Tumgik
#merapikan
dinaandme · 8 months
Text
"Kudapan" Kepala
Meski saat itu tidaklah kosong, ia tengah mencabut sebuah buku yang tidak teratur dalam lemari, berniat hanya untuk merapikannya dengan sedikit mengubah posisi. Namun takdir berkata lain. Jarinya tergelincir sehingga satu halaman yang tidak terprediksi terbuka, dengan kata-kata yang cukup membuatnya sadar akan apa yang ia cari beberapa waktu lalu, beberapa masa lalu. Kalimat itu seakan menepuk pundak dan mengatakan bahwa memang harus bersabar. Menunggu waktu yang tepat. Karena hidup adalah bagian dari ujian.
Saat seseorang melihat orang lain dengan kagum karena pencapaiannya yang membanggakan, ia tersipu pada dirinya sendiri. Kadangkala berkata monoton, "Padahal waktuku dan waktunya ialah sama. Adapun langit dan bumi yang sama. Akan tetapi mengapa aku bukan dirinya?" Oh, sungguh jangan. Dimanakah rasa syukur yang memang harus terus digencarkan?
Hai diriku, engkau tahu mana yang benar dan mana yang salah. Engkau tahu bagaimana harusnya membuka mata, bagaimana harusnya bersikap, dan bahkan beretika ke setiap kalangan. Kamu paham betul karena memang Tuhanmu bersamamu jauh sebelum kamu tahu ilmu adab. Membedakan yang sopan dan bermartabat serta bersikap baik pada sesama atau pada Tuhan, semuanya sudah ada di bekal. Iya, itu di hati nuranimu.
Janganlah engkau mengangkat dagu. Sesungguhnya panutanmu pun perlu berdiskusi untuk mencapai suatu jawaban. Butuh 'orang lain', entah itu alat elektronikmu, keinginanmu, ketidaksengajaanmu, dan berbagai kisah lain. Semua manusia itu spesial, memiliki inang imannya sendiri. Lantas apa yang kamu khawatirkan?
Sungguh sayang, tolong jangan bersedih.
0 notes
Text
WA 0857-5538-7029 Jasa Analisis Statistik Regresi Linier Berganda Malang
Tumblr media
FNI Statistik melayanani jasa analisa data terlengkap yang berpusat di kota malang. Layanan ini biasa digunakan untuk para mahasiswa yang sudah menyusun proposal dan juga sudah mendapatkan data namun kesulitan dalam mengolah datanya. Kami akan membantu penanganan data-data yang digunakan sesuai dengan teori dan bisa dipertanggungjawabkan, sehingga klien akan mendapatkan hasil dan metode analisa yang tepat. Jasa analisa data sendiri harganya bervariasi kisaran mulai dari 100.000 ada yang sampai 1 juta ke atas jadi tergantung berdasarkan tingkat kesulitan banyaknya data atau variabel dan juga metode yang digunakannya ada berapa jenis. layanan analisa data ini memiliki dua pilihan yaitu:
hanya outputnya saja
output beserta interpretasinya kedua analisa ini sudah termasuk dengan layanan konsultasi setelah menerima hasil analisisnya. Klian akan dibantu dan didampingi sampai selesai oleh konsultan profesional kami. Call To Action FNI Statistics FNI Statistics Jl. Ikan Gurita Blk. C №6, Tunjungsekar, Kec. Lowokwaru, Kota Malang, Jawa Timur 65142 MAPS: https://maps.app.goo.gl/EypmdqPFkkdL5H8h7 WA : 0857–5538–7029 WEB: https://fnistatistics.com/ IG : https://www.instagram.com/fni_statisticss/
jasa judul skripsi jasa jilid skripsi jasa skripsi kuantitatif jasa konsultasi skripsi jasa konsultan skripsi jasa koreksi skripsi jasa ubah skripsi ke jurnal jasa skripsi murah jasa skripsi manajemen jasa skripsi murah Bantul jasa merapikan skripsi jasa pembuatan skripsi jasa menulis skripsi jasa pembuatan skripsi murah jasa bimbingan skripsi online jasa pengetikan skripsi
0 notes
steven-wijaya · 4 months
Text
IBU DEWI YANG BERJILBAB
Tumblr media
Sebenarnya aku tidak pernah berpikir sama sekali kalau aku bisa melakukan hubungan seks dengan wanita berjilbab seperti Ibu Dewi tetangga sebelah rumahku, namun apa mau dikata Nasi sudah jadi bubur dan bubur itu dimakan olehku sendiri. Singkat ceritanya begini.
Namaku Budi, aku tinggal disebuah perumahan yang saling berdempetan dan aku mempunyai tetangga yang bernama Ibu Dewi, orang berjilbab dan sesudah memiliki dua orang anak dan anak yang paling besar masih duduk disekolah 6 SD yang paling kecil duduk disekoalh SD kelas 4, sedangakan suami Ibu Dewi bekerja disebuah perusahaan pertamina sebagai karyawan dibagian lapangan. Dan hampir sering bertugas diluar kota.
Setiap hari Ibu Dewi ini sering berpenampilan memakai jilbab dan pakaian tertutup, boleh dibilang wanita yang sangat muslim dan tentunya aku sangatlah segan dan hormat padanya.
Suatu Ketika suaminya sudah berangkat kekantor dan aku sendiri masih dirumah dan belum berangkat kerja dan pintu rumahku sudah posisi terbuka menikmati susasan dinginya pagi yang semalam habis diguyur hujan.
“Mas Andreee….andreee”, Ibu Dewi memanggil dari sebelah rumah.
Karena hari itu aku masih malas-malasan dikursi disofa kamar tamu ketiduran karena menikmati dinginya Susana pagi, aku mendengar sedikit ada yang memanggil “Mas Andree…Andree, Ibu bisa minta tolong bisa??”, ujar Ibu Dewi dari luar tapi karena mungkin rasa ngantuku masih malas untuk bangun maka Ibu Dewi segera pelan-pelan berjalan masuk kedalam rumahku dengan pintu pagar yang tidak pernah aku kunci dan Ibu Dewi masuk.
Begitu ku dengar ada suara pintu pagar dibuka dan aku kaget melihat ternyata Ibu Dewi datang kerumah yang dan spontan pura-pura tidur menutup mataku dan sedikit melihatnya.
“Ounghhhh….”, Ujarnya spontan kaget melihat aku tidur dikursi sofa hanya memakai celana pendek saja tanpa celana dalam dan kebiasan kalau pagi pasti batang penisku lagi tegang-tegangnya, biasa penyakit kalau laki-laki dipagi hari otomatis terlihat tonjolan dari luar celanaku.
Melihat aku tidur dikursi sofa dan kebetulan terlihat jelas tonjolan penisku itu Ibu Dewi langsung balik dan melangkah dan menjauh dari rumahku. Aku coba mengintip dengan sebelah mataku…oo dia sudah tidak ada ujarku dalam hati. tapi sebelum balik kerumahnya Ibu Dewi sempat melihat-lihat seluruh bentuk tubuhku dengan posisi hanya memakai celana pendek saja.
Besok pagi setelah semuanya tidak ada dirumah, hanya Bu Dewi saja dan kudengar sayup-sayup dari belakang rumahku seperti ada yang mencuci pakaian dan kebetulan tembok rumahku dengan Ibu Dewi masih sama-sama pendek belum ditinggikan,  jadi aku bisa mengintip dari belakang dan ternyata Ibu Dewi sedang mencuci pakaian hanya memakai daster terusan tapi bagian bawah seatas lutut berkain satin warna merah muda (pink) dan tetap masih memakai jilbab warna yang sama seperti dasternya dan berkain satin juga sangat mengkilap.
Baru kali ini Ibu Dewi memakai jibab tapi memakai daster yang sangat memamerkan kemolekan tubuhnya apalagi dasternya bagian atasnya terlihat belahan dadanya tanpa memakai Bra lagi. Mungkin karena dirumah dia hanya tinggal sendiri jadi Bu Dewi hanya memakai daster saja.
Saat aku sedang mengintip dari tembok belakang rumah kuperhatikan Bu Dewi sedang terus mencuci pakaian dan saat dasternya terkena sedikit air otomatis dasternya sedikit basah yang dipakaianya kemudian dia mengangkat dasternya serta mencopot celana dalamanya dan langsung dicuci sekalian. Begitu aku melihatnya pikiran sehatku hilang dan aku langsung  memutar otaku bagaimana rasanya aku bisa mencicipi tubuhnya yang berdaster itu karena otaku sudah benar-benar kotor. Tanpa pikir Panjang aku langsung menyapa Bu Dewi dari sebelakang tembok rumahku.
“Maaf Bu Dewi…kemarin ibu cari saya ya, apa ada bisa saya bantu”, tanyaku mengagetkan Bu Dewi  yang sedang mencuci dan langsung merapikan dasternya yang tersingkap sampai ke paha.
“Ya Mas Budi, kemarin Ibu mau minta tolong pasangi lampu yang ada dikamar”, kata Bu Dewi.
“Kalau gitu mumpung masih dirumah dan belum berangkat kerja hari ini saja aku ganti lampunya”, sambal kedua mataku melihat daternya dan jilbabnya yang sangat mengkilap dan licin.
“Ya Mas Budi”, begitu lampu hijau aku langsung naik dari tembok belakang agar tetangga tidak ada yang melihat.
Begitu aku sudah masuk kedalam halaman belakang rumah Bu Dewi aku langsung mengikuti  jalan Bu Dewi dari belakang mengarah kedalam kamarnya. Melihat tubuhnya yang hanya memakai daster tanpa Bra dan Cd lagi,  pikiranku semakin bernafsu sekali dan bagaimana rasanya vagina dan pantatnya  bila aku sodokan dengan batang penisku yang sudah sangat tegang ini.
“Ini lampunya Mas Budi”, kata Bu Dewi sambil menyodorkan lampu.
Aku langsung memasang lampu yang ada dikamar dan Bu Dewi Kembali melanjutkan cucianya, setelah selesai memasang lampu kamarnya aku langsung berpamitan untuk pulang dan saat Bu Dewi sedang  mau beranjak berdiri,  tiba-tiba dia terpeleset pas kearahku dan seketika itu aku langsung menagkap tubuh Bu Dewi dan tanganku mengenai kedua buah dadanya dan tangan satu lagi mengenai bagian pantatnya yang tidak memakai celana dalam dan hanya terhalang oleh kain satin dasternya.
“Maaf Mas Budi agak licin lantainya”, ujarnya tersipu-sipu.
“Hati-hati Bu”. Kataku.
“Mas Budi jangan pulang dulu, Ibu bikini teh”, Bu Dewi langsung berjalan kedapur dan dari belakang aku mengikuti secara pelan-pelan.
Saat teh manis dibuat oleh Bu Dewi didapur pelan-pelan aku memberanikan diri untuk memeluk Bu Dewi dari belakang karena pikiran kotorku sudah dikuasai oleh setan. Begitu kupeluk tubuh Bu Dewi.
“Mas Budi, apa-apa ini”, sentak Bu Dewi.
“Maaf Bu saya melihat ibu terlihat sangat cantik dan seksi dengan pakaian daster dan jilbab itu”.
“Jangan Mas Budi, aku sudah punya suami” tapi Bu Dewi tidak melepas pegangan tangaku yang memeluk pingganya dan dadanya.
“Mas Budi jangan”, tapi aku terus mencium dari belakang dibagian lehernya dan menyikap jilbab satinnya keatas.
“Ounghh….Mas Budiii….jangannnn….ounghhh….jangannn”, tapi dia tidak sedikitpun menolak atau menolak dan suara semakin sedikit mendesah.
Tubuh Bu Dewi langsung kuputar menghadapku dan saat dia mau mengucapkan sesuatu aku langsung cium bibirnya dan tak lama Bu Dewi langsung merepon ciumanku dan langsung kita saling berlumatan antara bibir dan lidah. Bunyi mulutnya dan mulutku yang beradu menjadi satu tanpa melepas jilbab dan dasternya yang berkain satin itu sambil tanganku mulai menggerayangi buah dadanya yang telihat menonjol putting susunya menjeplak dikain satin dasternya. Tanpa ku buka dasternya yang menutupi kedua putting susunya langsung kujilat dan kuhisap kedua putting susunya secara bergantian hingga membasahi oleh air liurku dibagian dasternya.
“Ounghhh…Mas…Budiiii….Unghhhh” kudengar desahan kecil saat kedua putting susunya ku hisap dan kusedot dengan mulutku.
Sambil menjilat dan menyedot susunya aku tetap tidak membuka daster dan jilbabnya yang berkain satin itu dari tubuhnya tapi tanganku tetap menarik dasternya sedikit keatas karena Bu Dewi tidak memakai celana dalam maka dengan muda bagian klistorinya aku gesek-gesekan dengan tanganku.
“Ohhh…ohhh…unghhhh….anghhhh”, desahan Bu Dewi semakin aku bergairah.
Sedotan diputing susunya mulai kulepas dan wajahku segera turun kebagian bawah selangkanganya kemudian kakinya kurenggangkan dan pelan-pelan kujilat bagian lubang vaginanya dan klistorinya dengan lidahku.
“Unghhh….anghhh…ahhhh…ohhh….Mas Budiiiii…..Ounghhhh” terdengar teriakan Bu Dewi yang semakin panas.
Kulihat kepalanya telah bergoyang ke kanan dan kekiri dan pelan-pelan lidahku bermain kedalam rongga dalam vaginanya. Sambil terus kuputar-putar lidahku didalam vaginanya kemudian Kubuka celana pendeku dan batang penisku yang sudah tegang itu siap untuk segera masuk kedalam kandangnya. Bu Dewi tidak menyadari kalau celana pendeku sudah terlepas dari tubuhku dan pelan-pelan aku mulai berdiri dan Kembali mulutnya aku lumat dengan bibirku. Bu Dewi segera membalasnya dengan lumatan yang semakin panas, lidah dan bibirku sudah menjadi satu dan saling menghisap dalam-dalam.
Saling terus berciuman dan berlumatan,  tubuh Bu Dewi aku angkat keatas meja makan dan kusandarkan tubuhnya dipinggir meja. Tangan kananku segera mengarahkan batang penisku kebagian belahan vaginanya yang sudah becek itu dan sekali kugesek-gesekan kepala penisku dan sedikit menekan Blessss….Ounghhhh…..penisku dengan mudahnya masuk kedalam vagina Bu Dewi.
Teriakan Bu Dewi seakan penisku kudiamkan sebentar didalam vaginaya dan Bu Dewi spontan melihat wajahku.
“Mas kenapa dimasukan”, tanpa kujawab lagi pertanyaan itu.
Aku langsung mempompa penisku keluar masuk kedalam vaginanya…Slep…slep…slep…Unghhh enak banget punya Ibu…bikin aku ketagihan…Slep…slep…slep…sambil terus kupandangi wajahnya yang semakin menikmati tusukan-tusakn penisku keluar masuk vaginanya. Bu Dewi yang tadinya sedikit menolak rupanya sudah mulai menikmati permainan batang penisku yang terus tanpa henti mengesek-gesek lubang vaginanya.
Nafsu dan birahi kami sudah sama-sama menjadi satu diatas meja makan, desahan dan kenikmatan sama-sama kita rasakan. Kemudian kutarik tubuh Bu Dewi turun dari meja dan kubalikan tubuhnya menungging dangan kedua tangganya memegang pinggir meja makan lalu dari belakang langsung  kutusukan penisku kedalam lubang vaginanya dan Blesss…..Ounghhhh….teriakan Bu Dewi saat penisku Kembali masuk.
Kuhujamkan sekeras-kerasnya batang penisku keluar masuk lubang vaginanya dan kedua tangganku langsung meremas-remas buah dadanya yang masih terhalang dasternya. Aku lihat dari belakang aku sangat bergairah melihat Bu Dewi menungging masih memekai daster dan jilbab berkain satin yang sengaja tidak kulepas. Hingga kurang lebih setengah jam Bu Dewi mengatakan.
“Anghhh….Unghhh….Masss….Budiii…..ibu sudah ngak tahan lagi….Mas….”.
“Ya…Bu….aku juga bentar lagi mau keluar…juga…..anghhh….ahhhh”.
Genjotan semakin kupercepat dan terasa sekali bagian dalam vaginanya yang menjepit batang penisku semakin berdenyut-denyut.
“Anghh….anghhh….Masss…Budiii…..anghhhh…..anghhhhh”, tubuh Bu Dewi mengejang-ngejang saat merasakan orgasme dan tak lama lagi akupun juga menyusul.
Crott…crott…crot…cairan spermaku keluar sangat banyak sekali didalam vagina Bu Dewi….Anghh….ahhh…Buuu….aku keluarrr……aanghhhh….ahhhh, tubuhku juga mengejang-ngejang saat cairan spermaku muncrat.
Setelah sama-sama merasakan kepuasan sambil mengatur nafas yang sedikit ngos-ngosan sambil kupeluk tubuh Bu Dewi dari belakang dan kurasakan vaginanya terlihat becek oleh sisa-sisa cairan spermaku yang juga meleleh keluar dari sela-sela vaginanya dan jatuh menetes kelantai. Kucabut batang penisku dari dalam vaginanya lalu kubalikan tubuh Bu Dewi saling berhadapan dan langsung kupeluk dengan posisi berdiri dengan penisku yang masih sedikit tagang dan kugesek-gesekan didaster satin yang licin itu.
“Bu Dewi, aku minta maaf kalau sudah berani menodai tubuh suci Ibu, sekali lagi maaf aku benar-benar khilaf”, kataku sambil memanangi wajahnya.
“Ngak papa Mas Budi, ibu juga yang salah mengooda Mas Budi dengan penampilan ibu seperti ini”
Alu langsung pamit Kembali kerumahku dan mandi karena siap-siap untuk segera berangkat kerja. Sebelum berangkat aku menghampiri Bu Dewi yang masih menjemur pakaian dibelakang rumahnya yang masih memekai daster satin yang tadi dipakai saat aku melakukan hubungan seks denganya. Tampak kulihat noda spermaku yang melekat dikain satin dasternya yang sudah mengering dan sebelum pamit Bu Dewi tersenyum saat aku mendekati tubuhnya.
Kucium bibirnya dan kupeluk tubuhnya dan semenjak kejadian itu aku mulai ketagihan untuk mengulangi dengan permainan yang sama disaat suami dan anak-anak Bu dewi tidak dirumah. Setiap pagi Bu Dewi suka menggoda biarhiku dengan selalu berpenampilan memakai daster dan jilbab satin.
293 notes · View notes
tentangtenang · 3 months
Text
(Kembali) Baik-baik Saja
Dua pekan yang lalu, saat hari-hari yang berat sedang hadir, saya sempat merasa khawatir tentang diri saya sendiri. Sampai-sampai, saya mengatakan kepada suami, "Mas, setelah ini aku gimana, ya? Apakah aku benar-benar akan baik-baik saja?" Bukan tanpa alasan, saat itu rasanya memang begitu berat, terpukul, sedih, dsb. Sebenarnya saya sudah pernah melewati hari-hari berat sebelumnya, tetapi untuk yang ini, saya seperti tidak bisa melihat adanya harapan akan kebaikan yang tersedia di depan.
Selama beberapa hari, kekhawatiran itu ternyata masih tetap ada. Saya bukan tidak ingin berbahagia, tetapi rasanya seperti sedang berada dalam kondisi anhedonia: sulit untuk berbahagia dan merasakan kesenangan. Saya pun mudah menangis (bahkan saat sedang diam atau melakukan sesuatu yang seharusnya tidak membuat saya sedih), merasa kehilangan energi untuk melakukan apapun, tidak nafsu makan, dan rasanya tidak tertarik untuk tertawa meski sebenarnya saya adalah orang yang mudah terhibur oleh hal-hal yang sederhana. Dalam kondisi demikian, saya bertanya-tanya,
"Ya Allah, saya memahami bahwa saya tidak seharusnya merasakan ini. Saya tahu apa yang seharusnya saya pikirkan dan lakukan terhadap ketetapan yang sedang Engkau hadirkan ini. Tapi mengapa semua rasanya seperti di luar kendali?"
Tumblr media
Begitulah, saya merasa ingin bangkit, tapi tidak bisa. Ingin kembali mengambil kendali atas diri, tapi tidak bisa. Ingin bisa tertawa, tapi pun saya tidak bisa melakukannya. Saya bingung, mengapa saya begitu lama bersedih? Mengapa rasa-rasanya ini bukan saya yang biasanya? Saya tetap berupaya (berdialog dengan orang-orang terdekat, menata pola pikir, mengelola emosi, terus berdoa dan berdzikir, dsb), meski saat itu saya tidak tahu apa yang akan menjadi akhir dan jawaban dari upaya yang saya coba lakukan. Namun, saya kemudian menyadari bahwa di titik itu saya sepertinya sedang dididik oleh Allah untuk memahami lebih dalam sebuah ayat yang pernah saya tuliskan di buku Mendewasakan Rasa,
"Dan bahwasanya Dialah yang menjadikan manusia tertawa dan menangis." - QS. An-Najm: 43
Yup! Emosi memang datang dan pergi, tertawa dan menangis memang datang silih berganti, namun kendali atas semuanya ternyata tidak pernah benar-benar ada pada diri kita melainkan pada Allah saja. Sekuat apapun kita mengusahakan agar kita bisa segera baik-baik saja, kalau menurut Allah ujian untuk kita belum selesai maka ya belum selesailah kita dengan kondisi tidak baik-baik saja yang sedang terasa. Pun sebaliknya, seterpuruk apapun kondisi diri kita, kalau menurut Allah sudah saatnya kita kembali tenang dan tertawa, maka semua akan mudahlah adanya. Pada akhirnya, ranah kita memang hanya di ranah upaya; mengupayakan yang terbaik untuk kembali baik-baik saja. Soal hasilnya? Semua tentang bagaimana Allah "bekerja" dan senantiasa mengurus hidup kita.
Alhamdulillahilladzi bi nimatihi tatimmush sholihat. Atas seizin Allah, terlepas dari apapun yang teralami di hari-hari sebelumnya, hari ini ternyata saya kembali baik-baik saja: saya kembali merasakan energi yang menyala di dalam diri untuk bisa melakukan berbagai aktivitas dan menunaikan amanah-amanah yang ada, saya kembali tertawa hanya karena melihat reels lucu di Instagram, saya kembali merapikan rumah dan mencuci baju, saya kembali memimpin rapat, saya kembali berolahraga, dan saya pun kembali berpraktik sebagai psikolog dan menangani klien-klien dengan kondisi perasaan yang sudah jauh lebih stabil dari sebelumnya. Ya Allah, saya pikir saya tidak akan seperti ini lagi :")
Rupanya benar bahwa semua yang ada di hidup dan kehidupan kita itu ada dalam genggaman Allah. Selepas hari-hari yang berat datang, kita pun tidak semata-mata akan bisa mendewasakan rasa dan kembali menjalani hidup sebagaimana mestinya kalau bukan karena kehendak Allah.
Kalau kamu sedang merasa tidak baik-baik saja di hari ini, tetaplah mengupayakan yang terbaik yang bisa kamu lakukan untuk menjemput kondisi diri yang lebih baik. Itulah ranahmu, amal shalihmu. Sisanya, bergantunglah sepenuh utuh kepada Allah. Sebab, jika menurut Allah durasi ujianmu sudah selesai, maka semua akan selesai dan atas seizin-Nya kamu akan kembali baik-baik saja. Semangat, ya!
Wallahu 'alam bishawab.
77 notes · View notes
prawitamutia · 6 months
Text
menyembuhkan
beberapa waktu lalu ngetren istilah "healing". hmm katanya sih, healing ini maksudnya kegiatan yang bisa menyembuhkan luka atau trauma hati. ada yang melakukannya dengan jalan-jalan, makan-makan, leyeh-leyeh sebentar--eh ini tuh self reward bukan healing nggak sih?
saya nggak punya latar belakang psikologi dan nggak tahu healing yang sebenarnya itu apa. saya pernah beberapa kali ke psikolog, mungkin saat itu psikolog yang saya temui nggak cocok jadi saya nggak merasa healed. saya coba juga tuh melakukan jalan-jalan makan-makan dan leyeh-leyeh tapi yang ada boros bukan healing. jadi sebenarnya healing itu ngapain?
hal-hal sederhana seperti nyuci piring, ngosek kamar mandi, merapikan kamar, mandi, atau minum teh katanya juga bisa menjadi ajang healing. menulis juga katanya bisa menjadi media untuk healing. tapi... rasanya belum deh. belum dan bukan itu semua.
sampai suatu ketika, saya baca buku-buku parenting dalam rangka memperbaiki cara mengasuh Mbak Yuna dan sekaligus menyongsong lahirnya anak kedua (Mas Yasa). saya kaget banget menemui diri saya nangis sesenggukan karena baca buku parenting--saat itu yang paling membuat air mata tumpah ruah adalah The Book You Wish Your Parents Had Read. suatu waktu lain, saya baca buku Nicole Lepera, ternyata mbak ini juga mengalami yang saya alami wkwk nangis sampai kamiseseken karena buku parenting.
ternyata menyembuhkan diri itu perjalanan hati ya? hanya bisa dilakukan oleh diri kita sendiri dan caranya adalah dengan menemui diri kita sendiri, anak kecil dalam diri kita, inner child kita. cung yang kalau dengar lagu Satu Satu nya IDGITAF meleleh! nah.
saya bersyukur meskipun agak menyesal mengapa perjalanan menyembuhkan hati ini baru benar-benar terasa dimulai ketika saya baca buku yang seharusnya saya baca bertahun sebelumnya. tapi, ah saya bersyukur sekali sudah akhirnya berani menemui diri saya di masa kecil. memaafkan semuanya.
karena buku-buku parenting itu, sekarang saya hampir selalu rindu membaca. semacam bahagia sekali ada seseorang di luar sana yang bisa mengartikulasikan yang kita rasakan dengan lebih baik, membuat benang kusut di kepala ini terurai.
prompt 3.
apakah ada momen dalam hidupmu yang membuatmu merasa perjalanan menyembuhkan dirimu dengan sadar dimulai? momen apa? apa kegiatan healing favoritmu?
88 notes · View notes
hellopersimmonpie · 7 months
Text
Dari perjalanan hidup gue, gue belajar banget kalo ngelihat orang yang kamarnya berantakan di level nggak wajar, jangan dinasehati untuk merapikan diri. Bisa aja karena dia depresi.
Dan by default, manusia hidup tuh hampir nggak mungkin bisa merapikan kamar dengan sempurna kecuali kalau barang di kamarnya dikit atau kamarnya luas sehingga ruang kosongnya buanyaaak dan punya keleluasaan buat mengatur.
73 notes · View notes
kayyishwr · 7 months
Text
Sudah lama untuk tidak membicara soal cinta, dan cenderung menjauhi soal ini; karena secara pandangan subjektif pribadi, membahas hal tersebut membuat kita terlena dan lupa, bahwa ada hal-hal lain yang bisa kita bicarakan
Tidak sepenuhnya salah membicarakan cinta, bahkan hidup tanpa cinta, ya tidak akan bewarna, hanyasaja, persoalan cinta di mayoritas kita hanya berkutat soal mencintai dia, sehingga lupa Dia
Padahal secara ilmu, cinta adalah makhluk ciptaanNya juga. Sebagaimana sifat wajib Allah yaitu Qidam, yg berarti yang Paling Awal, maka yang datang setelahnya adalah makhluk. Maka sejatinya kita serahkan perkara ini kepada Yang Menciptakan dan Memilikinya
Lalu kenapa dibahas? Karena ada kepentingan merapikan pikiran sebelum dituangkan di presentasi, yang kedua sebagai seorang kakak laki-laki yang sering jadi tempat curhat adiknya, maka sekiranya perlu belajar lagi.
Ya cinta; satu kata yang menggerakan, bahkan bisa jadi membawa perubahan. Karena cinta itu membuat jiwa menggelora, akal pikiran terus bergerilya, hingga akhirnya perbuatan yang memutuskan; sekali cinta harus diperjuangkan
Cinta, sebenernya netral. Maka tergantung konteks yang membuatnya muncul, dan pada tulisan ini kita coba diskusikan soal konteks kita kepada lawan jenis kita masing-masing; pr kepada lk, lk kepada pr.
Itu fitrah! Yaps, lagi-lagi cinta adalah makhluk Allah yang dihadirkan agar kita bisa merasakan kasih sayang, sebagaimana Sang Pencipta; Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyanyang
Tapi terkadang fitrah cinta ini, terlalu besar kendalinya dalam diri kita, hingga kita melampaui batas. Ada yg kemudian melanggar batas-batas dalam adab komunikasi, hingga muncul prasangka satu sama lain, hingga melanggar fitrah itu sendiri, ya menjadi kaum yang terlaknat.
Lalu bagaimana kita menyikapi cinta?
1. Bersyukurlah Allah masih karuniakan cinta dalam diri kita, yang dengan itu, lagi-lagi kita bisa merasakan kasih sayang satu sama lain
2. Kendalikan cinta dengan ilmu. Lagi-lagi pengikat agar tak melampaui batas adalah ilmu yang sudah Allah jabarkan untuk kita; lewat quran, hadist, ataupun sejarah
3. Jika memang ikhtiar ilmu sudah semaksimal mungkin kita lakukan; coba kita tengok, kira-kira cinta yang kita rasakan apakah positif menuju ridhonya atau semakin membuat kita jauh dari hal tersebut
4. Beberapa amalan untuk mengendalikan cinta; berpuasa, jika tak sanggup maka menikahlah, semoga lebih menentramkan hati kita masing-masing
Sebenernya ada yg ingin banyak ditulis, tapi ini point-point saja, semoga berkenan
Lalu apakah saya sedang jatuh cinta? Biarlah Allah dan keluarga terdekat saya yang tahu, yang terpenting jangan lelah terus mencari ilmu🫡🌾🔥
69 notes · View notes
coretanly · 22 days
Text
Jangan Salah Paham
Kadang ingin lebih banyak diam, sayang tetap disalahpahami, diam dianggap tidak peduli, diam dianggap sibuk sendiri, diam dianggap marah karena ada yang tidak sesuai keinginan diri, diam dianggap tidak sayang, diam dianggap menghukum, diam yang dianggap beginilah begitulah, dan diam yang akhirnya membuat jarak pada segala sesuatu, semua jadi serba salah, padahal hanya sedang butuh diam, diam yang hanya sibuk bermonolog dengan diri sendiri, diam sebab sedang butuh merapikan apa yang berantakan dalam diri
"Jangan terlalu cepat mengambil kesimpulan dari apa yang menurutmu ada yang berbeda dari seseorang, pikiranmu bisa salah, perasaanmu belum tentu valid adanya, kita bahkan tidak pernah tahu apa yang sedang dilaluinya, biar dia cari tenangnya dulu, nanti saat mereda jika dia kembali sambut saja, jika tidak lagi kembali biarkan, itu pilihannya, belajar hargai keputusan tiap orang tanpa tanya- kenapa, kadang jawabannya bisa jadi memang tidak perlu ada jawaban" Reno
Gazebo, Ly
28 notes · View notes
arsualas · 1 month
Text
Jejak Debu
Ada dua orang berada dalam satu ruangan, seorang laki-laki dan seorang perempuan. Si laki-laki lebih menyukai jendela yang selalu tertutup, sedangkan si perempuan memilih untuk selalu membuka jendela dengan alasan ingin menikmati keindahan di luar. Setiap kali si laki-laki menutup jendela itu, pasangannya selalu menuduhnya terlalu posesif dan tak mampu melihat kebebasan, lalu ia membuka kembali jendela yang sebelumnya ditutup oleh pasangannya.
Tak berselang lama, debu-debu beterbangan dari luar mengotori semua yang ada di dalam ruangan itu. Setelah debu-debu mulai mengotori ruangan, laki-laki itu mencoba menahan diri. Ia membersihkan meja yang mulai buram dan merapikan barang-barang yang tertutupi lapisan debu. Namun, setiap kali ia selesai, debu kembali masuk melalui jendela yang terbuka.
Dengan nada tenang, ia berkata kepada pasangannya, "Bukankah lebih baik kita menutup jendela untuk menjaga kebersihan? Kita tetap bisa menikmati keindahan dari sini, tanpa harus membiarkan debu masuk." Perempuan itu hanya tersenyum tipis, lalu menjawab, "Kau terlalu khawatir. Debu ini hanyalah sebagian kecil dari kebebasan yang kita miliki. Aku tak ingin mengurung diri hanya demi kenyamanan. Lebih baik menikmati udara segar meski sedikit kotor, daripada terjebak dalam ruang yang pengap."
Hari demi hari berlalu, dan debu semakin menumpuk. Laki-laki itu akhirnya lelah dan berhenti mencoba. Ia menyerah untuk menutup jendela, menyerah membersihkan ruangan, dan menyerah berdebat. Namun, ia juga mulai merasa sesak, bukan hanya karena debu, tetapi karena ketidakmampuan mereka untuk sepakat.
Di matanya, kebebasan yang terus diupayakan pasangannya kini berubah menjadi beban yang tak lagi mampu ia tanggung. Perempuan itu pun mulai menyadari perubahan dalam diri laki-laki tersebut. Namun, bukannya mencoba mencari jalan tengah, ia tetap pada pendiriannya, merasa bahwa kebebasannya adalah hal yang tak boleh dikorbankan.
Begitu pula laki-laki itu, yang kini memilih diam, membiarkan segala sesuatu berlanjut sebagaimana adanya, meski di hatinya, ia tahu bahwa mereka perlahan-lahan terpisah oleh hal kecil yang tak pernah terselesaikan.
Mereka masih berada dalam ruangan yang sama, tapi hati mereka kini terpisah, dibatasi oleh debu-debu yang tak pernah mereka bersihkan. Jendela itu tetap terbuka, namun pemandangan indah di luar tak lagi berarti, karena yang ada di dalam perlahan-lahan mulai rusak, tak ada lagi yang peduli untuk menjaga apa yang sebenarnya mereka miliki bersama.
— Arsualas
20 notes · View notes
khoridohidayat · 1 year
Text
Lalu, apa alasanmu ingin menikahi anak puteriku, Nak?
Tiba-tiba pertanyaan itu terlontar dari laki-laki paruh baya yang berada didepanku. Disampingnya, duduk seorang gadis teduh berdandan sederhana, ditemani oleh ibunya yang juga berpakaian rapi ketika itu. 
Aku yang sudah sedari tadi berbicara panjang lebar basa basi dengan dua orang paruh baya ini mulai memutar otak untuk menjawab pertanyaan ini dengan baik, tertata dan mengena. Aku menegakkan punggung, menghirup nafas dengan rileks, dan merapikan sedikit bajuku yang sudah cukup lusuh karena tebaran angin sore itu.
Di situasi itu, apa yang harus aku lakukan? Kamu sebagai pembaca, apa hal yang bakal kamu lakukan jika kamu berada di posisiku? Kalau aku, mungkin, aku akan cukup bingung menjawabnya.
Karena, kadang, apa yang kita lakukan sering kali tanpa alasan. Tentang makanan yang kita makan, apakah kita betul memikirkan nutrisinya? Tentang kebiasaan scrolling social media yang kita lakukan setiap hari, apakah kita membatasinya? Tentang mengerjakan tugas sekarang atau nanti, apakah kita memang sudah menghitungnya betul-betul agar tidak terlalu mepet deadline? Sepertinya banyak hal di dalam hidup kita yang dilakukan secara otomatis, tanpa sadar.
Tapi untuk ini, aku tak bisa melakukan secara otomatis, aku harus mempunyai alasan. Tapi apa. Aku masih mencarinya. Mungkin ini alasan Fathia menanyakan pertanyaan yang sama dua minggu lalu, agar aku siap ketika ditanya hal yang sama oleh Abinya. Sial, mana ketika itu aku tak menjawab pertanyaan dia dengan baik lagi. Aku hanya menggunakan analogi kampungan untuk menjelaskan mengapa aku memilih dia untuk menjadi pendamping hidupku nanti. Mampus, hari ini aku merasakan akibatnya.
Aku masih memikirkan jawabannya. Waktu seperti berhenti sejenak, sedangkan aku masih bisa memikirkan sesuatu secara leluasa. Aku melihat perempuan itu senyum manis malu-malu kepadaku, percaya bahwa aku bisa menjawab pertanyaan itu dengan baik. Sedangkan aku, masih bergulat dengan pikiranku, menelusuri ruang perasaan didalam hati, berharap aku bisa menemukan jawaban itu. 
Pikiranku menyelam ke dalam otakku dengan lebih dalam, ada hal yang harus aku jawab. Ada seseorang yang membutuhkan jawabannya. Kenapa ya aku memilih dia? Apakah karena cantik? Sepertinya bukan itu poin utamanya. Apakah karena dia pendengar? Iya memang, tapi hatiku berkata bahwa aku mempunyai alasan yang lebih tinggi daripada itu. Apakah karena pekerjaannya? Sebentar-sebentar, sepertinya aku tahu. Oke, aku menemukan alasannya!
“Saya ingin menyelamatkan diriku dan anak keturunanku, Abi.” Kataku
Sejenak ruangan tamu rumah ini menjadi hening. Suara detikan jam dinding terdengar lebih keras dari sebelumnya. Suara angin dari sebuah kipas di pojok ruangan juga menjadi terdengar lebih kencang. Waktu seperti berhenti ketika itu. Dan nampaknya perempuan itu juga tidak paham dengan apa yang baru saja aku sampaikan.
“Aku kurang paham dengan jawabanmu, bisa tolong jelaskan lebih lanjut?” Kata pria paruh baya itu
Baik, aku menghela nafas lebih dalam, mengatur intonasi dan ritme paragraf-paragraf panjang yang akan aku keluarkan. Tak lupa, aku juga membaca doa untuk memperlancar lisanku, yaitu doa yang sama ketika Nabi Musa diperintah oleh Allah untuk menghadap penguasa Mesir ketika itu .
“Robbis rohlii shodrii, wa yassirlii amrii, wahlul 'uqdatam mil lisaani yafqohu qoulii.”
Paragraf pertama aku buka dengan sebuah teori psikologi.
Jadi maksud saya seperti ini, Abi. Saya selalu percaya, bahwa baik buruknya seseorang sangat bergantung pada lingkungannya. Orang akan menjadi baik jika dia berkumpul dengan orang baik. Dan juga sebaliknya, orang akan menjadi “jahat” jika dia berkumpul dengan orang yang kurang baik. Iman juga seperti itu. Bahkan Rasulullah pun pernah bersabda, bahwa hati manusia itu sangat lemah. Dia harus terus diikat dengan pertemanan yang baik.
Saat ini, dunia sudah tidak seaman dahulu. Banyak orang menganggap bahwa berpacaran adalah hal yang lumrah. Menonton tayangan tidak senonoh juga sepertinya sudah menjadi bagian hidup bagi beberapa orang diluar sana. Bahkan, beberapa waktu yang lalu, banyak anak SMP dan SMA di suatu kabupaten mengajukan pernikahan dini. Bukan karena memang sudah siap menikah, tetapi mereka telah hamil diluar nikah.
Kejadian seperti ini yang membuat saya takut. Bagaimana jika anak saya juga seperti itu. Bagaimana jika pada suatu saat nanti anak saya merengek untuk pergi satu malam bersama pacarnya. Apa jadinya jika dia pergi bersama pacarnya kemudian dengan rela pahanya dipegang-pegang oleh pacarnya dan dia tidak merasa risih sedikitpun. Mungkin terlihat klise, tapi saya benar-benar pernah melihatnya di jalan, dengan kedua mata kepala saya.
Disisi lain, orangtua juga tak kalah berzinanya. Ada istri yang selingkuh dengan rekan sekantornya karena dia lebih mendengarkan dan menerima apa adanya daripada suaminya. Ada juga suami yang mempunyai hubungan asmara lain dengan asistennya, yang lebih muda, yang lebih cantik, dan yang lebih sering bertemu di kantornya. Bahkan ada juga orang yang sampai sengaja check in di hotel bersama teman sekantor atau asistennya untuk melakukan hubungan haram itu.
Saya takut jika itu akan terjadi di keluarga saya. Saya boleh menerima cobaan apapun, asal jangan cobaan dalam keluarga dan agama. Karena konon itu adalah cobaan yang paling berat di dunia dan jarang ada orang yang bisa melewatinya dengan baik.
Oleh karena itu, saya harus memilih pasangan yang solehah. Orang yang telah menjaga dirinya. Perempuan yang juga telah berkomitmen lama untuk menjaga hawa nafsunya dengan tidak bermesraan dengan seseorang jika belum sah. Dan, aku melihat, bahwa puteri bapak adalah muslimah yang taat. 
Saya pernah mendengar dari sahabatnya bahwa dia selalu sholat hajat sebelum tidur, menjaga shalat tahajudnya seperti dia menjaga barang yang dicintainya, bahkan sahabatnya juga pernah melihat dia tak sengaja tertidur di atas sajadahnya dengan memeluk mushafnya akibat lelah menuntaskan target bacaan hariannya.
Saya mempercayakan hidupku untuk dilengkapi oleh dia.
Saya sangat selektif dalam memilih teman, maka saya juga berhak selektif dalam memilih pasangan.  --
Orang yang membeli sepatu mungkin hanya menyesal satu atau dua minggu ketika dia memilih barang yang salah. Orang hanya akan kesal selama satu atau dua tahun jika salah memilih pekerjaan. Tapi, soal pasangan, akan seberapa menyesal jika orang telah salah memilih pasangan?
Saya ingin menyelamatkan diri dari lingkungan yang tidak sehat. Saya ingin menyelamatkan anak dan isteriku dari zina yang telah dihiasi sedemikian rupa. Aku, juga ingin memilihkan ibu yang cerdas dan shalihah untuk anakku nanti. Itulah satu alasanku untuk memilih dia sebagai pasangan saya.
Satu paragraf gagasan ku telah terucap dengan lancar. Aku melihat orang tuanya mengangguk-angguk setuju dengan jawabanku. Hope it will be. Aku menghela nafas sejenak, menyadari ternyata keren juga ya aku bisa mempunyai gagasan yang kuat seperti itu. Ternyata berdebat dengan dosen ketika di kelas psikologi klinis di kampus bisa berguna juga ya untuk melamar perempuan yang aku cintai.
Semoga memang ayah dia bisa mencerna apa yang aku sampaikan, dan semoga apa yang aku harapkan bisa terwujud. Aku ingin segera menggenapkan separuh agamaku.
Bersambung (3/6)
Menjadi yang Kaucintai - Bagian 3
@careerclass @bentangpustaka-blog @langitlangit.yk
271 notes · View notes
fthyaaa · 2 months
Text
suka
aku baca caption kak izzati. aku nangis. aku ketik komen. aku hapus. aku komen lagi versi singkat. komen pertama kuhapus karena kok sepertinya akan berakhir jadi tulisan panjang.
membaca caption kak izzati membuat aku ingat dan sadar lagi, bahwa menulis bisa memberi rasa berbeda pada hal biasa.
tapi ini bukan yang biasa. karena besok, 41 menit lagi tanggal aku menikah 3 tahun lalu. di waktu yang sama saat itu, aku sedang merapikan teklap, sambil terngiang tulisan yang dikirim 10 PM-nya. wah betapa dulu (sampai sekarang sebetulnya) aku sangat senang membaca tulis.
aku suka mahmud. sejak masuk radar kehidupan— sejak beliau ngechat di fesbuk. ada loncatan dopamin kalau beliau terlihat on dengan lingkaran hijau, atau kalau beliau sms. mahmud terlalu mengesankan untuk tidak dipenasarankan. ada apa sebetulnya dari kata-kata yang beliau ketik?
aku suka mahmud. cara ketiknya. wawasannya. tidak terduganya membawa cerita. sekarang aku sadar bahwa dulu aku bukan suka mahmud tapi suka keberadaan tulisannya. di manapun. keberadaan dalam wujud apa lagi yang bisa kudapat selain tulisannya?
aku suka mahmud. aku ceritakan tentangnya ke banyak orang (dan ternyata kebanyakan sih wkwkwk) di banyak periode walau aku belum pernah jumpa! sekarang jadi heran, kok bisa memberi kesan sebegitunya ya heuu wallahua’lam. aku tunjukkan tulisan mahmud ke teman-teman.
aku suka mahmud. tapi waktu jumpa pertama kali ternyata aku biasa saja (??? cenderung merasa lucu) walau pas dikasih tau uji bahwa beliau dapet sbmptn sappk aku ultrasonik lumba-lumba terus langsungg ngabarin dila wqwq. as always seperti ketika aku dulu random sms ke nomor mahmud tau-tau dibales. padahal hanya kata-kata.
aku suka mahmud. seperti sudah lama padahal tidak juga. pasca jumpa, jadi ada beberapa momen menyadari beberapa hal baru tentang keberadaan wujudnya di dunia. menarik. manis (WQWQ). pasca jumpa, ternyata aku makin suka mahmud. bagian tulisannya. aku suka sampai-sampai mahmud mengingatkan dan beliau stop memberi tulisan padaqu (sap jangan bales) (sudahi).
aku suka mahmud. dan kalau diingat lagi, aku suka mahmud 80% karena tulisannya. bagaimana cara mahmud berkomunikasi. lalu katanya pernikahan itu 90%nya komunikasi, jadi tentu (sebagian teks hilang)
aku suka mahmud. sampai sekarang masih. sampai nanti juga bisa kalau Allaah izinkan, semoga Allaah izinkan. aku suka mahmud. dengan ragam emosi dan rasa yang pokoknya dari dulu aku terjemahkan sebagai suka wkwk. padahal dulu mungkin judulnya penasaran? gemes? entah wkw dasar bocah. sekarang sudah bukan bocah, tapi aku suka mahmud.
semoga Allaah sehatkan segera.
edit: OH dulu aku membahasakannya "terimpresi" wkwk
Cibiru, 30 Juli 2024 | AaaAaaAAa besok aku 3 tahun menikah
kenapa aku post tulisan semacam ini karena ya gapapa wkwk
Tumblr media
8 notes · View notes
colorious · 5 months
Text
laci
dari aktivitas bersihin laci hari ini saya belajar:
untuk bisa "mengundang", menyambut, menerima, dan mengisi suatu hal baru ke dalam hidup, kita harus terlebih dahulu menyiapkan "tempat" atau ruang nya. caranya bisa pilih salah satu diantara dua atau dilakukan keduanya sekaligus: 1) merapikan; 2) merelakan.
ruang yang rasanya sempit atau kelihatannya gak muat bisa jadi bukan berarti kita harus beli laci baru tapi—karena isinya yang berantakan dan harus dirapikan atau—berlebihan dan harus direlakan. berantakan? dirapikan. berlebihan? direlakan. sederhana. terus yang jadi masalah apa? masalahnya adalah kita. :") life isn't complicated but people are.
sebagai makhluk paling rumit di dunia, bagi sebagian kita memang gak semudah itu menerapkan teori paling sederhana sekalipun. kadang kita terlalu "lelah" dan "malas" buat merapikan yang berantakan. entah karena udah terlalu berantakan sehingga udah gak ada energi dan motivasi bahkan buat sekadar niat merapikan atau simply karena udah "terbiasa" saking udah terlalu lama dalam kondisi kayak gitu.
sebenernya ada opsi yang lebih gampang dari merapikan. yes, betul, merelakan. let some (things) go. kapasitas laci udah gak muat menampung isi yang berlebihan. jadi kalo gak mau merapikan, ya tinggal disortir dan dikurangi sebagian aja yang sekiranya udah lapuk atau gak lagi digunakan. anehnya, cara yang paling mudah ini buat sebagian orang justru jadi yang paling sulit. padahal kan "sesuatu yang berlebih" itu tinggal dibuang, di-destroy, disumbangkan, dikasih ke orang lain, dijual, atau apalah macam-macam. intinya direlakan pergi dan gak balik lagi ke dalam laci. tapi nyatanya gak semudah itu, bukan?
sebagai si paling kompleks, kemelekatan kita pada suatu benda mati kenyataannya bisa sama lekatnya dengan kemelekatan kita kepada makhluk hidup disebabkan adanya ingatan yang hidup dan panjang umur dalam benda mati tersebut. ingatan yang dianggap berharga, bisa memutar waktu, ibarat sebuah nama. padahal, kemelekatan itulah yang tidak jarang justru menghentikan langkah kaki dan menghalangi diri kita menerima hal-hal baru di luar sana. hati-hati, jebakan.
p.s. untuk semua yang laci hidupnya sedang kelebihan muatan dan berantakan, semoga segala yang berantakan berangsur rapi, yang berlebihan satu persatu berkurang pergi. dan, seiring waktu ia kembali penuh, diganti, terisi.
2024.5.1
18 notes · View notes
ayuerahmi · 11 months
Text
Seorang introvert seperti aku, rumah selalu jadi tempat terbaik untuk rehat. Mengatur ulang nafas, merapikan lagi agenda, menyusun kembali prioritas tahunan. Semoga bernilai ibadah dan ringanlah setiap langkah.
39 notes · View notes
fluffskizeu · 9 months
Text
Warm Christmas ( Part of Secretary’s )
!!! Christmas themed only, nothing about religion intended in the story.
Nampaknya wanita itu mulai terbiasa dengan ketidakhadiran Chris di sekitarnya untuk jangka waktu beberapa lama.
Perusahaan yang semakin besar membuat keduanya harus membagi pekerjaan, sering kali harus terpisah untuk mengerjakan urusan yang berbeda.
Tapi di hari natal..
Sebetulnya, perasaan perempuan itu berkecamuk tidak bisa berkumpul dengan Chris, yang notabene sudah menjadi suaminya, untuk menghabiskan hari natal pertama mereka bersama.
Tapi apa boleh buat, pria itu harus kembali ke Australia karena urusan mendadak. Tapi untungnya, laki-laki itu bisa singgah di rumah kedua orang tuanya yang lama tak dikunjunginya.
He deserved that, honestly.
Sementara dirinya sendiri juga harus mengerjakan pekerjaan yang belum beres, walau hari natal adalah tanggal merah di kalender. Bukan hal besar yang membuat jadwalnya sibuk dan padat seperti di kantor.
Chris akan menegurnya kalau bekerja tak ingat waktu, yang sangat mencerminkan laki-laki itu sendiri.
Di sela waktunya, perempuan itu juga mengunjungi kerabat dekat dan rumah orang tuanya sendiri, lumayan menghabiskan waktu di sana dari pada suntuk di rumah sendirian.
Tak disadarinya hari sudah semakin gelap, sehingga ia memutuskan untuk kembali pulang ke rumahnya setelah berpamitan.
Suaminya sempat mengirimkan pesan-pesan singkat yang membuatnya terkikik geli. Hatinya juga terasa hangat ketika pagi tadi membaca pesannya.
Ditambah lagi dengan telepon singkat dari keluarga Chris di Australia yang ikut mengucapkan selamat hari natal dari sana.
Tapi mengingat suaminya yang baru akan pulang tiga hari lagi, cepat membuatnya menghembuskan nafas panjang.
Lampu-lampu yang semula mati saat di tinggalnya, kembali dihidupkan. Bergegas untuk sedikit merapikan ruang tamu dan kamar tidurnya.
Lumayan menyita waktunya untuk lupa sesaat dengan jam yang terus berjalan. Apalagi dengan memutar musik menggunakan headphone hadiah dari pria itu tahun lalu.
Setelahnya ia bergegas membersihkan diri setelah melewati hari yang panjang, perjalanan yang panjang pula ia tempuh untuk bertemu kerabat-kerabat dekatnya.
Cukup melelahkan untuk kembali berinteraksi dengan banyak orang, setidaknya ia tidak sedang membahas urusan kantor yang membuatnya semakin penat.
Selagi berendam di air hangat, wanita itu kembali mengecek ponselnya. Rasanya seperti ada yang janggal, Chris tak lagi membalas pesan terakhirnya yang dikirimkan sejak pagi tadi.
Obrolannya berhenti begitu saja.
Ia menekan kembali tanda panah untuk mengirimkannya pesan, tapi kali ini pesannya hanya menunjukan centang satu.
Entahlah, padahal laki-laki itu belum mengabari kesibukannya. Apakah ponselnya mati karena kehabisan baterai? Ia pikir Chris tidak akan mungkin membiarkan ponselnya mati kehabisan baterai.
Perasaan itu terus mengganjal hatinya sampai ia menyelesaikan mandinya, dan bersiap-siap untuk tidur.
Beberapa kali ia masih mengecek kembali aplikasi pesannya, dan entah sudah ke berapa kalinya akhirnya pesannya menunjukan tanda dua centang yang berarti berhasil terkirim.
Melihat jam, sudah menunjukan pukul sepuluh malam, kemungkinan juga Chris sudah tertidur karena perbedaan waktu di tempatnya.
Matanya juga semakin lelah, badannya terasa letih, perlahan terpejam. Lega rasanya melihat pesannya terkirim karena ia yakin Chris akan cepat membalas pesannya.
Yang ia tidak tahu adalah, rencana laki-laki itu sendiri untuk membohonginya, atau lebih tepatnya untuk memberinya kejutan.
Tak lama setelah pesannya terkirim, karena Chris baru saja mendarat dari Australia setelah perjalanan yang memakan waktu belasan jam.
Dan akhirnya tiba kembali di tempat tinggalnya satu jam kemudian, sekitar jam setengah dua belas malam. Mencoba mengurangi suara-suara yang ia buat di sekitar apartemen agar tidak membangunkannya.
Tahu betul istrinya sudah terlelap karena tak ada lagi suara dari dalam kamar dan tv ruang tamu yang sudah gelap dimatikan.
Pria itu membuka gagang pintu kamarnya dengan hati-hati, disambut dengan pemandangan gundukan berlapis selimut di atas kasur.
She’s in a deep sleep.
Masih sempat untuk mengganti bajunya, setelah seharian menghabiskan waktu di pesawat dan bandara. Bahkan koper yang dibawanya juga ditinggal di depan pintu masuk agar tidak terlalu berisik kalau ia menggeretnya ke dalam.
Perlahan beranjak merangkak ke atas kasur dengan hati-hati.
He could peek a little, to see her pretty sleeping face. She’s indeed in a deep slumber, otherwise she would have already woken up by his moves.
He giggled a little. Slowly laying himself beside her, behind her body and let his hand slip wrapped on her waist.
But suddenly she jolted awake.
Perempuan itu tiba-tiba terbangun dengan detak jantung tak beraturan setelah merasakan tubuhnya disentuh.
Otaknya memberikan alaram panik, masih merasakan tangan yang rekat dipinggangnya dan merasakan ada kehadiran seseorang di belakangnya.
Kamarnya yang gelap karena lampunya dimatikan juga sama sekali tak membantunya.
Bibirnya kering, tenggorokannya terasa pedas.
“Hhh-h- who”
Ia mencoba memberontak dari pelukan itu, suaranya serak dan linglung karena terbangun tiba-tiba.
Begitu pun Chris yang terkejut dengan reaksinya, yang malah kembali menarik tubuh istrinya, membuat perempuan itu reflek mencubit punggung tangannya.
“Babe—it’s me- what happened-hey”
Menahan rasa perih di tangannya, Chris mencoba menenangkannya, tapi nampaknya belum cukup membuat wanita itu sadar.
“Hey-hey-babe-it’s your husband- Chris- it’s me Chris”
Chris kembali menangkap kedua tangannya untuk menghindari cubitannya, Pengakuannya tadi membuat istrinya berhenti bereaksi.
“Huhh..Chris?”
Tangan laki-laki itu meraba meja nakas di sampingnya, menekan tombol lampu tidur untuk menyalakannya, cukup membuat perempuan itu reflek menyipitkan mata karena terang yang tiba-tiba menyinari matanya.
Perlahan terbuka, dan betul saja, Chris suaminya sudah ada di depannya perlahan tersenyum dengan lesung pipi yang menghiasi ujung bibirnya, dan matanya yang mengecil geli terkekeh.
“Chris?”
Namanya yang dipanggil karena gadis itu sudah lebih sadar membuatnya semakin tertawa puas, sampai-sampai menahan perutnya sendiri karena mulai sakit.
“W-what.. w-when”
Laki-laki itu menarik kembali istrinya ke dalam pelukannya, kali ini tanpa pemberontakan. Ia hanya menggeleng dan menolak untuk menjelaskannya sekarang, mengecup ujung hidung perempuan itu dan mengarahkannya untuk kembali berbaring.
“Let’s just go back to sleep yea? I’ll tell you everything tomorrow”
Perempuan itu mengangguk walau harus menahan rasa penasarannya. Tapi hatinya lega dengan keberadaan suaminya yang sekarang betul-betul menyentuhnya. Dekat.
Saat ia kembali memejamkan matanya, bibirnya dikecup oleh pria yang kemudian merekatkan jaraknya dengan memeluk tubuhnya.
“It’s still christmas is it? Merry Christmas baby”
He whispered infront of her lips. She nodded while closing her eyes. Snuggling on to his chest further more, feeling warm and cozy.
“Mhmm.. Merry Christmas Chris “
He giggled as he ran through his fingers on to her hair. Slowly both of them drifting to sleep peacefully.
Send QnA & Reaction
19 notes · View notes
skyrettes · 7 months
Text
Dive Into You
Tumblr media
Genre: Fluff & smut
Words: 2.5K
Warnings: Pool sex, unprotected sex, teasing, fingering, nipple play, semi-public sex, talking about pregnancy.
Playlist: It's you by Zayn Malik
Alessia
Kesibukan pekerjaan agaknya menjadi momok yang nggak bisa gue ataupun Damian hindari hingga detik ini. Momen kita bersama hampir bisa dikatakan cukup singkat sebab kegiatan masing-masing yang amat padat. Gue bisa menghabiskan lebih dari dua puluh empat jam di rumah sakit lalu pulang hanya untuk singgah tidur, sedangkan Damian sibuk menjajahi berbagai sirkuit selama berbulan-bulan dan menetap selama beberapa hari lalu menghilang bak seperti rutinitas.
Hubungan ini tetap berjalan baik, bahkan jauh dari kata baik sebab gue sendiri merasa semua hal berjalan dengan semestinya. Awalnya gue khawatir hubungan ini nggak akan berjalan mulus seperti kebanyakan orang karena kita terlalu fokus dengan diri sendiri, tapi ternyata dugaan itu malah terjadi sebaliknya. Gue menemukan keseruan disana, kita menemukan keasikan menjalin hubungan ditengah kesibukan ini. Akan ada banyak stock cerita yang kita simpan untuk diceritakan pada masing-masing saat waktunya tiba, dan menurut gue itu adalah hal yang seru.
Hari ini Damian pulang. Seperti halnya seorang istri yang baik, gue akan membuatkan masakan kesukaannya, merapikan seisi rumah, lalu menyambutnya dengan hangat. Kalau boleh jujur, perasaan kangen yang menghantui gue selama dua minggu terakhir ini cukuplah menyiksa. Bahkan mendengarkan suaranya melalui telepon pun nggak mampu menghilangkan rasa kangen itu.
Senyum gue merekah ketika mendengar suara pintu yang terbuka. Kaki gue berjalan dengan penuh excited beserta senyum lebar saat sosoknya menatap gue bingung.
“Hai!” sapa gue dengan perasaan bersemangat disertai dada gue yang terasa begitu penuh saat wajah lelah dan seringai khasnya itu merontokkan rasa kangen ini.
Gue masih diam beberapa langkah di depannya sambil merentangkan kedua tangan dengan percaya diri. Dia terkekeh kecil sembari mengerutkan alisnya, mungkin merasa bingung sebab istrinya ini terlihat jauh lebih bersemangat daripada sebelum-sebelumnya.
“Are you okay?” tanyanya lalu mendekat untuk kemudian menarik tubuh ini masuk kedalam pelukan hangatnya.
Lega. Rasanya benar-benar lega seolah semua masalah gue bisa terselesaikan hanya dengan masuk ke dalam dekapannya. Jantung gue masih berdetak begitu cepat, sensasi excited yang timbul ketika melihatnya seperti tidak pernah hilang hingga detik ini. Bahkan pipi gue sering kali memerah tanpa sebab yang jelas ketika berada didekatnya. Gila, gue benar-benar udah gila karena cowok satu ini.
“Ini mah bukan kangen lagi namanya.” cibirnya kembali mengolok-olok gue karena masih terlalu gengsi untuk bilang kangen secara langsung.
Gue nggak tahu bagaimana mendeskripsikannya, tapi pelukan Damian adalah pelukan paling nyaman yang pernah gue rasakan. Lebaynya gue nggak akan bisa hidup tanpa pelukan ini untuk waktu yang lama. He's so comfortable, He has a warm chest, broad shoulders, soft touch and he smells good.
“Mau berdiri aja atau gimana?” tanyanya dengan nada lembut yang membuat gue semakin nggak ingin lepas dari pelukannya.
“Diam dulu, ini aku masih sharing energy sama badan kamu.” jawab gue asal yang kemudian mengundang gelak tawanya.
“Bisa gitu, ya?” Gue hanya mampu memberikan cengiran kecil lalu kemudian melepaskan tautan diantara kita.
Gue kembali mengikuti langkah kaki Damian menuju kamar untuk meletakkan beberapa barang-barangnya. Saat dia mulai sibuk mengeluarkan beberapa baju dari dalam kopernya, gue hanya berdiri tegap seperti anak kecil sambil menunggu sosoknya kembali mengalihkan atensinya pada gue.
Hari ini gue kenapa, ya? Iya, gue juga cukup bingung dengan sikap gue hari ini yang menjadi sangat manja dari sebelumnya. Gue cukup sadar akan rasa kangen ini, tapi gue nggak menyangka akanmenjadi bersikap clingy seperti ini.
“How's your day, sayang?” Pertanyaan sederhana itu hampir nggak pernah terlewat dia lontarkan setiap harinya. Hal simple yang menurut gue punya impact yang besar tanpa gue sadari.
“Aku hari ini cuma rapi-rapiin rumah, terus baca buku sebentar sama tadi tidur siang dua jam an. It was good, jarang-jarang juga aku bisa tidur siang.” jawab gue dengan mata yang masih sibuk menatap punggung lebarnya itu.
“Terus tadi sempat telepon sama Mama juga sebentar.”
“Oh, ya? How is she?” Damian kembali menutup kopernya lalu menyisihkannya ke sisi lain begitu barang-barangnya sudah kembali ke tempatnya masing-masing.
“Sehat kok, dua hari lalu udah aku cek gula darah, tensinya dan lain-lain, semuanya normal. Orangnya telepon nanyain mantunya udah pulang apa belum.” ujar gue yang membuat Damian langsung tertawa.
Damian berjalan untuk kemudian membuka pintu samping kamar yang membuat angin malam itu sukses menyapu kulit gue. Gue mengikuti langkah kakinya munuju luar kamar, lalu terdiam saat dia menepuk-nepuk pahanya, meminta gue untuk duduk diatas pangkuannya.
Damian
“Kamu mau berenang?”
Gue hampir terkekeh kecil begitu melihatnya mengalihkan pandangan ke arah kolam renang untuk mengabaikan instruksi gue. Gue nggak langsung menjawab pertanyaannya untuk mengamati gerak-gerik salah tingkahnya yang begitu lucu itu.
Masih sama. Ales nggak pernah benar-benar berubah sejak dulu, tingkahnya masih seperti anak kecil yang ajaib. Kadang membuat gue hilang kata-kata, atau sakit perut karena terlalu lama tertawa.
“Iya, habis ini sekalian mandi.” jawab gue lalu kemudian beranjak untuk duduk bergabung bersamanya di pinggiran kolam.
Ales adalah tipe orang yang cukup gengsi untuk mengungkapkan perasaannya, tapi dia selalu punya cara tersendiri supaya perasaannya itu bisa tersampaikan meskipun nggak melalui kata-kata secara langsung. Seperti hari ini contohnya, melihat dia excited ketika menyambut gue lalu memeluk gue dengan manja sudah cukup menggambarkan bagaimana perasaannya.
“Tapi airnya dingin, nanti kamu—” Tawa gue nggak tertahan begitu dia dengan reflek mengalihkan pandangan saat gue dengan jahil langsung membuka baju.
“Ihhhh, kan aku belum selesai ngomong!” serunya dengan wajah cemberut sambil sesekali melirik gue.
“Kenapa lihat ke arah lain? Masih malu lihat suami sendiri nggak pakai baju?” goda gue sambil mencolek dagunya.
“Nggak! Siapa juga yang malu?!” jawabnya sambil pura-pura berani menatap kearah gue. Pipinya tiba-tiba merona saat dengan iseng gue mengangkat alis kiri gue sembari tertawa.
“Apasih, nggak usah ketawa! Udah sana renang!”
“I'd love to.” jawab gue lalu dengan kecepatan kilat mencium bibirnya itu untuk kemudian masuk kedalam kolam.
***
Tentu saja Alessia tahu bahwa suaminya itu sangat-sangat jahil. Sifat yang dari dulu tidak pernah berubah dan sering kali membuatnya jengkel. Meskipun begitu, tak jarang sifat menyebalkan Damian yang satu itu sukses membuatnya tersipu malu, seperti saat ini contohnya.
Ia hanya mampu terdiam dengan tingkah laki-laki itu. Dalam hati ia ingin berteriak karena sudah dibuat salah tingkah seperti ini. Alessia berdehem singkat, kemudian memperhatikan Damian yang masih sibuk berenang kesana kemarin di kolam renang mereka. Ia sempat bergidik singkat karena air kolam yang terasa begitu dingin ini menyelimuti kakinya.
“Yan,” Alessia kembali bersuara saat laki-laki itu berenang menuju ketepian.
“Hmm?”
“Kayaknya aku telat datang bulan deh.” Gadis itu sempat ragu dengan asumsinya sendiri. Pasalnya memang benar jika sudah seminggu lebih tamunya itu belum datang. Awalnya ia berpikir jika semua itu disebabkan karena stress semata, tapi Alessia ingat jika kesibukannya akhir-akhir ini cukuplah normal.
“What does it mean?” tanya Damian dengan polos yang membuat Alessia pun tiba-tiba menjadi kikuk.
“Ya, telat. Biasanya kan siklus menstruasiku datangnya tepat waktu, tapi udah semingguan ini nggak dateng-dateng.” Damian berenang mendekat kearah Alessia dengan berbagai macam pertanyaan di kepalanya.
“Kamu hamil?” tanya laki-laki itu spontan yang membuat Alessia hampir tersedak air ludahnya sendiri.
“No! I mean, I don't know yet. But, what if I did?” ujarnya lemas yang membuat Damian malah tambah dibuat bingung.
“Come in.” ujar laki-laki itu yang langsung dibalas gelengan kuat oleh Alessia.
Mungkin Alessia pikir penolakannya barusan sudah cukup membuat Damian paham, tapi ia baru ingat jika Damian bukanlah Damian apabila keinginannya tidak terpenuhi.
Laki-laki itu menarik pinggang Alessia masuk kedalam kolam yang membuat istrinya itu memekik kaget.
“Yan!!”
“Kamu apaan sih! Dingin airnya!” seru Alessia dengan kedua tangan yang bertaut erat pada leher suaminya itu. Ia menatap Damian kesal lalu memukul dadanya yang malah mengundang senyum menyebalkan khas milik Damian.
Kini tubuh dan juga rambutnya basah kuyup, angin malam yang berhembus hari itu membuat air kolam yang sudah dingin bertambah dingin.
“Stay still.” ujar Damian sambil mengeratkan tautan tangannya pada pinggang istrinya itu.
"Nanti airnya nggak bakal dingin." ujar Damian yang membuat Alessia tidak bergerak. Tak lupa ia masih mengalungkan kedua tangannya pada leher Damian supaya dirinya tidak tenggelam karena tidak bisa berenang.
Alessia cukup dibuat kaget karena kata-kata Damian barusan benar adanya. Air yang membalut seluruh tubuhnya itu secara perlahan terasa lebih hangat menyesuaikan suhu tubuhnya.
“What if I'm pregnant?” tanya Alessia kembali.
Selama dua tahun menikah, obrolan tentang memiliki anak di antara mereka masih belum begitu sering. Bukan karena mereka tidak menginginkan hal itu, tapi dua tahun masih belum cukup bagi mereka untuk menghabiskan waktu hanya berdua. Damian dan Alessia masih ingin melanjutkan hubungan seperti halnya pacaran itu sedikit lebih lama.
“Then I'll be the luckiest husband in the world.” jawab Damian yang membuat Alessia pun langsung terdiam.
“Maaf ya?”
“Kenapa jadi minta maaf?” Damian mengusap pipi kanan istrinya itu saat tiba-tiba ekspresi murung menghiasi wajah cantik Alessia.
“Ya, aku nggak nyangka aja bakal secepat ini. Apalagi dari awal kita masih mau habisin waktu berdua dulu.”
Hati Damian pun sukses dibuat tersentuh. Laki-laki itu kembali tersenyum lalu memeluk Alessia kuat, mencium pipi dan juga bibirnya secara bergantian.
“But still, itu masih asumsiku aja. Aku nggak berani ngecek sendiri.” ujar Alessia.
“Nanti kita cek bareng-bareng.” tutur Damian yang dijawab berupa anggukan kecil oleh istrinya itu.
Untuk beberapa saat dua insan yang berpelukan erat itu hanya saling bertatapan. Berjalan perlahan menuju sisi lain kolam tanpa niat untuk melepaskan tautan di antara mereka.
"Aku nggak bohong soal I'm the luckiest husband in the world, because I am. Kalau kamu pikir aku nggak bahagia, kamu salah. I'm more than happy and grateful, Al. I swear to God." kata Damian yang entah mengapa membuat Alessia seperti ingin menangis.
"Me too, thank you, Yan." jawab Alessia dengan senyum lebarnya.
Tidak ada perasaan kecewa sedikitpun yang Damian rasakan. Mungkin berita yang disampaikan istrinya barusan masih belum tentu kebenarannya, tapi ia sangat bahagia. Dan mungkin ia akan menjadi orang paling bahagia di bumi ini jika istrinya itu benar-benar hamil.
“I think I wanna learn how to swim.” celetuk Alessia ketika tubuhnya jauh lebih relax setelah beberapa kali berjalan ke sisi-sisi kolam bersama Damian.
“I'll teach you.” jawab Damian sambil tersenyum tipis.
Damian brought the two of them closer to the edge, so she could hold onto the pool stairs. Alessia felt Damian's wet lips and tongue in her neck, causing her to moan his name.
“Wait—” Interupsi Alessia sambil menahan dada telanjang Damian supaya sedikit menjauh darinya.
“Yes?” Alessia menelan ludah susah payah saat tatapan Damian kembali menusuk ke arah matanya. Rasanya ia kini seperti seekor kelinci yang hendak diterkam singa yang lapar.
“Kalau misal ternyata aku nggak hamil gimana?” tanyanya kembali dengan khawatir.
Kemungkinan penyebab ia telat datang bulan tidak benar-benar condong pada satu hasil saja. Meskipun setengah bagian hatinya berharap ia hamil, tapi rasanya akan cukup sulit jika ia menerima hasil yang sebaliknya, apalagi pernikahan mereka sudah berjalan selama dua tahun dan mereka tidak benar-benar menggunakan pengaman saat berhubungan seks.
“I'll get you pregnant then.”
She whined softly, being sensitive to his touch. Alessia membekap mulutnya ketika suara tak senonoh itu lolos begitu saja dari bibirnya saat ciuman Damian di bagian lehernya menjadi brutal.
He's craving her all day long, and he deserves to get his meals. Damian mengarahkan tangan Alessia pada rambut laki-laki itu saat ia mulai bermain di sisi lain leher istrinya itu.
With the light of the moon, the stars and the burning torches it felt special. Alessia melingkarkan kakinya di pinggul Damian dengan erat ketika tangan laki-laki itu mulai menjarahi area lain tubuh Alessia.
He slipped his fingers between her legs, rubbing her clothed core, then slid her mini dress bottom to the side and slowly entered her pussy with his fingers.
“Ahhh…” Her fingers danced through his hair, drawing him in as a delicious wave of pleasure washed over her. Alessia found herself breathless, her body trembling with anticipation. Damian felt her growing intensity, his touch deepening as shivers ran down her spine.
Damian tersenyum menang saat melihat ekspresi wajah Alessia yang tidak karuan. Laki-laki itu menarik tengkuk istrinya untuk kemudian menyatukan bibir mereka. Damian mencium, menyesap bahkan menggigit bibir bawah Alessia tanpa ampun seolah tidak akan ada hari esok.
Alessia tried to stay quiet. Meskipun ia tahu tidak ada orang lain selain mereka berdua di rumah ini. Tapi tetap saja ia tidak ingin erangan menjijikkannya itu menggema di seluruh rumah mereka.
“Let me hear your voice, sayang.” His index finger trailing down in between her breasts, Alessia felt herself going insane. She couldn't help but let a moan slip from her lips.
“Damian…” Kepala Alessia terasa begitu penuh. She loves it, she loves every touch of Damian's hands all over her body. It's so overwhelmed that she couldn't think insanely.
“Nervous?”
She shook her head and met his eyes again, “No. Are we going to do this here?” tanya Alessia dengan nada polos yang membuat Damian tidak mampu menahan rasa gemasnya. Laki-laki itu mengangguk lalu kembali mencium bibir istrinya itu.
“Pool sex sounds so much interesting.” bisik Damian lalu menjilat telinga Alessia dengan sensual.
“Please…” ujar Alessia lirih yang membuat senyum miring Damian kembali terbit.
He was so goddamn cocky and she's begging did nothing to help that. Alessia couldn't help but think the smug look on his face would be there all night.
Damian pressed his wife firmly against the cool surface of the pool wall. A fleeting sensation brushed against her back, but lost in the intensity of the moment, it barely registered.
“Relax, sayang.” Damian kissed her cheek, her jawline, then stopped to nibble on the pulse point on her neck.
He undress himself and help her to unbutton her underwear. Tubuhnya yang setengah telanjang dan basah itu terlihat begitu sexy di mata Damian. His eyes went darker when Alessia grabbed his neck to kiss his lips.
She kissed him, then he kissed her back like he was about to eat her alive.
Alessia moaned as the both of you let out a guttural moan when he pushed himself deeper inside her hole. “Ahh, Damian…”
"Are you okay?" He rasped.
“I'm fine.”
She held onto Damian tightly, making him smile. He kept her close as they moved together. The water made things a little slow, but Damian enjoyed being close.
Alessia moans grew louder with every thrust, and she felt as if her bodies were colliding in the dance of pure desire under the moon's ethereal glow.
“Ahh, Damian I’m—”
Her big breasts bounced lightly, splashing the warm water on his chest. He took her right nipple in his mouth, giving it a harsh suck.
“Ahhh, no…”
Damian beralih pada sisi buah dada Alessia untuk dimainkan dengan lidahnya. He moved into her deep and hard, that makes her eyes rolling back out of pleasure.
“Dam— Ah…”
He nearly made Alessia scream with how hard he fucked her. The tears disguised by the pool water were enough to describe the pleasure that Alessia felt.
Damian looked down at her, his eyes filled with lust, watching her write underneath him. He shook his head, his pace increasing,
“Shit, I’m not gonna last much longer,” he grunted out another moan, cursing under his breath.
Damian kembali bergerak cepat mengikuti puncaknya yang hampir sampai. Gerakannya yang begitu lambat karena bertarung dengan air tak membuat laki-laki itu tertahan. He adjusted himself slightly, sending both of them over the edge as he buried himself deeper inside of her.
Only a minute later Alessia felt herself climax on his dick, sending herself into a heavenly headspace. Her body shook around him, her nails digging in his shoulders as she felt his cum over her womb.
Nafas mereka memburu, berebut untuk menyerap oksigen sebanyak-banyaknya setelah pertarungan penuh hasrat itu. Air kolam yang semula terasa dingin kini berganti menjadi panas sebab nafsu membara mereka.
Damian menggendong tubuh Alessia naik ke atas sebagai wujud usainya aktivitas panas mereka. Laki-laki itu menggendong sang istri ala bridal dengan kondisi tubuh mereka yang polos.
“Oh, God… What have we done…” ujar Alessia lirih sambil menyembunyikan wajahnya yang memerah di antara leher suaminya itu.
“Having the hottest intellectual conversation with the hottest wife on earth.”
“Oh, shut up…” jawab Alessia yang membuat tawa Damian pun seketika meledak memenuhi kamar mereka.
16 notes · View notes
zulfazzakiyah · 3 months
Text
Dua Mangkuk Mi Ayam
Akhir pekan yang kamu nantikan telah tiba. Tak ada mentari yang hangat menyapa. Hanya nampak awan kelabu menghiasi cakrawala. Mendung memulai akhir pekan yang menurutmu istimewa. Sebab kamu memiliki janji bertemu sang kekasih jiwa. Namun sepertinya segala rencana indah akan berakhir kubra. Lantaran sudah dua jam awan kelabu tak juga sirna.
"Kesal sekali!" teriakmu memulai hari.
Dua jam telah berlalu. Cakrawala kini tak lagi kelabu. Mentari mulai menampakan diri dengan malu-malu. Senyum pun mulai nampak pada paras ayumu. Lantaran tak jadi gagalnya sebuah temu. Bergegas kamu menata diri dengan memakai baju berwarna ungu. Tak lupa dengan sedikit polesan pada bibir mungilmu. Kini kamu pun telah siap menikmati hari bersama pujaan hatimu.
"Aku cantik sekali," ucapmu sembari merapikan kerudung dengan senyum berseri.
Jam di dinding menunjukkan pukul sepuluh, ketika pujaan hatimu tiba menjemputmu pada kediaman. Bergegas kamu menyapa dengan senyum yang masih menghias paras rupawan. Bersiap menuju tempat biasa kamu melepas segala kerinduan. Tak lupa untuk terlebih dahulu mengisi bahan pangan. Sebab pencernaanmu mulai berbunyi ringan.
"Aku mau mi ayam biasanya," rengekmu ketika baru menginjakkan kaki pada pintu rumah.
Tibalah kini pada warung mi pinggir jalan. Dengan segera dua mangkuk mi ayam beserta dua gelas es teh kamu pesan. Tak lupa kamu berbagi cerita dan harapan. Pada sang pujaan yang sedang duduk berhadapan. Sembari menanti tibanya pesanan.
"Akhirnya mi ayam sudah jadi," celotehmu dengan tawa riang.
Satu jam sudah kamu habiskan waktu bersama pada warung mi. Tibalah saat untuk berpindah destinasi. Menuju pusat kota mencipta kenangan tak terkaji. Hingga sampailah pada sebuah bangunan tua yang amat menarik hati. Kamu habiskan waktu bersama hingga rembulan tiba menggantikan mentari. Lantas diantarnya kamu pulang menuju rumah kembali.
"Terima kasih atas hari ini, Tuan," ucapmu malu-malu dengan rona merah menghias pipi. Tak lupa dengan lambaian tangan, pertanda perjumpaanmu hari ini telah usai.
Rona bahagia masih tergambar jelas pada parasmu di ujung malam. Hingga akhirnya kamu pun terlelap, berselimut suka cita dan penuh tenteram.
5 notes · View notes