Tumgik
#standar manusia yang tak manusiawi
dinaest · 3 months
Text
Sadar dan Tersembunyi : Matius 6:6a
Tema yang menjadi perenungan di Rabu Abu ini membekas ketika saya selesai menorehkan abu itu ke dahi umat. Sadar dan tersembunyi. Temanya membuat saya tersadar bahwa aksi Prapaska hendaknya lebih menjadi kontemplasi yang dalam. Tak terlihat oleh siapa pun.
Tak ayal, menjadi sosok adalah godaan yang besar. Yesus sendiri digadang senantiasa jadi sosok di masa pelayanannya. Dalam komunitas bangsa besar yang terjajah yang banyak berharap pada orang yang kelihatan bisa dan kuat, harapan yang ditumpukkan pada bahu Yesus bisa membuatnya tinggi membumbung ke langit.
Dalam kehidupan ada orang-orang juga yang suka sekali dengan keramaian dan menjadi sosok. Pusat perhatian. Tapi ada juga orang lebih suka menyendiri dan berpusat pada dirinya sendiri. Kelihatannya tanpa kemampuan merespon keinginan massa dan lebih suka bekerja sendirian. Saya cenderung yang seperti itu. Saya gak terlalu suka mendokumentasikan apa yang saya lakukan bersama banyak orang. Kecuali ketika saya punya misi syiar yang ingin saya bagikan.
Kecenderungan manusia untuk ingin dilihat dan dengan demikian orang bisa memahami siapa dia dari kesalehan dan kebaikannya rasanya menjadi hal yang dikritisi Yesus. Laku kesalehan bukanlah hal yang mesti digembar gemborkan. Apalagi kemudian kita jadi punya standar tertentu soal saleh. Contoh, kalau orang bertato, kita cap jarang ke gereja. Padahal ada pendeta yang bertato. Kalau mereka suka bergaul dengan anak muda dan anak jalanan yang gaya ngomongnya lugas kita anggap begajulan padahal hati mereka sebenarnya baik dan menghormati orang lain. Kita jadi lupa bahwa penampilan bisa menipu.
Jadi, ketika Yesus mengingatkan kita jangan jadikan persembahan, doa dan puasa sebagai perias diri dia mau mengingatkan bahwa makna penting dalam itu semua sebenarnya adalah rasa cinta kita pada Tuhan. Di masa Prapaska, ga usahlah orang kita tahu kita memberi atau bagaimana. Gak perlulah kita memaksakan apa yang sudah kita buat kepada orang lain yang memiliki cara khusus sendiri dalam mengasihi Tuhan. Dan, yang lebih penting dalam konteks diri sendiri, lakukan aja semuanya sembunyi-sembunyi sebagai sebuah gerak ringan dan sukacita kita bersama Tuhan.
Tetangga saya orang yang kelihatannya sederhana dan bukan pengurus gereja Katolik yang sibuk. Tapi suatu kali di hari Natal, ibu saya bercerita kepada saya, bahwa tetangga saya ini membuat hiasan natal buat gerejanya. Saya rasa gak akan lah kelihatan sekeren pengkotbah dan misdinar, tapi itulah yang namanya ibadah tersembunyi. Gak perlu dilihat orang yang penting hatinya penuh buat Tuhan dan dia bersukacita.
Jadi, apakah hati kita senang karena pelayanan yang tidak terlihat, atau kita akan berbuat semaksimal mungkin untuk bisa dilihat? Ada banyak pelayanan yang kelihatan tersembunyi yang luput dari pandangan tapi merupakan hal yang indah. Saya sering terbantu ketika toga saya dicucikan dan diambilkan. Juga penatua yang membawakan saya minum selesai saya kotbah. Koster yang bantu membuang sampah pastori. Sekuriti yang membukakan pagar dan memastikan saya bisa nyebrangin motor dengan baik. MIK yang membuat hampir semua media publikasi jemaat, yang bikinnya pasti gak semenit dua menit. Mari kita melihat bahwa dalam semua yang tak terlihat itu, ada kebenaran, sukacita dan keindahan di dalamnya.
Mari memaknai Prapaska ini dengan kesadaran bahwa kita gak perlu berharap pada pujian dan rasa hormat manusia untuk melayani Tuhan. Lakukan saja dalam kesadaran bahwa kita bertanggungjawab dalam cinta tak terbatas pada Tuhan. Tuhan yang sudah menganugerahi kita kepercayaan dan hidup. Melihat kiri dan kanan, pasti kecewa sebab penghargaan manusia adalah hal paling utama dalam hidup yang dikejar oleh banyak orang. Rasanya mendapatkan gelar paling disukai dan dibela bahkan mungkin menang ketika dibanding-bandingkan adalah kesukaan manusiawi. Semua bisa kena virus ini. Tapi mari melihat ke dalam hati ini, bahwa pada dasarnya kita memang tidak bisa berharap pada manusia.
Lakukan saja yang terbaik dan jalanilah setiap waktu dan kesempatan yang ada sebagai bakti dan hormat kita pada Allah. Pengingatkan akan kalimat, sebab aku adalah debu dan akan kembali kepada debu mau mengingatkan bahwa kita ini memang debu. Debu.
Kalau saya debu maka besok pun saya bisa hilang lenyap dari dunia ini. Kalau saya debu maka, saya tidak layak mencuri kemuliaan Tuhan. Kalau saya debu, maka saya belajar untuk tidak menjadi sombong dan bersedia merendahkan hati karena sadar bahwa saya ini debu di hadapan Tuhan. Kalau saya debu maka saya akan berhati-hati dengan apa yang saya lakukan karena sadar bahwa tempat dan posisi sekarang saya hanya sebuah “mampir”. Suatu saat akan berakhir. Suatu saat akan pergi. Jadi, harus siap melepas kapan saja dan tidak boleh melekat.
Semoga, Prapaska menjadi ajang kita merenungkan kebenaran dan cinta pada Tuhan. Ajang kita merenungi makna debu dalam diri kita. Ajang kita rela dalam semua pelayanan dan ketabahan yang kita jalani. Seperti Kristus yang berkenosis, melepaskan hak istimewaNya dan memilih kehendak Allah. Biarlah Kristus, RohNya memampukan kita mencintai, tulus dan mendalam. Selamat memasuki Prapaska.
0 notes
namakujingga · 4 years
Text
saat usiaku bertambah satu angka lagi,
pernah aku membuat resolusi
ingin mencintai diriku sendiri
demi pribadi yang lebih baik lagi.
langkah pertamaku adalah belajar untuk mulai mensyukuri hal yang telah tuhan anugerahi. juga sebagai bentuk menghargai setiap nilai kecil yang ada pada diri.
perlahan aku mulai sadari,
semua hal yang dulu sempat ku inginkan
bukanlah apa-apa saat aku sudah terbiasa dengan yang namanya mensyukuri.
menjelang usia baru lagi,
tuhan membuatku menyadari bahwa segala kegilaan tentang duniawi, juga standar-standar yang tidak manusiawi mampu menyakiti. baik mental maupun hati.
tuhan juga akhirnya membuatku berdamai dengan masa lalu yang harusnya telah ku urai. membuatku akhirnya menerima apa yang telah ia beri, sekaligus merelakan apa yang sudah pergi. hal yang seharusnya sudah lama ku lakui. hal yang pernah teguh ku peluk walaupun aku tahu itu mampu menyakitiku lebih dalam lagi. memori.
kini semuanya telah usai,
terangkat sudah seluruh beban mental dan hati yang selama ini mencederai.
setelah ini aku akan tersenyum kembali
dan memulai semuanya dari awal lagi.
akan segera aku raih mimpi yang selama ini sulit ku gapai. juga akan ku lalui hidup penuh pelajaran yang harus selalu ku pelajari.
bukan hanya aku, tapi ku harap kita semua bisa lalui agar kita terus perbarui diri menjadi versi yang jauh lebih baik dari kita di hari ini.
Jingga. ditulis 191228 teruntuk 191229.
28 notes · View notes
dianchs · 4 years
Text
Seminimal-minimal Ikhtiar
“Masih keder?” ada intonasi prihatin yang tak ditutup-tutupi dari suaramu. Aku tak menjawab, hanya menatap nanar ke arah lain sampai kau kembali mengingatkan, “Wir, gagal itu manusiawi loh”
Beberapa hari lalu kudapati email pemberitahuan pengumuman beasiswa luar negeri, tanpa jeda aku langsung menuju link yang tertera dalam email, memasukkan user ID dan password hanya untuk menerima pernyataan penolakan dengan diksi yang dilembut-lembutkan di bawah namaku. Aku bahkan menduga ini prank, maka aku me-refresh halaman. tentu saja hasilnya tak berubah.
“Yang ga manusiawi tuh kalo lo nya kelamaan drop begini”, kau menyodorkan sebuah form “ayo bangkit”
Aku masih tak bersuara.
“Wir, lo inget kisah Bunda Maryam pas melahirkan Nabi Isa? di deket sungai, di bawah pohon korma, sendirian, lelah abis melahirkan,” kisahmu menarik minatku, “dan Siti Maryam laper”
Kau tak pernah habis cerita, Nada. Kali ini apa?
“Nah, Allah nyuruh Maryam goyangin pohon korma, padahal karakter pohon korma tuh gak kayak pohon mangga. Batangnya besar dan keras, tanpa ranting. Prof Iman bilang, kalo mau jatohin buah korma pake cara diguncang pohonnya, butuh tenaga 4 laki-laki postur tubuh Arab.”
Melihatku mulai menaruh minat, kau melanjutkan penuh semangat “Sebenernya mudah bagi Allah menolong Siti Maryam, bisa aja tuh didatengin makanan seperti yang terjadi di mihrab Aqsa, atau ada musafir lewat bawa korma sekeranjang hahaha. Tapi ga gitu kan? Allah nyuruh langsung untuk menggoyangkan pangkal pohon korma. Allah mengisyaratkan ikhtiar, bahkan dengan seminimal-minimal ikhtiar yang keliatan gak logis, tetep harus dicoba.”
Aku menyahut “Bentar Nad, kalo Maryam yang ikhtiar pake tenaga penghabisan aja bisa dapetin korma, kenapa gue yang udah mati-matian berjuang masih dikasih gagal? Lo liat sendiri lah gimana gue nyiapin beasiswa ini.”
“Justru itu!” tanggapmu bersemangat sambil menghentakkan tangan, “Kalo seminimal-minimal ikhtiar saja Allah hitung, maka gue jamin ga ada usahalo yang terlewatkan oleh Allah, Wir.
Eh bentar, jangan sotoy lu Wir, sebagai outsider kita liatnya usaha Maryam minimal: tenaga perempuan seberapa sih, lagi capek abis melahirkan pula kan.. tapi Maryam pasti mengerahkan tenaga sekeras yang ia bisa, maksimal versi dirinya sendiri”
“Haha bener juga” aku sering luput soal ini, kadang masih hobi menilai seenaknya menggunakan standar diri sendiri. Kita sungguh ga akan tahu bagaimana seseorang menjalani hidupnya sebelum berjalan memakai sepatunya, melihat dengan kacamatanya.
“Ada yang lebih penting Wir dan banyak manusia lupa soal ini”, raut wajahmu berubah serius
“Ranah kerja kita cuma usaha. Cukup ingat bahwa Allah ga luput menilai proses.
Kebanyakan manusia besar kepala, merasa berhasil karena usahanya sendiri, padahal ada andil Allah di sana.
Kebanyakan manusia merasa disayang Allah saat diberikan hasil sesuai yang diinginkan, padahal belum tentu ada keberkahan di sana.”
Aku tertawa sedih. Tiba-tiba ada rasa bersalah menyergap, kemarin aku terlalu percaya dengan segala usaha yang telah kukerjakan, sampai jumawa merasa diri akan berhasil. Tuhan memang bersama prasangka hambaNya, tapi optimis dan sombong itu beda soal.
“Udah yok, isi nih” kau menyodorkan form tadi, kali ini aku menerimanya tanpa dipaksa. Esok adalah batas akhir pengumpulan aplikasi sedangkan banyak sekali yang belum ku kerjakan. Ah tenang, ranah kerjaku hanya berusaha sebaik mungkin, bukan begitu Nada?
116 notes · View notes
adithyafahmi · 4 years
Text
Setengah Agama
Atas semua kegagalan dan kejatuhan, aku pernah sampai pada titik ketika aku benar-benar mempertanyakan. Sebesar apa sebenarnya "setengah agama" itu? Se-agung apa ia sampai segala yang telah kupersiapkan masih belum cukup?
Hingga sampailah aku pada perenungan ini. Perenungan yang sangat berharga dan berbekas sebab ia benar-benar hasil perenungan diri sendiri.
==========
Agama adalah entitas yang begitu agung dan sangat besar. Sebab, ia adalah panduan hidup yang akan menentukan dimana akhir hidup manusia akan bermuara; surga atau neraka.
Dan Islam adalah satu-satunya agama yang diakui oleh Allah yang juga Maha Agung dan Maha Besar. Agama ini juga dibawa oleh manusia termulia dan teragung.
Maka, dilihat dari sisi perannya, dari sisi sumbernya dan dari sisi pembawanya, kita akan menemukan bahwa tidak ada sifat apapun yang pantas untuk agama ini kecuali keagungan dan kebesaran. Tak ada alat ukur yang mampu mengira keagungan dan kebesaran itu.
Maka, bisakah engkau mengira seberapa besar “setengah agama” itu? Bisakah engkau mengira seberapa agung dan sakral “setengah agama” itu? Bisakah engkau membayangkan sedahsyat apa tanggung jawab yang bersemayam di balik “setengah agama” itu?
Setengah agama. Setengah dari suatu hal yang lebih besar dan agung bahkan jika dibandingkan dengan alam semesta ini. Setengah dari penentu kehidupan akhirat.
Sampai sini saya jadi memahami bahwa betapa kekanakannya saya dengan segala kegalauan yang pernah saya rasakan tentang kapan saya akan mengalami “setengah agama” itu. Betapa lucunya saya ketika saya menjadi ingin mengalami “setengah agama” itu hanya karena banyak teman sudah memulainya. Betapa rendahnya kualitas saya ketika saya menetapkan standar-standar pribadi dan duniawi di urutan pertama untuk partner saya nanti dalam “setengah agama” itu. Betapa kekanakannya saya ketika diri menjadi terlalu kecewa hanya karena saya harus bersimpangan jalan dengan dia.
Dari sini saya juga menjadi paham bahwa jika pernikahan adalah setengah dari agama, maka pandangan kita terhadap agama sedikit-banyak akan memengaruhi pandangan kita terhadap pernikahan. Sepenting apa kita memandang agama, sepenting itu pula kita memandang pernikahan.
Ketika kita memandang agama sebagai hal yang tak penting-penting amat, mungkin hal itu akan membuat kita melihat pernikahan sebagai sekadar untuk melunasi fitrah manusiawi kita. Fitrah yang akan lenyap seiring dengan lenyapnya manusia.
Ketika kita memandang agama sebagai hal yang tak penting-penting amat, mungkin hal tersebut akan membuat kita lupa bahwa pernikahan beserta segala komponennya, akan menjadi satu pertanggungjawaban terbesar di akhirat nanti.
==========
Dari kita yang memang harus bersimpangan jalan, aku mendapat begitu banyak pelajaran. Salah satunya tulisan di atas ini. Aku mendapat begitu banyak alasan untuk menggugat diriku sendiri. Bahwa aku sebenarnya belum pernah benar-benar siap. Aku hanya terlampau sering menipu diri sendiri dengan selalu sebatas merasa siap.
Aku semakin paham bahwa setiap yang datang dan pergi pasti akan meninggalkan jejak yang berharga. :)
9 notes · View notes
60b3r · 4 years
Text
Komunikasi dan Psikologi Evolusi #4: Sosiologi Dehumanisasi
Perkembangan teknologi memang bertujuan untuk mempermudah komunikasi dan transmisi informasi, tetapi ironisnya sekarang perkembangan komunikasi malah cenderung mengasingkan orang dari jati dirinya yang sebenarnya. Hal ini dapat diinterpolasikan dengan fenomena agama yang diciptakan manusia untuk menjembatani komunikasi pemegang kekuasaan dan subjek yang dikuasai. Ludwig Feuerbach menyatakan bahwa konsep kekuatan mistis yang diciptakan manusia untuk menjalin hubungan dengan manusia lain telah berubah arah, kini terbalik dan menjadikan semua manusia menjadi ciptaan sang kekuatan mistis tersebut. Manusia malah memproyeksikan identitas ideal namun palsu yang tidak mencerminkan peran sesungguhnya di komunitas. Manusia yang dulunya menciptakan Tuhan menurut gambar dan rupanya sebagai model pegangan imajiner yang serba sempurna, malah kini menjadi subjek atas ciptaannya. Seperti kritik tersebut, teknologi yang semestinya diciptakan untuk mempermudah komunikasi malah menjadi tuan atas kita, menjadi penjembatan yang wajib dilalui untuk berkomunikasi dengan sesama. Kita kehilangan rasa intim akibat kekeliruan penggunaan teknologi komunikasi yang sebenarnya dibuat untuk meningkatkan rasa intim itu sendiri. Sebenarnya masalah terletak bukan pada alienasi diri terhadap orang lain, tetapi alienasi itulah konsekuensi dari kesilapan kita dalam membiarkan teknologi mendefinisikan komunikasi kita: benda-benda artifisial telah berkuasa diatas kenyataan-kenyataan natural. Karl Marx memang berpendapat bahwa komoditas memediasi interaksi manusia, tetapi manusia kemudian memberikan nilai abstrak kepada kegiatan interaksi sosial yang bebas nilai tersebut sedemikin hingga menyebabkan kontak sosial menjadi medium pertukaran transaksional normatif. Akibatnya, muncullah ke permukaan banyak kebingungan dan kesesatan di dalam interaksi yang terbatas nilai dan diperdagangkan sebagai komoditas. Orang-orang menjadi merasa terasingkan karena ia kehilangan kontrol atas komunikasi dan hubungan sosial yang penting bagi diri mereka. Tindakan-tindakan alamiah mereka dalam mempertahankan kelangsungan hidup dilabeli sebagai nafsu kebinatangan yang harus ditekan serendah-rendahnya. Salah satu kekuatan yang bertanggungjawab atas kekeliruan ini terbenam dalam pemegang kekuasaan normalisasi sosial, pemilik modal, dan dukungan legitimasi hukum yang menggerakkan roda institusi pendidikan dan layanan kesehatan. Mereka mampu memutuskan mana yang perlu dan tidak perlu dilakukan, bukan karena memang seharusnya demikianlah di alam, melainkan karena dorongan si pemilik kepentingan. Selain saluran hiburan, hampir semua arus komunikasi publik sekarang ini dipenuhi oleh hal-hal yang bernuansa pendidikan atau kesehatan. Hal ini bukanlah sesuatu yang baru, karena pada bahan-bahan pendidikan dan kesehatan-lah mulanya pertukaran informasi manusia mendukung evolusi manusia sepanjang peradaban. Namun, komodifikasi interaksi ini semakin tampak ketika kita membahas cara manusia berinteraksi dengan batasan-batasan moral yang disematkan nilai-nilai abstrak tertentu. Jika kita lihat dunia kita sekarang, sudah jarang kita memberikan waktu kepada alam atau paling tidak respons-respons alami yang terprogram dalam tubuh kita untuk menyelesaikan masalah-masalah pribadi kita. Kita berusaha keras untuk menjadi cantik dengan tampil putih: dengan tekanan sosial dimana stereotipe kecantikan adalah kecerahan kult, manusia mengkapitalisasi zat-zat kimia yang membantu percepatan pergantian kulit mati, tabir surya untuk menangkal produksi pigmen melanin, dan produk-produk scrubbing yang memberikan perlukaan yang disengaja kepada lapisan kulit periferal. Padahal proses kulit menghitam adalah mekanisme alami sel-sel kulit untuk melindungi diri dan jaringan dibawahnya dari radiasi yang menghancurkan keseimbangan materi genetik! Contoh berikutnya, kita menghindari emosi-emosi negatif seperti kesedihan dan kemarahan dengan menenggak sekian jenis senyawa psikoaktif dan mencoba melupakan kesedihan dengan melakukan tindakan-tindakan yang merugikan diri ketimbang berusaha menjalin komunikasi yang baik dengan sesama, karena ketakutan akan stigmatisasi penyakit mental. Penekanan ilmu kesehatan dan pendidikan sekarang tidak pada menjalin keselamatan komunal menghadapi seleksi alam, melainkan kestabilan struktural dalam mencetak keuntungan. Segala norma-norma yang ada mengenai standar hidup manusia yang sempurna adalah manusia kuat, berpenampilan menarik, selalu bugar, dan tidak cacat satu sel pun. Hal ini tentu menambah dalamnya jurang pemisah antara mereka yang terpaksa hidup penuh kepalsuan artifisial dan mereka yang memilih hidup sederhana dan memeluk insting alamiah. Pada esainya, Foucault berpendapat bahwa dehumanisasi dimulai ketika manusia gagal melihat sesama manusia sebagai manusia seutuhnya, tetapi hanya melalui kacamata objektif: perbedaan fisik atau kecenderungan mental seseorang tak lagi dianggap sebagai sesuatu yang berbeda, unik, ataupun sekadar variasi dalam populasi seperti di alam bebas, tetapi sesuatu yang harus disembuhkan dengan teknik-teknik medis karena mereka dianggap ‘sakit’. Meskipun memang benar manusia merupakan makhluk hidup yang tersusun atas kumpulan-kumpulan mesin biologis yang saling berinteraksi, dehumanisasi pemikiran manusia secara holistik ini menimbulkan suatu disosiasi kognitif, dimana orang-orang mulai mengalami kebingungan dalam menjalankan hidupnya. Apakah harus terikat dengan batasan-batasan sosial yang disusun oleh para pemegang kekuasaan, ataukah masih mampu mencukupkan diri hidup sebagai makhuk hidup naif yang penuh rasa ingin tahu dan daya kreativitas tinggi? Contoh ini menunjukkan bahwa kekuasaan tidak lagi bermakna sederhana untuk mengayomi kelangsungan makhluk hidup, melainkan telah dimasuki oleh kepentingan untuk memberikan peran-peran yang sebenarnya tidak datang dari proses natural atau organik. Konsekuensinya, tidak ada lagi identitas diri yang benar-benar berasal dari diri, tetapi pasti terbentuk dari bagaimana masyarakat memberikan nilai-nilai semu kepada regulasi normatif dan bagaimana normalisasi kekuasaan-kekuasaan seperti institusi pendidikan, pelayanan kesehatan, dan kini teknologi informasi yang juga telah berperan membentuk kepribadian seseorang. Meskipun fenomena keterasingan peradaban dari kodrat alamiah manusia bukan berarti penolakan atas gaya hidup modern, keterasingan ini merupakan kunci dari semua masalah dehumanisasi. Perkembangan ilmu medis seperti penemuan antibiotik dan metode perawatan intensif memang berhasil menyelamatkan ribuan jiwa. Akan tetapi, pemulihan yang dilakukan seringkali tidak mengindahkan proses-proses yang telah menjadi suratan biologis. Pengobatan terapi menggunakan solusi serba cepat diketahui cenderung bersifat destruktif bagi sel-sel lain yang tidak terluka. Padahal, tubuh telah memiliki mekanisme sendiri untuk menyembuhkan perlukaan tersebut, dan seharusnya teknologi media ini berperan untuk mendukung proses alamiah tersebut, bukan malah mempromosikan mekanisme baru yang berlawanan dengan mekanisme alam. Analogi penyakit ini juga tampak ketika para ahli kejiwaan mengklaim telah berhasil menciptakan suatu solusi atas permasalahan emosional berat seperti berbeban berat, pengkhianatan atau perselingkuhan, maupun pemutusan hubungan personal akibat kematian atau jarak jauh. Manusia merasa malu untuk menggunakan insting alamiahnya dalam berkomunikasi dan mencari teman sepenanggungan. Tekanan sosial yang mendikte "kamu harus kuat", "kamu pasti bisa", "kegagalan bukanlah akhir" menjadi sebuah fenomena yang disebut toxic positivity dan sering mendorong hilangnya identitas diri. Para motivator bisnis adalah salah satu orang paling berdosa dalam menjadikan manusia tidak manusia lagi: mereka meyakinkan pelanggan mereka untuk fokus pada diri sendiri, menjauhi kontak sosial yang dianggap receh, dan meninggalkan segala bentuk ekspresi emosi. Semua narasi self-love dan self-worth adalah kepalsuan untuk meningkatkan nilai relasi sosial, dan mengucilkan orang-orang berkebutuhan emosional tinggi adalah cara mereka mengkomodifikasi interaksi. Akhirnya, sekian banyak orang terkaya di dunia merupakan pada cukong media sosial dan alat komunikasi. Ironis, tapi nyata. Atas dasar tersebut, manusia kini menganggap interaksi transaksional yang menjadi media pertukaran komoditas menjadi sesuatu yang normal ketimbang apa yang alam isyaratkan kepada semua makhluk hidup: insting bertahan hidup. Meskipun telah nyata bahwa mekanisme seleksi alam juga bekerja secara kejam dan tanpa tedeng aling-aling, tetapi setidaknya hubungan antar makhluk dalam seleksi alam adalah hubungan yang tidak tercemar oleh kepentingan dan bersifat bebas nilai. Satu-satunya yang mendorong hubungan transaksional yang murni di alam hanyalah keuntungan dan kerugian dengan sudut pandang kesintasan. Ular yang telah puas memakan seekor gazelle tidak akan lagi mampu melenggak-lenggok kesana kemari untuk berburu gazelle berikutnya, ia cukupkan dirinya dengan makanan tersebut selama beberapa minggu kedepan. Beruang dan tupai akan makan cukup banyak dan menumpuk lemak sebelum menghadapi hibernasi musim dingin, tetapi tanpa standar moral tertentu mereka paham seberapa banyak energi yang mereka butuhkan dan tidak melakukan overkonsumsi. Manusia yang mengaku dirinya lebih mulia dari hewan, di sisi lain, telah dengan kejamnya menyusun standardisasi yang terasingkan dari alam, kemudian menjadikan interaksi dengan manusia lain sebagai komoditas, terkuantifikasi untung rugi, dan menganggap segala usaha mempertahankan diri sebagai sesuatu yang menjijikkan, suatu hal yang hanya hewan-hewan lakukan, tidak 'manusiawi'. Tapi, bukankah manusia juga hewan? Ketika kita duduk dalam diam dan kembali merenung, dengan cara apa lagi sifat alamiah manusia dapat memberikan keuntungan sebesar-besarnya? Ya, dengan memanfaatkan kondisi, menciptakan keadaan kelangkaan. Mengapa kita menghargai liburan dan berani bayar mahal hanya untuk jalan-jalan, padahal selama proses evolusi manusia kita telah berjalan ribuan kilometer dari Afrika ke seantero dunia secara gratis? Ya karena kita telah dikurung dalam sebuah kotak kantor yang sempit dan membelenggu kebebasan. Mengapa kita menghabiskan waktu didepan layar telepon atau komputer untuk berbicara dengan orang lain di belahan dunia lain, sedangkan kita memiliki tetangga sebelah rumah yang bisa diajak berbicara? Karena kita telah dicuci otak dengan anggapan bahwa komunikasi tanpa interaksi transaksional adalah sesuatu yang tidak mendatangkan keuntungan apa-apa. Setidaknya, netizen dapat memberikan kebutuhan masturbasi ego kita, memberikan komentar dan retweet sebagai bentuk perhatian semu, memberikan like sebagai bentuk penghargaan yang tidak kita dapatkan jika berkomunikasi dengan orang di dunia nyata. Kita membayar mahal untuk mentraktir teman, kita memberikan bermacam hadiah buat pasangan, hanya supaya kita dilihat berdasarkan nilai interaksi, bukan sekadar kebutuhan insting alami. Kita mengalami disonansi kognitif ketika semua hal-hal alamiah kita sangkal sekeras-kerasnya, padahal hal yang kita sangkal itulah yang menyusun diri kita.
9 notes · View notes
run-e · 4 years
Text
Belajar tidak menyamaratakan orang lain dengan standar kita sendiri. Dengan begitu kita tidak akan mudah meremehkan seseorang.
Setiap manusia memiliki rasa dan standarnya sendiri, yang terlihat buruk di depan matamu bisa jadi ada hal yang paling baik dan mulia di belakang matamu yang tak terlihat.
Jangan melihat atau mencari-cari keburukan seseorang untuk meninggikan dirimu sendiri. Sungguh itu adalah perbuatan yang tidak manusiawi.
Berlombalah dalam kebaikan tanpa merendahkan satu dengan yang lainnya.
1 note · View note
dwinoviantari · 5 years
Text
Terimakasih kepada Para Penanya
(Serial Pertama, Sepotong Cerita Singelillah)
“Mau yang kayak gimana atuh De? Mau sama tetangga kakek Ono di Bandung? Salatnya rajin di masjid.” 
 “De, dia PNS loh. Mau nggak, nanti gue kenalin” 
 “De, Si Pak *** masih muda loh tapi udah keren karirnya, terus tipe elu banget De kayaknya, laki-laki alim begitu.” 
 “Ya, pokoknya Dea harus lebih terbuka, jangan menutup diri. Kenalan dulu aja, siapa tahu kaaan?” 
 “De, Teh Euis mau jodohin sama keponakannya. Gimana?” 
 “Elu kenapa sih nggak sama *** ? Sama-sama baik.” 
 Hai hai perempuan dengan usia dua puluh lima tahun ke atas, mana suaranya? Begitulah kurang lebih banyak suara-suara yang sering hadir dalam kehidupan setelah melewati usia dua puluh lima tahun ke atas. Alasannya tentu karena mereka sayang, sudah mau repot-repot memikirkan diri kita. Suara-suara itu terdengar lebih enak didengar daripada yang semacam ini: “Ya Allah, udah 27 aja elu, telat nikah.” “Ya udah mau cari yang kayak gimana sih? Nggak usah yang pinter-pinter, yang penting tanggung jawab!” “Lembur kerja terus, sampe lupa cari jodoh.” “Beli buku anak terus, nikah aja belum.” “Teori mulu, kapan prakteknya?” Lalu bagaimana reaksi kita terhadapnya? Menurutku, ternyata ini bukan ujian besar. 
Ujian yang lebih besar bahkan terbesar adalah ujian husnudzon pada Allah, ujian terberat dalam setiap masalah adalah bergelut dengan diri sendiri, apakah harus berbaik sangka atau berburuk sangka pada Allah Sang Maha Penggenggam Takdir. Juga ujian keimanan agar tetap berada di jalan yang benar, menjemput jodoh dan menikah dengan cara yang baik-baik, cara diridhoi-Nya. 
 Tidak dapat kita pungkiri sebagai perempuan dengan usia di atas dua puluh tahun, tekanan dari segala penjuru adalah keniscayaan. Dan aku yakin ini tidaklah mudah untuk dilewati. Berapa kali harus menangis, berapa kali harus menahan kesal. Sampai satu titik kita sudah kebal dengan suara-suara sumbang yang hadir. Bahkan kita sudah menjadi terbiasa dan bisa tersenyum menghadapinya. 
 Semoga segala ujian hidup yang hadir mampu membuat kita semakin kuat, semakin baik, semakin bertauhid, semakin lapang dada dan makin bersabar menghadapi orang lain yang tak peduli pada hati kita yang sedang diuji. 
 Arsantia Aradea.
                                                  ********* 
 Apakah pertanyaan-pertanyaan yang silih-ganti datang pada usia di atas dua puluh lima tahun membuatmu kesulitan menjalankan hidup? Dengan tegak aku memilih menjawab, “tidak sama sekali!”. 
 Hidup kita tentu akan baik-baik saja, sebab kita memang harus menjalankan hidup tidak atas pertanyaan atapun perkataan orang lain. Hidup kita memiliki lebih dari sekadar tujuan, tentu saja kita hidup atas apa yang memang harus kita jalani sebagaimana Allah memintanya, atas larangan dan perintah-Nya. Sangat amat manusiawi jika kurasa ada yang luka atas satu-dua pertanyaan yang datang, sakit tapi tak berdarah begitu katanya. Tetapi, tidak mengecilkan diriku untuk percaya, bahwa perkara jodoh adalah sangat mudah bagi Allah. 
Maka, apa yang sebenarnya patut dirisaukan? Perkara usia, manusia dewasa harusnya sudah memahami, takarannya tak pernah perkara angka. Toh, kita semua tahu bahwa setiap orang memiliki kesiapannya masing-masing, dan kesiapan tidak pernah sama dengan jumlah usia yang tersandang. 
Menangislah jika memang itu terasa meyakitkan, lalu berdoalah banyak-banyak sebab barangkali kita berada dalam posisi didzalimi. Tapi ada pilihan lain. Ber-husnudzon pada Allah. Ah, tapi aku, tak pernah peduli dengan bagaimana orang memandangku dengan sangkaan pemilih, standar tinggi, ataupun hal lain yang barangkali mereka duga sebagai salah satu penyebab belum menikah. 
Menghujaniku dengan banyak pertanyaan malah membuatku berterimakasih. Bagiku, melewati usia dua puluh lima adalah masa emas menyiapkan diri dengan sangat baik, sudut pandang dan sisi bijak yang tumbuh lebih subur sebab tempaan yang lebih kuat. 
 Maka, jika datang ribuan tanya soal kedatangan dari banyak orang, tak perlu risau menjawab satu persatu, cukup yakinkan dirimu bahwa semuanya tetap akan baik-baik saja. Perkara jodoh, sebagaimana rezeki dan maut, sungguh bukan perkara yang bisa kita terka-terka dengan logika manusia. Semua punya jalannya, semua punya lintasannya, semua memiliki rotasinya masing-masing. Percaya saja, bahwa Allah Sang Maha Penggenggam Takdir. 
 “Kalau diliat-liat, karaktermu cocok sama si ***** loh, kayaknya serasi kalau nikah deh. Kamu nggak mau sama dia?” 
 “Eh Mbak, baca buku terus, kapan dapet jodohnya? Kamu loh keliatan pinter, jadi nggak diliat cowok!” 
 Terimakasih untuk telah khawatir atas hidupku, tapi atas ketetapan Allah padaku aku sangatlah bersyukur. 
Terimakasih untuk telah peduli padaku, atas detail-detail yang dihujani padaku, aku pun ikut terharu. 
Terimakasih untuk kasih sayang padaku, atas pertanyaan tentang “kapan” yang akupun sama penasarannya untuk menemukan jawabannya. 
Terimakasih untuk telah membuatku lebih kuat berdiri layaknya karang di tengah lautan atas pertanyaan tentang kedatangan, yang sama sabarnya datangnya. 
Dwi Novi Antari
3 notes · View notes
talkofnothing · 5 years
Photo
Tumblr media
Sinopsis: Osamu Shibata, seorang kuli dan juga pegutil toko yang cukup handal. Dia sering mengutil di toko bersama Shoto, anak laki-lakinya. Nobuyo Shibata, pasangan Osamu, bekerja di laundry. Aki, remaja putri yang bekerja sebagai stripper. Hatsue Shibata, nenek yang menjadi malaikat bagi keluarga shibata karena uang pensiunnya yang mampu membantu mencukupi kebutuhan keluarga. Kemudian datanglah Yuri menjadi bagian dari keluarga shibata setelah ditemukan Osamu dan Shoto. Keluarga miskin ini begitu hangat, terkoneksi kuat, tapi tidak terikat seperti keluarga pada umumnya.
Director: Hirokazu Kore-eda
Writer: Hirokazu Kore-eda
Cast: Lily Franky (Osamu Shibata), Sakura Andô (Nobuyo Shibata), Kirin Kiki (Hatsue Shibata), Mayu Matsuoka (Aki Shibata),Jyo Kairi (Shota Shibata), Miyu Sasaki (Yuri Hojo), Etc.
Published: 20 July 2018 (JPN) | 29 November 2018 (USA)
Duration: 02h 01min
Rating: 9.0/10
***
youtube
SPOILER ALERT!!!
Shoplifters adalah satu-satunya film Kore-eda yang pernah saya tonton. Nama Kore-eda sepertinya cukup dikenal oleh kalangan pecinta sinema Jepang. Dari hasil riset kecil-kecilan yang saya lakukan, Kore-eda kerap “bermain-main” dengan tema keluarga.
Saya cukup penasaran dengan hasil racikan Kore-eda dalam mengolah tema keluarga. Namanya terlalu ikonik untuk diabaikan. Dan setelah selesai menonton Shoplifters, saya benar-benar kagum dengan cara Kore-eda mengeksekusi film bertema keluarga yang tidak bermain di ranah basic.
Shoplifters mengangkat tema keluarga dalam spektrum yang cukup jauh dari bayangan kita―orang-orang pada umumnya. Shoplifters mempresentasikan pada kita sebuah bentuk ikatan keluarga yang unik. Keluarga yang tak terbentuk melalui ikatan darah, keluarga yang dipertemukan oleh situasi tertentu yang kemudian mereka berbagi rumah dan hidup bersama.
Di awal film, kita diperlihatkan adegan seorang bapak dan anak laki-laki (Osamu & Shota) sedang mengutil di toko. Dalam perjalanan pulang, mereka menemukan seorang anak perempuan sekitar 5 tahun (Yuri/Juri) berada diluar rumah, kedinginan dan kelaparan. Karena suatu hal, akhirnya Yuri dirawat oleh keluarga ini dan dijadikan bagian dari keluarga mereka.
Anak ini kemudian dibawa ke rumah mereka. Dari situ kita bisa melihat anggota keluarga yang cukup normal. Sepasang suami istri (Osamu & Nobuyo), dengan seorang anak laki-laki 10 tahunan (Shota Shibata), seorang anak perempuan seusia 20an (Aki Shibata), dan seorang nenek (Hatsue Shibata).
Selepas dari sini, kita bisa melihat bahwa keluarga ini tampak biasa. Meski hidup miskin, mereka tampak begitu hangat dan bahagia. Mereka pada dasarnya memiliki pekerjaan biasa, tapi karena berpendapatan rendah, untuk menambah pendapatan, mereka mengutil barang kebutuhan sehari-hari.
Film ini mengalir cukup lambat dan sunyi. Minim sekali skoringnya. Beberapa menganggap ini sebagai sebuah kekurangan, tapi saya pribadi malah menikmati kesunyian tersebut. Saya malah bisa semakin mendalami bagaimana masing-masing tokoh dalam keluarga ini mengalami kesepian dan kesunyian batin yang luar biasa.
Mereka tertolak oleh masyarakat. Mereka mendambakan sebuah keluarga. Tampak dari Aki yang rela keluar dari rumah dan lebih memilih tinggal bersama nenek Hatsue yang begitu memperhatikannya. Osamu juga tampak begitu ingin menjadi ayah. Dia kerap meminta Shota untuk memanggilnya ayah. Nobuyo juga begitu ingin menjadi ibu. Saat Yuri bergabung menjadi bagian keluarga mereka, dia begitu menyayangi Yuri dan ingin menjaganya layaknya anak sendiri.
Dalam situasi ini, motivasi mereka untuk membangun keluarga mereka sendiri, dengan cara mereka sendiri (meski tidak sesuai dengan standar moral masyarakat) menjadi semakin kuat. Mereka percaya bahwa setiap orang berhak memilih keluarganya sendiri.
Jika “kasih” bisa menjadi ikatan yang cukup kuat dalam membangun sebuah keluarga, ikatan darah menjadi tidak penting lagi. Setiap anggota keluarga saling mengasihi satu sama lain, saling melindungi, saling menjaga dan saling menopang. Mereka percaya, bahwa ikatan semacam ini tidak kalah kuat dibandingkan dengan ikatan darah.
Tergambar saat orang tua kandung Yuri baru melaporkan kehilangan anaknya setelah beberapa bulan. Keluarga Shibata menyimpulkan hal ini sebagai bentuk ketidak pedulian orang tua kandung Yuri. Terlebih saat hari pertama menemukan Yuri dan ingin mengembalikan Yuri ke rumahnya, Osamu dan Nobuyo mendapati orang tua Yuri yang bertengkar hebat.
Nobuyo pun meyakini bahwa Yuri lebih memilih keluarga Shibata. Disitu Yuri dijaga, disayangi, dan dicintai. Bahkan ada satu adegan yang sangat menyentuh saat Nobuyo memeluk Yuri, menunjukan bahwa seharusnya begitulah seorang ibu, memberikan pelukan, bukan pukulan.
Meski setiap karakter dalam film ini tampak hidup diluar nilai moral masyarakat umum, namun kita bisa melihat sisi manusiawi dari mereka. Motivasi dari setiap hal yang mereka lakukan juga sangat kuat. Film ini seakan tidak menunjukan lubang. Setiap tindakan mengacu pada alasan tertentu dan berpegang pada nilai tertentu yang diyakini oleh keluarga Shibata.
Selain ceritanya yang indah eksekusi teknisnya juga cukup memukau. Shoot cameranya banyak yang menarik dan menguatkan narasi cerita. Akting dari masing-masing aktor juga sangat baik sehingga berhasil menghidupkan karakter di film ini.
Film ini juga tidak sekedar menjadi sebuah tontonan yang menghibur, film ini memiliki value yang besar. Ada beberapa isu yang diangkat. Isu yang cukup dekat di sekitar kita. Isu yang seharusnya kita pikirkan juga.
Isu sosial mengenai child abuse, isu perempuan, dan isu kemiskinan tampak begitu kental ditunjukan. Penyajian Kore-eda yang rapi dalam merajut beberapa isu ini masuk dalam cerita, membuat film ini memiliki daya ledak yang lebih kuat.
Nuansa yang dihadirkan dalam film ini tampak natural, tidak terlalu melankolis. Film yang bertema keluarga, biasanya diolah untuk menguras air mata penontonnya. Situasinya seolah dikondisikan untuk menyentil sisi sentimentil supaya penonton menangis.
Tapi tangan dingin Kore-eda mampu memberikan pada kita sebuah sajian yang jauh lebih mendalam. Film ini memberikan sindiran yang cukup kuat namun tidak preachy. Mungkin sedikit membuat haru, tapi penonton juga diajak untuk berkontemplasi, melihat kedalam dirinya sendiri, apakah kita sudah cukup manusiawi untuk menjadi manusia.
Film ini sangat penting untuk ditonton oleh kita semua. Melalui film ini, kita diajak untuk melihat sisi abu-abu dalam hidup. Bahwa hidup tidak sepenuhnya hitam atau putih saja. Ada sisi abu-abu juga disitu.
Manusia juga tak bisa sepenuhnya dibedakan dalam predikat baik atau buruk semata. Manusia melakukan berbagai tindakan, berlandaskan pada motivasi tertentu dan motivasi inilah yang membuatnya tampak abu-abu. Disinilah kemanusiaan kita diuji, apakah kita lebih memilih untuk menjaga nilai moral yang umum disepakati, atau kita memilih untuk berempati pada sesama manusia. (njhoo)
1 note · View note
Text
Melakukan (7)
Kemanusiaan kalian sangat kurang, gaya hidup kalian sangat rendah dan hina, kalian tidak memiliki kemanusiaan, dan kalian kurang wawasan. Itulah mengapa kalian perlu melengkapi diri dengan perkara-perkara kemanusiaan. Memiliki hati nurani, rasionalitas, dan wawasan, mengetahui cara pandang dan cara mengungkapkan sesuatu, memperhatikan kebersihan, bertindak seperti manusia biasa—semua ini adalah ketrampilan tentang kemanusiaan yang biasa. Jika kalian melakukan perkara-perkara ini dengan benar, kemanusiaan kalian akan memenuhi standar. Aspek lainnya adalah memperlengkapi diri kalian untuk kehidupan rohani. Kalian harus mengetahui keseluruhan pekerjaan Tuhan di bumi, dan harus mengalami perkataan-Nya. Kalian harus tahu bagaimana menaati pengaturan-Nya, dan bagaimana memenuhi tugas sebagai makhluk ciptaan. Ada dua aspek yang harus kalian jalani saat ini. Satu aspek membekali diri kalian untuk kehidupan kemanusiaan, dan aspek lainnya perbuatan yang berkaitan dengan kehidupan rohani—dan keduanya sangat diperlukan. Beberapa orang bersikap yang bukan-bukan, dan hanya tahu memperlengkapi diri mereka dengan perkara-perkara yang berkaitan dengan kemanusiaan. Mereka memakai pakaian yang bagus dan rambut mereka selalu bersih; tidak ada cacat dalam penampilan mereka. Hal-hal yang mereka katakan dan cara bicara mereka sopan, dan pakaian mereka sangat bermartabat dan pantas. Tetapi mereka tidak memiliki apa pun di dalam diri mereka; kemanusiaan mereka yang normal hanya di luarnya saja. Mereka hanya memusatkan perhatian pada apa yang akan mereka makan, apa yang akan mereka pakai, dan apa yang akan mereka katakan. Bahkan ada di antara mereka yang hanya memusatkan perhatian pada menyapu lantai, menumpuk sprei, dan bersih-bersih. Mereka terlatih dengan baik dalam semua perkara ini, tetapi ketika Anda meminta mereka untuk berbicara mengenai pengetahuan mereka tentang pekerjaan Tuhan pada akhir zaman, serta hajaran, pemurnian, pencobaan, dan penghakiman, mereka tidak memiliki pengalaman sedikitpun tentang perkara-perkara semacam itu. Anda bertanya kepada mereka: “Apakah Anda mengerti pekerjaan utama yang dilakukan Tuhan di bumi? Apa pekerjaan yang dilakukan Tuhan yang menjadi daging? Apa bedanya dengan pekerjaan Yesus? Apa bedanya dengan pekerjaan Yahweh? Apakah Mereka Tuhan yang satu? Apakah Dia datang untuk mengakhiri zaman ini, atau menyelamatkan umat manusia? Pekerjaan apa yang dilakukan-Nya?” Mereka tidak akan berkata apa pun tentang hal ini. Dari luar, mereka berdandan dengan cantik: Yang perempuan telah merias diri mereka cantik bagaikan bunga, dan yang laki-laki tampak seperti pangeran, atau pemuda yang kaya raya. Mereka hanya peduli dengan apa yang mereka makan dan pakai di bagian luar; di bagian dalam, mereka sangat miskin, dan tidak memiliki sedikitpun pengetahuan tentang Tuhan. Apa gunanya? Yang lainnya berpakaian lusuh, seperti pengemis, dan terlihat seperti budak dari Timur! Apakah kalian benar-benar tidak mengerti apa yang Aku minta dari kalian? Bersekutulah di antara kalian sendiri: Apa yang telah kalian dapatkan? Kalian telah mencari kebenaran selama bertahun-tahun ini, dan hanya ini yang kalian dapatkan—tidakkah kalian merasa malu? Apakah kalian tidak malu? Kalian telah mengejar kebenaran selama bertahun-tahun ini, dan saat ini tingkat pertumbuhan kalian bahkan lebih kecil daripada pertumbuhan burung gereja. Lihatlah gadis-gadis muda di antara kalian, yang berdandan cantik bagaikan bunga, saling membandingkan diri dengan yang lain. Apa yang kalian pakai untuk membandingkan diri satu sama lain? Apakah itu bukan kenikmatan? Apa tuntutan kalian? Apakah kalian pikir Aku datang untuk mencari model? Kalian tidak punya rasa malu! Di mana kehidupan kalian? Tidakkah kalian mengejar hasrat? Kamu pikir kamu sangat cantik. Kamu mungkin cantik, tetapi apakah kamu bukan cacing menggeliat yang lahir di tumpukan kotoran? Saat ini, kamu beruntung menikmati berkat surgawi ini karena Tuhan membuat pengecualian dengan meninggikan kamu, bukan karena wajah cantikmu; belum jelaskah bagimu darimana kamu berasal? Ketika kata kehidupan disebut, kamu menutup mulut dan tidak mengatakan apa-apa, kamu seperti patung ayam, tetapi kamu masih memiliki keberanian untuk merias wajah? Kamu masih berpikir untuk membedaki wajahmu? Lihatlah laki-laki mata keranjang di antara kalian—mereka begitu patuh, mereka menghabiskan sepanjang hari berkeliaran, raut wajah mereka acuh tak acuh. Mereka berperilaku buruk kemana pun mereka pergi, adakah sesuatu yang manusiawi tentang mereka? Pada apakah kalian masing-masing, baik laki-laki maupun perempuan, mencurahkan perhatian kalian sepanjang hari? Apakah kalian tahu siapa yang kalian andalkan untuk memperoleh makanan? Lihatlah pakaianmu, lihatlah hasil tuaian di tanganmu, gosoklah perutmu—apa hasil pengorbanan darah dan keringatmu? Kamu masih berpikir untuk jalan-jalan, kamu masih berpikir untuk menghiasi tubuhmu yang berbau busuk—hal ini tidak ada gunanya! Kamu diminta untuk bersikap normal, tetapi sekarang ini kamu bukan saja tidak normal, justru sebaliknya. Bagaimana orang seperti ini berani datang ke hadapan-Ku? Dengan kemanusiaan seperti ini, yang memamerkan dan menyingkapkan tubuhmu, selalu hidup di tengah hawa nafsu kedagingan, apakah kamu bukan keturunan Iblis yang cabul dan roh-roh jahat? Aku tidak akan membiarkan Iblis yang cabul itu bertahan lama! Dan jangan mengira Aku tidak tahu apa yang kamu pikirkan dalam hatimu. Kamu mungkin mengekang hawa nafsu dan kedaginganmu dengan kuat, tetapi mungkinkah Aku tidak mengetahui apa yang kamu pikirkan dalam hatimu dan segala hal yang diinginkan matamu? Apakah kalian gadis-gadis muda tidak membuat diri kalian cantik bagaikan bunga untuk memamerkan tubuh kalian? Apa gunanya laki-laki bagi kalian? Benarkah mereka dapat menyelamatkan kalian dari lautan penderitaan? Dan kalian laki-laki mata keranjang semuanya berpakaian untuk membuat diri kalian tampak sopan dan terhormat—bukankah itu untuk memamerkan penampilan kalian? Dan untuk siapa kalian melakukan hal ini? Apa gunanya perempuan bagi kalian? Tidakkah mereka sumber dosa kalian? Kalian laki-laki dan perempuan, Aku telah menyampaikan banyak perkataan kepada kalian, tetapi kalian hanya menaatii beberapa dari mereka. Telinga kalian tebal, mata kalian redup, dan hati kalian keras, sehingga tidak ada apa pun kecuali hawa nafsu dalam tubuh kalian; kalian terjerat di dalamnya, tidak mampu meloloskan diri. Siapa yang ingin pergi ke dekat kalian cacing-cacing, yang menggeliat dalam lumpur dan kotoran? Jangan lupa kalian tidak lebih dari orang-orang yang Ku-angkat dari tumpukan kotoran, pada awalnya, kalian tidak memiliki kemanusiaan yang normal. Apa yang Kuminta dari kalian adalah kemanusiaan normal yang pada awalnya tidak kalian miliki; Aku tidak meminta agar kalian memamerkan hawa nafsu kalian, atau lepas kendali atas kedagingan kalian yang berbau anyir, yang telah dilatih Iblis selama bertahun-tahun. Ketika kalian berpakaian seperti ini, tidakkah kalian takut akan terjerat lebih dalam lagi? Tidakkah kalian tahu kalian berasal dari dosa? Tidakkah kalian tahu tubuh kalian dipenuhi dengan hawa nafsu? Keadaannya sangat parah sehingga nafsu kalian bahkan merembes dari pakaian kalian, menyingkapkan keadaan kalian sebagai Iblis yang sangat buruk rupa dan cabul. Tidakkah ini sangat jelas bagi kalian? Hati kalian, mata kalian, bibir kalian—bukankah semuanya telah dicemari oleh Iblis-Iblis cabul? Tidakkah mereka itu cabul? Kalian mengira selama kalian tidak melakukan sesuatu yang tidak bermoral,[a]kalianlah yang paling suci; kalian mengira bahwa berdandan cantik dapat menutupi jiwa-jiwa kalian yang keji—tidak ada peluang untuk itu! Aku menasihatkan agar kalian lebih realistis: Jangan curang dan berpura-pura, dan jangan memamerkan diri. kalian mengumbar hawa nafsu kalian satu sama lain, tetapi yang akan kalian dapatkan hanyalah penderitaan kekal dan hajaran tanpa ampun! Apa perlunya kalian main mata satu sama lain dan mabuk cinta? Apakah ini ketulusan hati kalian? Apakah ini membuat kalian tulus ikhlas? Aku membenci orang-orang yang mempraktekkan jampi-jampi dan terlibat sihir di antara kalian, Aku membenci laki-laki dan perempuan muda di antara kalian yang mencintai kedagingan mereka sendiri. Kalian sebaiknya menahan diri, karena sekarang ini Aku meminta kalian memiliki kemanusiaan yang normal, bukan memamerkan nafsu. Kalian selalu setiap mengambil kesempatan yang kalian bisa, karena kedagingan kalian terlalu kuat, dan nafsu kalian terlalu besar!
Secara lahiriah, Anda telah mengatur kehidupan kemanusiaan Anda dengan sangat baik, tetapi ketika Anda diminta untuk berbicara mengenai pengetahuan tentang kehidupan, Anda tidak dapat mengatakan apa pun—dalam hal ini Anda sangat miskin. Anda harus memperlengkapi diri Anda dengan kebenaran! Kehidupan kemanusiaan Anda telah berubah lebih baik, dan kehidupan di dalam Anda juga akan berubah—mengubah pemikiran dan pandangan Anda tentang iman kepada Tuhan, mengubah pengetahuan dan pemikiran di dalam Anda, dan mengubah pengetahuan tentang Tuhan menurut pandangan Anda. Melalui penanganan, wahyu, dan pembekalan, Anda secara bertahap mengubah pengetahuan Anda tentang diri Anda, keberadaan Anda, dan iman kepada Tuhan, memungkinkan pengetahuan Anda menjadi murni. Dengan demikian, pikiran dalam diri manusia akan berubah, cara pandang mereka terhadap sesuatu akan berubah, dan pandangan mental mereka akan berubah. Hanya dengan demikian arah kehidupan mereka akan berubah. Anda tidak diminta untuk menghabiskan waktu seharian membaca buku, atau merapikan kamar Anda atau mencuci pakaian dan bersih-bersih. Secara alamiah, seharusnya tidak ada masalah dengan kemanusiaan Anda yang normal—setidaknya inilah yang perlu. Ketika Anda pergi keluar, Anda masih harus memiliki wawasan dan rasionalitas, tetapi yang terpenting Anda diperlengkapi dengan kebenaran hidup. Ketika perkara-perkara yang berkaitan dengan roh dibicarakan, Anda bertanggungjawab untuk mengabaikan perkara-perkara manusia; karena hal itu salah. Ketika memperlengkapi diri Anda berkaitan dengan kehidupan, Anda harus dapat berbicara mengenai pengetahuan tentang Tuhan, mengenai pandangan Anda tentang keberadaan, dan secara khusus, mengenai pengetahuan Anda tentang pekerjaan yang dilakukan Tuhan pada akhir zaman. Karena Anda mengejar kehidupan, Anda harus memperlengkapi diri Anda dengan perkara-perkara ini. Ketika Anda makan dan minum kata-kata Tuhan, Anda harus mengukurnya berdasarkan keadaan Anda yang sebenarnya. Artinya, setelah Anda menemukan kekurangan dalam diri Anda selama pengalaman nyata, Anda harus mampu menemukan jalan untuk melakukannya, serta meninggalkan motivasi dan gagasan yang salah. Jika Anda selalu berusaha keras dalam hal ini, dan hati Anda selalu terpusat pada perkara-perkara ini, Anda akan mendapatkan jalan untuk diikuti, Anda tidak akan merasa hampa, dan dengan demikian Anda akan dapat mempertahankan keadaan normal. Hanya dengan demikian Anda akan menjadi seseorang yang tidak terbebani oleh kehidupan Anda sendiri, dan hanya dengan demikian Anda akan menjadi seseorang yang memiliki iman. Mengapa, setelah membaca firman Tuhan, orang tidak dapat melakukannya? Bukankah karena mereka tidak dapat memahami hal-hal yang pokok? Bukankah karena mereka bermain-main dengan kehidupan? Mereka tidak dapat memahami hal-hal yang pokok, dan tidak memiliki jalan untuk melakukannya, karena mereka tidak dapat membandingkan hal yang pokok itu dengan keadaan mereka sendiri, dan tidak mampu menguasai keadaan mereka sendiri. Beberapa orang berkata: Saya telah membandingkan hal yang pokok itu dengan keadaan saya, saya tahu saya rusak dan berkualitas rendah, tetapi saya tidak mampu memenuhi kehendak Tuhan. Dalam hal ini, Anda hanya melihat permukaannya; bagaimana menyingkirkan kesenangan daging, bagaimana menyingkirkan pembenaran diri sendiri, bagaimana mengubah diri sendiri, bagaimana memahami perkara-perkara ini, bagaimana meningkatkan kualitas Anda, dari aspek mana harus memulai—semua ini nyata. Anda hanya memahami beberapa perkara lahiriah. Anda hanya tahu Anda benar-benar sangat rusak. Ketika Anda bertemu saudara-saudara seiman, Anda berbicara tentang betapa rusaknya Anda, tampaknya Anda mengetahui hal ini, dan mengetahui Anda terbeban oleh hidup Anda. Kenyataannya, Anda belum berubah, ini membuktikan Anda belum menemukan jalan untuk melakukan yang benar. Jika Anda sedang memimpin sebuah jemaat, ketika Anda menunjukkan keadaan saudara-saudara seiman dalam jemaat itu, Anda mungkin berkata: “Tidak ada jemaat yang lebih terbelakang daripada di sini; kalian orang-orang yang tidak taat! ”Adapun dalam hal apa mereka tidak taat dan terbelakang, Anda harus berbicara tentang perbuatan mereka—tentang keadaan dan perilaku mereka yang tidak taat—dan membuat mereka benar-benar yakin. Anda harus berbicara tentang kenyataan dan memberikan contoh-contoh untuk menjelaskan masalahnya, dan Anda juga harus mampu memberitahukan bagaimana sesungguhnya kita dapat memisahkan diri dari perilaku memberontak ini, dan harus menunjukkan jalan untuk melakukannya. Hanya dengan demikian Anda akan menaklukkan mereka! Jika Anda hanya berkata, “Saya tidak ingin pergi ke tempat ini; tidak ada yang lebih terbelakang daripada kalian, kalian terlalu pemberontak,” jika Anda berbicara seperti ini, setelah mendengarkan, tidak satupun dari mereka akan menemukan jalan—jadi bagaimana Anda akan memimpin orang? Anda harus berbicara tentang keadaan mereka yang nyata dan perbuatan mereka yang nyata; hanya dengan demikian Anda akan memiliki jalan untuk melakukan kebenaran, dan hanya dengan demikian Anda akan mengalami kenyataan.
Sampai saat ini, banyak kebenaran telah disingkapkan. Tetapi Anda harus menyatukan gambarannya secara keseluruhan: Anda harus dapat menyimpulkan berapa banyak kebenaran yang ada. Aspek kemanusiaan normal mana yang harus dimiliki seseorang, aspek utama dari perubahan terhadap arah kehidupan seseorang, pendalaman visi ke depan, mana dari cara-cara yang salah untuk mengetahui dan mengalami sesuatu yang telah Anda coba untuk mengerti dari orang-orang sepanjang zaman—Anda baru akan masuk ke jalan yang benar ketika Anda mampu membedakan dan mengetahui perkara-perkara ini. Orang-orang beragama menyembah Alkitab seolah-olah Alkitab adalah Tuhan. Secara khusus, mereka menganggap Empat Injil Perjanjian Baru sebagai empat wajah Yesus. Demikian pula ada pembicaraan tentang Trinitas yaitu Bapa, Anak, dan Roh Kudus. Inilah hal yang paling mustahil. Kalian semua harus meneliti perkara-perkara ini, dan terlebih lagi, kalian harus mengetahui hakikat Tuhan yang mengambil rupa manusia serta pekerjaan akhir zaman. Selain itu ada cara lama melakukan kebenaran: hidup di dalam roh, dipenuhi dengan Roh Kudus, mundur ketika menghadapi kesulitan, tunduk pada otoritas—kalian juga harus mengetahui kesalahan-kesalahan dan penyimpangan yang berkaitan dengan perbuatan ini; kalian harus tahu[b] bagaimana orang melakukan kebenaran dahulu, dan dan bagaimana orang harus melakukan kebenaran saat ini. Bagaimana para pekerja harus bekerjasama satu dengan yang lain dalam jemaat, bagaimana menyingkirkan pembenaran diri sendiri dan tidak mengandalkan status, bagaimana saudara-saudara seiman harus bergaul satu dengan yang lain, bagaimana membangun hubungan normal dengan orang lain dan dengan Tuhan, bagaimana mencapai keadaan normal dalam kehidupan manusia, apa yang harus dimiliki orang dalam kehidupan rohani mereka, bagaimana mereka harus makan dan minum Firman Tuhan, apa yang berkaitan dengan pengetahuan, dan apa yang menyangkut visi, apa jalan untuk melakukan kebenaran—apakah semua hal ini belum dibicarakan? Kata-kata ini terbuka bagi orang-orang yang mengejar kehidupan, dan tidak seorang pun diberi perlakuan istimewa. Sekarang, kalian harus membina kemampuan untuk hidup mandiri. Jika kalian selalu memiliki mental ketergantungan, di masa depan, ketika tidak ada orang yang membimbing kalian, kalian akan memikirkan perkataan-Ku ini. Pada masa kesengsaraan, tidaklah mungkin untuk menjalani kehidupan berjemaat: Saudara-saudara seiman tidak dapat bertemu satu sama lain, sebagian besar dari mereka hidup sendiri dan hanya dapat bersekutu dengan orang-orang di satu tempat, sehingga tingkat pertumbuhan kalian saat ini tidak cukup. Di tengah kesengsaraan, banyak orang akan sulit berdiri teguh. Hanya mereka yang mengetahui jalan hidup dan diperlengkapi dengan kebenaran dapat terus maju dan mencapai kekudusan. Tidak mudah bagi kalian untuk menghadapi kesengsaraan; jika kalian kira hanya dibutuhkan beberapa hari untuk berhasil mengatasi kesengsaraan, pemikiran kalian terlalu sederhana! Kalian mengira dengan makan dan minum kata-kata Tuhan secara membabi buta, ketika saatnya tiba kalian akan dapat berdiri teguh—tidak demikian halnya! Jika kalian tidak mengetahui hal-hal yang inti, tidak dapat memahami apa yang utama, dan tidak memiliki jalan untuk melakukan kebenaran, ketika saatnya tiba dan sesuatu terjadi pada kalian, kalian akan bingung, kalian tidak akan berhasil mengatasi godaan Iblis, atau awal pemurnian. Jika tidak ada kebenaran dalam diri kalian dan kalian tidak memiliki visi, ketika saatnya tiba kalian tidak akan dapat menghentikan diri agar tidak hancur; pada saat itu kalian akan melepaskan semua harapan dan berkata, “Baiklah, pada akhirnya saya akan mati juga, saya mungkin akan tetap mendapatkan hukuman hingga akhir! Tidak masalah bagi saya, apakah itu hukuman atau dilemparkan ke lautan api, saya akan menerima keduanya—saya akan menghadapinya ketika hal itu terjadi! Situasinya seperti pada zaman para pelayan: Orang mengira[c] karena mereka pelayan, mereka tidak lagi perlu mengejar kehidupan, dan tidak ada salahnya untuk merokok dan minum. Menonton TV, menonton film—mereka melakukan semua itu. Ketika keadaan sekitar bermusuhan, jika kalian tidak mampu mengatasinya, kalian akan kehilangan semua harapan begitu kalian lengah. Dengan demikian, tanpa kalian sadari, kalian akan ditawan oleh Iblis. Jika kalian tidak dapat mengatasi pengaruh Iblis, kalian akan ditawan oleh Iblis, dan akan diserahkan kembali pada kehancuran. Jadi, mulai saat ini kalian harus memperlengkapi diri kalian, kalian harus dapat hidup mandiri, dan ketika kalian membaca Firman Tuhan kalian harus dapat mencari jalan untuk melakukannya. Jika tidak ada yang datang ke dalam jemaat untuk bekerja, kalian tetap harus mendapatkan jalan untuk diikuti, kalian harus dapat menemukan kekurangan kalian, dan menemukan kebenaran yang harus kalian praktekkan serta untuk memperlengkapi diri Anda. Setelah datang ke bumi, akankah Tuhan selamanya menyertai manusia? Dalam pikiran mereka, beberapa orang meyakini hal ini: Jika Engkau tidak membentuk kami sampai pada tahap tertentu, pekerjaan-Mu tidak dapat dianggap selesai, karena Iblis mendakwa Engkau. Aku katakan kepadamu, ketika Aku telah selesai mengucapkan perkataan-Ku, ketika itulah Aku telah berhasil menyelesaikan pekerjaan-Ku. Ketika ucapan-Ku telah berakhir, pekerjaan-Ku telah selesai. Akhir pekerjaan-Ku adalah bukti kekalahan Iblis, dan dengan demikian dapat dikatakan pekerjaan-Ku telah berhasil diselesaikan, tanpa dakwaan Iblis. Tetapi ketika pekerjaan-Ku telah selesai, jika belum ada perubahan apa pun dalam diri kalian, orang-orang seperti kalian tidak dapat diselamatkan dan akan dilenyapkan; Aku tidak melakukan pekerjaan apa pun lagi selain yang dibutuhkan. Masalahnya bukanlah pekerjaan-Ku di bumi tidak akan selesai ketika kalian telah ditaklukkan sampai tahap tertentu - ketika kalian semua memiliki pengetahuan yang jelas, kemampuan kalian telah meningkat, dan kalian memberikan kesaksian baik di dalam maupun di luar. Itu tidak mungkin! Pada saat ini, pekerjaan yang Kulakukan di dalam kalian bertujuan untuk menuntun kalian ke kehidupan normal, dan untuk menghantar ke zaman baru dan memulai pekerjaan baru. Pekerjaan ini, yang dilakukan tahap demi tahap, dilakukan di antara kalian secara langsung: Kalian diajar secara tatap muka, bergandengan tangan; Aku memberitahu kalian apa pun yang tidak kalian mengerti, memberikan semua yang tidak kalian miliki kepada kalian. Dapat dikatakan, bagi kalian, semua pekerjaan ini bekal kehidupan bagi kalian, dan membimbing kalian ke dalam kehidupan kemanusiaan yang normal; hal ini semata-mata untuk menyediakan kehidupan bagi sekelompok orang pada akhir zaman. Bagi-Ku, semua pekerjaan ini untuk mengakhiri zaman lama dan menghantar ke zaman yang baru; dalam perkara Iblis, Tuhan telah menjadi manusia untuk mengalahkannya. Pekerjaan yang Kulakukan di antara kalian saat ini bekal untuk masa kini dan penyelamatan yang tepat waktu, tetapi selama beberapa tahun yang singkat ini, Aku akan memberitahu kalian semua kebenaran, jalan hidup, bahkan pekerjaan masa depan, itu akan cukup bagi kalian untuk memiliki pengalaman yang normal di masa depan. Semua perkataan yang Aku ucapkan satu-satunya nasihat-Ku kepada kalian. Aku tidak memberikan nasihat lain; saat ini, semua perkataan yang Aku ucapkan kepada kalian adalah nasihat-Ku kepada kalian, karena saat ini kalian tidak memiliki banyak pengalaman mengenai banyak perkataan yang Kuucapkan, dan tidak memahami makna yang terkandung dalam perkataan ini. Suatu hari nanti, pengalaman kalian akan membuahkan hasil seperti yang telah Aku katakan saat ini. Perkataan ini adalah visi kalian saat ini, dan apa yang seharusnya kalian andalkan di masa yang akan datang, mereka bekal kehidupan saat ini, dan nasihat tentang masa depan, dan tidak ada nasihat yang lebih baik. Itu karena waktu yang Kumiliki untuk melakukan pekerjaan di bumi lebih singkat daripada waktu yang kalian miliki untuk mengalami perkataan-Ku; Aku hanya menyelesaikan pekerjaan-Ku, sedangkan kalian mengejar kehidupan, yang melibatkan perjalanan hidup yang panjang. Baru setelah mengalami banyak hal, kalian akan memperoleh jalan hidup secara sempurna, baru pada saat itu kalian akan dapat memahami makna yang terkandung dalam kata-kata yang Kuucapkan saat ini. Di tangan kalian, kalian memiliki perkataan-Ku, kalian telah menerima semua perintah-Ku, kalian telah diamanatkan atas segala hal yang seharusnya kalian lakukan. Terlepas dari seberapa besar hasil yang dicapai, ketika pekerjaan yang berkaitan dengan perkataan itu telah berakhir, kehendak Tuhan telah dilakukan. Tidak seperti yang kalian bayangkan bahwa kalian harus diubah sampai tahap tertentu; Tuhan tidak bertindak sesuai dengan pemikiran kalian.
Kehidupan orang tidak bertumbuh hanya dalam beberapa hari. Mereka mungkin mempunyai banyak untuk dimakan dan diminum setiap hari, tetapi itu tidak cukup—mereka harus mengalami masa pertumbuhan dalam hidup mereka, ini proses yang penting. Dengan kualitas yang dimiliki orang saat ini, sejauh manakah kehidupan mereka bisa bertumbuh? Tuhan bekerja sesuai kebutuhan orang, membuat tuntutan sesuai kualitas yang melekat pada mereka. Anggap saja pekerjaan ini dilakukan di antara sekelompok orang yang berkualitas: ujaran-ujaran-Nya akan lebih tinggi daripada orang-orang yang ada di antara kalian, visi-Nya akan lebih tinggi, dan kebenaran-Nya semakin tinggi. Perkataan Tuhan pasti lebih keras, dan lebih mampu membekali manusia dan mengungkap misteri. Ketika berbicara di antara mereka, Tuhan akan membekali mereka sesuai kebutuhan mereka. Saat ini, tuntutan yang ditujukan terhadap kalian dapat dikatakan sebagai tuntutan tertinggi kepada kalian; jika pekerjaan ini dilakukan pada orang-orang yang berkualitas lebih tinggi, tuntutannya akan lebih tinggi lagi. Semua pekerjaan Tuhan dilakukan berdasarkan kualitas yang melekat pada orang. Saat ini, tidak ada yang lebih tinggi daripada sejauh mana Tuhan telah mengubah dan menaklukkan orang. Jangan menggunakan pemahaman kalian sendiri untuk mengukur hasil dari tahap pekerjaan ini. Kalian harus mengetahui dengan jelas apa yang kalian miliki dalam diri kalian, dan tidak memandang diri sendiri terlalu tinggi; Pada awalnya, tidak seorang pun dari kalian mengejar kehidupan, kalian para pengemis yang berkeliaran di jalanan. Agar Tuhan membentuk kalian sampai kalian membayangkan kalian semua bersujud di tanah, benar-benar yakin, seolah-olah kalian telah mengalami penglihatan yang hebat—itu hal yang tidak mungkin! Hal itu karena tak seorang pun yang belum melihat tanda-tanda bisa sepenuhnya mempercayai kata-kata yang Kuucapkan. Kalian mungkin memeriksa tanda-tanda itu dengan cermat, tetapi kalian tetap tidak akan mempercayai mereka sepenuhnya; inilah sifat manusia! Pada orang-orang yang mengejar kebenaran, akan ada beberapa perubahan, sedangkan iman orang-orang yang tidak mengejar kebenaran akan berkurang, bahkan mungkin mati. Masalah terbesar dengan kalian adalah kalian tidak dapat sepenuhnya percaya jika tidak melihat penggenapan firman Tuhan, dan kalian tidak diperdamaikan jika tidak melihat tanda-tanda. Sebelum melihat perkara-perkara semacam itu, siapakah yang bisa tetap setia kepada Tuhan? Karena itu Aku katakan kalian bukan percaya kepada Tuhan, tetapi pada tanda-tanda. Sampai saat ini, Aku telah berbicara tentang berbagai aspek dengan jelas, mempersiapkan semua aspek kebenaran, dan kebenaran ini juga dapat saling melayani. Jadi, sekarang kalian harus melakukannya: Hari ini Aku tunjukkan jalannya, dan di masa depan, kalian harus melakukannya sendiri. Hari ini, kata-kata yang Kuucapkan menuntut orang berdasarkan keadaan mereka yang sebenarnya, dan Aku melakukan pekerjaan berdasarkan kebutuhan mereka dan perkara-perkara di dalam mereka. Tuhan yang praktis telah datang ke bumi untuk melakukan pekerjaan yang praktis, untuk melakukan pekerjaan sesuai dengan keadaan dan kebutuhan orang yang sebenarnya; Tuhan itu logis.Ketika Tuhan bertindak, Dia tidak memaksa orang. Misalnya, apakah Anda menikah atau tidak harus sesuai dengan situasi Anda sendiri yang nyata; kebenaran telah diucapkan kepada Anda dengan jelas, dan Aku tidak menahan Anda. Beberapa keluarga menindas orang sampai mereka tidak dapat percaya kepada Tuhan kecuali mereka menikah—jadi pernikahan, sebaliknya, adalah demi kebaikan mereka. Bagi beberapa orang, pernikahan bukan saja tidak membawa manfaat, tetapi mengorbankan apa yang dahulu mereka miliki. Semua ini bergantung pada keadaan Anda yang sesungguhnya dan keputusan Anda sendiri. Aku tidak menciptakan aturan untuk menuntut kalian. Banyak orang selalu berkata, “Tuhan itu nyata, pekerjaan-Nya didasarkan pada kenyataan dan dilaksanakan sesuai dengan keadaan kita yang nyata”—tetapi tahukah kalian apa yang membuat pekerjaan itu nyata? Jangan mengucapkan kata-kata kosong sepanjang hari! Pekerjaan Tuhan itu nyata, dan didasarkan pada kenyataan, pekerjaan itu tidak melibatkan doktrin, ia dinyatakan secara keseluruhan, dan semua pekerjaan itu terbuka dan tidak disamarkan. Prinsip-prinsip ini mencakup apa saja? Dapatkah kalian mengatakan pada pekerjaan Tuhan manakah pernyataan ini berlaku? Kalian harus berbicara tentang hal ini secara khusus, dan harus sudah mengalami dan memberikan kesaksian dalam beberapa aspek. Ketika aspek ini sangat jelas bagi kalian dan kalian memahami hal itu kalian akan memenuhi syarat untuk mengucapkan perkataan ini. Jika seseorang bertanya kepada Anda: Pekerjaan apa yang dilakukan Tuhan praktis yang mengambil rupa manusia di bumi ini? Mengapa Anda memanggil-Nya Tuhan yang praktis? Apa yang tercakup dalam kata "praktis"? Dapatkah Anda berbicara tentang pekerjaan-Nya yang praktis, tentang apa yang secara khusus termasuk dalam pekerjaan itu? Yesus adalah Tuhan yang menjadi manusia, dan Tuhan yang praktis juga Tuhan yang menjadi manusia—apa perbedaan antara Mereka? Apa persamaannya? Pekerjaan apa yang telah Mereka lakukan? Dapatkah Anda menjawabnya? Semua ini memberikan kesaksian! Jangan bingung tentang perkara-perkara ini. Ada orang lain yang mengatakan: "Pekerjaan Tuhan yang praktis itu nyata, Dia tidak pernah menunjukkan tanda dan mukjizat." Apakah Dia benar-benar tidak menunjukkan tanda dan mukjizat? Apakah kamu benar-benar mengetahui hal ini? Apakah kamu mengetahui pekerjaan-Ku? Dikatakan bahwa tanda dan mukjizat tidak akan diperlihatkan, tetapi apakah pekerjaan yang dilakukan-Nya dan kata-kata yang diucapkan-Nya bukan tanda? Dikatakan bahwa tanda dan mukjizat tidak akan ditunjukkan, tetapi hal itu tergantung kepada siapa kata-kata ini diucapkan. Tanpa pergi kepada jemaat, Dia telah menyingkapkan keadaan orang, dan tanpa melakukan pekerjaan lain, hanya berbicara, Dia telah memacu orang untuk terus maju—apakah ini bukan tanda? Hanya dengan mengucapkan kata-kata, Dia telah menaklukkan orang, dan tanpa prospek atau harapan, orang masih dengan senang hati mengikut Dia—apakah ini bukan tanda? Ketika Dia berbicara, kata-kata-Nya menempatkan orang dalam suasana hati tertentu, di mana mereka mungkin merasa gembira atau murung, atau dimurnikan atau dihajar. Hanya dengan beberapa kata yang tajam, Dia mendatangkan hajaran kepada orang—apakah ini bukan gaib? Bisakah orang melakukan hal semacam itu? Anda telah membaca Alkitab selama bertahun-tahun, tetapi Anda tidak memahami apa pun, tidak melihat apa pun, dan Anda tidak mampu memisahkan diri dari metode kepercayaan tradisional yang kuno, dan Anda tidak dapat mengerti Alkitab. Namun Dia dapat meneliti Alkitab—apakah ini bukan sesuatu yang gaib? Jika tidak ada yang gaib tentang Tuhan ketika Dia datang ke bumi, bisakah Dia menaklukkan Anda? Tanpa pekerjaan-Nya yang ilahi dan luar biasa, siapakah di antara Anda yang bisa diyakinkan? Dalam pandangan Anda, tampaknya orang biasa yang melakukan pekerjaan dan tinggal bersama Anda—Dia tampaknya memiliki bentuk lahiriah orang biasa dan normal. Apa yang Anda lihat adalah bentuk lahiriah kemanusiaan yang normal, tetapi dalam kenyataannya, Dia yang melakukan pekerjaan itu ilahi. Pribadi yang melakukan pekerjaan itu tidak memiliki kemanusiaan yang normal, tetapi ilahi; ini adalah Tuhan sendiri, hanya saja Dia menggunakan kemanusiaan yang normal untuk melakukan pekerjaan-Nya—sebagai akibatnya pekerjaan-Nya normal dan gaib. Pekerjaan yang dilakukan-Nya tidak dapat dilakukan oleh manusia. Pekerjaan yang tidak mungkin bagi orang biasa dilakukan oleh makhluk yang luar biasa. Namun keluarbiasaan ini bersifat ilahi; bukan kemanusiaan yang luar biasa, tetapi keilahian berbeda dengan kemanusiaan. Orang yang dipakai oleh Roh Kudus juga manusia biasa dan normal, tetapi ia tidak mampu melakukan pekerjaan ini. Di sinilah letak perbedaannya. Anda mungkin berkata: “Tuhan tidak gaib. Dia tidak melakukan hal yang gaib. Tuhan kita mengucapkan kata-kata yang praktis dan nyata, Dia sesungguhnya dan dalam kenyataannya pergi kepada jemaat untuk melakukan pekerjaan-Nya, setiap hari Dia berbicara kepada kita secara langsung, muka dengan muka, Dia menunjukkan keadaan kita—Tuhan kita benar-benar nyata! Dia tinggal bersama kita, semuanya sangat biasa, benar-benar tidak ada sesuatu yang menunjukkan Dia adalah Tuhan. Bahkan pada saat tertentu Dia menjadi marah, dan kita menyaksikan besarnya murka-Nya, dan ketika Dia tersenyum, kita mengamati sikap-Nya yang tersenyum. Dia adalah Tuhan sendiri yang memiliki bentuk nyata, yang terbuat dari daging dan darah, nyata dan sebenarnya. ”Ketika kamu memberikan kesaksian dengan cara ini, kesaksianmu tidak lengkap. Pertolongan apa yang akan diberikan kesaksian ini pada orang lain? Jika kamu tidak dapat bersaksi tentang kisah dan hakikat pekerjaan Tuhan sendiri, kamu tidak memberikan kesaksian sama sekali! Di atas segalanya, memberi kesaksian mengharuskan kamu berbicara mengenai pengetahuanmu tentang pekerjaan Tuhan, tentang bagaimana Tuhan menaklukkan orang, tentang bagaimana Dia menyelamatkan orang, tentang bagaimana Dia mengubah orang, dan tentang bagaimana Dia membimbing orang untuk masuk, memungkinkan mereka untuk ditaklukkan, disempurnakan, dan diselamatkan. Memberi kesaksian berarti berbicara tentang pekerjaan-Nya dan segala hal yang telah kamu alami. Hanya pekerjaan-Nya yang menyatakan diri-Nya, dan hanya pekerjaan-Nya dapat secara terbuka menyingkapkan keseluruhan-Nya; Pekerjaannya memberikan kesaksian tentang Dia. Pekerjaan dan ucapan-Nya secara langsung menyatakan Roh, pekerjaan-Nya dilakukan oleh Roh, dan kata-kata yang diucapkan-Nya diucapkan oleh Roh. Hal-hal ini semata-mata diungkapkan melalui daging Tuhan yang berinkarnasi; dalam kenyataannya, mereka adalah ungkapan Roh. Pekerjaan yang diakukan-Nya dan kata-kata yang diucapkan-Nya menyatakan hakikat-Nya. Jika, setelah menyelimuti diri-Nya dalam daging di antara manusia, Tuhan tidak berbicara atau melakukan pekerjaan-Nya, kemudian meminta kalian untuk mengetahui kenyataan tentang diri-Nya, kenormalan-Nya, dan kemahakuasaan-Nya, mampukah kalian melakukannya? Mampukah kalian mengetahui hakikat Roh itu? Mampukah kalian mengenal sifat-Nya? Hanya karena kalian telah mengalami setiap tahap pekerjaan-Nya Dia meminta kalian untuk memberikan kesaksian tentang Dia, jika kalian belum mengalami hal ini, Dia tidak akan mengajukan tuntutan seperti itu kepada kalian. Jadi, ketika Anda memberikan kesaksian tentang Tuhan, itu bukanlah untuk memberi kesaksian tentang bentuk lahiriah dari kemanusiaan yang biasa, tetapi pekerjaan yang dilakukan-Nya, jalan yang ditempuh-Nya, itu adalah untuk memberi kesaksian tentang bagaimana Anda telah ditaklukkan oleh-Nya, dan dalam segi apa Anda telah disempurnakan. Inilah kesaksian yang harus Anda berikan. Jika ke manapun Anda pergi, Anda berseru: Tuhan kita telah datang untuk melakukan pekerjaan-Nya, Dia benar-benar praktis! Dia telah memiliki kita tanpa melakukan sesuatu yang gaib atau tanda-tanda dan mukjizat! Orang lain akan bertanya: Apa maksudmu ketika Anda mengatakan Dia tidak menunjukkan tanda dan mukjizat? Dapatkah Dia menaklukkan Anda tanpa menunjukkan tanda dan mukjizat? Kamu berkata: Yang dilakukan-Nya hanya berbicara. Dia telah menaklukkan kita tanpa menunjukkan tanda dan mukjizat apa pun—pekerjaan-Nya telah menaklukkan kita. Pada akhirnya, jika Anda tidak dapat mengatakan apa pun yang penting, dan tidak dapat berbicara secara khusus, apakah Anda memberikan kesaksian? Ketika Tuhan yang praktis menaklukkan orang, perkataan-Nya yang ilahi-lah yang menaklukkan orang. Kemanusiaan tidak dapat melakukan hal ini, ini bukanlah sesuatu yang dapat dilakukan oleh manusia biasa, bahkan orang biasa dengan kualitas tertinggi pun tidak mampu melakukan hal ini, karena keilahian-Nya lebih tinggi daripada makhluk ciptaan mana pun. Bagi manusia, ini luar biasa; Sang Pencipta, bagaimanapun juga, lebih tinggi daripada setiap makhluk yang diciptakan. Dikatakan bahwa siswa tidak mungkin lebih hebat daripada guru mereka. Makhluk ciptaan tidak mungkin lebih tinggi daripada Sang Pencipta; jika Anda lebih tinggi dari-Nya, Dia tidak akan mampu menaklukkan Anda—Dia dapat menaklukkan Anda karena Dia lebih tinggi dari Anda. Dia yang dapat menaklukkan semua umat manusia adalah Sang Pencipta, kecuali Dia, tidak siapa pun dapat melakukan pekerjaan ini. Inilah kesaksian; inilah jenis kesaksian yang harus Anda berikan. Anda telah mengalami setiap tahap hajaran, penghakiman, pemurnian, cobaan, kemunduran, dan kesengsaraan, dan Anda telah ditaklukkan, dan menyingkirkan prospek kedagingan, motivasi pribadi Anda, dan keinginan pribadi dari daging—dengan kata lain, hati semua orang telah ditaklukkan oleh firman Tuhan. Meskipun kehidupan Anda belum bertumbuh sampai pada tahap yang diminta-Nya, Anda mengetahui perkara-perkara ini, dan Anda benar-benar yakin dengan apa yang dilakukan-Nya—inilah kesaksian, dan kesaksian ini nyata! Pekerjaan yang telah Tuhan kerjakan—penghakiman dan hajaran—bertujuan untuk menaklukkan manusia, tetapi Dia juga menyelesaikan pekerjaan-Nya, mengakhiri zaman, melaksanakan bagian terakhir pekerjaan-Nya. Dia mengakhiri seluruh zaman, menyelamatkan seluruh umat manusia, membebaskan umat manusia sepenuhnya dari dosa, dan memiliki umat manusia yang diciptakan-Nya secara lengkap. Inilah yang harus Anda saksikan.
Anda telah mengalami begitu banyak pekerjaan Tuhan, Anda telah melihatnya dengan mata Anda sendiri dan mengalaminya secara pribadi, jadi sungguh sayang jika pada akhirnya Anda bahkan tidak dapat melakukan tugas yang seharusnya Anda lakukan. Di masa depan, ketika Injil tersebar, Anda harus dapat berbicara tentang pengetahuan Anda sendiri, bersaksi mengenai segala perkara yang telah Anda peroleh dalam hati Anda, dan tidak menyia-nyiakan jerih payah Anda. Inilah yang harus dicapai oleh makhluk ciptaan. Apa makna pekerjaan Tuhan tahap ini? Apa hasilnya? Dan berapa banyak daripadanya yang dilakukan pada manusia? Apa yang harus dilakukan orang? Ketika kalian dapat berbicara dengan jelas tentang semua pekerjaan yang dilakukan Tuhan yang berinkarnasi setelah datang ke bumi, kesaksian Anda akan lengkap. Ketika Anda dapat berbicara dengan jelas tentang lima hal ini—makna, isi, hakikat pekerjaan-Nya, watak yang dinyatakan-Nya, dan prinsip kerja-Nya—ini akan membuktikan kalian mampu memberikan kesaksian, dan kalian benar-benar memiliki pengetahuan. Yang Aku minta dari kalian tidak banyak, dan dapat dicapai oleh semua orang yang benar-benar mengejar kebenaran. Jika Anda memutuskan untuk menjadi salah satu saksi Tuhan, Anda harus memahami apa yang dibenci Tuhan, dan apa yang disukai Tuhan. Anda telah mengalami banyak pekerjaan-Nya, dan melalui pekerjaan ini, Anda harus mengetahui watak-Nya, dan apa yang Dia benci dan cintai, dan memahami kehendak dan tuntutan-Nya atas umat manusia, serta menggunakan hal ini untuk memberikan kesaksian tentang Dia dan melakukan tugas kalian. Anda mungkin hanya akan berkata: “Kami mengenal Tuhan, penghakiman dan hajaran-Nya sangat berat. Kata-kata-Nya sangat keras, kata-kata itu benar dan agung, dan tidak dapat dilanggar oleh siapa pun. ”Tetapi, pada akhirnya, apakah kata-kata ini memberikan bekal bagi manusia? Apa pengaruhnya pada seseorang? Apakah Anda benar-benar mengetahui pekerjaan ini baik? Apakah penghakiman dan hajaran Tuhan mampu menyingkapkan watak Anda? Apakah mereka mampu menyingkapkan ketidaktaatan Anda? Apakah mereka mampu membuang hal-hal buruk di dalam diri Anda? Akan menjadi apakah Anda tanpa penghakiman dan hajaran Tuhan? Apakah Anda benar-benar mengetahui betapa rusaknya Anda karena Iblis? Dengan semua inilah kalian harus memperlengkapi diri kalian dan inilah yang harus kalian ketahui saat ini.
Sekarang bukan saatnya untuk memiliki iman kepada Tuhan yang hanya ada dalam pikiran kalian: Bukan saatnya kalian hanya perlu membaca firman Tuhan, berdoa, bernyanyi, menari, melakukan tugas kalian, dan menjalani kehidupan kemanusiaan yang normal ... mungkinkah semuanya begitu sederhana? Yang utama adalah hasilnya—bukan berapa banyak perkara yang Anda lakukan, tetapi bagaimana Anda benar-benar dapat mencapai hasil terbaik. Anda mungkin dapat berbicara tentang sedikit pengetahuan sementara memegang buku, tetapi ketika Anda meletakkan buku itu, Anda tidak memiliki pengetahuan apa pun; Anda hanya mampu mengucapkan kata-kata dan doktrin, dan tidak memiliki pengetahuan tentang pengalaman. Sekarang, Anda harus memahami perkara-perkara yang utama—inilah bagian penting untuk masuk ke dalam kenyataan! Sebelum melakukan hal lain, lakukan pelatihan berikut: Pertama, bacalah firman Tuhan—kenali istilah-istilah rohani di dalamnya, temukan visi pokok di dalamnya, kenali bagian-bagian tentang jalan untuk melakukan firman itu, dan satukan semua itu. Carilah masing-masing dan setiap bagian itu, dan terapkan itu dalam pengalaman Anda. Inilah hal-hal utama yang harus Anda pahami. Salah satu tindakan terpenting ketika makan dan minum firman Tuhan adalah, setelah membaca salah satu ucapan Tuhan, dapat menemukan bagian-bagian utama mengenai visi, serta menemukan bagian-bagian utama yang berkaitan dengan melakukan, menggunakan visi sebagai dasar dan melakukan sebagai panduan dalam hidup Anda. Inilah semua hal yang sangat kurang pada kalian, dan masalah terbesar dengan kalian—kalian jarang memperhatikan hal ini dalam hati kalian. Kalian semua memiliki kondisi berikut: malas, tidak termotivasi, tidak mau berkorban, atau menunggu dengan pasif. Beberapa orang bahkan suka mengeluh; mereka tidak memahami tujuan dan makna penting pekerjaan Tuhan, dan mereka sulit mengejar kebenaran. Orang-orang seperti itu membenci kebenaran, dan pada akhirnya akan dilenyapkan. Tak seorang pun di antara mereka dapat disempurnakan, dan tak seorang pun akan disisakan. Jika orang tidak memiliki sedikit pun tekad untuk melawan pengaruh Iblis, tidak ada yang dapat dilakukan bagi mereka!
Apakah pencarian kalian akan kebenaran telah berhasil diukur berdasarkan usaha kalian saat ini, dan apa yang kalian miliki saat ini. Inilah yang digunakan untuk menentukan akhir hidup kalian, yang berarti, akhir hidup kalian ditunjukkan melalui harga yang kalian bayar dan hal-hal yang telah kalian lakukan. Akhir hidup kalian akan disingkapkan oleh pencarian kalian akan kebenaran, iman kalian, dan apa yang telah kalian lakukan. Di antara kalian, ada banyak yang sudah berada di luar keselamatan—karena sekaranglah saatnya untuk menyingkapkan akhir hidup seseorang, dan Aku tidak akan melakukan pekerjaan dengan bodoh, menuntun mereka yang tidak dapat diselamatkan ke zaman berikutnya. Akan ada saatnya pekerjaan-Ku selesai. Aku tidak akan melakukan pekerjaan pada mayat-mayat berbau dan tidak memiliki roh yang tidak dapat diselamatkan; sekarang ini adalah hari-hari terakhir keselamatan manusia, dan Aku tidak akan melakukan pekerjaan yang tidak ada gunanya. Jangan mengumpat langit dan bumi—akhir dunia akan tiba, dan hal ini tak terhindarkan; semuanya telah sampai pada tahap ini, dan tidak ada apa pun yang dapat kalian lakukan sebagai manusia untuk menghentikannya, kalian tidak dapat mengubahnya sesuai keinginan kalian. Kemarin, kalian tidak berusaha untuk mengejar kebenaran itu, dan tidak setia. Hari ini, saatnya telah tiba, kalian berada di luar keselamatan, dan besok kalian akan dilenyapkan. Tidak ada peluang bagi kalian untuk diselamatkan. Meskipun hati-Ku lembut dan Aku melakukan yang terbaik untuk menyelamatkan kalian, jika kalian sendiri tidak berusaha atau memikirkan apa pun, apa hubungannya ini dengan Aku? Orang-orang yang hanya memikirkan daging dan mencintai kesenangan hidup, orang-orang yang imannya mendua, orang-orang yang terlibat dalam jampi-jampi dan mantera, orang-orang yang tak bermoral, compang-camping dan acak-acakan, orang-orang yang mencuri korban kepada Yahweh dan milik-Nya, orang-orang yang mencintai suap, orang-orang yang memimpikan untuk pergi ke surga, orang-orang yang angkuh dan sombong, dan semata-mata berjuang demi kemasyhuran dan kekayaan pribadi, orang-orang yang menyebarkan kata-kata yang tidak sopan, orang-orang yang menghujat Tuhan sendiri, orang-orang yang tidak melakukan apa pun selain menghakimi dan memfitnah Tuhan sendiri, orang-orang yang berkomplot dengan orang lain dan mencoba melepaskan diri, orang-orang yang meninggikan diri mereka sendiri lebih tinggi daripada Tuhan, laki-laki dan perempuan muda yang ceroboh, laki-laki dan perempuan paruh baya dan lanjut usia yang terjerat dalam kejahatan, laki-laki dan perempuan yang menikmati kemasyhuran dan kekayaan pribadi dan mengejar status pribadi di antara orang lain, orang-orang yang tidak bertobat dan terperangkap dalam dosa—bukankah mereka semuanya berada di luar keselamatan? Percabulan, perbuatan yang berdosa, jampi-jampi, mantera, kata-kata tak senonoh, dan kata-kata yang tidak sopan semuanya merajalela di antara kalian, kata-kata kebenaran dan kehidupan terinjak-injak di antara kalian, dan bahasa yang kudus itu tercemar di antara kalian. Kalian orang-orang kafir, penuh dengan kenajisan dan ketidaktaatan! Di mana kalian akan berakhir? Beraninya orang-orang yang mencintai daging, yang melakukan perbuatan jahat dari daging, dan terjerat dalam kebejatan terus melanjutkan kehidupan? Tidakkah kalian tahu bahwa orang-orang seperti kalian adalah belatung yang berada di luar keselamatan? Apa yang membuat kalian memenuhi syarat untuk ini dan itu? Hingga saat ini, tidak ada perubahan sedikitpun pada orang-orang yang tidak mencintai kebenaran dan hanya mencintai daging—jadi bagaimana orang-orang seperti itu dapat diselamatkan? Bahkan saat ini pun, mereka yang tidak mencintai jalan hidup, yang tidak meninggikan Tuhan dan memberikan kesaksian tentang Dia, yang menyusun rencana jahat demi status mereka sendiri, yang memuji diri mereka sendiri—tidakkah mereka tetap sama? Apa gunanya menyelamatkan mereka? Apakah Anda dapat diselamatkan tidak bergantung pada kualitas Anda, atau berapa tahun Anda telah bekerja, apalagi pada berapa banyak sertifikat yang Anda miliki. Hal itu tergantung pada apakah pencarian Anda akan kebenaran membuahkan hasil. Anda harus tahu bahwa yang diselamatkan adalah pohon-pohon yang menghasilkan buah, bukan pohon-pohon yang memiliki dedaunan lebat dan bunga melimpah tetapi tidak menghasilkan buah. Sekalipun Anda menghabiskan bertahun-tahun bepergian ke banyak tempat, lalu apa? Di mana kesaksian Anda? Penghormatan Anda untuk Tuhan jauh lebih rendah daripada kasih Anda terhadap diri sendiri dan hasrat Anda yang penuh hawa nafsu - bukankah orang seperti ini merosot moralnya? Bagaimana Anda bisa menjadi contoh dan model keselamatan? Sifat Anda tidak dapat diubah, Anda terlalu pemberontak, Anda tidak dapat diselamatkan! Apakah orang-orang seperti ini tidak akan dimusnahkan. Ketika pekerjaan-Ku selesai, tidakkah itu saat hari terakhirmu akan tiba? Aku telah melakukan begitu banyak pekerjaan dan mengucapkan banyak perkataan di antara kalian—berapa banyakkah di antaranya yang masuk ke telinga kalian? Berapa banyakkah di antaranya yang pernah kalian taati? Ketika pekerjaan-Ku berakhir juga akan menjadi saat kalian berhenti menentang dan melawan Aku. Selama Aku melakukan Pekerjaan-Ku, perbuatan kalian selalu melawan Aku, kalian tidak pernah menaati kata-kata-Ku. Aku melakukan pekerjaan-Ku, dan kalian melakukan pekerjaan kalian sendiri, kalian membangun kerajaan kecil kalian sendiri - kalian kawanan rubah dan anjing, semua yang kalian lakukan melawan Aku! Kalian selalu berusaha membawa orang-orang yang mencintai kalian saja ke dalam pelukan kalian - di mana rasa hormat kalian? Segala yang kalian lakukan adalah tipu daya! Kalian tidak memiliki ketaatan atau rasa hormat, semua yang kalian lakukan tipu daya dan penghujatan! Dapatkah orang-orang seperti itu diselamatkan? Laki-laki yang secara seksual tidak bermoral dan penuh nafsu selalu ingin menarik para pelacur genit itu kepada mereka demi kesenangan mereka sendiri. Aku tidak akan menyelamatkan Iblis-Iblis yang secara seksual tidak bermoral seperti itu, aku membenci kalian Iblis-Iblis cabul, nafsu birahi dan kegenitan kalian telah menjerumuskan kalian ke neraka—apa yang akan kalian katakan pada diri kalian sendiri? Kalian Iblis-Iblis cabul dan roh-roh jahat sangat keji! Kalian menjijikan! Bagaimana mungkin sampah seperti itu dapat diselamatkan? Mungkinkah orang-orang yang terjerat dalam dosa masih dapat diselamatkan? Kebenaran ini, jalan ini, dan kehidupan ini tidak menarik bagi kalian; kalian tertarik pada dosa, uang, kedudukan, kemasyhuran dan keuntungan, kenikmatan daging, ketampanan laki-laki dan kegenitan perempuan. Apa yang membuat kalian memenuhi syarat untuk memasuki kerajaan-Ku? Citra kalian bahkan lebih besar dari Tuhan, status kalian lebih tinggi dari Tuhan, belum lagi martabat kalian—kalian telah menjadi idola yang dipuja orang. Tidakkah kalian telah menjadi penghulu malaikat? Ketika akhir dari manusia disingkapkan, juga ketika pekerjaan penyelamatan hampir selesai, banyak dari kalian akan menjadi mayat yang berada di luar keselamatan dan harus dilenyapkan. Selama pekerjaan penyelamatan, Aku murah hati dan baik terhadap semua orang. Ketika pekerjaan telah selesai, akhir dari berbagai tipe orang akan disingkapkan, dan pada waktu itu Aku tidak akan baik dan bermurah hati, karena akhir semua orang akan disingkapkan, masing-masing akan digolongkan sesuai jenisnya, dan tidak akan ada gunanya melakukan pekerjaan penyelamatan lagi. Hal itu murni karena zaman penyelamatan sudah berlalu; karena zaman itu sudah berlalu, ia tidak akan kembali lagi.
2 notes · View notes
ihatecellphone · 3 years
Text
~Deadline~
Ngomong soal kerjaan developer, ga jauh-jauh sama yang namanya task. Task itu ada estimasi alias perkiraan waktu tugas tersebut terselesaikan, level, terus urgensi. Kadang ya, kadang aja, nih. Waktu yang lama malah bikin kerjaan molor, meskipun level nya hard to impossible. Seringnya, waktu yang lama malah bikin kita kebanyakan riset, tapi ga mungkin juga level segitu selesai sehari sedangkan masalah pelik butuh data valid. Next,...
Waktu yang lama ini bakal digunakan si developer buat merancang taktik ke depan, misalnya nambah fitur ga kesusahan, meminimalisir memory leak, atau menghindari bad practice, ya emang ga semua berhasil, sih. Seringnya hal begini malah jadi soft block, alias penghambat ngerjain fitur atau bugfix sesungguhnya. Codebase hand off ke developer lain juga bakal lebih sulit kalo belum ada starting point nya apalagi karena hal tak terduga, contohnya aja karena nyamuk yang kebetulan ngisap darahmu waktu riset bawa virus. Damn you mosquito!
Tapi riset bukan berarti ga penting, loh. Kebebasan buat milih framework udah dihilangkan, kebebasan milih library masih (dengan catatan ga boleh bikin aplikasi tambah berat), jadi semua yang dilakukan harus dalam standar yang sekarang udah ga bisa digeser seenaknya. Developer beda sama engineer, mereka kerja di standar tertentu yang lebih fleksibel (intinya kerja bakal selesai dalam batasan-batasan yang bisa didobrak, tentu dengan tujuan efisiensi dan efektifitas). Next,...
Engineer, khusus start a project mereka punya kebebasan milih penyelesaian masalah dengan framework apapun, library apapun, asal masalahnya resolve. Dia ga terbatas waktu per task, emang ga kecil biasanya masalah yang dikasih ke engineer ini, jadi estimasi lebih ke masalah terselesaikan daripada tugas-tugas kecil yang dipecah dari keseluruhan masalah. Dia lebih banyak pilihan singkatnya.
Aku mikir, sebagai manusia kita berkarya terbatas pada ruang gerak itu bakal standar aja hasilnya, jadi lebih manusiawi kalo kita punya banyak pilihan. Tapi developer dan engineer tadi bukan sekadar job title, di luar sana beneran ada. Pembagian kerja seperti itu nyata, engineer dibawahi scrum master, melacak progress dari setiap masalah yang sedang dikerjakan, developer dibawahi project manager yang membagi tugas dan menilai beban tugas. Programmer adalah tukang ketik, menerjemahkan kebutuhan user menjadi kode yang bisa berjalan di mesin.
Kamu pengen jadi apa ke depan nya? Aku pilih yang lebih manusiawi, engineer (title beserta job nya). 
0 notes
dinaest · 3 months
Text
Menari Bersama dan Dalam Tuhan di Zaman Digital
Dalam sebuah paparan menarik di acara Ted Talks, seorang penulis yang menggumuli topik otonomi manusia di era digital, Douglass Russkoff menyoroti bagaimana zaman digital telah membuat manusia kehilangan apa yang penting dari dirinya dan apa yang paling penting dari hubungannya bersama manusia lain. Russkoff menyampaikan bahwa ketika media sosial dan kecerdasan buatan memengaruhi hampir semua aspek hidup manusia, manusia menjadi tak lagi mengerti siapa dirinya, dan gagal paham bagaimana berinteraksi satu sama lain.
Penulis ini menyampaikan apa yang penting bukan lagi kreatifitas dan kebersamaan, melainkan data. Dampaknya manusia tak lebih penting dan bisa bisa hidup seperti zombie. Lama kelamaan kita akan makin hidup takut di dalam dunia, saling curiga, dan saling menyingkirkan satu sama lain. Saling mencari cara bagaimana menguasa satu sama lain dan menaklukan satu sama lain. Kita akan hidup selalu takut akan kekuasaan satu yang berpindah ke kekuasaan lain. Hari ini kita menguatirkan kripto, besok bitcoin, lalu theterium dan lain-lainnya. Jalan satu-satunya menurut Russkoff adalah mewujudkan dunia yang kembali manusiawi.
Jika kita gelisah apakah dunia akan bertahan, alih-alih menjadi paranoid atau takut satu sama lain juga curigaan, mari kita wujudkan dunia yang saling menghormati dan mengasihi, tentu, rasa hormat dan kasih ini betul-betul harus tulus, bukan karena kita ingin saling mengambil keuntungan satu sama lain. Mewujudkan tim manusia, itu opsinya.
Tentu di era digital, kita tak mudah menari satu sama lain. Tak mudah kita saling bergandengan tangan dan tak curigaan apalagi di masa kini. Tak mudah kita merasa aman satu sama lain. Karena media sosial menyoroti data maka kemudian keunikan seseorang tak dilihat sebagai yang utama. Semua dibuat penting berdasarkan selera bersama. Apa yang keren, adalah apa yang paling banyak orang pandang keren, misalnya standar keren itu, jalan-jalan ke luar negeri, punya mobil mewah, makan di restoran mahal dan sebagainya. Akibatnya kita lupa bahwa setiap manusia itu unik, istimewa dan berharga.
Untuk bisa menari bersama sebagai sesama manusia, kita perlu merasakan kasih Tuhan dalam diri kita yang melampui harapan dan selera orang lain atas kita. Menjadi pribadi yang mengenal diri sendiri. Menjadi pribadi yang bersyukur atas diri sendiri yang sudah diciptakan Allah dengan sungguh amat baik. Baru kemudian, jika kita bisa mensyukuri diri kita apa adanya, kita bisa berbuat sesuatu dalam dunia. Menjadi manusia yang bersyukur, karena kita sadar bahwa Tuhan itu ada, hidup dan bekerja dalam diri kita, sebagaimana disampaikan dalam Kisah Para Rasul 17:28a, “Sebab di dalam Dia kita hidup, kita bergerak, kita ada!”. Kita asalnya dari Tuhan dan akan kembali pada Tuhan, tujuan kita ada dalam dunia ini, untuk kemuliaan Tuhan!”
Jika kita sungguh menghidupi ayat ini, maka kita akan diberi kekuatan untuk mensyukuri keberadaan kita dalam dunia ini, sebagai manusia. Dan, akan dimampukan untuk hidup menjadi manusia, yang bersikap manusiawi. Menjadi manusia yang indah, manusia yang menerima dirinya dengan segala kelemahan dan masa lalu. Manusia yang pada akhirnya, bisa melihat setiap orang dengan keistimewaan masing-masing, tanpa merasa iri dan gerah. Tanpa merasa tidak aman, tapi sangat bersyukur untuk pencapaian-pencapaian dan peran yang diberikan orang lain. Sehingga kita bisa menghormati orang lain, dan karya orang lain. Hidup saling menari, bergandengan tangan, dan bekerja sama untuk dunia yang lebih baik.
Semoga, anda semua dan saya selalu dapat merasakan Allah Bapa, Anak dan Roh Kudus yang selalu ada dalam diri kita, yang selalu membangkitkan kerinduan akan kasih dalam diri kita. Allah yang selalu memanggil kita dari dalam dan mengatakan, betapa Allah sangat mengasihi kita, dan menerima kita apa pun keadaan kita. Tak perlu bisa segalanya, atau jadi segalanya, karena mencari sosok yang bisa segalanya, hanya akan membuat dunia ada di ambang ketakutan, ancaman dan kehancuran. Yang Maha Bisa dan Maha Tahu hanya Allah, tiada yang lain. Namun dalam keMahaKuasaanNya, Dia menari bersama kita, Dia bergembira bersama kita. Dia bersukacita karena kita, jadi untuk apa kita sedih dan dikuasai kecemasan?
Semoga Tuhan melimpahkan cinta dan damaiNya pada kita saat ini, sehingga kita bisa menyenangi semua pekerjaan yang kita lakukan, ingatlah, dalam dunia yang tak pernah cukup, kasih Tuhan itu cukup, bahkan lebih dari cukup. Lihatlah dalam diri kita, dan temukan Dia!
Tuhan mengasihi anda!
Saya mau ajak anda merenungkan nyanyian dari Daniel L. Schutte berjudul “These Alone Are Enough” yang banyak menolong saya merenungkan kehadiran Allah di hidup ini, yang kiranya juga dapat memberkati hidup saudara!
Take my heart, O Lord, take my hopes and dreams. Take my mind with all its plans and schemes. Give me nothing more than your love and grace. These alone, O God, are enough for me.
Take my thoughts, O Lord, and my memory. Take my tears, my joys, my liberty. Give me nothing more than your love and grace. These alone, O God, are enough for me.
I surrender, Lord, all I have and hold. I return to you your gifts untold. Give me nothing more than your love and grace. These alone, O God, are enough for me.
When the darkness falls on my final days, take the very breath that sang your praise. Give me nothing more than your love and grace. These alone, O God, are enough for me.
0 notes
namakujingga · 4 years
Text
awalnya tak terbiasa dengan tekanan, berfikir kita tak akan bisa tiba pada tujuan jika tidak mampu menahan segala cobaan. sampai akhirnya paham, mencoba untuk membiasakan adalah satu-satunya cara untuk bertahan.
setelah terbiasa dengan keadaan, kita lupa bahwa kita hanyalah manusia yang sewaktu-waktu bisa merasa kelelahan. lelah akan semua cobaan, tekanan, juga segala rutinitas kegiatan. lelah dipaksa oleh keadaan, bahkan hanya untuk sekedar bertahan.
memasuki saat dimana tak ingin mendengarkan balasan 'baru seperti itu, aku juga pernah merasakan' atau 'memangnya cuma kamu yang punya beban?!' yang malah terasa seperti mengadu seberapa berat penderitaan.
di waktu yang sama juga memasuki saat dimana kita hanya ingin didengarkan, tanpa perlu takut nantinya akan membebankan pikiran yang sedang mendengarkan. maaf saja jika terdengar arogan, sedang ingin cuti bertahan dan mengambil beberapa stok keegoisan.
Jingga. 200106.
3 notes · View notes
inanisa · 3 years
Text
BlueBook, Stories in Her Mind
"Not the perfect one, but the comfy one"
.
"Kenapa suka padaku?"
Dia hanya mengangkat kedua pundaknya setelah diam cukup lama, membuat alisku naik sebelah.
"Bukannya aku terlalu biasa? Dari segi kecerdasan, sejujurnya aku cukup pintar. Namun dalam banyak hal, aku masih kalah cerdas dengan orang-orang diluar sana. Dari segi sikap, kadang aku bersikap baik, tapi sesekali bisa marah dan berlaku tak sopan. Berdasarkan penampilan, kurasa aku tidak begitu buruk. Setidaknya menurutku. Soal kemampuan, aku memang bisa memasak dan mendesain pakaian. Tetapi tak begitu handal. Semuanya ada pada batas yang ambigu, biasa saja. Sejujurnya, tak ada yang istimewa pada diriku. Hanya seperti orang-orang pada umumnya,"
"Apakah kau sedang berusaha menyombongkan diri?" candanya sambil tersenyum.
"Ah, jadi ini yang orang-orang pikirkan tentangku" jawabku membuat kami terkikik.
"Kau sudah menjawabnya sendiri,"
"Hah?"
"Karena kau perempuan biasa," dia berhenti sejenak sebelum meneruskan ucapannya. "Kepintaran, kecantikan, kebaikan, kemampuan. Semua itu berada pada batas yang wajar. Kau pandai soal pekerjaan, handal dalam presentasi dan meyakinkan orang. Tapi sesekali bisa bersikap konyol dan sedikit bodoh. Ralat, kau selalu seperti itu di depanku," ujarnya sambil tersenyum. "Kau sangat baik dan loyal kepada orang-orang terdekat. Berusaha menolong orang lain yang membutuhkan. Namun, bisa marah dan tegas pada orang yang tak memperlakukanmu dengan baik, atau ketika kau diperlakukan tidak adil. Ah, sesekali kau juga marah pada hal-hal random. Kalau dibandingkan dengan standar kecantikan, sejujurnya warna kulitmu cenderung agak kecoklatan, tapi setidaknya itu terlihat manis untukku,"
"Bisakah kau memujiku dengan sedikit lebih elegan?"
"Dengan diksi seperti itu, kurasa terlalu baik jika menganggapnya sebagai pujian," jawabnya membuatku berdecak.
"Semuanya berada pada batas yang wajar. Tak kurang dan tak lebih. Itu membuatmu terlihat manusiawi. Jadi, kurasa akan nyaman dan tak perlu merasa rendah diri ketika menunjukkan sifat dan imanku yang masih jauh dari kata sempurna. Aku butuh seseorang yang mengingatkanku ketika berbuat salah, bukan justru meninggalkan. Di masa-masa sulit, aku butuh seseorang untuk berbagi cerita dan diskusi tentang semua hal tanpa merasa malu atau tertekan. Bagiku, rasa nyaman adalah faktor penting dalam proses belajar menjadi orang yang lebih baik di mata Allah dan manusia. Aku nyaman, karena kau biasa-biasa saja," ujarnya membuatku diam berkaca-kaca.
"Ah, biasanya aku tak suka mendengar orang menyebutku biasa-biasa saja," candaku.
"Itu karena aku yang terlalu pandai memilih diksi,"
"Sekarang justru kau yang menyombongkan diri," celetukku membuat kami saling melempar senyum.
.
K160221.1843
1 note · View note
rmolid · 4 years
Text
0 notes
amariahmad · 6 years
Text
Pemutus Angan-Angan
Seiring bertambahnya usia, cara pandang kita terhadap kehidupan semakin beragam. Dan rupanya, angan-angan kita juga semakin banyak. Mimpi-mimpi sederhana kita semasa kecil, akan berubah menjadi impian-impian kompleks yang meliputi berbagai aspek dalam setiap lini kehidupan. Mungkin dahulu kita merasa cukup dengan hanya memiliki ponsel sederhana, namun kini rasanya ada yang kurang tanpa kehadiran tablet di dalam genggaman. Mungkin dahulu kita hanya bermimpi sebatas bisa menikmati liburan dengan berpiknik di taman, namun kini rasanya belum keren kalau belum liburan dengan menginjakkan kaki di  benua biru. Mungkin dahulu kita hanya berharap bisa makan cukup sehari-hari, namun kini rasanya belum puas jika belum makan makanan mewah dengan harga selangit. Dan... mungkin dahulu impian kita hanya berhenti untuk diri kita sendiri, namun kini kita akan bermimpi untuk orang-orang yang kita cintai. Kita mulai berpikir untuk menyusun jenjang-jenjang kehidupan di masa depan. Untuk orang tua, untuk keluarga, untuk pasangan hidup, untuk anak-anak, bahkan untuk orang-orang yang bahkan tak kita kenal namanya. Kita mulai menerawang, ingin jadi seperti apakah kita nanti? apa yang akan kita lakukan setelah ini? apa yang akan kita berikan untuk diri kita dan orang lain? Lalu kita mulai menuliskan sederetan rencana dalam kehidupan. Lulus dari kuliah umur sekian, bekerja umur sekian, menikah umur sekian, memiliki anak, dan seterusnya... dan seterusnya. Kemudian kita akan lebih sering bicara tentang kesuksesan dalam hidup, karir, jabatan, gaji, dan berbagai topik-topik pembicaraan orang dewasa. Rasanya rumit, pelik, namun memang itulah bagian dari hiruk pikuk kehidupan di dunia. Manusiawi, memang. Karena manusia adalah makhluk yang tidak pernah puas akan apa yang dimilikinya. Maka secara sadar ataupun tidak, manusia akan terus menerus berusaha memanjat tumpukan batu bata yang telah mereka susun sendiri. Batu bata itu membentuk sebuah dinding yang semakin hari, semakin menjulang tinggi. Mungkin itulah salah satu analogi, mengapa manusia tak kunjung puas--karena mereka terus menerus membangun dinding yang lebih tinggi yang akan mereka berusaha naiki sendiri setiap harinya. Dan batu bata ini, adalah kumpulan-kumpulan dari framing kesuksesan yang beredar di masyarakat. Entah punya rumah besar, punya mobil mewah, berlibur ke luar negeri setiap bulan, dan sebagainya. Kita jadikan hal itu sebagai batu-bata yang kita tumpuk dan setelah itu kita berusaha menaikinya. Ketika hampir sampai di puncak, kita kembali mengambil batu bata, kali ini: punya dua rumah besar, punya dua mobil mewah, berlibur ke luar negeri setiap bulan, ohya, ditambah dengan punya pesawat pribadi, barangkali? Semua angan-angan panjang kita, kita susun menjadi sebuah dinding yang lebih tinggi--dan setelah itu, kita kembali berusaha mencapai puncaknya. Namun, setelah dinding kita cukup tinggi, kita mulai termenung. Lelah? Ya, sepertinya. Kita duduk sejenak, lalu menatap diri di depan cermin. Kita mulai menua, beberapa helai uban mulai mencuat keluar. Kulit kita juga tak sekencang dulu, kerutan pada wajah kita mulai jelas terlihat. Sendi-sendi kaki dan tangan kita, mulai sakit-sakitan. Pandangan kita mulai kabur dan kepala kita mulai sering pusing tak berkesudahan. Begitupula pasangan hidup kita. Anak-anak kita mulai besar, pergi jauh bersekolah dan bekerja. Mereka pun akan segera menikah dan berkeluarga. Kita menatap dinding kita sekali lagi, tinggi sekali. Kita menatap sekeliling--rumah besar dan mewah, mobil yang entah tak lagi kita hapal platnya, ratusan souvenir kenangan liburan di puluhan negara, dan pernak-pernik kekayaan kita lainnya. Kurang? Kita rasa tidak. Sudah lebih dari cukup. Kita bertanya-tanya, mengapa hidup kita terasa hampa, padahal kita sudah memiliki segalanya? Mengapa hidup ini terasa begitu melelahkan dan menyiksa? Mengapa kita tak kunjung mencapai kesuksesan yang kita idam-idamkan? Dan kita baru menyadari, bahwa sebenarnya dinding yang kita buat selama ini adalah dinding yang telah menyiksa diri kita sendiri. Kita baru tersadar, bahwa kita hanyalah sesosok jasad yang penuh dengan keterbatasan. Sebanyak apapun baju yang kita punya, kita tak akan menggunakan semuanya secara bersamaan. Sebanyak apapun kendaraan yang kita miliki, hanya satu yang kita dapat kendarai dalam satu waktu. Sebanyak apapun makanan yang kita beli, hanya satu porsi yang dapat kita makan, setelah itu kita merasa kenyang dan nafsu makan itu pun hilang. Lantas, mengapa kita selama ini begitu tamak? Maka Allah telah memperingatkan kita dalam begitu banyak ayat dalam Al-Qur’an dan melalui sabda Rasul-Nya, bahwa dunia adalah ujian bagi orang-orang mukmin. Entah itu harta benda, makanan, bahkan anak-anak kita sendiri. Allah telah memperingatkan bahwa sifat dasar manusia adalah tak pernah puas, bahkan saat manusia mendapatkan satu gunung emas, ia akan meminta untuk mendapatkan dua gunung emas, begitupun seterusnya hingga tanah-lah yang memenuhi perutnya. Maka, ingatlah selalu pemutus segala kelezatan dan angan-angan yaitu kematian. Dengan begitu, kita tak akan menjadikan dunia sebagai orientasi kita. Kita akan mencukupkan diri dengan apa yang kita butuhkan bukan dengan apa yang kita inginkan, apalagi hanya karena hasad terhadap apa yang orang lain miliki. Berhentilah untuk mengikuti standar kesuksesan yang orang lain miliki, berhentilah melihat kehidupan orang lain, berhentilah menghabiskan waktu dengan meratapi diri mengapa hidup tak seindah instastory orang lain. Buatlah standar kesuksesan hidupmu sendiri, sesuai dengan apa yang telah Rabbul ‘alamin tetapkan... karena tiada kesuksesan selain keridhoan Allah terhadap hamba-Nya.
Maka, genggamlah dunia dengan tangan, tapi jangan sekalipun memasukkannya ke dalam hati!
-- (really, really) a self reminder, karena dengan membagikan ini, tanggungjawab saya--selaku penulis--untuk berusaha mengamalkannya akan berkalikalikalilipat lebih berat... maka saya mohon doanya, semoga apa yang saya tulis akan selalu sejalan dengan usaha yang saya lakukan. Saling mendoakan agar tetap istiqomah dan Allah teguhkan hati kita semua diatas agama-Nya. Karena, sungguh fitnah dunia ini amat berat dan dapat menyerang dari arah manapun :” Bismillaah.
2 notes · View notes
aughinurul · 4 years
Text
Bertumbuh Bersama Kegagalan
Saya menulis ini agar ketika gagal lagi, saya tau pernah mencapai tahap proses penerimaan ini.
Belakangan ini--beberapa tahun belakangan tepatnya--saya menemui banyak sekali kegagalan. Berkali kali juga saya merasa sedih, kecewa, bahkan mungkin memutuskan untuk berhenti berjuang. Semua perasaan yang muncul ketika gagal adalah manusiawi dan wajar saja. Perasaan ini diperberat ketika saya mengingat-ingat betapa banyak keberhasilan yang saya dapat sebelumnya. Betapa mudahnya saya dapat apa yang saya mau. Bertahun-tahun Allah mempermudah saya atas segala hal sampai saya berpikir bahwa saya orang paling beruntung. Lalu, ketika saya mencoba kesempatan yang serupa namun gagal, sedih sekali rasanya.
Butuh waktu yang nggak sebentar untuk akhirnya saya sadar bahwa semua ini adalah bagian dari pembelajaran. Kalau dipikir-pikir, apakah saya memang benar-benar gagal? Bisa jadi saya hanya terjebak dalam standar yang keberhasilan yang saya ciptakan sendiri. Rasanya egois sekali kalau memaksa Allah memenuhi standar yang kita bikin sendiri. Belum tentu juga standar itu bener.
Terus ya berputar-putar aja di situ. Saya harus mencapai ini, harus bisa itu, harus begini dan begitu. Terus kalau nggak dapet, lupa sama kebaikan kebaikan lain yang Allah kasih. Rasanya semua tertutup sama satu hal yang nggak bisa dicapai. Buta kalau semua rezeki yang cukup, keluarga yang sehat, teman-teman suportif, kelancaran akademis merupakan rezeki yang tak ternilai harganya. Bukankah Allah mengabulkan setiap pinta walaupun dengan cara yang beragam?
Terlebih, apa sih yang mau dicari dan dikejar? Kalau udah merasa berhasil, terus apa? Bahagia? Lah, bukankah bahagia juga bisa didapat dari hal yang sederhana?
Ah, manusia...
Seringnya malah jadi melabeli diri sendiri dengan kamu gagal, kamu nggak kompeten, orang lain lebih baik, karya kamu jelek, dan sebagainya. Anehnya, pikiran pikiran yang bikin menderita itu justru yang saya pelihara bertahun-tahun. Alih-alih bangkit dari kegagalan, yang ada adalah minder dan merasa saya mah apa atuh.
Semenjak punya pikiran-pikiran seperti itu, saya capek. Bener-bener capek. Bingung langkah apa yang akan saya ambil. Jadinya saya stuck di situ aja, tersesat di dalam diri. Terus saya mencoba untuk introspeksi. Berkali-kali. Sampai akhirnya sampai pada kesimpulan :
Gagal membuat saya tumbuh dengan pikiran-pikiran yang lebih dewasa, sikap yang lebih bijak, perasaan yang lebih tertata.
Saya sadar bahwa hidup nggak akan selamanya enak-enak saja. Mereka yang selalu berhasil, bisa jadi bukan orang yang benar-benar berhasil. Mereka yang pernah gagal bisa jadi orang yang berhasil, jika akhirnya mereka belajar. Mereka mempersiapkan diri membentuk ketahanan diri yang lebih. Tantangan hidup ke depan akan jauh lebih berat. Akan ada banyak hambatan yang nggak saya tahu. Kalau diuji masalah segini aja udah rapuh, gimana bisa menghadapi kehidupan ke depannya?
ps. siapa tahu memang semua yang kita anggap berhasil itu sedang dipersiapkan Allah di masa depan, di situasi yang lebih sulit saat kita benar-benar butuh itu. Ya, saya nggak tahu sih. Tapi karena nggak tahu itu, saya masih punya harapan dan masih mau tetep berjuang dalam hidup kan?
Rumah | akhir mei 2020
0 notes