang mahal love omega berdiameter jam tangan wanita sporty original kualitas
well lemans bukalapak jual jam tangan wanita baby g jam tangan wanita seiko terbaru remaja original yang berlapis pesta jam tangan wanita hermes kw jam tangan wanita yg bagus jam tangan wanita casio dan harganya model jam tangan wanita merk casio terbaru hijau eiger jam tangan perempuan online elegant jam tangan wanita alexandre christie 2017 jam tangan wanita gues terlaris 2015 cooper http://www.jam tangan wanita.com jual jam tangan wanita murah online foto jam tangan alexandre christie untuk wanita harga jam tangan casio wanita rantai jam tangan wanita sporty elegan london harga jam tangan wanita alexandre christie ori samsung oris gambar jam tangan anak remaja perempuan weil jual jam tangan wanita warna hitam rudy grosir jam tangan rolex wanita valentine jam tangan wanita terbaru 2015 alexandre christie roxy alexandre jam tangan eiger wanita original guess model jam tangan wanita yang lagi trend jam tangan q&q perempuan anti air gambar jam tangan alexandre wanita jual jam tangan fossil wanita pesta black well tanpa 425.085
  Jam Tangan Wanita Keramik Putih, Jam Tangan Wanita Kaskus Original, Jam Tangan Wanita Korea, Jam Tangan Wanita Keramik, Jam Tangan Wanita Kw Super Murah, Jam Tangan Wanita Kw Murah, Jam Tangan Wanita Kulit Warna Coklat
Jam Tangan Wanita Kw Super Online Jam Tangan Wanita Kw Super Online. Jam Tangan Pria Laki-laki Wanita Perempuan Couple Terbaru Keren Simple Elegan Gagah New Seven Friday Rantai Stainless Chain Black Gold 
0 notes
famnfs-blog · 5 years
Text
Kesuksesan Kongsi Kosmetik belitar di indonesia
Menawarkan lebih alamat 200 ciptaan kosmetik, belitar, Inc. sudah menjadi jual beli produk skincare merek yg berhasil pada mengesahkan keanggunan Wanita Dengan koleksi produknya yg Agung merk ini memiliki kesempatan kepada merampas banyak perempuan di seluruhnya Bidang Kala ini menawari produknya di lebih mulai sejak 30 Negara maskapai ini memungkinkan kantor cabang penjualan perempuan bagi merenggut favorit pengguna dgn protes rumah penuh atau paruh Waktu Kongsi menatar perwakilan penjualannya melalui beraneka ragam program pelatihan yang terdiri awal acara manajemen dan pemelajaran yang memperluas potensi penuh dan akidah diri Pegawai Muslihat peserta penjualan dipercaya lewat program bonus dan menyorong kerja merusuk mereka. Juga sebagai Ibu belitar Ash, penggagas merek ini memulai perseroan terhadap perdana 1960-an; dirinya mengharapkan bisa membuat kreasi perawatan pribadi yang mampu dipercaya wanita di tahun-tahun mendatang.Industri menandatangani kepalang jawab sosial perusahaannya dengan tak hanya sediakan hasil yg aman yang mengizinkan wanita merasa Cantik meskipun kembali fokus kepada peningkatan kesegaran Perempuan Yang paling Penting Lembaga Ash Kay Mary diaktifkan bagi th 1996, menunjang memberikan pemberian yg murah tingkah-laku terhadap kekejian dekat rumah injak-injak bagi perempuan dan penyembuhan buat duit penelitian kanker. Yayasan ini mewasiatkan lebih bersumber tiga juta dolar hibah untuk 150 lokasi perlindungan untuk mangsa kesewenang-wenangan pada hunian ondak AS yg mengidap penyiksaan fisik, seksual, atau emosional dan membutuhkan rumah guna Mengatakan Dengan menurunkan tebakan $ 20.000 guna tiap-tiap tempat penampungan kepada pengusahaan udel penting dan rehabilitasi, industri menginginkan pada mengabolisi kebuasan dalam rumah injak-injak bersama membentengi pelayanan yang memadai kepada separo Umpan Kongsi ini sudah bermitra dgn Arbor Day Foundation untuk menyiapkan kawasan menuntut ilmu yang menyenangkan di tempat pembendungan ini biar anak-anak bisa berdamai bersama pengalaman mereka yg menyakitkan.Produk-produk seperti belitar Crème Lipstick menyerahkan kontribusi pada Yayasan Tidak cuma itu, pemberian segede $ 15 juta masih didanai guna semua ilmuwan yang coba memperkaya keberhasilan dekat teknologi medis dan perawatan kanker buat pasien perempuan yg butuh pertolongan terapi. Tidak hanya itu, belitar, Inc. mempunyai sukarelawan di seluruhnya bidang yg menolong anak-anak di Cina dan Taiwan dgn layanan pendidikan sambil berpartisipasi dalam acara pertolongan ganjalan di Australia dan Meksiko. Program pertolongan ganjalan lebih lanjut belitar berkesempatan bagi menopang melewati Gempa Tanah Badai, dan Banjir baru-baru ini. Begitu Tambah maskapai mendidik sudut pandang Korea berkenaan emisi yg berbahaya pada kehidupan sehari-hari mereka. Negara-negara lain seperti Kazakhstan dan Rusia masih memiliki sukarelawan maskapai yang mencoba menawarkan pelayanan terhadap penduduk Terus Relawan ini melaksanakan sekitar tunggal juta jam pelayanan masyarakat pada satu bulan kepada menghormati wanita di semua Bidang Kehormatan ini diabadikan guna Hri Wanita Umum untuk 8 Maret 2011 yg mementingkan janji industri kepada melayani wanita di semua dunia.Keterlibatan brand pada kegiatan uluran tangan dan bermacam tugas bersahabat menyimbolkan rutinitas Perusahaan Kongsi mengkhaskan pada mewasiatkan kabar yg jujur berkaitan produk-produknya untuk costumer lewat rujukan yg konsisten bersama dokter kulit independen. Sejalan bersama itu, beliau melaksanakan lebih dari seratus ribu tes guna memblokade konvensional Kualitas belitar, Inc. mengedepankan apresiasinya bagi bagian dgn membantu penganut manusia bangkit dari Kesulitan Maskapai membela keberhasilannya dengan menyusulkan tanggung jawab bersahabat perseroan dan kebangsaan Maskapai Kongsi mempraktikkan tanggung jawab filantropis dengan memusakakan sumbangan yang tetap kepada Penduduk belitar menghindari praktik-praktik tidak setara dgn menganjuri sebuah badan yang berdiri bagi mengadakan keadilan kepada keganasan dekat rumah ondak kepada perempuan dan membantu menyembuhkan hal seperti kanker. Bersama tak hanya berikan mereka kesempatan guna jadi direktur penjualan independen, merek pun mengupayakan untuk menghormati dan menyatukan karyawannya dgn mendidik dan mengatur interaksi dengan mereka. Secara Keseluruhan perseroan menginisialisasi lumrah semesta yg meluluskan keberhasilan dan pencapaian perusahaannya terus menandai moral etis kepada masyarakat.
1 note · View note
imperfectharmonia · 5 years
Text
4 Jam
Kali ini lain, stasiun masih sepi, padahal 30 menit lagi kereta berangkat.
Terlihat, hanya beberapa petugas stasiun yang sedang berkegiatan. Itupun bukan SOP. Melainkan kegiatan "ngobrol pagi" 6abg memang enaknya ditemani kopi atau segelas teh manis. Tapi dipaksa absen, menghormati bukan suci.
Perjalanan kali ini pun lain, tak serepot biasanya. Jaraknya pun lain, tak sejauh biasanya. Mereka yang menjadi "teman seperjalanan" pun lain. Tak seperti biasanya.
Aku tahu, kamu masih bisa melihat dibalik sela-sela sweater mu yang sengaja kau gunakan untuk menutup wajahmu.
Aku tahu, sepertinya agak canggung memang. Duduk berhadapan seperti ini, akupun tak biasa. Tapi keadaan tak memungkinkan. Dan tak ada yang bisa kupikirkan selain membuat beberapa paragraf tentang mu, meski hanya dari sedikit observasi mata saja.
Untuk seorang perempuan, kau terlihat begitu nyaman. Menaikkan satu kaki, menjadikannya sandaran tangan untuk terus berinteraksi dengan smartphone mu. Headset bluetooth besar, tak terlalu canggung kau gunakan. Suara musiknya terdengar sayup dibalik headset itu. Korea, hal yang "agak menggangu" di telinga. But I can't help but to listen.
Kacamata, dengan frame tipis, lensanya pun tipis yang sepertinya tak terlalu cekung. Minus, mungkin tak lebih dari 1. Beberapa kali mengerenyitkan dahi. Kembali menutup wajah. Lalu mengangguk-angguk sesuai dengan irama yang berputar. 15 menit berlalu, hamparan sawah hijau mulai terlihat. Sedikit menengok, lalu mengeluarkan aplikasi kamera dari smartphone. Memotret beberapa kali. Biasa, tak ada senyum puas, Tak ada juga rengut kecewa. Memang Taka ada beda di luar, namun kuharap pemandangan ini sedikit menenangkan hatinya.
Sebenarnya, apa urusannya bukan? Seseorang, baru saja bertemu, "dipaksa" bertemu. Bukan siapa-siapa. Tapi entah kenapa, setiap melihat jauh ke dalam seseorang, aku selalu bisa melihat kesedihan mendalam yang tersembunyi. Meski masih banyak titik terang, harapan-harapan. Seperti sedikit terang itu, harapan untuk pulang.
Tentu saja ini perjalanan pulang, untukmu. Belum untukku.
Namun semakin lama, ada sebuah frasa muncul dalam kepala. I've seen you somewhere. Bibir mungil itu, dengan sedikit lekuk di bagian tengahnya. Kacamata. Sesuatu yang sangat familiar muncul dalam ingatan. Mungkin, dulu engkau terlihat lebih gendut. Tapi, itu kan kamu. Nah di depanku ini siapa?
Pertanyaan itu cukup hanya di kepala. Sepertinya bukan kewajiban untuk tahu lebih dalam. Yang jelas, siapapun dia, kuharap ke depan lebih baik dari segi pakaian. Yah, kau tahu wanita dewasa, banyak dari mereka berpakaian masih saja seperti anak kecil. Ada kesadaran yang harus dibangun.
Siang di luar terlihat panas, namun di dalam gerbong dingin menusuk-nusuk. Aku mencoba merapatkan jaket, melihatmu sekali lagi yang kutahu juga menembus pandang dari balik sweater mu. Mencoba tidur untuk 4 jam ke depan. Untuk bertemu dengan kamu yang sebenarnya...
2 notes · View notes
anisaafria · 5 years
Text
Hadiah Saat Merantau❤
“Merantaulah. Gapailah setinggi-tingginya impianmu.
Bepergianlah. Maka ada lima keutamaan untukmu.
Melipur duka dan memulai penghidupan baru.
Memperkaya budi, pergaulan yang terpuji, serta meluaskan ilmu” – diadaptasi dari bait syair Imam Syafii (767-820 M)
Tepat tanggal 17 Agustus 2013, aku menginjakkan kaki di bumi Arema. Seluruh keluargaku bersedia mengantarkanku ke tanah perantauan dengan rasa bangga dan terselip sedih dalam dada mereka. Sesekali kutatap wajah kedua orang tuaku. Hanya ada wajah yang bahagia, namun banyak khawatirnya. Kumantabkan saja hatiku sambil kulontarkan candaan kecil agar perpisahan itu tidak terlalu melankolis. Sore hari disertai gerimis kecil setelah kami sekeluarga makan bersama. Tepat di depan MX Mall aku dipersilahkan turun oleh keluargaku. Sejenak aku terdiam dan kutarik nafas panjang. Dengan suara bergetar kuucapkan selamat tinggal dan doa agar mereka sampai di rumah dengan selamat. Tak kuasa air mataku terbendung, akhirnya tumpah jua ke pipi. Air mata ibu, nenek, dan kakak perempuanku pun menetes deras bak Niagara Falls. Bapak yang sedari tadi diam diujung, hanya menatap jendela mobil yang tersapu rintik hujan. Aku pun salim dan meminta do’a agar aku dapat menuntut ilmu dengan baik dan segera kembali ke kampong halaman. Mereka mengamini dan aku pun turun dari mobil. Alih-alih melambaikan tangan, aku pun bergegas masuk ke mall dan menghibur diri dengan berbelanja keperluan bulanan. Dalam hatiku hanya terbesit “ini akan menjadi tahun-tahun yang menyenangkan dan membanggakan bagi keluargaku” – demi membahagiakan diri.
Keesokan harinya, aku bergegas untuk orientasi mahasiswa. Setelah subuh, aku pun berangkat dengan roommate kosku. Naas, kami kesiangan dan harus berjuang menembus ribuan mahasiwa yang sudah siap memasuki Graha Cakrawala. Dan pukul 05.30 WIB pintu gedung dibuka, tampak mahasiswa sudah mulai memenuhi gedung. Mereka berjejer sesuai fakultas masing-masing. aku puun celingukan, barangkali ada salah satu orang yang aku kenal. Tap!! Aku menangkap satu wajah yang familiar. Wajah lonjong dengan mata belok, rambut lurus nan tebal seperti ijuk. Hitam berkilau, tak segan aku menerobos beberapa mahasiswa dan menyapa sosok itu “Hai, Hanin ya?” seketika dia bingung dan celingukan, kusodorkan tanganku “Aku Anisa, anak Akuntansi offering I. Dari Gresik” dia membalas jabatan tanganku.
Disitulah cerita kami dimulai...
Kami berdua yang awalnya hanya berkomunikasi dengan twitter, akhirnya melanjutkannya via BBM. Kami pun membentuk satu group kelas untuk teman-teman lainnya. Hari demi hari pun kami lalui bersama. Dari OSPEK kampus hingga fakultas. Semester per semester pun kami lalui bersama dan selalu mendaftar pada kelas yang sama untuk berbagai mata kuliah. Kami pun bergabung pada organisasi yang sama. Dapat dikatakan, kami hampir menghabiskan waktu 7x24 jam bersama. Meski jarak kos kami yang cukup jauh, tapi ada abang angkot yang menyatukan kita *ceilah hahaha
Bak orang pacaran, tak sungkan-sungkan semua teman kami menyeloroh bahwa kami ini pasangan ideal. Hingga ada yang mengatakan “kalau ada Hanin pasti ada Anisa dan begitu sebaliknya”. Lucu sih, tapi memang begitu adanya hahaha
Banyak yang heran mengapa persahabatan kami sangat awet, mungkin karena kami memiliki beberapa kesamaan yaitu selera musik. Kami menyukai lagu dari band-band jadul seperti Air Supply, Bon Jovi, LP, MLTR, dan Avril Lavigne. Genre film kami juga sama, kami menyukai Transformers, Drama Korea, Harry Potter, dan beberapa film cinta seperti 50 Days of Summer. Oh ya, kami juga menyukai yang namanya trial error kuliner di Malang. Tapi yang paling favorite adalah lalapan kwkwk. Namun, terlepas dari itu semua. Hanin adalah sosok sahabat yang melebihi sahabat. Sosok saudara perempuan lebih tepatnya. Dia wanita yang sangat setia akan sebuah komitmen, sosok yang tak pernah lelah mendengarkan keluh kesahku. Dia selalu sabar ketika aku marah, ngambek, dan betah dengan segala kejelekanku. Kalau aku ditanya siapa orang yang paling mendukungmu dalam meraih mimpi? Aku akan dengan lantang dan tegas mengatakan “HANIN!”
Tidak dapat kupungkiri, apa yang aku lakukan dan dapatkan ketika masih mahasiswa hingga kini adalah berkat do’a dan dukungannya. Sungguh aku sangat berterima kasih kepada Allah karena aku telah dipertemukan dengan wanita yang hebat nan tangguh tapi gampang galau seperti dia hahaha. Mungkin, jika aku memberikan trilliunan terima kasih padanya, tidak akan pernah menebus kebaikannya padaku.
Hanin, melalui tulisan ini. Aku hanya menyampaikan secuil rasa syukurku yang ingin kutunjukkan kepada pembaca bahwa aku memiliki seorang sahabat yang rela mati-matian berdiri tegap disampingku meski aku tidak sebaik dirimu. Terima kasih telah menyempatkan 2 hari yang berkesan setelah perpisahan kita selama satu tahun lebih. Tidak banyak yang berubah darimu kecuali rinduku yang tak terbendung dan kutunjukkan dengan bully-an, maafkan aku yang penuh dosa dan selalu menyayangimu ini. Jaga diri di Batam, ternyata setelah kupantau ya. Batam banyak laki-laki selundupan yang menyelinap ke hatimu kwkwk. Kurasa itu illegal kalau tidak dapat stempel perizinan dariku-_-
Semoga segera dipertemukan dengan tambatan hati agar galaumu tidak seliar sekarang. Agar ada yang kau ajak membangun mimpi dan merealisasikannya. Tapi tenang, semuanya akan datang pada waktu yang tepat dan ketika kau siap!!
Tumblr media Tumblr media
1 note · View note
caaonlinecommunity · 3 years
Text
Radikal Bebas? Rawat Wajah dengan Snapskin!
Tumblr media
-  Efek radikal bebas ke kulit memang tidak main-main. Segera lindungi wajah dengan Snapskin, produk perawatan wajah yang akan melindungi wajah dari radikal bebas. Mengapa wajah perlu dilindungi? Tahu tidak, ternyata polusi udara menghasilkan radikal bebas sampai berukuran PM2,5, sehingga mudah masuk ke lapisan kulit. Akibatnya, kulit pun mudah mengalami berbagai peradangan seperti kekeringan, noda hitam, dan penuaan dini. Snapskin solusinya Selain mengonsumsi makanan kaya antioksidan rawat juga dengan produk perawatan wajah yang tepat seperti Snapskin, nih. Radikal Bebas Rawat Wajah dengan Snapskin Keunggulan Snapskin - Dilengkapi dengan sistem anti polusi, micro beads, dan SPF 50+ PA++++ untuk memberikan perlindungan anti polusi yang efektif hingga PM2,5. - Anti-Pollution Effectiveness Test, merupakan uji efektivitas antipolusi, terbukti 3x lebih efektif menghilangkan partikel PM2,5 dari kulit wajah. - Terbukti secara klinis mampu mengunci kelembapan kulit hingga 24 jam. - Semua bahan yang digunakan telah mendapat sertifikasi halal dari MUI. - Diformulasikan di Korea yang sudah berpengalaman memproduksi ratusan produk skincare favorit wanita Indonesia. - Telah teruji aman untuk semua jenis kulit termasuk kulit sensitif. Formula eksklusif Snapskin - C3 Protector Kombinasi Chia Seed, Callendula & Jeju Camellia sebagai anti oksidan yang membantu melembapkan kulit secara efektif dan melindungi kulit dari bahaya PM2.5. - Vitamin B3/Niacinamide Bahan aktif yang menjadikan kulit tampak lebih cerah, meratakan warna kulit wajah dan menjadikan kulit terlihat lebih sehat dan segar. - AHA–BHA-PHA Sebagai daily exfoliator yang efektif membantu mengangkatsel kulit mati dan menjadikan kulit terasa lebih halus dan pori–pori tampak mengecil. - Witch Hazel dan Betaine Dikenal sebagai ingredient yang sangat baik untuk menghidrasi, melembapkan dan merawat tekstur kulit. - Vollatile dan Ester Oil Menghidrasi kulit dan menjadikan kulit tampak lebih cerah. Rangkaian produk Snapskin yang wajib Anda coba 1.Easy Swipe Multi Mineral Anti-Pollution Cleansing Water Dengan one-swipe technology yang efektif membantu menghapus makeup dan kotoran yang menempel di wajah, termasuk polutan PM2,5 Cara menggunakan: - Tekan aplikator dengan kapas bersih. - Usapkan kapas secara perlahan untuk membersihkan kotoran dan sisa makeup pada wajah. - Tekan kapas dengan lembut dan diamkan selama beberapa detik agar makeup mudah terangkat.   2. Snap, Wash, Clean! Anti-Pollution Multi-Action Cleanser Pembersih wajah dengan butiran lembut yang mampu menghilangkan kotoran (termasuk polutan PM2.5) hingga ke dalam pori. Cara menggunakan: - Tuang pada telapak tangan dan busakan sebelum digunakan pada wajah. - Pijat wajah secara lembut dan perlahan hingga butiran beads menghilang. - Bilas wajah dengan air dan keringkan.   3. Dancing In The Rain! Pore Clariying Mist Toner Exfoliator toner yang efektif mengangkat sel kulit mati, membantu mengecilkan pori-pori sekaligus menyiapkan kulit untuk perawatan selanjutnya. Cara menggunakan: - Semprotkan dengan mata tertutup pada wajah yang telah dibersihkan. - Diamkan beberapa saat, atau tepuk-tepuk dengan lembut agar terserap dengan baik di wajah. Dapat digunakan sebagai face mist.   4. Mattifying Skin Booster Moisturizer Pelembap wajah yang mampu mengunci kelembapan kulit hingga 24 jam. Cara menggunakan: - Gunakan setelah menggunakan toner/essence serum di pagi dan malam hari - Pump secukupnya, oleskan pada wajah dan bagian leher secara merata dan lembut. - Diamkan beberapa saat hingga terserap dengan baik di kulit.   5. Weightless Face Sun Shield SPF 50+ PA++++ Tabir surya dengan SPF50+ dan PA++++yang melindungi kulit dari paparan sinarUVA dan UVB, wajah tampak lebih cerahdan terhidrasi. Cara menggunakan: - Gunakan 15 menit sebelum beraktivitas di bawah sinar matahari dan setelah menggunakan Snapskin Mattifying Skin Booster Moisturizer. - Tuang pada telapak tangan yang bersih, oleskan ke seluruh wajah dan bagian leher. - Gunakan kembali bila diperlukan.   #perawatankulit #perawatankulitkering #perawatankulittubuh #perawatankulitberjerawat #perawatankulitkepalaadalah #perawatankulitwajahbermasalah #perawatankulitberminyak #perawatankulitwajah #perawatankulitdisurabaya #perawatankulitwajahkering Read the full article
0 notes
intheemyart · 3 years
Text
The Beginning
Tumblr media
ㅤㅤ  𝐀𝐮𝐭𝐮𝐦𝐧 𝟐𝟎𝟏𝟐 ㅤㅤ  𝐈𝐥𝐥𝐢𝐧𝐨𝐢𝐬 𝐔𝐧𝐢𝐯𝐞𝐫𝐬𝐢𝐭𝐲  
Angin berembus kencang, menandakan musim gugur sebentar lagi akan beralih menjadi musim dingin. Desember kini sudah di depan mata. Artinya, suasana akan semakin ceria dengan kehadiran natal. Tak lupa, tahun baru. Puan berasma Biancardi itu tengah berada di Chicago, Amerika Serikat, untuk mengajar selama beberapa saat. Tak lama, karena ia sendiri juga sedang menempuh pendidikannya di Inggris. Syukurnya, internet sudah ada.
Tak banyak yang bisa ia ajar di sini. Nampaknya para mahasiswanya juga terkadang bingung dengan gaya bahasanya.  Menggunakan 𝘣𝘳𝘪𝘵𝘪𝘴𝘩 𝘦𝘯𝘨𝘭𝘪𝘴𝘩 dan atau 𝘴𝘪𝘯𝘨𝘢𝘱𝘰𝘳𝘦𝘢𝘯 𝘦𝘯𝘨𝘭𝘪𝘴𝘩, mereka bingung. Maklum saja, aksennya berbeda.
Setidaknya, mereka masih menganggap kehadirannya penting dan dirinya adalah seseorang yang amat sangat hebat dalam dunia seni dan konservasi. Duduk sang puan di halte depan; 𝙎𝙞𝙭𝙩𝙝 𝙖𝙣𝙙 𝙋𝙚𝙖𝙗𝙤𝙙𝙮 (𝙎𝙀 𝘾𝙤𝙧𝙣𝙚𝙧).
Menunggu bus datang, sehingga tubuh bisa beristirahatdi atas kasur. Seharian ini tubuhnya remuk dan ia ingin banyak istirahat.
────────── 
Senja menyapa bagian Amerika itu. Jalanan tampak padat karena jam pulang, tak lain dengan Julian yang baru selesai menyelesaikan administrasi penerimaan mahasiswa barunya. Sukses menggaet gelar bachelor, ia berencana langsung tancap gas ke jenjang selanjutnya.
Tungkai sang wira dilangkahkan menuju sebuah halte bus yang terlihat agak ramai.   Wajah Asianya nampak menyolok diantara beberapa orang yang menunggu disana.  Tak mendapatkan tempat, ia pun berdiri. Kuasanya membuka ransel miliknya, meraih botol minum guna melepas dahaga.
Pikirannya berkelana, tertuju pada rencana studi yang baru saja ia berkaskan. Terlebih karena tidak memberitahu orang tuanya bahwa ia langsung mendaftar jenjang lebih lanjut.  Keputusannya bukan karena suka belajar, tapi benci. Julian benci sekali jika harus pulang ke Indonesia.
Angin musim gugur berhembus, menusuk dingin, seolah mendukung pikirannya yang berkecamuk.  Dipejamkannya kedua netra sejenak, ingin sedikit meredakan yang bersarang di kepalanya. Hembusan nafas berat lolos dari wira berdarah Korea-Indonesia itu.
Atensinya kemudian kembali ketika bus yang ditunggunya datang. Dengan langkah tegas, kemudian mengatri masuk ke dalam bus.  Pilihannya jatuh kepada bangku kedua dari belakang yang diperuntukan dua orang, dekat jendela. Sehingga ia leluasa mengedarkan manik coklatnya ke jalanan.
Tak terlalu mempedulikan sekitar dan bergumul dengan pikirannya sendiri merupakan kebiasaan bagi sang adam. Sampai pada seseorang berwajah Asia duduk di sebelahnya.  Ekor matanya mencuri pandang ke sosok wanita berparas menawan di sebelahnya.
────────── 
Jaket tebal itu ia rapatkan pada tubuhnya. Tinggal lama di Inggris tak sedta merta membuat dirinya menjadi kebal akan udara yang menusuk kulit dan membekukannya di tempat.  Mendekati musim dingin, nampaknya semua akan merasakan hal yang sama.
Keinginan untuk berada di samping perapian, berselimut, sambil menikmati segelas teh atau coklat panas yang menghangatkan tubuh.   Sayang, pekerjaan tak mungkin ia tinggal dan hal seperti itu nampak mustahil dilakukan. Natal sendiri akan ia habiskan seorang diri.  
Tak berkumpul dengan sanak saudara di tanah kelahirannya, Singapura. Ada banyak yang harus ia selesaikan dan tak bisa dilewatkan. Pun, ia juga sedang ingin sendiri. Badai tak akan mengizinkannya kembali juga.  Frederica Esther Biancardi, begitu nama yang tersemat padanya sebagai identitas.
Bus yang dinanti tak lama datang. Frederica segera masuk ke dalamnya, tentu tak lupa membayar tarifnya terlebih dahulu sebelum mengedarkan pandangan di dalamnya.  Hanya tersisa satu kursi kosong. Mau tak mau ia harus duduk di sana. Sebelum direbut orang lain.
“𝘛𝘩𝘢𝘯𝘬 𝘺𝘰𝘶.” Frederica berucap pada sang supir sebelum ia segera melangkahkan kedua tungkai jenjang beralaskan sepatu hak tinggi.  Ia kemudian duduk di bangku tersebut. “𝘌𝘹𝘤𝘶𝘴𝘦 𝘮𝘦,” ucapnya sambil tersenyum.
Tentu mengucap permisi terlebih dahulu. Ia tak mau dikatakan tidak sopan dan asal duduk.  Frederica meluruskan kedua kakinya di bawah kursi di depannya. Puan berparas ayu khas Asia itu kemudian mengeluarkan sebuah permen dari dalam tasnya. “Mau?” tanyanya.
Ya, dirinya menawari sosok yang duduk di sampingnya dengan ramah.
────────── 
Anggukan pelan Julian menjadi balasan kata 'excuse me' dari puan yang duduk di sebelahnya. 'Wajah baru orang Asia, mungkin orang China atau Korea', pikir Julian dalam hati.   Puas mencuri pandang, Julian kembali mengarahkan netranya ke jalanan.
Benak Julian kembali berkelana. Tahun kemarin sangat berat baginya, bahkan hingga sekarang masih bisa ia rasakan lukanya seperti baru terjadi kemarin.  Sebab itulah dia memutuskan untuk tancap gas studi lanjutnya. Sebenarnya hanya mencari alasan saja untuk tetap di Chicago.
Di tengah getir yang bersarang di benak sang Adam, suara lembut wanita di sebelahnya menyapa, menawarkan sebuah hal sederhana namun manis, permen.  Bukan hanya itu, ia juga cukup terkejut mendengar kata 'mau' lolos dari bibirnya.  
'Indonesian? Wow.'
Manik coklat Julian langsung tertuju pada paras cantik wanita di sebelahnya
"Indonesian? Wow.." Seru Julian takjub.  "Saya kira bukan orang Indonesia.." Kuasanya kini mengambil permen dari sang puan  "Terimakasih untuk permennya.."  Senyum lebar terlukis di wajah Julian.
────────── 
“Memang bukan orang Indonesia,” balasnya sambil terkekeh pelan. “𝘐’𝘮 𝘢 𝘚𝘪𝘯𝘨𝘢𝘱𝘰𝘳𝘦𝘢𝘯,” tambahnya, meralat mengenai asal-usulnya.  Frederica tahu ada banyak sekali pelajar Indonesia di sini dan dari wajahnya, nampaknya pria ini berasal dari negeri tetangganya.
“Jurusan apa?” tanyanya lagi dengan bahasa ibu sang tuan di sampingnya. Dikarenakan dirinya juga fasih berbicara dalam bahasa itu, jadi ia gunakan saja untuk berkomunikasi dengannya.  
Frederica tersenyum ketika pria itu mengambil sebuah permen yang ia tawarkan sebelumnya. Ia lalu memangku tasnya setelah memasukkan kembali kotak permen itu ke dalam tasnya.  Bosan juga jika ia terus menerus diam.
Jadi, ia ingin bertanya-tanya sedikit sekaligus mengisi waktunya. Lagipula, nampaknya bus masih menunggu beberapa orang di halte itu. Beberapa mahasiswa di dalam bus tersebut —baik turun maupun naik — yang melihat dirinya langsung tersenyum, seakan menyapa. Tentu ia balas senyuman itu sebelum menoleh ke sosok di sampingnya.  
“Sudah lama di sini?” tanya sang puan.
Ia lalu meneguk air mineralnya melalui sedotan.
────────── 
"Ah Singaporean.."  Julian mengangguk pelan sebagai balasan dari koreksi sang puan.  Tangannya kini membuka bungkusan kecil permen dan memakannya. Atensinya kembali bertumpu pada paras cantik wanita di sebelahnya ketika puan itu kembali bertanya.  
"Saya jurusan Manajemen.."
"Kalau kamu?"  
Julian berpikir bahwa wanita di sebelahnya ini usianya tak jauh dari dirinya, sebab itulah ia menggunakan bahasa santai.
Julian memperhatikan beberapa mahasiswa mengangguk pada puan di sebelahnya. Mungkin temannya?  Memang jika dilihat teman teman seusianyalah yang menyapa gadis di sebelahnya itu.
"Saya dari 2008 disini.. Kalau kamu?"  
"Ngomong ngomong, bahasa Indonesiamu bagus. Apa pernah tinggal disana?"  Jika melihat kemampuan bahasa Indonesia sang gadis siapa saja tentu akan mengira bahwa dirinya adalah orang Indonesia.
────────── 
Tawa kecil keluar dari bilabila mungil milik sang puan. Fredericaa tak dapat menahan tawanya ketika nampaknya sosok di sampingnya itu mengiranya masih kelewat muda dan merupakan seorang mahasiswi.  
"Saya? Saya dosen disini. Di jurusan 𝘈𝘳𝘵 𝘏𝘪𝘴𝘵𝘰𝘳𝘺."
Frederica menunjukkan senyum manisnya pada sosok mahasiswa tersebut. Ia lalu kembali meneguk air minumnya menggunakan sedotan lalu berpikir sejenak.  "Sepertinya 2012? Saya sebelumnya ada di Inggris untuk mengambil gelar PhD juga bekerja," jawabnya jujur.
Pun, ketika ditanya mengenai kemampuan berbahasanya yang bagus, Frederica tak bisa menutupinya. Ia tersenyum sebagai gantinya. "Keluarga saya banyak yang di Indonesia. Sepupu saya di sana, adik saya juga bekerja di sana. Banyak orang Indonesia di Singapura dan nampaknya bahasanya juga tak jauh berbeda dengan Malay. Itu bisa menjelaskan," ujarnya, menje;askan singkat mengenai kemampuannya itu.  
"Bagaimana rasanya berkuliah di sini? Atau mungkin, apa alasannya berkuliah di sini?"
────────── 
Julian memperhatikan puan yang tertawa itu, memikirkan apa yang lucu dari pertanyaannya.  Saat puan di sebelahnya menjawab, barulah ia tersenyum kecut sebab malu mengira bahwa ia seumuran dengannya.  "Ah, maaf, saya kira mahasiswa.."
"Tapi.. Miss benar benar nggak terlihat seperti dosen.." lanjut Julian.  "...malahan saya kira seumuran atau angkatan dibawah saya.." pria itu tersenyum jenaka menatap lawan bicaranya yang menawan.  Memang benar, ia tak mengira bahwa yang duduk di sebelahnya adalah dosen.
Julian mengangguk angguk pelan mendengarkan cerita dari wanita di sebelahnya penuh atensi.  Setelah kembali ditanya, barulah ia angkat suara  "Rasanya kuliah disini..." ucapannya terpotong sembari mencari jawaban.  "...lumayan, menyenangkan. Kalau alasan sih, tidak ada.."
"Eh maksudnya tidak ada alasan yang khusus ya. Hanya ingin saja mengambil jurusan manajemen.." Jelas Julian.   Memang ia tidak memiliki alasan khusus berkuliah di Illinois. Hanya ingin?
"Ngomong ngomong, kita belum berkenalan, nama saya Julian Ardhi Pramesta. Kalau Miss?"  Tangan sang wira terjulur mengajak wanita di sebelahnya bersalaman, disertai senyuman khas miliknya.
────────── 
Kalimat manis yang terlontar dari bibir sosok tersebut membuatnya tersipu malu. Tentu saja karena pada kalimat yang terucap, terdapat pujian yang terlontar padanya, terselip.  "Ah... jangan begitu. Saya jadi malu," jawabnya sambil tertawa kecil, menutup setengah wajahnya dengan telapak tangan kanannya.
Tak mau menunjukkan kedua pipinya yang memerah karena tersipu itu. Ia lalu menatap sang mahasiswa, mendengarkan jawabannya perihal alasan dan rasanya berkuliah di sini.
"𝘐𝘵'𝘴 𝘧𝘢𝘳 𝘢𝘸𝘢𝘺 𝘧𝘳𝘰𝘮 𝘐𝘯𝘥𝘰𝘯𝘦𝘴𝘪𝘢 𝘣𝘶𝘵 𝘴𝘵𝘪𝘭𝘭 𝘺𝘰𝘶 𝘤𝘰𝘮𝘦 𝘢𝘯𝘥 𝘴𝘵𝘶𝘥𝘺 𝘩𝘦𝘳𝘦." Frederica berucap. Bus berhenti di pemberhentian pertama, hampir semua penumpang.
Hanya tersisa mereka berdua dan mungkin tiga orang lainnya di bangku depan. Sayang, memang bukan ini tujuannya sehingga ia harus menunggu bus berhenti di pemberhentian selanjutnya.  
"Halo, Julian. Saya Frederica. Tak perlu memanggil dengan embel-embel itu. Frederica atau Fre cukup. Lagipula, saya juga tidak mengajar kamu kan?" Ia memperkenalkan diri. Tangan kanannya terulur untuk menjabat milik sang adam berasma Julian. "Frederica Esther."
────────── 
Julian tersenyum menatap bagaimana sang puan tersipu malu.   "I have to study far from Indonesia. Just... yeah.." Julian mengangkat bahunya.   Ia memang menginginkan hal tersebut, jauh dari Indonesia.
Pemuda itu kemudian mengangguk angguk setuju saat Frederica memintanya untuk memanggil tanpa embel embel 'miss.'  "Baiklah, how about... Mbak Frederica? Is it better?"
──────────  
“Tanpa ‘mbak’..” “Just Fre..”  
Frederica tersenyum. Ia tak terlalu senang dipanggil seperti itu jadi ia biarkan. Lagipula, ini bukan di dalam lingkup mereka sebagai mahasiswa atau dosen. Ia sendiri juga tak mengajar sang adam.  “Aneh dengar embel-embel itu.”
Frederica kemudian tersenyum pada sosok tersebut. “Tidak turun di pemberhentian tadi? Biasanya mahasiswa turun di sana,” tanyanya, heran. “Biasanya saya sendirian di bus ini kalau sudah sore. Sekarang berdua. Jadi, saya cukup bingung kalau ada mahasiswa yang tidak turun di pemberhentian tadi,” ujarnya.
────────── 
Julian cukup terkejut saat Frederica memintanya memanggil hanya dengan nama, karena hal ini merupakan lain dari biasanya, terlebih Frederica adalah dosen dimana ia berkuliah.  "Baiklah, Fre.."   Senyuman khas Julian kembali terulas di wajahnya.
Menatap penumpang yang tinggal mereka berdua membuat Julian menyadari bahwa memang mayoritas mahasiswa turun disini.  Geli rasanya, selama kuliah empat tahun di Illinois, Julian tidak terlalu mempedulikan sekitarnya. Mendengar pertanyaan Frederica sontak membuat pria itu tertawa.
"Kau tahu, dari 2008, saya baru menyadari hari ini kalau mayoritas mahasiswa akan turun disini.." bahu pria itu naik turun sebab tertawa.  "...ah, dan kalau saya memang turun di halte setelah ini. Kamu turun dimana?"
────────── 
“Saya..?”  Frederica tersenyum. Ia melihat bagaimana rintik hujan mulai membasahi bumi, secara mendadak. Cuaca memang tak pernah bisa diprediksi secara akurat.  Bus berhenti di pemberhentian yang dimaksud oleh Julian. Pemberhentian selanjutnya.  
“Saya juga berhenti di sini karena apartemen saya yang baru ada di belakang halte ini.”  Frederica tersenyum. Ia beranjak dari bangku tersebut lalu mengeluarkan sebuah payung lipat dari dalam tasnya. Alih-alih membawanya, ia justru memberikannya untuk sang lanang.  
“Pakai. Di luar hujan,” ucapnya lembut.  Ia lalu melangkahkan kedua kakinya turun dari bus dan berlari ke gedung apartemennya sambil menutupi kepalanya dengan kedua tangannya.  Sedang ingin bermain di bawah hujan yang lama tak turun, bersenang-senang.
Tak peduli kehujanan sekalipun. Di saat-saat seperti ini, ia justru bisa merasakan kebebasan dan dinginnya udara.
────────── 
"Eh.." Julian kemudian menatap ke jendela setelah Frederica memberinya sebuah payung lipat.  "Ngga-..."  Tak sempat mengucapkan perkataannya, dalam sekejap Frederica sudah berada di ujung pintu meninggalkannya. "Tunggu.." seru Julian sambil beranjak dari tempatnya.
Lelaki itu kemudian mau tak mau membuka payung Frederica karena rintik hujan itu lumayan membuatnya basah.   "Frederica.." panggil Julian, namun wanita yang semakin jauh itu tak mendengarnya.  Julian memikirkan bagaimana caranya ia akan mengembalikan benda itu nantinya.
Dengan langkah tegas, ia kemudian berusaha menyusul Frederica yang terlihat asyik bermain dengan hujan.  Dari balik payungnya, ia mengamati bagaimana puan itu menari di kala hujan, tanpa sadar dirinya tersenyum.
Julian semakin memperkecil jarak, hingga mereka sejajar.  "Jangan terlalu asyik dengan air hujan, ia bisa membuatmu masuk angin.." ucap Julian saat mereka kemudian berada dibawah payung yang sama sambil tersenyum.
────────── 
Ponsel? Berkas di dalam tas? Sungguh, ia tak peduli. Hari-hari di kota ini sangat panas dan ketika hujan turun, ia merasa Tuhan memberikan berkatnya.  Menari sang puan di bawah guyuran hujan deras itu.
Berputar dan bahkan meloncat. Dirinya yang fasih menari balet sejak kecil menunjukkan bakatnya itu. Lekuk tubuh yang pas ketika menari, gerakan lembut nan menawan, walau kedua kaki menggunakan hak tinggi sekalipun.  
Namun, kesenangannya tak lama ketika ia merasakan hujan tak lagi membasahi tubuhnya. Ia tolehkan kepala ketika ia melihat sosok sang mahasiswa —lebih tinggi darinya— menghampirinya, tersenyum.  Dengan payung yang ia berikan tadi.  
“Tetapi hujan hanya datang sekali. Seharusnya kita menikmatinya, bukan?” balasnya sambil mengeluarkan sapu tangannya dari dalam tas lalu ia usapkan ke wajah Julian.  “Sudah diberi payung, tapi masih basah kuyup. Kenapa?” tanyanya sambil menatap kedua matanya lekat.
“Seharusnya payungnya dibuka saat turun dari bus,” ujarnya lembut.
“Saya mau ke gedung apartemen,” Ia menunjuk salah satu gedung terdekat. “Kamu juga harus kembali ke apartemenmu..”
────────── 
Julian terdiam saat wanita dihadapannya itu mengusapkan sapu tangan ke wajahnya.  Meski agak canggung, ia membiarkan sang puan menyeka bulir bulir air hujan yang membasahi wajahnya.
"Tadi buru buru.." ucap Julian sebagai balasan sang puan yang menanyakan mengapa ia kebasahan.  Sebagai orang yang baru pertama kali bertemu, Frederica cukup perhatian. Bahkan terlalu perhatian? Mulai dari meminjamkan payung hingga menyeka wajahnya.
Netra Julian kemudian menelusuri arah telunjuk Frederica. Sebuah kebetulan, mereka ternyata tinggal di apartemen yang sama.  "Kebetulan saya juga tinggal disana, kalau begitu ayo, bersama-sama saja.."
────────── 
"Eh... 𝘸𝘩𝘢𝘵 𝘢 𝘤𝘰𝘪𝘯𝘤𝘪𝘥𝘦𝘯𝘤𝘦?"  
Frederica menanggapi begitu ia mendengaar pria tersebut tinggal di tempat yang sama. Sang puan lantas menarik tangannya kala wajah sang mahasiswa sudah tak lagi basah seperti tadi, kembali memasukkannya pada tasnya.
Bukan karena ia bagaimana, namun karena ia sangat perhatian dengan semua orang di sekelilingnya dan hatinya terlalu bersih murni, tanpa perasaan negatif apapun, ia kadang sering disalah artikan.  Kadang, orang menganggapnya aneh dan kelewat batas.
Ia hanya mengangguk lalu melangkahkan kedua kakinya menuju gedung apartemen tersebut. Basah kuyup. Kembali kedua tangan merapatkan 𝘣𝘭𝘢𝘻𝘦𝘳 miliknya untuk menutupi tubuh dan kemejanya yang basah.  Segera ia masuk ke dalam 𝘭𝘪𝘧𝘵. "Lantai berapa?" tanyanya pada sang lanang. Ia sendiri menekan lantai dua belas di tombol 𝘭𝘪𝘧𝘵 tersebut.
────────── 
Tiba di lobby apartemen, Julian menutup payung yang basah milik Frederica. Ia lalu mengekor wanita itu masuk ke dalam lift.  Niatnya memencet tombol nomor dua belas urung karena wanita itu telah memencetnya duluan.
Ketika Frederica bertanya tentang lantai berapa apartemennya, Julian meloloskan kekehan singkat.  "Sama denganmu, lantai dua belas. Wah kebetulan apa ini.."
Dentingan lift berbunyi tanda sudah sampai di lantai yang dituju.  Julian melangkahkan kaki keluar lift lalu memberikan payung basah kepada Frederica. "Terimakasih untuk payungnya.." katanya sambil mengulas senyum.
Sebab dingin dan ia tak ingin masuk angin karena pakaian basah, Julian kemudian melangkahkan tungkainya meninggalkan sang puan di belakang.
────────── 
Frederica terdiam ketika sosok yang lebih muda darinya itu melangkah keluar lift, meninggalkannya terlebih dahulu. Walau begitu, langkah mereka sama. Mengarah sama.  Ia berhenti di sebuah unit dan menekan pin di pintu. Justru mendapati Julian rupanya berada tepat di sampingnya. Di depan pintu apartemen yang tepat berada di sebelah unitnya.  
“Euh... apa kau tinggal di sebelah juga?” tanyanya pada Julian sambil menggaruk kepalanya yang tak gatal. Kemungkinan apa lagj ini?  Setelah satu universitas, satu bus, satu apartemen, bersebelahan pula. Unik sekali pertemuan hari ini.
────────── 
Julian berhenti dari aktivitasnya dan menoleh ke sumber suara, Frederica. Alisnya terangkat, matanya agak membulat mendapati ternyata wanita itu tinggal di unit sebelahnya  
"Ya.."
"Kamu...disini?" ucap Julian dengan nada meninggi antusias. "Heol, daebak.." gumam Julian dengan nada Koreanya. Ia benar benar takjub dengan apa yang ia alami sore itu.
────────── 
Kebetulan itu membuat sang puan tertawa. Merasa lucu dengan pertemuan yang terjadi. “Selama ini kita tetangga namun tak pernah tahu satu sama lain,” tawanya. Walau begitu, ia masih terlihat manis dan ayu. Tangan kanannya menutup mulutnya yang tertawa, tepat di depannya.
“Nampaknya kita akan semakin sering bertemu?” tanyanya sambil membuka pintu apartemennya, menahannya dengan tangannya.  “Masuklah. Dingin. Apa mau masuk ke apartemen saya?” candanya usai memintanya masuk untuk berganti.  Pastilah suhu sekarang dingin sekali.
Apalagi dengan badan basah kuyup seperti saat ini.
────────── 
Mendengar tawaran sang puan, Julian lantas meloloskan tawa dari bibirnya. Mampir ke tempat Frederica sebetulnya bukan ide yang buruk.  
"Kalau saya mengiyakan mampir ke tempatmu, jangan menyesal ya.." goda Julian disusul tawanya lagi.
"Tadi malam saya kurang tidur, jadi mungkin setelah ini akan pingsan selama beberapa lama.."  "Mengenai tawaranmu akan saya tagih besok lusa.." tuan itu tersenyum lebar kemudian membiarkan sang puan masuk terlebih dahulu ke apartmennya.
Segala kebetulan dan pertemuannya dengan Frederica hari ini membuatnya sedikit takjub dengan permainan takdir.   Selama ini ia selalu menganggap remeh yang namanya kebetulan, namun kebetulan hari ini terlalu menarik untuk dianggap sepele.
End of The Beginning.
0 notes
the-oeuvre · 3 years
Text
RAEMIAN
Tumblr media
written under pseudonym Ann Leigh and Noctis Caelum. previous chapter: click here
RAVEENA ( @ragamkisah ):
Selama di perjalanan, Raveena memilih untuk terdiam sembari menatap jalanan. Tenaganya sudah terkuras banyak akibat perjalanan panjang yang baru saja ia tempuh. Juga, rasanya untuk saat ini ia lebih nyaman larut dalam pikirannya sendiri. Ia jauh dari semua hal, ia memiliki banyak kesempatan baru untuk mengeksplor dirinya, dan yang terpenting adalah ia mengizinkan dirinya untuk berproses. Raveena butuh untuk berdamai dengan dirinya sendiri. Beruntung Raveena dikelilingi oleh orang-orang yang mengerti dan mendukung keadaannya saat ini. Setidaknya, ia tidak perlu menutupi keadaan dirinya yang cukup.. buruk. 
Hingga pada akhirnya Raveena melihat tulisan “Raemian”. Keduanya telah tiba di apartemen milik Aldric. Raveena baru tersadar dari lamunan panjangnya. Lantas ia menolehkan kepalanya, menatap Aldric dengan tatapan panik. “Aldric, I can’t even speak Korean! How I’m supposed to live?!”
ALDRICH ( @autumnchild ):
Perkataan Raveena sontak membuat Aldric tertawa lepas. Astaga, sahabatnya ini. “Kenapa kau baru memikirkannya sekarang, Nona Muda?” kekeh Aldric pelan. Perlahan ia memarkir mobilnya di area parkir pribadi miliknya. Setelah mematikan mesin mobilnya, Aldric keluar dari mobilnya diikuti Raveena. Dibukanya bagasi mobilnya untuk mengeluarkan barang-barang milik Raveena.
“Well, you are fast learner right? Don’t worry you can still use body languange and translator on your phone.” Tawa Aldric kembali pecah saat Raveena memukul lengannya pelan. Mereka berdua lalu memasuki lift menuju lantai dimana unit apartemen milik Aldric berada.
Mata kelabu Aldric melirik sahabatnya yang mengerutkan dahinya seperti sedang memikirkan sesuatu. “I will teach you and I will try to find private tutor for you. Is that okay? Hitung-hitung bisa membuatmu cukup sibuk dan fokus mempelajari hal baru bukan?” Aldric meraih tangan Raveena saat pintu lift terbuka, mereka sudah sampai. lalu melangkahkan kakinya ke arah pintu apartemennya sambil membawa barang-barang Raveena. Setelah berhasil memindai sidik jari, pintu apartemen miliknya pun berhasil  terbuka.
RAVEENA ( @ragamkisah ):
Reflek Raveena memijat pelipisnya yang mendadak terasa pening. Mempelajari sesuatu yang baru memang sudah menjadi kebiasaannya sehari-hari, namun mempelajari bahasa asing yang bentuknya bahkan bukan menggunakan alfabet rasanya akan berhasil membuat rambut Raveena botak keseluruhan. “I didn’t think any of it. I just spontaneously buy a ticket to here and get away,” jelasnya dengan nada putus asa.
“Kau tahu, otakku akan berhenti bekerja ketika keadaanku sedang tidak baik-baik saja,” tambahnya. Kini Raveena hanya bisa mengekori kemana Aldric melangkah. Bangunan ini, bangunan tempat Aldric tinggal terasa sangat asing baginya. 
“But bringing me a tutor sounds good, though. Dan juga aku rasa kau perlu untuk mendaftarkan sidik jariku pada pintu apartemenmu juga.” Raveena mengacungkan ibu jarinya sembari memberikan senyuman penuh arti pada sang tuan.
ALDRICH ( @autumnchild ):
“Oh ayolah kau akan baik-baik saja Raveena. Aku akan membantumu bergabung ke komunitas orang-orang asing yang tinggal di Korea. Mereka sangat membantuku saat pertama kali tinggal di sini.” Ujar Aldric berusaha menenangkan. Tanpa banyak bicara, ia meraih jemari Raveena dan memindai sidik jari gadis itu agar terdaftar di sistem keamanan apartemennya. Aldric lalu melepaskan mantelnya lalu berjalan masuk ke arah ruang tengah sambil membawa barang-barang Raveena. 
“Kau bisa menggunakan kamar yang ada di depan kamarku. Aku sudah membersihkannya. Kita bisa berbelanja nanti untuk membeli furniture yang kau suka.” Jelas Aldric. “Ah ya, Newt akan tinggal di sini jika ia sedang berada di Korea. Kau tidak keberatan bukan?”
RAVEENA ( @ragamkisah ):
Raveena ikut melepaskan mantelnya sesampainya ia berada di dalam apartemen Aldric. “Sounds better than ever, besok kau sibuk?” Tanya Raveena memastikan sebelum ia memulai rencananya untuk membeli beberapa perabotan baru.
“Lagipula itu bukan masalah, aku akan memakai airpodsku ketika malam itu tiba, jadi aku tidak akan mendengar suara apapun dari kamar kalian,” goda Raveena. Tidak ingin terkena jitakan dari Aldric, Raveena pun melangkah duluan menuju kamar barunya dengan dua koper yang masih berada dalam kuasanya.
ALDRICH ( @autumnchild ):
Telinga Aldric seketika memerah saat mendengar kalimat penuh godaan dari bibir Raveena. Ia hendak menjitak kepala sahabatnya itu, tapi sayang sekali gadis itu sepertinya terlalu mengenalnya hingga ia berhasil kabur. “Mandi sana! Kau bau!” dengus Aldric kesal.
“Aku akan menghangatkan makanan malam kita.” Lanjut Aldric sambil melangkah ke arah dapur. Namun langkahnya tiba-tiba terhenti ketika teringat sesuatu. “Oh ya, aku besok harus bekerja. Aku baru bisa menemanimu setelah pulang kerja.” Karena tidak mendengar sautan dari Raveena yang berada di dalam kamar, Aldric lalu melanjutkan langkahnya ke arah dapur. Ia akan menghangatkan sup yang tadi dibuatnya.
RAVEENA ( @ragamkisah ):
Di dalam kamar, Raveena terus saja terkekeh membayangkan reaksi dan wajah Aldric yang mungkin saja akan berubah menjadi tomat. Sahabatnya itu memang selalu berhasil menjadi sasaran empuk baginya dalam hal goda menggoda. Selagi membiarkan Aldric menyiapkan makan malam untuk keduanya, atensi Raveena sibuk menyusuri setiap sudut kamar barunya. Tidak terlalu luas, juga tidak terlalu sempit. Dipadukan dengan perpaduan warna netral membuat Raveena sudah langsung merasa nyaman ketika berada di dalamnya. Setidaknya kamar barunya ini memiliki suasana sedikit mirip dengan apartemennya di Jakarta. Jika ia rindu rumah, itu akan sedikit membantunya, bukan?
Setelah selesai mandi, kini dirinya meletakkan kedua kopernya di dekat ranjang lalu berjalan keluar. Raveena masih terlalu malas untuk membongkar isi kopernya dan meletakkannya di lemari. Tungkainya melangkah hingga membawa Raveena menemukan sosok Aldric yang sedang menyiapkan makan malam mereka berdua.
“Besok setelah kau pulang dari kantor, ya?” Tanya Raveena memastikan ucapan Aldric tadi ketika dirinya masih berada di dalam kamar. “Jam berapa kira-kira ketika kau pulang dari kantor?”
ALDRICH ( @autumnchild ):
Aldric yang sedang berkutat dengan peralatan dapurnya mendongak saat mendengar suara Raveena. “Well, bagaimana jika pukul 6 atau 7 malam? Aku bisa sekalian mengajakmu makan malam di luar.” Ujar pria itu sambil membawa makanan-makanan yang berhasil dia hangatkan di atas meja makan. Lalu dilepasnya apron yang melekat di tubuhnya. “Duduklah. Semoga kau suka dengan makanannya.”
RAVEENA ( @ragamkisah ):
“Okay, aku akan menunggumu pulang. Betapa senangnya aku tinggal di sini. Aku merasa benar-benar sedang dirawat dengan sangat baik,” timpalnya.
Raveena kemudian menarik salah satu kursi yang di depannya sudah tersedia banyak makanan. Kedua matanya terlihat sangat berbinar kala mendapati Aldric sudah menyiapkan banyak makanan lezat kesukaannya untuk makan malam pertamanya sejak berada di Korea.
“Aldric, kau benar-benar berhasil membuat nafsu makanku kembali. Terima kasih untuk semua ini!” Perempuan dua puluh delapan tahun itu akhirnya tak sabar lagi untuk mencicipi masakan sang tuan. Dengan sendok di tangan kanan, Raveena memecah telur setengah matang tersebut dan mencampurnya ke atas nasi goreng miliknya. Dapat dipastikan selanjutnya jika suapan pertama berhasil membuat lidahnya serasa ada di surga. Beralih ke hidangan yang lain, Raveena juga masih memberi respon sangat puas terhadap makan malamnya kali ini. “You’re so talented, please do cook for me everyday and I’ll make sure that I can live happily!”
ALDRICH ( @autumnchild ):
“I will cook for you when I have time.” Ujar Aldric sambil menikmati hidangannya. Pria bersurai kelabu itu cukup lega melihat Raveena yang tampak senang dan menikmati hidangan makan malam yang ia buat dengan susah payah. “Jadi?” Aldric menatap Raveena dengan pandangan ragu. “Apa yang membuatmu memutuskan untuk tinggal di sini? Kau tahu bukan aku belum mendapatkan cerita lengkapnya.”
Aldric meraih gelas berisi air dan menenggak isinya perlahan sambil mengamati raut wajah Raveena.
RAVEENA ( @ragamkisah ):
Sempat abaikan pertanyaan Aldric beberapa saat sebab dirinya masih sibuk mengunyah makanan. “You know my earlier love story right, when Gabriel died..”
“Lalu aku mencoba peruntunganku untuk membuka diri dengan seseorang, bahkan orang itu sudah sempat melamarku. Aku merasa yakin pada awalnya untuk kembali memulai lembaran baru. Namun, naas, wanita lain sepertinya lebih pantas untuk mendampingi calon suamiku— ah tidak, mantan. Mantan calon suami yang bahkan aku tidak ingin menyebutkan namanya lagi.” Raveena menghentikan kalimatnya, sedikit memberi jeda sebelum kemudian kembali melanjutkan, “rasanya tidak mudah bagiku untuk kembali seperti semula. Aku sedang tidak baik-baik saja. Maka dari itu, aku memilih untuk melepaskan semua pekerjaanku dan menenangkan diri.”
ALDRICH ( @autumnchild ):
Aldric menghela nafas begitu mendengar penjelasan Raveena. Diraihnya tangan sahabatnya itu dan meremasnya pelan, berharap Raveena paham bahwa ia tidak sendirian.
“Menurutku dengan kau berani menyadari dan terlebih mengakui bahwa kau tidak baik-baik saja adalah sebuah tindakan yang luar biasa. Kau harusnya bangga dengan dirimu sendiri.” Ujar Aldric sambil terseyum. Disandarkannya punggungnya pada kursi lalu kembali mengehela nafas.
“Kau tau terkadang kita tanpa sadar tidak mengijinkan diri kita sendiri untuk menjadi selayaknya manusia.” Aldric menatap lembut Raveena yang kini menatapnya. “Mengenai mantan tunanganmu, kau tau jika seseorang memang ditakdirkan terus berada di sisimu sesulit apapun masalahnya kalian akan tetap bersama. Begitu pula sebaliknya, sekuat apapun kau mempertahankannya ia tidak akan bisa berada di sisimu.”
Aldric tersenyum meningat kisah perjalanan dan lika-liku percintaan kedua orang tuanya. Dua orang dengan latar bertolak belakang, namun dapat bersatu. Keajaiban? Mungkin ya, mungkin tidak. Sampai sekarang pun Aldric belum begitu paham mengenai hal ini. “Nikmatilah waktu mu di sini. Aku akan membantumu sebisaku. Kalau kau bosan aku akan mengijinkanmu bermain di kantorku. Bagaimana?” Tanya Aldric sambil mengacak-acak eambut Raveena. Ia terkekeh saat mendapati wajah cemberut sahabatnya. Setidaknya ia tidak lagi melihat sorot sedih di kedua manik mata gadis cantik itu. Ia tidak akan membiarkan sahabatnya sedih berlarut-larut.
RAVEENA ( @ragamkisah ):
Apa yang dikatakan Aldric memang benar adanya. Raveena semakin yakin jika keputusannya untuk singgah sementara di negeri orang memang benar. Ia butuh untuk beristirahat, dan berproses. Tak peduli jika ada yang mengatakan bahwa Raveena lari dari masalah. Baginya, ia perlu untuk menyelamatkan dirinya sendiri terlebih dahulu sebelum akhirnya menyelamatkan orang lain. Sebab masih ada banyak hal yang harus ia tanggung dan selesaikan. Jelas ia tak ingin semakin hancur hanya karena ia mengorbankan dirinya sendiri.
Perlakuan Aldric yang bisa dikatakan usil tersebut membuat Raveena lantas tersadar dari lamunannya. Bibirnya kini mengerucut dengan sempurna.
“Alright.. alright.. aku akan sesekali bermain di kantormu. Siapa tahu aku menemukan laki-laki berjas yang tampan di luar sana,” guraunya.
Raveena hanya terkekeh setelahnya. Tak ingin mendengar protes dari Aldric, ia pun melanjutkan makan malamnya yang sempat terinterupsi tersebut. Setidaknya untuk malam ini, Raveena yakin ia dapat tertidur dengan tenang.
next chapter: click here
0 notes