Tumgik
#ajakan kebaikan
cakrawalangit · 7 months
Note
Hi, kak. You said "ask me anything" on your profile page. So I wanna ask you a question.
Menjadi manusia yang baik itu, bagimana sih? Apa menjadi manusia yang baik berarti tidak melakukan kesalahan dan tidak menyakiti siapapun?
Halo @biru-mudaa!
Halo juga teman-teman Tumblr, sudah sangat lama rasanya sejak terakhir kali menulis di jejaring biru ini. Hari ini kita mulai dengan pertanyaan yang sangat bagus dari seseorang disana.
Menurut saya, menjadi manusia yang baik adalah mereka yang selalu belajar dari kesalahan di masa lalu. Terdengar sangat umum, namun begitulah adanya. Mungkin kalian pernah mendengar,
"Seorang pendosa yang bertaubat lebih baik daripada orang saleh yang tidak pernah merasa salah."
Semakin tidak pernah terlihat melakukan kesalahan, umumnya mereka akan cenderung menutup diri dari kesalahan yang telah mereka perbuat. Ketaqwaan yang sedikit demi sedikit terbalut oleh noda kesombongan menciptakan ego untuk terus merasa benar, membenarkan apa yang mereka perbuat meskipun mereka tahu itu salah. Tidak jarang juga sampai mencari dalil-dalil untuk membenarkan apa yang sebenarnya salah.
Menjadi baik juga bukan berarti kita tidak pernah melakukan kesalahan, karena kita hanyalah manusia biasa. Manusia tempatnya salah dan lupa, maka dari itu kita selalu membutuhkan Allah yang Maha Pengampun. Secara sederhana, mungkin menjadi baik adalah ketika kita berusaha semaksimal mungkin untuk menjauhi apa yang dilarang dan diperintahkan oleh Agama. Aturan yang sudah sangat jelas dan tak lekang oleh waktu.
Karena pada hakikatnya, kita semua adalah pendosa yang sedang Allah tutup aibnya di mata manusia.
Tapi apakah mungkin ketika kita sudah menjadi seorang yang taat beragama, kita malah dimusuhi atau dianggap buruk oleh manusia? Ya, sangat mungkin. Saya tidak perlu menjelaskan karena mungkin di kehidupan nyata kamu sudah banyak menemukan orang-orang seperti ini.
Menyakiti disini mungkin bisa beragam, menyakiti secara fisik tentu sangat tidak diperbolehkan kecuali dalam keadaan yang memang mengharuskan untuk membela diri. Menyakiti perasaan? Sebisa mungkin untuk dihindari, tapi masalah mengenai perasan ini rumit sekali.
Kita bisa saja menyakiti hati orang lain demi kebaikan, seperti menolak ajakan untuk bermaksiat. Di satu sisi kita berada di sisi yang benar, namun mungkin saja penolakan itu menjadi hal yang menyakitkan untuk orang lain. Perkataan yang terkadang tidak terasa keluar dari mulut, menyakiti perasaan orang lain.
Mengambil dari sudut pandang manusia memang melelahkan. Maka dari itu, lakukan semampunya untuk berbuat baik pada orang lain dan jangan terlalu memaksakan diri. Selalu jaga hubungan dengan Allah dan seluruh makhluk ciptaanNya.
Semoga menjawab, dan terima kasih sudah bertanya @biru-mudaa! semoga sehat selalu.
-Cakrawala
11 notes · View notes
arumpuspa29 · 5 months
Text
Rindu.
Setiap kali merenung sebelum tidur, aku ingat-ingat lagi apa yang harus aku lakukan dan apa yang ingin aku lakukan untuk esok hari.
Dan kini kusadari bahwa ternyata aku sesering itu ingin pulang dan menghabiskan waktu dengan Ayah dan Ibu di rumah, di kebun, atau dimanapun mereka berada.
Aku ingin jadi anak kecil yang manja lagi di depan mereka. Menggandeng tangan Ibu saat belanja ke pasar, berpegangan erat ke Ayah saat aku minta diantar dan dijemput ke tempat-tempat yang perlu kudatangi, atau sekedar memetik bayam dan cabai di kebun kemudian menghabiskan pagi dengan sarapan hangat bersama.
Seringkali pula aku menolak ajakan teman-teman untuk main atau sekedar bertemu, karena rasanya sayang akan melewatkan waktu bersama Ayah dan Ibu.
Iya, mungkin kini prioritasku bergeser sepenuhnya. Dewasa ini, rumah dan keluarga adalah tempat pulang yang selalu ada di pikiranku ketika ada waktu libur.
Mungkin karena, lambat laun aku akan pelan-pelan beranjak dan menghadapi hidup ke depan. Aku akan punya peran dan tanggungjawab baru di masa mendatang. Aku akan mengemban amanah baru dan barangkali terlalu 'tenggelam' dengan kesibukan.
Maka selagi aku punya waktu, aku akan berusaha menghabiskan sebaik-baiknya dengan mereka.
Entah mengobrol soal apapun, berdebat kecil tentang sesuatu yang tak begitu penting lalu berbaikan, bercanda dan menertawakan hal-hal yang aneh dan unik meskipun sebenarnya tidak lucu, saling mengingatkan kebaikan, dan semua kemungkinan untukku melewati waktu dengan mereka.
Allah, aku titip Ayah, Ibu dan Adik-adikku dalam sebaik-baik penjagaanMu.. ikatlah hati kami pada simpul iman dan kasih sayang atas namaMu. Aamiiin..
(Semarang, 1 Mei 2024, 22:00. Menatap langit-langit kamar kos, meredam rindu untuk pulang padahal baru 2 hari lalu pulang.)
7 notes · View notes
sekadarnya · 7 months
Text
Kehilangan Diri Sendiri
Bismillah..
jika sebelumnya aku membahas tentang kita yg berubah dan berbeda itu tidak apa-apa, maka kali ini aku membahas tentang batasan kita berubah.
diambil dari kisahku sendiri yang baru saja tersadarkan bahwa kita berubah tetap ada batasan sebagaimana kita tetap tak kehilangan diri kita sendiri yang dulu.
seperti selalu berupaya mendekat diri kepada-Nya, berbuat kebaikan tanpa pikir panjang, dan selalu menerima segala keadaan yang sudah menjadi ketetapan-Nya.
sekarang aku merasa kehilangan itu semua hanya karena aku tak bisa menolak orang lain. sekarang aku jadi berpikir, "oh ternyata, seni menolak ajakan orang lain itu harus ada juga ya..."
kita boleh jadi lebih pede, tapi tetep jangan sampai pede kita menjerumuskan diri kita sendiri ke kubangan buruk itu sendiri. kita boleh jadi aktif di kelas saat matkul, tapi tetap kasih kesempatan untuk teman yg lain agar bisa aktif juga.
selain itu, kehilangan teman pengingat juga semenyakitkan itu. aku bahkan sangat membutuhkan teman yang seperti itu. karena aku sadar jika aku kehilangan diri sendiri ketika aku diingatkan oleh temanku meskipun ia secara tersirat dan beda permasalahannya. Alhamdulillah, aku tiba-tiba kepikiran banget soal pernyataannya "kamu sekarang beda banget" dan aku mulai berpikir dan Alhamdulillah menemukan jawabannya.
tentu semakin dewasa, semakin merasa kita hidup sendiri-sendiri. tidak akan dicampuri urusan orang lain. senenarnya, pernyataan ini ada benarnya sih, tapi kalau kita cuek dan bomat sampai teman dekat kita terjerumus kepada keburukan, bukankah kita yang akan ditanya juga?
"Kenapa kamu tidak mengingatkannya padahal kamu tahu itu salah?"
aku juga belum bisa menjadi baik dan membaikkan orang lain, tapi masih berusaha sebisa aku menjangkau🙏
semoga bermanfaat🫶
anyway, selamat menunaikan ibadah puasa Ramadhan 1445 H✨️
12 notes · View notes
abubuaa · 1 year
Text
Kita tidak boleh berhenti
Tumblr media
Sayyid Quthb Rahimahullah mengatakan, "Mereka para penegak da'wah tidak boleh berputus asa dan memperbaiki jiwa dan menanamkan respon baik dari hati orang yang dida'wahi. Meski apapun pengingkaran dan pendustaan yang dihadapi. Meski penolakan dan pembangkangan seperti apapun yang muncul. Jika seratus kali, da'wah belum sampai kepada hati. Mungkin akan sampai pada seratus satu kali. Jika seribu kali, da'wah belum masuk di dalam jiwa. Mungkin akan masuk pada seribu satu kali. Dan seterusnya.. Jalan da'wah ini bukanlah perjalanan yang lembut dan mudah. Di sana ada puing-puing kebatilan dan kesesatan. Taqlid dan kebiasaan yang bersemayam dalam hati, yang harus disingkirkan secara perlahan-lahan dengan berbagai cara. Semua lokasi yang sensitif harus disentuh.... " (Fi Zilal Al - Quran, 4/2394)
Kelesuan dan rasa putus asa terkadang menghampiri para juru da'wah saat belum adanya hasil dari apa yang di da'wahi.
Padahal kita tidak akan pernah tau dari sekian banyak ungkapan dan kata-kata maupun ajakan yang kita sampaikan yang mana akan sampai dan menyuntuh hati mereka.
Tetapi perlu kita yakini bahwa kata-kata itu sudah terekam, ia akan melekat dalam benak seseorang dan itu akan muncul kembali di waktu yang berbeda bahkan bisa jadi jauh setelah ungkapan itu di sampaikan.
Ibarat menebar benih, kebaikan itu akan tumbuh dengan seiring berjalannya waktu dan dimana tempat ia jatuh.
Apa yang kita sampaikan sebagai juru da'wah bisa jadi belum menuai hasilnya sekarang, dan kita belum memiliki kemampuan untuk memastikan, tetapi yakinkanlah di dalam hati bahwa di suatu waktu yang mungkin kita sendiri tidak tau kapan, disaat apa dan melalui lisan siapa, da'wah kita mampu tersampaikan dan menyentuh hati mereka.
Kita tidak boleh berhenti dari jalan ini hanya karena kalah dari rasa sabar atas penyampaian kita kepada yang kita da'wahi belum memberikan hasil.
Tersebab semua perjalanan ini membutuhkan waktu, jangan hentikan lisan dalam menyampaikan ungkapan dan kata-kata yang baik kepada mereka yang kita da'wahi.
Kita coba menata kembali hati, keikhlasan, ketulusan, cinta dan sabar didalam diri kita. Terus do'akan mereka dan diri kita.
Benih itu akan tumbuh menjadi pohon yang berbuah dan membawa manfaat yang banyak bagi orang lain, dan kita akan dibuat menangis bahwa pohon berbuah yang bermanfaat itu benih yang pernah kita eluhkan dahulu.
Optimislah..
Bukankah kita hanya diajarkan untuk terus berjuang?
47 notes · View notes
fnurulistiqamah · 1 year
Text
Akhir pekan ditutup dengan refleksi setelah nonton film A Man Called Otto. Aku tak akan beberkan tentang filmnya di sini, tapi bagi yang ingin menyaksikan langsung, mohon bijak membaca dan mengikuti disclaimer yang dipaparkan sebelum film dimulai.
. . .
Kerap, orang-orang yang terlihat menyebalkan, pemarah, sumbu pendek, murung, atau bahkan kondisi yang berkebalikan dari itu, adalah mereka yang paling memerlukan perhatian dan bantuan. Kita tak tahu liku terjal perjalanan yang mereka lalui hingga menjadi seperti hari ini. Maka sapaan hangat, ajakan, pelukan, pemberian makanan atau hadiah, interaksi yang menunjukkan saling membutuhkan dan saling mengisi, atau hanya bentuk perhatian kecil, bisa jadi dapat meluluhkan, atau bahkan menyelamatkan nyawa.
Maka benarlah kata Rasulullah “Janganlah meremehkan kebaikan sekecil apapun, walau hanya bertemu saudaramu dengan wajah berseri” (HR. Muslim)
Tak kalah penting, peluk mereka dalam doa-doa kita; semoga diberi kekuatan, kelembutan hati, kejernihan berpikir. Tunjukkan bahwa kita peduli pada mereka dan akan berupaya ada kapan pun mereka butuh. Bahwa berbagi, bercerita, dan memperlihatkan kerentanan atau sisi vurnerable tak melulu membuat lemah, melainkan menunjukkan sisi manusia yang paling manusiawi. Katakan bahwa mereka berharga dan layak dicintai. Yakinkan bahwa Allah tak akan pernah membebani di luar kapasitas yang sanggup dipikul oleh pundak kita, bahwa masalah kita tak pernah lebih besar dari Maha Besar-Nya. Ingatkan pula bahwa mencari pertolongan, menemui profesional, adalah opsi yang dapat diambil saat merasa kewalahan dan pilihan itu tak berarti kelemahan.
. . .
Untukmu yang bergelut dengan ragam masalah, yang berkubang dengan berbagai kesulitan, bertahan ya, yang kuat ya. Bertahanlah sehari lagi, lagi, dan lagi. Peluuuk erat 🫶
Bpn, 060823
12 notes · View notes
juliarpratiwi · 4 months
Text
Saat awal-awal mengajar di rumah, tidak disangka saya cukup keteteran menjalaninya. Saya pikir akan berbeda dengan mengajar di sekolah. Tapi rasa lelahnya mirip. Pagi bikin soal, siang mengajar, belum lagi kalau yg les malam tetiba ngirim kisi-kisi buat quiz esok harinya alhasil bikin soal sembari menemani anak-anak yang belajar di rumah. Oleh karena itu di akhir pekan saya jarang pergi-pergi karena merasa sudah cukup lelah 5 hari sebelumnya. Beberapa ajakan bertemu juga sering saya tolak, kaya udah kehabisan energi buat ngobrol ngalor ngidul. Sampai ada seorang adik yang sering banget minta ketemu, ditanya kenapa gak cerita lewat chat atau telpon saja, katanya lebih lega kalau ceritanya pas ketemu langsung.
"Teh, kapan ada waktu teh? Aku pengen banget ketemu, pengen cerita, tapi harus ketemu langsung."
Karena gak enak menolak terus, akhirnya saya setuju untuk bertemu.
Pertemuanpun terjadi, yang saya soroti sejak pertemuan kami terakhir adalah berat badannya berkurang banyak, juga perubahan pada penampilanya.
Kami mencari tempat yang cukup nyaman untuk bercerita, setelah itu saya membuka obrolan
"Jadi, ada apa nih?" buka saya
"Teh, Allah Maha Pengampun kan?"
Iiih kok apa nih baru mulai juga, feeling saya mulai agak takut.
"Ada apa? Kamu kenapa?" Saya memegang pundaknya
Air matanya jatuh, ia menangis sejadi-jadinya. Lalu mengalirlah cerita demi cerita. Pada beberapa bagian dari ceritanya, saya ingin sekali marah, tapiiii ah sudahlah. Saya pikir, ia sudah lebih dulu kecewa pada dirinya sendiri sebelum orang lain, jadi saya tidak perlu menambahkan pelik di hatinya.
Teh, apa Allah akan menerima taubatku? Setiap malam aku selalu merasa takut. Apa aku layak menjadi hamba-Nya? Teh, sudah lama aku menanggalkan kaos kaki setiap kali pergi keluar. Teteh lihat aku, kerudungku. Bahkan aku pernah kepikiran 'apa aku gak perlu shalat aja ya?'
Barulah giliran saya yang menangis. Tersentak dengan apa yang baru saja ia ungkapkan. Saya minta maaf karena pernah menyepelekan permintaannya untuk bertemu. Saya minta maaf karena merasa tidak ada disampingnya saat ia membutuhkan dukungan, tempat cerita, tempat berbagi. Lalu, saya mencoba meredam kecewa.
Kamu boleh merasa babak belur, seakan dunia kamu hancur. Kamu boleh marah sama aku, sama keluarga kamu, sama orang-orang yang kamu percayai saat kita gak ada buat kamu. Tapi, kamu gak boleh kehilangan Allah. Jangan sampai kita ninggalin shalat, apalagi yang bisa nolong kita kalau kita gak shalat, sedangkan disana letak pertolongan-Nya. Kamu boleh marah sama manusia, tapi kamu gak boleh marah sama Allah karena itu artinya kamu gak ridho dengan takdir-Nya. Baik ataupun buruk takdir itu terjadi atas kehendak Allah kan?
Sekitar 4 jam kami mengobrol, dengan banyak sekali hikmah untuk satu sama lain. Setelahnya saya melirihkan doa, semoga pertolongan dan kebaikan Allah selalu meliputinya. Semoga setiap luka lekas pulih meski akan berbekas. Semoga setiap derita akan berganti bahagia. Semoga ia selalu dikuatkan pada apapun takdir yang sedang dipergilirkan.
Kami saling berpamitan, saya menunggu Ami menjemput. Lalu teringat kalimat menakutkan yang ia lontarkan
"Teh, makasih ya udah nyempetin ketemu dan dengerin cerita aku. Kemarin-kemarin aku sempat kepikiran apa aku b*n*h d*r* aja ya."
Ini kali kedua saya mendengar pernyataan yang serupa dari orang yang berbeda. Saya jadi merasa bersalah juga bersyukur dengan pertemuan ini, bersyukur karena Allah yang menggerakan, Allah yang menggerakan dengan menitipkan rasa 'gak enak nolak terus'. Tapi inilah pertolongan-Nya. Karena dua kejadian ini, saya jadi berusaha meluangkan waktu meski kadang lagi habis energinya. Karena hari itu saya belajar tentang kadar penerimaan seseorang terhadap ujian itu gak bisa disamaratakan. Saya belajar lagi tentang menjadi teman cerita. Terutama saya belajar bahwa pada setiap takdir baik ataupun buruk yang Allah kehendaki pasti ada hikmah dan kebaikannya.
Semoga hikmahnya sampai kepadamu (juga).....
4 notes · View notes
jejaringbiru · 2 years
Text
Seorang guru pernah bertanya, "Sekarang ini susah sekali mencari orang baik ya?" sontak kami menjawab dengan kompak "Betul pak"
Bapak hanya tersenyum lalu berkata; "Kalau sudah sesulit itu mencarinya, mengapa tidak kita saja yang menjadi orang baik? Toh setiap kebaikan akan kembali kepada yang melakukannya".
Belum selesai disana, Bapak membahkan kembali kalimatnya;
"Cobalah untuk membuat semua kegiatan menjadi naluri kebaikan, hidup bukan hanyut!".
Semoga percakapan kami menjadi jalan kebaikan yang akan terus mengalir pada sang guru. Kami tak ingin kebaikannya hanya berhenti disini, semoga ajakan kebaikannya menjadi motivasi untuk terus bergerak memberi kebermanfaatan bagi sesama. Semangat berbuat baik:)
@afifaharyani09
Page 25 of 365
51 notes · View notes
sorotbalik · 2 years
Text
Serial Tadzkirah— Kemenangan Yang Haq
Sikap kita sebagai seorang yang beriman dalam menyikapi takdir yang akan Allah tetapkan dikemudian hari adalah mencoba berikhtiar sebaik dan semampu mungkin, itu saja.
Termasuk dalam ikhtiar amal dakwah (baca: ajakan kebaikan) kita, entah itu yang melalui konten media sosial, orasi atau ceramah, maupun lewat tulisan-tulisan kita. Sebab Allah hanya meminta kita untuk berjuang, melihat bagaimana keberpihakan dan ikhtiar kita sebagai seorang hamba yang beriman, bukan melihat dari bagaimana nanti akhirnya.
Dalam perjuangan pada bingkai kebaikan tidak ada kata kalah, karena kalau kata Imam Ahmad bin Hambal kemenangan itu adalah ‘Maa laazumul haqqu qulubana’ artinya : “Selama kebenaran masih tetap kokoh di dalam hati kita.” Luzumul haq fi qulubina, itulah kemenangan.
Maksudnya selama di dalam berjuang ini, di hati kita masih tertanam niat dan kebenaran dalam upaya mewujudkan kebaikan untuk meraih ridho-Nya, maka mau dihadapkan dengan hasil apapun, mau orang dengar omongan kita, baca tulisan-tulisan kita, kita adalah pemenangnya. “Insya Allah, jika kita dinilai Allah sebagai pemenang, Allah akan memberikan kemenangan yang dinilai oleh manusia.” kata ustadz Hilmi.
Maka tidak perlu berkecil hati, apabila hasil dakwahmu hari ini masih (kamu anggap) belum seberapa, audiensmu sedikit, yang menanggapi tidak ada, dsb sebab perjalanan ini memang jalannya panjang dan orangnya sedikit, maka siapkan saja dsn terus perbarui amunisi niat, ilmu dan tekadmu.
Jadi semangat lagi kan untuk berjuang?
53 notes · View notes
mutiarafirdaus · 6 months
Text
#CatatanRamadhan.9
Sewaktu berangkat dari rumah ke Bogor, yang jadi penyebab air mata runtuh karena takut dengan ujian yang akan dihadapi. Tahu betul standar tinggi yang Ustadzah tetapkan. Tahu betul beliau tak pernah main-main dan menggampangkan jika berkaitan dengan hafalan.
Di perjalanan kereta rasa takut itu masih meraja. Tapi ketika hampir sampai di pondok, ada rasa lain yang menyebabkan kembali menangis. Kali ini tangisan itu muncul bukan karena takut ujian, tapi karena bahagia dan rindu bisa setoran berhadapan langsung kembali dengan Ustadzah Farah setelah sekian tahun lamanya hanya menatap di layar.
Ingat kembali masa-masa awal menghafal. Ingat semua kebaikan yang beliau berikan. Ketegasan yang beliau tegakkan. Ilmu yang beliau ajarkan. Guyon yang beliau lontarkan. Perjalanan yang beliau minta temani. Ajakan untuk bertemu guru beliau. Semua ingatan itu berkelindan ketika sudah kembali "pulang" kepada guru yang mengajarkan cara tilawah dengan betul-betul serius.
Mari bersyukur, memang pelafalan makhraj dan sifat yang dimiliki masih jauh dibawah teman-teman peserta ujian hari ini. Tapi Alhamdulillah kita bisa setoran langsung kepada beliau matan ini untuk pertama kalinya dalam satu dudukan.
Bukan kelulusan yang kita cari saat ini. Tapi ridha Ustadzah untuk terus menerimaku menjadi murid beliau. Minta dikuatkan agar tak pernah meninggalkan majelis ini. Hingga kelak Allah mengizinkan mengemban amanah ilmu ini, semoga ridha Ustadzah selalu membersamai.
3 notes · View notes
jasabillah · 8 months
Text
Sebuah Karya @jakabiaunillah_
BAHAGIALAH KEKAL
Tiada yang meminta seperti ini semua mata seakan tertuju pada cahaya,
bukan mata kebahagiaan, namun kebencian yang ia rasakan, kembalikanlah
tangismu yang dulu, tangis kebahagiaan ketika pertama kali melihat dunia,
kembalikanlah senyum pertamamu ketika ibumu ter senyum. hiraukan
penglihatan, Kembalikanlah semua kebahagiaan itu, semua, jangan sampai
tersisa. Berbahagialah karena Tuhan telah memilih kita untuk berada di dunia.
Tersadar hanya sebutir pasir di tepi samudra sedangkan engkau maha
kaya sang pencipta yang tersusun secara rapi seindah bulan purnama dalam
wujud insan semanis isi dunia Benar kata Mbah Nun “Seharusnya kita harus
gembira bisa sejalan dengan Tuhan” karena Tuhan yang telah merencanakan
semuanya.
Begitulah seharusnya hidup bukan hanya berdiam diri menunggu masa,
setiap insan di batasi usia terbangkanlah sayap sayap asa Sertakan Tuhan dalam
setiap masa. Tak perlu sedu sedan itu, semua akan berlalu dengan sendirinya,
yang perlu kau lakukan ialah Melegitimasikan tentang kebaikan Tuhan,Tuhan
bahagia maka kita ada.
Seseorang bertanya apa bedanya kebahagiaan sama kesenangan? Simpel
sebenarnya, menurutku ”kebahagiaan bersipat kekal namun kesenangan sirna,
seharusnya hidup ini di barengi kebahagiaan karena dengan kebahagiaan semua
ria.
Teruntuk diriku dan dirimu maaf sebesar besarnya, kepalaku yang berisik, Maaf
bila terlalu banyak hal yang dipikirkan, meski masalah yang kecil kita selalu
membesar besarkannya, yakinilah Tuhan tidak memberikan masalah yang kita
tidak bisa pikul Hati yang rapuh, Maaf bila membuatmu patah dan hampir hancur berkali
kali, padahal kita tahu sendiri bahwa perlu kesabaran untuk sembuh dan hati
sifatnya berbolak balik, jadi tunggu hatimu tenang dengan mendekat kepada
yang terdekat itu kebahagiaan hakiki
Kaki yang selalu menopang Maaf bila perjalanan kita kali ini masih
setengah dari jalur kesuksesan, Menjemput masalah masalah yang panjang,
yakinlah kaki!!! Ketika berjalan membawa nama tuhanmu dengan kebahagiaan
tidak akan terasa Masalah masalahmu.
Terlepas dari semua salahku, Tuhan!!!
Dan aku mewakili seluruh Manusia, Kami Minta Maaf sebesar besarnya,
yang selalu Memekik memekik memekik setiap hari, tanpa ada terbesit di dalam
pikiran dan hati kita semua,bahwa ada Engaku yang selalu dekat. Yang selalu
jahat dengan dirinya sendiri. Sekali lagi Minta Maaf Than Kami Salah.
Rasakan getarna kalbu yang mengguncang dunia sembuh seperti narma
yang mengaril perlahan namun pasti dimana arah tujuan meniringin tetap
semagan dan memberikan motivasi keaada diri sediri, berupaya meberikan
dirisendiri rasa semangat yang strong dan memaksimalkan hidup dalam
keabadian yang kekal....
SEMBUH SEPERTI NARMA
par dengan kalimat yang sering masuk di beranda IGku, Kalimat itu ntah
kenapa sering kali membacanya berulang ulang, kata kata itu bilang gini
“Belajarlah untuk terbiasa sendiri, tidak dia undang, diabaikan, ditinggalkan
ataupun dibuang” Sebuah kalimat yang biasa namun membuat qalbu tersentuh,
aku mengingat lagi beberapa kejadian di mana aku terdiam seorang, menatapi
kemalangan nasib, tentang sebuah ajakan yang sederhana yang tiada aku
dapatkan,aku berusaha menjadi mereka agar tidak di abaikan, aku yang rela
mengalah agar aku tidak di tinggalkan, tapi nyatanya semua itu tidak
membuatku nyaman berada di sekeliling yang menerimaku dengan syarat
nyatanya tidak membuat hari menjadi tenang, aku seringkali di hantui oleh rasa
takut akan di tinggalkan, diabaikan, disepelekan, tapi setelah aku keluar dari
mereka aku bisa mengerti bahwa menjadi berbeda itu tidak masalah, tidak
menjadi peran utama
ya juga tidak masalah, buktinya aku lebih bahagia
dengan diriku yang sekarang, diriku yang lebih waras yang lebih berani untuk
sendiri, Aku tidak butuh siapapun untuk diakui diri ini ada di bumi.
Dari kecil memang sudah terbiasa untuk tidak memiliki semuanya, karena
notabenenya memang bukan dari keluarga yang utuh, tapi ini berbeda, waktku
kecil itu sistemnya besok juga lupa tapi kalau sudah besar kata tidak bisa itu
kayak racun tahu tidak, kalau tidak sanggup ya udah tamat,iyah sihh katanya
semua orang punya keterbatasan, tapi rasa failed again itu bener bener nggk
enak Masak tidak bisa, masak gagal lagi, begitu doang, yang aku bisa apasih.
Kenapa sih, bagaimana sih dan akhirnya berjuang tanpa ujung di kepala.
Mari sembuh tanpa bercerita, kalian sering kali mendengar kalimat ini
bukan, awalnya aku merasa biasa saja, bercerita sama tidak bercerita menurutku
sama saja, karena sembuh itu tentang waktu bukan tentang peran tentang peran manusia lainnya. Tapi ternyASata aku salah, karena seseorang yang memiliki
tempat pulang tidak akan merasakan menangis sendirian, sembuh tanpa cerita
perlu peroses yang panjang, karena manusia membutuhkan manusia lain untuk
saling mendengarkan, jadi untuk kamu yang berhasil melewatinya sendirian,
semoga kuat untuk bertahan Kamu Hebat.
Mereka berkata cobalah berdamai dengan hal hal yang tidak bisa kau
rubah, nyatanya ini tidak semudah itu mereka tidak tahu bahwa tidak ada yang
benar benar damai meskipun wajahku selalu terlihat tenang, yah benar, banyak
yang bilang Fisikmu kuat tapi hatimu lemah, aku bertanya tanya kenapa hidup
orang lain terlihat mudah, aku bertanya kenapa orang yang aku sayangi satu
persatu pergi dengan cepat, kenapa aku gagal kesekian kalinya, dan banyak hal
yang tidak bisa aku jelaskan, aku akan tetap hidup dengan hal hal yang tidak
bisa aaku rubah, tapi aku masih belum bisa benar benar berdamai, aku sering
kali menangisinya.
Sering kali kuadukan pada semesta bahwa aku hanyalah manusia yang
tidak bisa melanjutkan hidup. Tapi ia bilang bahwa ini adalah kesanggupanku
pada Tuhan. Apa yang harus kulanjutkan pada perjalananku jika lebih banyak
sakit yang kutemukan??, sebagiannya hanyalah luka yang akan tetap lebam.
Bukankah sia-sia saja jika aku harus tetap begini Tuhan?. “tetaplah melaju”
sabdamu, maka dengan itu aku perlahan mencari arti hidupku dan segala hal
yang kucaci maki dan ku beri sayang akan selalu ku kudekap erat. Berjanjilah
untuk selalu disamping diriku yang terlantar.
3 notes · View notes
aledisini · 1 year
Text
Taaruf (1)
Umi abi gue tuh aslinya emang ga kenal satu sama lain. Emang seangkatan, tapi kan buanyak banget orang nya, jadi ya paling tuh cuma saling tau nama aja gitu.
Abi dulu di kampus terkenal galak. Yang nama nya mau nikah kan pasti nanya-nanya dulu ya. Ini setiap umi nanya ke kenalan dia yang kenal abi, jawaban nya relatif sama. Galak. Terus semua orang bilang abi ga akan cocok sama umi. Melihat kelakuan umi gue yang agak serong kiri itu dan abi gue lurus sekali ya wkwkwkwkwk. Umi sama abi di kampus tuh kaya bertolak belakang gitu. Temen-temen umi lebih banyak cowok, temen cewek nya lebih dikit. Alesan nya cowo lebih rasional (kaya kenal excuse nya wkwkwk). Udah gitu kelakuan umi emang slengean. Abi dulu justru tipe yang serius, akhi-akhi soleh yang ngobrol sama cewek jarange pol.
Umi cerita, waktu taaruf itu emang dia takut. Gimana ga takut, kenalan juga baru sebulan abistu bakal serumah senasip sepenanggungan. Jadi, doa umi sejak proses taaruf dimulai sampe ijab qabul itu sama. Kaya yang ada di doa istikhoroh. Jika memang ini baik untukku, agamaku, hidupku, dan akhirku, maka mudahkan dan berkahilah. Jika tidak jauhkan dan gantikan dengan yang lebih baik. Sepanjang proses lancar pol, ga ada sandungan. Makannya umi gue percaya banget sama kekuatan istikhoroh. Nutup mata sama apapun yang bakal terjadi di depan, toh di awal perjalanan udah minta dibantu pake ilmu nya Allah, jadi insyaAllah jurang-jurang yang bakal dilaluin tuh udah jalan yang terbaik, dan pasti ditakdirkan untuk dilalui.
Waktu abi dateng ke rumah umi buat khitbah. Kan bawa rombongan keluarga dong ya. Kakak umi sama nenek sempet-sempet nya komen “kakak nya dia lebih ganteng” wkwkwkwk sebenernya karna pakde lebih kurus aja dari abi. Tapi kata mereka abi gue lebih gesit dan cekatan, sat set sat set eak. Yaaa nikah kan ga cari tampang aja ya, cari nya yang cocok. Salah deng, cari nya yang soleh, kan pilihlah karena agama nya. Aduh berat wkwk.
H-1 akad, orang sibuk semua dong di rumah nenek. Bantu-bantu nyiapin pernikahan kilat ini. Walaupun ga walimah dan jadi nya pengajian aja, tetep weh banyak yang kudu disiapin. Jadi temen-temen umi sama temen abi juga banyak yang dateng ikut bantuin. Malem nya umi ditanya sama temen dia, “calon kamu yang mana?”. Posisi nya itu di ruang utama yang bakal dipake besok dan lagi rame akhi-akhi gitu yakan wkwk jadi hampir pasti ada abi disitu. Umi lalu menyapukan pandangan ke seluruh penjuru ruangan. Terus loading, gatau calon suami nya yang mana dong wkwkwk🥲🥲🥲. Sampe akhir nya temen umi geregetan, manggil nama abi gue. Pas abi nengok, baru umi ngeh, oh yang itu yang bakal nikahin aku.
Emang umi gue tuh agak susah nginget muka orang. Anak nya sendiri aja kadang suka lupa yang mana wkwk. Tapi ya tapi yang nama nya calon suami tu kan…………….🥲. Nikah kan juga salah satu momen terpenting sepanjang hidup. Masa iya si ga ngenalin sampe h-1 akad. Agak parah emang umi wkwkwk.
Nikahan umi abi yang super dadakan itu ngagetin semua orang. Ditambah sifat dua-dua nya yang agak bertolak belakang. Omongan dari luar yang bilang ga akan cocok juga ga keitung banyak nya. Tapi nyata nya umi sama abi sampe punya anak 4 tuh. Kata umi, abi itu baik. Baik sama umi, baik sama orang, dan yang paling penting baik agama nya. Buat umi, abi adalah qawwam nya, yang harus diikutin selama bukan ajakan keburukan. Abi yang menurut orang galak nyata nya membentuk ketegasan dalam agama di keluarga kami. Sekali abi ngelarang, walaupun kita anak-anak nya ngotot, ya tetep aja kudu dijauhin, ga ada toleransi. Umi bilang, walaupun susah, selalu ada kebaikan dari nurut sama abi. Udah gede gini ya baru kerasa, baru paham, oh dulu gini maksud abi. Jaman kecil mah ngambek langsung.
Dah gitu aja, panjang nulis nya pake mbrambang segala wkwk. Sayang abi, sayang umi jugak🤗
11 notes · View notes
asqinajah · 2 years
Text
Kau tahu, aku sedang merindu. Merindui diriku yang dulu. Diriku yang hampir selalu punya tempat bersembunyi dari gelapnya rasaku. Dan kini, aku sedang memanggilnya perlahan dengan senyuman.
Aku merindui untaian kata dan kalimatku. Ah ya, harap diingat bahwa aku hanya orang biasa yang suka menumpahkan isi pikiran dengan tulisan. Bukan pujangga, bukan penulis besar, juga bukan pendakwah yang menuliskan ajakan kebaikan. Aku, menjadi diriku dengan menulis saja.
.
Aku melihat langit, lalu aku tersenyum.
Aku melihat gelapnya hati, lalu aku menangis.
Aku melihat orang yang ada di dekatku, lalu aku tertawa.
Aku membayangkan keluargaku yang jauh disana, aku pun segera mengambil handphone dan menghubungi mereka. Alhamdulillah.
.
Hari berganti hari, aku biarkan waktu berlalu tanpa menciptkan apapun. Tidak uang, tidak karya, sedang ridha-Nya; aku semakin tak tahu.
Maka, disinilah aku memulai keabsurd-anku dengan menulis apa saja yang kupikir. Anggap saja seperti memanaskan mesin sebelum pergi, bukan? Dan ya, mari saling mendoakan untuk hari yang lebih baik dan lebih barakah ketimbang kemarin.
Salam, dari aku.
(26/10/22)
Tumblr media
32 notes · View notes
perspexto · 7 months
Text
Moslem Content Creator Alhamdulillah Ramadhan tahun ini telah tiba … Dalam suasana kebersamaan dan refleksi diri yang kental, bulan Ramadhan memberikan kita peluang untuk memperbaiki diri dan hubungan kita dengan sesama. Di tengah masa pemulihan hubungan sosial pasca-Pemilu 2024 di Indonesia, bulan suci ini bisa menjadi momentum yang tepat untuk mempererat kembali silaturahim yang mungkin sempat retak. Sebagai seorang konten kreator blogger yang juga berdakwah tentang Islam, kita memiliki kesempatan unik untuk menggunakan platform kita dalam menginspirasi dan menyatukan kembali hati-hati yang mungkin terpecah karena dinamika politik. Mengintegrasikan Dakwah dalam Menulis Konten Blog di Bulan Ramadhan Bulan Ramadhan mengajarkan kita tentang kesabaran, kepedulian, dan persaudaraan. Nilai-nilai inilah yang sebaiknya menjadi fokus dalam setiap konten yang kita ciptakan, terutama dalam menyembuhkan luka-luka sosial pasca-Pemilu. Berikut beberapa cara mengintegrasikan dakwah melalui konten blog di bulan Ramadhan: Konten yang Memperkuat Tali Persaudaraan:Tulis artikel yang mengingatkan kita semua tentang pentingnya memelihara tali persaudaraan dan persatuan, terutama setelah peristiwa politik yang memecah belah. Bagikan kisah-kisah inspiratif dari Al-Qur’an dan Hadits yang menceritakan tentang keutamaan memaafkan, berdamai, dan berkolaborasi untuk kebaikan bersama. Ajakan untuk Berbagi dan Peduli:Ramadhan adalah bulan kebaikan, di mana kita diajarkan untuk lebih peduli terhadap sesama. Gunakan platform Anda untuk mengajak pembaca melakukan aksi nyata dalam bentuk berbagi dengan mereka yang membutuhkan. Anda bisa mengadakan atau mempromosikan inisiatif sosial, seperti berbagi paket iftar untuk dhuafa atau penggalangan dana untuk amal. Renungan dan Muhasabah:Publikasikan konten yang merenungkan tentang makna dan hikmah dari ibadah puasa serta praktik-praktik lainnya di bulan Ramadhan. Ajak audiens untuk bersama-sama melakukan introspeksi diri, memperbaiki kekurangan, dan meningkatkan kualitas ibadah serta interaksi sosial mereka. Edukasi tentang Toleransi dan Kedamaian:Sebagai negara dengan keragaman yang kaya, penting bagi kita untuk saling menghormati dan toleran terhadap perbedaan. Buat konten yang mengedukasi tentang pentingnya hidup berdampingan secara damai, menghargai perbedaan, dan menghindari konflik. Konten yang Inklusif dan Menghibur:Sajikan juga konten yang ringan namun tetap bermanfaat, seperti resep hidangan berbuka yang sehat, tips menjaga kesehatan selama puasa, atau aktivitas positif yang bisa dilakukan selama Ramadhan. Ini akan membuat konten Anda lebih variasi dan menarik bagi audiens yang lebih luas. Interaksi dengan Pembaca:Manfaatkan kolom komentar atau media sosial untuk berinteraksi langsung dengan pembaca. Ajak mereka untuk berbagi pengalaman, cerita, atau ide tentang bagaimana mereka mengimplementasikan nilai-nilai Ramadhan dalam kehidupan sehari-hari. Ini tidak hanya meningkatkan engagement pada blog Anda, tetapi juga membangun komunitas yang solid dan positif. Konten Jariyah:Buatlah konten yang tidak hanya relevan selama Ramadhan tetapi juga bermanfaat untuk jangka waktu yang panjang. Artikel-artikel yang memberikan pelajaran, hikmah, atau inspirasi bisa menjadi sumber ilmu yang terus menerus dibaca dan dibagikan, menjadi pahala jariyah bagi Anda. Kolaborasi dengan Blogger Lain:Manfaatkan jaringan Anda dengan blogger lain yang memiliki visi serupa untuk melakukan kolaborasi. Bersama-sama, Anda bisa menciptakan konten berseri, webinar, atau diskusi online yang mengangkat tema-tema penting di bulan Ramadhan. Kolaborasi ini tidak hanya memperkaya konten Anda tetapi juga memperluas jangkauannya. Konsistensi dan Keberlanjutan:Pastikan untuk konsisten dalam mempublikasikan konten sepanjang bulan Ramadhan. Jangan biarkan momentum yang telah terbangun mereda begitu saja. Lanjutkan dengan konten yang menginspirasi dan mendidik bahkan setelah Ramadhan berakhir, agar pembaca terus mendapatkan manfaat dan inspirasi dari blog Anda. Personalisasi Konten:Ceritakan pengalaman pribadi Anda dala...
Tumblr media
View On WordPress
1 note · View note
ruanguntukku · 1 year
Text
Ada masa-masa di mana aku merindukan setiap permulaan dari sebuah kebaikan.
Entah itu awal mula ketika masa-masa menapaki jalan hidayah, ataupun permulaan dari sebuah muhasabah dan pertaubatan.
Ketika jiwa kita menyadari kesalahan diri sendiri, kemudian banyak menyesali segala kekhilafan yang telah lalu, maka di situlah hati kita menjadi kuat untuk meninggalkan maksiat.
Betapa mudahnya kita hempaskan segala hal yang membuat lalai akan akhirat, karena jiwa kita dipenuhi oleh rasa cinta, harap dan takut kepada Allah.
Begitu mudahnya kita menerima kebenaran dan mudahnya mengamalkan hidayah ilmu yang didapat, tidak peduli celaan manusia dan tidak butuh validasi apalagi pujian dari pihak lain. Seakan kematian sudah di depan mata sedangkan diri masih kotor dan hina berlumuran dosa.
Kenapa masa-masa itu sering kali aku rindukan? Karena itulah masa-masa keemasan yang terkadang sulit untuk diraih bahkan ketika kita sedang menapaki jalan hidayah.
Ketika fitnah syubhat dan fitnah syahwat begitu tertancap kuat di hati, maka sering kali hawa nafsu seakan mengecilkan hujjah yang telah dipelajari.
Ada ajakan untuk menormalisasi kesalahan karena menganggap bahwa itu manusiawi. Wajar ketika sebagai manusia kita berbuat dosa. Ya, sebuah alasan yang pada akhirnya malah membuat kita meninggikan akal, mengedepankan hawa nafsu lantas tanpa sadar mengecilkan aturan Allah.
Lalu, rutinitas ibadah pun mulai terasa berat dan hambar. Sering kali kita menjadi terhalang untuk melakukan amal kebaikan.
Hal-hal yang melalaikan semakin melekat dan terus memperdayakan. Seolah menghipnotis kita agar terus saja terpaku dan disibukkan di sana.
Hati yang semakin kotor oleh dosa pun merasa gelisah, resah dan seakan kehilangan arah. Pekatnya dosa membuat ibadah yang dilakukan seakan menjadi tambalan atas maksiat yang bertebaran.
Ibaratnya kita sedang membawa air dengan ember yang bocor di atas tanah yang tandus dan kering. Perlu berjalan jauh untuk menemukan mata air, tapi tanpa kita sadari ember yang kita bawa itu berlubang sehingga air yang dibawa pun habis tak tersisa.
Seperti itulah perumpamaan jiwa-jiwa yang telah tercemar dengan maksiat dan menyepelekan hujjah-hujjah atas perintah dan larangan Allah.
Meninggalkan kemaksiatan begitu terasa berat. Hawa nafsu seakan terus haus dan menuntut untuk selalu dituruti. Jiwa kita pun tak kuasa untuk melawannya dan akhirnya semakin terjerembab dalam kubangan dosa.
Itulah realita yang dijalani orang-orang yang sedang futur di dalam iman. Ketika menjadi sami'na wa atho'na tidak semudah dahulu ketika pertama kali mendapat hidayah.
Maka hendaklah kita bersyukur ketika kita masih ditolong oleh Allah dengan dijadikannya hati kita gelisah dan sesak di tengah kemaksiatan yang semakin merekah.
Sakitnya jiwa kita dan kedua mata yang masih diberi taufik untuk menangisi dosa, sejatinya adalah sebuah anugerah yang besar, karena jika kita tidak bisa lagi merasakannya maka hakikatnya jiwa kita telah mati, betul-betul tenggelam di dalam palung kehinaan diri.
Cobalah untuk sering memiliki waktu berkhalwat dengan Allah, waktu yang kita gunakan untuk mengoreksi aib-aib kita sendiri, bermuhasabah dan berintrospeksi atas perjalanan yang sudah ditempuh.
Apakah niat kita sudah benar-benar lillah?
Apakah ilmu kita sudah menjadi ilmu yang bermanfaat?
Sudah sejauh mana perbaikan kita di dalam akhlak dan adab?
Waktu kita selama ini habis digunakan untuk apa?
Sudahkah kita bisa menjaga lisan dari suka mencela dan ghibah, menundukkan pandangan dari kehidupan orang lain dan menata hati kita agar tidak penuh dengan buruknya prasangka?
Apakah rasa syukur dan qana'ah itu sudah terwujud?
Siapakah yang pertama kali kita ingat pada hentakan pertama ujian itu datang?
Masihkah kita mengutuk dan marah dengan ketetapan-Nya?
Apakah hati dan pikiran masih didominasi dengan memikirkan makhluk ataukah sudah betul-betul fokus kepada Allah?
Sudah sejauh apa kita mengenal-Nya dan yakin akan janji-Nya?
Dan banyak lagi pertanyaan-pertanyaan lainnya yang harus kita tujukan kepada diri kita, sebagai lecutan agar terus mawas diri dan tetap pada koridor yang seharusnya.
Terkadang di saat jiwa kita merasa gersang dan merasa kurang di tengah kemudahan mempelajari agama-Nya, kita justru disibukkan dengan hal-hal yang tidak berguna.
Kita begitu kuat mendengarkan ucapan-ucapan atau obrolan-obrolan yang sia-sia, tapi begitu suntuk ketika mendengarkan kajian tentang ilmu syar'i.
Kita begitu mudah terbawa perasaan di dalam menyelami skenario-skenario dusta karangan manusia, lantas jiwa kita seakan mati rasa di dalam mengingat dosa-dosa yang ditanam sekian lama.
Ketika benih dosa itu terus tumbuh dan masa panen dosa itu pun tiba, tanyakanlah pada dirimu apakah kamu berbahagia di dalam mendapatkannya?
Bukankah kita selalu menuntut hasil panen yang penuh kebaikan dan kemuliaan, tapi tidak menyadari seperti apa benih-benih yang kita tanam?
Ketika musibah akibat kemaksiatan itu datang, kita merasa Allah sudah menzalimi kita dan telah berbuat tidak adil kepada kita.
Sebuah kebodohan yang sangat menggelikan, bukan?
—SNA, Ruang Untukku #119
Senin, 21-08-2023 | 23.38
Venetie Van Java
3 notes · View notes
pergimelaut · 1 year
Text
27 | Atas Kebaikan Waktu
Seorang perempuan pernah menyakiti dan disakiti oleh Orang Lain (ini karakter baru). Si perempuan dan Orang Lain tidak pernah bertemu sama sekali sejak suatu malam tahun 2017 (wah, itu sudah cukup lama) ketika mereka memutuskan relasi dengan cara, kenangan, dan respons yang tidak baik. Si perempuan membiarkan dirinya dipenuhi dengan kebencian; ia menolak untuk bertemu dengan Orang Lain lagi, dan demi semua luka-lukanya, ia merasa berhak untuk memilih nggak memaafkannya (dan nggak meminta maaf pula). Segala cara ia tolak, melalui perantara teman, pesan-pesan, ajakan bertemu, pertukaran kabar, dan lain-lain. Ia merasa bahwa ia akan membawa rasa benci ini hingga sematinya, sebab tindakan yang diterimanya, perlakuan yang diterimanya, semuanya tidaklah pantas. (Pun, tidak pantas diterima siapa pun.)
Lalu, datanglah lebaran tahun ini. Seseorang yang ia sayangi menghubunginya untuk mengucapkan selamat Idulfitri, dan di antara pesannya yang cukup panjang, kata-kata yang membekas bagi si perempuan adalah, "Pasti aku punya salah, terutama berkaitan dengan perasaan." Entah kenapa, kalimat itu terus terngiang-ngiang, dan si perempuan tahu-tahu merasa dikuatkan untuk mengakui bahwa yang namanya perasaan itu memang nggak ada habisnya. Perasaan marah. Perasaan dendam. Perasaan benci. Perasaan sakit. Perasaan yang sepertinya akan takkan bisa kering dan membekas selamanya.
Maka, pada rangkaian maaf-maafan lebaran, si perempuan dan Orang Lain bertemu. Pertama kalinya sejak 2017. Mereka makan, dan mengobrol, dan menanyakan kabar satu sama lain. Si perempuan merasa lucu ketika mendapati bahwa salah satu informasi paling pertama yang diminta si Orang Lain adalah, "Gimana, kamu udah bikin SIM?" mengingatkannya bahwa mereka memang sudah selamaaaa itu nggak ketemu.
Lalu, datanglah percakapan intinya mengenai maaf-maafan. Orang Lain meminta maaf, dan si perempuan pun meminta maaf juga. Begitu mereka meniti jalan sendiri-sendiri, salah satu syukur yang terbesit malam itu di benak perempuan itu adalah, syukurlah keduanya masih hidup, dan syukurlah ada kesempatan untuk meminta maaf. Ternyata, waktu memang menyembuhkan---dan untuk hal yang satu itu, si perempuan berterima kasih juga kepada waktu yang bersabar untuk menunggu selama itu.
Dan, sekalipun tidak terungkapkan dengan baik karena ia sendiri juga bingung bagaimana membahasakannya dengan tepat, sebetulnya, si perempuan pun sangat, sangat merasa berterima kasih atas kehadiran si seseorang yang ia sayangi dalam hidupnya ... Sebab, ternyata dalam ucapannya, terdapat kekuatan yang mendorong si perempuan untuk berlapang hati, menyelesaikan suatu urusan yang setelah bertahun-tahun lamanya terus ia tunda. Selain itu, dalam rangka ia bertemu dengan si Orang Lain ini, seseorang yang ia sayangi mau menemaninya sepanjang sore sebelum jadwal bertemu, dan masih mau menemaninya lagi malam hari setelah pertemuan itu terjadi. Pada malam itu, dan barangkali hanya pada malam itu, perempuan takyakin ia akan lagi merasa seberani ini.***
15 Juni 2023 pukul 21:50 Prompt: Encourage
Notes: Hopefully I'm getting back on track. :D
2 notes · View notes
ulfarodia · 1 year
Text
Efek domino tuh gitu ya, dimulai terus kena satu, dua, tiga, empat, dan seterusnya. Lama-lama efeknya jadi besar.
Nah, semoga momen Ramadan ini, jadi momen terjadinya efek domino dari kebaikan kecil yang kita lakuin. Nggak tau bakal sebesar apa efeknya nanti, lakuin aja dulu. Lurusin niatnya, perbagus eksekusinya, dan tawakkal sama hasilnya.
Bismillah, semangat guys.
Sekalian, mau coba info agenda rutinan di Ramadan ini. InsyaAllah tiap pagi/petang ada agenda zikir bareng bisa akses infonya di instagram @moodboosterramadan @fimdepok dan juga @indonesiaquran. Sekaligus, ada beragam ajakan kebaikan mulai dari tadabbur harian, dan sedekah/donasi/infaq buat santunan paket buka puasa bersama.
Silakan, dipilih-pilih 🥰
Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media
6 notes · View notes