Tumgik
#ikhlaskan yang terlepas dari pelukan
j-amir-09 · 3 months
Text
Ingat ketika anak anak masih kecil, mereka akan selalu bergantung, menempel pada diri kita, ada beberapa Ibu yang sering saya lihat berkata "Ini anak kapan sih bisa mandiri, main sendiri tanpa harus nempel ke ibunya?". Namun ketika si anak telah dewasa dan sibuk "menempel" pada yang lainnya, Ibu tersebut kembali mengeluh, protes, komplain "Ini anak udah lupa ya sama ibunya?!? kok susah banget diajak spending time setelah besar?". Andaikan Ibu memahami, bahwa anak2 itu bagaikan layangan yang kita tarik ulur sesuai kebutuhan. Ketika angin bertiup ulurkan benang agar dapat terbang lebih tinggi tetapi gulunglah benang jika dia terbang terlalu tinggi saat angin kencang agar layangan tsb tidak hilang terlepas dari benangnya dan akan jatuh disuatu tempat... Ketika anak2 kecil, mereka akan berlari2 dengan teman2 atau mainannya sejenak kemudian akan kembali kepelukan kita mencari kehangatan dan ketenangan. Begitu pula ketika mereka dewasa dan terbang mengejar impiannya, ikhlaskan dan doakan yang terbaik untuk mereka, semoga saja anak2 senantiasa dalam lindungan - Nya, sehat, sejahtera dan bahagia... Apabila sesekali mereka merasa penat dan lelah dengan kehidupan yang ada, maka mereka akan kembali berlari mencari kehangatan pelukan Ibu untuk tempat pulang & pulang, beristirahat... memulihkan diri.
0 notes
namakujingga · 4 years
Text
Kini aku hanya bisa berandai. Kapan dia akan datang. Kapan tuhan akan berikan. Kapan akan dipertemukan. Kapan kami dipersatukan.
Sungguh, aku lelah mengikuti arus. menyusuri hingga akhir. Bertahan digaris yang sudah ku tahu ujungnya. Zona yang telah ku hafal setiap sudutnya.
Aku ingin pergi. Aku ingin berlari. Pada sesuatu yang belum ku ketahui. Sesuatu yang tak pernah ku sambangi. Sesuatu yang akan terus ku jelajahi. Pada sesuatu yang asing, yang belum pasti tapi dapat segera ku kenali.
Layaknya Jasmine yang menemukan Aladdin, kemudian bersama menjelajahi tempat yang tak pernah dia ketahui. Tempat asing yang Aladdin tuju bersama Jasmine. Dunia baru untuk Jasmine telusuri. Dunianya.
Jingga. 200311.
3 notes · View notes
sandalhijaulemon · 7 years
Text
Memeluk takdir
“…. Hingga ibu abai, ada cara terbaik untuk menerima takdir kejam itu, dengan memeluknya…” (Tentang Kamu, Tereliye ; 2016)
Ini kisah siapa. Entah.
Sudah lima minggu lamanya, janiya mengeluh tentang hatinya, tentang perpisahannya sebulan lalu. Janiya tak tahu persis, apakah itu memang sebuah atau apa. Menurutnya, serba tak jelas. Tapi ia terlanjur menganggap hal itu sebagai kejelasan dari hubungannya yang tidak jelas. Sudah terlanjur…
“Biya.. Sejak dia bilang begitu padaku, pernyataan yang sama sekali tidak suka kudengar dan sulit diterima hati.. Aku merasa telah membencinya.. Bersumpah tidak akan menyapanya, membincanginya lagi.. Pun sekedar basa basi. Aku beci biy.. Aku benci!”
Biya tau. Janiya sebulan terakhir dilanda perasaan yang tidak menentu. Moodnya naik turun dan berubah2. Sehari dua hari dia sangat rajin, mengerjakan ini itu ataupun beribadah, namun di hari lain, terkadang hanya duduk saja, memegang HP seharian, dan menyudut di kasur lebih awal. Tak biasanya.
“Lantas kalo kamu kayak gitu, dia akan mengubah pikiran dan keputusannya, jani?” balas biya menanggapi keluhan hati jani selama sebulan terakhir.
Yang ditanya malah tertunduk. Dalam.
“Jani.. Entah kamu menganggap kejadian kemarin sebagai takdir yang tidak kau sukai.. Hidup harus tetap berjalankan?” tapi apakah kamu akan menjalaninya dengan seperti ini? Tanpa kemajuan berarti, menggalau sepanjang siang, mengharap sampai pekat malam..“
"Iya janji.. Aku ga galau lagi deh biy.. Sekarang ga galau sih.. Udah lumayan lupa.. Ngapain juga ngarep terus2an.. Tapi biy.. Kenapa sekarang aku jadi malees banget ketemu sama dia, aku jadi benci.. Tapi anehnya.. Aku ga berhenti kepo dan ngarep.. Gimana dong?” keluh jani Panjang lebar.
“Duh janiii yang sedang mengalami quarter life crisis, emang wajar kamu jadi benci hingga males ketemu dan nyapa. Wajar jan.. Cuma itu terlalu drastis jan perubahannya”
“Terus aku harus gimana, biya?”
“Jan.. Bagaimanapun.. Lelaki yang telah menyakitimu kemarin pernah mencintaimu– entah dangkal atau sedalam palung laut, meskipun hari ini dia nyatanya tidak ingin memperjuangkanmu, atau mungkin sesuai dugaanmu, telah memiliki yang baru, ikhlaskan saja jan.. Tidak ada sad ending jika kamu benar mempercayaiNya”
“Meskipun engkau memaki takdir itu, menjadi lemah karenanya… Tapi hidup bukan hanya untuk itu kan? Terlalu dangkal jan.”
Janiya ingin berkelit, namun ia berusaha mencerna baik perkataan sahabatnya itu.
“Berterima kasihlah pada yang kemarin mencintaimu meskipun sekarang entah, jangan sampai kamu menangis karena sesuatu telah berakhir, tapi tersenyumlah karena sesuatu itu pernah terjadi. Ini hanya masalah penerimaan jan..”
“Jadi maksud kamu biy, aku ga boleh benci meskipun dia udah mati-matian bikin aku nangis seharian?”
“Loh gara-gara itu kamu nangis seharian? Alay juga ckck”
“Gak seharian lah, setengah hari ada lah biy. Meskipun kesini-kesini kalo diinget tetiba sakit banget”
“Masalah benci atau sikap kamu jadi beda.. Itu gimana kamu. Tapi semakin kamu bisa memeluk takdir, semakin kamu bisa melanjutkan hidupmu dengan damai.” kata biya sok bijak
“Memeluk takdir? How can?” tanya janiya bingung
“Bersabarlah dengan kesabaran yang baik… Ayoloh udah lupa ya sama ayatnya?”
“Tau kok.. Al maarij ayat 5 kan?” jawab janiya tak mau diremehkan
“Nah itu tau, jadi terima takdir aja jan. Caranya dengan sabar. Sabarnya harus konsisten.. Harus baik pula”
Janiya jadi ingat, kemarin-kemarin setelah menerima pesan Whatsapp yang sampai sekarang malas ditengoknya, dia sempat melampiaskan marahnya pada gas motor yang menderu di jalan soetta hingga 80 km/jam. Atau sikapnya jadi ketus terhadap sahabatnya sendiri.
“Oke biy. Makasih ga bosen-bosen jadi tong sampah keluhanku selama 5 minggu ini..”
Biya balas ucapan itu dengan pelukan dan tepukan hangat.
Janiya, peluklah takdir, berterimakasihlah atas apa yang pernah terjadi, jangan terus menangisi karena sesuatu telah terlepas, bersabarlah dengan kesabaran yang baik. Besok-lusa kau akan paham.
Rumah sakit, Ketika perpisahan ujung jalan membayangi
1 note · View note
namakujingga · 4 years
Text
awalnya tak terbiasa dengan tekanan, berfikir kita tak akan bisa tiba pada tujuan jika tidak mampu menahan segala cobaan. sampai akhirnya paham, mencoba untuk membiasakan adalah satu-satunya cara untuk bertahan.
setelah terbiasa dengan keadaan, kita lupa bahwa kita hanyalah manusia yang sewaktu-waktu bisa merasa kelelahan. lelah akan semua cobaan, tekanan, juga segala rutinitas kegiatan. lelah dipaksa oleh keadaan, bahkan hanya untuk sekedar bertahan.
memasuki saat dimana tak ingin mendengarkan balasan 'baru seperti itu, aku juga pernah merasakan' atau 'memangnya cuma kamu yang punya beban?!' yang malah terasa seperti mengadu seberapa berat penderitaan.
di waktu yang sama juga memasuki saat dimana kita hanya ingin didengarkan, tanpa perlu takut nantinya akan membebankan pikiran yang sedang mendengarkan. maaf saja jika terdengar arogan, sedang ingin cuti bertahan dan mengambil beberapa stok keegoisan.
Jingga. 200106.
3 notes · View notes