#hardskill
Explore tagged Tumblr posts
Text

Do you want to play with words and set a fun and bright future in the marketing industry? Look no further! Introducing our groundbreaking Copywriting Mastery Course, designed to transform your comments into compelling stories that captivate, convert, and are compelling. Learn copywriting courses in Kolkata from PfSkillBuilders and enable yourself to dominate the copywriting field.
Join our Copywriting Mastery Course now and receive:
Instant Access to All Modules
Downloadable Resources and Cheat Sheets
Course Completion Certificate
Access to Our Vibrant Copywriting Community
PFSkillBuilders provides a fun yet professional learning environment and makes you market ready. So Wait no more and enroll in a copywriting course to earn a six-figure salary!
0 notes
Text
Your Chance of Getting the Job Increase with These Soft Skills
All employers view soft skills as the true competitive edge you can have over other candidates. Soft skills also referred to as “people skills” or “interpersonal skills” are personal attributes and abilities that allow individuals to effectively interact with others in a professional setting. Worried about how to act in the workplace? Wondering what kind of people you’re going to have to deal…
#Career Assessment#Career Choice and Assessment#careers#Communication#Education#hardskills#high school#higher education#interviewing#jobinterview#leadership#resume#Skills#softskills#teamwork#usdl#workethic#workplace
0 notes
Text
In the world today, there is colossal competition for jobs and it is thus crucial to understand the difference between soft and hard skills. Thus, we can conclude that both types of skills are essential for different tasks and career development. This blog tries to clarify what soft and hard skills are, why they are important, and how these concepts are helpful in one’s career.
0 notes
Text
The Synergy of Hard and Soft Skills in Welingkar Distance MBA
The Welingkar Distance MBA mixes hard and soft skills together in its teaching. This mix is important for making all-around marketing workers. In this piece, we will check out how Welingkar does this and why it's big for your job.
The Right Mix: Hard vs. Soft Skills in Welingkar Distance MBA
"Hard skills" means the tech information you need for special jobs. In marketing, this includes things like reading data, digital marketing stuff, SEO, SEM, market research, and the use of tools and sites. These skills are key, but they are only part of it. "Soft skills" are the people and leadership skills that let you talk well, work well, and lead well. At Welingkar, the plan makes sure you learn both.
Welingkar Distance MBA: Mixing Hard and Soft Skills
The plan for Welingkar’s distance MBA is to provide a full-on education.
Tech Skills: Hard Skills Teachings Classes in the plan cover must-have hard skills. You will learn how to read data, see market changes, and use digital marketing tools. These classes are set to let you do it for real. For one, in the Digital Marketing class, you might help with real jobs, running real ad plans on sites like Google and Facebook.
Headship and Talk: Soft Skills Growth Soft skills are worked into the plan at Welingkar’s Distance MBA. Classes focus on boosting talk, leadership, and team skills. Meetings and talks give chances to try out these skills. For one, a headship meeting might cover acts where you lead a team through a hard time. Talk classes often have public talk jobs and the team plans to make sure you can say your plans well and make them work well.
Mentor Tips: Why the Right Skills Matter
"Tech skills get you in, but soft skills keep you there.". This view is shared by all the mentors. Tutors use real examples to show how both skills are used at jobs. For one, in a marketing planning class, you might see big plans that were made by data points (hard skills) and clever, strong messages (soft skills).
The Welingkar Plan: A Plan Made to Win
The plan of the Welingkar Distance MBA is well made to make sure old guards don't just know their field but also know how to take care of true job tasks. Each class is made with the help of professionals to make sure the information is key and up-to-date.
Real Work: Making Hard Skills Work a put-to-work plan is key to the Welingkar Distance MBA. For example, in a market study class, old guards might do real polls and look at the information to find tips. This hands-on way helps hold the plan things learned in talks.
Team Meetings: Making Soft Skills To grow soft skills, Welingkar puts in talks and teamwork. These times are made to look like true job ways, helping old guards try out their talk and lead skills in a safe way. For one, a fixed plan talk might hold acts where old guards try to talk and fix thoughts.
Linking Times: Links with Job Pros Welingkar’s Distance MBA plan also says that it's key to link up. The plan often has acts and talks with job pros. These times give old guards tips on what's on the field now. They also let old guards link up with could-be guides and bosses.
Close Act: The Road to a Win at Marketing Work
The Welingkar Distance MBA is good for how much it cares about skills in its plan. By mixing both hard and soft skills, Welingkar makes sure old guards know lots and are good leaders and talkers. This mix gives old guards a boost in the marketing field. Join the Welingkar Distance MBA to grow a sound plan that will help your job move up. By caring about both hard and soft skills, Welingkar gets you set for the hard and hard sides of the marketing field. By making a learning world that cares about both skills, Welingkar makes sure that its old guards are all set to win at any marketing job.
#WelingkarMBA#DistanceLearning#HardSkills#SoftSkills#MBA#BusinessEducation#CareerGrowth#OnlineLearning#EducationRevolution
0 notes
Text
0 notes
Text
"Like the sun at dawn
As if darkness
had been replaced by light
Its broke, to grow
Lost, then change."
- Rahl, 22125
Aku masih mendengar detak jantungku sendiri. Setiap langkah dan perjalanan, ialah alasan untukku bertahan dari kegilaan.
***
[ Bu Ita : Rue, apa temenmu memang seperti ini ya, tidak minat kah untuk magang?? ]
Sebuah notifikasi pesan muncul di layar hp Rue, gadis itu sejak tadi ingin beranjak dari tempat tidurnya tapi terpaksa harus duduk kembali. Ia meletakkan gawainya di atas kasur dan mengambil segelas air minum dari meja di sisi kanannya. Rue mengatur napas, ia terpaku sekejap pada isi pesan yang baru masuk itu.
[ Mohon maaf sekali ibu atas kesalahan teman tim saya, kami akan lakukan evaluasi bersama agar mencegah kejadian ini berulang ]. Rue memberi emoticon mengatup kedua tangan di akhir pesan teksnya.
Rupanya setelah beberapa menit, pesan itu hanya dilihat saja oleh Bu Ita---Penanggung Jawab anak magang di kantor Rue sekaligus Pimpinan Redaksi Penerbitan. Gadis itu membaringkan tubuh, ia menatap lekat-lekat ponsel miliknya, berharap agar Bu Ita memberikan kata-kata selain pesan yang pertama tadi. Ia memejamkan mata kemudian mendengus kesal sebab malah teringat Desi---rekan kerjanya.
Mengapa Rue harus satu tempat magang dengan orang yang sama sekali tidak dapat dipahami perilakunya? Kali ini Desi telat dua jam dan tidak mengabari sama sekali. Rue bahkan sudah hafal dengan pola ini. Nantinya ketika ada yang bertanya pada Desi, pasti jawabannya tidak jelas, seperti orang linglung.
Rue beranjak dari tempat tidur, ia mengecas handphone miliknya lalu bergegas untuk mengotak-atik isi kulkas, membuat bekalnya, lalu mandi. Menunggu jam dua belas siang agar ia bisa pergi ke kantor penerbit tempatnya bekerja. Setidaknya ia bisa mendapat pengalaman dari sana untuk mengaplikasikan ilmu yang dia punya, meningkatkan softskill dan hardskill, serta memperluas wawasan.
Paling kurang dirinya harus bertahan di sana lima jam per-hari nya, karena kali ini shift siang, maka pukul 17.00 ia bisa pulang. Dan begitulah kegiatan gadis itu sampai hari-hari berikutnya. Hidup di kota orang yang jauh dari orangtua sempat membuatnya merasa kurang nyaman. Apalagi sebelum pergi merantau ia sempat berdebat dengan kedua orangtuanya yang sangat menentang keputusan Rue. Tetapi ia harus melakukannya, demi perubahan hidup keluarga. Ya, dengan tekad kuatnya Rue bisa meyakinkan sang ayah dan bunda.
***
"Selamat siang Bi Siti," sapa Rue pada salah satu CS di kantornya.
"Siang Rue, panas banget yah neng di luar?" sahut wanita paruh baya itu, dia menghentikan aktivitas bebersihnya sebentar.
"Iya, Bi. Nyengat mataharinya," kata Rue sambil tertawa ringan.
"Masuk jam dua belas, Neng?"
"Ngga, Bi. Saya shift siang masuk jam satu, cuma mau dateng agak cepetan dikit."
"Ooh gitu nyah, si eneng geulis telaten pisan," puji Bi Siti.
"Aamiin, Bi. Oiyah, saya bawa Brownies buat Bibi." Gadis itu membuka tas kemudian memberi satu kotak Brownies untuk Bi Siti. Wanita paruh baya itu terlihat riang sekali menerima hadiah dari Rue, dia tahu bahwa Rue yang membuatnya sendiri karena Rue suka bercerita bahwa ia suka membuat berbagai kue dan roti. Bi Siti berterima kasih pada anak baik itu dan dibalas ramah pula oleh Rue. "Ngomong-ngomong saya ke dalem duluan ya, Bi? Mau siap-siap ganti shift, hehe."
"Boleh-boleh. Sok atuh neng, Bibi teh juga mau pulang ini," Bi Siti nyengir sembari buru-buru melipat kain lapnya. Rue pamit pada Bi Siti dan melambaikan tangannya, mereka pun berpisah. Rue akan mulai bekerja, Bi Siti akan segera pulang ke rumah. Sebuah siklus dimana bekerja, akan selalu menemui waktu akhirnya, yakni pulang.
Waktupun berlalu, kini Rue sudah berada di depan laptopnya untuk mengolah data-data, sekitar pukul dua nanti ia harus turun ke divisi percetakan untuk sekedar mengawasi tumpukan buku-buku yang akan dijilid. Rue mengerjapkan mata, rupanya sudah hampir jam dua. Ia pun segera ke lantai satu dengan membawa tablet kantor.
Ia tampak menikmati perannya menjadi Kepala Produksi. Dia mengarahkan karyawan dengan sangat teliti, agar meminimalisir kesalahan. Namun tak jarang pula Rue turut serta membantu para pekerja di sana, merangkul mereka. Terkadang mentraktir snack atau membawakan kue buatannya untuk para staff dan karyawan.
"Maaf Kak Rue, izin melaporkan. Sampul buku yang edisi satu sepertinya tidak sesuai dengan konsep awal, apa mungkin memang sudah diganti ya, Kak?"
"Boleh saya lihat dulu, Dek?"
"Silakan, Kak, sebelah sini." Rue tercengang melihat sampul buku yang ada, 'Berantakan sekali!'
"Dek, apa yang ini sudah melewati tahap revisi kita kemarin?"
"Sudah, Kak. Saya yang mengantar sampelnya langsung pada kakak."
"Ini udah puluhan tercetak ya. Habis banyak kertas juga."
"Benar, maaf Kak Rue, padahal kita sudah sering sekali cek perkembangan buku-buku ini."
"Nggak apa-apa, Dek. Kita udah melakukan yang terbaik sebelumnya, sekarang kita harus cari solusinya saja daripada pusing. Emm, kamu tau ruang Kak Desi yang baru?"
"Di lantai dua, sampingnya ruang kerja Kak Rue. Mau saya antar, Kak? Mungkin saya perlu hadir menemui kakak itu."
"Tidak sayang, kamu lanjutkan saja pekerjaanmu, ya."
"Kalau begitu baik, Kak."
Rue tidak menyangka ia harus dihadapkan lagi oleh keadaan ini, sejujurnya ia agak muak berurusan dengan Desi. Rue mendatangi rekannya yang bermasalah itu dengan maksud untuk menanyakan tentang desain sampul. Kenapa tiba-tiba berubah? Apalagi banyak ketidaksesuaian konsep, bisa-bisa penerbit dan pihak penulis akan dirugikan jika hal ini terus berlanjut. Pun di kantor ini tidak boleh seenaknya saja.
"Permisi, Des," kata Rue. Ia mengetuk pintu kemudian melihat ke arah kaca tembus pandang, semua orang yang ada di dalam sana menatap gadis itu. Kemudian Desi mengangguk, tanda ia mempersilakan Rue untuk masuk. Setelah masuk ia tersenyum ramah kepada semua rekan kerja Desi dan dibalas serupa pula. Rue segera memberi kode kepada kawannya itu untuk bicara di luar.
"Kenapa, Rue?" tanya Desi seperti tidak tahu apa-apa.
"Laporan yang dirimu janji buat dua bulan lalu udah sampai mana?" balas Rue. Gadis itu memelankan suaranya agar orang lain tak terlalu mendengar, sebab ia tidak mau mempermalukan Desi.
"Oh itu ... aku kan dah buat. Tapi belum sempat di siapkan karna--emm, aku gak ngerti, masih bingung buatnya gimana. Di rumah pun ngga ada laptop, jadi kek mana lah susah. Kesempatan cuma di sini, tapi tiap udah masuk rame terus antrian data desain, proofread. Belum lagi editor naskah yang pakai laptop ruangan karena kami sama-sama ngga ada, dirimu juga ngga ada jadi aku gabisa pinjem siapa-siapa," jawab Desi panjang lebar.
Ia mengedip-ngedipkan kedua matanya, sejujurnya dia pun tidak bisa memastikan jawabannya masuk akal atau tidak. Ah ya, Rue juga tidak punya laptop atau tablet, ia hanya diberi dan memakai itu di kantor saja. Maka dari itu Rue memanfaatkannya sebaik mungkin agar selesai dan tidak menunda-nunda tugas.
"Aku kasihan sama kamu, tapi udah lima bulan kita magang, dirimu sama sekali ngga nyentuh dokumen laporan itu, bukannya kemarin uda kita buat kerangkanya bareng-bareng? Kamu tinggal isi dan sesuaikan sama divisi. Aku juga bingung tiap hari ditanyain Bu Ita terus. Dan kalau kamu ngga ngerti, bisa nanya ke aku kan?"
"I--iya mungkin ko bisa bantu aku pas nanti kita ketemu di weekend atau gimana ...."
Rue terdiam, ia sudah ngos-ngosan menahan amarah. Kemarin gadis itu sudah mengajak Desi untuk mereview laporan tersebut, tapi Desi banyak bertanya dan menyiratkan seakan tidak mau padahal itu juga di depan banyak orang. Jadi Rue memutuskan mengerjakan sendiri. Rue teringat bahwa setiap kali Desi melontarkan pernyataan, pasti Desi tak juga menepatinya. Sejak bulan pertama dan kedua mereka magang di sini, orang-orang tidak menyukai Desi karena sifat bebal dan kasarnya. Banyak rekan kerja lain yang selalu saja bertanya tentang Desi kepada Rue. Karena memang Rue adalah tetangga sebelah rumah Desi.
"Rue ... kecewa ya samaku?" tanya Desi kala itu. Tapi Rue hanya bisa tersenyum simpul sembari terus menyemangati. Dan terus memberi info serta data-data yang diperlukan untuk memudahkan Desi. Beberapa kali ia melakukannya, baik lewat chat ataupun bicara langsung. "Kalau ada apa-apa bilang ya. Kalo ada masalah cerita aja gapapa," ucap Rue. Ia menepuk-nepuk pundak temannya itu.
Orang-orang berharap setidaknya Rue bisa menceritakan detail tentang orang seperti apa sebenarnya Desi ini? Sedangkan Rue tidak pernah terlalu memperhatikan Desi, ia hanya fokus pada dirinya, keluarga, sahabat, pekerjaan, tugas, juga orang-orang yang bisa diajak kerja sama. Tapi ketika gadis itu tahu bahwa ia akan sama-sama magang dengan Desi, Rue lah yang memulai pendekatan pertemanan agar ia merasa mereka tidak canggung ke depannya.
Rue menolong Desi sebisanya, semampunya, tapi Desi tidak pernah sebaliknya pada Rue. Atau mungkin ia tidak tahu diri? Tidak bisa memahami perjuangan orang lain. Tidak memiliki empati. Dia pernah bercerita bahwa keluarganya di rumah sangat kacau. Tetapi Desi juga tidak mau bangkit dari keterpurukannya, dan dia pun juga malas untuk menggerakkan perubahan hidupnya.
Pernah setelah banyaknya gosip miring tentang Desi, yang digosipkan itu pun berubah. Mulai cekatan dan inisiatif, pekerjaannya cepat terselesaikan serta datang lebih awal. Rue turut bahagia dengan itu. Tetapi ternyata hanya bertahan beberapa minggu saja. Desi kembali menjadi sosok yang sering terlambat dan tidak memberi kabar serta alasan yang jelas. Rue juga pernah diceritakan oleh rekan sejawatnya, bahwa ternyata Desi mengalami kekerasan dalam keluarganya.
Namun, Rue juga bisa lelah, ia bukan malaikat. Apalagi Rue selalu membawa beban ekspetasi orang lain di pundaknya. Orang lain berharap Rue bisa menarik Desi jadi lebih baik, jangan menyerah untuk mengajak Desi untuk berubah. Semua keluh yang mereka katakan tidak diungkap langsung pada Desi, hanya menyampaikan lewat Rue saja. Apakah mereka mengira bahwa Rue tidak pernah peduli? Apa orang-orang itu menganggap Rue cuek-cuek saja? Bahkan Rue melakukan hal lebih daripada sekedar menasehati.
Tetapi bagi Rue yang berhadapan langsung dengan Desi, mengubah orang sangat sulit dan mungkin mustahil apabila tidak ada niat dari hati Desi sendiri. "Untuk apa membantu orang lain, jika orangnya saja tidak mau dibantu?" Ucap Rue pada Fara kala itu. Karena, Desi tak berusaha sedikitpun. Hanya melakukan kesalahan yang sama berulang-ulang.
Kadang Rue merasa selalu salah juga di mata mentornya, pekerjaan gadis itu sering diatasi oleh Kakak Seniornya karena Rue terkesan lambat di mata mereka. Tapi dengan semua itu Rue berprinsip mau terus belajar. 'Kalau tidak berani salah, namanya tidak belajar'. Ia selalu rajin, bertanya, dan tidak malu melakukan hal-hal baik yang semestinya. Berbeda dengan Desi yang sering berkata 'Aku nggak bisa ramah ke orang lain, aku ya gini.' Atau Desi yang sering mengeluh 'Capek banget di sini, magang di bidang ini bukan tujuanku.'
Bulan ketiga makin banyak yang tidak menyukai Desi, karena sikapnya yang keras kepala, sering terlambat, tidak inisiatif, serta tidak mau berbaur dengan benar untuk menyesuaikan diri. Dengan kata lain, dia pun tidak pernah intropeksi. Sekalipun diberi nasihat oleh kakak senior, ditegur rekan sejawat, atau dibilangi secara halus dan empat mata oleh Rue. 'Kalo sifatnya emang kayak gitu, susah untuk di rubah dek karna udah bawaan.' Sebuah kalimat dari salah satu Kakak Senior mereka yang selalu Rue ingat.
Rue sendiri sering berhadapan dengan banyak manusia bermasalah, tapi yang kali ini beda. Anak itu seakan tidak mau ditarik, tak mau dibantu. Ia hanya bersembunyi di dalam kurungan zona nyaman yang rupanya merugikan banyak orang. Bu Ita sampai tidak mau mengajak Desi bicara secara langsung untuk menjelaskan kesalahan-kesalahan Desi. Dan dengan semua keadaan runyam itu Rue sama sekali tidak tahu harus melakukan apa. Energinya semakin lama semakin terasa habis, sinarnya memudar.
"Kita kan juga udah sepakat buat ngga ganti desain tanpa sepengetahuanku? Kenapa ngga bilang dulu kalo mau ubah? Klien udah setuju sama yang lama kan?" tanya Rue lagi.
"Maaf, Rue." Dua kata lucu yang dilontarkan oleh Desi. Maaf yang hanya sekedar kalimat, bukan perubahan sikap dan sifat.
"Des, tolong kerjasama nya, buatlah laporan data dari divisimu dan aku minta bantuan untuk tidak melakukan kesalahan seperti ini lagi."
"Iya ...."
"Yasudah aku balik dulu mau lanjut kerjaan, jangan lupa tugasmu." Rue melihat Desi mengangguk-angguk, kemudian ia pun pergi berlalu menuju ke ruangannya.
Hari itu setelah Rue berbincang dengan Desi, ia melihat tetangganya itu pulang agak lebih lama karena mengganti jam terlambatnya tadi pagi. Rue pun segera menyelesaikan jobdesk nya dengan cekatan. Ia mengesampingkan dulu pikiran-pikiran jeleknya, berusaha fokus pada apa yang harus dilakukan sekarang. Jam dinding berdetik, suasana kantor kadang hening, kadang ada suara bicara orang-orang. Tetapi lebih sering terdengar suara mesin cetak dari lantai bawah.
Orang-orang di sini sangat tepat dan cepat kerjanya. Penerbit Sun95 memang terkenal sebagai tempat terbaik, berkualitas dan akurat dalam memproses tiap pesanan. Magang di tempat ini adalah sesuatu yang luar biasa. Rue bersyukur bisa mempelajari banyak hal di sini, tempat yang benar-benar ideal untuk magang. Ah, waktu terasa berjalan terlalu cepat, kini sudah pukul 16.49. 'Bentar lagi pasti Pak Trio kemari untuk memeriksa ruangan-ruangan karyawan. Aku mau kasih bapak Brownies buatanku tadi siang,' batin Rue.
Rue segera merapikan meja, juga menata penampilannya yang tampak lelah, lalu dia menenggak jus alpukat di dalam botol yang dibawa dari rumah. Gadis itu meregangkan badan, lalu bergegas keluar dari ruang kerjanya. Tak lama, ia melihat Pak Trio---Satpam jaga yang sedang berkeliling.
"Selamat sore Pak Trio ...!" Rue agak berlari untuk menghampiri pria paruh baya itu.
Yang dipanggil tersentak dan reflek berkata, "Rue, what's up??" Pak Trio nyengir lalu Rue tertawa pelan.
"Baik kok, hahaha. Ini bapak, saya bikin Brownies buat bapak loh."
"Woiya? Wih, hebat. Nduk Rue bisa baking ternyata. Ohoho, sini bapak cobain yo!"
"Boleh, ini buat bapak semua." Rue menyodorkan sekotak Brownies yang telah terpotong dadu, Pak Trio sumringah ketika menggigit kue buatan Rue.
"Wadooh, kalo semua opo ora kebanyakan iki, Nduk?"
"Ngga lah, Pak. Nah, gimana rasanya?"
"Wueenak tenan, lembut, nyoklat, harum, ada toppingnya lagi. Perfect, nduk," puji Pak Trio dengan aksen Jawa nya. Ia pun memberi jempol andalan. Rue terkikik. Hanya dengan berinteraksi ke Bi Siti dan Pak Trio ia bisa merasakan kehadiran sebuah keluarga. "Makasih yo, Rue. Bapak seneng bisa makan cemilan dari Nduk yang sudah bapak anggap seperti anak sendiri," ucap Pak Trio.
Rue tersenyum simpul, ia jadi teringat bahwa anak perempuan Pak Trio sudah tiada saat usia enam belas tahun karena kecelakaan, begitupula isterinya. "Rue juga seneng bisa berbagi, Pak. Rue mau sekalian pamit ya? Bapak semangat kerjanya!" Rue mengepalkan kedua tangannya berpose menyemangati, sembari nyengir kuda.
"Be carefully, Nduk Rue!" Pak Trio dengan kumisnya ikut tersenyum dan ia melambaikan tangan pada Rue. Gadis itu membalasnya dengan antusias. Ia memesan ojek online untuk pulang ke rumah.
***
Bulan keenam tiba ...
Tak terasa ini adalah bulan terakhir untuk masa magang Rue di Kantor Penerbit Sun95. Kali ini ia shift pagi dan sampai tepat waktu, ia tidak melihat Bi Siti di sana seperti biasanya. Yang dilihatnya adalah Bu Ita, wanita itu duduk di ruang kerja pribadinya yang pintunya terbuka. Mereka bersitatap, Rue tersenyum dan menyapa sopan pada Bu Ita. Tetapi, raut wajah Bu Ita tampak tidak mengenakkan.
"Keuntungan kita merosot Rue, laporan-laporan yang seharusnya terpampang detail di portal saya tidak ada sama sekali sejak bulan ketiga. Sampai mana laporan kalian sebenarnya?"
Rue mengernyitkan dahi, ia mencoba mengingat. "Kalau untuk laporan bagian saya sudah saya upload full Bu---"
"Gimana sama hasil laporan temenmu?" tanya wanita dengan setelan blazer merah itu.
"Kemarin saya sempat lihat Desi mengerjakannya Bu, apa tidak ada konfirmasi langsung ke ibu kalau mungkin saja dia menggabungkan laporan per-bulannya?"
"Nggak ada, Rue. Ini klien udah komplin macem-macem ke kita karena saya menunda pertemuan untuk membahas project selanjutnya. Sedangkan saya juga tidak menerima laporan divisi dan keuangan bagiannya."
"Sampaikan pada Desi, kalau tidak selesai jobdesknya sampai hari terakhir kalian magang. Ibu tidak akan meluluskan hasil magangnya dia."
Napas Rue mendadak sesak, kepalanya terasa nyeri, jantungnya berdegup kencang, padahal bukan dia yang salah. Padahal seharusnya Desi yang berkomunikasi langsung dengan Bu Ita perihal ini. Rue sudah berkali-kali dikecewakan oleh keadaan, disepelekan oleh seniornya, dibuat lelah oleh Desi. Tapi yang kali ini kenapa terasa sungguh berat?
Dari pagi itu hingga jam 12.00 Rue merasa tidak enak badan, pikirannya begitu campur aduk. Rue tidak selera makan, ia bahkan tidak meminum jus Alpukat kesukaannya. Rue tidak mendatangi pekerja di lantai satu seperti biasanya. "Cape ...," lirihnya. Sanggul gadis itu mulai lepas, ia nampak semakin kusut dan pucat. Matanya memerah dan sedikit berair.
"Rue, balik yuk! Lo udah kan? Gue juga udah siap kerj--"
"Eh? Lo kenapa, Rue!?" tanya Fara---rekan kerja seruangan gadis itu. Fara membetulkan hijabnya yang terurai karena agak menunduk melihat Rue. Ia tampak khawatir, sedikit panik juga.
"Ga papa, Far. Pusing dikit aja, udah jam satu ya? Pulang yu," ajak Rue.
"Gue anter ke rumah lo gapapa kan? Searah soalnya."
"Boleh."
Rue, gadis malang itu sering memendam apa yang ia rasakan. Dia selalu ingin terlihat baik-baik saja. Tapi akhirnya emosi dalam dirinya meluap, berdampak pada kesehatan fisik dan mentalnya. Rue, gadis malang yang tidak mengerti bagaimana cara dunia bekerja. Cara menghadapi manusia dengan berbagai macam sifatnya yang tak mudah terlihat. Keadaan dimana ia merasa asing dengan bidang yang dipilihkan orangtuanya. Orang-orang yang kadang suka beranggapan bahwa Rue mesti sempurna, pula orang-orang yang sering mencoba meredupkan sinar Rue. Menggerogoti tubuh perempuan muda itu seperti ia sedang berdampingan dengan buah busuk.
'Lama-lama muak juga,' batin Rue. Wajah Rue kali ini tanpa ekspresi apa-apa, sejak ia tahu bahwa Desi sangat membuatnya marah tapi ia pun tidak bisa mengungkapkan karena kasihan, Rue menutup hatinya. Rue membatasi interaksinya dengan yang katanya teman kerjanya itu. Dan juga lebih jarang membantu, apalagi mengajak bicara. Kalau disapa Desi pun Rue hanya merespons dengan datar. Rue jadi menyesal magang di tempat ini, ia merasa tidak cocok dengan semua orang, bahkan ia menjadi rendah diri.
'Seharusnya aku masuk Tata Boga. Mungkin di sana aku bisa hidup dan tidak akan merasa asing seperti ini. Takkan berurusan dengan drama kantor dan senior tukang judge.'
Keadaannya itu berlangsung hingga beberapa minggu. Kepala Rue semakin sakit, dadanya terasa sesak, tubuhnya lemas, ia pun kehilangan minat masaknya, Rue tak lagi merias wajah. Yang dia lakukan setiap hari adalah bangun, bebersih, makan, berangkat magang dan begitu sampai rumah ia langsung tertidur. Tidur yang lama, sampai ia merasa rasa sedih yang menimpa ikut terlelap bersamanya. Setiap hari Rue merasa dihantui oleh rasa bersalah, kekosongan, kesakitan, itu pertama kalinya ia merasa sangat drop.
Rue jadi tidak peduli dengan lingkungan sekitarnya, ia tak sebahagia dulu. Tapi orang-orang tidak tahu apa yang ia rasakan, orangtuanya khawatir pada Rue dan terus menelepon. Tetapi Rue lagi-lagi seakan baik saja. Rue mengubur letupan emosinya dalam-dalam. Tak seorang pun tahu. Bahkan Pak Trio dan Bi Siti yang Rue sayangi juga tidak tahu keadaan gadis itu.
Maafkan saya. Diri ini berpikir sudah sedikit mulai mengerti. Tapi nyatanya perasaan tiap orang sangat rumit dan sensitif. Tidak semua orang bisa menyampaikan perasaan lewat kata-kata. Terkadang mereka jujur, dan terkadang berbohong. Saya tidak dapat mengurainya dengan tepat. Bagi saya hal itu sangat sulit ....
Tulis Rue pada buku diary nya.
Waktunya bertahan hanya tinggal seminggu, lalu enam hari, kemudian lima hari, dan sampai di sisa empat hari lagi.
***
"Segera temui ibu minggu ini. Bu Ita bilang kalau laporan divisi dan keuangan bagiannya tidak selesai, kamu ngga diamankan lulus magangnya."
"Ohyakah Rue? Duh gimana ya aku masih gak paham, tapi yaudah nanti aku selesaikan."
"Iya, nanti langsung kabari Bu Ita aja."
"Makasih ya Rue informasinya." Ucap Desi yang menggaruk-garuk kepalanya, ia kebingungan. Sementara Rue pergi berlalu, ia mengecek buku-buku di lantai satu. Tidak peduli lagi bagaimana Desi akan membuatnya, yang penting pesannya Bu Ita sudah disampaikan walau Rue perlu beberapa waktu untuk bisa sanggup berbicara lagi dengan Desi. Dan lusanya setelah Rue menanyakan apakah Desi sudah menjumpai Bu Ita, ternyata Desi belum menemuinya. 'Dia ngga pernah berubah, selalu sama'.
***
Saat hari minggu Rue akhirnya pulang ke tempat orangtuanya. "Bunda, Rue pulang ...." Gadis itu memeluk ibunya dengan erat, ia menangis tersedu-sedu. Lama sekali. Rue menceritakan semuanya dengan terisak seperti anak berusia tujuh tahun yang dijahili teman-temannya. Awalnya Bunda Rue menceramahi putrinya terlebih dahulu, seakan menyalahkan Rue atas keputusannya untuk merantau.
"Rue mau bantu keluarga, Ndaa. Rue mau mandiri, sukses. Kata senior, Rue keliatan ada penyakit pernapasan karena Rue sesak terus. Terus orang-orang jahat sama Rue, temen Rue ngecewain Nda, terus Rue kaya disalahin padahal bukan Rue yang salah. Rue gamau di penerbitan lagi, ngga mau, Rue ga suka. Rue juga ngga mau jadi beban di keluarga kita, Bun!" Teriak gadis itu.
Ibunya semakin memarahinya. "Kalau semua perkataan orang kamu telen mentah-mentah, dan perbuatan orang semuanya kamu pikirin, ya kamu yang bakal sakit. Jangan kemakan omongan orang lain, kan di sana cuma belajar. Kamu harus tau gak semua orang itu baik, Rue."
Tetapi di pertengahan ibunya mengatakan hal yang tidak pernah bisa Rue lupakan. "Jiwa kamu harus besar, Nak. Lapangkan hatimu, lepaskan semua beban-beban itu." Rue memeluk bundanya kembali, menyisakan isakan-isakan kecilnya yang perlahan memudar. "Bunda kaget kamu pulang-pulang kok nangis kejer." Ia pun bercengkerama dengan ibunya sepanjang malam. Hingga esoknya ketika ia bangun tidur, sedih dan sakitnya sudah lenyap.
Rue terlahir kembali, ia merasa harus bangkit lagi dan tidak akan menyia-nyiakan pelajaran berharga dalam perjalanan hidupnya sampai detik ini. Tuhan memberinya cobaan yang begitu menyesakkan karena tahu bahwa diri itu bisa melewatinya, untuk bisa menguatkan hati para hamba-Nya. Rue datang ke tempat magang seperti ia datang pertama kali.
Hari terakhir magangnya telah tiba, ia mencoba memberi ruang pada orang yang telah membuatnya sangat kecewa. Dan bersumpah untuk tidak berurusan dengan orang seperti itu lagi dalam hidupnya. Bukankah parasit akan selalu menempel pada inang dan berdampak merugikan? Mungkin kalimat ini tampak kejam. Tapi nyata adanya bukan?
Hari-hari berganti dan tak terasa semua yang terjadi adalah perihal masa lalu bagi Rue, sudah berjarak setahun sejak kesialan dulu menimpa gadis itu. Rue ialah simbolisme dari ketidakadilan orang-orang yang terlampau baik, dan kebaikannya disalahgunakan oleh orang yang dungu. Kini Rue sudah merasa bebas, ia tidak pernah sedih karena mempercayai semua perkataan orang lain.
Ia belajar bahwasannya manusia punya tabiat yang berbeda-beda. Rue harus lebih kuat dan tabah, kita mesti jeli untuk berinteraksi dan lebih selektif dalam membantu orang lain. Kesalahan orang lain bukan tanggung jawab kita. Tak perlu ikut terseret ke dalam jurang sial. Membela diri ketika tidak salah itu penting jika kita tidak mau direndahkan orang. Rue menjadi sosok yang baru, dia lebih aktif mendedikasikan dirinya untuk mereka yang benar-benar layak dibantu. Ia sudah melepas dirinya dari ketidaktahuannya atas sifat manusia.
●
•
Tamat
"Dan jika terlahir kembali, aku takkan menyia-nyiakan kesempatan, aku akan selalu mengingat bagaimana cara diri ini hidup dan bertahan di masa lalu. Agar bisa terus belajar dan menyesuaikan ruang bertumbuh."
Cerita pendek ini bertajuk 'Melepas Kegilaan' , sebuah dalang yang memaknai jiwa yang bertahan sekuat mungkin untuk kembali bangkit dari keterpurukan mendalam, dan perihal penciptaan batasan diri yang sehat.
#28hariberprosa#puanberaksara#tadikamesra#jejaringbiru#terlahirkembali#prosa#sastra#cerita#puisi#cerpen#sajak#hikmah#bertahan#bertumbuh#poem#poetry#story#writers on tumblr#writers and poets#penulis#life#writerscommunity#writing#aksara#rahasia#puisiindonesia#popular posts#text post#karya tulis#pengarangrahl
13 notes
·
View notes
Text
Ni Wayan; Gambaran cewek STEM yang penuh energi.

Salah satu dari sekian banyak siswa yang saya kenal, tidak banyak orang seperti Niwa panggilan gadis energik yang punya segudang prestasi ini. Beberapa kali ngobrol dengan Niwa benar-benar tidak pernah jenuh karena selalu ada saja bahasan yang ia selalu paham. Tidak hanya menjadi sosok yang energik, Niwa juga adalah pribadi yang penuh perhatian, sayang teman-temannya dan typical teman yang selalu bisa diandalkan.
Yuk kenalan dengan cewek mandiri dan menginspirasi ini.
Eligibel pertama di Sekolah
Ketika kamu melihat pertama Niwa, yang terlintas di pikiran kalian adalah “wah gaul bener nih anak!” dan tidak bohong itulah Niwa dengan banyak temannya. Dia adalah sosok yang mandiri tapi sangat disukai teman-temannya. Betapa tidak, di tengah kesibukan akademiknya dan mengejar nilai yang tinggi, ia juga masih menyibukan diri dengan mengikuti organisasi.
Memiliki nilai rata-rata 94, membuat Niwa menjadi 3 besar di sekolahnya dan menempati eligibel (atau siswa yang berhak mendapat kursi SNBP) pertama di sekolahnya. Usut punya usut, kebiasaan Niwa belajar saat pandemi membuat ia menjadi peringkat teratas disaat yang lain menggunakan energinya untuk bermain, Niwa justru fokus dan memperbaiki kualitas diri dengan belajar dengan nilai rapotnya secara perlahan naik.
“”Mmm tapi kak, nilai rapot kan bisa dikatrol?”
Yap! Benar bisa dikatrol, tapi kalau kamu ketemu Niwa di kehidupan aslinya, ya emang dia berhak dengan nilai segitu. Pantes banget malah!
Hal itulah yang akhirnya menjadikan ia salah satu siswa yang diterima di FTI-SP ITB melalui jalur SNBP/ prestasi.
Organisasi Jalan, akademik ga mundur!
Berperawakan tinggi membuat Niwa terpilih menjadi salah satu anggota Paskibraka di sekolahnya. Selain itu ia juga aktif di ekskul seni dan kewirausahaan yang membuat ia menjadi cewek super sibuk saat di sekolah. Tidak hanya sekedar menjadi anggota, Niwa juga pernah jadi ketua divisi lomba di organisasi sekolahnya, hal ini semakin meningkatkan kemapuan kepemimpinan dia dan itu sangat terlihat dari cara dia mengorganisir banyak hal.
Selain Organisasi, Niwa juga berpartisipasi aktif mengikuti lomba akademik terutama di bidang kimia melaui Kompetisi Sains Nasional dari tingkat Kota hingga Regional. Kesibukan berorganisasi Niwa dan Akademik adalah contoh ideal dari menyeimbangkan kemampuan softskill dan hardskill di satu waktu. Meskipun ia sangat rajin beroganisasi, namun ia tidak melepaskan tanggung jawab sebagai seorang pelajar. Mungkin itulah yang membuat ia menjadi pribadi yang ceria, dan punya banyak teman.
Mimpi Niwa dan Ayahnya
Niwa dibesarkan oleh Ayahnya yang kalau kalian bersalaman dengan beliau akan begitu terasa bagaimana ia benar-benar mencintai anaknya. Salah satu orang tua siswa yang membuat saya kagum karena selain paham apa yang dibutuhkan anaknya, Ayah Niwa juga berhasil membuat Niwa menjadi seorang pemimpi dan pembelajar yang mengagumkan.
Saya teringat ketika hari menjelang pengumuman SNBP, saat itu kami berdiskusi tentang jurusan yang bagus untuk Niwa dan Ayah Niwa adalah orang yang benar-benar melakukan riset sebelum pertemuan itu. Riset mulai dari akreditasi, prospek kerja, jaringan hingga profil alumni. Tidak heran bahwa gen Niwa datang dari Ayahnya yang juga pekerja keras dan selalu mengedepankan data dalam mengambil keputusan.
Bersama Ayahnya Niwa bermimpi menjadi ahli di bidang Teknik Industri di masa depan. Berkuliah di ITB adalah satu step di depan untuk meraih cita-cita itu. Kemandirian Niwa dan ambisinya adalah gambaran siswa yang benar-benar presisten terhadap mimpinya dengan kesungguhan meningkatkan kualitas diri. Tidak hanya akademik dan teknis yang ia asah. Namun kemampuan berjejaring, memecahkan masalah, hingga kerjasama tim ia pelajari untuk semata meningkatkan kualitas dirinya.
2 notes
·
View notes
Text
Pentingnya Bahasa Inggris di Dunia Kerja
Semakin berat dan kompetitifnya perkembangan dunia kerja yang ada saat ini, para pencari kerja dituntut untuk memiliki segudang kemampuan yang dapat membeantu mereka dalam menghadapi kompetisi yang ada. Dengan mulai berjalannya MEA (Masyarakat Ekonomi ASEAN) saat ini semakin menambah silitnya daya persaingan di dunia kerja. Oleh karenanya, para individu-individu pencari kerja saat ini diharapkan untuk bisa berkompetisi di kancah regional dan global.
Banyak institusi pendidikan di tengah masyarakat kita sekarang ini sibuk dalam mempersiapkan para peserta didiknya dengan pengembangan kemampuan hardskill dan softskill yang merata dan berkualitas. Salah satu skill atau kemampuan yang diberikan oleh institusi-institusi pendidikan tinggi dan memang wajib dikuasai oleh para calon pencari kerja adalah kemampuan berbahasa Inggris.
Saat ini kemampuan berbahasa Inggris sudah menjadi suatu hal yang wajib dimiliki oleh seseorang, terutama dalam dunia kerja. Berdasarkan hasil survey yang diadakan oleh jobstreet.com terhadap anggotanya yang berjumlah hampir 4.000 orang lebih, sekitar 45% menjawab bahwa penggunaan bahasa Inggris di kantor mereka kini telah dilaksanakan (walapun presntase penggunaannya masih sekitar 30% hingga 70%). Sekitar 54% orang menyebutkan bahwa karyawan yang diterima di tempat mereka bekerja diwajibkan untuk meguasai bahasa Inggris secara aktif.
Kenyataannya memang seperti itu, banyak perusahaan yang menjadikan penguasaan bahasa Inggris menjadi salah satu nilai tambah yang dapat menjadikan seseorang diterima masuk dalam suatu perusahaan. Bahkan lebih jauh lagi, tak jarang bahasa Inggris menjadi andalan seorang pegawai/karyawan untuk meningkatkan karirnya di perusahaan tempat mereka bekerja.
Semakin banyaknya institusi pendidikan tinggi yang mewajibkan para peserta didiknya agar memiliki sertifikan TOEFL atau IELTS sebagai salah satu syarat untuk mengikuti sidang akhir, dapat mendorong para mahasiswa untuk membekali diri mereka dengan kemampuan bahasa Inggris mereka. Kursus online bahasa inggris
klik di sini : Agen Game Online Via pulsa
3 notes
·
View notes
Text
Copywriting Course in Kolkata

Do you want to play with words and set a fun and bright future in marketing industry? Learn copywriting course in Kolkata from PfSkillBuilders and enable yourself to dominate the copywriting field. PFSkillBuilders provides a fun yet professional learning environment and makes you market ready. So Wait no more and enroll in copywriting course to earn six figure salary!
0 notes
Text

Informasi PKL Malang 2025 | Yuk PKL di Oyitok Group!!
Halo, siswa SMK dan mahasiswa di Malang! Cari tempat PKL di Malang yang bikin pengalaman magangmu beda? Oyitok Group, perusahaan digital keren di bidang digital marketing, interior, dan pengolahan kopi, buka lowongan PKL 2025 buat kamu yang siap level up!
Kenapa PKL di Oyitok Group?
Kami nggak cuma ngasih tempat magang, tapi juga pengalaman nyata yang bikin kamu siap terjun ke dunia kerja. Apa yang kamu dapat?
✅ Hardskill digital marketing, RPL, TKJ, DKV, dan lainnya
✅ Softskill seperti leadership dan komunikasi
✅ Bimbingan langsung dari mentor berpengalaman
✅ Sertifikat PKL untuk mempercantik CV
✅ Kesempatan lanjut ke program magang pasca PKL
Siapa yang Bisa Daftar?
- Siswa SMK (RPL, TKJ, DKV, MM, dan Jurusan sejenis) atau mahasiswa di Malang
- Pelajar yang memiliki motivasi belajar tinggi
- Ingin pengalaman prakerin di Malang yang fun dan bermanfaat
Lokasi: Jl. Perumahan Villa Bukit Tidar A4 A24, Merjosari, Lowokwaru, Kota Malang
Cara Daftar: Hubungi WhatsApp: 0851–8319–2891. Buruan, kuota terbatas!
Jadilah Bagian dari Oyitok Group!
Dengan program PKL Oyitok Group, kamu nggak cuma magang, tapi juga bangun fondasi kuat untuk karier masa depan. Yuk, ambil langkah pertamamu menuju sukses bersama kami!
#InfoPKLMalang #LowonganPKL2025 #OyitokGroup #PrakerinMalang #MagangSiswaMahasiswa
1 note
·
View note
Text
Lowongan Kerja dari PT. Garuda Daya Pratama Sejahtera (GDPS) Maret 2025
Berikut kami sampaikan informasi Lowongan Kerja dari PT. Garuda Daya Pratama Sejahtera (GDPS).
PT. Garuda Daya Pratama Sejahtera (GDPS) berdiri sebagai perusahaan jasa penyedia dan pengelola tenaga kerja untuk memenuhi kebutuhan tenaga kerja dengan spesialisasi di bidang Aviasi. Saat ini GDPS bertansformasi menjadi perusahaan Business Processing Outsourcing berbasis teknologi 4.0 yang tidak hanya melayani kebutuhan aviasi namun juga merambah ke bisnis lain. Karena GDPS lahir dan merupakan bagian dari Industri Aviasi, sehingga produk dan jasa inovatif yang kami tawarkan berbasis 3 aspek utama yaitu Kompetensi dan Teknologi serta memperhatikan aspek HSSE
PT. GDPS berdiri dengan kepemilikan saham mayoritas dari PT. Garuda Maintenance Facility Aero Asia Tbk (Anak Perusahaan PT. Garuda Indonesia Tbk) dan kepemilikan saham minoritas dari koperasi Karyawan GMF.
PT. GDPS didukung oleh tenaga-tenaga kerja yang berintegritas dan profesional. Pelatihan dan penanaman nilai-nilai perusahaan juga terus dilakukan secara berkala dalam rangka peningkatan kemampuan softskill dan hardskill karyawan.
Sampai saat ini GDPS telah mengelola tenaga kerja yang berjumlah puluhuan ribu dengan lokasi penempatan yang tersebar di lebih dari 55 kota di wilayah Indonesia dengan berbagai area kerja mulai dari teknisi pesawat, data entry, IT support, Building management, security, passanger assistant, SPG, SPB sampai dengan tenaga kerja di industri manufaktur.
Saat ini, PT. Garuda Daya Pratama Sejahtera (GDPS) membuka lowongan kerja di kota Medan, Sumatera Utara untuk posisi berikut ini:
Human Capital Officer
Business Analyst
Aviation Security (Avsec)
Field Operation Staff
Pendukung Operasional Cargo
Security
Driver B1
Selengkapnya baca di 👇👇👇 https://www.lokerinone.com/2023/11/pt-garuda-daya-pratama-sejahtera-gdps.html
0 notes
Text
Entah kenapa selalu respect sama orang yg sibuk upgrade diri hardskill, softskill, pendapatan dll daripada org yg ngebet nikah 🥲
0 notes
Text
Halo adik adik SMK.
Salam Vokasi.
SMK Hebat.
Khususnya kelas 11. ada yang menarik nih.
Mari Bergabung belajar dan berkarya bersama dalam program praktik kerja lapangan.
kegiatan ini sangat bagus untuk kalian yang ingin mengembangkan Softskill dan hardskill kalian.
Penempatan di Banyuwangi, Jawatimur. Dan pekerjaan sesuai dengan projek kami.
selain itu, kita sering dalam pekerjaan di luar kota. sehingga dapat menambah pengalaman kalian dan relasi kalian.
persyaratan muda dan tanpa dipungut biaya.
0 notes
Text
Jasa Studio Home Recording
Rekaman musik sekarang menjadi lebih mudah dengan adanya piranti home recording, namun tidak semua musisi mau investasi baik softskill maupun hardskill di bidang recording. studio III Saya menciptakan ruangan yang bisa digunakan oleh saya menciptakan lagu, menulis aransemen dan merekam vokal penyanyi untuk project-project yang saya kerjakan. Alat-alat rekaman sengaja saya jaga agar tetap…

View On WordPress
#home recording#jakarta#Jasa#mobile recording#musik#Recording#rekaman#studio#tangerang selatan#vokal
0 notes
Text
jadi aku abis interview lagi tudei, iseng aja...
dan lagi terjadi, I'm very bad at delivering arguments and stand points, selalu berakhir blunder, syukur2 kalo lagi beruntung pertanyaan2 selanjutnya mendukung untuk membuat argumen yang konsisten, kadang seringnya malah menjebak.
dan dititik ini gw merasa ada yang jauh lebih penting dari sekedar komunikasi kalo di dunia kerja, yaitu sekil berdebat, even inteview pun menurut gue syarat dengan art of debating. Rencananya gue mau belajar hari ini tentang gimana sih cara mempertahankan argumen, tapi yatuhan capek banget.
Basically this company a start up company that enables middle sized start up to get funding and the business worked with shared revenue system, jujur gue akui idenya cemerlang sih. Mereka bilang kenapa targetin middle sized company karena middle sized itu yang sebenernya punya direct impact to society tapi jarang ada yang lirik, padahal company ini berpotensi buat tumbuh lebih gede. Kaya misalnya kopi kalyan, suasana kopi, dan memang hampir 60% of their associate comes from fnb. In short, mereka nyari investor tapi pake ide dan usaha orang, abis dapetin duitnya mereka bagi hasil.
Awalnya ditanya posisi gue skrg as business analyst tuh kaya gimana, ya gue jelasin lah kalo business analyst itu jadi enabler antara user dan developer, dan gue bilang kalo ini less technical dan majority of the job is about understanding the business. Mulailah pertanyaan menjebaknya muncul, dia tanya lah tool apa yang gue kuasain, gue mention lah hardskill kaya python dsb2, terus dia nanya "tadi kan pekerjaannya less technical terus kok bisa klaim bahwa punya hardskill" gitu2, terus gue jawab dong kalo gue emang kadang ditugaskan buat ngerjain kerjaan technical.
kesalahan gue disini adalah ga konsisten, harusnya kalo emang mau mention punya hardskill tadi ya harusnya di awal bilang kalo rolenya include technical kan bisaaa gobloookkk.
Pertanyaan menjebak selanjutnya, dia kan tanya kenapa tertarik di posisi ini, gue jawab kalo gue pengen di company yang core business adalah tech atau software company dan pengen juga as data analyt end to end jadi ga cuma bisnis. Terus karena tadi gue jawab pernah ditugasin di technical dia jadi nanya "lah terus yang dicari apa lagi dong, kan itu udah ada project yang bisa ngerjain technical".
Kesalahan gue disini adalah menjelaskan kalo gue pengen kerja full stack data analytics padahal disisi lain gue bilang kalo sebenernya kerjaan skrg itu udah ada technical nya.
Argumen ini padahal bisa strong kalo gue mention poin2 pentingnya
1. gue kerja as data analyst, udah full stack (seolah olah)
2. gue pengen kerja di tech companies
3. gue tertarik untuk melakukan eksplorasi, deliver insight, dan implement growth hacking techniques (misal)
udah itu aja pegangannya
Kekurangan gue disini adalah tidak mempelajari detail requirement sehingga gue menyampaikan poin yang kurang sesuai.
0 notes