#Ramadhanku
Explore tagged Tumblr posts
Text
Sudah hampir separuh ramadhan.
Aku masih saja terlalaikan oleh banyak waktu yang belum bisa kukendalikan.
oleh nafsu untuk beristirahat atas kepayahan duniaku yang kubuat sendiri.
Setidaknya, apakah aku bisa berjalan lebih cepat?
Apakah aku masih sanggup mengisi ramadhanku dengan lebih baik?
Apakah aku bisa?
Sungguh, doaaku kian lirih, bersujudku pun tak sering
tapi mengapa pintaku makin banyak?
Aku terdiam dan sesak,
Aku sejauh ini pada-Mu ya Rabb.
izinkan aku lebih mencintai-Mu
izinkan aku bisa lebih dekat dengan-Mu.
izinkan tangisku ada hanya karena ayat-ayatMu
faghfirli ya Allah
Karawang, 13 Maret 2025
_setengahjalanakubermuhasabah
5 notes
·
View notes
Text
Menjadi Normal
Ramadhan kali ini ramadhan ter-[aku merasa menjadi manusia]-normal dibanding yah 4-5 tahun sebelumnya lah. Sekaligus ramadhan ter-mindfulness. Allah kasih free time yang bagiku berharga banget. Allah izinkan Ramadhanku kali ini dalam suasana menenangkan-tanpa huru hara jaga di rs-. Pertama kalinya mengikuti program dari Baitul Qur'an Daarut Tauhid, sama sekali gak kepikiran. Rencana dadakan yang terealisasi karena tiba-tiba sadar pekerja shift ini punya waktu luang yang kapan lagi coba?! Dan bareng teman yang-nikmat mana lagi yang kamu dustakan? Ternyata dekat dengan sumber ilmu itu obat yang ampun bagi hati -yang lelah dengan hiruk pikuk dunia-
Yang akan paling kurindukan adalah..
Hari-hari yang waktunya hanya halaqah satu ke halaqah berikutnya
Hari-hari yang isinya setoran-nyiapin-setoran-ngulang- murojaah-nasihat Ustadzah
Hari-hari yang rutenya masjid-aula belajar-kamar-aula- masjid
Ya Allah bantu aku menjaga kebiasaan-kebiasaan baik ini sampai pada Ramadhan berikutnya..
30Mar2025
1 note
·
View note
Text
Ku lalui ramadhanku tahun ini dengan kelalaian penuh kehinaan.. Allahu ya rabb karuniakan aku ampunan dan taubat nasuha
0 notes
Text
Alhamdulillaah udah masuk bulan ramadhan lagi. Alhamdulillah karna masih diberi kesempatan ketemu lagi sama bulan penuh pahala bertaburan.
Rasa setiap ramadhan emang beda-beda. Tapi, pada akhirnya tetap nikmat masyaAllah.
2 tahun lalu ramadhanku ditemani uti dan ponakan. Aku menjadikan ponakanku sebagai partner dapur (bertanggung jawab atas menu buka dan sahur).
Masih ingat betul di kepala, betapa serunya kenangan itu. Coba2 masak ini itu, coba2 cari penjual sayur mateng yang enak, coba2 menu takjil, sampe keliling masjid buat nyobain teraweh dengan suasana yang berbeda.
Beda dengan 1 tahun belakangan. Aku dikasih kesempatan merasakan bulan ramadhan kembali pulang bersama ibu bapak.
Walau aku merasa ibadahku fokus ke diri sendiri, karna menolak banyak ajakan bukber, dan selalu ingin kejar tilawah.
Alhamdulillah tidak perlu repot menyiapkan makan buka dan sahur, cukup fokus kerjaarr banyak pahala ramadhan.
Dan tahun ini..
Tidak akan bisa kembali seperti tahun-tahun sebelumnya.
Aku sudah menikah!!
Aku sudah menjadi istri!!
Istri yang sedang mengandung janin kecil di dalam rahimku, masyaAllah.
Walau waktu bukaa sering sendiri, karena suami masih di kantor, dan sibuk menyiapkan semuanya sendirii, lebih sedikit keliling masjid untuk nyobain terawehnya.
Alhamdulillahh rasanya tenang dalam nikmat.
Allahu Akbar.
Tahun ini...
Allah mengajariku tentang tanggung jawab.
Mengajariku untuk tetap yakin dan percaya atas ketetapan yang indah dan banyak berkah.
Mengajariku untuk bisa lebih bisa mengelola akan emosi, pikiran dan tubuhku sendiri.
YaaAllah makasih yaaa..
Makasihhh banyak atas semua nikmat berkah sehaat tenang bahagia untuk hari hariku.
Makasihh engkau hadirkan seorang laki2 yang entah dari mana tapi bisa menyempurnakan ku.
Makasihhhh engkauu banyak hadirkann kejutan gemes yang kadang buat sakit, sesak, nangis, sebel, marah, khawatir tentang hal2 duniawi.
Makasihh karena engkau masih memberi kasih dan sayangmu terhadap kami..
Huhuhuu
Sering terharu kalau bercerita tentang kebaikanMu.
Maaf yaa Allah karena ibadahku masih tentang transaksional terhadapmu.
Tolong ajari aku untuk tidak hitung2an atas ibadah yang sudah aku jalankan yaa.
0 notes
Text
Mau Ramadhan (lagi)
Wah, kalau dipikir-pikir rasanya cepat sekali kita sudah memasuki H-16 bulan Ramadhan.
Sambil refleksi, ternyata Ramadhanku lumayan hancur ya dua tahun belakangan ini. Aku coba pikir lagi, aku ingat-ingat lagi. Faktor apa, ya, yang bikin Ramadhanku kacau? Ah, ternyata karena menumpuknya program kerja di bulan Ramadhan serta banyaknya undangan buka bersama.
Lalu, bagaimana? Apakah salah program kerjanya? Atau salah undangan buka bersamanya?
Tentu saja bukan. Ini semua salahku, karena tidak mengurangi intensitasku dalam berkegiatan di bulan Ramadhan. Jujur, aku bukan pribadi yang dapat melakukan manajemen waktu dengan baik dan hanya bisa fokus pada satu hal terlebih dahulu (gampangnya, aku sulit untuk multitasking dalam hal yang berkaitan dengan pekerjaan). Katakanlah, ketika pikiranku sedang terpaku pada satu program kerja, itu akan mempengaruhi ke hal lainnya dan aku akan fokus disana. Sampai akhirnya, aku menjadi tidak maksimal dalam melaksanakan ibadah di bulan Ramadhan.
Tilawah yang seharusnya bisa fokus dan mendapatkan beberapa juz dalam satu hari, hanya bisa berhenti di dua atau satu juz tiap harinya. Ditambah, sekarang aku hidup tidak bersama orang-orang yang menyalakan spiritnya ketika Ramadhan. Tentunya, itu mempengaruhi performaku.
Lalu, bagaimana sekarang?
Melihat hal yang sudah lewat kemarin, aku akan evaluasi apa saja kekuranganku. Mungkin, Ramadhan bulan depan aku akan mengurangi kegiatan lembaga dan undangan buka bersama. Semoga sampai Ramadhan berakhir nanti, aku bisa beribadah dengan lebih maksimal lagi.
0 notes
Text
Mengeja Rasa Tulisan Sang Kyai
#Hujan di Akhir Musim Panas
Entah musim apa Ramadhanku tahun ini, apakah musim semi, musim panas atau musim gugur. Aku tidak tahu.
Yang jelas, Ramadhan kali ini berwarna biru bagiku. Sendu namun haru.
Jika Ramadhan2 sebelumnya kami berupaya mengkondisikan diri dengan lantunan doa, Allahumma BaaarikLanaa fii Rajab wa Sya'ban Wa Ballighnaa Ramadhan...
Maka Ramadhan kali ini, seakan Allah menyiapkan jiwa kami dengan caraNya : mewafatkan putra bungsu kami di bulan Rajab.
Hantaman itu menghentak kami keras. mencubit kesadaran kami akan satu hal yang pasti yaitu kematian. Sekaligus mengingatkan akan sedikitnya bekal dan jauhnya perjalanan.
Ujian tersebut bagai dua sisi mata uang bagi kami. Musibah di satu sisi, sekaligus hadiah di sisi lainnya.
Maka, sabar sejak hantaman pertama, serta ridha akan ketetapan Allah adalah penolong kami menghadapi musibah tersebut.
Sementara syukur berbuah taat adalah cara kami menerima hadiahNya dengan gembira.
Wahai Jiwa, yang berapa puluh Ramadhan telah berlalu begitu saja..
Temui Ramadhan kali ini sepenuh rindu,
seperti rindumu padanya yang sudah menanti di surga...
Sambut "sang Yusuf" sepenuh cinta...
Apapun musimnya...
Rinai hujan yang menghiasi hari2nya kali ini.. Semoga deras pula air mata yang melelehkan dosa2 dan lalaimu di masa lalu...
Bersabarlah dalam taat, hingga alYaqin itu tiba.
Allahummaa, taqabbal minnaa...
^UmmAhmad^
0 notes
Text
Maafkan aku, ramadhan.
Mungkin ramadhanku kali ini tidak semaksimal ramadhan2 di tahun kemarin
Atau bahkan ramadhanku bahkan semakin menurun dari waktu ke waktu. Tapi aku merasa bahwa ujianku juga bertambah. Tak mudah
Ramadhan kali ini, meski dengan kondisi badan yang kurang fit.. harus banyak bedrest, bahkan terpaksa harus batal puasa tersebab karena sakit..
Aku ingin husnudzon bahwa Allah masih sayang denganku. Memberiku sakit agar tidak merasa sombong dengan badan yang sehat dan kuat. Tidak merasa hebat dengan setiap apa yang melekat.
Setiap waktu yang dilalui kini semakin ingin kembali ke masa2 hanya aku dan Allah, dengan segenap daya untuk terus ta'at pada-Nya. Mengerti bahwa ternyata dunia begitu culas, banyak kebohongan yang akhirnya terungkap.
Aku ingin terus husnudzon, bahkan kepada orang2 yang pernah menyakitiku. Aku akan terus berusaha memaafkannya meski terkadang ingatan akan peristiwa dimana mereka membuatku sakit itu masih terus teringat. Hingga kini, aku merasa sewajarnya saja jika berteman. Karena justru orang yang kita percaya, ketika berbuat kesalahan terhadap sikapnya akan lebih menyakitkan.
Kini aku berusaha lebih netral, karena selayaknya manusia. Kita adalah makhluk yang lemah, mudah jatuh kepada setiap salah. Maka, ikhlaskan dan lupakan
Hasbunallah wani'mal wakiil
Ya Allah, aku memohon kepada-Mu agar masih dapat mengejar keutamaan di sisa ramadhan ini.. 🤲🏻
0 notes
Text
Day 5 #Ramadhan1445H
[Puasa Drakor]
Jika beberapa hari sebelumnya aku menulis tentang apa yang terjadi pada Ramadhan di hari tersebut namun di hari ini aku teringat dengan suatu peristiwa di Ramadhan beberapa tahun silam. Jika tidak salah ingat peristiwa pada Ramadhan tahun 2020. Sebelum Ramadhan aku cukup candu menonton drama korea yang sedang berlangsung. Ada beberapa judul yang kutonton dan yang paling hits adalah The World of The Married Couple. Drama korea yang mengusung kasus rumah tangga yaitu perselingkuhan.
Aku menikmati menunggu jadwal setiap pekan meskipun dengan geregetan karena tak sabar. Memang ya, bagiku jika sekali merasa asik menonton drama korea maka aku akan mencari drama lain untuk ditonton hitung-hitung sambil menunggu drama satunya tayang sehingga bisa bergantian. Drama tersebut belum juga tamat sedangkan Ramadhan akan datang. "Aku tidak boleh seperti ini terus-terusan", batinku. Sebenarnya aku bukanlah pecinta bahkan penggila drama korea. Aku juga tidak sesering itu menonton drama. Hanya jika aku merasa bosan dan monoton dengan rutinitas hidup lalu ingin sebuah tontonan yang cukup menarik maka kadang aku memilih menonton drama korea. Tidak semua judul aku suka, tetap kupilih yang sesuai selerasiku. .
"Aku harus berubah. Ramadhanku nanti harus lebih baik", tekadku dalam hati. Maka menjelang Ramadhan aku membuat target sederhana agar waktuku di Ramadhan tidak habis percuma yaitu puasa drama korea. Karena bagiku menonton drama korea cukup menghabiskan waktu yang kurasa bisa diganti dengan yang lebih bermanfaat atau bahkan rela tidur larut sekedar untuk menonton. Selain itu, tak jarang muncul adegan dewasa yang sangat tidak pantas ditonton ketika Ramadhan. Aku belum merasakan dampak baiknya setelah menonton. Itu versiku, mungkin akan berbeda denganmu. Drama yang kutonton belum juga usai, mau tidak mau aku harus berhenti. Lagipula, puasa ini tidak selamanya drama tersebut masih bisa dilanjutkan usai Ramadhan meski akan berbeda feelnya. Geregetan bukan? Aku jadi tidak tahu endingnya, haha. "Bismillah, akan kulakukan."
Mengapa hanya Ramadhan?
Karena bulan suci, mulia dan berlimpah pahala ini sayang untuk disia-siakan apalagi datangnya hanya sekali dalam setahun. Bulan turunnya Al Quran ini sangat disayangkan jika frekuensi kedekatan kita dengan Al Quran sama seperti bulan lainnya. Bulan Ramadhan adalah saatnya kita mendidik diri lebih keras lagi menjadi pribadi yang lebih baik lagi dengan bertambah ketaqwaan padaNya.
Pada beberapa hari awal mungkin cukup sulit apalagi jika berhadapan dengan hari tayangnya namun karena di awal juga semangat Ramadhan masih terasa menggebu maka keinginan tersebut mari diganti dengan aktivitas lain yaitu menambah tilawah Al Quran. MasyaAllah wal hamdulillah, ternyata aku mampu melakukannya. Sama sekali tak kusentuh meski hanya sekedar melihat sekilas atau mendownload untuk ditonton nanti.
Apa yang kulakukan?
Cukup untuk tidak mendekati hal-hal yang mendekatkan pada menonton drama korea. Selain itu bisa juga diganti dengan kejar target tilawah. Jika bisa maksimal mengapa harus minimal.
Setelah melakukan, dampak apa yang kurasakan?
Aku juga merasakan kedamaian dan ketenangan setiap kali tidak menyentuh drama tersebut hingga akhirnya aku lupa. Atas izin Allah, aku mampu melakukannya dan bangga terhadap diri sendiri bisa menaklukkan tantangan yang dibuat sendiri. 30 hari bukanlah waktu yang sebentar tapi aku bisa bertahan sampai akhir.
Terimakasih Ya Allah. Segala puja dan puji hanya bagiMu.
#klip2024#kelasliterasiibuprofesional#maret2024#15032024#ibuprofesional#sinergiwujudkanaksi#ip4id2024#aliranrasa#hikmahkehidupan#insightbahagia#RAMADAN#target ramadhan#ramadhan1445h
0 notes
Text
Ramadhan Note 1:
Ramadhan kali ini berbeda. Semuanya tidak sama. Kini aku sahur dan berbuka tidak lagi bersama mamak bapak. Tapi Allah titipkan seorang Qowwan dan kedua orang tuanya, yang kini membersamai bukan hanya di Ramadhanku, tapi sepanjang hidupku di muka bumi ini.
Rasanya? Alhamdulillah. Nikmat itu tetap terasa jika kita mau mensyukurinya. Walau mungkin akan banyak tantangan yang menunggu di depan, bismillah— akan kujalani dengan mengharap ridho-Mu yaa Rabbi.
Ohya, ini juga Ramadhan pertamaku tanpa teman untuk saling mengingatkan. Aku tidak mengikuti kelas-kelas seperti Ramadhan Maksimal lagi. Bukan tidak mau, tapi aku sadar diri bahwa bukan cuma kuantitas amal yang perlu kukejar saat ini.
Ya Allah.. pegangi hatiku. Ya Allah bantu aku agar ikhlas dalam beramal. Jadikan Ramadhan ini jauh lebih baik dari sebelumnya. Semoga setelah Ramadhan aku bisa menjadi insan yang tidak hanya semakin bertakwa tetapi juga dihiasi akhlak yang baik kepada sesama.
Palembang, 14 Maret 2024 || 3 Ramadhan 1445 || Semangat!
1 note
·
View note
Text
Perjalanan Panjang
Hari pertama ramadhan ini rasanya... biasa saja. Senang bisa menghabiskan waktu dengan keluarga. Selain itu aku hanya rebahan saja seharian. Melihat berbagai rutinitas yang dilakukan oleh orang-orang di hari pertama ramadhan mereka, rasanya ramadhanku sangat tidak produktif.
Aku masih belum bisa membuat ramadhan kali ini menjadi hal yang spesial. Aku masih belum bisa membuat berbagai kesempatan yang terjadi dalam hidupku menjadi hal yang spesial.
Tulisan ini hanya akan menjadi sedikit refleksi diri.
Entah sejak kapan aku terlalu fokus pada hal yang kurang begitu berarti. Mulai dari rasa khawatir tidak disukai orang lain, rasa takut akan kegagalan, dll. Terlalu mengkhawatirkan hal yang terjadi padaku saat ini. Aku tahu penting untuk fokus dan menyelesaikan target kita sekarang. Tapi kita juga harus mencoba melihat apa yang sebenarnya ingin kita capai di masa depan.
"Rutinitas apa yang ingin kamu lakukan di setiap bulan Ramadhan?"
Aku jadi menyadari betapa dangkalnya pikiran bahwa bulan Ramadahan cukup dengan menyelesaikan puasa 30 hari saja. Masa cuma hal itu saja yang ingin kamu lakukan di bulan yang harusnya spesial ini? Ini sebenarnya tidak hanya tentang Ramadhan saja. Hal ini juga layaknya dengan kuliah hanya cukup lulus saja. Berkerja hanya cukup dengan asal digaji saja.
Aku tahu mencapai itu adalah hal yang utama. Namun, akan menjadi kurang bermakna jika kita hanya memliki target itu seperti itu saja. Apakah sebegitu ragunya kamu dengan dirimu sendiri? Masa iya seseorang yang bermimpi menaklukan dunia hanya punya target yang standar saja?
Dari sana aku kembali membayangkan hal-hal yang ingin aku lakukan, mimpi-mimpi yang ingin aku raih. Hal-hal itu begitu banyak hingga aku rasa perlu waktu yang panjang untukku agar bisa melakukan semuanya. Masih perlu perjalanan panjang untuk agar aku bisa menjadi seseorang yang aku inginkan. Pikiran itu membuatku kembali berpikir betapa tidak masuk akalnya diriku untuk terus memikirkan penolakan di masa lalu ataupun mengkhawatirkan kegagalan di masa depan.
Kurasa aku akan menantikan saat di mana semua mimpi itu akan menjadi jauh lebih besar dari pada rasa takut dan khawatir yang aku miliki...
Tidak.
Kenapa aku harus menantikan suatu saat jika aku bisa memulainya dari sekarang?
0 notes
Text
Abah, apa kabarmu?
Abah, Ramadhanku masih sama tanpamu
Abah, hidupku penat didunia ini
Abah, aku rindu.
0 notes
Text
The Broken Ramadhan
Hari ini sudah hari ke-2 Ramadhan 1445H, tapi aku belum bisa jamaah sholat tarawih atau sholat wajib lainnya karena batuk yang gak kunjung sembuh, takut menularkan ke anak-anak.
Karena sholat dilakukan di rumah dan kebetulan libur tanggal merah, muhasabah diri jadi lebih intim. Ku pikir-pikir, Ramadhan tahun ini aku merasa lebih dekat ke Allah dan merasa lebih percaya diri untuk memenangkannya. Aku set target jauh lebih agresif dari tahun sebelumnya yang bahkan khatam Al-Quran sekali saja harus tercepot-cepot di hari-hari terkahir Ramadhan - re: kejar setoran.
Sebelum Ramadhan tiba, aku sudah sibuk untuk mendaftar nama-nama yang harus aku siapkan bingkisan lebaran. Aku selalu mengharapkan Ramadhan yang khusyuk, menyiapkan bingkisan lebaran jauh hari adalah the least i can do untuk mendukung mencapai harapanku sendiri. Sampai terdengar 'loh keluarga Sukoharjo gak masuk ke daftar?', kemudian aku baru tersadar.
Oh, Ramadhan tahun lalu aku disibukkan dengan mabuk cinta dan persiapan pernikahanku sendiri. Long short story, aku dikenalkan pada seorang lelaki yang mencari calon istri. Everything was going quick at that time. Semua terasa serba terburu-buru. Kami baru kenal Januari secara virtual, tapi April kami sudah merencanakan pertemuan keluarga besar dan merencanakan pernikahan. hari-hari kami dipenuhi dengan diskusi berbobot yang sering tak berujung manis dan sepakat. Kebanyakan, kesimpulan ditarik sebelah pihak sehingga menimbulkan persepsi yang kurang pas.
Peredebatan kolot yang tak berujung sepakat adalah bumbu hubungan kami. Dari sudut pandangku, aku lebih banyak mengalah. Aku berusaha menghindari cekcok yang tidak berarti. Aku berusaha memberi makan egonya sebagai laki-laki dan sebegai calon pemimpin keluarga. Aku bahkan menurunkan nilai-nilai yang sudah aku tanam sebelumnya, hanya untuk memenuhi egonya. Aku ingin sekali kami berhasil pada saat itu. Menangis dan memohon kulakukan agar kami sekali saja sampai ke kata sepakat. Tapi memang segala sesuatu yang dipaksakan itu tidak pernah baik.
Bukan berarti aku tidak mensyukuri masa-masa itu. aku mengingat betul bagaimana bahagianya dan excitednya aku menjalaninya. Mendapatkan calon yang keluarga besar suka (pada waktu itu, keluarga sekedar tahu nama dan pekerjaan), ibu suka, dan yang terpenting aku suka, sudah lebih dari cukup, bukan?
Sayangnya, kisah kami harus diakhiri dengan open ending. Kami membiarkan semesta bekerja untuk kami. Ketika pada akhirnya kami tidak ditakdirkan bersama, kami tak kehilangan apapun. Begitupun sebaliknya, ketika pada akhirnya kami disatukan kembali, kami harus yakin bahwa kami sudah menemukan versi terbaik diri kami. Kami mangakhiri hubungan ini dengan baik dan tanpa perdebatan hebat, kami lebih memilih untuk memberikan waktu masing-masing untuk berpikir dan menemukan tujuan hidup masing-masing. Kami juga berusaha untuk tidak mendahului takdir Allah dengan menyatakan bahwa kami tidak mungkin bersama atau kami pasti bersama. Hanya saja waktu itu bukanlah waktu yang tepat.
Kami yakin, kami bukan gagal merencanakan pernikahan. Hanya saja, kami belum selesai dalam mencari jati diri dan tujuan hidup kami. Buktinya, aku semakin cemerlang dan terbukakan carrier path di pekerjaanku sekarang dan dia lolos S2 di kampus ternama di Indonesia.
Kami juga memutuskan untuk tidak saling menghubungi lagi karena kami yakin, keberadaan kami bersama-sama bukanlah hal yang baik saat itu mungkin hingga saat ini dan bisa menjadi penghambat satu sama lain.
Begitulah, bagaimana kami melukai amalan Ramadhan kami dengan hawa nafsu manusia.
Ramadhanku tahun lalu sudah cidera. Tak akan pernah bisa utuh lagi. Ceritanya akan selalu ada, mungkin terlupakan, tapi aku yang hari ini adalah hasil pembelajaran dari yang terjadi sebelumnya.
0 notes
Text
Tetiba tersadar kalau..
Sahur dan berbuka puasa sendirian di kosan ternyata nggak seburuk itu.
Ramahdan jauh dari rumah malah lebih menyenangkan. Apalagi pas Ramadhan masih ada praktikum. Pulang praktikum nyari takjil bareng temen atau sekalian bukber. Trus taraweh bareng.
Ramadhanku terasa lebih bermakna. Aku nggak harus dimaki perkara menu berbuka yang aku siapkan. Aku nggak harus merasa kesepian. Aku nggak harus diselimuti amarah.
Satu-satunya bahagiaku ramadhan disini hanyalah dia yang mengajakku pergi taraweh dan menyantap es kacang setelahnya.
0 notes
Text
Bagaimana ramadhanmu mencerminkan didikan dirimu disebelas bulan yg telah berlalu. Disaat kamu ingin taat dibulan ramadhan tidak bisa serta merta taat sepenuhnya karena kebiasaan dan perangai disebelas bulan itu sangat berpengaruh. Maka kuharap setelah ini diriku terdidik dengan taat agar ramadhanku tahun depan lebih baik. Dan ini juga mencerminkan bagaimana akhir hidup kamu didunia. Tak layak kamu menghukum diri bahwa hari ini tidak baik maka besoknya tidak baik, yg harus diperjuangkan adalah hari ini harus lebih baik daripada kemarin/sebelumnya.
Ingat setiap orang itu unik maka tidak perlu menyamakanmu seperti orang lain atau ingin seperti orang lain. Kamu autentik dengan sikapmu tak perlu ingin seperti sikap orang lain.
Sebagaimana jalan menuju Allah adalah sulit seperti yg dilalui oleh para nabi dan rasul maka kamu tidak akan sampai kepada Allah dengan bersantai-santai dan lalai. Maka lagi-lagi harus berjuang, paksakan dirimu untuk taat beribadah semoga dengan lama-lama jadi kebiasaan semoga dengan terbiasa engkau mendapatkan kenikmatan dalam ibadah.
#tinggalkan pertemuan jika tidak penting dgn re k fi dll, kalian sama tapi berbeda
Rabu 26 Maret 2025 ; ramadhan 26 1446 h
0 notes
Text
Ramadhan Pertama adalah Cinta
[15.44]
Hari ini, Ramadhan pertama adalah bentuk cinta yang nyata dari Allah pada hamba-Nya,
Cinta yang berbalut rasa kasihan dalam bentuk munculnya bulan Ramadhan,
Agar sejenak kembali merenungkan, agar kembali menjejagkan langkah berjalan,
Menuju hal-hal baik yang mungkin mulai terdampak distraksi,
Agar fokus kembali mengisi amunisi,
Dengan hati dan langkah kaki yang lebih ikhlas hati,
Ya... ikhlas yang tujuan terakhirnya adalah illahi rabbi
23/03/23
4 notes
·
View notes
Text
Aku takut untuk menangis.
Yah, aku bersyukur kita masih bisa ngobrol. Walau lewat video call dimana aku malu² bertatap muka di layar gawai denganmu. Karena aku menahan air mata mengalir.
Aku bersyukur masih bisa berkeluh kesah denganmu. Walau aku tau, rasa letih itu ada. Namun, ayah terus berusaha menenangkan ku walau hanya membalas "iya", "sabar ya nak", jujur, aku menitihkan air mata.
Ketika ku memberikan sebuah lagu berjudul "hanya rindu-andmesh", ayah mengirimkan ku pernyataan maaf. Sekian kalinya aku menitihkan air mata.
Lagu itu memang sangat mengekspresikan kerinduan kepadanya.
Aku tak bermaksud ingin membuat ayah menangis. Namun diri ini, tidak berani berucap, jika aku rindu ayah. Karena jika kuucap langsung, aku menangis lagi. Pasti.
Lewat gawai saja aku menangis. Apalagi jika ayah pulang ke rumah, jujur aku menahan tangis. Aku tak seaktif , tak secerewet kita chat di WhatsApp. Karena aku takut aku menangis.
Ayah...
Stay terus yah. Jadilah mood Buster ku setiap saat.
Aku ingin melihat ayah 'online' terus.
Keep in touch yah yah
Maaf jika anak gadismu ini sering melukai hatimu.
Sering membuatmu letih.
Tak tau diri jika ayahnya capek berkerja.
Banyak menuntut biaya² yang terkadang diluar jangkauan ayah.
Namun, percayalah ayah. Aku disini mengerti dirimu.
Ayah adalah laki² terhebat.
Sering-sering pulang kesini yah yah.
:))))).
©Na. (In Cryable moment)
#ayah#cinta#kata cinta#ramadhan#anak#keluarga#ldr#ramadhanberbeda#islam#ramadhanku#puasa#renungan#ayahanak#ikhwafillah#ukhtifillah
8 notes
·
View notes