Tumgik
#berolahraga
hargo-news · 4 months
Text
Ajak Jajarannya Bersepeda, Kapolda Gorontalo Ingatkan Pentingnya Berolahraga
Ajak Jajarannya Bersepeda, Kapolda Gorontalo Ingatkan Pentingnya Berolahraga #Polri #PoldaGorontalo #JagaKesehatan #Berolahraga #Bersepeda
Hargo.co.id, GORONTALO – Kapolda Gorontalo Irjen Pol Angesta Romano Yoyol kembali mengingatkan seluruh jajarannya agar selalu menjaga kesehatan dan rajin berolahraga. Menurutnya, berolahraga bisa menjaga kebugaran tubuh dan kesehatan fisik maupun sikis, satunya dengan berolahraga bersepeda. Kapolda juga berupaya mempromosikan gaya hidup sehat, dengan melaksanakan kegiatan bersepeda pagi, Jumat…
Tumblr media
View On WordPress
0 notes
Text
Jogging
Lari Santai | Olahraga Lari | Berlari Lambat | Lari Kecil Jogging, Tentu anda tidak asing dengan jenis olahraga yang satu ini. Olahraga ini merupakan suatu bentuk gerakan lari dengan kecepatan yang lambat. Tujuan dari Olahraga ini adalah untuk meningkatkan kebugaran jasmani anda dengan tekanan yang sedikit atau mempertahankan kecepatan yang tetap dalam jangka waktu yang lama. Jogging Olahraga…
Tumblr media
View On WordPress
0 notes
pasarinternet · 2 months
Text
Endurego sport isotonic drink Minuman Penambah energi
Endurego sport isotonic drink Minuman Penambah energi     Endurego sport isotonic drink Minuman Penambah energi   ENDUREGO – Sports Isotonic Drink Endurego mengaplikasikan teknologi Smart Carbohydrate dari teknologi Belgia yang terdiri dari Fast & Slow Carb Release yang bertujuan dengan cepat menggantikan energi yang hilang dan memberikan tambahan energi lebih lama. Endurego dilengkapi dengan Ion…
Tumblr media
View On WordPress
0 notes
hellopersimmonpie · 2 months
Text
Belajar hidup dengan baik itu butuh usaha yang cukup panjang dan butuh self compassion yang besar. Dibesarkan dalam budaya yang mengglorifikasi segala macam ketidaknyamanan membuat gue menyadari betapa sulitnya mencintai diri sendiri. Betapa sulitnya membedakan antara menjadi berlebihan atau pure memang berusaha hidup dengan baik.
Gue hidup dengan ADHD. Salah satu gejalanya adalah mudah depresi ketika siklus hari-hari gue terlalu dinamis. Meskipun struktur otak ADHD pada dasarnya tidak menyukai rutinitas, tapi gue butuh struktur dan jadwal yang tetap dan tidak terlalu banyak agar gue nggak stress karena di setiap perpindahan, gue harus belajar lagi untuk memusatkan perhatian. Gue lebih baik dengan 3 jam diisi 1 kegiatan dibanding 3 jam diisi dengan kegiatan. Ini ngebuat gue stress.
Sewaktu gue menjelaskan ini ke orang lain, nggak banyak yang bisa berempati. Semua mengatakan:
"Kamu harus belajar menyesuaikan diri"
Sekalipun gue sudah menjelaskan kondisi ADHD gue. Karena tidak banyak orang yang familiar dengan kondisi ini dan semua dianggap sebagai sesuatu yang dibuat-buat padahal itu nyata. Akhirnya gue yang berusaha banget sedikit memaksa orang lain mengikuti cara gue. Biar hidup gue less stessfull. Di samping itu, gue juga belajar banget nyari apa yang ngebuat gue merasa nyaman. Entah itu lingkungan yang tidak berisik, harumnya teh dan banyak lagi. Gue belajar untuk tidak merasa bersalah ketika gue menghindari sebuah ruangan hanya karena ruangan itu berisik.
Beberapa tahun lalu, Dea adalah Dea yang dinasehati orang-orang di sekitar karena kamarnya berantakan, jilbabnya tidak disetrika, sering banget telat janjian, dan sering menggunakan kaos kaki yang berbeda antara kanan dan kirinya.
Beberapa tahun lalu, Dea adalah Dea yang sering banget menangis karena selalu merasa dirinya malas. Sering banget time blind dan orang sekitar berkomentar:
"Kamu tuh sebenernya pinter. Tapi kamu kurang effort makanya hasil yang kamu dapatkan nggak banyak"
Gue nangis hanya karena ada temen yang mungkin maunya memotivasi tapi malah ngirim pesen:
Salah satu pengkerdilan terkejam dalam hidup adalah membiarkan pikiran yang cemerlang menjadi budak bagi tubuh yang malas.
Gue, setiap ganti rutinitas secara mendadak, dampaknya bakal insomnia berhari-hari. Sementara pekerjaan menuntut gue bisa berpindah dari satu tugas ke tugas lain dengan cepat dan jadwal rapat yang kadang mendadak. Gue baru nemu perubahan jadwal ini ngebuat gue stress dan insomnia tuh ya setelah melewati journaling yang cukup lama. Sampai gue pada akhirnya bisa membaik dengan mengurangi beban pikiran satu persatu. Berusaha hidup dengan sangat terstruktur agar ada beberapa hal yang bisa di-otomasi dan di-optimasi sehingga gue punya waktu kosong untuk bernafas.
Belakangan, gue merasa hidup gue berprogress ketika gue sudah nggak pernah kehabisan kaos kaki meskipun kaos kaki gue cuma 5. Gue juga nggak pernah pakai kaos kaki yang berbeda. Gue nggak pernah menangis kalau tugas nggak selesai. Gue sudah kerja keras. Gue perlu menyadari bahwa waktu adalah resource. Kalau tugas nggak selesai, yang perlu terus diupgrade adalah prosesnya. Kalau sudah mengerjakan semuanya dan tetap belum selesai, berarti memang bebannya yang terlalu banyak.
Gue sudah paham bahwa kerja itu memang harusnya 40 jam per minggu. Tidak mudah termakan gaslight orang lain. Tetap aware bahwa gue sangat mungkin punya kekurangan. Demikian juga dengan orang lain :")
Menulis ini untuk mendokumentasikan jika kelak gue harus melewati peristiwa besar lagi dan gue lupa bahwa untuk hidup dengan baik memang butuh usaha panjang banget. Jangan sampai gue patah semangat untuk menjalani hidup.
Terimakasih Dea yang sudah minum vitamin sama supplemen zat besi rutin, makan makanan bergizi, bikin jadwal tidur, nyari macam-macam teh, berolahraga, mencari teman, mengejar cita-cita, ngoding, meneliti, dan menulis lagi. Semoga nanti bisa hidup dengan baik, penuh kasih sayang dari sekitar dan di lingkungan yang tenang.
Terimakasih buat keluarga yang mau jemput gue dari kampus ke rumah biar nggak capek tiap kali pulang. Terimakasih buat temen-temen yang sudah menyediakan "lab riset" sehingga gue bisa eksplore dunia storytelling lagi.
Mari menghargai diri dengan baik dan menemukan teman-teman yang baik juga.
106 notes · View notes
nonaabuabu · 2 months
Text
Aku Kehabisan Energi
Apa iya, bukan karena nggak punya kemampuan mengolah energi?
Tumblr media
Kehabisan energi adalah keluhanku belakangan ini, apalagi sepertinya media sosial bahkan lingkungan sekitar memberikan pengakuan bahwa di usia yang semakin dewasa energi kita mudah terkuras. Tapi sebenarnya energi apa yang terkuras?
Memang rasanya mudah sekali lelah, hingga cenderung menghindari hal-hal yang membutuhkan upaya berpikir juga bergerak. Daripada melakukan kegiatan yang membutuhkan tenaga mending scrooling media sosial, tertawa senang dengan tingkah orang untuk akhirnya iri dengan kehidupan mereka.
Ah, payah memang kita. Atau hanya aku?
Padahal tahu, banyak hal yang bisa dilakukan. Berolahraga dengan rutin saja sulitnya minta ampun. Masih mengaku hemat energi? Ketemu orang lain, malasnya bukan main. Pakai skenario di dalam kepala lagi, nanti mereka banyak tanya, mengkomentari hidupmu, julid dan nyinyir. Waduh, separah itu ternyata aku menilai kehidupan ini.
Bahkan kini memasuki tahap, daripada berdebat dengan keluarga, yasudah tak usah hubungi mereka. Ini benaran lagi set boundries atau nggak berani untuk meningkatkan kemampuan diri? Kok kau kedengaran jadi penakut, sampai menghindari banyak hal untuk hal-hal yang belum tentu terjadi. Kapan bisa menyelesaikan masalah yang kompleks di diri kau dan sampai kapan bawaannya selalu pengen menghindar dan lari?
Kau yakin energimu terkuras, atau sebenarnya nggak bisa mengolah energi dalam dirimu aja?
Ayolah, banyak hal yang bisa kau lakukan untuk terus berkembang baik secara emosional maupun skill bertahan hidup lainnya. Belajar menulis misalnya, bukannya kau suka, kenapa harus dikategorikan menguras energi yang entah kau gunakan untuk apa?
Sudahlah, dewasamu bukan tanda kau kehabisan energi untuk melakukan banyak hal. Selama kau masih punya waktu untuk scrooling laman media sosial, berkomentar di postingan orang, berkhayal tentang hidup yang menyenangkan dan overthinking setiap malam, artinya kau saja yang tak bisa menempatkan energi itu dengan baik.
Toh semua itu butuh energi, masa kau akan terus menerus menggunakannya untuk sesuatu yang akhirnya nggak ngasih kau dampak apa-apa, kecuali pertanyaan-pertanyaan dan rasa lelah berikutnya?
Bangun Yul, energimu bukan terkuras, kamu salah menggunakan aja.
Sedang Belajar, 02 Ramadan 1445
23 notes · View notes
aydhana · 1 year
Text
Semua yang kita doakan, harus kita siapkan
Karena banyaknya doa yang belum dijawab bukan karena Allah Swt. tidak menjawab, tapi karena kita belum siap atau belum mempersiapkan diri untuk menerima jawaban dari doa tersebut.
Tentu setiap dari kita punya rentetan list doa yang pastinya kita harap Allah Swt. kabulkan atas semua pinta kita yang kita minta dalam doa. Namun, sayang nya tak sedikit dari kita yang meruntuki kesal sebab banyak hal dari doa kita yang (menurut anggapan kita) 'belum dijawab'.
Alih-alih meruntuki, bukan kah dapat kita muhasabahi, sudahkah kita mempersiapkan diri untuk menerima jawaban dari doa kita?
Karena memang tidak berhenti hanya di doakan, kita juga perlu mempersiapkan diri kita untuk menerima jawaban dari doa tersebut.
Contoh; kita memanjatkan doa untuk kesehatan, tapi kita masih saja makan sembarangan, minim bahkan tidak berolahraga. Mau dengan bentuk doa yang bagaimanapun, kalau kita tidak turut dalam sebuah usaha untuk mempersiapkan jawaban dari doa sehat yang kita mohonkan, sehat tidak akan menjadi bagian dari kita. Tentu, ini tidak meniadakan dari karunia yang Allah kehendaki nikmat sehat untuk kita, tapi jika tidak diiringi dengan usaha menjaga nya juga bukan kah itu menjadi bagian dari menyia-nyiakan nikmat dari Allah juga?
Kita berdoa untuk sebuah bentuk kesuksesan dalam definisi yang kita presentasikan dalam doa kita kepada Allah, tapi kita tidak bersegera untuk mempelajari dan menerapkan manajemen waktu, membangun relasi, bahkan malas bergerak. Lalu kita salahkan Allah dalam bentuk keputusasaan kita dalam berdoa, karena kita beranggapan sudah berdoa supaya sukses tapi tidak kunjung sukses sukses. Padahal ada keberkahan pada setiap peluh yang diikhtiarkan hambanya sebagai tanda berlimpahnya rahmahnya Allah bagi hambaNya.
Kita berdoa kepada Allah mengajukan proposal dalam bentuk doa kepada Allah bahwa kita mau menikah, tapi kita tidak belajar atau baca-baca guna mempersiapkan diri untuk menikah, masih bertengkar pada urusan sepele, tidak memperbaiki komunikasi, tidak mempersiapkan diri mempelajari ilmu keluarga (pendidikan anak), masih belum bisa mengendalikan ego pribadi kita, dsb. Yaaaa bagaimana Allah Swt. akan mengabulkan doa kita untuk mengarungi ibadah terpanjang bila kita tak kunjung mempersiapkan kapal beserta perbekalannya untuk mengarungi samudera?
Dannn banyak lagi.
Tentu Rahmahnya Allah kepada manusia melebihi banyaknya doa yang kita pinta. Tanpa putusan kehendak dariNya tiada ada yang dapat terjadi pada diri kita. Tanpa izin dari Nya tentu yang tidak menjadi takdir kita tak akan datang pada kita, dan yang menjadi takdir bagi kita tak akan melewatkan kita.
Tapi ikhtiar adalah wilayah manusia, dan hasil wilayah Allah Ta'ala.
Intinya apa yang kita doakan, harus kita persiapkan.
Beri bukti kepada Allah kalau kita siap menerima jawaban dari doa-doa kita. Doa-doa yang pengabulannya pada kita siap Allah rahmati, siap Allah berkahi, Allah siapkan mental kita, Allah siapkan hidup kita. Sebagai upaya kita menjauhkan diri dari berprasangka yang tidak-tidak pada Allah karena anggapan kita yang 'tidak sabaran' atas pengabulan doa yang kita panjatkan.
Dan senantiasa yakin lah bahwa Allah Maha Mendengar dan Allah tak pernah ingkar dalam janjiNya. Yakini lah bahwa sesungguhnya Allah menjawab doa-doa kita, sebagaimana termaktub dalam Qs. Ghafir : 60 " Berdoalah kalian kepadaku, niscaya aku akan mengabulkannya untuk kalian. "
Dan untuk setiap usaha yang kita ikhtiarkan itu, jangan lupa dimintakan juga pada Allah ya agar Allah beri jalan serta keberkahan dalam menjalani nya! Karena kita tiada daya tanpa pertolongan Allah Ta'ala~
72 notes · View notes
fawazsidiqi · 9 months
Text
Orang Asing
Tidak terasa, 7 bulan lamanya sudah dilalui sebagai orang yang berdomisili di Yogyakarta, tepatnya di kabupaten Sleman. Tujuh bulan ini tentu menyediakan kisah baru, karena saya harus memulai kembali sebagian besarnya dari awal : tempat tinggal, teman, pekerjaan, kebiasaan, dan sebagainya.
Sejauh 28 tahun hidup ini, baru ada 2 kota yang saya tinggali dalam waktu lebih dari satu tahun, yaitu : Tasikmalaya sebagai tempat kelahiran hingga lulus SMA, dan Semarang sejak masuk kuliah di tahun 2013 hingga akhir tahun 2022. Selain dua kota tersebut, saya sebenarnya pernah tinggal lebih dari satu bulan seperti di Kudus waktu KKN dan di Nganjuk (rumah mertua) ketika awal pandemi.
Kembali menjadi orang asing.
Iya, rasanya setelah tujuh bulan berlalu saya masih seperti orang asing. Hampir tidak memiliki teman (dekat), bahkan saya belum pernah berolahraga selain sendiri atau bersama anak-istri. Padahal, baik ketika di Tasik maupun Semarang, olahraga jadi kegiatan favorit, terutama futsal, voli, atau juga badminton.
Ada sebenarnya teman lama, baik semasa SMP-SMA maupun kuliah. Namun, karena sudah sama-sama berkeluarga dan pekerjaan mereka yang padat, serta jarak tempat tinggal yang lumayan jauh, membuat teman lama pun belum sepenuhnya mengisi posisi “kekosongan teman” sejauh ini.
Saya juga akhirnya sampai pada satu kesimpulan (yang sebenarnya sudah disadari sejak lama, tapi mendapatkan penguatan dalam tujuh bulan ini) bahwa saya memiliki keterbatasan dalam hal membangun hubungan pertemanan. Bukan, saya bukan orang yang antisosial. Saya bisa dengan mudah mengobrol banyak hal, bahkan dengan orang yang baru ditemui dan mungkin tidak akan pernah bertemu lagi di kemudian hari.
Tapi, untuk mencari dan membangun hubungan pertemanan, rasanya memang masih jadi PR besar yang belum bisa saya selesaikan. Setidaknya hingga hari ini. Mungkin juga sebenarnya saya memang belum berusaha lebih keras aja sih. Iya, saya ga menyangkal kalau memang masih belum berusaha dengan baik.
Biar ga kepanjangan, apa hikmah dari perjalanan tujuh bulan (yang berlanjut di bulan ke delapan nanti) mencari teman? Saya menyadari bahwa pertemanan tenryata memang menjadi hal berharga yang sulit digantikan, atau setidaknya untuk saya sendiri.
Saya merasa asing di tempat ini karena memang belum memiliki teman. Sesuatu yang tidak saya rasakan ketika berada di satu tempat asing, karena ada teman atau kerabat di tempat tersebut.
Oh iya, saya sama istri juga tidak memiliki kerabat dekat di Jogja ini. Jadi, tambah lengkap kan nuansa asingnya? apalagi saya orang sunda hehe
Udah, nanti dilanjut ya, in sya Allah
Sleman, 28 Juli 2023
15 notes · View notes
ibnufir · 1 year
Text
Kenapa tiba-tiba olahraga? Sakit?
Pertanyaan yang sama waktu itu sering aku ajukan ke diri sendiri waktu melihat orang lain berolahraga "dih ngapain sih? Kaya yang udah punya banyak waktu luang dan lebih uang aja"
Tapi perlahan aku mulai menyadari, bahwa perjalanan masih sangat jauh. Mau bangun usaha, modal belum ada buat ngembanginnya. Kalaupun berkarir ya biasa-biasa aja.
Anak masih kecil, rumah tangga baru seumur jagung, masih perlu banyak diperjuangkan.
Jadi ya mau apalagi yang diusahakan? Minimal ya mengusahakan punya modal tubuh yang sehat aja. Meskipun ya kalau masalah sakit mah siapa yang tau.
Minimal kalau nanti ketemu kesempatan, punya modal, punya karir, tubuh dan pikiran juga lagi siap-siapnya.
Karena percuma, kesempatan ada, modal ada, usaha jalan, karir bagus, kalau nantinya bakal mentok di kesehatan. Jadi harus mandeg dan kepentok badan yang sakit.
Sama aja kaya dulu waktu awal-awal baca buku. Ngapain beli buku, mending buat beli yang lain, bacanya pun makan waktu.
Tapi secara engga langsung bonusnya dikasih pemahaman, dikasih ngerti, dikasih kemampuan buat menyelesaikan masalah. Malah ditambah kemampuan menulis juga yang ikut otomatis membaik.
Kadang kita ini terlalu hitung-hitungan sama diri sendiri. Tapi engga pernah hitung-hitungan kalau buat dilihat orang lain.
Kadang kita terlalu pelit berinvestasi untuk badan dan pikiran sendiri. Tapi engga pernah hitung-hitungan buat berbelanja sesuatu yang mudah mendapatkan tepuk tangan orang lain.
—ibnufir
61 notes · View notes
gr8brandz · 8 months
Text
Tumblr media Tumblr media Tumblr media
SKMEI Smartwatch Sport Fitness Tracker Heart Rate Waterproof - C20
https://tokopedia.link/lumJKBTmTCb - https://shope.ee/A9olxnMspt      
====================================================Spesifikasi Standar Memori: 128MB Ukuran Layar: 1.71 Inch Kesesuaian Sistem Operasi: Android 6.0 atau ios 9.0 dan di atasnya. Koneksi Bluetooth: 5.0 Kapasitas Baterai: 380 mAh Material Strap: Silikon Case: Aluminium Dimensi Ketebalan Dial: 18 mm Lebar Strap: 23 mm Panjang Strap: 253 mm CPU: RealTek 8762DK Heart Rate: HRS3690
Fitur Monitoring Detak Jantung Smartwatch ini memiliki sensor dengan akurasi yang tinggi sehingga mampu menyediakan data secara akurat detak jantung Anda setiap hari.
Monitor Tekanan Darah dan Oksigen Selain detak jantung, smartwatch ini juga dapat mengetahui tekanan darah dan kadar oksigen darah secara real time.
Sensor Canggih Smartwatch ini menggunakan komponen chip canggih dan dipadu dengan sensor presisi yang tinggi sehingga dapat memberikan akurasi yang tinggi dalam mengukur dan memonitoring aktivitas olahraga Anda setiap hari.
Notifikasi Smartphone Smartwatch ini dapat disinkronisasikan dengan smartphone Anda lewat bluetooh 5.0 sehingga semua notifikasi yang ada di smartphone Anda termasuk pesan atau panggilan masuk dapat langsung Anda lihat lewat smartwatch. Dengan begitu Anda tidak lagi melewatkan panggilan penting dari keluarga maupun rekan kerja Anda.
Monitor Tidur Smartwatch ini dapat memonitoring waktu tidur Anda setiap hari agar waktu tidur Anda lebih mudah diatur sehingga kualitas tidur Anda jadi lebih baik dari sebelumnya.
Waterproof 5 ATM Tidak perlu ragu lagi menggunakan smartwatch ini saat berolahraga karena telah tersertifikasi waterproof  5 ATM yang membuatnya aman dari guyuran air.
Baterai Tahan Lama Menggunakan baterai berkapasitas besar 380 mAh sehingga smartwatch ini sangat awet dan mampu bertahan hingga 50 hari pada mode standby dan 10-15 hari untuk pemakaian normal.
Isi Kemasan 1 x SKMEI Smartwatch Sport Fitness Tracker Heart Rate Waterproof - C20 1 x Kabel Charger Magnetik 2 Pin 1 x Panduan Penggunaan
==================================================== https://shope.ee/A9lt8Dkz3M https://tokopedia.link/vfg3UqLVZzb
17 notes · View notes
pradisasta · 1 year
Photo
Tumblr media Tumblr media
Sejak akhir tahun kemarin, aku membiasakan diri untuk memulai makan makanan yang diolah terlebih dahulu. Bisa dibilang berusaha untuk kembali sehat dan sedikit demi sedikit meninggalkan junk food. Kalau boleh dibilang, berat. Sekali. 
Aku masih ingat bagaimana aku bisa diet dengan benar-benar sehat. Sekitar 5 tahun lalu, tepatnya di tahun 2018. Aku berhenti mengonsumsi gula, makanan cepat saji, makanan manis, makanan olahan, keripik, dsb. 
Berat badanku saat itu mencapai 48kg, namun aku tetap rutin berolahraga. Aku sampai ingat sebahagia apa aku dengan baju-baju yang kembali longgar dan celana-celanan yang tak lagi menyiksa di bagian paha. 
Aku juga jadi kecanduan kopi hitam pahit. Hingga aku akhirnya belajar mengenai kopi, mulai dari plantanasi nya hingga rasa-rasa yang dihasilkan biji kopi tergantung dari tanah, unsur hara, hingga daerah. Ohiya, bahkan aku juga memakan biji kopi untuk tau rasanya. Aneh tapi seru. 
Kembali lagi soal menyiapkan makananku sendiri. Aku mulai sedikit belajar memasak, meracik bumbu, terutama belajar memotong bawang, sayur dan buah yang lainnya. Aku tidak pandai dalam memotong, karena aku takut tanganku akan tergores pisau dan berdarah. Aku takut melihat darah. 
Aku biasanya handal dalam membuat roti atau kukis. Namun, memasak jauh dari keahlianku. Karena, aku ingat aku hampir membakar rumah dulu saat aku kelas 5 SD sepertinya. Aku lupa tepat waktunya, tapi tetanggaku yang berhasil mematikan kompor saat itu. Aku sedang asik menonton kartun saat sedang memanaskan lauk. Konyol memang. 
35 notes · View notes
dindabudii · 3 days
Text
Aku adalah tipe orang yang jarang berolahraga karena sebelumnya merasa tidak butuh dan tidak berbakat. Tetapi, beberapa waktu ini aku merasa badanku semakin berat dan kurang segar. Oleh karena itu, dari awal tahun aku sudah bertekad kalau tahun ini aku harus memulai olahraga. Olahraga yang sederhana saja seperti, lari.
Sudah dua hari aku mulai olahraga lari bersama temanku, helen. Sebenarnya sih daripada disebut lari, aku lebih banyak jalan. Sepertinya karena jarang berolahraga, tubuhku benar-benar lemah banget, lari cuma bisa sedikit-sedikit. Makanya aku benar-benar harus lebih rajin berolahraga deh.
Demi mendukung kegiatan berolahraga ini, maka aku membeli sepatu lari. Sebelumnya aku pernah mencoba lari pakai sepatu biasa, namun ternyata kakiku merasa nggak nyaman dan jadi sakit. Ternyata memang kalau pakai sepatu lari, kaki lebih nyaman dan gak sakit, jadi sangat tidak sia-sia aku memutuskan untuk membeli sepatu. Setelah aku pikir-pikir, sepertinya ini adalah sepatu lari pertamaku hihihi
Tumblr media Tumblr media Tumblr media
Tapi sepertinya, hari ini aku nggak bakalan lari soalnya aku capek banget dan lagi banyak kerjaan juga.
5 notes · View notes
ibundaperadaban · 10 months
Text
Cita-cita tertinggi seorang Muslimah~
Tumblr media
Ternyata tagline menjadi ibunda peradaban Islam adalah hal yang besar. Yang tentu perlu usaha dan effort yang besar pula. Hikmah besar yang kudapat kemarin bahwa sebelum menjadi ibunda peradaban yang akan melahirkan generasi pemimpin peradaban Islam kelak, maka sedini mungkin perlu mempersiapkan diri, melalui misalnya berpola makan sehat, berolahraga teratur, rutin mencharge dan mengupgrade diri baik dari segi fikriyah, jasadiyah dan pun ruhiyahnya.
Layaknya kamu ingin bercita cita menjadi seorang dokter, maka perlu jenjang bahkan sampai bertahun tahun menempuh pendidikan untuk mempersiapkan bekalnya, begitupun ketika cita citamu menjadi ibunda peradaban, karir tertinggi bagi seorang muslimah, yang begitu mulianya cita cita itu. Sebagaimana para shahabiyah dan ummahat terdahulu begitu menjaga dirinya dari apa yang Allah haramkan, dan menjauhkan apa apa yang membuatnya menjadi terlena dengan hal² sia. Pun kamu harus demikian melawan dan menjaga dirimu dengan baik.
Ditengah dekadensi moral, kemunduran akhlak dan ilmu, zina yang merajalela, kemaksiatan menjadi lumrah dan dikemas seolah olah menjadi hal yang 'baik' sehingga muncullah paradigma berpikir yang mewajarisasi kemaksiatan itu seolah olah membuat pelakunya merasa bahwa hal itu "innocent" untuk dilakukan, dan mirisnya ia menginfluence banyak orang di muka umum untuk menormalisasi perilaku kemaksiatan itu, maka kamu perlu membentengi diri darinya dengan ilmu, semoga Allah jauhkan dari hal hal seperti itu, ya muqollibal qulub tsabbit qulubana 'ala diinik.. Lantas perlu pula ternyata untuk menyuarakan kebaikan ber-amar ma'ruf nahi munkar, bukan?
Oleh sebabnya wahai diri, sesungguhnya ada 3 pilar penting bagi seorang muslimah, dan ini menjadi cita mulia berkarir syurga, yaitu mar'atus shalihah (wanita shalihah), zaujatun khati'ah (istri yang taat), ummul madrasah (madrasah pertama bagi anaknya). Maka jagalah dirimu, agar yang terjaga pun akan Allah dekatkan untukmu, bersama membangun dan mewujudkan visi besar, menjadi para pembangun peradaban Islam.
Mulai sekarang, jaga dirinya ya, kejayaan peradaban Islam itu dimulai dari dirimu, dimulai dari habbits kecilmu, dimulai dari perbaikan dan peningkatan kapasitas dirimu dalam seluruh hal, baik fikriyah, jasadiyah, dan ruhiyahnya wahai ibunda peradaban Islam! Para pemimpin peradaban Islam semoga Allah perkenankan akan lahir melalui rahimmu, akan kau didik dan besarkan dengan pengkaderan terbaik, dengan ilmu manajemen parenting yang tepat, dengan kurikulum berjenjang yang terorganisir dan termonitoring dengan baik, agar nantinya banyak manfaat yang Allah hadirkan melalui ikhtiar panjangmu mewujudkan cita cita mulia mu itu yaa, semangat para ibunda peradaban!
9 notes · View notes
pamudaluntanglantung · 2 months
Text
Kayaknya butuh sadar, bukan sabar
Sang profesional ulung tentunya kita, jika berbicara masalah yang tak berkesudahan. Ya memang, ini benar-benar terjadi, kita telah berhasil banyak melalui aneka macam kehidupan. Semakin hari, semakin banyak yang kita harus benahi, urusan-urusan yang makin hari malah makin banyak yang harus di selesaikan. Entah itu tekanan, dorongan bahkan sampai beban moral. Cape? semua orang juga kayaknya cape.
Tapi.. Ada beberapa hal yang mesti kita sadari, bahwa rasa itu bersifat sementara, rasa pedas atas makanan yang kita makan tadi mungkin beberapa jam kemudian akan hilang, rasa lelah karena telah berolahraga juga jika di diamkan 1 jam akan hilang. Benar memang, kita itu fana.
Ada beberapa hal yang mesti kita pahami, bahwa kita tidak bisa menyalahkan kondisi atas yang terjadi, kalau memang sesuatu yang kamu senangi enggga terjadi, yaudah senangi aja yang terjadi. Namun, memang tidak semudah apa yang bisa di ucapkan, tapi kebenaran memang pahit untuk di jalankan.
Atas situasi yang terjadi pada proses pendewasaan ini, diri kita serasa di bully oleh dunia, Serba rumit, serba sulit. Kadang kita juga merasa bahwa tidak ada yang bantu kita dalam posisi ini, merasa bahwa kita hidup sendirian. Dan, yang tadi kita bahas dari awal, bahwa kita adalah profesional ulung yang handal dalam melawan dan membereskan masalah.
Namun, yang salah hanyalah penempatan kata SADAR dan SABAR. Apakah ketika datangnya masalah lalu kita marah marah dan diakhiri dengan kata-kata "Yang sabar ya diri" apakah itu sabar? atau sadar?. Apakah ketika datangnya masalah lalu kita mengeluh dan memaki diri sendiri dan di akhiri dengan kata "yaudahlah mau gimana lagi" apakah itu sabar? atau sadar?.
Kesadaran dan Kesabaran itu adalah awal dari semuanya. Jika kita sadar bahwa kita harus bersabar mungkin gabanyak beban di dalam pemikiran kita, asumsi kita juga tidak berbelit. Dengan adanya masalah yang kita lalui hari ini jika kita melalui dengan kesadaran dan kesabaran apakah kita akan menyalahkan keadaan? mungkin tidak, kita akan lebih fokus terhadap merubah keadaan, bahkan ketika tidak bisa mengubah kehidupan sekalipun, jika kita sadar dan sabar dari awal kita bisa mengubah dalam cara memandang kehidupan ini.
Ali bin abi Thalib pun menuturkan bahwa "Kemarahan dimulai dengan kegilaan dan berakhir dengan penyesalan." Kita kan yang selalu begini? Sadar!!! itu yang kita butuhkan saat ini. Sadar bahwa tidak ada masalah yang abadi. Sadar bahwa kita punya Allah yang Maha Besar. Sadar bahwa kita tidak bisa apa apa tanpa pertolonganNya. Mau sampai kapan berlindung dari kata sabar dan di akhiri dengan rasa sesal? Mau sampai kapan berbohong kepada diri sendiri?
"Pada waktu kita khawatir, kita terkadang lebih percaya pada masalah kita dari pada janji Allah." -  Tjoet Nja' Dhien
2 notes · View notes
hellopersimmonpie · 2 years
Text
Sedetik senda gurau
Setelah melewati perenungan atas value gue sendiri, gue menyadari bahwa dalam hidup tuh hati kita memang terbolak-balik. Kadang kita cukup confidence sama diri kita sendiri. Kadang kita mempertanyakan value kita. Dalam tingkat keparahan tertentu, kita mungkin bakal kehilangan self-esteem.
Setiap tahapan hidup pasti punya masalahnya sendiri. Dulu, pas gue masih struggling sama trauma, gue mikir kalau orang yang jiwanya sehat bakal bebas dari masalah. Bisa tetep tenang pas ketrigger. Nggak gampang marah. Nggak mudah judging ke orang lain. Ternyata ya nggak gitu juga.
Setiap nemuin hal baru, sikap kita pasti meraba-raba. Ada yang cukup berani untuk tidak berprasangka buruk. Ada yang cukup hati-hati sampai waspadanya udah ke level stereotyping ke orang lain. Mana yang lebih baik? Nggak ada. Ini tuh cuma start. Baik buruknya ya ditentukan dari mau atau tidaknya kita memperbaiki langkah saat kita menyadari kalau kita kurang waspada atau terlalu judgemental sampai merugikan orang lain.
Orang yang baru menyadari kesalahanpun ya nggak semua langsung bisa mengubah sikap. Ada yang masih denial dan itu manusiawi sekali. Bukan tindakan yang benar. Tapi kesalahan-kesalahan semacam itu masih sangat manusiawi.
Dengan memahami hal-hal manusiawi semacam ini, gue pelan-pelan bisa memeriksa hati gue sendiri. Tentang apa yang gue tuju. Tentang apa yang harus gue lakuin.
Boleh nggak sih manusia nggak punya visi? Boleh aja. Otak manusia berjalan dengan caranya masing-masing.
Gue hidup dikelilingi orang yang macem-macem banget. Ada yang visinya udah jelas dari muda. Jadi hidupnya lurus menuju ke sana. Ada yang bingung mencari passion. Lah gue?
Pikiran gue sebenernya sederhana saja. Gue menyadari bahwa gue tuh ya manusia. Makhluk yang lahir dengan sepaket atribut. Ada beberapa atribut yang bisa membantu kita survive. Ada beberapa atribut yang memang fungsinya menyadarkan kita pada keterbatasan kita.
Kemana gue melangkah?
Gue cuma pengen kelak bisa meninggalkan bumi ini dengan hati yang tenang. Jadi cita-cita gue tuh ya hidup sebagaimana manusia pada umumnya. Siang hari nyari rezeki. Kalo punya waktu, gue mau pelan-pelan meningkatkan kualitas hidup gue dan kualitas gue sebagai manusia.
Gue pernah takut banget miskin. Karena miskin itu membatasi kita. Ketika anggota keluarga kita sakit parah, kita nggak akan bisa afford layanan kesehatan terbaik. Gue sendiri ngerasain struggle-nya ngumpulin duit buat ke psikiater sama psikolog. Bagi orang lain, ke psikolog itu kebutuhan tersier. Sementara bagi gue yang dulu ngerasain gejala ADHD dan telat diagnosa, keberadaan psikolog dan psikiater itu seperti mengubah hidup gue hampir 180 derajat. Makanya gue sendiri sering mikir gimana cara dapet duit. Sementara di sisi lain, gue juga cukup faham bahwa gue terikat takdir. Makanya kadang-kadang gue berdoa bahwa gue pengen hidup dengan cukup dan decent. Tapi kalo gusti Allah menentukan yang lain, gue cuma berharap ditakdirkan jadi orang yang berilmu sehingga meskipun modal gue buat belajar tuh nggak banyak, gue tetap mengenal Dia dengan baik.
Apa definisi meningkatnya kualitas hidup buat gue?
Gue bisa bilang bahwa kualitas hidup gue cukup baik ketika kebutuhan dasar gue sebagai manusia terpenuhi. Apa saja?
Punya akses yang cukup untuk upgrade pengetahuan
Bisa berpakaian, mandi, dan makan dengan layak
Punya ruang hidup yang cukup untuk memasak, bekerja, berolahraga dan berkumpul bersama keluarga tanpa berdesakan.
Bisa tidur dengan baik
Punya waktu refreshing ketika lelah.
Bisa mengakses layanan kesehatan
Ada jaminan rasa aman di hari tua
Gue random mendefinisikan ini sewaktu mendengar kata:
"Orang miskin itu harus berhemat biar duitnya cukup"
Lantas gue berpikir:
Kalau kualitas hidup mereka sudah nggak baik, kemudian ada paksaan berhemat, bukankah kualitas hidup mereka akan semakin rendah? Ini pasti ngaruh banget ke kesehatan dan pola pikir mereka sebagai manusia.
Manusia itu kadang baru bisa dekat dengan Rabb-nya ketika pikirannya merdeka. Sementara hidup berkekurangan itu kadang membelenggu banget. Ukuran tentang kualitas hidup ini membuat gue untuk semakin mawas diri ketika bicara tentang standar kemiskinan. Berapa banyak orang yang nggak dimasukkan sebagai orang miskin. Padahal sebenarnya hidup mereka nggak cukup-cukup banget?
Gue takut menjadi kaya dengan segala hisabnya. Cuman tiap melihat orang yang kekurangan sementara gue sendiri nggak berdaya buat bantu, rasanya menyesakkan sekali. Sesesak ketika kamu melihat anggota keluarga kamu sakit lalu dokter jelasin perawatan yang proper tapi kamu nggak bisa afford. Kemudian berlanjut pada anggota keluarga kamu nggak tertolong.
Gue cukup aware kalau ini bagian dari takdir. Tapi sebagai manusia, rasa menggumpal di dada tuh nggak bisa disembunyikan sama sekali.
Apa definisi meningkatnya kualitas sebagai manusia?
Ketika dia dekat dengan Rabb-nya sampai di level apapun keadaannya mereka akan tetap menemukan ladang amal. Mereka bisa mencintai dan memelihara diri sendiri dengan baik. Kemudian mereka juga bisa mencintai apa-apa yang ada di sekitarnya dengan tulus sehingga semua yang ada di sekitarnya merasa aman akan keberadaannya. Demikian hakikatnya seorang muslim.
Dunia itu sebentar saja. Hanya sedetik senda gurau jika dibandingkan dengan akhirat. Risau pada takdir itu manusiawi. Tapi jika kita tidak belajar menghadapi dan mengelola kerisauan, kita lantas akan terjebak. Sampai kita berpulang sekalipun. Karena masalah di dunia nggak akan pernah habis. Selesai satu, berganti yang lain. Dengan mendekat kepada Allah, setidaknya kita punya kekuatan untuk menitipkan sesuatu yang di luar kuasa kita.
97 notes · View notes
lamyaasfaraini · 3 months
Text
Akumulasi steps hari ini
Tumblr media
Pas lari tadi seperti biasa app huawei health error lagi jadi bisa nge record pas udah 2k huft kzl. Yg akurat keknya cuma record walking deh yg mana itu ngerecord otomatis tanpa harus aku start dan finish in.
Hari ini 10.000 langkah, akumulasi tadi pagi plus jemput nona manis menggenapkan langkah jadi segitu. Nah kaki aman sih kalo jarak lari cuma 5-7k mah alhamdulillah. Mudah2an nanti terbiasa nanti kalo udah sering 10k ngga pegel2 lagi. Harus bisa bedain mana pegel dan mana sakit. Kata kuch bestie kalo sakit berhenti gaboleh lari, gaboleh ada hentakan, kalo mau ST jg yg minim hentakan, ST disarankan tp yg ringan tanpa memperparah si sakit/cedera nya. Aku bahas tadi sama ica, kadang kita gabisa bedain mana pegel mana sakit haha. Kata suami ica kalo pegel mah tahan, lanjut lari. Kalo sakit gaboleh dipaksa. Haaa jadi inget cedera bulan oktober yg bikinku berhenti lari kurleb 1 bulanan, mau lari trauma takut masih sakit. Jadi aktif lagi bulan Nov, setelah konsul sama kuch bestie dulu tentunya sang asisten coach bersertifikat cailaaa~
Tadi disekolah ktemu sama mama runner yang pas weekend ikutan uphill running ajegileee.. 8k nanjak u bayangin aja, buat jalan aja w hah heh hoh, lari mah mana kuad. D'pakar yg ngadain, start dan finish disana katanya masuk big 5 blio wuihhh ketje yah etehku satu itu. Pascanya? Lsg recovery dan lemes cenah, no run dulu.. Ceuk akuteh istirahat atuh seminggu bisa ngga sihhhh? Meni sok gatahan lari mulu tiap hari hahaha. Mana katanya sebelum uphill running sakit dulu.. Gustiii si setrong! Gatau tah brp lama recovery nya si mama runner meni suka gamau diem nanti teh ojol2 ada di gor pajajaran weh hidihhh.. Sporty people abieeeezZzZZzzz.
Emejing sendiri dikelilingi kawan2 yg aktif dlm berolahraga, ngga nyangka aku ikut nyemplung jg yg tadinya team mager, ogah keluar rumah, ngga terpapar sinar matahari jadi irt membosankan yg cuma bisa ngurus anak, itu jg anaknya suruh ngerem dirumah karena gamau terpapar pergaulan sekitar rumah sama barudak buraong huft. Alhamdulillah skrg bergaul di sekolah, ibuk keluar goa malah jadi olahraga pula, rajin pula hahaha. Biasanya liat igs kawan2ku lagi ngegym, yoga, pound fit, zumba. Ih awalnya pgn zumba akutu, pgn joged2 pake myuzik asique skaligus bakar kalori mantap gaktuh, adikku dulu zumba dan ngabibita. Dan akhirnya cabor lari yg bikinku bergerak huhu terharu sama diri sendiri.. Harapannya mah ya sehat atuh di usia yg udah sangat mateng ini wkwk, pgn hidup sehat tp asupan makanannya msh yagitudeh aja. Sama turun bb deh ah kalo bisa wlpn ngga muluk2 yaa krn ngga dibarengi diet jg haha. Terutama stress released sih yaa, after run tuh fresh bgt.. Nakeun abis~
Mudah2an dgn ikhtiar yg aku lakukan, Allah jg selalu kasih kesehatan yaa. Tinggal suamiku nih, dirapetin lg larinya wkt hari minggu blio lari 3k lebih katanya masih ripuh, pelan pelan yaa nanti back on track lagi.. Ditunggu! @sagarmatha13
3 notes · View notes
aydhana · 2 years
Text
Siapa kita?
Kenapa ya mudah sekali mengulang kebiasaan-kebiasaan buruk tapi sulit sekali membentuk kebiasan-kebiasaan baik?
Kebanyakan dari kita sering kali merasa sulit mempertahankan kebiasaan-kebiasaan baik pada beberapa hari, meskipun dengan upaya yang tulus sekalipun. Kebiasaan seperti berolahraga, membaca, menulis, dan lain sebagainya adalah sesuatu yang sangat menyenangkan selama sehari dua hari, tapi setelah itu rasanya menjadi sesuatu yang mengganggu.
Bagaimanapun, begitu terbentuk, kebiasaan itu terkesan melekat untuk selamanya—tapi biasanya ini malah terjadi pada kebiasaan-kebiasaan yang tidak diinginkan. Meskipun kita benar-benar menginginkanya untuk hilang, kebiasaan tidak sehat seperti terlalu lama bermain ponsel, makan makanan cepat saji, menunda pekerjaan, dsb. entah mengapa rasanya malah mustahil sekali untuk dihilangkan.
Mari kita pahami kembali orientasi perubahan kita!
Banyak dari kita memulai proses pengubahan kebiasaan dengan berfokus pada apa yang ingin diraih. Hal ini mengantarkan kita ke kebiasaan berbasis hasil. Mari kita mencoba untuk memulai proses membangun kebiasaan dengan berfokus pada ingin menjadi sosok seperti apa kita. Hal ini akan mengajak kita untuk menyadarkan kita terkait identitas diri yang akan membawa kita pada runtutan aksi dalam memperoleh sasaran yang kita tuju.
Sasaran (tujuan) itu baik untuk menetapkan arah. Sistem (aksi/proses) adalah yang terbaik untuk mendapatkan kemajuan. Dan identitas adalah apa yang diyakini (pandangan tentang diri, citra diri, penilaian terhadap diri sendiri) untuk menetapkan ingin memperbaiki diri.
Kebanyakan dari kita tidak mempertimbangkan perubahan identitas ketika menetapkan ingin memperbaiki diri. Terkadang kita hanya berpikir "Saya ingin menjadi juara(hasil) dan kalau saya belajar(proses), saya akan menjadi juara" kita menetapkan sasaran/tujuan dan menentukan aksi tanpa mempertimbangkan keyakinan-keyakinan yang mendorong aksi itu. Kita tidak sadar bahwa identitas lama kita dapat menyabot rencana baru kita untuk berubah.
Perilaku yang tidak sesuai dengan diri tidak akan tahan lama. Kita mungkin ingin menjadi juara, tapi identitas kita menunjukkan bahwa kita adalah orang yang enggan mengakrabi ilmu, bukan sesosok pecinta ilmu, jadi kita akan cenderung menjalankan proses belajar tanpa pemahaman (menjadi ahli) didalamnya, atau setelah tercapai, maka akan kita tinggalkan kemudian. Mengubah kebiasaan itu akan menjadi sulit jika kita tidak mengubah keyakinan (identitas) kita yang akan mengantarkan kita kembali ke perilaku lama. Kita mempunyai tujuan baru, rencana baru, tapi kita tidak mengubah siapa kita.
Perubahan perilaku adalah perubahan identitas (keyakinan). Kita mungkin memulai suatu kebiasaan karena motivasi, tapi satu-satunya alasan kita untuk mempertahankannya adalah karena itu bagian dari identitas kita.
Kita bisa membujuk diri kita untuk berolahraga atau mengonsumsi makanan sehat sekali dua kali, tapi jika kita tidak mengubah keyakinan dibalik perilaku itu, akan sulit untuk kita pertahankan dalam jangka panjang. Perbaikan menjadi bersifat sementara, kecuali kita membuatnya menjadi bagian dari diri kita.
Sasaran kita bukanlah membaca sebuah buku, sasaran kita adalah menjadi pembaca.
Sasaran kita bukanlah menjadi juara dalam suatu lomba, tapi sasaran kita adalah menjadi orang yang mencintai ilmu.
Sasaran kita bukanlah menyelesaikan hafalan Al-Quran (dengan satuan tempo waktu tertentu), tapi sasaran kita adalah menjadikan menghafal sebagai proyek hidup, menjadi seorang penjaga firman cinta Rabb kita.
Perilaku kita biasanya mencerminkan identitas kita. Hal yang kita kerjakan menunjukkan tipe pribadi yang kita yakini adalah diri kita—entah disadari atau tidak. Penelitian menunjukkan bahwa, begitu kita meyakini suatu hal tertentu dalam identitas kita, kita mungkin bertindak selaras dengan keyakinan itu.
Mari tata kembali arah pandangan kita untuk menanam kebiasaan baik dari akarnya (keyakinan/identitas). Dan tak lupa ceritakan dengan detail tiap keinginan kita saat memulai-menjalankan semua perubahan baik pada Allah juga ya! Semoga senantiasa terkarunia keberkahan didalamnya!
Sudut refleksi || 19.9.22
—semoga ada manfaat yang Allah hadirkan untuk diambil
38 notes · View notes