Tumgik
#RUANG
sleepy-bebby · 5 months
Text
Ruang volcano eruption
North Sulawesi, Indonesia
99 notes · View notes
discluded · 8 months
Text
Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media
someone please help their poor child who is hanging on for dear life 😂
134 notes · View notes
womanonthehill · 8 months
Text
Tumblr media Tumblr media Tumblr media
Awww
73 notes · View notes
Tumblr media Tumblr media
This scene! ☺️🥹🥺
67 notes · View notes
diksifaa · 8 months
Text
Berhentilah dari ratapan salah yang berkepanjangan. Sebab hidup memang berdampingan dengan kesalahan. Nyatanya, selalu ada ruang-ruang perbaikan di tiap kesempatan.
Menepilah sejenak untuk mendamaikan nurani yang terbelenggu dosa. Bukan berlari sejauh mungkin dari segala masalah yang telah tercipta.
Sebentar saja, jiwa hanya butuh hening. Berdiam diri dan merenungi tiap-tiap luka yang menganga, dan tiap perasaan bersalah yang menderita. Juga merombak hati dari desahan pilu yang kian menggerogoti seisi raga.
Pada akhirnya, hidup tetap dilanjutkan. Dan kita telah meraih penerimaan yang utuh, hati yang membaik, jiwa yang pulih, dan ketenangan untuk memperbaiki semua salah dan berusaha tak mengulanginya lagi.
~Faa
63 notes · View notes
andromedanisa · 11 months
Text
Ruang Mengeluh..
Apa yang akan kamu lakukan ketika kamu sudah berupaya memberikan yang terbaik untuk seseorang, namun seseorang itu tidak menghargaimu bahkan ia melakukan hal-hal yang membuatmu semakin merasa takut kepadanya.
Marah? Bisa jadi.
Takut? Ini pasti.
Iya, otomatis kamu akan merasa begitu takut dengan hal-hal yang ia lakukan. Kala upaya terbaikmu tidak dihargai, kamu mungkin bersedih. Namun kemungkinan kecewa dan takut itu kecil sekali. Berbeda jika ia sudah tidak menghargai upayamu dan ia melakukan hal-hal yang juga membuatmu takut, membentak misalnya.
Dalam ruang terkecilmu, kamu tanpa sadari akan merasa kecil dan kerdil untuknya. Merasa tidak pantas dengannya, merasa tidak bisa menyeimbangi langkahnya. kamu yang bahkan terlalu perasaan mendengarkan perkataan yang tidak baik, akan semakin merasa takut setiap kali ia berbicara. kamu akan kehilangan jutaan file kosa kata yang ada pada dirimu. kamu akan lebih sering membeku saat bersamanya, dan mungkin akan merasa bebas saat tidak dengannya.
Berkali-kali kamu bertanya kepada dirimu, akankah tetap berdiri bersamanya, berdiri di depannya, atau meninggalkannya dan mencukupkan diri melihatnya dari kejauhan dengan caramu. Namun kamu tidak pernah mendapatkan jawaban atas pertanyaanmu.
Lalu ketakutanmu kepadaNya semakin lama semakin besar. kamu menyimpannya sendiri dalam ruang yang telah kau sediakan dengan begitu lapang. "Nggak apa-apa semuanya akan membaik." Ucapmu berkali-kali untuk meyakinkan diri.
kamu memendamnya begitu dalam, dan tak membiarkan seorangpun masuk untuk sekadar bertanya, "ada apa?". kamu membiarkan dirimu hidup dalam ketakutan dengan terus menampilkan wajah yang selalu baik-baik saja. kamu memendamnya sendiri, tak pernah menguatkan kepadanya bahkan kepada orang lain terdekatmu.
Padahal, tak ada salahnya untuk mengeluh. Mengatakan dan menyatakan bahwa kamu sedang tidak baik-baik saja. Bahwa kamu butuh untuk ditolong. Namun kamu tidak membiarkan dirimu untuk mendapatkan pertolongan. Bahkan kepadaNya saja, kamu enggan untuk mengatakan.
Mengatakan bahwa kamu hidup dalam ketakutan bukanlah sebuah dosa. Manusiawi sekali jika harus mengeluh sebab lelah, sebab hal-hal yang tidak pernah berjalan dengan baik. Memendam semuanya dalam ruang tersendiri itu melelahkan, sayang. Maka izinkanlah dirimu untuk ditolong. Biarkan dirimu diselamatkan dari ruang yang kamu bangun itu.
Mengeluh, mengatakan keluhanmu, mengatakan bahwa kamu lelah, capek. Bukan sematah kamu butuh pengakuan saja. Melainkan agar perasaanmu lebih ringan, lebih tenang.
Jangan biarkan dirimu berjalan dengan kekosongan. Izinkan dirimu untuk merasa bahagia, dan tenang. Izinkan dirimu merasakan lebih banyak kasih sayang. Barangkali ini adalah cara Allaah menolongmu dengan mengabulkan pintamu yang selalu kamu pinta dengan menangis sekalipun tanpa kata-kata.
83 notes · View notes
esbatubulet · 6 months
Text
Ingatlah untuk selalu menyediakan ruang ikhlas di setiap harapan..
10 notes · View notes
kevinsetyawan · 2 years
Text
Ruang Imaji
Oleh : Kevinsetyawan
Tumblr media
Aku ingin bebas memelukmu dengan sangat erat seolah hari esok tak akan pernah tiba.
kita bisa bebas berbagi bercerita tanpa henti, bahkan kita bisa tertawa lepas mengingat hal hal yang telah lalu.
Indahnya malam itu, aku bisa terus bersamamu menatap jutaan bintang yang tengah berkilau di kelopak matamu, walau sebenarnya kutahu waktu sudah tidak berarti lagi untuk kita.
Tak ada lagi yang nyata selain dirimu seolah yang lain tak lebih dari kiasan fatamorgana belaka.
Suaramu bak senandung malam yang berhasil membuatku ingin menari dibawah sinar bulan.
Menyusuri jalanan setapak malam itu bersamamu sembari mencari peta kebahagiaan untuk kita terus beriringan.
Bersamamu aku merasakan hidup dalam keabadian didalamnya sembari tersesat dalam labirin kebahagiaan aku ingin berbisik dibalik telingamu seolah kita berjanji untuk tidak saling meninggalkan.
Rasanya aku ingin lagi kembali ke ruangan itu lagi dimana aku masih bisa bersamamu melihat senyumanmu dan kita masih bisa tertawa bersama.
Karna waktu tak bisa abadi jadi biarlah semua itu menjadi bagian dari ruang imajiku dengan kamu sebagai wujud yang tak pernah sirna didalamnya.
61 notes · View notes
muzantropic · 5 months
Text
Tumblr media
5 notes · View notes
acupfcake · 6 months
Text
“Dan segala sesuatu Kami ciptakan berpasang-pasangan agar kamu mengingat (kebesaran Allah).” QS. Az-Zariyat : 49
Mentari perlahan men jingga dengan sekotak kertas beraroma vanila menjadi teman uraian perasaan ku diatasnya.Mencoba mengotori putih bersih permukaannya, aku menceritakan sebuah kisah padanya.
Ba’da Ashar, sekumpulan burung bangau tampak mencari peruntungannya di bibir pantai. Kumpulan yang indah itu mengharapkan seekor ikan yang malang melintas di sekitar burung bangau. Beberapa menit kemudian, salah satu burung bangau memisahkan diri dari kawanan dan sedikit menjauh mencari mangsanya. Lalu salah satunya lagi, mengikuti burung bangau yang pergi tersebut.
Aku yang sedari tadi duduk sambil mendengarkan lirik yang Michael Buble ucapkan pada lagu yang berjudul “Home” itu menemani perhatian ku pada kedua bangau yang memisahkan diri tersebut. Kedua bangau itu, tidak saling meninggalkan saat para kawanan sudah berpindah ke bibir pantai yang lain.
Aku masih disana, memperhatikan bangau-bangau itu. Lalu seketika ia terbang beriringan dan menjauh lagi dari sana, entah kemana mereka pergi. Aku kembali berfokus pada kertas yang akan ku isi dengan uraian kisah.
Aku mulai menulis tentang dia,
Tumblr media
Dari Rindu Seberang Sungai, kuhantarkan kerinduanku pada angin dan juga awan agar disampaikan padanya yang mengetahui segala isi hati hambanya.
"Ya Allah, hari ini aku tidak begitu baik, pikiran ku terbawa pada sebuah fase dimana aku yang masih ragu pada kemampuanku. Hari ini, aku hanya membolak balikan buku dan langkah-langkah ku. Entah seperti ingin mengutarakan sesuatu namun aku belum berkuasa untuk hal itu. Apakah aku benar ingin atau hanya sekedar bermain-main? Apakah aku seharusnya berkeinginan untuk itu atau tidak seharusnya?"
"Ya Allah Yang Maha Mengetahui dan yang berkuasa atas membolak balikan hati seseorang, aku menyukainya namun bukan lagi untuk bermain peran dan bersandiwara sebagai kekasih yang baik. Aku menyimpannya dalam hati dan do'a agar kelak dipertemukan dengan keinginan yang sama yakni membangun bahtera rumah tangga. Apakah aku pantas, Ya Allah?"
"Kau Maha Tahu apa yang tak ku ketahui, bagiku dia seperti matahari, menggelapkan pandangan namun menerangi kehidupan. Sedangkan aku, hanya seperti teratai yang terus mengapung dan terkadang berbunga dengan sangat indah terkadang pula hanya kuncup lalu patah. Dan apakah Teratai bisa menyentuh matahari sejenak?"
Selembar kertas lainnya ku tuliskan lagi pertanyaan hatiku.
"Atau biarkan aku terus bersamanya meski dalam kekeringan ataupun kebanjiran, dalam keheningan ataupun keramaian, dalam kegemilangan ataupun keterpurukan. Bisakah Ya Allah? meski aku harus terbakar olehnya, izinkan sekejap saja untuk menatapnya lebih lama tanpa menggelapkan pandangan ku."
"Ya Allah, aku memohon restu mu. Aku mengikrarkan bahwa aku akan Mengkhitbah Matahari meski aku akan lenyap jika berdekatan dengannya. Namun harapanku hanya satu, hidup selamanya bersamanya."
Ponselku berdering, sebuah panggilan masuk dari Ibu ku.
“Assalamualaykum, Mak. Aku punya kabar baik. Berilah restu pada anakmu ini untuk mengkhitbah salah satu cahaya yang dijaga oleh Allah.”
"Apakah itu, Nak?"
"Apa seharusnya aku menikah? atau terus melanglang buana?”
“Baiklah, namun restui aku pada matahari yang terik esok hari, Mak. Assalamualaykum.”
“Kalau menurut mamak, mending pulang dan tetapkan hatimu disini. Wa’alaykumsalam.”
Aku kembali mengambil selembar kertas beraroma vanila lagi dan ku tuliskan kalimat,
"Izinkan aku mengkhitbah mu."
Selepas menyaksikan bangau-bangau yang menuntun ku pada sebuah pikiran cemerlang, adzan Maghrib pun terdengar.
Tumblr media
2 notes · View notes
guratpena · 1 year
Text
ruang
kadang yang disesali dari rasa adalah bekas saat ditinggalkan, meski ukurannya tergantung dari rasa itu sendiri.
ada rasa sederhana yang meninggalkan sepetak kenangan yang bahkan bisa ditertawakan begitu tangis mereda.
namun sedihnya, ada rasa yang lebih kompleks. yang meninggalkan ruang besar kosong. yang kemudian terus dibiarkan kosong.
kasihan.
14 notes · View notes
fa-cat · 5 months
Text
0 notes
miaow miaow
Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media
nong Cham with Apo
or
Khem with Ruang
48 notes · View notes
diksifaa · 9 months
Text
Tumblr media
Joeang & Roemah
Bak pejuang kemerdekaan, insan mencari makna, arti, atensi, pundi rupiah, puing pencapaian, gemerlap kedudukan, cuatan validasi, demi masa yang cerah dan mimpi yang nyata bernamakan kesuksesan.
Bak api yang menyala-nyala, insan jauh menerjang, mantap melangkah, melanglang buana, merangkai alur, lebih jauh, jauh, meninggalkan rumah, merapah, bahkan sampai ke negeri china.
Ditengah jalan, matanya nanar, memerah, menggenang, merindu peluk hangat, memutar kenangan, mengalir membasahi pipi. Namun tertawan oleh ingin yang lebih kuat, untuk membawa hadiah ketika pulang, ia tetap melanjutkan dan mengusahakan yang terbaik.
Pada akhirnya, bagaimanapun perjalanannya, hasilnya, mungkin gagalnya, berhasilnya, ceritanya, riangnya, sedihnya, kecewanya, rumah tetap menerima, tersenyum, mendekap penuh cinta, menunjukkan legawa. Padahal selama ini Rumah juga memendam renjana, namun rumah yang paling kuat merapal doa, mengukir tulus di langitNya, agar putra/putri kecilnya bahagia. Mereka yang Berpura-pura selalu dalam keadaan baik, menyembunyikan kecewa, menutupi peluh, merawat penuh kasih.
-
Maafkan putrimu yang belum memberikan senyuman yang banyak. Oo Allah guide me to be a better person, give them long live, bless our fams, until we meet in Your Heaven later.
~Faa, menulis dengan menangis
In frame : Sulung, Ayah, Ibu, Bungsu
#020124
10 notes · View notes
skyfloo · 5 months
Text
Ruang Kecil Itu
Pada satu hidup, aku percaya ada satu ruang kecil di hati kita, yang hanya satu orang bisa menempatinya
Entah dia yang akan selalu bersama kita, atau dia yang tercinta dan terkasih tetapi tidak akan pernah bisa membersamai hidup kita
Tentang ruang hati milikku, tempat ini sudah ada yang mengisinya
Seseorang yang lama, tetapi perasaannya selalu saja sama
Aku mencintainya sampai sekarang, walaupun aku tahu bahkan berharap padanya saja adalah keserakahan yang luar biasa
Karena aku tidak ingin serakah, pada Dia aku berdoa semoga orang yang selalu mengisi ruang kecil di hatiku ini selalu dilindungi dan diberikan kebahagiaan
dan aku senang Dia mengabulkannya, sekarang orang yang aku kasihi ini berhasil, dia bahagia dan dikelilingi orang-orang yang mencintainya
Walaupun aku tidak termasuk didalamnya, dan dia tidak akan pernah tahu aku mencintainya
Aku tidak munafik tentu saja aku masih ingin sekali bertemu dengannya, bahkan bersama ?
sehingga saat aku lebih dewasa, aku lebih berani lagi meminta kepada-Nya
Tapi kurasa Tuhan lebih mengabulkan doaku yang pertama :)
1 note · View note
syafiraoctafiani · 6 months
Text
Tumblr media
KEMBALI
Kemarin, kulihat seorang wanita berdiri di lorong stasiun kereta
Dengan ransel yang terlihat usang di pundaknya
Berdiri dengan rona bayangan yang tak semua orang bisa melihatnya
Ia diam dalam sunyi, dengan gaduhnya cakrawala
Disini dan disana
Kulihat beberapa manusia berjalan, berlari, dan berlari lagi
Riuh sekali dengan panorama yang terasa sempit dalam megahnya dunia
Wanita itu tetap diam dengan imaji nya
Menatap dalam hampa seolah lupa bahwa ibu kota begitu riuhnya
Tanpa sadar, akupun tenggelam dalam diam bersamanya
Dalam emosi yang terasa dingin, menelanjangi ruang pikir yang hampa
Aku terkadang ingin tahu apa yang ia rasa
Tapi ternyata aku sudah lebih dulu mendalami apa yang dikira fatamorgana
Siapa ia?
Sosoknya adalah refleksi dari cermin raksasa di belantara dunia
Tertunduk dengan tangan memangku harapan dalam rapuh dan hancurnya kisah romansa
Yang telah dirajut dengan sutra
Lalu kemudian terbakar dan hanyut dalam realita
Cahaya semakin berlalu,
Gelap, gelap sekali
Dimana wanita itu? Apakah dia baik baik saja?
Bisakah ia berlari dalam gelap?
Tidak, ia tak sekuat itu
Aku mencarinya dalam riuh redam gemerlap
Dalam keheningan malam
Tersungkur
Jatuh
Dan terperanjat
Rupanya, aku pun tidak sama baiknya
Rupanya, aku lebih buruk darinya
Rupanya, aku diikat oleh sekat memoriku sendiri
Yang membelenggu seluruhnya
Sesak, sesak sekali
Kemana wanita itu pergi?
Aku masih akan tetap bermalam disini
Dalam lintas dimensi ini
Rupanya aku pun terbangun dari mimpi
Tapi rasanya tetap begini.
Kembali.
Ruang imaji, 210324
00:38
0 notes