Tumgik
#jaga hati manusia
hellopersimmonpie · 2 months
Text
Muqollibul Qulub
Bicara tentang self-care seringkali tricky banget karena definisi tentang self-care tuh seringkali berdasarkan proyeksi kita terhadap apa yang telah kita alami. Bagi orang yang hidupnya selalu hectic, slow living adalah self-care. Sementara bagi orang yang hidupnya baru nemu tujuan, mungkin bentuk self-care-nya adalah kerja keras. Buku-buku self-care pun sangat bervariasi. Ini yang kadang membuat kita bingung ke arah mana hidup kita sebenarnya.
Ada yang bilang bahwa tanda kehidupan yang baik adalah hati selalu tenang dan tidak gelisah. Bahwa tanda manisnya iman adalah ketika kita bisa kalem ketika ditimpa cobaan berat. Apakah demikian? Apakah gelisah itu tanda bahwa manusia sedang jauh dari Allah? Yang maha menenangkan jiwa?
Belajar hidup dengan ADHD membuat gue belajar banyak hal tentang cara kerja jiwa. Dan ternyata ketenangan yang seringkali kita impikan ya memang tidak selalu ada. Tidak selalu kita capai and that's okay.
Kadang kita hidup dengan dopamin yang cukup sehingga bisa beraktifitas dengan baik. Kadang kita hidup dengan dopamin yang kurang sehingga sulit sekali berkonsentrasi.
Neurotransmitter effect is real.
Belakangan gue nyoba ngatur pola makan dengan protein diusahakan tinggi dan tanpa gorengan. Dopamin gue cenderung stabil dan nggak cepat stress. Tapi kadang perkara imbalance hormon or neurotransmitter juga bukan seperti saklar yang ada on-off nya. Maka definisi self-care versi gue adalah bersabar merawat diri sendiri. Ngasih makan-makanan yang baik, disiplin istirahat dan bersabar juga dengan mood yang tidak nyaman akibat neurotransmitter yang tidak seimbang.
Gue nggak lagi meromantisasi ADHD atau ngasih excuse kalo tiba-tiba mood gue jelek. Ini gue tulis karena ketenangan hati itu seringkali dikaitkan dengan iman. Padahal hati dan jiwa yang bergejolak tuh ya mungkin aja memang fitrahnya manusia. Entah karena punya masalah, entah karena struktur otak yang beda.
Berapa kali penyandang neurodivergent ditakut-takuti dengan "gelisah adalah tanda kurang iman", bahwa pengobatan ke psikiater akan membuat kita bergantung dan lepas kendali terhadap diri kita sendiri. Maka kepada Allah gue menitipkan diri gue ketika pikiran gue tidak sedang dalam kondisi baik. Semoga Allah berkenan menjaganya selalu. Agar jangan sampai merugikan diri sendiri dan orang lain. Dan jika pikiran gue sedang dalam kondisi baik, semoga Allah selalu memberi kesempatan untuk berbuat baik.
....
Hari ini ngerasain banget tenaga full tapi nggak mampu konsentrasi. Akhirnya gue cuma diem dan minum air anget sambil ngadep jendela. Yang muncul di kepala gue adalah:
"Ya Allah aku sudah berusaha dengan baik agar tidak mudah stress dan tubuh ini senantiasa dalam kondisi baik. Maka jika mood hamba berantakan lagi, engkau yang maha membolak-balikkan hati. Kutitipkan kepada-Mu dan jaga dengan baik"
Selanjutnya gue nulis tumblr ini dan ya again gue kepikiran buat bilang bahwa gelisah itu hanyalah signal yang harus dimaknai lebih jauh lagi. Bukan tanda bahwa yang maha menenangkan hati sedang tidak mau menenangkan kamu. Rahmat Allah itu luas. Bersabar dalam kegelisahan sampai kita bisa berdiri tenang juga termasuk ruang untuk mendapatkan pahala. Berikhtiar ke psikiater biar bisa hidup dengan baik juga bagian dari kebaikan.
136 notes · View notes
yunusaziz · 1 month
Text
Tumblr media
Tentang Sebuah Keyakinan
Betapapun mungkin keadaan hari ini begitu kalut, begitu sukar untuk dilalui, bahkan seolah batu sandungan terus bertebaran tiada henti, teruslah untuk berupaya mematri keyakinan ini di dalam hati bahwa "Saya tidak ragu sedikitpun akan masa depan nanti, tidak sama sekali.".
Biarlah skenario kehidupan ini berjalan sesuai kehendak Pencipta. Tugas kita hanya cukup untuk terus berupaya, berjuang dengan semaksimal daya, sembari tetap merapal do'a dan berserah diri sebagai pelengkap upaya.
Ini bukan narasi pesimisme, ataupun keputus-asaan, melainkan ini adalah memang apa yang Dia kehendaki. Berserah diri yang bukan berarti menyerah, juga berusaha yang tanpa membuat diri ini lupa; bahwa sehebat apapun manusia, tetaplah makhluk yang harus terus 'bergantung' pada-Nya.
Ini adalah tentang keyakinan yang semestinya memang harus terus dinyalakan. Ketika jiwa mulai goyah, gusar, atau ragu akan masa depan, artinya keyakinan itu sedang redup. Butuh segera disulut kembali. Biarkan ia terus hidup, menjadi kompas yang memberi arah kemana kaki ini harus melangkah.
Ia juga bak cahaya, yang akan membimbing kita untuk terus melangkah maju, meskipun rintangan tampak gelap tak berujung. Keyakinan ini pula yang mengingatkan kita bahwa di balik setiap kesulitan, selalu ada hikmah dan pelajaran berharga yang menanti untuk dipetik.
"Tentang Sebuah Keyakinan" adalah sebuah lonceng pengingat bagi kita semua, bahwa keyakinan adalah kekuatan yang begitu hebat yang dapat mengubah kita. Jaga terus keyakinan ini di dalam hati, dan biarkan ia menjadi kompas yang menuntun kita menuju kehidupan yang penuh optimisme dan penuh makna.
128 notes · View notes
kaktus-tajam · 6 months
Text
List Kegagalanku di Tahun 2023
Di luar arus umumnya, aku ingin berbagi kegagalan apa saja yang ditakdirkan di tahun 2023. Hehe. Panjang.
Januari
Tentunya skenario mengawali tahun baru dengan sakit.. tidak pernah ada dalam bayanganku.
Bukan. Bukan karena harus dirawat inap selama 6 hari dengan 3 dokter spesialis, sampai harus izin ganti jaga IGD karena masih berstatus dokter internsip. Bukan karena diagnosisnya cukup langka jadi ragam tes harus dilakukan. Bukan.
Agaknya aku lebih ingin menggarisbawahi bahwa 6 hari itu mengubah persepsiku tentang 24 tahun hidupku.
Dan kegagalan pertamaku adalah sempat menyalahkan diri, bahkan.. sempat mempertanyakan Allah: kenapa aku?
Sikap kontraproduktif.
Ternyata manusia memang tempatnya mengeluh, tempatnya ketidaktahuan ya.
Siapa sangka, sakitku itu justru membawa banyak keberkahan di kemudian hari. Membuka pintu-pintu unik yang belum pernah terbayangkan sebelumnya.
Februari
Kegagalan keduaku adalah gagal mengkomunikasikan dengan baik terkait pekerjaanku sebagai asisten penelitian.
Akhirnya aku memutuskan resign dari pekerjaan sampinganku untuk fokus ke internsip dan pemulihan sakit. Di momen ini aku malu, karena rasanya gagal membina hubungan baik dengan dosen. Gagal pula manajemen diri dan waktu dengan baik. Sampai bertanya-tanya, kok bisa ya saat S1 dan koass kuat? Apa tidak pernah diuji sedemikian fisikku dan mentalku?
Tapi justru di titik ini aku belajar, suatu pelajaran penting. Ingatkah kisah tentang contoh mastatha’tum seorang syaikh, yang berlari sampai pingsan?
Di sini Allah sedang mengingatkan pertanyaanku ke seorang ustadz 2018 silam: bagaimana kita mengetahui batas kita dalam mastatha’tum ustadz?
Maret
Aku gagal menyelesaikan amanahku di komunitas yang kuikuti dengan baik. Adabku nampaknya perlu ditilik kembali.
Aku tidak bisa ikut rihlah dan menyelesaikan tugas akhirku di kelas tersebut. Pasalnya, setelah ke beberapa dokter di Indonesia, akhirnya orang tua membawaku ke Singapura untuk check up. Dan seperti cerita-cerita yang sering viral di sosial media, dokter di sana berbeda pendapat dengan dokter di Indonesia.
Aku dinyatakan berstatus “saat ini Anda sehat, tapi perlu pengawasan.” Suatu diagnosis abu-abu. Tidak dapat tegak, tapi juga tidak dapat dieksklusi. Menarik.
Siapa sangka, sebagai dokter aku justru jadi pelaku health tourism sebagai pasien? Ayah dan ibu berkata: kelak perjalanan ini pasti akan bermanfaat bagi kamu. Aamiin.
Oh ya di sisi lain, aku merasa gagal juga membuat orang tuaku bangga. Jadi sedih karena merepotkan. Terharu karena melihat sedemikian khawatirnya mereka.
April
Ternyata dalam bab ber-Qur’an pun, aku gagal mencapai target. Aku tertinggal jauh.
Kebanyakan alasan. Kebanyakan bermalas-malasan. Jaga lah, capek lah, badan sakit lah.
Tapi Allah kasih rezeki berupa Ramadhan. Dan Allah karuniakan rasa di hati: bagaimana kalau ini Ramadhan terakhirku? Itikaf terakhirku?
Rasa yang membuat bulan mulia itu begitu sulit dilepas. Alhamdulillah. Semoga kita tidak termasuk dari mereka yang mahjura terhadap Al-Qur’an.
Di kegagalan ini aku belajar tentang adab izin ke Allah: bahwa keikhlasan pun perlu diminta, keistiqomahan pun perlu diminta.. dan ternyata Qur’an memang jadi obat terbaik untuk sakitku.
Mungkin memang sebenarnya jiwaku ini yang banyak penyakitnya, ya.
Mei
Laju hidupku berubah ketika internsip periode rumah sakit selesai dan beralih ke puskesmas. Layaknya testimoni teman-teman, periode puskesmas akan lebih luang dan tidak melelahkan (dan membuat naik berat badan).
Tapi aku gagal menaikkan berat badan. Haha (naik sih, tapi turun lagi)
Memang tiga hari setelah pindah stase dari RS aku tidak nafsu makan. Aku hanya banyak menangis dan mencoba alihkan pikiran dengan game kucing. Haha.
Kenapa? Aku merasa gagal manajemen code blue dengan baik, di jaga malam terakhirku. Aku kehilangan seorang pasienku. Innalillahi wa inna ilaihi raajiun. Kepergiannya, kelak menjadi kebaikan bagiku (dan untuk almarhum lah, aku dedikasikan sertifikat ACLS-ku). Terima kasih Pak, semoga Allah lapangkan kuburmu. Al fatihah.
Juni
Lagi-lagi gagal untuk mengelola stress. Haha. Di bulan Juni aku mendaftar tes TOEFL iBT. Setelah memantapkan hati mendaftar LPDP. Tentunya belajarnya H-10 karena mepet. Akhirnya gejala sakit kemarin muncul lagi. Duh, Hab.
Sedih juga, karena gagal mendapat nilai yang kutargetkan, kurang 4 poin.
Tapi alhamdulillah, memenuhi syarat. Walau ujian sambil merasakan macam-macam gejala efek samping obat.
Juli
Gagal mengumpulkan berkas LPDP sebelum deadline.
Terbukti benar kata Ibu, perjalanan sakitku dari Januari membawa hikmah. Itulah yang menjadi kisah latar belakang di esai kontribusi, yang seakan Allah tunjukkan: ini nih my calling.
Tapi aku mengulur waktu, dan akhirnya baru mengumpulkan berkas di beberapa jam sebelum tenggat. Di mobil. Saat aku perjalanan dari Jakarta ke Jogja. Haha. Terbayang betapa tingginya adrenalin malam itu.
Agustus
Gagal juara 1 di lomba yang kuikuti.
Sakitku.. selain menghantarkanku untuk daftar S2 (ketimbang langsung PPDS/ kerja), juga menghantarkanku untuk mencoba banyak hal untuk menambah pengalaman di CV untuk persyaratan S2.
Termasuk ingin ikut berbagai mentorship dan lomba. Aku gagal daftar mentorship dan training Cochrane. Tapi aku akhirnya memberanikan diri mengikuti MIT Hacking Medicine di Bali.
Alhamdulillah, walau gagal juara 1, mendapat juara 3 dan mendapat pengalaman yang jauh lebih berharga dari piala itu sendiri. Oh ya dan mendapat teman-teman internasional juga.
September
Gagal rasanya ketika sempat ditegur konsulen karena scientific poster ku perlu berulang kali revisi.
Pengalaman pertama mengirimkan case report
Lalu kelelahan setelah lomba. Dan akhirnya September penuh dengan bolak-balik check up kembali.
Aku pun gagal manajemen emosi ketika harus sulit mengurus rujukan ke RS dan mengorbankan banyak hal.. lalu ketika di sana.. diperlakukan kurang sesuai ekspektasi oleh dokter.
Ternyata kekecewaan itu menjadi pengingat terbaik: oh ya, kalau jadi dokter, jangan seperti ini ke pasien.
Oktober
Gagal pakai software asli non-bajakan untuk mini project di Puskesmas. Huhu.
Ketika mini project, aku berkali-kali gagal menganalisis data. Bahkan beberapa jam menjelang presentasi, aku baru menyadari kesalahan krusial yang membuatku mengulang seluruh pekerjaanku haha. Panik.
Akhirnya aku refleksi dan istighfar, mungkin ini akibat SPSS bajakan. Jadi tidak berkah. Teringat peristiwa serupa saat skripsi, akhirnya menggunakan free trial (yang legal) baru berhasil.
November
Gagal menulis rutin di Tumblr. Gagal mengajar Quranic Arabic sampai tuntas.
Nampaknya bulan November merupakan bulan yang butuh ruhiyah yang lebih kuat. Segala persiapan S2, perpisahan, pindah kembali ke Jakarta setelah internsip, adaptasi hidup bersama orang tua lagi..
Dan aku rasa futur iman-ku, terbukti dari writer’s block yang cukup lama. Pun semangat mengajar juga redup. Meng-sedihkan diri ini.
Oh ya tapi ternyata tentang kegagalanku di Maret.. Allah masih menurunkan rahmat-Nya dan mengizinkan aku ikut kembali komunitas tersebut kembali. Menebus kesalahanku yang lalu. Ya Allah. Alhamdulillah. Semoga diridhai Allah dan guru-guru kami.
Desember
Dan kurasa kegagalan terbesarku adalah sempat merasa kehilangan arah. Kehilangan diri yang dulu.
Aku ingat ketika pertama kali dengar diagnosisku, duniaku seperti dalam kondisi pause. Aku takut bercita-cita. Aku takut menulis mimpiku lagi. Aku takut membuat rencana.
Di akhir tahun ini, akhirnya aku beranikan diri menulis kembali: cita-cita, rencana, dan mimpi. Dan yang utama, cita-cita bersama Al-Qur’an.
Guru kami berkata: untuk Al-Qur’an, jangan pernah takut bermimpi
Maka aku coba kembali, tertatih-tatih sekali pun. Dan ternyata dengan memberanikan diri merapikan rencana ziyadah, murajaah, tilawah, tadabbur.. menghidupkan kembali semangat diri untuk cita-cita yang lain.
Allahummarhamna bil Qur’an..
..Sepertinya masih banyak. Kegagalan-kegagalanku.
Tapi dengan segala kegagalan, aku bersyukur Ditipkan pelajaran bersamanya.
Dan bukankah itu kesuksesan? Ketika segala tinggi dan rendahmu, menghantar kepada syukur dan sabar ke Allah.
Semoga dimampukan ya, Hab.
Selamat mensyukuri “kegagalan”, semoga Allah takdirkan setelah dosa ada taubat, setelah kegagalan ada pelajaran.
-h.a.
Kalau kamu juga berbagi kegagalanmu, sertakan #perjalanankegagalan ya, siapa tau kita saling menemukan bahwa kita semua memang hanya manusia biasa
81 notes · View notes
kafabillahisyahida · 21 days
Text
JAMINAN
Tak perlu takut merasa kesepian, Kalau kita mencukupkan hati dengan Allah dan Rasulnya, Allah akan cukupkan kita walaupun kita sedang tidak punya seseorang di sisi kita.
Tak perlu khawatir akan masa depan anak2 dan harta. Allah janji kalau kita jaga Allah, Allah akan jaga kita bahkan anak - anak dan rezeki kita.
Apa maksudnya mencukupkan diri dengan Allah dan Rasullnya? Juga apa makna Menjaga Allah?Apa Allah perlu dijaga? Maksudnya ketika kita mencukupkan diri(wara) hanya dengan apa yang diperintahkanNya dan menjaga batas - batas laranganNya. Maka kita sedang menjaga diri kita sendiri.
“Sesungguhnya yang halal itu telah jelas dan yang haram pun telah jelas pula. Sedangkan di antaranya ada perkara syubhat (samar-samar) yang kebanyakan manusia tidak mengetahui (hukum)-Nya. Barangsiapa yang menghindari perkara syubhat (samar-samar), maka ia telah membersihkan agama dan kehormatannya. Barangsiapa yang jatuh ke dalam perkara yang samar-samar, maka ia telah jatuh ke dalam perkara yang haram. Seperti penggembala yang berada di dekat pagar larangan (milik orang) dan dikhawatirkan ia akan masuk ke dalamnya. Ketahuilah, bahwa setiap raja memiliki larangan. Ingatlah bahwa larangan Allah adalah apa yang diharamkan-Nya. Ketahuilah, bahwa di dalam jasad manusia terdapat segumpal daging. Jika ia baik, maka baik pula seluruh jasadnya; dan jika ia rusak, maka rusak pula seluruh jasadnya. Ketahuilah, bahwa segumpal daging itu adalah hati." HR.Bukhari dan Muslim.
"Jagalah Allah, niscaya engkau akan mendapati-Nya Dia dihadapanmu" (HR Tirmidzi)
Apa yang dirasa kurang oleh orang yang telah mendapatkan Allah?
23 notes · View notes
nonaabuabu · 9 months
Text
08 September 2023
Menahan diri untuk tidak membalas perbuatan buruk orang itu, adalah hal paling sulit yang aku pelajari belakangan. Semenjak hubungan pertemanan dengan seorang teman baik selesai, aku harus membereskan fitnah yang tersebar kemana-mana.
Ada keinginan membalas, mengkofrontasi langsung, atau mengklarifikasi kepada orang-orang yang menerima cerita sebelah dan menatap sinis.
Tapi akhirnya sadar, itu semua untuk apa? Toh pada akhirnya aku juga tidak butuh teman yang melihatku dari kata orang.
Sekarang ini aku dilabeli berteman atas azas manfaat, dan aku tidak ingin mengelak. Bukan satu orang saja yang tahu itu, jauh sebelum hari ini aku sudah mendeklarasikan diri bahwa hubungan yang aku bangun adalah mutualisme. Seseorang yang tidak memberikan dampak baik apapun pada hidupku, untuk apa aku jaga dengan baik.
Ketulusan, duh. Aku tidak tahu jika ketulusan itu dibangun atas kesadaran. Yang aku lihat, mereka yang mengaku tulus lah yang akan pertama kali berpaling saat kita tidak sesuai dengan yang mereka inginkan. Sialnya, aku menolak segala dikte yang membuat hidupku tak berkembang.
Aku hanya tahu, aku tak akan memberi jika aku tak mampu. Sisanya persetan dengan sepenuh hati. Aku tak hidup sebagai malaikat, aku manusia yang diberi akal sejak ruh ditiupkan.
Somewhere only I know
86 notes · View notes
kayyishwr · 1 month
Text
Kesadaran
Baru saja lihat di X, siswa-siswi SMA luar negeri mulai bergerak juga untuk protes soal gaza. Beberapa hari sebelumnya juga di inisiasi hal serupa di kampus-kampus ternama dunia. Kemudian, merambah pula di kampus dalam negeri, tabik! Kesadaran itu mulai bergumul menjadi satu, menciptakan gelombang baru yang dahsyat.
Jika kita kembali di peristiwa 7 Oktober tahun lalu, entah apa yang 'dilihat' oleh para pejuang di garis depan, hingga dengan yakin melancarkan perlawanan yang lebih menyadarkan seluruh dunia. Selama ini mereka berjuang, tapi sedikit yang menyoroti. Selama ini mereka melawan, tapi sedikit yang menyadari. Hingga hari itu tiba, semua mata menuju kesana.
Kesadaran, adalah hal sepele yang sering kita lupakan. Di zaman yang penuh distraksi, hingga kehilangan fokus, seseorang yang mampu mengendalikan dirinya—tentunya dengan izin Allah, berarti sudah menang walau belum terlihat hasilnya. Tapi paling tidak, mereka sudah terbangun, tidak tertidur. Sudah sadar, tidak lagi melamun.
Walaupun kesadaran dunia terhitung terlambat, atau sengaja dibuat 'tertidur' bertahun-tahun lamanya, hari ini, kesadaran yang muncul patut kita apresiasi bahkan kita dukung.
Masih sangat membekas dalam ingatan, bahwa kesadaran soal Palestina, alhamdulillah—dengan izin Allah juga, lebih dulu menyapa kehidupan masa kecil kami dan terawat hingga hari ini. Sebuah anugerah, memiliki orang tua, yang sedari kami kecil, sudah dikenalkan tentang Palestina; mulai dari iringan nasyid yang membakar semangat, hingga kami berjingkrak-jingkrak jika mendengarkan, atau film yang membuat kami bermimpi untuk ke Palestina, hingga kegiatan di lapangan terbuka yang membuat kami, dulu, mungkin dicap radikal atau lebih peduli negara lain daripada negara sendiri.
Kemudian, hari ini, kesadaran yang terawat itu, lebih mengkristal, lebih objektif, lebih ilmiah, lebih terstruktur, dan lebih rapih.
Nasyid yang dulu kami dengar, lebih menghantam nurani, bahwa semangat itu perlu kita jaga terus menerus. Film yang kami tonton, seharusnya tetap menjaga cita untuk paling tidak berkontribusi dalam pembebasan Palestina. Kegiatan di lapangan, seharusnya disertai pemahaman mendalam soal posisi, urgensi, dan strategi agar supaya lebih berdampak untuk Palestina.
Mari terus merawat kesadaran itu.
Untuk kita yang sedari kecil, sudah dibina dengan kesadaran, nyalakan terus dalam hati dan akal kita.
Bagi yang dulu pernah menuduh dan menyalahkan soal orang-orang yang sadar, bisa beristighfar kepada Allah atas ketidaktahuan kita, dan segeralah belajar untuk mencari tahu.
Bagi yang belum sadar, tak apa, semoga suatu saat, dari anak keturunan kalian, justru lahir manusia-manusia dengan kesadaran yang tinggi, sehingga bisa berkontribusi lebih nyata
Kita iringi play list spotify atau youtube musik dengan sesekali mendengarkan lagu perjuangan dari shoutul harakah, azzam haroki, maher zein, atau minimal We Will Not Go Down karya Michael Heart
Sesekali ikutlah kajian atau forum yang membahas soal Palestina; entah itu yang versi ilmiahnya, versi sejarahnya, versi sosial politiknya, atau versi santainya
Sesekali, sumbanglah donasi untuk Palestina, terserah referensi masing-masing, lewat lembaga kesayangan kita
Dan, teruslah bertekad untuk mengilmui soal Palestina, dan menjadikannya cerita bagi teman-teman kita, bagi saudara kita, terutama bagi keluarga kita
Saat kesadaran dunia hari ini sedang bergairah, jangan malah menepi, apalagi posting soal kopi padahal sedang di tanah suci, eh setelah itu, karena merasa 'terpeleset', tangannya di cuci, ah iya namanya juga politisi😁
27 notes · View notes
sarasastra · 5 months
Text
Menemukan Rasa tak Teridentifikasi
Awalnya ngga tahu kenapa tiba-tiba tenggorokan saya rasanya sesak diujung, air mata saya keluar, lalu sesenggukan begitu saja. Padahal sebelum kejadian, saya justru ketawa cekikan terus. Ceritanya saya emang lagi nonton podcast di youtube.
Suami yang duduk disebrang sana langsung datang menghampiri. Katanya, "duh sampai nangis gini.." Diam-diam beliau menyimak juga isi podcast yang sedang saya tonton itu.
Gimana ngga nangis, rasanya deg! banget ke hati saat ust Felix Siauw dalam podcast YNTV bareng Bintang Emon (yang jadi bintang tamunya) ngobrolin soal tujuan hidup dan seputar kehidupan berkeluarga.
Ust Felix bilang kalau, ada saatnya suami dan istri itu perlu ngobrolin ulang soal tujuan pernikahannya. Kira-kira diusia 2,5 tahun pertama pernikahan, 5 tahun, 10 tahun dan 15 tahun. Karena problematika rumah tangga bisanya ada ditahun-tahun itu.
Kenapa begitu?
Karena ternyata di dalam pernikahan itu, antara suami dan istri perlu ada kalibrasi ulang. "Alignment" kalau kata suami saya menyebutnya.
Manusia itu bisa berubah, pemikirannya, perasaannya, tujuannya, target hidupnya, maka perlu di cek ulang dan dicari tahu bersama. Dibicarakan ulang dengan pasangan.
"Apa yang ingin kita cari di dalam rumah tangga ini sebenarnya?"
—sejenis itu.
Yang mengejutkan adalah saat beliau bilang, "karena pada satu titik, aku anak sudah 4, sudah jadi keluarga, tapi itu rutinitas itu yang harus dilawan. Jadi sehingga kita perlu punya tujuan baru.
Yang bikin hidup jadi bosen kan rutinitas ya. Rutinitas yang bikin bosen sehingga kita perlu tujuan baru."
Bagian kalimat ini lho yang bikin saya akhirnya menemukan kepingan emosi yang tak terdefinisi selama ini.
Makanya saya nangis. Terhenyak.
Sepele sih kalimatnya. Cuman ketika itu adalah jawaban yang dicari-cari selama ini, jadinya dalem banget gitu masuk ke hatinya.
Bosan. Ternyata selama ini perasaan yang saya rasakan ini adalah perasaan bosan. Bosan dengan rutinitias.
Dan itu manusiawi, wajar sekali..
Kenapa kok rasanya sulit mengidentifikasi perasaannya, kenapa selama ini saya melawan diri, mengabaikan perasaan saya sendiri.
Bagai es yang meleleh dan mencair, setelahnya hatiku lega. Suami jadi lebih mengenali kondisiku, belajar paham posisiku dan saya perlu belajar lagi menata diri.
Semoga setelah ini banyak pembicaraan bermakna dan bertujuan ya.
Pernikahan memang banyak memberi kita pelajaran berharga. Yang di dalamnya suami & istri berusaha menopang satu sama lain. Jadi kekuatan kedua setelah pertolongan Allah di dalam kehidupan rumah tangganya. Semoga Allah selalu jaga kita semua. Aamiin Allahumma Aamin.
Tangerang, 27 Januari 2024 | 23.25 WIB
38 notes · View notes
lacikata · 10 months
Text
Takwa.
Seorang teman pernah menanyakan, “Kamu mau ndak dipoligami?”
Lalu beberapa hari kemudian ketika sedang acak memindah channel TV, biidznillah ada tayangan bincang-bincang yang narasumbernya adalah seorang publik figur yang juga sedang membahas topik tersebut. Beliau mengizinkan suaminya untuk poligami.
Ada hal yang menarik dari penyampaian beliau, “Gw sayang sama suami gw, gw selalu berdoa supaya Allah jaga dan juga jaga keluarga gw supaya sakinah, dsb tapi suami gw bukan milik gw. Dia punya pencipta-Nya. Jadi ya terserah pencipta-Nya.”
Sebagaimana yang dikatakan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, “Jangan pernah berharap bertemu dengan musuh, mintalah keselamatan namun apabila Allah Subhanahu Wata’ala takdirkan, tidak ada yang bisa mengelak maka bersabarlah.”
Ibarat mau keluar rumah, baca doa keluar rumah, baca doa naik kendaraan, pakai perlengkapan safety riding, namun jika Allah Subhanahu Wata’ala takdirkan hal-hal yang di luar perkiraan seperti terjatuh, dsb terjadi maka akan terjadi.
Sebuah pengingat dari Ust. Nuzul Dzikri حَفِظَهُ اللهُ yang disampaikan dalam sebuah sesi tanya jawab di kajian beliau.
“Perbaiki hubungan dengan Allah Subhanahu Wata’ala sebab hati manusia berada di tangan Allah Subhanahu Wata’ala. Betapa banyak tips-tips teknis untuk menyolidkan rumah tangga membuat rasa cinta di antara suami istri itu gagal. Ada yang menyarankan liburan, menambah quality time, makan malam bersama namun tidak pernah berhasil. Untuk masalah sayang, cinta itu sesungguhnya hati-hati manusia berada di antara jari-jemari Allah Subhanahu Wata’ala. Cinta itu Allah Subhanahu Wata’ala yang berikan. Jadi mendekatlah kepada yang memberikan rasa cinta itu. Dan ini sebuah pelajaran bahwa pasangan yang bisa tersenyum, tertawa di hari pernikahannya seakan-akan pangeran atau putri sehari. Itu apabila Allah Subhanahu Wata’ala mau ubah kondisinya mudah, akhirnya diam-diaman, pisah rumah padahal beberapa waktu yang lalu mungkin si lelakinya yang ngejar-ngejar si wanitanya: di WA, ditelpon, diberi perhatian beberapa tahun kemudian datar saja. Padahal sosoknya masih sama bahkan sekarang sudah halal dan juga disyariatkan. Namun itulah, rasa cinta, rasa sayang memang pemberian dari Allah Subhanahu Wata’ala. Betul bisa diupayakan tetapi akan ada satu titik itu adalah pemberian dari Allah Subhanahu Wata’ala. Sebagaimana kisah Mughits dan Barirah sebelumnya. Jadi perlunya menjaga rasa sayang, rasa cinta dalam rumah tangga dengan bertakwa kepada Allah Subhanahu Wata’ala. Itu saja dulu, jangan berpikir sebatas menghabiskan liburan bersama, pergi ke tempat-tempat indah, romantis itu bisa memberikan solusi pasti. Tidak. Perbaiki hubungan dengan Allah Subhanahu Wata’ala, seperti kisah Barirah, ada yang berusaha jungkir balik namun tidak ada rasa cinta itu. Dalam hal seperti ini, seringkali itu kalimat akhirnya bahwa kita adalah hamba dan Allah Subhanahu Wata’ala adalah Rabb-nya, hamba itu nurut dan menyerah kepada Allah Subhanahu Wata’ala. Dia tidak akan menzalimi. Allah Subhanahu Wata’ala akan berikan yang terbaik. Namun, tersebab kebodohan seorang hamba, seringkali tidak menyadari dan berpikir hal-hal lain yang sebenarnya bukan yang terbaik.”
Sebagaimana ucapan Umar bin Khattab radhiyallahu ‘anhu, “Hatiku tenang sebab mengetahui bahwa apa yang melewatkanku tidak akan pernah menjadi takdirku dan apa yang ditakdirkan untukku tidak akan pernah melewatkanku.”
110 notes · View notes
mriffatleo90 · 5 days
Text
Bae, dimanapun dan dengan siapapun kamu saat ini, hati-hati, dunia sedang berisi orang-orang yang makin banyak menggila, lupa adab dan enggan pakai tata krama, entah dikemanakan akal yang membedakannya dengan makhluk hidup lainnya, sembarang bicara merasa layak menjadi hakim kehidupan yang lain sampai lupa bentuk diri sendiri seperti apa kenyataannya, manusia di dunia sekarang sedang tidak baik-baik saja, jaga dirimu baik-baik, dan jangan pernah lelah untuk terus menjadi manusia baik bae
18 notes · View notes
andromedanisa · 11 months
Text
Ketika kau tak mampu menjangkaunya..
kamu tidak akan mampu. Memberikan pengaruhmu sekalipun itu kebaikan kepada orang yang sangat kamu cintai, dan kamu ingin diapun selamat. Sebab hidayah itu mutlak urusan Allaah. Sekalipun kamu ingin sekali kebaikan itu ada pada dirinya. Tidak bisa begitu, sayang. Bahkan dirimu sendiripun tidak bisa menjamin. Tidak ada yang bisa menjamin diri sendiri akan terus mendapat hidayah kebaikan dari Allaah kecuali dia berupaya terus menerus meminta dan berdoa kepada Allaah agar hidayah itu tak lepas dari dirimu.
Sekalipun Rasulullaah shallallahu 'alaihi wassalam tak bisa memberikan hidayah kepada orang yang beliau paling cintai. Sekalipun beliau ingin, hingga beliau menangis akan hal itu. Hanya Allaah yang berhak memberikan kepada siapa hidayah itu akan sampai kedalam hati-hati yang telah Allaah kehendaki.
Berdoa untuk terus meminta hidayah agar istiqomah berjalan diatasNya juga merupakan hidayah yang nggak semua orang bisa melakukannya. Ketika itu sampai kepada hatimu, maka teruslah untuk memohon agar hidayah itu tetap kau jaga hingga akhir usiamu.
Bukankah manusia itu begitu lemah, sayang? Lantas mengapa meninggi seperti langit yang sekolah bisa kau gapai? Mengapa merasa paling benar, dan akan terus berdiri diatas kebenaran padahal tidak akan tahu akhir nanti seperti apa? Bahkan sekelas Rasulullaah shallallahu 'alaihi wassalam pun terus berupaya berdoa meminta hidayah itu hingga akhir hayati beliau. Seseorang yang telah dijamin Surganya Allaah. Masih terus berupaya berdoa meminta hidayah dan kebaikan Allaah.
aku paham sekali perasaan ini. Perasaan menginginkan kebaikan itu ada pada seseorang yang sangat kita cintai. Namun ini lah tawakal kita kepada Allaah untuk terus mendoakannya agar hidayah itu sampai kepada hatinya, dan tak lupa untuk terus mendoakan diri sendiri.
Hanya Allaah yang bisa mengubah ia menjadi pribadi yang lebih baik dan berjalan diatas Sunnah ini. Hanya Allaah yang bisa menggerakkan hatinya agar tak jatuh kembali dilembah kemaksiatan. Hanya Allaah saja yang bisa memberikan penjagaan dikala dirimu tak mampu menjangkaunya. Hanya Allaah, dan kaupun paham itu.
Maka teruslah berdoa, ya. Tidak ada kemustahilan dari doa yang kau pintakan kepada Allaah. Dan hanya doanyang bisa kau upayakan, kala mungkin tindakan, dan lisanmu tak mampu menjangkaunya.
Jangan menangis lagi, tak apa doakanlah selalu ia dalam lama sujudmu, dalam setiap doa yang tak pernah kau lewatkan itu. Sebab kau hanya punya Allaah, maka cukuplah kepada Allaah kau meminta perlindungan dan pertolongan.
Kala kau tak mampu menjangkaunya, bukankah doamu cukup untuk sampai kehatinya? Sebab Allaah yang akan mengabulkannya. Tidak akan kembali sia-sia apa-apa yang sudah dilangitkan selama itu doa kebaikan. Sebab Allaah Maha Kuasa untuk mengabulkannya. Tidak berkurang sedikitpun kuasaNya untuk mengabulkan doamu itu.
“Andai hidayah itu bisa ku beli. Akan aku beli berkeranjang-keranjang untuk aku bagi-bagikan kepada mereka yang aku cintai.” (Imam Syafi'i rahimahullah)
Kini aku paham betul perkataan Imam Syafi'i rahimahullaah perihal hidayah. Perasaan yang tidak bisa dijelaskan sepanjang dan selebar apapun. Yang tertuang hanyalah tangisan, sebab seandainya hidayah itu bisa dibeli, ingin sekali memberikan kepada orang-orang yang kita cintai. Agar Selamat bersama, agar berkumpul bersama kelak diSurgaNya.
Sebab tidak ada yang lebih pedih ketika menyaksikan orang yang kita cintai terjerembab dalam lembah kegelapan. Pada akhirnya sebaik-baik tempat kembali hanya kepada Allaah. Dan jalan menujuNya tak pernah mudah.
Allaah, tolong kami. Tolong lembutkan hati-hati kami untuk tetap istiqomah berada diatas jalanMu.
Ruang || 21.32
61 notes · View notes
amelianurhabibah · 1 year
Text
Seseorang pernah bertanya tentang sesuatu yang aku tau jawabannya tapi tidak tahu bagaimana cara menjelaskannya.
Karna ini masalah Hati.
Maka aku pun ingin menjawabnya dari hati ke hati.
Ia bertanya, boleh tidak menyebut nama seseorang dalam do'a kita...?
Aku terdiam, berpikir sejenak. Bisikku dalam hati, "aaa ia sedang menyukai seseorang rupanya, bagaimana cara aku menjawab pertanyaan ini ya Allah?"
Pasalnya, ini baru pertama kalinya ia berucap seperti itu. Selama ini aku mengenalnya dan ia sangat anti dengan hal yang seperti itu. Karena yang aku tau dia hanya mau fokus menyelesaikan pendidikan agar bisa membahagiakan kedua orang tuanya.
Dan, aku pun mencoba memahami bahwa wajar seorang manusia menyukai lawan jenisnya. Itu fitrah dari Allah. Itu hadiah dari Allah.
Tapi yang dia maksud adalah ingin menciptakan sebuah hubungan.
Maka, aku mencoba menjawab dengan kembali bertanya.
"Kenapa kok tiba tiba tanya gitu?"
Ia hanya tersenyum sambil berkata "hehehe gak ada nanya aja"
Aku mencoba menjawab,
"Boleh kok, nyebut nama seseorang dalam do'a kita. Tapi kalau aku pribadi memilih tidak menyebutkan namanya."
"Loh kenapa?" Tanyanya.
"Karena Aku takut, jika bukan dia orangnya, Aku takut kecewa. Jadi aku memilih untuk menyerahkan pilihanku kepada Allah. Tapi tetap aku berdoa meminta yang A-Z.
Kalau lagi kagum sama seseorang, sebenarnya yang kita kagumi itu adalah Allah. Karena Allah yang menutup semua kekurangannya, sehingga kita melihat yang baik baiknya saja. Maka, cara terbaik saat kita mengagumi seseorang Adalah dengan mengembalikan keterpesonaan itu kepada Allah.
"MasyaAllah Tabarakallah, Allah keren banget bisa ciptain sosok sepertinya"
Dan, pada akhirnya. Saat kita berusaha memenuhi hati kita dengan nama Allah. InsyaAllah akan Allah jaga hati kita dari sesuatu yang mengecewakannya" jawabku
.
Aku gak tau, apakah jawaban itu sudah menjadi jawaban terbaik atau belum. Aku takut salah jawab ya Allah.. Tolong jaga hatinyaa...
66 notes · View notes
ruanguntukku · 1 year
Text
Hari ini aku belajar untuk memahami bahwa hakikat hati manusia itu guncang. Mudah berbolak-balik.
Dan seseorang yang satu suara dengan kita bisa kapan saja bersebrangan bahkan bertentangan.
Dan sebuah kisah pilu bisa berubah menjadi lapang tanpa kita ketahui, yang bisa jadi kita sebagai pendengar masih terjebak dalam rasa pilu itu. Seakan sampah emosi yang dikeluarkan orang yang bercerita masih kita simpan rapi, padahal baginya itu sudah jadi kisah usang yang tidak terjamah lagi.
Dari situlah aku belajar untuk melupakan luka orang lain. Belajar untuk tidak menaruh ruang di dalam hati dan pikiranku untuk menyimpan luka orang lain.
Dari situ aku belajar dampak buruk dari terlalu berlebihan di dalam berempati. Bukan artinya rasa peduli ini tidak baik, tapi segala sesuatu yang diberikan porsi berlebihan akan menjadi tidak baik pada akhirnya.
Dari situ aku belajar untuk lebih menata hatiku, tidak mudah percaya dan bercerita dengan orang lain.
Bisa jadi di hari ini kita menemukan seseorang yang punya luka serupa yang telah disebabkan oleh orang yang sama. Ya, kita mungkin merasa lega ketika menemukannya. Tapi, yang perlu dicamkan baik-baik, bahwa ada tipe manusia yang di suatu hari dia berkeluh-kesah tentang seseorang, bisa jadi di kemudian hari ia memuji orang tersebut setinggi langit.
Di saat itulah kita harus berkaca diri. Bagaimana dengan diri kita sendiri? Bagaimana kedudukan diri kita yang sejati? Jangan merasa aman dan nyaman dalam sebuah hubungan yang dibangun dari rasa sakit hati yang sama.
Ya, karena kehidupan itu dinamis, proses kehidupan kita dengan orang lain pun tidak sama. Bisa jadi kita masih merasa kecewa, tapi orang yang punya luka yang sama sudah pulih bahkan berhubungan baik kembali dengan pihak yang menorehkan luka.
Jadi, mulai sekarang jangan terlalu cinta dan jangan terlalu membenci orang lain. Kita tidak tahu akan berakhir seperti apa hubungan kita dengan orang yang kita cintai dan dengan orang yang kita benci.
Bersihkan hati dari segala rasa yang berlebihan. Baik berlebihan di dalam rasa sayang, cinta maupun sakit hati.
Mintalah selalu hati yang selamat. Jangan sampai kita mati membawa sampah-sampah perasaan dan prasangka yang akan menggelincirkan kita ke dalam siksa.
Jika kita temukan ada seseorang yang bercerita tentang keluhannya pada orang lain, yang orang itu juga pernah mengecewakan kita, maka tutup rapat ceritamu dan simpanlah sendiri.
Nasihati dia agar bisa membersihkan hati, kembali berdamai atau setidaknya bisa mengambil jeda agar bisa melangkah dalam kehidupan yang sehat lahir dan batin.
Jangan buka luka kita kepada orang lain hanya karena orang itu punya luka yang disebabkan oleh orang yang sama.
Jangan sampai kita tertipu dengan hawa nafsu dan rasa percaya kita pada orang yang salah.
Jaga lisan kita. Jika tidak mampu berkata baik, maka diamlah. Semakin dewasa kita, semakin dekat dengan kematian, maka kita harus belajar untuk lebih banyak diam daripada berbicara. Karena keselamatan lisan didapat dari bisa mengerem lisan kita.
Jangan sampai komedi kehidupan membuat kita menjadi pecundang di dalam setiap rasa yang membara. Berikan ruang yang lebih besar untuk sami'na wa atho'na. Tunduk pada kebenaran. Tunduk pada aturan Allah dan Rasul-Nya. Jangan sampai perasaan dan prasangka menjadi raja.
—SNA, Ruang Untukku #97
Ahad, 05-03-2023 | 19.38
Venetie Van Java,
Dengan kembali disadarkan.
116 notes · View notes
cakrawalangit · 3 months
Note
Hi, kak. You said "ask me anything" on your profile page. So I wanna ask you a question.
Menjadi manusia yang baik itu, bagimana sih? Apa menjadi manusia yang baik berarti tidak melakukan kesalahan dan tidak menyakiti siapapun?
Halo @biru-mudaa!
Halo juga teman-teman Tumblr, sudah sangat lama rasanya sejak terakhir kali menulis di jejaring biru ini. Hari ini kita mulai dengan pertanyaan yang sangat bagus dari seseorang disana.
Menurut saya, menjadi manusia yang baik adalah mereka yang selalu belajar dari kesalahan di masa lalu. Terdengar sangat umum, namun begitulah adanya. Mungkin kalian pernah mendengar,
"Seorang pendosa yang bertaubat lebih baik daripada orang saleh yang tidak pernah merasa salah."
Semakin tidak pernah terlihat melakukan kesalahan, umumnya mereka akan cenderung menutup diri dari kesalahan yang telah mereka perbuat. Ketaqwaan yang sedikit demi sedikit terbalut oleh noda kesombongan menciptakan ego untuk terus merasa benar, membenarkan apa yang mereka perbuat meskipun mereka tahu itu salah. Tidak jarang juga sampai mencari dalil-dalil untuk membenarkan apa yang sebenarnya salah.
Menjadi baik juga bukan berarti kita tidak pernah melakukan kesalahan, karena kita hanyalah manusia biasa. Manusia tempatnya salah dan lupa, maka dari itu kita selalu membutuhkan Allah yang Maha Pengampun. Secara sederhana, mungkin menjadi baik adalah ketika kita berusaha semaksimal mungkin untuk menjauhi apa yang dilarang dan diperintahkan oleh Agama. Aturan yang sudah sangat jelas dan tak lekang oleh waktu.
Karena pada hakikatnya, kita semua adalah pendosa yang sedang Allah tutup aibnya di mata manusia.
Tapi apakah mungkin ketika kita sudah menjadi seorang yang taat beragama, kita malah dimusuhi atau dianggap buruk oleh manusia? Ya, sangat mungkin. Saya tidak perlu menjelaskan karena mungkin di kehidupan nyata kamu sudah banyak menemukan orang-orang seperti ini.
Menyakiti disini mungkin bisa beragam, menyakiti secara fisik tentu sangat tidak diperbolehkan kecuali dalam keadaan yang memang mengharuskan untuk membela diri. Menyakiti perasaan? Sebisa mungkin untuk dihindari, tapi masalah mengenai perasan ini rumit sekali.
Kita bisa saja menyakiti hati orang lain demi kebaikan, seperti menolak ajakan untuk bermaksiat. Di satu sisi kita berada di sisi yang benar, namun mungkin saja penolakan itu menjadi hal yang menyakitkan untuk orang lain. Perkataan yang terkadang tidak terasa keluar dari mulut, menyakiti perasaan orang lain.
Mengambil dari sudut pandang manusia memang melelahkan. Maka dari itu, lakukan semampunya untuk berbuat baik pada orang lain dan jangan terlalu memaksakan diri. Selalu jaga hubungan dengan Allah dan seluruh makhluk ciptaanNya.
Semoga menjawab, dan terima kasih sudah bertanya @biru-mudaa! semoga sehat selalu.
-Cakrawala
11 notes · View notes
kaktus-tajam · 1 year
Text
Izin kepada Allah
Saat SD, aku dirizqikan belajar tahsin Al Quran dengan talaqqi ke seorang guru privat.
Satu huruf yang saat itu membuatku frustrasi adalah huruf Qaf. Berulang kali mencoba, masih belum tepat makhraj-nya. Coba lagi, gagal lagi. Begitu terus per pekan.. rasanya ingin menyerah saja.
Sampai suatu ketika, ustadzah Mahani (semoga Allah jaga beliau) berpesan di akhir kelas:
“Habibah nanti malam bangun tahajjud ya, minta dan berdoa ke Allah: ya Allah aku pengen bisa melafadzkan huruf Qaf”
Malam itu sepertinya menjadi kali pertama seorang Habibah bangun dini hari, dengan polosnya.. dan dengan satu orientasi: mentaati perintah guru. Haha.
Tapi ternyataaa.. Momen itu begitu membekas bagiku.
Berkesannya bukan karena mengendap-ngendap shalat tengah malam karena malu,
bukan juga karena beberapa pertemuan kemudian dikatakan beliau “lulus” huruf Qaf-nya,
bukan juga karena cerita ini jadi cerita lungsuran motivasi tiap kali aku kini mengajar tahsin..
Tapi, karena jadi pelajaran seumur hidup untukku tentang: meminta izin.
Izin ke Allah, karena Allah yang akan mampukan. Allah, Al-‘Alim. Allah, yang mengenalkan diri-Nya sebagai “yang mengajarkan Al Quran” sebelum sebagai “pencipta manusia” di surat Ar-Rahman.
Pun untuk yang sedang tertatih menghafal dan murajaah, coba diingat lagi sudahkah meminta izin dan pertolongan Allah?
“Alhamdulillah waktu usia 8 tahun aku berangkat haji dengan keluarga, aku hanya minta dan berdoa ke Allaah kak agar bisa menghafal Al Quran..”
Mengutip adik hafidzah shalihah pada obrolan santai pasca itikaf beberapa waktu lalu, yang jadi perantara murajaah konsep izin ini.
Aku tertampar, betapa seringnya aku lalai dalam meminta izin dan pertolongan ke Allah. Sombong banget, Haab.
Padahal pertolongan Allah itu bukan hanya ketika hendak ujian, hampir tertinggal pesawat, didzalimi orang, tidak ada biaya hidup, dll.
Justru untuk menyempurnakan ibadah (ibadah hati dan ibadah fisik) lah yang amat sangat butuh pertolongan dari Allah..
Pantas saja Imam Ibnu Qayyim Al Jauziyyah membuat 15 jilid buku “hanya” untuk satu ayat iyyakana’budu wa iyyakanastain, karena sedemikan komprehensifnya ayat ini dalam meringkas seluruh tema Al Quran.
Allahumma a'inni 'ala dzikrika wa syukrika wa husni 'ibaadatik
"Ya Allah, tolonglah aku agar selalu berdzikir mengingat-Mu, bersyukur pada-Mu, dan memperbagus ibadah pada-Mu"
-h.a.
Dalam perjalanan kembali ke perantauan
153 notes · View notes
palupiyuliyani · 4 months
Text
LDM : Lelaki logikamu itu juga punya perasaan.
Tumblr media
Episode ke 5 LDM, dalam rentang waktu yang lebih lama. Biasanya (hanya) 1 bulan, paling lama 1,5 bulan, kali ini levelnya dinaikkan jadi 3 bulan. Dia berjuang di pedalaman sana, aku ditinggal berjuang sendirian di kota orang. Hidup benar-benar seperti permainan, ujian satu berakhir datang lagi baru, dengan level yang lebih "seru". Semoga memang ini cara Allah mendidik kami menjadi manusia yang lebih taat dan kuat.
Walaupun jauh, biasanya ketika ada masalah di tempat kerja, aku cerita padanya. Ketika rindu, aku menyalahkannya, merengek meminta dia pulang (padahal lho dia lagi kerja, LDM juga bukan inginnya).
Ba-bi-bu, ku tumpahkan semuanya tanpa memikirkan apa yang dia rasa, yang penting aku lega. (Ternyata aku egois)
Ke-egoisanku bukan tanpa sebab, di kota ini aku hanya punya dia, satu-satunya teman berbagi cerita. Aku berharap dia tetap ada, walaupun hanya lewat chat atau telfon. Tanpa memikirkan apa yang sedang dia rasakan, seberapa lelah dia saat itu.
Sampai akhirnya di episode ini, akhirnya aku menyadari :
Lelakiku, adalah manusia logika, yang tumbuh di lingkungan patriarki. Terbiasa menahan perasaan dan memikirkan apa-apa sendiri. Tidak ekspresif seperti perempuan.
Aku mulai berpikir lebih dalam, sejenak membayangkan perasaannya : saat jauh begini, jika dia ada masalah pekerjaan, dia juga tidak bisa membaginya padaku. Saat dia lelah, tidak ada yang menghiburnya, mengambilkan dia makan, dll. Apalagi soal rindu, dia tidak terbiasa mengeksprekannya.
Lalu aku, dengan egoisnya : mengeluh, mengomel, merengek, mengabaikan apa yang dia rasakan.
Sesekali dia menanggapi, kadang dia abaikan. Sekarang aku menyadari sikap diam dan cueknya ketika LDM bisa jadi karena dia lelah dengan pekerjaannya, lelah juga menahan rindu tapi tidak bisa disampaikan. Ah maafkan aku.
Jadi sudah kuputuskan, masa LDM ini memang berat. Tapi aku harus kuat, supaya dia kuat juga. Aku harus ada untuknya, memberinya semangat agar dia semangat disana. Dia sedang berjuang di pedalaman, bukan sedang bersenang-senang.
Jaga dia dalam do'a-do'a, minta kebaikan untuknya, tetap ingatkan dia tentang kebaikan, temani perjuangannya.
Ingat nasehat klasik ini : "dibalik laki-laki hebat, ada wanita hebat di belakangnya", jadilah istri yang bukan hanya taat tapi kuat.
Semoga Allah berikan kesabaran bagi pejuang LDM dan senantiasa menyalakan alarm keimanan di hati agar tetap terjaga dalam kebaikan
Merauke, 15 Februari 2024
15 notes · View notes
tempat-bercerita · 5 months
Text
Hai Kids, This is Your Mom.
Video yg lagi tren di tiktok. Tren yg menghangatkan hati. Pengen ikutan, tapi lewat tulisan aja, ya :)))
Assalamualaikum, nak. Ketika kita berjumpa nanti, kamu boleh panggil aku ibu. Ibu menuliskan ini di penghujung tahun 2023, sebentar lagi masuk tahun 2024. Saat ini ibu berusia 27 tahun, dan belum menikah.
Nak, bertahun yang lalu, ibu janji akan memilihkan laki-laki terbaik untuk menjadi ayah buat kamu. Bantu doa buat ibu ya. Ah iya, ibu belum ajarkan kamu cara berdoa, ya? Eh bahkan kamu belum ada di dunia ini, gimana mau bantu ibu berdoa ya? Hahaha, ibu bercanda. 
Nak, ibu ingin kamu mempunyai ayah yg sadar betul arti tanggung jawab. Bahwa kamu hadir di dunia ini karena keputusan kami berdua, kami yg menginginkan kamu hadir, maka kami yg sepenuhnya bertanggung jawab atas hidup kamu. Kami bisa memilih untuk memiliki anak, tapi kamu gak bisa memilih untuk dilahirkan dari orang tua yg seperti apa.
Nak, ibu bukan manusia yang sempurna, bukan juga ibu yang sempurna, tapi ibu berjanji akan berusaha menjadi ibu yang baik untuk kamu. Jika ibu salah, tolong ingatkan. Jika kamu sedih atas apa yang ibu katakan atau lakukan, tolong sampaikan.
Nak, banyak hal yg akan kamu lalui di dunia ini, apapun nanti yang kamu hadapi, kamu punya tempat untuk pulang. Selagi ibu masih hidup, kamu boleh memeluk ibu kapanpun kamu mau, kamu boleh menangis atau tertawa bersama ibu, kamu boleh mengadukan banyak hal, kamu boleh terlihat lemah di depan ibu, kamu boleh menceritakan apa saja, kamu boleh bertanya banyak hal, kamu boleh meminta saran, pandangan, atau pendapat ibu, ibu akan sangat senang berdiskusi dengan kamu. 
Nak, ibu gak akan menuntut banyak kepadamu. Ibu cuma minta dua hal; jaga hubungan kamu dengan Tuhan, dan dengan sesama manusia. Utamakan ibadah dalam hidup kamu, dan perlakukan manusia lain sebagaimana kamu ingin diperlakukan. Selebihnya kamu boleh memilih untuk hidup menjadi apa. Apapun keputusan kamu, selagi tidak menentang hukum Tuhan atau menyakiti sesama manusia, ibu akan mendukung.
Nak, ibu menangis mengetikkan ini. Untung ibu bukan menulis menggunakan pena dan kertas, karena pastinya udah basah. Padahal ibu belum bertemu kamu, tapi rasanya ibu sudah mempunyai rasa sayang yg luar biasa.
Nak, sampai berjumpa di waktu terbaik menurut Tuhan. Sampai waktu itu tiba, ibu akan mempersiapkan diri sebaik mungkin untuk bertemu dan hidup bersama kamu. See you soon, anakku. Assalamualaikum.
13 notes · View notes