Tumgik
#lupa membaca niat
kayyishwr · 1 year
Text
Tumblr media
Selain agar terus dimampukkan untuk sholat, menghindari maksiat, dan bermanfaat, Ya Allah jadikan quran menetap di hati, menjernihkan pikiran, memfasihkan lisan
Haqqul yakin; Allah tidak akan menyia-nyiakan orang yang ada pada dalam hatinya Al Quran, pikirannya Al Quran, lisannya tetap berusaha melantunkan Al Quran, walaupun terbata-bata, walaupun banyak dosa, walaupun sering lupa
Ini standar muslim; paling standar
Ibarat setiap kali belajar sesuatu, pasti kita diminta untuk minimal membaca satu buku referensi utama
Maka sebagai muslim, minimal kita membaca quran; kemudian miliki niat untuk berusaha menghafalnya, dan kemudian miliki niat untuk memahaminya
Semoga dengan begitu Allah menjaga kita, karena dalam diri kita terdapat bukti ke Maha BesaranNya; Al Quran
97 notes · View notes
mamadkhalik · 22 days
Text
Melenting
Sekali lagi, ketika kita merasa gagal atau stuck di sebuah fase kehidupan, pasti ada keberhasilan kecil yang tak terlihat dan lupa untuk diapresiasi.
Aku sendiri sangat terngiang-ngiang dengan slogan satu persen official, "menjadi lebih baik, setidaknya 1% setiap harinya"
Dari kalimat itu, kegagalan yang tampak besar sedikit demi sedikit teralihkan dengan proses yang sedikit. Proses itu salah satunya adalah membina.
Dulu aku merasa kurang maksimal dalam membina apalagi saat mahasiswa. Bagi orang yang terkenal fafifu soal dakwah, ketika tidak membina dengan sehat tentu akan sangat kureng.
Pandemi jadi momentum. Diamanahi kelompok online justru malah sehat. Dari situ juga banyak waktu luang membaca dan menyelesaikan segala urusan, salah satunya maisyah.
Selanjutnya, amanah mengelola pondok itu hadir. Membina 40an mahasiswa dengan segala karateristiknya menjadikan pelatihan manajemen sdm yang komplit.
Sampai akhirnya, berkesempatan membina kelompok kecil lagi. Terasa enteng karena terbiasa dengan kondisi yang lebih sulit. Dengan segala keruwetan dunia, membina yang tergolong sehat menjadi sedikit achievement diri ini.
Menjadi orang yang lebih dewasa dan pengalaman jadi poin plus. Mendengarkan keluh kesah, mendapat insight baru, dan yang pasti memposisikan diri belajar bersama-sama.
Teringat nasihat dari salah satu Asatidz, kita itu tidak dipertemukan dengan tiba-tiba, tapi dipersatukan oleh ruh dan niat baik. Mungkin dari situ, kita akan dipertemukan dengan jalan kebaikan lain dan semoga kesuksesan yang lebih besar.
Jadi, yuk semangat bareng-bareng, jangan lupa apresiasi hal-hal kecil dalam hidup ini, dan yang terpenting jangan lupa membina!
Kalau mengutip buku Menuju Kemenangan Dakwah Kampus, bahkan saat Khilafah Islamiyah itu berdiri kembali, tugas membina tidak boleh terlupakan. Mengerikan.
Pesma Ar-Royyan, 31 Agustus 2024.
Membina Angkatan Mujahid gen Z, Menuju Kemerdekaan Palestina.
Tumblr media
16 notes · View notes
sethdomain · 6 months
Text
Hazbin Hotel sholat tarawih fanfiksi
Sudah isya dan sekarang adalah bulan puasa, Charlie dan Vaggie adalah muslimah yang sangat rajin sholat. Ya kita harus menghiraukan fakta mereka ada di neraka tapi ya… Masih bisa juga muslimah yang kuat dan taat. Masha Allah.
“Allahu akbar Allahu akbar.” Masjid Al-qiyamah mengumandangkan adzan isya dengan merdu ke seluruh neraka. Seluruh penghuni neraka pun dengan tidak berpikir lagi, mereka menyiapkan peralatan shalatnya dan tidak lupa untuk wudhu.
Di antara kaum muslimah tersebut ada Charlie dan Vagina, mereka dulunya adalah rekan lesbi dan sekarang mereka masih lesbi walaupun sudah memeluk agama Islam. Mereka percaya akan modernisasi dan progresivitas, aturan lama sudah tidak layak dipandang untuk zaman sekarang dan mereka percaya bahwa Allah maha penyayang dan mengerti akan situasi mereka berdua.
Mendengar adzan, Charlie dan Vaggie pun berwudhu dan menyiapkan diri untuk tarawih. Setelah selesai wudhu, mereka menunggu di depan hotel untuk rekan-rekannya yang lain yaitu, Alastor, Angel dust, Husk dan residen-residen hotel yang lain. Mereka ingin sholat berjamaah agar mempererat hubungan antara penghuni hotel tersebut. 
Iya, seluruh karakter Hazbin Hotel merupakan muslimah yang sangat taat dan rajin. 
Sesaat mereka semua sudah selesai bersiap-siap untuk sholat, Charlie berkata, “Baiklah kawan-kawan kita akan sholat di masjid Al-qiyamah.”
“Tau gak apa yang lebih keren dari sholat?” Angel Dust bilang.
“Bacot Angel Dust, Kontol lu gua potong nih,” Husk langsung nge-gas.
Mereka pun pergi dengan tidak sangat anteng karena Nifty berusaha membunuh seseorang di jalan. Saat mereka di depan masjid crew Hazbin melepaskan sandalnya dan kaum wanita dan laki-laki pun berpisah.
Karena mereka sudah berwudhu di hotel mereka tidak perlu terjepit-jepit di tempat wudhu yang bergelombang dengan setan berusaha berwudhu. Charlie, Vaggie dan Nifty langsung masuk ke masjid dan merapatkan shaf mereka.
“Nifty anjink-” “Jangan nge-gas cuk” Charlie memotong Vaggie, “Oh iya- Nifty balik sini gak!”
Vaggie berteriak ke Nifty yang sekarang sedang berusaha menusuk pisaunya ke sebuah Imp yang sedang sholat sunnah, “Hehehe-” Nifty cekikikan.
“Anak setan!” Vaggie berseru dan mengangkat Nifty menggunakan kerah bajunya. Dia pun menaruh Nifty di tengah antara Charlie dan ia. 
“Sudah anteng aja duduk disini dan pake mukena lu!” Menggeram Vaggie.
“Okay!” Bilang Nifty lalu dia tanpa komplikasi memakai mukenah karena dia orang yang beriman. Masha Allah.
Charlie kelihatannya sudah memakai mukena juga, mukena dia memiliki warna merah crimson dan memiliki manik-manik yang menghiasinya. Sekarang hanya Vaggie doang yang belom memakai mukena.
Dan sebelum dia mengetahuinya sang imam pun sudah mengazankan komatnya, Vaggie pun langsung dengan cepat berusaha memakai mukenanya, “Ah goblok anying-” 
Vaggie pun langsung memakai mukenanya dan membaca niat isya dan mengikuti sholat dengan tidak ada masalah apa-pun. 
Setelah selesai sholat isya mereka pun langsung sholat tarawih yang tidak ada masalah apa pun juga.
“Vag kenapa rambut mu berkeluaran kayak giru.” Nifty menunjuk pony kanan nya yang berkeluar-keluaran.
“Tau nih anak, dari dulu aku bilangin aurat dia berkeluaran kaya gitu.” Charlie menjawab.
“Emang kenapa sih, ini fashion!” Vaggie beralasan.
“Fashion, fashion! Aurat lu keliatan!!”  Charlie menggertakkan giginya.
“Whatever lah- Elu tidak understand me” Vaggie mengisyaratkan jarinya.
“Terserah lu lah” Charlie menyerah.
Selesai sholat tarawih mereka keluar dari masjid tanpa mendoakan orang tuanya karena Vaggie tidak tahu kalau dia punya orang tua dan Nifty orang tuanya nge lobotomi dia. Kecuali, Charlie dia males doang.
Mereka saat keluar menemu geng laki-laki lagi, tetapi tidak ada angel dust.
“Loh Angel Dust dimana?” Charlie bertanya.
Husk mengasih Charlie muka yang tidak menjajikan, seperti dia jijik akan apa yang dia bilang.
“Dia lagi urgh- bersama ustad bentaran, dia akan agak ngaret baliknya.” 
“Aku gak ingin tau” Vaggie berkata.
“Ok kawan-kawan, ayo kita pulang.” Charlie tertawa canggung.
Mereka pun langsung balik ke hotel dan langsung tidur.
this was a special request from Dino, this time you can stake him
15 notes · View notes
penaalmujahidah · 6 months
Text
Cerita Ramadan
"Dunia Kita Bukan untuk Dibandingkan"
Segala puji bagi Allah yang telah mengajarkan banyak hal kepada hamba-Nya, termasuk kemampuan berbicara di depan umum.
Alhamdulillah kemarin Allah mampukan aku untuk berbagi di acara pengajian ibu-ibu yang diadakan di Nurul Fikri Boarding School Serang. Awalnya aku sempat merasa ragu untuk mengambil kesempatan yang ditawarkan salah satu guruku. Namun, karena memang pemateri yang sebelumnya sudah ditentukan qodarullah tidak bisa hadir, mau tidak mau aku harus menggantikannya. Padahal siapalah aku? Hanya anak kemarin sore yang ilmunya masih sangat dangkal.
Tapi aku selalu teringat perkataan guruku di SMA dulu, "nahnu du'at qobla kulli syaii" kita adalah seorang da'i sebelum menjadi apa pun. Dengan bismillah aku beranikan untuk mengiyakan.
Alhamdulillah Allah bimbing setiap prosesnya.
Setelah acara selesai, sorenya, salah satu temanku mengirim pesan padaku,
Her : Aku nyesel banget gak hadir ke acara tadi.
Me : Oh, tak kira ukhtii tadi ada. Ana gak ngeuh soalnya. ◡̈
Her : engga ukh, anak-anakku lagi engga kondusif. tadi temen-temen ngajiku pada ceritain ukhtii..
Me : oh iya ukh gak apa2.. in syaa Allah masih bisa ketemu di lain waktu. Hehe. Emang pada cerita gimana?
Her : banyak pokoknya ukh, cerita kalo maa syaa Allah banget materinya. Pada kagum soalnya masih muda tapi ilmunya maa syaa Allah.. alhamdulillah pada termotivasi katanya.
Me : oh maa syaa Allah.. haadzaa min fadhli rabbii. Ana juga masih harus banyak belajar.
Her : semalem ada ibu-ibu cerita tentang ukhti, aku auto terharu yaa dengernya. Inget pas zaman SMA dulu.. andai aja nasibku sebagus ukhty.
Me : Ukhtyy juga bagus nasibnya ukh.. gak ada yg buruk dr nasib yang sudah Allah atur.
Kita semua berperan di medan masing2 ukhtyy.. ukhtyy perannya sebagai ibu dan istri yg baik, dan insyaa Allah pahalanya banyak. ❤️
Kalimat "andai aja nasibku sebagus ukhty" membuatku merasa tidak enak.
Entah maksudnya bagaimana, tapi aku tidak setuju dengan kalimatnya yang seolah memandang nasibnya tidak baik.
Temanku menikah saat usia 19 tahun, dan sekarang sudah dikaruniai tiga orang anak. Membaca pesannya, membuat aku bertanya-tanya, "apa yang membuat dirinya merasa tidak beruntung? Sementara dia sudah menikah, memiliki suami yang menjadi perisai dirinya dari api neraka, memiliki anak yang jika dia sabar mengurusnya menjadikan dirinya mudah untuk masuk surga. Separuh agamanya telah terpenuhi, dan separuhnya lagi tinggal disempurnakan dengan ketaatan yang dia lakukan. Sementara aku di usia segini masih saja sendiri, padahal sudah dari tahun-tahun sebelumnya niat untuk menikah. Namun, apalah daya, Allah belum berkehendak untuk itu. Aku hanya berusaha untuk mengoptimalkan potensi yang Allah beri, sembari terus berusaha meraba takdir dengan sabar dan syukur. Meskipun ada kalanya aku berputus asa."
Begitulah kita sebagai manusia, selalu melihat apa yang ada pada orang lain sebagai sesuatu yang indah. Padahal apa yang ada pada dirinya juga indah.
Betapa sering aku saksikan orang yang saling memandang hingga lupa akan karunia Allah pada dirinya. Yang menikah ingin lajang kembali, yang lajang ingin segera menikah. Yang punya anak merasa kesulitan untuk mengurusnya, yang belum punya anak ingin segera memiliki anak.
Dan lagi, rata-rata teman-temanku yang sudah menikah lebih dulu merasa dirinya tidak produktif karena hanya menjadi seorang ibu rumah tangga. Sebelum mereka menikah, mereka adalah aktivis di sekolah dan kampusnya. Lalu saat melihat teman yang seumuran dengannya, yang belum menikah masih berjibaku dengan berbagai projek kebaikan, dia merasa ingin kembali ke masa itu, dan merasa bahwa temannya itu sangat beruntung. Padahal bisa jadi, POV temannya justru memandang dia yang lebih beruntung. Bisa menikah muda tanpa harus menunggu bertahun-tahun, tanpa harus gagal menemukan, bisa dengan mudah memiliki anak, fokus menjadi ibu, dll.
Kita hidup di dunia bukan untuk mengadu nasib dan saling membandingkan siapa yang lebih sengsara atau lebih beruntung. Namun, kita hidup untuk bersyukur atas apa-apa yang bisa kita nikmati saat ini. Karena setiap dari kita memiliki sisi bahagia dan sedihnya masing-masing. Kita sama-sama diuji untuk sabar dan diberi nikmat untuk bersyukur, tapi dengan bentuk yang berbeda.
Allah tidak mungkin salah dalam menakar takdir. Hanya kita saja yang tidak pandai mengukur, sehingga merasa tidak beruntung saat melihat orang lain.
Apa pun yang saat ini kita jalani, syukuri itu. Semoga dengan syukur itu Allah memberikan kenikmatan untuk merasa cukup. Sehingga tidak lagi mengharapkan apa yang ada pada orang lain.
13 notes · View notes
triastariirfiani · 1 year
Text
Menikmati waktu sendiri adalah bagian dari self talk. Seringkali telinga dan mata lebih sering memandang diluar yang terjadi, akibatnya lupa dengan diri sendiri.
Barangkali ada niat yang butuh diluruskan kembali, ada impian yang perlu untuk dikuatkan lagi, ada perasaan diri yang kita pun kadang tidak memahami karena tidak pernah menyelami lebih dalam.
Sering berdialog dengan diri sendiri adalah bagian dari upaya untuk menjadikan diri lebih baik, mengevaluasi apa yang telah dilakukan, dan berbenah untuk langkah selanjutnya.
Merawat hati dan pikiran untuk selalu jernih memang tidak mudah. Tapi dengan latihan mengelolanya tidak ada yang tidak mungkin. Termasuk belajar membaca keadaan sekitar dan meninggikan harap kepada-Nya.
Menyadari status hamba yang hanya boleh taat kepada rabb-Nya. Mengajari diri untuk selalu menjadikan setiap langkah sebagai salah satu bentuk cinta kepada-Nya. Kembali lagi ke Intention.
Dear diriku, yuk banyak-banyak refleksi!
- 28 Mei 2023 -
43 notes · View notes
septemberchaa · 1 month
Text
38.
Mengejar tapi secukupnya.
Tumblr media
Akhir-akhir ini aku dikantor lagi free banget dikarenakan orderan lagi sepi-sepinya. Karena emang gak ada kerjaan aku akhirnya buka-buka tulisan tumblr. Sampai akhirnya aku nemu tulisan lama yang masih terdraf rapi, belum sempat dipublikasikan. Entah mengapa aku belum sempat post hari itu? Padahal ketika membaca ulang tulisan itu gak buruk juga haha.
Dulu aku menuliskannya dengan judul ini : Aku menulis ini untuknya tapi dia menolak membacanya~
Saat orang berlomba-lomba menulis kisah mereka ditahun ini sebagai catatan rekap dari kisah-kisah yang mereka alami. Dan aku yang justru menulis ini untuk seseorang yang menolak membacanya.
Menolak bukan berarti dia tidak ingin membacanya tapi justru karena dia tidak tahu akan keberadaan tulisan ini.
Aku ingin sekali dicintai oleh orang yang suka menulis. Walaupun sebenarnya di kota tempatku hidup dan beraktifitas aku jarang sekali mendapati seorang laki-laki yang suka menulis.
Aku selalu kagum kepada Azhar nurun ala dan Vidianurasari. Tentang bagaimana mereka saling romantis-romantisan lewat tulisan, bagaimana mereka mengunggah foto kebersamaannya dengan caption yang tanpa dibuat formalitas, bagaimana mereka saling memahami dan menerima, dan bagaimana mereka saling menulis kisah mereka lewat buku. Aku juga ingin seperti itu.
Membayangkan saja rasanya sangat membahagiakan ketika ternyata ada seseorang yang diam-diam menyukai ku, tapi mungkin masih malu mengungkap perasaannya maka dia memilih untuk menulis disuatu catatan yang terkunci rapat. Tidak ada yang bisa membaca tulisannya itu kecuali dirinya dan aku nantinya.
Aku sangat penasaran, orang seperti apa yang akan menggenapiku. Jika disuruh memilih kau ingin menikah dengan siapa? Aku akan menjawab dengan seseorang yang punya hobi menulis. Aku hanya berharap dia memiliki cerita yang mampu membuatku salah tingkah.
Lucu kan ya tulisan ini? Waktu itu aku menulisnya akhir tahun 2022 loh. Kok bisa-bisanya aku udah kepikiran nikah tahun itu? Tahun sekarang aja justru udah gak ada niat untuk nikah haha.
Dulu aku mengejar siapa ya ini? Dan tulisan ini untuk siapa? Akupun lupa haha. But, Instill in yourself that "Mengejar tapi secukupnya saja"
Parang Loe, 9 Agustus 2024
4 notes · View notes
mulyanah · 1 year
Text
Jangan lupa cek dan perbaiki niat dalam membaca/menghafal Al-Qur'an!
Proses dalam membersamai al-Qur'an emang tidak mudah meskipun sudah dipastikan dalam membaca/menghafalnya akan diberi kemudahan namun setiap orang punya kesullitan tersendiri dan cobaanya-pun berbeda-beda oleh karena itu sayang sekali jika niat dan tujuan kita kurang tepat dalam membaca dan menghafalnya.
jika tujuanmu muroja'ah hafalan untuk mutqin nanti setelah mutkin ngapain?
jika tujuanmu membaca al-qur'an untuk segera menghatamkannya nanti setelah khatam ngapain?
Untuk itu jangan lupa selalu perbaiki niat, tilawah al-qur'an dan muroja'ah hafalan adalah pekerjaan seumur hidup tidak ada kata selesai sebelum kita menutup mata di dunia, karena hanya dengan bersamanya hidup akan jauh lebih mudah.
Istiqomah bersama al-qur'an itu mahal, tidak semua orang mampu membelinya karena untuk membayarnya kita tidak memakai uang melainkan waktu yang memang harus diluangkan dan energi yang memang harus disiapkan, kalo katan Abi UBN mah jangan berikan waktu sisa untuk Al-Qur'an, Al-Qur'an sumber kebenaran, kebahagiaan, ketenangan, dan kemuliaan oleh karena itu pastikan kita mendapatkan salah satunya beruntung jika kita mendapatkan semuanya, caranya ya dengan selalu memperbaiki niat kita.
17 notes · View notes
roqfahshere · 6 days
Text
Tumblr media
Semua orang punya cara efektif belajarnya masing-masing. Aku sendiri sudah mencoba berbagai cara, dan cara paling efektif adalah dengan mencatat seperti ini.
Sedangkan temenku ada yang bahkan dia ga bisa dengan cara mencatat, katanya ilmu tsb kerasa ga masuk ke otak. Membaca buku dengan diulang adalah cara yang paling efektif baginya.
Akupun sempat keheranan. “Hah? Kok bisa ada orang yang kayak gitu? Aku kalau baca doang tanpa membuat kesimpulan kerasa ilmunya cuma numpang lewat aja.”
Unik banget ya manusia? Bisa seberbagai macam itu?😮
Di lain sisi, metode belajar mencatat seperti ini kadang suka membuatku keteteran. Waktu yang kuhabiskan untuk belajar menjadi lebih lama dibandingkan yang lain.
Tulisan mesti rapi, tak lupa menggunakan banyak pena & stabilo—minimal 2 pena dan 2 stabilo berbeda warna—😆
Ketika kuliah dulu aku pernah membuat catatan yang sangat alakadarnya. Tulisan ga rapi dan hanya menggunakan 1 warna pena saja dikarenakan waktu belajar yang terbatas.
Lalu gimana hasilnya?
Hasilnya apa yang aku catet itu ga masuk ke otak. Lalu ketika aku ingin mengulang membaca catetan tersebut, otak aku kayak ga mau nerima😭
Seberpengaruh itu tulisan ‘jelek’ bagiku si anak visual ini😴
Akhirnya daripada daripada, aku memutuskan untuk mencatat ulang dan membuat catatan serapi mungkin.
Sekarang aku sedang melanjutkan kuliah S1-ku di UT. Kata mereka yang sudah mendahului, santai aja kuliah di UT yang penting selalu mengerjakan tugas dan mengikuti ujian.
Semester lalu seperti trial and error bagiku. Belajar enggak, tugas rada asal-asalan. Saat ujian tiba, belajar sama sekalipun engga. Faktor lainnya adalah karena keteteran kerjaan juga😅
Aku udah siap untuk mengulang semua matkul kalau nilainya jelek. Eh ketika pengumuman nilai keluar, ternyata nilaiku sangat aman. Hampir sekali mendekati cumlaude, huft cukup menyesal sih🙂
Hal ini membuatku termotivasi. “Lah kuliah tanpa effort besar aja bisa dapet ip segini, berarti kalau belajar lebih giat lagi, nilaiku bisa lebih bagus dong?”
Makanya aku berniat di semester depan untuk lebih baik lagi dalam mengelola waktu belajar. Walaupun hingga saat ini usahanya masih setengah-setengah sih hehe😵‍💫 tapi yaudah setidaknya berusaha akan lebih baik daripada semester lalu.
Aku sendiri sempat merenung, kok bisa aku kuliah asal-asalan? Padahal ilmu-lah yang mengangkat derajat manusia. Kalau aku kuliah ga niat begini artinya aku ga menghargai ilmu.
Artinya aku sama aja dengan orang-orang yang tujuan kuliah hanya untuk mendapat gelar. (Ps: tanpa bermaksud menyinggung siapapun.)
Aku ga mau menjadi orang yang kayak gitu. Tujuanku kuliah untuk menambah wawasan. Semakin berilmu, semakin luas kebermanfaatan yang bisa diberikan kepada orang lain.
Allahumma inni as aluka ilman naafi'an wa rizqon thoyyiban wa amalan mutaqobalan
Ini adalah doa yang kupanjatkan setiap selesai shalat dan doa yang terdapat pada dzikir pagi sebelum memulai hari.
Pada akhirnya, ilmu yang diperoleh ini diharapkan bisa membuahkan amal shaleh yang akan menaikkan derajat hamba di mata Allah, bukan hanya sekedar di mata manusia.
Maka dari itu, niat menuntut ilmu—melanjutkan S1 ini— harus dipanjangkan agar dapat menjadi hamba yang bertakwa kepada Allah.
Ditambah lagi, aku memiliki mimpi melanjutkan S2 di luar negeri. Tentu memerlukan effort yang lebih bukan? Kalau aku sekarang kuliahnya asal-asalan, gimana nanti mau lanjut S2-nya?
Bisa jadi kerja sambil kuliah ini adalah tantangan yang mesti aku lalui dulu sebelum nanti kuliah S2 di luar negeri. #CIELAH #MIMPIDULU
Maka dari itu, aku mesti berusaha dengan sungguh-sungguh. Ga ada keberhasilan yang diperoleh dengan berleha-leha.
1 note · View note
jurnalweli · 6 months
Text
Day 12 #Ramadhan1445H
[Beradab terhadap Al Quran]
Al Quran adalah kitab suci umat islam. Ia dimuliakan dan barang siapa yang bersamanya ia juga akan mulia. Bulan Ramadhan adalah bulan diturunkannya Al Quran maka ia merupakan bulan mulia. Begitu pula, Al Quran akan memberi kemuliaan bagi orang-orang yang mempelajarinya. Selain itu, Mekkah dan Madinah merupakan tempat diturunkannya Al Quran dan menjadi tempat mulia bahkan hingga sekarang menjadi tempat yang dicita-citakan banyak umat islam dunia untuk dikunjungi. Ya Allah mudah-mudahan suatu saat Engkau panggil kami ke Mekkah dan Madinah dari arah yang tidak disangka-sangka, aamiin. Adakah yang ingat dimana pertama kali Al Quran diturunkan? Iya, benar. Di Goa Hira yang berada di Mekkah.
Ibnu Katsir rahimahullah memaparkan bahwa,
“Diturunkan Kitab yang paling mulia (Al-Qur`an) dengan bahasa yang paling mulia, diajarkan kepada Rasul yang paling mulia, disampaikan oleh malaikat yang paling mulia, diturunkan di tempat yang paling mulia di muka bumi, diturunkan pula di bulan yang paling mulia sepanjang tahun, yaitu bulan Ramadhan. Dengan demikian sempurnalah Kitab suci Al-Qur`an dari berbagai sisi.”
(Tafsir Ibnu Katsir)
Karena ia mulia maka kita sebagai pembaca, penghafal, pembelajar Al Quran juga harus memuliakannya. Salah satu cara kita memuliakan adalah dengan beradab terhadapnya. Mungkin di depan mata kita ia hanya terlihat lembaran-lembaran saja namun di dalamnya terdapat ayat demi ayat yang tersusun dengan sempurna dan suci. Jika kita bersikap dan berperilaku baik kepada orang yang lebih tua, orang baru, pejabat, presiden dengan baik dan sopan maka demikian pula seharusnya kita bersikap terhadap Al Quran. Jika hendak bertemu guru di sekolah saja kita malu jika berpakaian tidak rapi, begitu pula Al Quran. Jika berbicara dengan guru harus sopan dan santun, demikian pula terhadap Al Quran.
Maka, adab seperti apa yang bisa kita lakukan terhadap Al Quran?
1. Jika hendak berinteraksi dengan Al Quran, maka tutup auratmu dan gunakanlah pakaian yang sopan.
Yaitu dengan memakai pakaian tertutup. Jika perempuan dianjurkan menggunakan kerudung atau penutup kepala. Laki-laki pun demikian, jika ia menggunakan celana pendek maka bisa ia tutup dengan sarung. Standar kerapian dan kesopanan masing-masing orang mungkin berbeda tapi insyaaAllah tidak jauh berbeda, bukan?
2. Membaca Al Quran dalam keadaan suci dari hadast kecil atau dalam keadaan berwudhu.
Hendaknya dalam keadaan suci atau berwudhu jika ingin membaca Al Quran.
3. Bacalah Al Quran dengan tenang dan tidak terburu-buru.
Meskipun bulan Ramadhan adalah bulan mulia karena Al Quran turun pada bulan ini dan banyak orang ingin mengkhatamkan Al Quran sekian kali tetap perlu diperhatikan cara membaca Al Quran. Bacalah dengan tenang dan pelan, perhatikan hak-hak setiap hurufnya, serta hukum tajwid tidak boleh lupa.
Sekiranya 3 poin di atas bisa kita praktekan terlebih dahulu. Mungkin terlihat mudah, tapi bagi sebagian orang akan terasa sulit meski sederhana. Mari kita upayakan beradab dalam berinteraksi terhadap Al Quran.
Ia mulia dan memberi kemuliaan, maka kita pun perlu memuliakannya.
Semoga Allah mampukan untuk mewujudkan niat baik kita. Aamiin
2 notes · View notes
sabaryangindah · 11 months
Text
Proses Menuntut Ilmu Itu Tidak Pernah Tamat, Yuk Terus Belajar
"Karena ilmu itu tidak akan pernah habis"
Niat hati ingin belajar, namun umur sudah uzur, tekad jiwa untuk menuntut ilmu, tapi fisik sudah melemah, hafalan sering lupa, akhirnya berkecil hati dan surut semangat untuk meraih kemuliaan ilmu, terlebih lagi ketika membaca petuah arab:
التعلم في الصغر كالنقش على الحجر والتعلم فى الكبر كالنقش على الماء
“Belajar di waktu kecil bagai mengukir di atas batu dan belajar di waktu besar bagai mengukir di atas air”
Benar demikian adanya, namun tidak ada yang tidak mungkin, tidak ada yang mustahil, ketika kita sungguh-sungguh, ikhlas dalam beramal dan belajar, pasti Allaah akan memberikan pertolongan, bantuan dan taufiqNya dalam belajar, pasti ada jalan, agar bersemangat, tengoklah ayat-ayat berikut ini:
وَالَّذِينَ جَاهَدُوا فِينَا لَنَهْدِيَنَّهُمْ سُبُلَنَا وَإِنَّ اللهَ لَمَعَ الْمُحْسِنِينَ
“Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allaah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik” (Al-Ankabut : 69)
إِنَّ اللهَ مَعَ الَّذِينَ اتَّقَوْا وَالَّذِينَ هُم مُّحْسِنُونَ
“Sesungguhnya Allaah beserta orang-orang yang bertaqwa dan orang-orang yang berbuat kebaikan” (Al-Ankabut : 128)
3 notes · View notes
Text
2024/1445H
1/366
Bismillah mari kembali bertumbuh berproses lagi untuk planning planning baik di tahun ini
Menjadi pribadi yg lebih baik dan bermanfaat lagi dari tahun kemarin, dari bulan kemarin, dari hari kemarin, dan bahkan dari detik ini aamiin
Apapun resolusi kalian, yang terpenting dari semuanya adalah niat dan praktekan untuk memulainya, walaupun dari hal hal kecil dahulu tak mengapa, sesederhana seperti membaca buku 10 lembar per hari, tidak tidur kembali setelah sholat shubuh, atau planning jalan pagi 30 menit, sesederhana kita membangun pagi kita lebih produktif dan sehat 💪
Dari Langkah kecil bisa membawah kepada perubahan yang besar, so semangat bertempur, berjuang lagi, berproses lagi, bertumbuh lagi kedepannya, jangan lupa nilai ibadahnya yah, niat ridho Allah selalu jadi number one.
Jadi kebiasaan buruk apa yang sudah kalian ubah pe 1 januari 2024 ini? 😅
Semangat semuanya🙌
5 notes · View notes
jeonvie · 9 months
Text
Tumblr media
Mentari muncul membawa sejuknya udara pagi hari, tetapi banyak insan yang sudah lebih dulu keluar dari kediaman mereka sebelum sang mentari. Kali ini, Fadhlan menjadi salah satu dari banyaknya insan itu, dia terpaksa bangun dari tempat tidurnya lebih awal dari biasanya karena ada hal yang penting yang harus ia lakukan.
"Pagㅡ Wow! Bro, lo pagi-pagi udah keringetan aja," tutur Andre kala netra nya menangkap Fadhlan yang di mandikan keringat.
"Abis work out tadi di atas," jawab si empu santai.
"Jam segini!?" sambar Julian, "It's six in the morning," lanjutnya.
"Ya emang kenapa? Bagus pagi-pagi work out," celetuk Rey.
"Jam segini cocoknya buat tidur," jawab Julian.
"Lo sendiri udah bangun," tutur Fadhlan.
"Kelas pagi!" kesal Julian.
•••
Petang datang dan kini Batara tengah mempersiapkan sebuah kelas kosong untuk ia gunakan sebagai tempat rapat organisasi kali ini untuk membahas mengenai event yang akan mereka laksanakan satu bulan mendatang.
Lelaki itu sibuk membaca beberapa hal yang akan ia bahas, mengenai biaya, konsumsi apa aja yang akan diberikan, dan proposal yang sudah sampai mana.
"Pada kemana nih?" tanya seseorang dari arah pintu ruangan.
"Masih pada jalan ke sini bang, kenapa?" tanya Purnama.
"Udah jam berapa ini!? Mau mulai kapan kita?" serang Yanto; orang yang berdiri di ambang pintu bersama tiga orang lainnya.
"Tau nih! Niat ga si kepanitiaan? Jam segini masih pada di jalan!" lanjut Dafa.
"Anjing! Ngapain si pada ke sini!?" batin Batara menahan kesal.
"Woi kabem! Lo ngapain berdiri di situ aja? Cari anggota lo, cecer biar buruan dateng! Ah elah!" titah Yanto membuat Batara segera mengiyakan permintaan sang senior.
"Mereka udah buru-buru bang," ucap Batara.
"Batara! Maaf telat, tadi di jalan macet," celetuk Wanda sambil terengah-engah, di susul oleh sekitar tujuh orang lainnya.
"Iya, masuk-masuk," suruh Batara.
"Itu... Mereka ngapain?" bisik Simon kala ia, Gilang dan Latif masuk ke dalam ruangan.
Purnama menggelengkan kepala nya tanda tidak tau apa yang di lakukan keempat senior itu di dalam ruangan, padahal mereka seharusnya sedang mengerjakan skripsi bukan malahan mengurusi organisasi seperti ini. Apalagi, ketika mereka mengikuti rapat kepanitiaan, pasti akan ada hal yang berubah.
Batara meneguk ludahnya sendiri, ia terus-menerus menunjukkan ekspresi tidak nyaman di wajahnya. Di garuk-garuk tengkuk lehernya yang tidak gatal itu berulang kali, tak lupa dengan helaan nafas beratnya yang dapat di denger sampai ujung ruangan membuat Simon berdiri dari tempat duduknya dan menghampiri sang ketua.
"Lo kenapa?" bisik lelaki jangkung itu.
Batara memijat pelipisnya pusing, "Fadhlan, dia izin telat dan gua bingung gimana bilangnya," ujar Batara pelan.
Simon tampak menunjukkan ekspresi keheranan di wajahnya, "Lo gila?" kesalnya membuat keempat senior itu menatap mereka berdua.
"Ssst! Sini deh," ajak Batara ke pojok ruangan, "Kalo engga di kasi tau, nanti itu empat orang rese bakalan cecer Fadhlan, gua gamau dia kenapa-kenapa," lanjutnya dengan nada khawatir.
"Gamon ya lo?" sindir Simon.
"Sort of, lagian gua sama dia putus sebulan aja engㅡ"
"Lo berdua ngapain si!? Udah waktunya mulai nih? Anggota lo mana lagi?" hardik Yanto.
"Ada yang izin telat bang," jawab Batara sambil berjalan menuju meja.
"Ha!? Izin telat!? Apaan tuh? Harus on time lah anjing, ngapain ikut organisasi kalo ga niat mah!" cecar Lukman.
"Hahaha, kalo gagal jangan minta-minta buat di bantuin," ungkap Raja.
Seisi ruangan penuh dengan atmosfer canggung dan rasa tak nyaman, namun tampaknya keempat senior itu tidak merasakannya sam sekali. Hingga lima menit kemudian terdengar suara ketukan pintu.
"Masuk," ucap Latif yang duduk dekat pintu.
"Permisi, maaf Tar telat. Tadi ada urusan dulu soalnya, rapatnya udah mulai?" tanya Fadhlan sambil menghampiri sang ketua.
"Barㅡ"
"Oh! Jadi lo yang izin telat," celetuk Yanto membuat Fadhlan menatap sang mantan tidak percaya.
"Oh, jadi lo yang bikin ricuh," serang Fadhlan sambil tersenyum, membuat suasana seisi ruangan semakin tidak karuan.
"Berani lo hah!?" kesal sang senior.
"Ngapain juga takut? Lo tuh cuman sampah masyarakat!" tekan si lebih muda.
"Sampah masyarakat gini juga lo minta bantuan buat ngurusin kepanitiaan, yang sampah itu lo!" sambung Dafa.
"Berarti lo ngaku kalo lo sampah masyarakat?" ujar Fadhlan membuat keempat senior itu makin naik darah.
"Lo tuh ga becus tau ga Fad jadi sekretaris, masa datang aja telat si? Abis ada urusan apa si lo?" serang Yanto.
Fadhlan menghela nafas kesal, "Mau tau banget lo sama urusan gue? Urusin aja tuh skripsi, atau mau gue tikung lulus duluan?" balasnya.
"Fad, udah..." pinta Batara sambil mengelus punggung lelaki itu.
"Edan!" seru Raja, "Jijik banget lo berdua," hina nya.
"Bang, kalo cuman mau bikin ricuh doang tolong keluar," pinta Batara.
"Ketua doang songgong banget lo! Lagian siapa si yang pilih lo dulu? Homo kok kepilih mimpin BEM si," hina Raja yang disambut tawa ketiga temannya.
Hening, satu ruangan terdiam setelah Raja melontarkan hinaan nya itu kepada sang ketua. Entah ada dendam apa yang lelaki itu miliki kepada Batara, satu hal yang jelas adalah Batara ingin sekali menonjok lelaki itu.
"Kalo gitu lo kenapa ga jadi kabem aja? Oh waitㅡ No one vote for you, hahaha," sarkas Fadhlan dengan tawa nya yang menggelegar di seluruh ruangan.
"Fuck you," kesal Raja.
"Come here and fuck me then," tantang Fadhlan.
"Anjing! Jauh-jauh lo, takut penyakit homo lo nular," sambar Yanto.
"Lo semua keluar deh kata gue, bikin ricuh aja!" seru Wanda.
"Salahin sekretaris lo dong, ngapain dia telat? Kalo dia telat gakan tuh kita kayak gini," balas Yanto.
"Playing victim lo?" sambar Simon.
"Sekretaris lo tuh yang playing victim," balas Yanto lagi.
"Lo anjing yang playing victim!" kesal Dian.
"Sekㅡ Lepasin gue bangsat!" pinta sang senior kala Fadhlan menariknya keluar dari ruangan.
"Fad!" seru Batara sambil berlari menyusul sang mantan.
"Lo bertiga mau kemana?" tanya Gilang sambil menghalangi pintu.
"Beraㅡ"
"Cuman itu yang keluar dari mulut lo?" tanya Purnama.
"Beyani lo cama gue," ejek Latif, "Alay," lanjutnya.
•••
"Anjing! Lepasin gue sat!" kesal Yanto sambil terus memberontak.
"Fad! Udah Fad, kita masih di area kampus!" seru Batara.
Fadhlan masih setia menyeret sang kakak tingkat, ia sama sekali tidak menggubris ocehan dari kedua orang di belakangnya itu. Ia sudah kepalang emosi dengan sang senior yang selalu bertindak suka memerintah, mengoceh tanpa ada isinya, serta menghina anggota lain sana sini.
Sudah cukup ia menahan emosinya selama ini menghadapi sang senior yang selalu sangat percaya diri ini.
Fadhlan membuka salah satu pintu gudang terbengkalai dengan kasarnya, membanting sang senior ke dalam lantas mendorong Batara untuk menjauh.
"Stay away," tekannya lantas menutup pintu gudang tepat di wajah sang mantan kekasih.
Batara dengan lantang meneriakkan nama Fadhlan berulang kali sambil menggedor-gedor pintu gudang tersebut, sebenarnya ia bisa saja mendobrak pintu tersebut dengan mudah, tetapi ia lebih ingin Fadhlan untuk membiarkannya masuk ke dalam sana.
Sementara itu, Fadhlan yang berada di dalam gudang bersama sang senior dengan santai nya tidak menggubris seruan dari sang mantan kekasih.
"Main kotor lo?" tanya Yanto.
"Kalo main kotor, lo udah gue keroyok," balas Fadhlan.
"Gua ga suka sama cowok, anjing! Gue normal, jijik gue sama lo," serang Yanto tiba-tiba.
"Gue punya selera anjing, lo juga bikin gue jijik. Orang bossy kayak lo harus di kasih pelajaran," tekan Fadhlan.
"Bossy? Ngaca! Lo sendiri suka ngatur orang," balas sang senior.
Fadhlan mengangguk-anggukkan kepalanya, "Whatever you say," tuturnya.
Yanto mendengus, "Fad, lo tau? Sebenernya anak-anak ga suka lo jadi sekretaris, lo ga becus sama sekali, gada guna nya, datang aja telat. Gue rasa ya, lo masuk hukum juga karena lo tidur sama pejabat kampus, ngaku aja Fad, a little confession won't hurt," hina nya.
"Lo bilang apa? Gue? Tidur sama pejabat kampus?" hardik si lebih muda.
"Hahaha, ngaku aja si. Lo jago nya jadi lonte kan? Lo aja mau ngangkang depan si Batara kayak cewe, apalagi depan pejabat kamㅡ"
"Ngomong apa lo bangsat!?" seru Batara memotong ucapan sang senior, ia tidak tahan mendengar semua hinaan itu dari luar gudang.
"Widih, pahlawan kemaleman," hina si lebih tua lagi.
Batara menarik kerah baju si senior dengan penuh emosi, di ikuti oleh Fadhlan yang menyuruh dirinya agar tidak kelepasan dan menyudahi semua ini.
"Lo gatau apa-apa, jangan sembarang bacot sana sini hanya karena lo kating!" sambar Batara.
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅡ Fin.
4 notes · View notes
anyyatul · 1 year
Text
Perhaps You Will Gradually…
"Bintang kecil di langit yang tinggi, amat banyak menghias angkasa. Aku ingin terbang dan menari, jauh tinggi ke tempat kau berada."
─ Bintang kecil
Pernah suatu ketika lewat panggilan video, saya curhat ke ibu saya perihal kesulitan saya dalam membaca kitab kuning, ketidakmampuan saya lebih tepatnya. Lalu, saya membandingkan diri saya dengan sepupu saya yang sangat lanyah (baca:luwes) dalam membaca kitab kuning gundul berkat kegigihannya menimba ilmu di sebuah pondok pesantren kecil. Saya berkecil hati, sebab sudah jauh-jauh pergi ke negeri orang, tapi untuk mengetahui kedudukan sebuah kalimat saja masih meraba-raba, susah. Kemudian kekhawatiran saya ini merambah kemana-mana, lalu bertanya-tanya dimana letak keistimewaan saya?
Ibu saya dengan santainya, sambil memotong sayuran di depannya bilang, kurang lebih seperti ini: "Kamu dan Yusfi ─sepupu saya─ sebenarnya sudah sampai di tujuan yang sama, tapi kalian pake kendaraan yang berbeda. Lha wong, kamu pakai motor, Yusfi jalan kaki. Jelas lebih perhatian siapa."
Dengan berjalan kaki kamu akan lebih memperhatikan keadaan sekitar, lebih awas pada setiap tanda, dan bisa tahu letak setiap gedung yang dilewati, papan kedai makanan, bahkan mungkin tahu tumbuhan apa saja yang ada di sepanjang jalan. Berbeda dengan perjalanan menggunakan motor yang mungkin semuanya hanya sepintas lewat, bahkan terkadang kamu akan melewatkan hal-hal penting dalam perjalanan, lalu sedetik kemudian lupa. Boleh jadi saya memang menang soal pengalaman karena sudah lebih lama sampai di tempat tujuan, lebih dahulu menjelajah banyak tempat, tapi soal ilmu baca kitab Yusfi tentu lebih unggul dari saya. Dari sini, saya belajar bahwa semua hal di dunia ini memang perlu dijajaki perlahan, ada tahapannya, kalo kata orang jawa ojo kesusu alias jangan terburu-buru. Kalo enggak, ya nanti jadinya seperti saya ini, hehe.
Makanya dalam sebuah ilmu tertentu kita dituntut mengetahui dasar-dasar ilmu tersebut terlebih dahulu, ibarat membangun rumah, pondasinya harus kuat terlebih dahulu, kemudian bertahap. Level dasar, pertengahan, hingga level tertinggi. Semua ada waktunya, ada caranya masing-masing. Butuh niat, guru, dan kesungguhan. Kalau pondasi awalnya kurang kuat, nanti kaya saya gini nih, goyah ketika sudah berada diatas, kerepotan menambal sana-sini. Ya, 'ala kulli hal, semuanya patut dinikmati. Selalu coba buat ngejalanin semuanya semampunya, jangan merasa dikejar target yang malah bikin kamu terburu-buru dan mengulangi kesalahan yang sama untuk kedua kalinya. Nah, kalo kasusnya kaya saya yang sebentar lagi pulang mengabdi, tapi belum selesai menambal banyak kekurangan, ya gak papa juga (hehe), sampaikan yang kamu bisa, katakan tidak bisa jika memang begitu adanya. Lagi-lagi kata ibu saya: "Ilmu itu walau sedikit, asal diamalkan, Insyaallah akan terjaga dan bertambah."
Kami berbicara sampai Ibu saya selesai memotong semua sayuran di depannya, lalu sebelum menutup panggilan video Ibu saya membahas perihal tahun terakhir saya disini, dari gelagatnya saya tahu, ia dengan halus meminta saya untuk pulang terlebih dahulu. Kemudian saya jadi berfikir, mungkin saja pondasi kuat yang saya cari selama ini ada di rumah. Mungkin hal yang dapat membuat saya utuh kembali ada di rumah. Sebuah kemungkinan yang hanya akan terjawab ketika saya pulang nanti. Entah hasilnya akhirnya nanti saya akan menetap atau justru akan pergi merantau lagi. Saya tetap harus pulang dulu, sebab ada kewajiban besar yang menunggu untuk saya tunaikan. Segera.
3 notes · View notes
ribrid · 1 year
Text
Tentang Semangat : yang Padam, Tetapi Juga yang Terus Dihidupkan
Beberapa bulan terakhir, amat sangat terasa lonjakan penurunan semangat. Hal ini sangat mudah dikenali : untuk beberapa hal yang telah menjadi core penting dan mercusuar yang menentukan arah cita-cita, kenapa aku tidak bersemangat melakukannya?
Keinginan itu masih ada di sana. Ghirah itu masih bersemayam. Tiap membaca tulisan-tulisan yang berkaitan dengannya, hati ini masih bergetar, masih merasakan kesan yang 'agung'. Masih menyirami mimpi-mimpi yang tertanam sejak beberapa tahun lalu.
Tapi taking action adalah hal lain yang berbeda. Menerjemahkan semangat menjadi sebuah aksi layaknya seperti menaiki anak tangga : akan mengantarkan kita pada ujung tujuan, tetapi memang memerlukan energi.
Mungkin makin ke sini, energi yang diperlukan makin besar, karena anak tangganya semakin curam. Sehingga ritme mendaki anak tangga menjadi lambat, menjadi tidak secepat yang sebelumnya.
Aku tahu aku masih memiliki banyak kekurangan. Teruntuk lingkaran pertemanan yang terbentuk sejak 2 tahun yang lalu : yang mengizinkan impianku mewujud dengan lebih konkret bersama kalian, aku mohon maaf karena belum bisa memberikan yang terbaik. Dalam jarak-jarak panjang yang memisahkan kita, dalam naik-turunnya fase yang berbeda dari masing-masing kita, aku sangat berterimakasih karena lingkaran ini tidak pudar. Aku ingin bilang, kalian adalah salah satu hal terbaik yang masih tersisa hingga hari ini. Kalian adalah lingkaran yang membuatku tetap merasa waras di tengah ombak pikiran yang tak ada habisnya, karena kesamaan arah dan tujuan yang ingin kita capai seperti mecusuar yang kembali meneguhkan niat kita.
Barangkali semangatku, atau semangatmu juga, seringkali terasa padam. Tetapi barangkali kita juga terus berupaya menyalakannya. Padam, lalu nyalakan. Padam lagi, lalu nyalakan lagi.
Hidup memang memberikan banyak hal, dan banyak dari hal tersebut yang menjadi sebab padamnya semangat kita. Hidup tidak memegang tanggung jawab untuk menjaga nyala semangat kita. Kita yang memegang tanggung jawab itu.
Untuk 2 tahun yang sudah berjalan, dan untuk hal mendatang yang kita doakan dan usahakan, semoga dalam perjalanannya, kita tak pernah lupa untuk kembali menyalakan api semangatnya.
Semoga Allah menyertai langkah kita. Uhibbukum fillah.
Tumblr media
4 notes · View notes
ruanguntukku · 1 year
Text
"udahlah, kita tu beragama biasa-biasa aja."
"Dulu aku juga pernah kok menutup aurat yang syar'i banget..."
"Dulu gue juga pernah kok hijrah, dateng kajian, belajar agama."
Mungkin itulah sebagian dari ucapan-ucapan mereka yang "pernah hijrah". Ucapan-ucapan yang sering kali diungkapkan di saat mereka sudah menanggalkan jejak-jejak hijrah mereka.
Lalu, muncullah beragam tanggapan dan tidak sedikit yang mendukung pernyataan mereka...
"makanya, kita ga perlu lah terlalu mabok agama. Beragama tuh biasa-biasa aja, yang penting mah kita sholat, puasa. Udah. Ga perlu lah terlalu ekstrim apalagi sampe cadaranlah atau pake baju serba item segala."
"hidup tuh dinikmatin kali. Nanti kalau bosen jadi ga malu-malu banget. Namanya manusia wajarlah ada sisi bandelnya. Makanya ga usah terlalu menjiwai hijrah. Tengah-tengah aja, jadi ga terlalu beda jauh misal udah ga tahan hijrah..."
Orang-orang yang memilih berhenti menapaki jalan taqwa itu akan selalu ada, begitu pula orang-orang yang bergegas memulai perjalanan hijrah mereka.
Kadang orang-orang yang belum pernah merasakan hijrah merasa lega ketika ada kawan mereka yang akhirnya menghentikan langkah hijrahnya. Seakan berhentinya dia adalah sebuah validasi akan kebenaran jalan hidup yang selama ini dijalani. Bahwa benar, ga perlu terlalu serius di dalam beragama. Bahwa benar menikmati hidup seadanya dengan apa adanya diri kita adalah jalan yang terbaik.
Berhentinya orang-orang dari perjalanan hijrah mereka sering kali menjadi sebuah kebanggaan dan jawaban akan pencarian jati diri yang selama ini membuat gelisah.
Ketika mereka kembali akrab dengan dosa dan maksiat, mereka jadikan masa lalu hijrah mereka sebagai tameng bahwa mereka bukanlah orang yang buta agama. Mereka menganggap bahwa bukan mereka yang telah gagal menjadi hamba-Nya yang bertaqwa, tapi syari'at Allah lah yang telah gagal di dalam menjadi jawaban bagi gersangnya jiwa mereka.
Fenomena ini adalah salah satu dari sekian banyak pembuktian betapa mahalnya nilai sebuah hidayah. Sebuah cambukan bagi diriku sendiri bahwa untuk tetap melangkah maju di dalam taqwa adalah sebuah perjalanan yang sangat berat.
Kita bukan lagi berbicara soal menjadi terasing di tengah masyarakat saja, melainkan bisa merasa asing di tengah-tengah keluarga kita sendiri.
Hidayah itu adalah milik Allah. Hanya Allah yang berhak menentukan siapa di antara hamba-Nya yang akan menerimanya.
Allah-lah yang Maha Berbuat kepada setiap hamba-Nya. Tapi yang kita lupa bahwa di balik Maha Berbuatnya Allah, Allah pun menilai hati-hati kita, Allah memberikan ujian yang datang silih berganti sebagai penguat bagi diri kita sendiri sekaligus sebagai bentuk kesadaran atas jalan yang telah kita pilih.
Memutuskan menempuh jalan taqwa, tidak serta-merta ujian itu menjadi mudah. Semua harus diupayakan dengan kuatnya kejujuran kita di dalam niat.
Belajar ilmu syar'i tidak menjadikan kita aman dari fitnah. Justru ilmu yang kita pelajari itulah bekal kita melewati setiap fitnah yang ada agar selamat.
Namun, tidak bisa dimungkiri bahwa begitu banyak cacat-cacat yang mewarnai langkah hijrah kita.
Begitu mudahnya riya' merasuk bahkan dalam bentuk yang paling samar sekalipun, yang seakan-akan terlihat dan terasa kehadirannya tidak ada. Nyatanya dia berkamuflase menjadi sisi yang lain yang tidak kita sadari.
Ketika kita merasa aman dari guncangan iman, karena merasa telah kokoh di dalam taqwa, maka justru itulah awal bencana itu dimulai.
Perlahan tapi pasti, rasa aman itu membuat kita lengah dari berbagai tipu daya setan yang semakin lihai merasuki jiwa yang mulai buta dengan ujub akan amal dan kebaikan diri sendiri.
Agama Allah itu adalah agama yang sempurna. Apa yang kita rasa kurang darinya, itu akibat dari kebodohan dan kesombongan diri kita.
Ingatlah lagi tentang nikmatnya ibadah yang begitu terasa indah hingga mampu menggetarkan jiwa.
Ingatlah akan lezatnya berdzikir kepada Allah hingga hati dan jiwa kita menjadi tenang.
Ingatlah akan lezatnya membaca Al-Qur'an hingga dadamu yang terasa sempit dan sesakpun dalam sekejap atas kasih sayang-Nya kembali dikuatkan dan menjadi lapang.
Apakah ada kenikmatan yang lebih sempurna dari apa yang engkau rasa melebihi nikmatnya menjadi hamba yang mencintai-Nya dengan iman dan taqwa?
Sepatutnya kita menangisi diri kita sendiri ketika kita dapati kita telah begitu jauh dari-Nya. Menangisi diri sendiri lebih layak bagi kita daripada kita merasa bangga dengan kemaksiatan yang terasa semakin mesra dengan kehidupan kita.
Jika akhirnya kamu memilih berhenti, maka jangan sampai mengumbar dosa menjadi langkah yang kamu pilih dengan penuh percaya diri. Setidaknya milikilah rasa takut kepada Rabbmu. Jika rasa takut itu sudah tidak terasa, maka setidaknya milikilah rasa malu. Jikapun rasa malu itu telah sirna, maka sungguh tidak ada lagi yang bisa menghentikan dirimu untuk tidak semakin berlarut-larut menghinakan diri sendiri.
Sadarilah! Orang-orang yang mendukung perbuatanmu adalah orang-orang yang juga tidak mengenal Allah.
Sadarilah! Ucapan manis mereka di hadapanmu tidak bisa menjamin ketulusan mereka di belakangmu.
Walaupun rasanya seperti patah hati, aku harus kembali mawas diri bahwa betul-betul hidayah itu adalah milik Illahi Robbi.
Aku berharap, kelak kamu akan kembali.
Dan aku pun berharap kepada Allah, jika kamu kembali, aku masih berada di atas jalan yang lurus.
Semoga, aku tidak ikut berbalik arah.
Kematian itu entah kapan dia akan datang.
Semoga Allah terus menguatkan dan memberikan keistiqomahan kepada diriku dan semua hamba-hamba-Nya yang masih menggenggam erat hidayah ini di tengah fitnah kehidupan yang semakin berkobar. Aamiin Allahumma aamiin.
—SNA, Ruang Untukku #118
Sabtu, 19-08-2023 | 01.10
Venetie Van Java
3 notes · View notes
dmas-adr · 2 years
Text
"Teramat sulit untuk diluapkan, terlalu singkat untuk dirasakan, dan teramat hampa untuk dipertahankan. mungkin terlalu remeh pula untuk diungkapkan.
Semakin Jauh dalam berandai, semakin tinggi apa yang harus digapai. Jujur, ini bukan suatu hal yang mudah. Apalagi mengharap takdir indah dengan sebatas kepala menengadah. Aku takut jika nantinya hanya tahu bahwa bunga itu indah, yang pada akhirnya hanya bisa melihat ia dipetik orang lain dengan keadaan pasrah.
Dari kejauhan, terpancar indah perangainya. Dalam hayalan, kesejukan yang menyertainya. pada kenyataan, Hanya diri yang yang tak pernah menyadarinya. Bahwa kepantasan, telah membatasi diriku dan dirinya.
Sadar diri akan kekurangan, mungkin adalah langkah terbaik untuk memulai perjuangan. Bukan tak bersyukur atas semua yang diberikan. Namun mempersiapkan masa depan agar tak dipenuhi dengan penyesalan.
Aku memang gegabah ketika memutuskan, memang bodoh dalam menentukan pilihan, memang egois dalam menuntut keinginan. Akan tetapi aku yakin, selagi niat karena-Nya tetap dipertahankan, tujuanku kan selalu diliputi dengan kebaikan.
Aku tak tahu, apakah dengan mengharapkanmu, kebaikan itu akan terus menyertai tujuanku. Bahkan hingga saat ini, niat yang kupertahankan hanya untuk-Nya saja masih dipenuhi dengan lika-liku.
Ya Rabb.... Aku memang belum bisa Mencintai-Mu sepenuhnya. Aku memang belum mampu memberikan hatiku untuk-Mu seutuhnya. Tapi aku yakin cinta-Mu padaku tak kan pernah pudar selamanya.
Enkaulah Sang Maha Cinta dan Sang Pemberi Cinta. Dengan agungnya kasih sayang-Mu yang masih belum bisa kupahami karena sangat hinanya kebodohanku, biarkan kebaikan terus menyertai tujuanku tuk bisa bersamanya. Jadikan rasa cintaku padanya, menjadi perantara untuk sampai pada cinta-Mu yang sesungguhnya....
Ku relakan rinduku dengan kepayahan tuk menggapai Cinta-Mu. Maka limpahkan selalu tujuan ini dengan karunia-Mu. Ku tahan sesakit apapun luka tuk mendapat ridho-Mu. maka bimbing aku tuk memilih serta melewati banyaknya jalan terjal tuk sampai pada-Mu. Dan perbolehkan diri yang hina ini untuk menyisipkan satu nama disela-sela do'anya kepadamu. dan jadikan nama itu bagian dari perjalanan terindah tuk sampai pada cinta-Mu...
-
Untukmu yang sedang membaca tulisan ini, Ku tak tahu apakah kau merasakan perasaan yang sama atau tidak. Namun, ku harap ini bisa menyampaikan bagaimana rasa bahagia karena telah mengenalmu. walau sebatas satu topik, bahkan seuntai kata pun yang telah menjadi kenangan sederhana.
Aku tak berambisi tuk menjadikanmu milikku, tapi aku akan berjuang menjadi manusia yang layak tuk bersanding denganmu. Jikalau memang dimasa depan, kita kan bertemu di titik kebahagian yang sama.
Walapun juga tak menutup kemungkinan kalau kita akan bertemu di titik kebahagiaan yang berbeda. bagaimana pun juga, apapun yang terjadi adalah jalan terbaik dari-Nya untuk kita.
Yang bisa dilakukan sekarang adalah menjalani proses terbaik, tuk mendapatkan hasil yang terindah. Dan tak ada proses terbaik tuk bisa bersamamu kecuali dengan jalan yang telah Allah SWT tetapkan padaku.
Dan yakinlah. bahwa menjauh, adalah cara terbaik tuk menjaga."
- Kairo, 6 Dec 2022 -
NB: Jangan lupa, baca ini sambil dengerin lagu "Thounsand Years" dan makasih banget buat yang request and suport✨
Tumblr media
10 notes · View notes