Tumgik
#bersyukurlah
in-syirah · 3 months
Text
Tak ada cinta yang paling baik dari seorang hamba kepada Rabbnya, sampai dia belajar menerima dengan baik ketetapan-Nya di hari kemarin, hari ini, dan yang akan datang.
Bersabarlah, sebab, kadang ujian Allaah juga adalah tanda cinta kepada hamba-Nya. Bersyukurlah, sebab Allaah pasti masih melimpahkan begitu banyak nikmat-Nya kepada kita.
304 notes · View notes
andromedanisa · 5 months
Text
Bagian dari cinta..
Ini tentang pernikahan. Dua orang yang Allaah tetapkan menjadi satu ikatan bernama pernikahan. Allaah pasangkan dua orang dalam kebaikan dan menjalani hari demi hari dengan berpasang-pasangan.
Namun teruslah ingat, bahwa Allaah menyatukan kedua hati tak lantas keduanya harus terus sempurna tidak ada cela. Tidak, tidak demikian. Rumah tangga Rasulullaah Shallaahu alaihi wassalam pun tak luput dari ketidaksempurnaan.
Oleh karenanya jika setiap rumah tangga nanti engkau menemukan kekurangan ada pada pasanganmu. Nasihat Al-Quran begitu tinggi, yaitu "Sabar". Jangan mudah marah, jangan membesarkan hal-hal sepele. sebab boleh jadi dibalik apa yang tidak engkau sukai, Allaah telah menyiapkan hikmah besar yang tidak pernah engkau sangka-sangka untuk melengkapi kekurangan yang didapatkan di setiap pasanganmu, dan itu bagian dari "taqwa".
Nasihat Syaikh Utsman Al-khamis hafidzhahullaah ta'ala :
"Demi Allaah, ada banyak nasihat tentang rumah tangga. Tapi saya katakan, nasihat terbaik untuk para pasangan suami istri adalah mengabaikan hal-hal sepele. Tidak perlu mempermasalahkan hal-hal sepele. Abaikan dan jalani saja. Tidak ada manusia yang sempurna. Jikalau dalam segala hal engkau selalu menyalahkan pasanganmu. Maka semua yang dia lakukan akan selalu salah dimatamu. Dan siapalah yang hanya memiliki kebaikan saja? Tidak ada sama sekali. Kecuali Rasulullah Shallaahu alaihi wassalam."
Barangkali memang benar ya, dalam rumah tangga itu hal yang kita kira besar akan menjadi ringan bila meminta pertolongan Allaah. Dan hal kita kira kecil, bisa menjadi rumit dan besar tanpa meminta pertolongan Allaah. Maka rumah tangga yang bahagia adalah keduanya saling memberi udzur untuk satu sama lain. Bahwa keduanya adalah manusia biasa yang jauh dari kata sempurna.
Dijadikan menjadi satu sama lain tidak lain tidak bukan untuk melengkapi kekurangan dan kelebihan yang telah dimiliki. Memahami bahwasanya rumah tangga adalah ibadah terlama yang mana untuk menjalankannya dibutuhkan sabar. Sabar tidak hanya dilakukan ketika ditempat ujian, namun juga kala menjalankan ibadah kepada Allaah. Itulah mengapa sabar tidak hanya berdiam diri saja tidak melakukan apapun. Sabar ridho dengan apapun yang telah ditetapkan namun terus berikhtiar hingga selesai.
Sabar itu adalah upaya, jika hari ini engkau menemukan sabar itu ada pada pasanganmu. Maka banyaklah bersyukur. Bersyukurlah kepada Allaah bila hari ini pasanganmu begitu berupaya ingin membahagiakan mu dengan cara-caranya yang untuk ukuranmu mungkin terlihat sederhana. Sebab kau tidak akan pernah tahu semaksimal apa upaya yang telah ia lakukan untuk memberikanmu sebuah kebahagiaan.
Tidak ada pasangan yang saling bertemu karena Allaah yang tidak saling berupaya untuk memberikan yang terbaik. Maka bila hari ini kau mendapati pasanganmu begitu berupaya sekali untuk memberikanmu kehidupan yang layak. Maka cara terbaik untuk membalas kebaikannya adalah dengan mendoakan kebaikan untuknya, bersyukur kepadaNya dan berupaya semaksimal mungkin untuk mengupayakan hal yang sama kepadanya. Dengan cara melakukan yang terbaik pada perannya masing-masing.
Sabar, saling memberi udzur dan memaafkan pada hal-hal sepele. Akan mendatangkan ketenangan dan kebahagian bagi satu sama lain. Allaah akan hadirkan rasa itu kepada rumah tangga yang menahan dirinya untuk marah sekalipun ia sangat mampu untuk melakukannya namun ia tahan dan bersabar sebab Allaah yang perintahkan.
Tidak pernah ku lihat sebuah cinta yang lebih indah dari sebuah pernikahan yang dilandasi rasa takut dan cinta karena Allaah. Sebab sekecil apapun yang diupayakan dalam sebuah biduk rumah tangga akan selalu bernilai ibadah disisiNya.
Ya Allaah berkahilah setiap rumah tangga yang didalamnya saling mengupayakan kebahagian satu sama lain. Labuhkanlah cinta diantara keduanya di surgaMu nanti. Sebuah tempat yang tidak lagi menemukan rasa sakit dan sedih. Aamiin..
Mendoakan bagian dari cinta, dalam perjalanan menuju rumah || 10.45
302 notes · View notes
rainharain · 11 days
Text
jika kamu merasa hidupmu selalu tentang mengalah, barangkali hatimu lebih lapang dari mereka yang hatinya sempit. Bersyukurlah..
93 notes · View notes
kayyishwr · 3 months
Text
Sudah lama untuk tidak membicara soal cinta, dan cenderung menjauhi soal ini; karena secara pandangan subjektif pribadi, membahas hal tersebut membuat kita terlena dan lupa, bahwa ada hal-hal lain yang bisa kita bicarakan
Tidak sepenuhnya salah membicarakan cinta, bahkan hidup tanpa cinta, ya tidak akan bewarna, hanyasaja, persoalan cinta di mayoritas kita hanya berkutat soal mencintai dia, sehingga lupa Dia
Padahal secara ilmu, cinta adalah makhluk ciptaanNya juga. Sebagaimana sifat wajib Allah yaitu Qidam, yg berarti yang Paling Awal, maka yang datang setelahnya adalah makhluk. Maka sejatinya kita serahkan perkara ini kepada Yang Menciptakan dan Memilikinya
Lalu kenapa dibahas? Karena ada kepentingan merapikan pikiran sebelum dituangkan di presentasi, yang kedua sebagai seorang kakak laki-laki yang sering jadi tempat curhat adiknya, maka sekiranya perlu belajar lagi.
Ya cinta; satu kata yang menggerakan, bahkan bisa jadi membawa perubahan. Karena cinta itu membuat jiwa menggelora, akal pikiran terus bergerilya, hingga akhirnya perbuatan yang memutuskan; sekali cinta harus diperjuangkan
Cinta, sebenernya netral. Maka tergantung konteks yang membuatnya muncul, dan pada tulisan ini kita coba diskusikan soal konteks kita kepada lawan jenis kita masing-masing; pr kepada lk, lk kepada pr.
Itu fitrah! Yaps, lagi-lagi cinta adalah makhluk Allah yang dihadirkan agar kita bisa merasakan kasih sayang, sebagaimana Sang Pencipta; Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyanyang
Tapi terkadang fitrah cinta ini, terlalu besar kendalinya dalam diri kita, hingga kita melampaui batas. Ada yg kemudian melanggar batas-batas dalam adab komunikasi, hingga muncul prasangka satu sama lain, hingga melanggar fitrah itu sendiri, ya menjadi kaum yang terlaknat.
Lalu bagaimana kita menyikapi cinta?
1. Bersyukurlah Allah masih karuniakan cinta dalam diri kita, yang dengan itu, lagi-lagi kita bisa merasakan kasih sayang satu sama lain
2. Kendalikan cinta dengan ilmu. Lagi-lagi pengikat agar tak melampaui batas adalah ilmu yang sudah Allah jabarkan untuk kita; lewat quran, hadist, ataupun sejarah
3. Jika memang ikhtiar ilmu sudah semaksimal mungkin kita lakukan; coba kita tengok, kira-kira cinta yang kita rasakan apakah positif menuju ridhonya atau semakin membuat kita jauh dari hal tersebut
4. Beberapa amalan untuk mengendalikan cinta; berpuasa, jika tak sanggup maka menikahlah, semoga lebih menentramkan hati kita masing-masing
Sebenernya ada yg ingin banyak ditulis, tapi ini point-point saja, semoga berkenan
Lalu apakah saya sedang jatuh cinta? Biarlah Allah dan keluarga terdekat saya yang tahu, yang terpenting jangan lelah terus mencari ilmu🫡🌾🔥
69 notes · View notes
azurazie · 4 months
Text
PINTU-PINTU
Tentang kebaikan yang datang dan kemudahan-kemudahan dalam tiap-tiap urusanmu, maka itulah kasih sayang yang Allah berikan kepadamu.
Boleh jadi atas sebab terkabulnya doa tulus kedua orang tuamu dari sejak dalam kandungan sampai saat ini.
Boleh jadi atas sebab kebaikan-kebaikan yang lebih dulu kau lakukan kemarin-kemarin.
Boleh jadi atas sebab nilai sedekah yang telah kau keluarkan.
Boleh jadi atas sebab Shalawat-Shalawat atas nabimu yang setiap hari kau lantunkan dengan sepenuh cinta dan kerinduan.
Boleh jadi atas sebab amalan-amalan rahasia yang sengaja kau rutinkan.
Boleh jadi atas sebab doa-doa yang orang lain khususkan untukmu secara diam-diam.
Maka, bersyukurlah atas kebaikan-kebaikan dan kemudahan-kemudahan itu yang datang dari banyak pintu-pintu. Maka, jagalah pintu-pintu itu agar satupun tidak tertutup.
Dan tentang kemalangan yang datang padamu, sudah tentu itu akan selalu cenderung atas sebab dosamu sendiri yang kau telah lakukan. Pintu kemalangan itu justru seringnya dibuka atas sebab perilakumu sendiri. Yang karenanya bisa membuat pintu-pintu kebaikan itu menjadi tertutup satu persatu.
@azurazie
#azurazie_
74 notes · View notes
langitawaan · 1 year
Text
130.
Bahagia itu adalah;
Ketika tanganmu masih mau memberi walau keadaanmu sedang sempit; ketika secarik senyum mampu kau tampilkan walau sesak di dada tidak tertahankan; ketika hatimu terasa hancur namun linangan air mata tak membuat langkahmu pantang menyerah; ketika kau tahu mana yang hitam dan mana yang putih namun kau tak mau menjadikannya abu-abu; ketika kau tahu jalannya sulit, namun kau memilih untuk tetap melaju, melesat berani; ketika kau tahu mungkin semua tidak akan sesuai rencana, namun kau memilih untuk bertahan apapun resikonya.
Bahagia itu adalah;
Ketika kau mampu menahan lisan agar tak menyakiti; ketika kau mampu menutup mata dari hal buruk yang ditampilkan dunia; ketika kau mampu menahan telinga untuk tidak membicarakan keburukan orang lain, tanpa mau mengukur cacat diri; ketika kau mampu meredam emosi, karenanya jangan marah maka bagimu surga.
Bahagia itu tidak selalu perihal materi dan kesuksesan tetapi ia selalu sejalan dengan rasa syukur. Maka bersyukurlah sebanyak-banyaknya dan jangan lupa bahagia karena bahagia kita yang ciptakan :)) Alhamdulillah.
Lapangan Hijau, 08.00 | 15 Februari 2023.
310 notes · View notes
quraners · 1 year
Text
Jika Allah masih memanggil dan menggerakkan hatimu ke ‘rumahNya’ bersyukurlah. Sebab itu satu tanda bahwa cahaya di hatimu masih terjaga dan menyala.
- Quraners
164 notes · View notes
menyapamakna1 · 3 months
Text
Pasang surut.
Seperti arus, ada pasang surut nya. Hidup juga demikian, kadang dibawah, juga diatas. Bersabarlah kalau menemui hambatan, bersyukurlah kalau yang diharap sesuai yang diinginkan. Karena maha pencipta memiliki maksud dan tujuan mengapa yang diberikan payah dan lelah itu kita.
Ada makna, juga pelajaran yang bisa kita ambil. Meski untuk kesana ada tempuhan waktu yang panjang.
Semoga kita memahami bahwa Ia ingin kita belajar. Memiliki empati yang tinggi kepada sesama, memiliki kepedulian yang luas. Semoga kita mengerti kalau Allah sedang mengangkat derajat kedudukan manusia.
Selamat berjuang untuk kita. Semoga iman selalu tertanam dalam hati, semoga Allah selalu merahmati. :)
@menyapamakna1
32 notes · View notes
lacikata · 1 year
Text
Love.
“Just because the two people didn’t love each other at the time they were married, do you think they’ll never be in love?”
“But I realized that love is the most important thing for people. Everyone has different methods of love, but it’s still the most important thing for everyone.”
“If the two of you can’t love each other wholeheartedly, the both of you will be unhappy.”
Dikisahkan di zaman Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, ada seorang istri bernama Barirah dan suaminya bernama Mughits. Awalnya, keduanya adalah hamba sahaya kemudian Barirah merdeka.
Dalam ilmu fikih, apabila seorang hamba sahaya wanita menikah dengan hamba sahaya laki-laki kemudian hamba sahaya wanita merdeka maka dia memiliki hak untuk memilih apakah dirinya tetap bersama suaminya atau berpisah.
Dan Barirah memilih untuk berpisah.
Ibnu ‘Abbas radhiyallahu anhu mengatakan, “Aku melihat Mughits itu mengikuti Barirah berjalan-jalan di kota Madinah sambil menangis.”, hingga Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berkata kepada beliau, “Wahai Abbas, tidakkah engkau terkejut melihat betapa cintanya Mughits kepada Barirah dan betapa tidak sukanya Barirah kepada Mughits?”
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pun akhirnya berbicara kepada Barirah, “Bagaimana apabila kamu kembali kepada Mughits, wahai Barirah?”
Barirah bertanya, ”Wahai Rasulullah, apakah engkau memerintahkan saya?”
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menjawab, “Tidak, ini bukan perintah. Saya hanya memberikan syafaat.”
Barirah berkata, “Saya sudah tidak memiliki hajat dengan beliau (saya ingin menyudahi).”
“Walaupun beliau memberikan ini dan itu tetap saya tidak mau dengannya.” (HR. Bukhari)
Ibrah yang bisa diambil bahwa tidak semua rumah tangga memiliki rasa cinta dari kedua belah pihak, sebagaimana kisah Barirah dan suaminya.
Cinta harus diperjuangkan, pada umumnya apabila suami menunaikan hak istri begitu pun sebaliknya, ini adalah salah satu tujuannya yaitu untuk menumbuhkan rasa cinta, setelah mencari rida-Nya.
Namun, usaha ada batasnya sebab cinta adalah murni pemberian dari-Nya, sebagaimana dalam QS. Ar-Rum: 21, “Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri agar kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang berpikir.”
Allah Subhanahu Wata’ala yang memberikan sehingga jangan sombong, “Wanita mana yang tidak mencintai saya?”
Kegeeran sekali ini. Seganteng apa pun kamu, rasa cinta dari seorang wanita itu bukan tersebab paras tampanmu semata, sebaliknya ada suami yang tidak cinta kepada istrinya sekalipun istrinya cantik luar biasa. Akhirnya bercerai dan menikah dengan wanita yang cantiknya biasa saja namun laki-laki ini cinta kepada istri yang baru dinikahinya.
Bersyukurlah apabila Allah Subhanahu Wata’ala memberikan rasa cinta dalam rumah tanggamu, sebab tidak semua mendapat yang demikian.
Hal ini pun bukan tentang usaha dan jangan mengklaim, “Akulah penakhluk hati wanita.”, sebab hati manusia berada di tangan Allah Subhanahu Wata’ala. Barangkali ada yang berhasil namun hal tersebut bukan usahanya semata, kisah Barirah dan Mughits adalah buktinya.
Seseorang berkata kepada Umar radhiyallahu anhu, “Orang ini ingin menceraikan istrinya, suaminya tidak mencintainya.”, Umar radhiyallahu anhu pun mengatakan dengan kalimat teguran, “Apakah rumah tangga itu hanya dibangun di atas cinta, mana penjagaan, pemeliharaan?”, sehingga tidak diperkenankan atau jangan bermudah-mudahan untuk bercerai dengan alasan, “Saya sudah tidak cinta lagi.”
Upayakan dahulu, berjuang kembali untuk menumbuhkan rasa cintanya. Hal demikian bukan berarti tidak menghargai rasa cinta dan bukan berarti apabila sudah tidak ada rasa cinta tetap wajib dipertahankan. Kisah Barirah contohnya, namun perjuangkan dahulu.
Sebagian para ulama mengatakan rasa cinta itu adalah hal yang sangat penting dalam rumah tangga sebab hubungan suami istri itu tidak akan melahirkan buah-buahan ranum dan manis yang diinginkan kecuali dengan adanya kesolidan, kekompakan dan kebersamaan dari suami istri tersebut yang dibangun dari cinta dan kasih sayang maka cinta dan kasih sayang adalah dua sayap kehidupan agar sebuah rumah tangga itu berhasil terbang dan tidak terjatuh dalam menghadapi perjalanan kehidupan yang penuh dengan aral dan rintangan.
Kehidupan rumah tangga tidak mudah, berat kecuali dimudahkan oleh Allah Subhanahu Wata’ala maka untuk dapat bertahan dibutuhkan rasa cinta. Jika rasa cinta itu tidak ada maka sulit bagi suami atau istri bertahan dalam ketakwaan pada rumah tangga mereka. Asal bertahan, barangkali bisa namun bertahan di atas ketakwaan sangat sulit dan tidak semua orang bisa.
Istri Tsabit bin Qais radhiyallahu anhu mengatakan, “Suami saya tidak ada aib dalam hablum minallah dan hablum minan-nas tetapi saya khawatir kufur setelah beriman.”
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengatakan, ”Maukah engkau kembalikan maharnya?”
Jika mau maka akan dipisahkan. (HR. Bukhari)
Istrinya pun bersedia.
Sebagaimana kisah sebelumnya, Barirah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam tidak memaksa sebab beliau tahu bahwa orang itu berbeda dan rasa cinta itu dibutuhkan untuk bertahan di atas ketakwaan.
Inilah dua sayap kehidupan, sebuah hal yang sangat sulit bagi seekor burung untuk tetap terbang ketika salah satu sayapnya itu patah atau bermasalah. Oleh sebab itu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam ingin mereka bersatu tetapi pada akhirnya dikembalikan kepada kedua belah pihak apabila berkaitan dengan rasa cinta.
Utamakan, berjuang dahulu, ketika sudah berjuang tetap tidak lahir rasa cinta maka pilihan terakhir adalah berpisah. Sebelumnya istikharah dahulu, bukan cari pelarian (tidak berkah).
Betapa Islam begitu memuliakan wanita di mana wanita memiliki hak untuk memilih. Kenyamanan seorang wanita diakui oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, beliau tidak memaksa, wanita berhak bahagia, berhak bersama sosok yang dicintai dengan kebersamaan yang halal (Cinta bertepuk sebelah tangan oleh Ust. Muhammad Nuzul Dzikri hafidzahullah).
“Kalau kamu diberi pilihan mencintai dan dicintai janganlah memilih. Cari cara untuk sampai ke pilihan mencintai dan dicintai. Karena keduanya, pantas kamu rasakan.” (ajinurafifah hafidzahullah)
353 notes · View notes
maitsafatharani · 9 months
Text
Embracing My Self
Kalau mendengar kata 'perjuangan', rasanya perjuangan terbesarku adalah perjuangan berdamai dengan diriku sendiri.
Dulu, aku pernah menjadi seseorang yang sangat sedih bila melakukan kesalahan. Rasanya malu sekali, dan berujung pasrah bila akhirnya aku disalah-salahkan. Kalau saat ini, kita mengenalnya dengan istilah inferior. Aku sering merasa rendah diri.
Padahal, aku bukannya tanpa prestasi. Sepanjang TK hingga SMA, beberapa penghargaan atas prestasi akademik bisa kuraih. Tapi, hal-hal itu tidak menghilangkan kerendah dirianku. Terlebih jika ada kesalahan atas kecerobohan yang kuperbuat. Sekejap, rasa percaya diriku akan merosot, kebaikan-kebaikan yang kupunya terlupakan sama sekali. Dan aku akan bermuram durja karenanya.
Mentalitas inferior ini cukup berpengaruh di kehidupan sosialku. Sewaktu SD, saat bermain dengan teman-teman, aku sering dijadikan 'anak bawang'. Karena dianggap selalu 'kalahan'. Akhirnya teman-teman 'berbaik hati' mengajakku bermain, tapi tidak dilibatkan dengan sebenar-benarnya dalam permainan.
Mungkin ada yang bingung dengan istilah anak bawang?
Misal, main petak umpet nih. Sebetulnya persembunyianku sudah ketahuan. Harusnya jika ketahuan, kan, aku otomatis kalah. Tapi karena aku 'anak bawang', aku akan dianggap tidak ketahuan. Agak menyebalkan, bukan? Rasanya powerless.
Berbeda untuk urusan akademik. Seusai pelajaran selesai, teman-teman yang belum paham dengan materi seringkali menghampiri mejaku untuk minta dijelaskan kembali.
Tapi, kelebihan akademikku tidak pernah bisa menghapuskan kabut hitam inferioritas yang menggelayut di benakku. Aku masih merasa gagal, dan bukan siapa-siapa.
Bersyukur, semakin bertambah usia, rasa inferioritasku mulai berkurang perlahan. Aku semakin berani show up dan berargumentasi. Tapi tentu saja tidak se-powerful itu. Aku masih selalu sedih jika melakukan kesalahan. Apalagi kesalahan yang berulang.
Qadarullah, di bangku kuliah aku menemukan lingkungan yang amat suportif. Rasa inferioritas mulai tertepis jauh. Kalau pun berbuat salah, aku lebih legowo untuk meminta maaf dan mau belajar. Aku lebih percaya, diriku mampu di lingkungan sosialku.
Sampai suatu ketika, aku pernah mengikuti sebuah peer group untuk belajar bersama meningkatkan speaking. Temanku yang menjadi mentorku memberikan apresiasi padaku di sesi one on one. Lalu bertanya.
"Yang aku lihat, kamu begitu tenang saat belajar. Kamu juga berani untuk berbicara saat grup mulai terasa hening dan awkward. Kamu bisa memicu yang lain untuk berani speak up juga. Darimana kepercayaan dirimu itu kamu dapat?"
Ditanya demikian, aku jadi berpikir. Butuh waktu untukku menjawab.
"Sepertinya.. karena aku tahu kalau aku tidak sempurna."
"Kenapa begitu?"
"Karena aku tidak sempurna, aku tahu aku selalu bisa melakukan kesalahan. Maka jalan saja dulu, nanti aku akan tahu letak kesalahanku dimana, dan membenahinya. Practice makes perfect."
Namun, ada kalanya kondisi tertentu membuat penyakit lamaku hadir. Saat aku hendak menikah, rasa inferiorku kembali mencuat. Aku sering mempertanyakan kenapa ada seseorang yang mau memilihku. Aku merasa tidak punya kelebihan yang bisa diandalkan. Aku merasa seringkali berbuat ceroboh. Dan seterusnya.
Beruntung, saat aku mencurahkan kegundahanku pada seorang kakak, beliau menghiburku dengan sebuah kalimat yang membesarkan hati.
"Atas kekurangan pasanganmu, bersyukurlah. Atas kelebihannya, bersabarlah."
Kalimat itu, masih tertanam kuat padaku hingga sekarang. Benar, apa salahnya jika pasanganku lebih baik dalam banyak hal dibanding aku? Aku cukup perlu banyak bersabar untuk belajar mengimbanginya. Dan jika pasanganku melakukan kesalahan, bukankah itu baik untukku, karena ada alasan bagiku untuk membantunya?
"Jangan terlalu dini merasa bersalah. Nanti kalau sudah jadi istri dan ibu, rasa bersalah akan muncul semakin banyak." Canda kakakku itu. Benar juga, aku harus menata emosiku sebaik mungkin.
Dan lagipula, apa salahnya berbuat salah? Bukankah, manusia adalah tempatnya salah dan lupa?
Akhir-akhir ini aku menonton sebuah youtube dari dr. Aisah Dahlan. Beliau tengah memberikan webinar tentang watak. Disitu ada sebuah kalimat beliau yang mengena buatku. Kalimatnya tidak persis, tapi kira-kira seperti ini yang kutangkap.
"Ketika melakukan sesuatu yang salah, cukup ketahui bahwa itu perbuatan yang salah. Tapi jangan pernah merasa bersalah." Ungkap beliau. "Ketika kita sadar kita salah, kita akan maju untuk berbenah. Namun perasaan bersalah hanya akan menahan kita tetap di tempat dan efeknya kita akan sulit untuk berubah."
Rasa-rasanya perkataan beliau menjadi sesuatu yang mencerahkan perjalanan hidupku sejak lampau hingga kini.
Dulu, perasaan bersalah yang membuatku merasa frustasi, dan cenderung sukar untuk berbenah. Justru, kesadaran bahwa diri ini bisa salah, dengan diimbangi kemauan untuk berubah akan membawa dampak yang lebih baik. Baik secara dzahir maupun batin.
Apalagi, posisiku saat ini sebagai seorang istri dan ibu. Semoga Allah bantu untuk melalui segalanya dengan hati yang tenang. Karena, bukankah sakinah di rumah itu bergantung pada ketenangan setiap anggotanya? :)
113 notes · View notes
in-syirah · 2 months
Text
Di setiap pertemuan dan perpisahan dengan orang-orang ataupun keadaan, selalu Allaah hadirkan cerita yang jadi pelajaran untuk kita simpulkan bahwa segala yang terlewat, tidak akan kita lewati kembali dengan cerita yang sama.
Maka, berbahagia dan bersyukurlah dengan jalan yang sedang ditempuh, serta berbekal lebih baiklah untuk perjalanan yang akan ditempuh ke depannya.
—Mks, 27 Ramadhan 1445
31 notes · View notes
andromedanisa · 11 months
Text
Benarlah, semakin dirimu mempunyai rasa hasad, iri dan dengki kepada orang lain. Semakin jauh pula rasa syukur dan bahagia yang kamu rasakan. Sebab dirimu terlalu sibuk mengurusi urusan dan kebahagiaan orang lain. Sehingga kamu menderita seorang diri, dan hancur dengan sendirinya.
Sekali ini saja, lembutkanlah hatimu dengan kebahagiaan yang sudah Allaah takdirkan untukmu. Takdirmu tak akan pernah tertukar dengan siapapun sekalipun hatimu kau penuhi dengan amarah, kau penuhi dengan perasaan iri yang terus menerus kau pupuk setiap harinya.
Jangan kau bebankan hatimu dengan sesuatu yang kau sendiri tidak bisa mengatasinya. Pulanglah, wahai diri. Pulanglah kepada Allaah dengan penuh penyesalan dirimu. kamu punya Allaah yang akan mengabulkan setiap pintamu. kamu punya Allaah yang bisa menyembuhkan rasa sakit dari perasaan iri, hasad dan dengkimu itu. Jangan biarkan dirimu hancur, atas perasaan yang sampai kapanpun tak bisa kau menangi dengan segala pencapaianmu selama hidupmu.
Berbahagialah dengan kebahagiaan meski itu kecil, bersyukurlah atas nikmat sekalipun itu masih kecil menurutmu. Sebab pada rasa syukur akan kau temui syukur yang lainnya. Demikianlah janjiNya...
169 notes · View notes
yunusaziz · 27 days
Note
Assalamualaikum mas, gimana menurut pandangan mas yunus terkait hal ini, rasanya aku sudah sampai ditahap takut untuk dekat dengan seseorang karena aku takut untuk merasakan kehilangan. Aku ngerasa lebih baik engga memiliki siapa-siapa, sunyi, sepi, tapi tenang tanpa khawatir akan kehilangan seseorang. Terimakasih mas.
Memahami Kembali Hakikat Kepemilikan
Wa'alaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh. Terima kasih anon telah bertanya. Secara hakikat memang tidak ada siapapun dan apapun yang kita miliki di muka bumi ini. Bahkan apa yang sudah ada dalam 'genggaman' tangan sekalipun tidak berubah status kepemilikan. Semua milik Allah.
Rasa sedih itu hadir karena kita merasa kehilangan, dan rasa kehilangan itu hadir karena kita merasa memiliki. Maka untuk lepas dari perasaan sedih, kecewa, dsj. ya kembalikan kepada hakikatnya, bahwa semua adalah milik Allah. Lalu pupuk dengan keyakinan, apa yang telah pergi adalah yang terbaik dari Allah buat kita.
Itulah yang Allah ajarkan dalam salah satu kalimat baiknya:
Innalillahi wa inna ilaihi rojiun, "Sesungguhnya kami milik Allah dan sesungguhnya hanya kepada-Nya kami akan kembali"
Mungkin banyak orang yang sudah hafal kalimat itu, dari yang hafal mungkin hanya sedikit yang tau arti dan esensi dari kalimat itu, dari yang tahu arti dan esensi dari kalimat itu, mungkin hanya sedikit yang memahami apalagi mengamalkan penuh prinsip itu di dalam menyikapi kehidupan, lebih khusus soal kepemilikan.
Kalau Allah hadirkan rasa kehilangan, bersyukurlah. Anggap itu sebagai bentuk kasih sayangnya Allah dan proses pendewasaan. Agar kedepan lebih bijak dalam menyikapi persoalan. Termasuk hubungan dengan manusia.
Jika belum memungkinkan bersama, fokus pada pengayaan diri; aspek keimanan, pemahaman agama, kemampuan, intelektualitas, moralitas, dsb. Bangun nilai semahal mungkin, sebagai bentuk ikhtiar dalam menjemput jodoh ideal yang insyaallah Allah hadirkan suatu hari nanti.
Wallahua'lam.
19 notes · View notes
kayyishwr · 1 year
Text
Tenanglah, hari ini milikmu dan hari esok milik Allah
Karena milikmu maka koreksilah, karena milik Allah pasrahlah
Tenanglah, hari ini milikmu dan hari esok milik Allah
Karena milikmu maka ingat lagi, lebih banyak baik atau buruknya? Karena milik Allah mari berdoa supaya Allah beri kesempatan; melipatgandakan kebaikan atau minimal mengurangi keburukan
Tenanglah, hari ini milikmu dan hari esok milik Allah
Karena milikmu, bersyukurlah Allah masih beri kesempatan untuk melewatinya, dan karena milik Allah mari berharap besok pun masih juga diberi kesempatan
Tenanglah, walau hari ini milikmu dan hari esok milik Allah, sejatinya semua dalam kuasa Allah
Mari menenangkan pikiran, melembutkan hati, dan ridha atas segala yg sudah dan akan terjadi, dengan satu tujuan; keridhaanNya
Adapun hari ini dilalui dengan banyak kelalaian atau bahkan keburukan; semoga Allah ridho dengan taubat, dan istighfar kita
Adapun hari ini dilalui dengan banyak manfaat atau juga kebaikan; semoga Allah ridho dengan amalan kita
Sebagaimana dalam akhir surat Al Fajr; keridhaan diri akan menghadirkan keridhaan ilahi, raadhiyatan mardhiyyah
155 notes · View notes
azurazie · 3 months
Text
Sungguh mudah bagi Allah untuk membolak balikkan hati manusia. Maka, bersyukurlah ketika masih dibalikkan kepada yang hak, yang baik, yang benar dalam hidayah-Nya. Sekalipun mungkin karenanya itu, kita berada di antara golongan orang yang segelintir. Yang sedikit.
Tak apa jikalau harus kalah dalam perhitungan yang dibuat oleh sistem manusia. Tapi yakinlah kita sudah menang dalam keberpihakan yang lebih baik di hadapan Allah ta'ala.
Karena pejuang yang berpegang teguh bahwa : ketika menang berarti Allah izinkan, jika pun kalah itu artinya Allah selamatkan. Sejatinya kedua ketetapan itu apapun yang pada akhirnya ditakdirkan adalah sebenar-benarnya kemenangan yang nyata.
@azurazie
49 notes · View notes
satukatasaturasa · 10 months
Text
Barangkali, sepi itu bentuk rezeki yang berbeda daripada yang ramai.
Maka, bersyukurlah, sebab bersyukur adalah kebahagiaan yang paling nyata.
Selamat memejam, selamat meninabobokan keberkahan Tuhan.
76 notes · View notes