Tumgik
#pujangga
sastrasa · 13 days
Text
Jangan membuat seniman jatuh cinta kalau enggak mau abadi dalam karyanya.
- Sastrasa
13 notes · View notes
nonaabuabu · 16 days
Text
Jika harus dengan orang baru lagi aku tak masalah, aku sudah lama berkutat dengan sesuatu yang harus dimulai dari awal. Antara kita juga tak akan sia-sia, mana mungkin aku katakan demikian jika kita hanya dua manusia yang berusaha.
Hanya saja aku tak terlalu memaksa kapan dan bagaimana. Jadi permohonanmu agar aku menemukan yang tepat pada diri seseorang, biarlah urusanku saja. Kau temukan yang baru tak selalu perihal apakah aku juga harus. Saling membelakangi artinya kembali berlari sendiri, dan aku tak ingin kau menganggap bahwa aku yang pernah merasa bahagia saat bersamamu juga hanya akan merasa hal sama saat bersama seseorang.
Energiku belum habis urusan asmara, aku masih ingin jatuh cinta tanpa jika. Tapi aku sungguh tahu aku bukan pujangga, yang ditakdirkan Tuhan untuk jatuh cinta dengan cara luar biasa. Maka aku biarkan saja kemana alir mengalir, sebab ke laut pun aku suka.
Hidupku yang biasa-biasa saja cukup untuk aku melangkah terus. Kau paling tahu bagaimana aku bersinar saat sendiri, itu kan yang kau sebut hal yang membuat kau jatuh hati? Ya meski pada akhirnya sinarku tak mampu membuat kau merasa cukup. Apa hendak harus aku kata, aku hanya manusia biasa yang terlahir dengan segala keinginan dikepalanya.
Barangkali pula, kita masih dua alfa yang egonya tak mau tumpah. Kau yang berkeyakinan cinta membuatku tunduk, harus mundur karena aku memiliki rasa percaya bahwa cinta membuat aku lebih merdeka. Sedang rasa merdeka dimiliki mereka yang dicap pembangkang, tak mau tunduk dan enggan didominasi.
Tenang saja, aku sudah menemukan banyak sepertimu. Jadi jangan bicarakan luka untuk sesuatu yang aku terbiasa. Aku juga tidak akan menyalahkan pola pikir kita yang akhirnya sampai di titik yang berlawanan arah. Kau punya hak atas pilihanmu pada hidup, juga aku. Termasuk memilih caramu untuk pergi, dan aku menyukai caramu, jujur dan berani.
Hanya saja untuk satu egomu yang barangkali dimiliki kaum adam, jangan merasa terluka karena aku tak terluka. Untuk dua orang dewasa saling meninggalkan tanpa banyak perdebatan adalah cara membunuh banyak sesal. Kita sudah tidak tepat, itu saja.
97 notes · View notes
absurdismee · 2 months
Text
Puan..
Kau lestari dalam anganku, terpatri dalam seluk beluk urat nadiku, menggerutu merdu dalam pusara logikaku, menyeruak indah pada titian frasa intuisiku, tertawa syahdu diambang batas niscayaku. Kubiarkan kau berbaring tenang disana, kuabadikan tentangmu sebagai pijar bintang berpangku sukma.
Puan..
Jika cinta ini lautan hina, akankah kau bumi dengan samuderanya?. Jika kau biru segara, apakah bagimu cintaku ini merupa bencana?. Sejauh gurat yang kubaca, tintamu tetaplah gemercak rancu yang menghujamiku dengan rangkaian tanya tanpa susunan aksara. Sejauh hati ini merasa, megamu merundung angkasa bercampur mendung dan badai. Sedang aku langit dengan pasak rapuh yang dengan lancangnya mencoba mendekapmu penuh.
Kau terluka, dan aku lumpuh..
Sebab itulah aku pergi, tapi lubuk hati terdalamku tak pernah sedikitpun membencimu. Kau tetaplah rangkaian bunga yang melingkari pergelangan lenganku. Namun kini ia merupa ungkapan kasih yang sudah tak mampu kuemban lagi hanya dengan sebatas sabar. Ia merupa sajak-sajak kecemburuan, senandung bait-bait keikhlasan, deburan ombak tanpa teguran yang kelak kan menghantam. Ia bara api yang takut kedinginan tuk membakar, dan larik puisi yang dengan pengilhaman tidak untuk diprosakan.
Puan..
Aku mencintaimu dengan penuh ketakutan dan sadar. Namun jika mencintaimu dalam kediamanku membuatmu merasakan arti kedamaian, maka biarkan aku mewakilkan angin untuk membelai wajahmu dari kejauhan. Jika setulus juangku kau anggap tak lebih dari debu jalanan, biarkan aku menjadi hamparan angan yang bahkan tak tampak dalam harapan, hingga kemudian hilang.
Orang-orang kan berlalu lalang, tapi kau akan tetap terpatri dalam ingatan, mengalun indah pada tiap melodi memori yang terlinimasakan. Sebab cinta itu rumit, karenanya kepala ini merunduk kikuk. Maka puan, jika kepergianku ialah senja yang mampu untuk kau nikmati jingganya, biarkan aku terbenam dalam sore yang menunggu malam memadam. Bahkan bila mencintaimu bermaknakan untuk mengajariku penyesalan, maka biarkan aku menyesal dalam keabadian.
Puan...
Sebab aku merasa, menjadi mentarimu terlalu lancang bagiku. Siapalah aku ini. Sungguh tak layak bagiku menggerutu, memintamu mengorbit bintang katai merah tua renta yang tak tahu malu. Cahayaku terlalu redup untuk sekedar menghangatkan dinginmu. Gemerlap keberanianku telah terhisap kegelapan lubang hitam yang kau ramu.
Sejauh kata terucap, nafasmu pun masihlah hembusan keyakinan yang kuanggap tabu. Sepelik inikah berdamai dengan masa lalu?. Rasanya ingin kuingkari saja kenyataan bahwa kau disana, terbakar lalu lebur mengabu. Sesulit inikah mengubur sajak-sajak cinta yang pernah tumbuh sepenuh untukmu?. Rasanya ingin kubungkam saja seluruh pujangga dengan segala omong kosongnya perihal cinta dan rindu.
Puan...
Kini larik puisi kehidupanku telah runtuh. Bagai reremahan pecahan kaca yang basah menggunung, sedang kau di dalamnya, diam termangu tanpa ada sedikitpun keinginan mencipta lagi percikan getaran hati yang telah terbunuh.
Larik itu sudah tak indah lagi, bahkan sejak dari dulu kau tahu itu kan?. Ia telah gugur, bak dedaunan yang kalah dengan musim, kesusahan mempertahankan asupan klorofil yang tersalur. Selepas pergimu, kini ia mulai menguning, dan waktu kan menghukumnya hingga kering.
Meski aku kembali, binar matamu pun telah berbeda, sebab kini bagimu ada-ku hanyalah pupuk kompos yang menyuburkan kelopak bunga egomu. Namun bagaimanapun juga aku telah puas, sebab telah mengerti bahwa aku bukanlah lebah yang kau mau.
Untukmu yang takkan kembali,
kututup kisah ini dengan bab keikhlasan
dengan berat hati kuucapkan; Selamat jalan...
Kudoakan segala tentangmu selalu berpayungkan kebahagiaan.
V N B
24 notes · View notes
calonmanusia · 3 months
Text
Bab I
Ini adalah lembar tulisan pertamaku di 2024, udah telat banget gasi, di kalender udah mau habis aja nih januari, sisa beberapa bilangan jam lagi.
Cuma pen nulis about my self aja ga muluk-muluk, karena aku bukan pujangga dan yah, pengetahuanku cuma sebatas itu. Ini semua yang aku alami, temui, hadapi, yang aku rasa, dan dari perspektifku.
Sekian prolognya wkwkwk.
Kau tau, yang ada didalam kepalaku saat ini?
Gmna caranya ngurangin beban orang tua.
Mungkin itu adalah impian sekian banyak dari anak pertama, membahagiakan orang tua bukan dari segi prestasi dan pencapaian, karena biasanya prestasi dan pencapaian itu tugas dari adeknya.
Adekku membuktikan itu, gmna prestasi dan pencapaian yang telah ia capai dapat membuat senang hati orang tua, mungkin prestasi dan pencapaian tidak berlaku di anak pertama, orang tua lebih berharap, anak pertamanya mampu hidup dengan mandiri, tidak lagi banyak permintaan dan merepotkan orang tua.
Ya benar aku kalah dalam segi prestasi dan pencapaian, tapi bukan, gmana yah caraku bisa lebih baik/hebat dari adekku, nggakk!!!. Ga bakal bisa aku menyainginya, tapi gmna yah caranya biar aku bisa meringankan orang tua dalam membiayai dan mendukung anak ke-2 nya, pengen rasanya bilang ke adek,
"dek, kamu sekolah dan capai prestasi setinggi-tingginya yah, senangkan hati bapak dan ibu, kakak akan menanggung biayanya"
Nyatanya, betapa aku masih menjadi beban untuk orang tuaku. Boro-boro ikut membiayai adek-adekku.
•30 01 2024•
22 notes · View notes
ruang-bising · 10 months
Text
Tumblr media Tumblr media
"Seutuhnya, Seluruhnya."
Aku adalah orang asing yang tidak sengaja datang ke ceritamu, dalam sub-bab datang dan pergi mungkin.
Oleh karena itu, dengan peranku yang cukup singkat ini, aku ingin melakukan hal-hal sederhana yang dapat mendatangkan kebaikan untukmu.
Aku adalah orang asing, sebutlah aku pujangga bising. Berkelana kesana-kemari, demi mendapat validasi dari kepala sendiri. beruntungnya kamu dicintai seorang pujangga, kata mereka. "Sebab bersama atau tidak nantinya kedepan, kau akan terus hidup di dalam aksaranya."
tadinya, kupikir, berteman dengan kesendirian adalah hal yang menyenangkan. Aku takut ketika sosok itu datang. lebih tepatnya aku terlalu fokus mencari yang tepat. Padahal, mungkin, bisa saja yang tepat hanyalah tokoh fiksi di novel maupun film.
Diantara pengelanaan yang melelahkan, kutemukan keberanian diriku yang dulu, aku mengakuinya lagi. Setelah takdir memainkan peran antagonisnya, merenggut semua hal tentangmu. Belakangan, baru kusadari, ternyata semua kembali di waktu yang tepat. Dan waktu yang tepat adalah kumpulan dari pilihan dan takdir yang bersamaan. Tidak seratus persen kerja alam. Dan aku merasa kalau aku mencintai orang baik sepertimu.
Kamu adalah sosok yang mengantarkanku kepada banyak kebaikan. Mungkin itulah alasanku tetap mencintaimu. aku dibuat sadar olehmu kalau mencintai adalah proses yang amat panjang dan melelahkan, tapi ketika kita mencintai dengan benar, kita bisa menemukan diri kita sendiri, sebab itulah aku menjadi lebih mencintai diri sendiri.
Kamu juga sosok yang membuatku bangga sekaligus insecure dengan diri sendiri. Apa aku cukup baik? Apa aku pantas? Apakah Aku tidak membebanimu? Apa aku sosok yang mudah dicintai olehmu? Apa fungsiku di hidupmu? Dan banyak pertanyaan lain yang justru pada ujungnya adalah usahaku menjadi sosok yang lebih baik. Terlalu banyak hal yang membuatmu spesial, dan pantas untuk aku cintai.
jika kamu bertanya "lebih memilih dicintai atau mencintai?" Jelas aku akan memilih 'mencintai', mencintai segala hal tentangmu, mencintai tingkah lucumu. mencintai caramu hidup. mencintai selera makanmu yang aneh. mencintai caramu menggunakan tissue. mencintai caramu berpikir kritis. mencintai hidung mancungmu. dan mencintai semua hal yang takkan habis jika kutuliskan. Meskipun aku bisa saja memaksa diriku menulis tentangmu, sampai kelak salah satu patah antara hati dan jari.
Kelak, jika nanti ada waktu, marilah kita duduk di selasar panjang toko buku terbesar di kota kita. Akan kugunakan waktuku yang sedikit ini untuk mencintaimu satu-satunya, kucintai kamu dengan segala dan segilanya. Aku ingin melihatmu sehat dan baik-baik saja sembari memanggil namamu yang indah itu.
Kelak, jika nanti ada waktu, akan kugunakan peranku yang sebentar ini untuk menyayangimu satu-satunya. Aku akan membawamu ke tempat-tempat indah yang kuketahui, aku akan bercerita untukmu; tentang mengapa senja hanya sebentar, tentang mengapa hujan tidak merata di kota kita, tentang janji-janji politikus negeri para bedebah, atau tentang rahasia Tuhan yang kupelajari.
Kelak, jikapun pada akhirnya ternyata waktuku sedikit saja, izinkan aku melihatmu sekali lagi. Memeluk dan menatap matamu sepanjang hari. izinkan aku mengambil lebih banyak gambarmu. izinkan aku melihatmu dengan rasa yang sama utuhnya sesaat setelah kuputuskan akan mencintaimu pertama kali, saat aku menyadari dan mensyukuri keberadaanmu di bumi ini. Sebab karena itulah kau akan hidup lebih lama dalam ingatanku di waktuku yang sebentar ini.
Izinkan aku mencintaimu,
sebentar,
sedikit,
seremeh, dunia.
Seutuh-utuhnya.
61 notes · View notes
adilemadil · 7 months
Text
Refleksi Asal-asalan Soal Cinta
Sedikit berkaca di masa awal remaja hingga sekarang, mungkin saja aku bisa menyebut diriku pujangga amatiran; yang sesekali saja membaca karya sastra para pujangga senior Indonesia sekaliber Sapardi, WS Rendra, Chairil Anwar, hingga sesepuh para pujangga dunia seperti Nizami Ganjavi, atau novel-novel romansa ringan punya Tere Liye.
Sesekali timbul pertanyaan nyeleneh, yang tak jarang akhirnya ‘menemukan jawabannya sendiri’. Ya, diri bertanya dan menjawab sesukanya, pikiran berkecamuk — pikiran sendiri yang menenangkannya. Sekilas tampak seperti orang gila(?). Namun bukan pujangga namanya jika cinta tak pernah mampir dalam banyolan-banyolan gilanya😅😂. Tapi tak perlu-lah se-merana Majnun untuk mendefinisikan cintanya kepada Layla. Cukup sedikit meramu kecamuk pikiran, bisa-lah kita sebut tadabbur cinta, haha.
Salah satu pertanyaan yang pernah mampir dan ‘terjawab sendiri’ adalah:
“Mengapa tercipta diksi ‘belahan jiwa’?”
Jawabannya:
“Mungkin saja karena jiwa selalu mencari ‘potongan dirinya yang lain’. Maka jika memang tak sejiwa, tak akan pernah bersatu pada akhirnya, karena sejatinya dia bukan-lah ‘potongan jiwa’ nya”.
Seperti dosis obat yang tak sesuai malah justru akan menambah sakit penderitanya. Seumpama donor darah; antara pendonor-penerima harus-lah ada kecocokan, jika tidak maka akan terjadi masalah–komplikasi yang lebih berat jika akhirnya dipaksakan. Maka ke-sejiwa-an itu memang ibarat puzzle, ia harus serasi, mesti-lah cocok, agar terbentuk pola yang sempurna (atau biasa kita sebut saling menyempurnakan).
Maka cobalah untuk tak berhenti mencari potongan jiwa kita, jika memang belum kita temukan. Dan jangan patah, jika akhirnya memang tak searah. Karena jiwa, akan selalu mencari–dicari ‘potongannya’ di bagian bumi manapun ia berada. Pun, pasrahkan pencarian kita pada pemilik jiwa itu sendiri, karena Dia yang akan dengan mudah mempertemukannya. Dengan namaNya, dengan keagungan rahasiaNya, dengan sifat-sifatNya yang Maha Cinta.
Selamat dan semoga selalu berbahagia, para pecinta!
47 notes · View notes
herricahyadi · 7 months
Note
Bagaimana tanggapan kang Heri tentang jatuh cinta dengan sahabat sendiri yang berbeda keyakinan, tapi dia ga cinta.
Di sini, variabel “berbeda keyakinan” bisa kita keluarkan dahulu karena tanpa itupun jawabannya sudah bisa dijabarkan.
Begini, saya selalu mendorong upaya yang egaliter. Apa itu? Yaitu upaya yang berkemajuan dan berkedudukan sama: sama besarnya, sama bebannya, sama jaraknya. Berkemajuan fokus pada masa depan yang sama-sama. Mengapa demikian? Karena kita bukan pujangga yang lincah merangkai kata. Kita manusia biasa yang juga butuh cinta. Cinta yang biasa saja sudah cukup. Bukan pahlawan super, apalagi kisah-kisah romansa gila. Kita hanyalah kumpulan manusia yang butuh pelukan dan perhatian sederhana. Bagaimana itu semua bisa terwujud? Dari kesamaan visi, tujuan, dan proses yang mau dijalani. Dari ketertarikan yang sama. Dari niat-niat yang dipertemukan melalui banyak jalan.
Jika dia tidak cinta, lalu untuk apa kamu jatuh cinta? Mau fafifu mencintai dalam diam? Kamu mau berpuitis ria dengan perasaan yang diglorifikasi? Merasa cintamu sepenting itu hingga dunia peduli padamu? Tidak. Tidak ada yang peduli dengan kita dan rasa-rasa yang kita khayalkan itu, selain diri kita sendiri. Jika hanya kita yang peduli, apakah layak menyia-nyiakannya? Jangan.
Maksud saya, mengapa kita harus mencintai orang yang tidak mencintai kita? Kita dapat apa? Piala rasa? Ya cari orang yang punya ketertarikan yang sama; punya niat untuk sama-sama membangun “upaya yang egaliter” denganmu. Di sini kamu akan dapat dua piala sekaligus: orang yang mencintaimu sebagaimana kamu mencintainya dan diri sendiri yang menjagamu dengan baik. Rayakan dengan menemukan dia yang juga pegang cermin intensi yang sama. Temukan! Bukan “Tunggu saja, nanti juga datang sendiri”. Engga, dia harus kamu temukan.
34 notes · View notes
fransdeta · 7 months
Text
Kepada sang pujangga hati, ingatkah kau perihal duka yang membuatmu lara?
Kau yang pernah singgah dengan duka yang begitu dalam dan bercerita bahwa tengah menjadi manusia yang sedang ditinggalkan.
Kepada sang pujangga hati, ingatkah kau perihal kenyataan yang pernah membuatmu babak belur?
Kau yang pernah berbahagia karena kehadirannya namun pada akhirnya kau dibuat menangis sesegukan olehnya.
Dan kepada sang pujangga hati, ingatkah kau perihal kecewa yang dikemas rapi oleh gelora tawa yang begitu renyah?
Kau yang pernah begitu yakin jika dia perhentian terakhirmu, namun semua sirna ketika dia hanya menjadikan dermaga untuk tempatnya istirahat.
Namun kini, kau tengah membersamaiku dengan segala keajaiban yang kau miliki dan dengan segala semua rahasia yang tertutup rapat hingga tidak satu orang pun mengetahuinya.
Kepada sang pujangga hati, pada paragraf terakhir yang aku tulis ini, aku berjanji bahwa perihal meninggalkan dan ditinggalkan tidak akan pernah ada. Kau akan menjadi manusia yang paling beruntung dan berbahagia. Fransdeta
Yogyakarta, 20 Oktober 2023
29 notes · View notes
Text
Dan Pujangga Terbaik Jatuh Kepada :
Hiiii penghuni laman biru, alhamdulillah februari ini akhirnya event 28 hari bersajak terlaksana dengan aroma dan bumbunya. Sebagai apresiasi dari kami pihak panitia, berikut kategori sajak dan pujangga kita.
---
Kategori Sajak Terpopuler
Usai, @kanal-imaji
---
Kategori Pujangga Konsisten :
1. @saarahsatujuan
2. @edwardivanfadli
3. @by-u
4. @kevinsetyawan
5. @lucifermorningstark
6. @hardkryptoniteheart
7. @escocopresso
8. @kanal-imaji
9. @coklatjingga
10. @viviaramie
11. @helloostranger
---
Kategori Sajak Terkece :
1. Dermaga; @batara-arah
2. Pulang Pergi; @gndrg
3. Tuhan; @yustrialubna
---
Kategori Pujangga Favorit
Semua partisipan.
---
Terimakasih untuk semua partisipan juga segenap panitia, komunitas @tadikamesra dan @jejaringbiru serta segenap penghuni laman biru yang seringnya galau, sampai ketemu lagi di event bersajak berikutnya, bye, muach.
147 notes · View notes
sastrasa · 11 days
Text
Lebih baik aku gagal; belum memahamimu, daripada harus tersesat dalam kesalahpahaman.
- Sastrasa
17 notes · View notes
yukiyaaihara · 3 months
Text
Anomali
Diantara berjuta cerita yg pernah kudengar, atau bermacam perumpamaan yg dituliskan pujangga dalam syairnya; kisah negeri dongeng ataupun risalah seribu satu malam. Pun telah kudengar tutur dari mereka yg berkisah. Namun tak kutemukan keanehan seperti yg kurasakan dalam kisah kita, Puan.
Dulu kukira semuanya biasa, bahwa hanya aku yg terlalu terlena memaknai legenda. Atau kau yg malu-malu mengakui segala rasa. Meski membingungkan dan cacat logika, setidaknya hingga kini begitulah yg kuyakini, Puan.
Maafkan jika akhirnya pemaklumanku sirna, dan aku tak bisa lagi mencoba memahami tempatmu; yang dimataku terlihat seperti mawar yg berduri -indah, namun sakit saat berusaha kugenggam.
Ah, biar. Biar kuserahkan pada Sang Pemilik jalan cerita. Biar kunikmati semua airmata dan luka sepanjang kisahnya. Dan tak kan kuulangi cerita yg sama membuat sakit pada hati yg lainnya.
Sebab akhirnya ku mengerti, kisah kita adalah satu dari berjuta banyaknya, dan biarlah menjadi anomali...
Padahal katanya kasih Ibu itu sepanjang jalan~
- Padang, Pertengahan Februari 2024.
<To my unspoken love.>
10 notes · View notes
katanyaaksara · 11 months
Text
beruntunglah seseorang yang dicintai oleh seorang pujangga; berakhir denganmu atau tidak, kau akan tetap hidup dalam setiap tulisannya.
13 notes · View notes
spidermtio · 7 months
Text
Tumblr media
Untuk Laksamana,
Orang bilang aku ini sang petualang. Mereka mengenalku serdadu tanpa tuan. Kakiku bebas berpijak dimana saja. Tapi yang mereka tahu, aku selalu pulang jika bulan sudah ingin mengekang.
Aku tak membawa senapan yang diselipkan di antara pinggang. Tak juga belati yang tajam menusuk sanubari. Aku hanya membawa dawai sebagai tamengku dari kesepian.
Aku tak mengenal musuh, tak mengenal kawan, tak mengenal apapun yang disebut taktik peperangan. Aku hanya serdadu yang awam dengan kekejaman. Tugasku hanya memastikan penduduk suka cita dengan petikan dawai yang kupunya.
Hari itu, saat rembulan muncul di permukaan angkasa, aku melihat ujung geladakmu yang perdana. Helaian suraimu berkibar bersama alunan angin yang terperangah.
Tumblr media
Tak ada yang mengerti tentang apa arti debaran yang bersarang terbungkus jantung dan terpenjara rusuk. Semua bermain dengan nada yang sembrono serta tidak terpaut kunci yang sesungguhnya. Hanya secarik bibirmu yang melengkung membentuk busur. Kiranya, baru kali ini aku lihat senyum selayak madu yang dihasilkan oleh ratunya.
Manis
Tatkala aku hanya ingin bersikap naif, tak ingin lebih jauh menjamah bahteramu yang berbau air laut itu. Membiarkan sayup tutur puja dari para pujangga yang menggilaimu. Tiap bait yang tercecah tinta itu tersusun rapih membentuk bait-bait puisi. Nyatanya, semua itu hanya untukmu.
Yang dipuja menorehkan kesan luar biasa di tiap hati manusia. Kau memimpin samudra dengan cakap, mengarungi puluhan badai tanpa gegabah. Kau memiliki dunia hanya di atas genggamanmu saja.
Nyaris, aku terpana, terperangah, nan terpesona.
Tumblr media
Kelam yang membujur dari khatulistiwa lantas membuatku menemukan sang pelita, kau, Laksamana. Kedua obsidianmu membidik langsung ke dalam jantung hatiku. Menancapkan panah rindu yang tiada sudahnya. Kelak, ingin aku tabung rindu itu agar engkau tahu bagaimana aku dibuat kaya raya oleh daya pikatmu.
Aku menyerah pada egoku sendiri, ternyata aku memang menggilaimu sepanjang hari tanpa aku sadari. Lain halnya dengan para pujangga itu, sajakku tak pernah ingin lahir dari jemariku. Ia hanya membentuk syair lirih yang sudah berkawin dengan semilir angin. Terkadang kutemani dawaiku untuk mengiringinya. Berharap suatu saat telingamu menangkap kidungnya.
Sial, tampaknya itu tidak berhasil jua. Engkau semakin tenggelam dalam pesona lembayung di ujung samudra. Tak menghiraukan apapun bentuk partikel yang menyapa pancaindramu seutuhnya.
Syairku akhirnya terbit juga
Tumblr media
Kadang kala aku merasa malu dengan para pujangga yang tampak percaya diri melayangkan hasil karyanya kepadamu. Meskipun entah kau lirik atau bahkan berakhir kering dibawa kembali sang burung merpati. Mereka tak gentar jua.
Aku pun sama, kupaksakan aksara itu terbentang di atas putih. Memainkan segala bentuk guru lagu agar larik ini semakin merdu meski hanya sekadar kau baca. Mungkin ini rasanya akan sangat picisan dan terkesan membual. Aku harap kau sudi membacanya hingga akhir, Laksamana.
Aku, serdadu tak bertuan, seorang amatir yang teguh pendirian. Aku mengaku sudah terjatuh atas pusaran rasa yang kau terbarkan. Menaruh harap pada kepercayaan diri untuk mengabdikan tanggung jawabku setelah sekian waktu memujamu.
Terlalu lama aku kurang ajar dalam mengambil rindu secara diam-diam padamu. Membiarkan rasa pelik yang tak temu titik terangnya menggerayangi tubuhku tanpa ada penawarnya. Semua menemui puncak setelah kau kembali di telan riak air yang menghantarkan pilaumu ke laut lepas. Dawaiku tak menemukan nada yang seharusnya, jemariku hanya semakin membuat goresan tak berarti pada melodinya. Aku kehilangan separuh jiwaku yang kau bawa berlayar di atas deburan ombak.
Namun pilu itu redup, menghilang perlahan tergantikan harapanku yang terbit. Kau kembali ke sini, membiarkan jangkarmu mengakar di dasar dan menuntunmu untuk berdiri di zamin ini. Begitupun dengan mawar di dadaku yang tumbuh mekar, mengundang banyak kupu-kupu untuk bersarang di sekujur tubuh.
Tumblr media
Kurasa, aku telah menemukan tuan baru. Mematahkan segala pendirianku untuk tidak tanduk pada siapapun. Menjaganya dari kejamnya hukum lautan, meski aku tahu kau lebih menguasai dari segalanya. Menanamkan benih merah muda di atas geladak bahteramu. Menyelimuti dirimu sendiri dengan taburan rindu dan kasih yang kupunya. Menjadi teropongmu dalam memaknai kehidupan. Bahkan, aku siap menukarkan jiwaku pada sang penguasa demi bisa melebur bersamamu.
Laksamana,
Sudilah kiranya engkau menarikku ke dalam mahligaimu. Ajak aku dalam menyelami hatimu bersama-sama. Jangan beri aku upah, aku tidak butuh emas dan permata. Lekaslah beri cinta pada serdadu yang dirundung suka, yaitu aku. Ciptakan percikan temaram romantis hingga penghuni nirwana enggan untuk mengutuk kita. Biar aku membawa dawaiku, memetiknya, dan bersenandung merdu untuk kembali membuat syair pujaan atas dirimu.
Sungguh, kaulah Laksamana, sang pelita pujaan hatiku.
Dari aku,
Sang Serdadu penggilamu.
Tumblr media
8 notes · View notes
belenggupuan · 2 months
Text
Entah di beri judul apa!
Aku tidak ingin mabuk sebab ketampanan Yusuf sudah cukup, telah diwariskan pesona Yusuf pada lelaki parlente muka-muka cukong,
Mulutnya pujangga dengan puisi-puisi picisan koleksinya, membual kepada para wanita. Saya punya dompet setebal ini, kamu punya bokong setebal apa?.
Sedangkan Zulaiha gemar tampil setengah telanjang di depan kaca,
membikin wajahnya seperti pasar malam, membusungkan payudaranya supaya nampak lebih besar, disebab kata orang kalau gepeng tidak memenuhi syarat pasar.
Seperti inilah jahiliyah dari jahiliyah, kembalinya zaman pedang.
Cinta harus ngejar untung berupa barang atau uang, berupa seks atau kawin sembarang, berupa pahala atau surga tempat bidadari telanjang, katanya..
Cinta kini berupa berupa dan berupah, yang seolah tak tampak justru dicampakkan, seperti Tuhan nya..!!
3 notes · View notes
pangpingpong · 1 year
Text
Dipikir-pikir gue selalu ended up with cinta bertepuk sebelah tangan, jadinya suka pesimis. Hahaha. 
Kalau liat orang lain yang uwu-uwuan tuh bukannya sirik sih, lebih ke “Ternyata bisa ya dan banyak aja manusia yang ketemu sama their soulmate and it doesnt lame to do that uwu-uwuan thing” 
Maybe, karena love language gue lebih ke act of service bukan word of affirmation (Meski gue suka melting sama kalimatnya para pujangga dan penulis kek Aan Mansyur, Dee, atau penulis lain). 
14 notes · View notes
herricahyadi · 11 months
Note
Assalamu'alaikum wr wb
Apa kabar mas? Mau tanya boleh?
Apa pelajaran hidup terpenting yang telah mas herri pelajari sejauh ini? Dan adakah yang terlambat mas herri pelajari dalam hidup?
Waalaikumsalam wrwb.
Pelajaran hidup yang saya pelajari dan terus terapkan adalah bahwa hidup ini singkat dan semua benda tidak akan dibawa mati. Dari dua hal itu, saya mencoba menerapkan hidup minimalis. Tidak terlalu terobsesi dengan materi. Bahkan hal-hal kebutuhan primer seperti rumah tidak menjadi cita-cita. Saya menjauhi posesi; kepemilikan terhadap materi yang tidak bermanfaat langsung terhadap diri. Membuat saya tidak banyak berpikir untuk itu. Saya bisa fokus pada pengembangan karakter dan karya. Tidak terbelenggu dunia dan segala hiruk-pikuknya.
Adakah yang terlambat yang saya pelajari? Ada. Belajar bahasa asing dan mulai kuliah di luar. Saya baru menyadarinya saat S3. Andai saja saya tahu sejak awal, misal sejak S1, mungkin saya bisa lebih banyak mendapatkan hal-hal baru. Sebab itu, saya selalu mendorong siapapun kalian untuk fokuslah mengasah diri dengan kemampuan-kemampuan baru; bacaan-bacaan baru; pengetahuan baru yang justru membentukmu. Jauhi sirkel yang hanya fokus dramatisasi perasaan; ya cintalah, ya rasalah, ya bulan Junilah, ya hujanlah. Terlalu membuang energi. Mencintai sastra dan semesta rasa tidak harus dengan menye-menye. Membaca karya pujangga orang-orang di sini dan di luar sana jauh lebih berbobot dan menambah wawasan kita. Dan untuk membacanya kita butuh kemampuan berbahasa.
Terlambat bagi saya, itu benar-benar terlambat. Tapi, mungkin belum bagi kalian yang masih muda-muda. Coba deh untuk hidup minimalis dan belajar bahasa asing sedini mungkin. Semoga bermanfaat.
33 notes · View notes