Tumgik
#kepikiran soal mereka
handsome-kakigori · 1 year
Text
Tumblr media
Warmth
623 notes · View notes
dinisuciyanti · 6 months
Text
Gak etis dan menunggu
Dalam salah satu sesi QnA di laman biru, dari circle yang aku kenal, aku menemukan case dan pertanyaan yang menarik.
Intinya, penanya adalah perempuan 24-25 tahun, ditanya ortu untuk segera menikah. Ybs menjaga pergaulan dan prefer taaruf. Ortunya bilang "kalau kamu gak berteman/bergaul, sampai sekarang belum ada yang lamar, gimana mau nikah. Ga bisa cuma berdoa, harus usaha."
Lalu ybs bertanya pada temanku,
"Bagaimana ikhtiar yg benar dalam menjemput jodoh? Rasanya sulit dan kurang etis juga kalau pihak perempuan yang menanyakan duluan. Apakah doa dan belajar memperbaiki diri sudah cukup "ikhtiar" (menunggu ada laki-laki yg datang menghampiri untuk taaruf)".
Btw, enggak ada salah bener sih, sesuai prinsip masing-masing.
Aku membayangkan adik penanya memang se-menjaga pergaulan itu, se-minim komunikasi itu, ala ukhti-ukhti berkerudung panjang yang se-menjaga itu. Dan, kalau boleh aku memberi sedikit opini (walau ybs gak nanya ke aku), ada beberapa point yang ku highlight:
Kata-kata orangtua ybs bener. Enggak bisa cuma memasrahkan dengan doa, menunggu semesta, duh klise banget. Kalaupun memang se-menjaga pergaulan itu, setidaknya, kamu aktif di kegiatan A/B/C, kamu menunjukkan bahwa "kamu ada di dunia mereka yang potensial yang akan mengajak taaruf suatu saat, entah kapan". Kamu berinteraksi ya selayaknya pertemanan sosial pada umumnya, dengan perempuan atau laki-laki. Belajar biar gak baperan.
"Rasanya sulit dan kurang etis". Memang, masih banyak, yang mengganggap itu sulit, "duh gak mungkin nanya duluan, aku nanti dikira apa". Kalau memang terasa sulit dan mustahil, kamu bisa minta tolong teman/kolega untuk menanyakan apakah beliau available atau gak. Berkali-kali, aku selalu bilang ke teman-teman ku soal ini, "kalau kamu sudah di level sakit kepala kepikiran terus sama beliau, nunggu dilamar tapi gak dilamar-lamar, cuma bisa diam diam diam, mending tanya, either tanya langsung atau lewat teman". And it works. Kalo beliau gak available atau gak berminat sama kamu, done, kamu bisa move cari yang lain. Gak usah investasi perasaan kelamaan.
"Apakah doa dan memperbaiki diri sudah cukup sebagai ikhtiar?" Dulu, narasi "memperbaiki diri" untuk bertemu orang baik, aku setuju. Tapi sekarang, aku pikir, ya upgrade diri buat diri sendiri lah yang utama, perkara itu akan mengantarkan ke bertemu yang baik itu bonus. Kamu lebih rajin ibadah misalnya, rajin skinkeran biar muka terawat, ya buat diri sendiri dulu. Dan sekali lagi, hanya berdoa dalam diam memohon dipersatukan, menurutku klise banget.
"Menunggu ada laki-laki yang datang". Enggak salah, tapi jangan sampai terjebak kalau, kondisi atau praktek sosial dan komunikasi mu se-terjaga/se-minim itu. Era 4.0 ini, jalur komunikasi itu banyak. Kalau misal kamu bertemu dalam satu event panitia, biasanya event punya akun sosmed, ya bisa lah di-follow dulu, terus komen/react, intinya biar beliau notice kalau kamu ada di dunianya. Nanti bisa mengalir dengan sendirinya secara organik.
Ya, cuma 4 point. Ini berdasar pengalaman aja, selama gap 9 tahun dari lulus kuliah dulu. Jangan sampai menyesal hanya berdoa saja. Bahkan kamu lapar pun pas di kosan tengah malam, kamu perlu nyeduh indomie kan?, tanpa keluar kosan beli ke warmindo.
Oh ya, kalau memang tidak ada orang yang potensial yang kamu inginkan, kamu bisa minta tolong ke teman/kolega/keluarga untuk dicarikan.
14 Desember 2023
84 notes · View notes
yunusaziz · 3 months
Text
Tumblr media
Berbicara Memang Ada Seninya
Well, ini mungkin akan jadi tulisan yang panjang, dan membosankan. Maka, terima kasih bagi yang berminat membacanya ya, semoga ada kebaikan di dalamnya😄
Beberapa hari lalu saya berkesempatan untuk menjadi pemateri di acara Latihan Dasar Kepemimpinan (LDK) di salah satu SMP cukup ternama di Solo, temanya adalah "Talent Mapping". Batin saya sebagai lulusan MSDM, "Wow menarik, saya banget ini".
Awalnya saat tawaran itu masuk, saya terima saja. Kebetulan di jadwal tersebut masih kosong, ngga ada udzur buat nolak juga, dan ada keinginan juga buat mencoba berbicara pada jenis audiens baru.
Sampai kemudian beberapa hari setelah saya terima tawaran itu, teman saya mengatakan semacam 'titipan pesan' dari audiens adik-adik mahasiswa yang beberapa hari sebelumnya mendengar paparan materi saya. Singkatnya, mereka mengeluhkan dengan penggunaan bahasa saya yang 'ketinggian'.
Dari situ saya mulai kepikiran, merasa risau "dengan audiens mahasiswa saja mereka merasa seperti itu, apalagi ini anak-anak SMP...." Mulailah saya berfikir ulang, dan komunikasi ke cp untuk mempertimbangkan ulang undang saya, tapi argumennya yang cukup meyakinkan akhirnya tetap saya terima.
Meskipun sebenarnya saya ada pembelaan sih atas "bahasa tinggi" haha. Saya mengakui memang background manajemen saya ini cukup banyak mempengaruhi gaya presentasi saya, berangkat pada konsep besar dulu baru perlahan menuju teknis. Jadi memang terstruktur dan sistematis.
Mungkin hal yang sama juga terlihat pada gaya tulisan saya dan cara jawab saya saat ada ask, eh ya ga sih? Tidak langsung pada jawaban, tetapi pada konsepnya dulu. Baru ke teknisnya. Semacam model berpikir "The Golden Circle"-nya Simon Sinek lah. Intinya why harus clear, gamau tau. eh.
Balik ke topik.
Teringat kandungan surat Ibrahim ayat 4, bahwa setiap rasul diutus berdakwah dengan bahasa kaumnya. Tujuannya adalah agar umatnya paham. Maka beberapa hari sebelum hari H bukannya fokus pada menyiapkan materi, saya lebih banyak riset soal metode, need assesment terhadap siapa calon audiens saya dan cara menjangkau mereka.
Saya sempat berfikir juga apa perlu saya ubah model penyampaian saya yang 'konseptual-teknis' ini. Namun, saya memilih tidak. Biarkan ini jadi ciri khas saya, saya ingin mereka lebih mengakar pada hal-hal fundamental dari konsepnya, sedangkan teknis adalah hal yang sangat fleksibel. Asal konsep dasarnya tahu, mau berbuat apa bisa lebih kreatif.
Jadinya saya cukup ubah komposisinya, jika berbicara dengan mahasiswa 60-80% nya adalah konsep, 20-40% nya teknis, maka dengan audiens anak SMP ini saya ganti ke 60-80% untuk teknis, dan sisanya untuk konsepnya. Akhirnya saya lebih banyak memberi contoh.
Tidak sampai disitu. Saya jadi lebih sering untuk mengkonfirmasi mereka, semisal "Apakah ini mudah dimengerti teman-teman?" atau sesekali saya minta mereka untuk mengulang poin-poin apa saja dalam satu slide sebelum beranjak ke slide berikutnya. Buat saya yang anak intro ini, hal semcam ini sangat menguras tenaga haha.
Saya merasa puas dan senang. Melihat mereka khidmat mengikuti materi, pun ada beberapa yang bertanya, ini menjadi hipotesis awal saya bahwa mereka paham. Namun, saya tetap perlu konfirmasi lagi, selepas sesi materi, kemudian ada sesi foto bersama, saya ambil sampel, bertanya ke mereka tentang apa yang mereka dapat, pun minta pendapat tentang performa saya, dan Alhamdulilah, legaa :')
Sampai-sampai ada yang minta tanda tangan saya wkwk. Barangkali karena saya afirmasi dia tentang potensi dan mimpinya menjadi public speaker handal dikemudian hari, saat bertanya tentang tips berani berbicara di depan umum.
Ya Allah anak-anak kicik betapa gemasnya, seru juga ternyata haha :'). Ini jadi pengalaman berharga bagi saya, sederet peristiwa dari diberi masukan dan prakteknya hadir di waktu berdekatan, seolah Allah minta saya buat lekas belajar.
Allahua'lam bish showab. Semoga Allah terus menjaga niat dalam diri kita agar semata apa yang dikerjakan hanya untuk menggapai ridho-Nya.
37 notes · View notes
sarasastra · 11 months
Text
[21+] Khusus yang Udah Nikah ya.
Lagi kepikiran dan mau coba tulis hal yang agak 21+.
Entah kapan gitu ya, saya pernah baca/nonton konten parenting gitu yang kebetulan lagi bahas soal hubungan suami dan istri pra dan pasca punya anak itu gimana perbedaan pun perubahannya.
Salah satu yang kena dampaknya adalah mengenai sex life keduanya. Narasumber di konten tsb bilang bahwa dia setelah punya anak, punya jadwal khusus/dia menjadwalkan dengan suaminya kapan mereka harus berhubungan intim. Ngga random gitu.
Dulu saya mikir, "waduh ngapain dijadwalin segala wkwkwk (sambil agak tergelitik), kalau berkenan mah ya kapan aja juga bisa." Buat saya, narasumber tsb aneh banget.
Tapi oh ternyataa baru saat-saat ini kayaknya saya mau menganulir respon saya tersebut. Dan baru make sense buat saya kenapa narasumber tsb sampai harus membuat jadwal untuk berhubungan intim dengan suaminya.
Alasan beliau, lebih ke "ingin make time untuk bisa intimate kembali dengan suaminya disela mengasuh anak secara intens."
Karena kalau ngga dijadwalkan, akan susah dapet waktunya karena fokus besarnya sehari-hari banyak ke kegiatan rutinitas, ngasuh anak, ke pekerjaan masing-masing. Perlu usaha untuk bisa menjaga hubugan dengan pasangan, dan harus diusahakan.
Salah satu usahanya adalah dengan menjadwalkan waktu untuk lebih intimate dengan suaminya melalui hubungan sex. Efeknya luar biasa banget soalnya, ke hormon iya ke mental iya ke kepuasan pernikahan juga iya. Bikin lebih bahagia dan tentram hatinya.
Hmmm~ entah kenapa, sekarang saya jadi paham maksud dari beliau.
21 notes · View notes
plasterdrain · 8 days
Text
haorae : stupidly in love with you?
Tumblr media
"should i be a poet to say i love you, because you are the poem." belum sempat dibalas bibir taerae sudah dikecup sekali oleh pacarnya, hitung-hitung mencuri kecupan habis makan manisan gulali barusan. musim panas enaknya bertemu sambil bahas cinta-cintaan. seperti ini, budak roman picisan yaitu zhang hao, pacar kim taerae.
"banyak orang."
"bagus, biar tahu kita orang pacaran, paling mereka cemburu karena melihat kita saling romantisnya." pacar taerae itu setiap saat sayang taerae, cinta taerae, kadang sampai buat taerae jadi kepikiran apakah hao akan merasa kurang padanya? apa segitu banyak hao beri taerae santapan cinta sampai taerae terasa penuh tidak kekurangan sama sekali. apakah memang pacaran selayaknya begitu? "kenapa?"
"gak," bingung ingin mengatakan apa, taerae pasti sudah ketahuan murung depan pacarnya. "aku gapapa."
"kenapa taerae, tadi mukanya sumringah sekarang murung? apa permen kapasnya kurang? aku bisa ngantri sekarang buat beliin kamu dua lagi." tuh kan, zhang hao selalu begitu.
"jangan, nanti kelamaan, kamu ngantri tadi aja berapa lama?"
"hampir setengah jam sih? pegel berdiri tapi abangnya buat gulalinya cepet kok."
"aku mau duduk aja."
"bilang dong kalau capek jalan-jalan."
pasar malam makin ramai saja di musim panas seperti ini, banyak kok yang pacaran bukan cuma hao dan taerae, tapi semesta tahu yang di sini paling spesial. menurut hao begitu, pacaran taerae harus spesial karena taerae itu paling spesial, paling manis, paling cantik, paling tampan. makanya hao suka.
"kamu pernah kepikiran gak?"
"apa?"
"soal kita."
"emangnya kenapa soal kita?" duduk manis berhadapan gini, buat hao sedikit canggung. apalagi nada taerae yang kelihatan banget pengen serius. "I love my baby sweet darling angel child sweetie lovely light of my life little guy angel can-do-no-wrong beautiful offspring."
taerae gak mau pergi, apalagi kalau hao merasa cinta dia kurang. apalagi kalau cowok itu jadi sedih dengan pertanyaan dia barusan. taerae gak mau pacarnya sedih, hubungan mereka masih panjang, benar kata hao. seumur hidup pasti gak akan cukup buat mereka saling mengadu cinta.
sekali lagi tolong perasaan taerae yang seperti ini jauh-jauh saja, tidak baik untuk hati kecilnya, yang berubah jadi pikiran besar. 
"aku gak suka lihat kamu sedih, kita seneng-seneng barusan, taerae kepanasan atau ingin pulang?" taerae geleng. pacarnya pasti tahu apa yang dia sembunyikan sekarang.
"hao..."
"apa?"
"aku tahu kamu itu romantis banget, paling banyak perhatiannya sama aku, bahkan kamu mau menyisihkan waktu buat malam mingguan sama aku sekarang. aku juga tahu kamu kalau quality time itu penting buat kamu. tapi pernah gak kamu ngerasa aku kurang buat kamu? because that's what i felt right now, dibanding kamu, yang selalu effort tuh kamu bukan aku."
"kata siapa?" hao cepat-cepat menimpali, mata cowok itu yang barusan berkelipan paling terang di bawah malam, kini berubah jadi tenang. bukan marah, ataupun buat taerae makin sedih.
"kata aku lah..., zhang hao. kamu dengerin gak sih?!" taerae itu tetap cantik kalau menangis, tapi bukan saat seperti ini, karena buat dada hao sesak sekarang. apapun yang taerae rasakan sekarang, pastikan hao tidak akan pernah merasa kurang.
"aku denger, tapi yang kamu bilang barusan itu omong kosong semua."
"ih?" taerae makin menunduk. "kamu beneran ngerasa aku gak sayang sama kamu."
"sayang." persetan dengan orang yang melirik mereka, tapi hao paling tidak suka kalau taerae menyalahkan dirinya seperti ini. "kim taerae."
"aku sedih, jangan panggil nama."
"sayangku, my sweet little baby duckling. i love you, i love you till the day i die, i love you because you are love, you are what i want, aku gak pernah merasa kurang sedikit pun dari cinta kamu." kini hao sudah mengambil perhatian taerae, "aku gak tahu apa yang kamu rasain, thank you for telling me this, jadi aku tahu perasaan kamu gimana."
"hm."
"aku boleh pindah, duduk samping kamu gak?"
taerae mengangguk, tenaganya habis dengan isi pikiran yang berkecamuk di kepalanya, seperti ini skenario jelek yang ada di kepalanya merenggut taerae yang sedang kencang dengan hao.
"maybe love wasn't enough to tell how much i love you right now, taerae. aku bilang kalau aku gak pernah ngerasa kamu kurang cinta aku, kamu mau dengerin gak?"
"iya... tapi yang jujur."
"masa aku bohongi pacarku."
"kamu pernah bohong makan puding coklat aku." tidak seharusnya hao tertawa dalam situasi serius seperti ini.
"itu sekali, aku lapet sayang, waktu itu kita masih pdkt. gak sengaja nemu pudding tinggal satu di kulkas kamu."
"aku udah maafin kok itu, kamu gantiin dua kerdus, ZHANG HAO DUA KERDUS, banyak banget."
"aku tahu kamu suka banget, sekalian aja jadi stok di kulkas."
memang dari awal zhang hao sudah terlalu cinta, mungkin.
"taerae... now i can tell you how much i love to spend my time with you, aku suka kamu mau dengerin aku seharian ngomong soal apapun bahasan yang aku buat, dari soal bintang-bintang, orion, sirius, and we can yap everything about life, love, universe, and i love you for that. you know i love for things to talk about, bahkan kamu bisa ngerti aku saat ngomong bulan, and how want to be the first person who still the moon for the one he loves." hao tahu taerae sayang padanya, tidak kurang, tidak lebih, cukup buat dirinya tenang.
malam ini masih dengan bulan yang sama, bulan yang waktu itu hao ceritakan ingin ia curi, diberikan pada yang terkasih, kim taerae. jadi kriminal nomor satu karena bulan untuk bumi hilang.
"i say i wanna love you in every universe, gimana?"
"aku juga inginnya ada kamu dalam hidup aku."
"in every constellation on universe, with their verses, i swear will be there to find you and i always known you like we were together for so long, kim taerae, i swear i will never leave you alone."
bahkan kalau selamanya tidak cukup, hao ingin selamanya bersama taerae.
“i love you, zhang hao, you are the one who makes me feel love, you are so full of love, i love you too, might not be forever, but if it’s forever, that will be even better, i wanna be with you till the day i die, i am scared that i am turning blue and you won’t feel the same as i love you before. you are the coolest person i ever know, i love you more.” taerae tidak sampai tega kalau hao akan sendirian tanpanya, bahkan tahu sendiri dirinya juga tidak akan jauh dari pacarnya. "and even in another life, you will be able to find me."
"iyalah, gak percaya sama pacar keren kamu ini?"
"susah percaya sama manusia." 
"betul." usapan di puncak kepala taerae, hao belum selesai sampai di situ, bibirnya dibuat menyatu dengan taerae perlahan, mengikis sisa jarak di antara mereka. malam minggu ini paling enak untuk ciuman di bawah bulan. tenang saja, hao belum siap jadi kriminal. "you can trust this person tho." tapi tetap ada nada tidak percaya diri dari hao. karena soal kepercayaan pasti susah buat manusia.
"haha, after that pudding gate, no."
"kim taerae."
"bercanda." kekeh si manis. "serius, hao, kalau kamu ngerasa aku gak cinta kamu gimana? aku gagal jadi pacar kamu berarti."
"enak aja, tarik cepet kalimat jelek begitu," dengus hao sambil menahan panik. "tarik cepet."
"iya, maaf." pasti satu kecupan dari taerae buat hao memaafkannya. "aku cuma kepikiran dikit."
"kamu kepikiran sedikit buat aku yang bisa kepikiran seminggu penuh nanti."
"dasar." hao lebay, tapi taerae suka. 
"awas aja ya, aku ucapin cinta tiap hari gak kamu jawab."
"harusnya aku yang begitu."
"aku juga mau bilang sayang ke bebek aku satu ini."
bebek. bebek. "bebek?"
"iya, bebek. kamu kalau manyun kayak bebek, pengen aku cium."
"kamu ciuman sama bebek beneran aja, jangan sama aku."
"pacar aku 'kan kamu, bukan bebek."
dipastikan pasangan kita hari ini kembali ke semula, habis ciuman panjang di malam minggu dengan situasi berisik saling ledek, saling cinta maksudnya. 
3 notes · View notes
diandaraoryza-blog · 1 month
Text
Aku
Dina masuk ke dalam mobil, menyapa Satria yang sudah menunggunya.
D: Hai Sat, makasih sudah nunggu ya
S: Hai, kenapa mukanya lesu gitu? serukan ketemu teman-teman lama kamu?
D: Seru sih...tapi
S: Kenapa?
D: Satria, tadi pas lagi ngobrol bareng teman-teman, si Tami ngomong kalau aku belum nikah karena aku biasa aja, gak cantik dan gak kaya
S: Lah, emang kamu belum nikah karena alasan itu? Gak kan? lagian kenapa kata-kata si Tami dimasukin ke hati?
D: Aku kira bakal gak kenapa-kenapa, tapi aku kepikiran, mungkin aku memang gak pernah cukup buat jadi pilihan seseorang
S: Din, cewek yang cantik banyak. Bahkan nih ya, tiap jaman ada versi cantik masing-masing, nanti bakal ada lagi cantik jenis baru. Soal kaya, kalau cowok tu baik, dia gak bakal lihat duit kamu, dia bisa cari duit sendiri. Lagian sejak kapan kamu percaya kalau manusia bakal lebih bernilai dari rupa dan duitnya? Bukannya kamu yang sering protes kalau ada perlakuan gak adil pada si kaya dan si miskin, atau pas ada standar ganda sama mereka yang goodlooking dan yang gak?
D: Ya sih, tapi kayaknya jaman sekarang hal itu yang dilihat sama orang-orang. Nilai-nilai lain yang dipunya seseorang jadi gak penting buat mereka. Aku gak pernah jadi pilihan utama seseorang Sat, karena aku gak kaya dan gak cantik
S: Ada kok yang melihat kamu berharga bukan dari hal-hal kayak gitu, kamu baik, pintar, mandiri, bertanggung jawab, dan menurutku kamu manis
D: Hahahaha bisa aja naikkin mood aku. Siapa yang lihat aku berharga ya?
S: Aku.........dan harusnya kamu juga lihat dirimu berharga, dari hal-hal yang ada dalam diri kamu, bukan pada hal-hal diluar yang cuma melekat, yang bisa hilang
Dina dan Satria bertatapan sebentar, lalu tersenyum bersama.
3 notes · View notes
msstrsr · 1 year
Text
Tumblr media
Bab 8: Memulai Kembali
Seminggu telah berlalu. Chia telah kembali menjalani rutinitas. Ia sempat kembali ke desa dua hari setelah penyelamatan Satya untuk mengambil barang-barangnya. Pram sendiri kembali dengan kesibukan di bengkelnya. Sedangkan Satya berangsur pulih. Kasus yang tengah ia hadapi juga menuju titik terang. Ia beberapa kali dipanggil kepolisian untuk dimintai keterangan sebagai saksi sekaligus korban.
Di suatu sore yang sedikit mendung, angin bertiup sejuk. Chia duduk berhadapan dengan Satya di taman kota. Pertemuan empat mata pertama kali setelah rangkaian peristiwa yang mengejutkan.
"Chia," panggil Satya dengan lembut. Ia menatap lurus perempuan di depannya. 
"Ya." 
"Aku rindu," ucapan Satya membuat Chia tersipu.
"Aku berhutang banyak penjelasan ke kamu. Maaf aja nggak cukup untuk menebus semua yang telah terjadi," lanjut Satya.
"Tiada maaf buat kamu kalau yang terjadi adalah kamu benar-benar kabur dengan sengaja karena takut pernikahan. Kan yang terjadi bukan itu. Aku sudah memaafkan," balas Chia tenang.
"Aku nggak pernah terpikir untuk lari dari pernikahan. Aku serius saat melamarmu. Soal kekacauan ini," Satya mengambil jeda. "...di luar dugaan."
"Satya," panggil Chia.
"Ya."
"Aku rindu sekaligus kesal," ucapan Chia membuat Satya salah tingkah.
"Karena peristiwa ini aku jadi tahu diri nggak sepenuhnya aku tahu tentang kamu. Kamu resign aja aku nggak tahu. Apalagi dikejar debt collector. Aku merasa nol besar," sambung Chia yang menyiratkan kecewa.
"Maaf Chia aku nggak terus terang sama kamu. Aku nggak mau kamu kepikiran. Kupikir semua akan baik-baik aja. Aku janji akan lebih terbuka sama kamu," Satya menggenggam tangan Chia.
"Kalau kita punya rahasia masing-masing, nggak papa juga, kok. Aku minta maaf juga karena sempat meragukan kamu," Chia balas menggenggam tangan Satya. 
"Soal kerjaan, aku memang sudah merasa nggak nyaman di sana. Terlebih dengan kasus Arga. Untuk sekarang aku mau bantu-bantu bisnis papa selagi nunggu panggilan wawancara," jelas Satya disambut anggukan Chia. "Sebenarnya sudah ada panggilan wawancara yang masuk. Apa daya dengan peristiwa kemarin, panggilan wawancaranya hangus."
"Sayang banget. Ada berapa wawancara?"
"Dua. Kayaknya dua. Nggak papa belum rejekinya," Satya menepiskan kecewa.
Satya melepaskan genggaman tangannya. Ia bangkit berdiri. "Rafflesia Arunika, maukah engkau memulai kembali pernikahan yang tertunda bersamaku?" Satya berlutut di hadapan Chia. Air mata haru tidak bisa lagi dibendung Chia. Ia kehilangan kata. Hanya sanggup mengangguk dan meraih uluran tangan Satya.
"Tapi kita tunggu semua selesai dulu ya," ucap Chia di sela keharuan.
"Pasti. Aku juga mau kasus ini segera selesai."
"Sekarang tugasmu meyakinkan keluargaku."
"Pasti."
"Kamu jangan hilang lagi, ya."
"Aku janji," ucap Satya dengan penuh keyakinan.
"Ingat ya, di bawah langit sore yang sedikit mendung di taman kota, Satya telah berjanji tidak akan hilang atau kabur di hari pernikahan. Semesta saksinya," ucap Chia dengan tatapan awas jangan macam-macam. Satya tergelak melihat ekspresi Chia. Mereka berdua pun menikmati sisa sore hari di taman membicarakan banyak hal yang terlewatkan selama Satya menghilang.
17 notes · View notes
lebensmoode · 2 months
Text
Perlu waktu untuk bisa into Day6 songs in their new mini album. Most of it are hype rocks nuance, which I prefer. I mean, dengerin aja Warning sama I Wait. Who won't love it? :)
Tapi soal bikin lagu galau juga juwarak mereka tu, herman. Semua diembat. Daaaan ada satu lagu paling gilak di album baru ini, judulnya
Bayangin lagu nuansa rock tapi intronya cem musik-musik salsa???? Kepikiran???? Judulnya sad ending pula. Gw belum liat semua lirik di semua lagu-lagunya, sengaja. Takut ambyar 🥹
Trus yg judulnya Happy. Setelah sekali dua kali dengerin, bjiiiirr. Liriknyaaaa.
"May I be happy? I want to laugh every day.
Tell me it's okay to be happy."
People: it's okay to be sad
Day6: it's okay to be happy
😭😭 wwwhhyyy 😭😭
Mon maap kalo udah menyangkut grup band ini hamba gabisa kalem. Di skip aja monggo. Makanya tahan-tahan diri supaya gak dengerin mereka pas puasa tuh udah yg paling betul. Rubby aja sampe heran kenapa mesti begitu. MENGGANGGU KEIMANAN mereka tuuuuuu 🤌🏻
Duh. Dah lah. Masih ada next cerita ambyar soal lagu daesik 👀✌🏻
3 notes · View notes
pergimelaut · 4 months
Text
NaNoFinMo: Sedang Cukup Struggle
Aku mau cerita tentang novelku sebentar. Jadi, setelah banyak membaca dan mendengar, terutama kaitannya dengan Yogyakarta, Inggris, dan dinamika peristiwa sejarah di Indonesia abad ke-18 dan ke-19, aku jadi ... jadi ... jadi semakin bingung. Lucunya, ketika aku SEKOPONG ITU pas NaNoWriMo, aku malah bisa nulis lancar jaya sampai 50.000 kata. Tapi setelah kubaca lagi draf yang kubuat, dan aku bikin daftar apa-apa saja yang mau kuubah, rasanya pengin ngubah semuanya T_T
Mungkin aku seharusnya berhenti berpikir. Maksudku, berhenti overthinking. Dan, ya, nulis aja. Nanti kalau ternyata tulisanku itu perlu diubah, ya ... diubah lagi aja. Yang penting tahu apa yang mau diubah. Kalau semuanya masih ada di dalam kepala, gimana bisa diolah ...
Aku nulis ini karena kangen sama mereka. Aku kangen sama rumah di tengah hutan tempat mereka tinggal (walaupun pepohonan di sekitar mereka salah nama tanaman), aku kangen sama arak-arakan kereta kuda yang ditonton ratusan orang hingga ke keraton (walaupun deskripsi kereta kudanya salah), aku kangen sama meja makan tempat para putra mahkota rebutan surat dari saudari mereka (walaupun ... walaupun ini nggak seharusnya ada?? Kayak, harusnya ini tuh, nggak perlu dilakukan gitu loh? Mereka makan sendiri-sendiri di rumah mereka masing-masing karena setiap putra mahkota dapat tempat tinggal? Terus gimana cara memperbaiki ini kalau ini salah dari awal? Pikir nanti, pikir nanti, tenang).
Baiklah, daripada mikirin fakta sejarah bikin kamu tertekan, mari kita fokus sama karakterisasi tokoh-tokohnya aja.
Aku kangen sama pertemuan sepasang kekasih yang kunanti-nanti setelah sepuluh tahun lamanya! Ini cara bertemunya agak nggak rasional hahahahah, tapi entahlah, aku suka aja & aku sejauh ini nggak kepikiran untuk memperbaikinya. Aku malah kepikiran cari pembenaran biar ini terlihat masuk akal. XD
Aku juga kangen sama pertemuan dua orang asing yang selama ini cuma saling bicara di dalam mimpi. Ini perlu lebih banyak komunikasi lagi, aku mau memperbanyak obrolan mereka. Aku juga kangen sama pertemuan dua saudara dalam hiruk-pikuk kerumunan orang berdesakan untuk menerima sumbangan air. Itu manis banget huhuhu, tapi kurang banyak porsi sedihnya (gimana sih).
Kalau memikirkan soal orang-orang di dalam draf novelku, rasannya pengin banget cepet-cepet nulis tentang mereka, biar bisa ketemu mereka lagi. Tapi kalau mengingat "dunia" yang kubentuk di sekeliling mereka, rasanya aku cuma pengin bengong aja ... XD Sepertinya, dunia yang kubuat kurang kuat dan akan sedih malah kalau mereka kuterjunkan dalam seting yang belum utuh kayak sekarang.
Baiklah, mari berusaha biar rasa kangenku ke mereka lebih besar daripada kebingunganku terhadap peristiwa yang mau kususun bersama mereka. Atau, aku perlu menyetir biar kekangenanku ini bikin aku tergerak buat nulis, dan bisa punya kekuatan untuk melawan kekhawatiranku jalan ceritanya mau kayak gimana. Soalnya kalau nggak ditulis, maka nggak akan pernah bisa tahu. XD
Yuk, semangat, semangat. :D
2 notes · View notes
dinisuciyanti · 6 months
Text
Kesempatan
Seminggu yang lalu aku ke pom bensin terdekat, isi full motor ku. Pas ku lihat mbak yang ngelayanin, "kek kenal", pas lihat namanya "oh iya temen SMP". Lalu sepanjang jalan aku mikir, "berapa ya gaji di pom bensin? mana berdiri terus, outdoor pula". Kemudian aku bersyukur, ya, aku bersyukur karna melihat pekerjaan perempuan di desa yang kerjaannya blue-collar (aka buruh), sementara aku (Alhamdulilah nya) white-collar (aka pekerja di kantor). Aku gak munafik, karna seringnya kita bersyukur karna melihat orang lain yang gajinya dibawah kita (menurut pandangan kita sendiri).
Lalu aku berpikir lagi, aku bisa seperti ini karna aku diberi dan mengambil kesempatan untuk SMA di kota, pilihan yang minoritas, sementara mayoritas bersekolah di kecamatan. Selepas SMA, aku juga diberi dan mengambil kesempatan untuk berkuliah di Kota besar, bukan kabupaten.
Ketika teman-temanku bekerja di pabrik selepas SMA, mereka kerja keras, mikir kerjaan, aku? aku mikir UTS-UAS-Skripsi. Lalu aku sekolah lagi, mikir lagi, ujian-Tesis, teman-teman ku? ya tetep kerja, mikirin kerjaan juga.
Lalu ada satu titik dimana, aku dengan pekerjaan ku di depan laptop yang lebih banyak butuh fokus otak, sementara teman-teman ku yang buruh lebih banyak butuh fisik. Keduanya sama-sama kerja, sama butuh pengorbanan untuk sampai di titik itu, tapi yang membedakan adalah ada kesempatannya gak? mau ngambil kesempatannya gak? Dan waktu SMP/SMA dulu, aku punya privilege kesempatan itu.
Dulu pas SMP, aku cuma mikir mau sekolah ke tempat yang paling bagus. Pas SMA, cuma mau sekolah ke kota besar. Gak kepikiran soal blue atau white collar berikut range gajinya. Ya mungkin itu juga yang membedakan. Seberapa willingness anak itu untuk belajar dan berkembang.
27 November 2023
38 notes · View notes
hari-istimewa-ibu · 4 months
Text
Tumblr media
𔒌 ੭𝅄 Selamat mengulang tanggal 4 Februari di tahun ini, Ibu! ৎ୭
Mungkin ulang tahun bukan lagi sesuatu yang spesial buat ibu, tapi buat aku, tanggal 4 Februari akan tetap dan selalu jadi hari spesial. Hari di mana orang yang paling aku sayang dan hargai lebih dari apapun lahir, Ibuku cantikku. Hari ini jadi hari spesial karena ada Ibu. Makasih ya bu karena udah hadir di dunia ini. Makasih udah bertahan sampai sekarang dan selalu ada buat aku, zarin dan bapak.
Di hari istimewa ini, aku mau Ibu tau betapa bangganya aku jadi anak Ibu. Aku selalu bangga sama Ibu. Semua pencapaian Ibu, baik itu besar ataupun kecil. Aku selalu bangga sama apa yang Ibu lakuin. Ibu pernay bilang kalau semua yang Ibu lakuin itu buat aku sama adek. Itu juga berlaku buat aku, Bu. Aku selalu melibatkan Ibu di semua harapan dan cita-cita aku ke depannya. Aku mau Ibu juga ikut ngerasain hasil baiknya di akhir nanti. Aku gak mau ngerasain semuanya sendiri, Bu. Aku pengen Ibu bakal selalu ada di hari di mana aku udah sukses nanti. Kalau ditanya apa cita-cita terbesar aku, jawabannya bakal selalu “aku mau jadi orang yang berhasil dan bikin orang tuaku bangga sebagaimana aku selalu bangga jadi anak mereka”. Ibu percaya gak sih dari aku TK, aku udah mikir kaya gitu wkwkwkwk. Anak sekecil itu aja udah bisa sadar kalau punya Ibu keren yang selalu dibangga banggain.
Ibu, makasih banyak ya. Terlepas dari semua kesibukan, Ibu gak pernah lupa buat nyisihin waktu buat sekedar ngobrol sama aku, selalu mastiin aku baik baik aja dan gak mendam masalah sendiri. Makasih ya Ibu udah selalu jadi temen ceritaku. Makasih juga Ibu udah sering berbagi cerita sama aku. Aku selalu siap kalau Ibu butuh teman cerita. Ibu gak perlu khawatir kalau aku jadi ikut mikirin masalah Ibu. Aku gak keberatan sama sekali, Bu. Jangan terlalu banyak pikiran dan ingat selalu buat berbagi senang atau sedih ya, Bu.. Ibu selalu bilang kaya gitu ke aku kan?
Maaf ya Ibu aku masih banyak nangisnya padahal udah besar.. sebenernya setiap aku masih nangis atau khawatir setiap ngelakuin hal-hal baru itu aku selalu kepikiran Ibu.. aku selalu kepikiran gimana nantinya kalau aku udah gak bisa ngadu soal hal-hal sekecil ini lagi kalau aku udah besar.. aku nggak tau bakal jadi apa nanti kalau gak sama Ibu. Tapi cita-citaku tetep sama. Cita-citaku buat jadi anak yang bisa Ibu banggain di manapun nanti bakal tetep ada sampai aku tua.
Ibu, buat aku Ibu adalah teladan paling hebat. Aku inget betul gimana perjuangan Ibu ngerawat aku sama adek dan gimana Ibu selalu buat suasana rumah tetap “hidup”. Maaf ya Ibu kalau aku lebay hehehe jangan diketawain ya, jangan diledekiiin. Aku sayang Ibu, for real. More than anything in this world.
Semua pencapaianku sejauh ini, semua juga karena Ibu. Ibu selalu ikut andil di semua keberhasilan yang pernah aku capai. Aku mau Ibu tau itu.
Sekali lagi, selamat ulang tahun ya ibuku cantik. Aku dan semua orang yang kenal Ibu selalu seneeeng karena punya Ibu Yati di hidupnya. Ibu, sahabat terbaik dan pendukung paling hebat, tetap bahagia ya, Bu. Semoga semua kebaikan yang pernah Ibu beri ke orang lain akan kembali lagi ke Ibu beribu ribu kali lipat. You deserve the world. Aku sayang Ibu. Semua orang sayang Ibu. Selamat ulang tahun! 𐙚
2 notes · View notes
kayyishwr · 2 years
Text
Sebenernya ada satu hal yang pengen banget ditulis, tapi itu nanti aja deh, klo semuanya udah beres haha
Nah yg ini, tiba-tiba kepikiran aja soal silaturahmi. Entah kenapa, lewat gitu aja. Dan, oke deh, kita rilis, biar beban emosinya tertuangkan disini aja.
"Masih sering kontak-kontakan ga sama temen-temen yang lain?" beberapa kali pertanyaan itu terlontar dari Abahku. "Kalau sama ustadz ini, atau itu gimana?"
Ah iya. Rasa-rasanya, semakin hari aku harus semakin banyak silaturahmi. Mendengar lagi suara-suara yang dulu membimbing hingga bisa sampai seperti sekarang. Melihat lagi senyuman teman-teman yang dulu pernah berjuang dan sedikit banyak 'akal'(-nakal wkwk) bareng-bareng.
Apalagi ini soal menjaga hubungan baik sebagai sesama makhluk Allah. "Gimana klo temen-temen kita berubah, gak kaya dulu?" ya mereka tetap temen kita. Mau sampai kapanpun, mari mencoba untuk terus menyambung komunikasi.
Dan banyak kok, efek samping keberkahan dari silaturahmi ini. Dapet nasehat tentu saja. Dapet pengalaman dan insight baru, ini menyenangkan sehingga punya sudut pandang yang lebih luas. Hm, dan tentu saja 'keberkahan' yang lain hahha, kenapa pake tanda petik? Ya keberkahan disitu misal ditraktir makan, ditawarin ni*ah, atau bisa bangun project bisnis dan kebermanfaatan yang lebih impactful
Lagipula, bukankah kita hari ini, adalah akumulasi dari masa lalu? Dan masa lalu kita, bukankah juga ada pengaruh dari lingkungan sekitar? Keluarga kita, guru-guru kita, teman-teman kita. Ya semoga dengan silaturahmi bisa jadi cara kita bersyukur dan mengucapkan terima kasih atas kehadiran mereka di hidup kita.
Jadi, boleh gak, klo aku silaturahmi ke tempatmu?
58 notes · View notes
cocotangaje · 5 months
Text
13 Januari 2023
Hidup tuh ya, semakin kita ngga attached sama sesuatu, semakin dideketin sama hal itu. Contohnya dulu gue sangat attached dan berambisi banget pengen dapet kerja. Pengen berdedikasi penuh ke suatu perusahaan. Tapi susah banget dapetnya. Even intern di dua tempat dua-duanya malah bikin gue stuck karena lingkungan dan orang-orangnya yang ngga ngasih ruang buat gue berkembang. Di kali ketiga setelah gue nyerah dan memutuskan buat menerima kenyataan hidup gue untuk bekerja di Cianjur dan memutuskan buat lanjut S2, malah diterima intern di satu brand make up dengan ruang lingkup yang sangat gede banget buat gue berkembangnya. Intern berasa cuma status doang sama under review. Sisanyamah dimulai dari yang dikerjain, jobdesc harian, nyampe problem solving sama leadership gue gak beda jauh sama karyawan full time.
Satu minggu kemaren bisa dibilang gue cukup melewati batas ekspektasi atasan gue di posisi marketing analyst ini. Atasan gue suka dengan apa yang gue kerjakan, bahkan beberapa kali gue diapresiasi karena mengerjakan pekerjaan yang seharusnya dihandle spv. Gue masih gak pandang bulu memang soal apa yang gue kerjain karena kebutuhan gue saat ini adalah reputasi dan validasi kemampuan untuk meningkatkan value gue biar bisa dijadikan sesuatu yang dapat dijual ke perusahaan lain. Bahkan seminggu jadi marketing analyst capeknya berasa 3 kali lipat daripada dua minggu sebelumnya jadi content creator. Bebannya, ekspektasinya, nyampe deadlinenya, semuanya rasanya 3 kali lipat daripada posisi awal gue sebelumnya. Meski begitu, gue bahagia. Karena ini bisa jadi investasi buat gue ngembangin bisnis bokap nantinya.
Enough about career, gue kemaren waktu awal haid tiba-tiba sangat menyesali beberapa keputusan mengenai kepergian gue dari beberapa orang yang pernah jadi masa lalu gue dulu. Mungkin karena musim nikah juga kali ya, dan beberapa mantan gue juga udah nikah. Dan kerandoman hormon gue itu bikin gue sedih sendiri gak jelas. Untungnya action yang gue lakukan cuma nyampe kepikiran dan berkecamuk sendiri aja. Gak nyampe ngelakuin hal konyol kayak gue waktu masih remaja.
Fyi sejak gue sempet kerja di Cianjur kemaren kan gue jadi deket sama keluarga, khususnya mamah sama teteh. Nah kedekatan itu ternyata menanamkan prinsip baru di dalam diri gue tanpa gue sadar yang membantu gue setiapkali gue mulai ngerasa kecapean. Prinsipnya adalah; gue harus jadi kaya dan pinter cari duit. Bukan soal harta bakal dibawa mati atau engga, tapi kalo gue banyak duit, gue akan lebih mampu membantu keluarga gue ketika mereka kesulitan. Gue juga akan lebih mudah melindungi mereka dari hal-hal yang bisa saja menyakiti mereka. Prinsip atau alasan cari uang itu ternyata sepenting itu karena kalo gue gak punya sesuatu yang dipegang, uang gue cenderung habis tanpa gue tau kemana perginya. Sejak gue punya mindset itu gue jadi lebih bisa mengimbangi antara membuat diri gue merasa nyaman dan aman dengan mempersiapkan diri untuk masa depan dan orang yang gue sayang.
Gue mungkin akan jadi lebih sibuk, lebih sulit ketemu, sedikit lebih sulit ngobrol lagi sama keluarga gue sebelumnya. Tapi ketika hal tidak menyenangkan terjadi, gue bisa jadi yang paling depan buat melindungi mereka. Dan itu emang hal yang biasanya gue lakukan dari sejak lama.
6 notes · View notes
yunusaziz · 2 years
Text
Personal Branding, Agar Lebih Didengar
Dulu ketika saya masih menjadi marketing analyst di sebuah Rumah Sakit, leader saya mengajarkan satu rumus yang sebenarnya konteksnya berkaitan soal bagaimana 'menaikkan penjualan', akan tetapi karena saking fleksibelnya rumus ini bisa diimplementasikan ke personal branding.
Rumusnya adalah :
S = (pv-p)xc
S = Sales (Penjualan)
pv = Perceived Values
p = price
c = communication
Singkatnya, bagaimana ketika kita punya produk, entah itu berupa barang atau layanan, bagaimana cara mendongkraknya, atau dalam bahasa sederhana orang dapat mengenalinya, berinteraksi dengannya adalah dengan memiliki terlebih dahulu, nilai (pv) apa yang membuat produk yang kita miliki ini unggul, dibandingkan pesaing.
Kemudian, dari nilai unggul tadi dikurangi p (price), harga yang harus dibayar konsumen baik materil maupun non materil, untuk dapat mendapatkan pelayanan yang kita tawarkan. Baik itu perjalanan menuju kesana, mood meters mereka, dsb. Oleh karenanya, semakin besar nilai yang kita punya dibanding 'harga' yang harus dibayar konsumen itu, akan semakin aman. Berpotensi terjadinya, satisfaction (kepuasan) dan repeat order (langganan).
Sebaliknya, jika ternyata harga yang harus dibayar konsumen jauh lebih besar dari nilai yang organisasi punya, maka siap-siap saja ada disappointed customer (kekecewaan pelanggan) yang berujung pada penurunan sales.
Setelah itu jika hitungan sebelumnya sudah selesai, adalah bagaimana tim marketing/public relations, etc. dapat menyampaikan, mengkomunikasikan values tadi ke pasar.
Well, kembali ke konteks personal branding.
Sama halnya diatas, ketika kita ingin membangun personal branding yang baik, atau saya ingin lebih spesifikkan ke konteks aktivis, yang di dalam hati dan pikirannya adalah ingin mengajak kebaikan, kebaikan dan kebaikan, maka create your values. Kenapa seseorang harus mengikuti kamu? Mengaminkan ajakan kamu?
Berbicara nilai, berbicara integritas. Bagaimana kemudian ketika values sudah terbentuk dengan baik, adalah tetap menjaga itu sebagai prinsip yang terus terpegang. Integritas artinya keselarasan antara ucapan dan tindakan. Integirtas pula yang membuat seseorsng akhirnya merasa respect.
Mengenai integritas ini dalam Islam juga tidak main-main, dalam firman-Nya Allah sampaikan :
Wahai orang-orang beriman! Mengapa kamu mengatakan apa yang tidak kamu kerjakan? (iu) sangatlah dibenci di sisi Allah jika kamu mengatakan apa saja yang tidak kamu kerjakan (QS. As-Saff ayat 2-3).
Sedangkan price-nya, saya sebetulnya agak kesusahan menaganoligakan ini ke konteks personal branding, karena konteksnya cukup berbeda. Tapi jika boleh cocoklogi, price ini adalah jerih payah kita untuk bagaimana susahnya, jerih payahnya kita membangun dan menjaga keistiqomahan dari values yang dimiliki. Godaan silih berganti, ada harga yang harus dibayar demi menjaga konsistensi.
Terakhir, communications-nya adalah bagaimana kita menyampaikan itu ke objek kebaikan kita. Baik itu bagaimana kita public speaking jika punya basic dan nyaman dengan cara itu, atau melalui tulisan, konten video dsb. Tergantung siapa yang menjadi objek kebaikan kita.
Entahlah, ini hanya kontemplasi pagi saja. Sedari tadi ba'da shubuh kepikiran harus menulis ini, biar nggak jadi beban aja. Barangkali juga jadi teman ngopi para aktivis kampus dan kebaikan apapun diluar sana, kalau sudah pada bangun juga sih 🤭✌️
61 notes · View notes
serintikan · 6 months
Text
perihal kumis isagi.
dan rin yang suka?!
☆⋆。𖦹°‧★
ngomongin soal isagi kumisan. tau gak kalo yang ngebantu isagi cukuran, tuh, selalu rin?
dulu, sih, enggak ya. bahkan rin pun gak pernah kepikiran kalau ada kemungkinan kumis dan jenggot isagi bisa tumbuh. sangking kulit wajah isagi selalu bersih dari rambut tipis dari para kumis dan jenggot.
sampai akhirnya ada kondisi yang menyeret isagi buat mau-tidak mau menumbuhkan rambut-rambut tipis itu.
sewaktu tim futsal sekolahnya kalah ngelawan sekolah lain, taruhan kali itu membuat mereka gak boleh cukur kumis atau jenggot sampai sebelum UAS, yang artinya isagi harus tahan buat gak cukur sekitar empat (4) bulan.
untuk aiku, teman seangkatan sae, yang selalu bermimpi untuk memanjangkan kumisnya setelah lulus, taruhan itu bukan suatu mala petaka. lain halnya untuk isagi yang selalu langsung menyukur rambut tipisnya sesaat setelah ia melihat mereka muncul setiap ia bercermin.
kala itu, hubungan isagi dan rin semakin dekat dengan pernyataan cinta yang belum kunjung diucapkan, tapi isagi bercerita soal taruhan itu dan rin mulai menunggu dengan penuh harap.
rin tahu itu hanya rasa penasarannya saja karena pikiran soal lelaki berkumis sebagai tipenya tak pernah terlewat di benaknya. namun bayangan tentang isagi dengan rambut-rambut tipis di antara hidung juga bibirnya sempat membuat jantung rin berdegup kencang. rasa penasaran ‘kah? atau murni karena itu isagi?
dan waktu yang ditunggu pun telah tiba. saat rin menangkap ada segaris kumis halus yang muncul di wajah isagi, matanya bingung harus fokus ke garis tipis itu atau bibir—
“rin?”
empunya nama akhirnya melihat lawan bicaranya kembali. “kenapa? gak denger.”
“gue nanya, aneh gak, sih, kumisnya? gatal banget gue mau cukur, tapi masih sebulan lagi.”
“gatal? emang gatal ya kalo tumbuh kumis?”
“enggak juga. maksudnya, gue gak kebiasa aja numbuhin kumis—aneh gak? kok gue ngerasa aneh ya.”
rin mengalihkan pandangannya sesaat setelah isagi kembali menatap wajahnya di cermin kecil yang ia bawa dari dalam kamar. minggu sore itu mereka habiskan dengan bercengkerama di teras lantai dua rumah isagi. banyaknya angin sempoyongan bertiup ke arah mereka tapi kenapa rin malah merasa panas?
“gak aneh. mungkin lo gak kebiasa aja ngeliat kumis gitu di muka lo.”
“iya, kali ya,” ujar isagi, tidak ada kepekaan sedikit pun dengan apa yang rin rasakan saat itu. “kalo gak aneh, menurut lo cocok gak?”
“hah?”
“gue cocok gak kumisan gini?”
isagi menoleh ke arah rin. mata mereka bertemu tatap. isagi yang masih saja tidak peka akan tingkah rin dengan sabar menunggu rin untuk menjawabnya. rin meneguk ludahnya sebelum berucap pelan, “cocok aja.”
“cocok?”
“iya.”
suara pelan rin tetap ditangkap oleh isagi walaupun surai hijau itu membuang mukanya lagi setelah sadar seberapa dekat wajah kakak kelasnya itu dengannya. isagi pun terikut sadar mengapa mata rin tidak kuat berlama-lama bertatapan dengannya dan senyum jahil mulai muncul.
“lo suka ya?”
sontak rin menoleh kesal ke arah isagi. “apaan? enggak. ngaco mulu.”
“bilang aja iya.”
“enggak.”
“iyaa.”
“enggak, anjing. stop.”
“suka ‘kan?”
“enggak?! diam gak lo.”
“aku tau kamu suka.”
“enggak, isa. anjing. nyebelin lo. ngomong sekali lagi, gue cukur tuh kumis.”
“cukur aja,” ujar isagi semakin usil dengan memiringkan wajahnya agar rin bisa melihatnya dengan jelas. “tapi cobain dulu sebelum lu cukur.”
“cobain gimana—gak usah aneh-aneh lo, isagi?!”
“aneh-aneh apaan sihhh.”
isagi duduk tegak kali ini dengan telapaknya yang ia buka ke arah rin. “pinjam tangan, dong.”
“mau ngapain…”
“pinjam bentar. gak aneh-aneh. janji.”
rin bolak-balik melirik telapak tangan itu dan raut wajah isagi yang tenang. ia tahu ia akan dijahili lagi tapi di sisi lain rasa penasaran yang ia miliki berhasil melawan rasa kesalnya itu. maka ditaruhnya lah tangannya untuk isagi genggam dan membiarkan isagi menariknya pelan untuk menangkup pipi si surai biru.
perhatian rin terlalu fokus pada bagaimana isagi tetap menggenggamnya dan mengelus lembut punggung telapaknya sebelum ia merasa ibu jarinya didorong halus bersapuan dengan garis tipis kumis isagi.
“nih, coba.” isagi menyenderkan pipinya lebih relaks ke tangkupan rin seraya membiarkan rin yang pelan-pelan mulai mengusap kumis juga bibir isagi dengan ibu jarinya. “gitu rasanya.”
“rasa apaan, sih?”
“ya, gitu.” senyuman jahil lainnya nampak pada bibir isagi. ia menatap rin yang terlihat terlalu fokus pada apa yang ia lakukan. isagi juga tidak pernah menebak tentang rin dan rasa penasarannya itu, namun usut punya usut, ternyata rin gampang sekali ia tebak. dan muncul lah pikiran usil lainnya di kepala isagi yang langsung ia laksanakan: ditolehkan wajahnya sedikit untuk ia kecup sekilas telapak tangan rin yang masih ia genggam.
semburat merah di pipi rin terpampang jelas setelah itu dan menarik tawa kecil dari mulut isagi yang menyaksikannya. celoteh amarah rin keluarkan tapi tidak ada tanda-tanda ia ingin menarik tangannya. alih-alih ia tangkup kedua pipi isagi untuk dicubitnya gemas wajah itu. kesal, katanya. namun merah pipinya berkata lain.
☆⋆。𖦹°‧★
habis itu, karena isagi gak berhenti ketawa geli sehabis ngebuat rin mau meledak layaknya gunung berapi, rin beranjak masuk ke kamar mandi dan mengambil krim juga cukuran.
hari minggu itu, pertama kali rin belajar cara mencukur rambut-rambut tipis di wajah isagi dengan benar, yang akhirnya menjadi kebiasaan karena si kakak malah jadi ngelunjak dan manja—gak mau cukur kalo bukan rin yang cukurin.
dan isagi yang kena hukuman lainnya karena kumisnya udah dicukur sebelum waktu yang telah ditentukan.
☆⋆。𖦹°‧★
juga aiku yang keterusan gak cukur kumis & jenggotnya. jadinya di hari pertama UAS, dia ikut susulan karena gak boleh masuk kelas.
(selain kebersihan, jaga kerapian juga, ya, kak!)
2 notes · View notes
pangpingpong · 8 months
Text
Refleksi 0710
Udah oktober, bau-bau musim hujan udah keciuman (kalau di Bogor). Meanwhile as a nomad during 2023, Gue ngerasa gue lebih kangen kosan dengan segala kekurangan yang gue miliki. And I am fine with it (sometimes). Yang gak fine adalah ketika hujan deres banget kemudian kosan jadi basah dan lembab karena kerembesan air hujan.
Baca artikel soal snake yang regularly shedding their skin dan ternyata itu bagian dari proses bertumbuh dan berkembang. Emang didukung suasana hati dan mental yang sedang low, gue mewek (padahal ini gue di bandara wkwk. Ya ga papa sih. Lu berhak nangis kok. It is fine).
Makhluk hidup melewati semua proses tidak menyenangkan dalam hidupnya untuk bertumbuh. Mungkin ga semuanya berakhir dengan outcome yang baik, ga semuanya jelek juga. Ular pun sama (lah kenapa gue tetiba bahas ular? Ga tau kepikiran aja).
Gue kira ular tuh shedding their skin pasti bakalan hurtful tapi ga sih. Karena ceunahnya sih ada kelembaban yang jadi pelumas biar kulit baru dan kulit lama bisa terpisah. But, the process maybe still not comfortable. Ga bisa lihat, harus stay di tempat yang terlindung (biar ga dimangsa predatornya), nyari rough surfaces biar bisa kelepas.
Gue wondering apakah jalanan yang rough itu bakalan selalu ended up with good result? I mean, from previous itu banyak orang yang struggling (di berita) yang the real struggling kemudian baru bisa thrive to make their dream comes true. Ya mungkin ada aja yang gak gitu struggling tapi ga diberitain (Maybe ada 1 diantara sekian).
Bokap pernah bilang kalau anak-anak dimasukkin ke pesantren itu agar mereka bisa belajar mandiri dan belajar prihatin sama hidup. It doesnt mean mereka harus makan nasi sama garam doang or tidur di lantai. Lebih kepada gimana mereka diletakkan dalam kondisi yang agak kesulitan, agar besok punya rasa empati yang lebih baik sama orang lain terutama sama diri sendiri. Agar besok tidak lagi egois.
Part tergak nyaman dari menjadi dewasa adalah you are on your own, kaya kata mba Taylor Swift. Maybe itu juga jadi alasan kenapa gue pengen menikah. Selain karena itu juga bagian dari ibadah (tapi honeslty alasan pengen nikah adalah I want to belong to somebody).
Keliatan pathetic asli, mungkin juga shockingly buat temen-temen yang udah kenal gue lama. Yang menganggap gue adalah manusia independent, kemana-mana hayo, kemana-mana bisa sendiri, angkat galon bisa, pasang gas (alhamdulillah) sudah bisa.
Ortu tidak mengabaikan gue, gak pernah. Tapi mungkin karena SMP SMA Kuliah terbiasa mandiri, di umur sekarang gue pengen punya 1 orang yang bisa gue ajak brainstorming dimanapun. Gue tanya-tanyain apapun itu meski ujung-ujungnya gue punya jawabannya (cara otak gue mengatur keruwetan isi pikiran gue). Punya temen yang bisa sharing pendapatnya soal buku yang gue baca, ngingetin kalau gue malas olahraga (hahaha). Jadi orang yang bisa ngasih jawaban random pas gue suka kepikiran pertanyaan random. Taking care of each other dan stay di sebelah gue pas gue pengen nangis (aslik sih kadang gue cuma butuh shedding tears aja kek ular butuh shedding their skin - hahaha sungguh analogi yang tidak relevan).
Maybe at the end, gue cuma pengen kaya manusia normal lainnya. Dulu gue tidak suka pakai emas (anti banget) sekarang malah kalau dapat duit dikit pengen punya emas. Gak yang tebel atau gede banget, cuma sesuatu yang I can look at and remind me that ini loh kemarin gue survei capek-capek tuh ini buktinya.
Bukan berarti ga menikah itu gak normal. Pernah mikir juga, mungkin emang beneran ada beberapa orang yang jodohnya itu gak ada di kehidupan ini. Adanya nanti pas di akhirat. And I am wondering how they can survive the feeling of loneliness.
Keluarga besar gue ada yang belum menikah sampai usia mendekati pensiun. Keluarga yang lain kaya khawatir, besok kalau beliau sakit siapa yang mengurusi. Gue jadi kaya ketrigger "Emang istri/suami sama anak itu diciptakan cuma buat ngurusin suami/istri yang sakit?"
Yang kenyataannya itu bener. Tapi itu bukan tujuan yang utama. Maksud gue, misalkan ternyata emang your spouse itu gak healthy until the day their last breath gone to the air, ya emang family itu harus dan ada untuk support each other. Kaya gue yang pengen ditemenin aja pas gue sakit (sekarang pengennya ditemenin, ga tau besok kalo udah punya bakalan ngelunjak gimana. Semoga ga ngelunjak deh ya. Aamiin)
3 notes · View notes