Tumgik
#rejeki dari Allah sudah diatur
rainilamsari · 5 months
Text
Obrolan Bapak-bapak Muda
berkesempatan makan malam (sambil lemburan) bareng Bapak-bapak muda yang keesokan dini hari ada flight ke NTT, topik mereka lucu-lucu, wkwk.
eh, bukan topiknya, deng, tapi celetukannya, wkwk.
"gue tadinya nggak pengen banget sama yang lebih tua dan suka kpop, eh, bini gue sekarang begitu." "ati-ati kalau ngarep, jangan terlalu berlebihan suka atau nggak suka sesuatu." "kalau gue sebaliknya, pengen lebih tua malah berondong mulu yang..." "deketin?" "iya. tapi sekarang setelah dipikir-pikir.. kayaknya usia bukan masalah, sih. tapi, kedewasaan." "ck, yah. laki-laki mah ga pernah dewasa" "wkwkwkwk" "liat aja tuh, Giri, kaga pulang-pulang karena nanggung masih main ML, kan."
bersama mereka, saya lalu keceplosan 'mengaramkan kapal' kawan mereka, wkwk. aduh, takut banget pada ember, tapi yaudahlah, ya. siapa tau jadi wasilah biar menyerah.
banyak dinasehati dan wanti-wanti. karena pada dasarnya hadir dari rasa peduli, ya, saya terima-terima aja. kalau lagi bener ya diskusi, meskipun banyakan bercandanya.
habis itu termenung, apakah jokes Bapak-bapak sudah mulai merasuki seleraku? 😭
dan, yak, quotes of the day dari mereka adalah reminder bahwa jodoh adalah rejeki, udah diatur dan dijamin sama Allah, dan rejeki itu sendiri yang akan menghampiri kita. jadi, jangan khawatir :)
2 notes · View notes
ameliazahara · 27 days
Text
Sudah, sudah bisa berdandan. Sudah bisa membuang segala benda-benda usang nan lusuh yang masih disimpan dan dipakai karena masih tidak ingin menyusahkan siapapun hanya untuk sekedar rasa nyaman—toh yang ada juga walau lusuh dan usang masih terasa nyaman.
Sudah, sekarang sudah bisa merasakan apa yang layak dirasakan. Sudah bisa mengganti semua cemas hari kemarin, karena kini sudah bergaji. Tidak lagi menyusahkan siapapun asal semuanya diatur secara arif dan bijaksana. Toh, dari perjalanan sebelumnya sudah terlalu akrab dengan kesederhanaan, juga kan?
Sudah, mulai sekarang sudah bisa berada di kelas yang kini ditapaki dengan utuh. Sudah berhak berada di kelasnya, sesuai apa yang diperjuangkan di hari kemarin. Sudah boleh menjaga hak diri dan marwah diri di kelasnya. Sudah berhak membela diri dari mereka yang selalu lebih mudah menyepelekan.
Bukankah perjalan di hari kemarin mengajarkan untuk tidak zalim ke diri sendiri, sebab Allah pun turut murka atas perbuatan itu? Allah tidak pernah zalim pada hamba-Nya, lantas mengapa hamba menyiksa diri sendiri atas nikmat yang begitu besar diberi-Nya.
Berada di kelasnya bukan untuk menyombongkan diri atau ujub, apalagi riya. Berada di kelasnya berarti mensyukuri atas rejeki yang dititipkan oleh-Nya, dengan bijaksana menggunakan, aga Ia pun senantiasa memberi limpahan rejeki yany begitu luas lainnya.
Tetap terus bersyukur, tetap terus berbuat baik. Tetap pertahankan kelas yang dipunya, tegas pada takdir-Nya adalah upaya menjaga amanah yang telah Allah titipkan.
1 note · View note
aldilapermata · 5 months
Text
Happiness is Coming
Hai, akhirnya aku datang dengan membawa banyak cerita baik yang telah aku kumpulkan dua bulan terakhir ini. Bulan ramadhan kemarin berjalan dengan sukses karena full puasa dan 80% melaksanakan shalat tarawih di masjid meski dengan kondisi yg sedang mengandung 5 bulan. Dan setelah itu pulang kampung ke dua kota yang penuh dengan pengalaman menarik.
Tumblr media Tumblr media Tumblr media
Kulineran di kedua kampung halaman.
Tumblr media
Silaturahmi ke rumah saudara, ke tempat rekreasi bersama keluarga, adik2 dan orang tua. Walking around the city with my sister and daughter. Balik naik bus sleeper. Setelah itu nonton konser Yiruma.
Tumblr media Tumblr media Tumblr media
Nonton konser ini tuh bener2 pertama kalinya aq spending money buat sesuatu yg bersifat 'bukan hal mendesak'. Namun ternyata ada waktu, kesempatan dan uang. Sepertinya memang kali ini Allah mengizinkan aku untuk sedikit refreshing. Yah aku pikir ini adalah kesempatannya sebelum 2 bulan lagi akan lahiran. Mungkin nanti aku akan kembali lebih menomorduakan keinginan keinginanku. Entah benar atau tidak tp dalam pikiranku mungkin nanti tidak akan bisa sebebas sekarang, harus menunggu kira kira 7 tahun lagi untuk bisa sesantai sekarang :D dan berapa umurku saat itu waah sudah menginjak kepala 4. Menjadi orang dewasa terlebih yg memiliki anak itu setiap harinya adalah petualangan. Masa depan masih menjadi misteri. Pertambahan umur sendiri seolah berjalan lebih cepat daripada pertumbuhan anak hahaha.
Begitu juga dengan karir. Alhamdulillah sudah lebih baik dari sebelumnya. Untuk aku pribadi sampai di saat yang stuck, banyak orderan cancel tapi ya aku tidak terlalu ambil pusing dengan hal itu, karena toh rejeki itu sudah diatur, apa yang menjadi milikmu tidak akan luput darimu. Ketika kondisi sudah seperti ini lebih butuh istirahat dan kembali pada tugas utama seorang emak emak yang memasak untuk anak dan suami, merapikan rumah dan bebersih. Saat ini aku merasa sudah lebih ikhlas dengan hal ini ketimbang beberapa tahun lalu sebelum memulai pekerjaan sebagai freelancer. Aku merasa ya memang begini kerjaan yang harus aku lakukan dan aku menikmatinya, tak lagi membandingkan dengan kawan kawan yang bekerja di luar rumah. Karena mereka pasti memiliki kendala mereka tersendiri yang tidak kita tahu. Setiap orang memiliki kesulitannya masing masing, jangan merasa jadi orang paling susah di dunia ini. Ternyata di umur kepala 3 ini manusia mengalami penurunan grafik ekspektasi kehidupan namun sudah berada di fase yang stabil. Tak lagi memiliki harapan membuncah dan impian setinggi langit seperti anak usia 20 an. Namun juga masih memiliki harapan, hanya saja lebih realistis.
"Aldila, you've done your best! Thank you for all your efforts"
🌟 "Hai, Aldila! Kamu luar biasa. Sebagai seorang ibu dan istri, kamu telah memberikan yang terbaik. Setiap hari, kamu mengukir cerita cinta, kesabaran, dan ketabahan. Ingatlah bahwa mengasuh anak dan mendukung keluarga adalah tugas mulia.
Dan tentang mimpimu sebagai seorang ilustrator, kamu telah mengejar bintang-bintang dengan kuas dan warna. Kamu menciptakan dunia baru di setiap gambar yang kamu buat. Jangan pernah ragu untuk terus mengejar impianmu.
Ingatlah, Aldila, bahwa setiap langkahmu—baik yang lambat maupun cepat—membentuk jejak menuju kebahagiaan. Terima kasih atas dedikasimu, dan teruslah berani menggapai bintang-bintang!" 🎨✨
Teruslah bersemangat, Aldila!
Dunia menanti karya-karyamu yang indah. 🌟🌿
0 notes
penaimaji · 4 years
Text
Salah Jalan
Masa-masa pandemi seperti ini..mengobrol dengan teman adalah salah satu upaya untuk menjaga kewarasan pikiran.
"San, kamu pernah ngerasa gak, jalan yg kamu ambil itu salah? Misal nih, aku ada titik dimana merasa keputusanku kuliah lagi itu gak memuaskan orang tua.. yg pinginnya aku langsung kerja aja. Kalo udah gitu rasanya gairah belajar menguap wkwk".
Aku dalam hati, "Oh bukan pernah lagi, tapi sering hahaha".
"Wajar, karena yaa namanya ortu pengen lah dibantu dikit2 dari segi finansial. Berhubung kamu terlanjur nyemplung nih, berarti harus cari alternatif lain. Manfaatkan potensi yg kamu punya, misalnya nerjemahin bahasa arab", jawabku.
"Aku kan kemarin udah ikhtiar dobel, ikut tes CPNS juga, tapi ya belum rejeki mau gimana... Gitu aku dibilang gak serius karena lebih milih S2... Sakit deh. Hmm..aku gak yakin sama kualitas terjemahku. Masih abal-abal hehe", katanya tidak yakin.
"Gagal itu masa lalu, gapapa, fokus sekarang aja. Abal-abal gimana? Nggakkk, akunih sebagai temen yg sering kamu bantuin nugas selama kuliah, dan sebagai orang yg suka mengamati tulisan, terjemahanmu bagus. Kamu tuh bisa gitu menangkap sebuah maksud tulisan, dengan bahasa terjemahan yg lebih relevan. Udah jalani dulu aja, niatnya ditata kamu cari uang bukan semata2 karena nominal tp karena pengen bakti sama ortu. Itu sudah dinilai ibadah", kataku mencoba meyakinkannya.
"Oh gitu ya, San. Tapi ya...aku nggak pinter mempromosikan diri", jawabnya yang masih nggak pede.
"Ntar tak bantu, gausa mikir royalti, lagian kamu dulu juga sering bantu aku hoho. Kalo desain poster kamu bisa minta tolong alpan, tapi kamu kudu kasih royalti ke dia lah yaa".
"Manfaatkan teman yg berbakat ya", katanya..
"Iya dong, apa gunanya temen kalo gak dimanfaatin? Awkowkowk".
"Emang cita2 awalku gak ngajar, pingin jadi interpreter atau di penerbit ajah wkwk".
"Tuhkan..emang potensi orang beda2, dan karir memang harus dirintis dari awal, ndak ujug2 melejit. Yaa paling enggak 5 tahun lah kita bergelut disana".
"Hadehh. Karir, jodoh, rumah tangga... Makin dewasa makin banyak yg harus dipikirkan ya. Rasanya aku nggak siap dewasa", tambahnya.
"Dipaksa dewasa ya hahaha karena dewasa adalah niscaya yang tak bisa terelakkan".
"Hazekkk".
Ngomongin soal salah jalan nih, kita tentu pernah ngerasain rasanya tersesat, bingung mau berjalan ke arah mana, nggak tau potensi kita gimana. Gitulah muter-muter gak jelas untuk cari kenyamanan atau malah memaki diri sendiri, menyesal, karena udah menjatuhkan pada pilihan yang salah. Ya, tentu kita pernah atau akan melewati titik ini.
Tapi sadar nggak sih, kalau kita mau berpikir lebih jernih, dan berpikir lebih tenang lagi, kita gak perlu susah payah keluar dari tempat yang udah terlanjur nyemplung disana. Kita cukup cari celah, cari peluang dari sana. Caranya gimana? Sebagai manusia yang bertuhan, sudah sepatutnya kita sujud dulu, berdo'a, minta petunjuk, minta jalan yang terbaik sama Allah.
Dalam Majmu' Al Fatawa, (15/17) dijelaskan bahwa Allah begitu dekat pada orang yang berdo'a dan yang beribadah pada-Nya. Sebagaimana disebutkan dalam hadits pula, bahwa tempat yang paling dekat antara seorang hamba dengan Allah adalah ketika ia sujud. Jadi kita ndak usah sedih ya, berdo'a aja terus biar semakin deket sama Allah!
Disamping itu, kita juga harus berusaha, gali potensi kita, kita maksimalkan skill yang kita punya. Kita bisa bertanya ke orang2 sekitar yang barangkali bisa membantu, sharing dengan teman, juga tanya-tanya orang yg sudah berpengalaman di bidangnya. Nggak usah malu, kalo kata pepatah malu bertanya sesat di jalan. Pun yang ditanya, jangan pelit ilmu, jangan pelit pengalaman, karena kita di dunia ini nggak sedang berlomba. Setiap orang tentu sudah diatur rezekinya masing-masing.
Semoga seperti apa peran kita, apapun yang kita upayakan hari ini, adalah amal yang berarti untuk dunia dan akhirat kita. Percuma kiranya, ketika kita sudah banyak berprogress, tapi kita lakukan semata-mata untuk dunia, tak ada untuk Allah disana.
Sidoarjo, 23 April 2020 | Pena Imaji
86 notes · View notes
wedangrondehangat · 4 years
Text
Rejeki Untuk Ibu Penjual Koran
Tadi siang aku bertemu seorang ibu penjual koran di lampu merah daerah Bachiro.
"Bu, hari ini korannya udah laku berapa?"
"Ya sekitar 20-an.."
Saat itu ibunya sedang berjalan kaki. Ia telah menyudahi pekerjaannya hari itu. Baru setengah hari, ia sudah hendak pulang, padahal korannya baru terjual sekitar 20-an saja. Tahu tidak berapa harga satuannya? Hanya Rp 2.000,-/koran. Entah berapa keuntungan yang diperolehnya, huhu.
Ibu itu berjalan terseok-seok, entah ada apa dengan kakinya. Aku tidak tahu apakah kakinya sakit atau memang beliau ditakdirkan memiliki cara berjalan yang berbeda dengan kebanyakan manusia. Meski begitu ia terlihat gigih dalam melakukan pekerjaannya.
Setelah kupikir-pikir, 20-an koran yang laku terjual, itu juga salah satu rejeki dari Allah, bukan? Maksudku, memang benar bahwa setiap orang rejekinya sudah diatur oleh Allah. Barangkali bagi ibu itu, 20 koran yang laku sudah amat bernilai untuknya. Setidaknya hari ini, beliau bisa makan.
"Ibu mau kemana?"
"Mau pulang, Mbak. Rumah saya di Bantul."
"Oh gitu, tapi jualan korannya selalu di sini?"
"Iya, di sini."
"Pulangnya naik apa, Bu?"
"Naik transjogja, ini saya mau ke halte di ujung sana."
"Ayo Bu, saya anterin aja ke sana. Gimana?"
"Hmm, yaudah boleh deh."
Tahu tidak apa yang terjadi? Motorku baru berjalan 10 detik, tiba-tiba ada seorang bapak-bapak naik motor menepikan motornya dan mengode agar motorku mendekat ke arah motornya. Kemudian bapak itu menyerahkan uang Rp 50.000,- kepada ibu penjual koran yang sedang kubonceng.
Allah, betapa rejeki sekecil apapun sudah Kau atur sedemikian rupa, tak mengenal waktu dan tempat. Barangkali yang menggerakkan hati bapak itu tadi juga Allah, sangat mendadak, tanpa kusangka pula. Barangkali hal ini terjadi berkat doa si ibu semalam tadi. Ibu, apa doamu semalam tadi? Apa yang sedang kau butuhkan? Siapa yang hidupnya sedang ingin kau cukupi? Keluarga ibu ya, bu?
Allah, betapa Maha Kuasanya menjadikan sesuatu yang tadinya tak ada, tak terpikirkan, tapi kemudian tiba-tiba ada.
Allah, tapi mengapa kebanyakan dari kita masih banyak khawatirnya, ragunya, gelisahnya. Semoga untuk hari-hari berikutnya kita selalu dilimpahkan rasa yakin akan rahmat-Nya, ya.
Ygykrt, 25 Agsts 2020 | 21.27 | @wedangrondehangat
15 notes · View notes
atomctersier · 4 years
Text
KONSULTASI PEMILIHAN JURUSAN II
Aku suka menjadi seorang guru, karena hakikatnya menjadi guru tak hanya memberi materi pembelajaran, tapi seringkali akulah yang belajar dari mereka. Aku belajar tentang keikhlasan. Aku belajar tentang usaha mewujudkan keinginan.
Berkali kali aku ditampar oleh muridku. Kali ini, tamparannya cukup keras.
"Div, posisimu ga aman kalo kamu milih FK UI, mau pindah univ ga?"
"Maaf baru bales bu, InsyaAllah gpp bu setidaknya aku punya peluang walaupun 0,01%, udh sekarang pasrahin ke Allah."
"Baiklah kalo kayak gitu div. Makasih yaaa udah ngajarin banyak hal sama ibu. Makasih udah sedikit nenangin ibu. Rejeki sudah diatur oleh -Nya. Kita hanya berusaha kan :("
"Iyaa bu awalnya aku juga ragu tapi balik lagi orang yg pintar kalah sama orang yg rajin , orang rajin kalah sama orang yg berduit, orang yg berduit kalah sama orang yg beruntung , orang yg beruntung ya orang yg mendapat kekuasaan-Nya, sesusah apapun kita untuk ikhtiar tapi yg diatas engga menakdirkan yaa g bakal jadi, yaa Divarel yakin sama janji Allah mau apapun pilihannya pasti itu yg terbaik dari-Nya , karena kita hanya manusia biasa yg hanya bisa merencanakan dan blm tentu juga itu baik buat kita."
Seketika aku merasa, jahat banget aku maksa orang yang masih mau berusaha buat masuk sana tapi ga aku dukung. 😭
"InsyaAllah Divarel nerima apapun yg menjadi pilihannya nanti,walaupun mungkin itu tadinya bukan yg Divarel inginkan tapi kalo udh takdirnya yaa harus ikhlas mungkin aja dibalik itu semua ada cerita hidup yg lebih indah dibanding dengan pilihan kita."
Sebagai manusia kita hanya wajib berusaha dan berdoa, tentang hasilnya serahkan pada Allah SWT.
***
Singkat cerita, ku cerotakan kejadian ini dengan orang tuanya. Lagi-lagi aku merasa, aku hanya remehan rengginang.
"Selamat bu, dari jawaban divarel, ibu sudah berhasil mendidik divarel bu. 🙏
Aamiin semoga divarel istiqomah, dan mampu mengangkat derajat orang tuanya di dunia dan di akhirat. Aamiin ya robal'alamin :))"
"Yg penting akhlaknya bu, kl mnrt sy mslh jabatan, kedudukan, atau karir itu mah bonus dr alllah"
Betapa beruntungnya Divarel memiliki ibu yang mau berjuang memenuhi ceritanya. Betapa beruntungnya Ibu divarel punya anak yang sholeha. Betapa beruntungnya aku bertemu dengan mereka di kehidupan ini.
Orang yang baik akan ditempatkan di tempat terbaik. Semoga dimanapun tempatmu div, kamu akan selalu bahagia.
Semoga suatu saat nanti ada kata dr. Didepan namamu.
❤❤❤
Mimpimu harus kamu usahakan, perkara hasilnya serahkan pada yang kuasa.
7 notes · View notes
dewiros · 4 years
Text
Bayi 0 hariku
Bayiku? Benar, bayi yang Allah SWT amanahkan kepada kami, aku dan suamiku.
Kebersamaan saat di dalam kandungan, kurang lebih 40 Minggu, berbagi banyak hal, mulai dari nutrisi makanan, hingga ragam warna perasaan. Aku dan bayiku bersama-sama ke manapun aku beranjak.
Memang, perihal rejeki usia mutlak di tangan Allah Yang Maha Kuasa, tapi rasaku sebagai Ibu "yang baru hari itu", tetap saja "drop", sebutlah rasa sedih yang manusiawi saat belum genap sehari bersama bayi yang semalam baru dapat kutatap langsung wajahnya dan kukecup sekali pipinya. Jam 8 pagi harus berpisah jarak.
Bayiku dirujuk menuju rumah sakit berbeda dengan tempatku melahirkan. Bayiku berangkat menggunakan ambulance menuju RSIA (Rumah Sakit Ibu dan Anak) di pusat kota, yang terdapat peralatan lebih memadai untuk memulihkan kondisi bayiku. Bayiku tidak sakit, hanya saja menurut penuturan pihak rumah sakit, terjadi aspirasi mekonium (tersedak air ketuban yang sudah bercampur dengan kotoran bayi sendiri saat di dalam rahim), tapi juga ada indikasi kelelahan yang di alami bayiku karena proses melahirkan yang hampir 24 jam sejak awal darah keluar dari jalan lahir. Saat lahir, bayiku menangis nyaring, aku melihatnya. Dua jam setelah lahir, sudah dibawa ke ruang perawatan tempatku berada, dan dari informasi perawat yang mengantarkan, ritme nafas bayiku belum stabil, tapi bisa dicoba untuk IMD (Inisiasi Menyusui Dini). Tapi tak disangka, bayiku yang semula diam dan tertidur, malah menangis dan menolak untuk menyusu, hingga jam 02.00 dini hari kembali dibawa ke ruang bayi. Siapa sangka, shubuh suami diminta ke ruang bayi, dan ditawarkan rujuk untuk bayiku, karena ritme nafasnya masih belum stabil, sementara alat yang lebih canggih belum tersedia di RS tempatku melahirkan karena tergolong baru. Jam 08.00 pagi, bayiku benar-benar dibawa menggunakan ambulance menuju RSIA di tengah kota. Apalah daya, aku masih dalam pemantauan masa pemulihan, jadi hanya suamiku yang menemani bayiku. Sementara aku menyusul siang harinya setelah dinyatakan pulih dan boleh meninggalkan RS.
Setibanya di lokasi, aku disambut suamiku di depan gerbang IGD (Instalasi Gawat Darurat). Rasanya sudah tak karuan, tapi aku harus berusaha biasa saja, karena diantar oleh keluargaku. Selanjutnya, hanya aku dan suamiku yang boleh masuk. Hanya orang tua bayi yang boleh masuk ke NICU (Neonatal Intensive Care Unit). Setibanya di depan ruangan kami memakai pakaian pelindung dan mencuci tangan, lalu masuk ke ruangan tempat bayiku dipulihkan. Aku menyebutnya dipulihkan, karena bayiku tak sedang diobati, hanya dipasang selang oksigen dari tabung bertekanan yang dapat diatur dan disesuaikan tekanannya dengan kebutuhan. Bayiku sehat, itu yang selalu kupegang, kuyakini. Bayiku hanya perlu dipulihkan, karena memang tak ada satupun obat yang diberikan selama pemulihan.
Setibanya di ruangan, sebutlah lebay atau alay, tapi lututku lemas, air mata langsung menetes tanpa permisi, ya Allah, bayi 0 hariku, sedang berbaring tertidur seorang diri ditemani tabung oksigen berukuran besar dan suara monitor untuk mengontrol kemajuan pemulihan yang dilakukan. Tak ada obat ataupun tindakan lain, selain selang oksigen di hidung dan infus di tangan, karena ternyata hari itu bayiku harus berpuasa dari ASI ataupun Sufor. Jiwa emak Newbie ku benar-benar protes, tapi astagfirullah, bukankah semua nyawa dalam genggaman Allah dan keselamatan murni kuasa Allah.
Bayiku hanya seorang diri di ruangan itu, karena di NICU dipisahkan ruangan bayi dengan diagnosa yang berbeda. Bayiku ditemani mba-mba perawat yang bergantian shift selama 24 jam, dan dikunjungi dokter jaga per sekian kali per harinya.
Hari pertama, kulihat bayi 0 hariku berpuasa, untuk membersihkan paru-parunya. Bayiku hanya dikasih dot kosong untuk menenangkannya saat menangis. Bayiku tidak dehidrasi karena terpasang selang infus di tangan kanannya yang mungil, ah lagi-lagi, tangisku pecah.
Hari kedua, aku menyimpan harap bayiku bisa kugendong pulang. Aku belum menggendongnya, karena malam itu masih pemulihan, aku baru mengecup pipinya nya sekali dan memangku saat IMD malam kelahirannya. Bayiku sudah boleh buka puasa, namun hanya 10ml sufor (saat itu aku belum pumping karena belum tau bayiku akan buka puasa). 10ml sangat sedikit dan diberikan per sekian jam, namun saat bayiku menangis kembali diberikan dot kosong. Pemulihan masih berlanjut, karena angka di monitor masih belum sesuai harapan.
Hari ketiga, aku tak berhenti berharap, agar bayiku bisa pulang besama kami. Allah, kondisi bayiku belum memihak, lagi-lagi harus ikhlas untuk tetap tinggal. Jujur aku drop, namun aku harus logis, bayiku membutuhkan bantuanku, dan ada 1 hal yang bisa kulakukan yakni memberinya ASI. Akupun mencoba pumping dan meski awalnya hanya sekitar 2 sendok makan, namun bertahap bertambah. Kebutuhan bayiku juga masih dibatasi, jadi masih bisa cukup dan diantarkan oleh suamiku ke rumah sakit, karena kami sementara memang menginap di rumah saudara kami sekitar setengah jam dari sana. Angka di monitor sudah sesuai harapan pada sore harinya, Alhamdulillah, semoga besok bisa pulang, dengan alasan harus mendapat izin medis dari dokter jaga.
Hari keempat hingga hari keenam, bilirubin anakku sangat tinggi (katanya), yakni diangka 16, sementara normalnya 10, agar bisa turun dengan cara dijemur di matahari pagi selama sekitar setengah jam setiap harinya. Awalnya kami ingin nekat membawa pulang bayi kami di hari ke empat, namun dokter belum bisa memberikan keterangan medis bahwa bayi kami siap dibawa pulang karena masih harus fotoscreen selama 3 hari ke depan. Kalaupun kami memaksa, maka statusnya pulang paksa dan kami harus menandatangani surat yang intinya pihak rumah sakit berlepas tangan apabila ada hal-hal yang terjadi di luar harapan karena kepulangan terpaksa bayi kami.
Benar, selama enam hari itu, yang bisa kulakukan hanya mengucap salam setiap memasuki ruangan bayiku, melantunkan ayat suci Al-Quran, mengajaknya mengobrol, menatapnya, menyentuhnya sesekali, dan menenangkannya saat menangis. Hanya itu.
*Ketika harapan tak bersanding lurus dengan yang ditakdirkan*
Harapan bunda, saat pertama pulang dari RS, cinta akan mendengar murattal Al-Quran bersama bunda di rumah, tapi takdir berkata lain, cinta harus mendengar suara monitor.
Harapan bunda, saat pertama pulang dari RS, cinta bisa bobo di samping bunda, berada di sekitar keluarga kita, tapi takdir berkata lain, cinta harus tidur sendiri, dan berada di sekitar tabung oksigen bertekanan tinggi itu.
Harapan bunda, cinta tidak perlu pakai popok sekali pakai dulu sampai 2 bulan, biarlah bunda cuci popoknya setiap hari, tapi takdir berkata lain, cinta sudah harus pakai popok sekali pakai sejak hari pertama.
Harapan bunda, cinta akan sering mendengar suara bunda yang cerewet, secara langsung, sejak hari pertama pulang dari rumah sakit, tapi takdir berkata lain, cinta mendengar banyak suara perempuan, ibu perawat dan ibu dokter yang datang secara bergantian, sedangkan suara bunda, hanya sesekali mengucap salam, ngaji, atau ngobrol sejenak.
Harapan bunda, wajah bunda yang akan paling sering cinta lihat secara langsung sejak hari pertama pulang dari RS, tapi takdir berkata lain, cinta banyak melihat wajah ibu perawat saat di ruangan.
Harapan bunda, biarlah bunda belajar sejak awal, tentang banyak "perintilan" mengurus cinta, tapi takdir berkata lain, bunda belum bisa mandiin cinta, gantiin popoknya cinta, pakein bajunya cinta, gantiin bajunya cinta, semua masih belum, selama 6 hari itu.
Harapan bunda, bisa memangku cinta, menggendong cinta, peluk dan cium cinta sesering yang bunda bisa, sejak hari pertama pulang dari RS, tapi takdir berkata lain, bunda baru bisa mencium dan menggendong cinta sebentar di malam pertama, sisanya bunda harus bersabar.
Sekian, cerita 6 hari pertama bayiku, ke depannya, harus terus kami syukuri kebersamaan kami, yang semoga Allah berkahi. Benar, kalau tentang usia, bukankah letak kuasanya bukan di tangan manusia?
*Ini murni curhatan pribadi dengan sudut pandang pribadi, jadi mohon maaf apabila terkesan berlebihan, atau terdapat kesalahan terkait beberapa istilah medis dan lainnya.
*Mohon maaf apabila terdapat kesalahan dalam penulisan dan konten yang kurang jelas.
*Terimakasih admin telah meloloskan tulisan sederhana ini, semoga bisa menjadi pengingat bagi penulis sendiri, untuk mensyukuri anugerah yang diberikan Allah, berupa keturunan.
Emak Newbie, 09-07-2020
2 notes · View notes
Text
Sedekah sebagai peneguh keimanan dalam diri
Sedekah adalah segala bentuk pemberian (pembelanjaan) yang diambil dari sebagian harta atau tenaga seseorang dengan tujuan untuk membantu meringankan atau membahagiakan orang lain tanpa mengahrap imbalan atau balasan sedikitpun (ikhlas). Berbeda dengan zakat, sedekah bisa dilakukan kapanpun tanpa ada pembatasan waktu serta jumlah yang dikeluarkan.
Sedekah merupakan kebiasaan para sahabat yang tidak bisa dilepaskan dari kehidupannya sehari-hari, kita mengenal Abu Bakar Ash-Shidiq yang selalu mengeluarkan sedekah setiap hari dan dari pagi hari. Pernah dikisahkan bahwasannya ketika rasululullah bertanya di pagi hari kepada para sahabat, siapa yang sudah melaksanakan sedekah, maka yang pertama melakukan sedekah yaitu abu bakar ash-shidiq.
Bersedekah tidak perlu menunggu kita kaya, sebab dengan bersedekah kita bisa kaya. Artinya seseorang yang tidak memiliki harta yang banyakpun bisa melakukan sedekah sesuai dengan kemampuannya masing-masing. Meskipun terlihat sederhana, sedekah bagi sebagian orang adalah sesuatu yang sangat berat untuk dilaksanakan, sebab itu sedekah bisa dikatakan sebuah amalan yang merupakan hasil dari pengaplikasian keimanan dalam diri seseorang.
Melakukan sedekah bukanlah hal yang mudah, perlu keyakinan yang sangat kuiat didalamnya, dimana keyakinan itulah yang akan menjadi faktor keikhlasan kita dalam sedekah. kita harus memiliki keyakinan bahwa setiap yang kita keluarkan akan Allah balas dengan kebaikan yang berlipat ganda jumlahnya baik didunia secara langsung maupun diakhirat kelak.
Selain itu kita juga perlu meyakini bahwa Allah maha kuasa atas segalanya, Maha Kaya dan Maha Penyayang. Segala hal yang akan menimpa kita termasuk rejeki kita telah diatur oleh-Nya dengan demikian ketika kita mengeluarkan harta yang kita miliki untuk bersedekah, kita tidak perlu lagi khawatir harta kita berkurang.
Semakin kuat keyakinan kita akan kebesaran dan kekuasaan Allah maka kita akan semakin rajin untuk melakukan sedekah sehingga sedekah menajdi amalan wajib yang harus dilakukan setiap hari, jika tidak melakukannya maka ia akan menyesal dan merasa rugi karena kehilangan kesempatannya untuk mengeluarkan harta yang dimilikinya.
Sedekah Dalam Keadaan Sempit
Berada dalam keadaan sesulit apapun bukanlah alasan untuk tidak melaksanakan sedekah, akan tetapi kembali lagi untuk melakukannya kita memerlukan keyakinan  yang kuat untuk melakukannya. Allah swt memerintahkan bagi hambanya yang sedang berada dalam kesulitan ekonomi untuk melaksanakan sedekah dan menjanjikan adanya kemudahan setelah masa-masa kesulitan tersebut dalam firmannya yang berbunyi;
“ Dan bagi orang yang disempitkan rezekinya hendaklah memberikan nafkahdari harta yang diberikan Allah kepadanya, Allah tidak memikulkan beban kepada seseorang melainkan (sekedar) apa yang Allah berikan kepadanya, Allah kelak akan memberikan kelapangan setelah kesulitan” (QS. Ath-thalaq : 7)
Sedekah dalam keadaan sempit tidaklah mudah, pengorbanannya pun akan jauh lebih besar dibandingkan bersedekah ketika kita berada dalam keadaan yang luang. Semakin tinggi pengorbanan yang diberikan semakin tinggi pula nilai pahala kebaikan yang akan kita dapatkan. Dan disana keimanan kita benar-benar teruji antara yakin atau ragunya kita akan kekuasaan Allah swt.
Setelah kitra berhasil melewati masa-masa sulit yang Allah ujikan kepada kita dan mengisinya dengan melakukan sedekah sebagai upaya meneguhkan keimanan kepada-Nya. Maka janji Allah akan kemudahan akan diberikan. Adapun bentuk balasan kebaikan yang telah kita lakukan tidak selamanya berbentuk harta atau benda, melainkan bisa juga dalam bentuk yang lain seperti kebahagiaan, ketenangan hati, kesehatan, dijauhkan dari bahaya-bahaya kehidupan serta masih banyak lagi nimat-nikmat yang akan kita dapatkan  dengan bersedekah.
1 note · View note
ibizcoach-blog · 6 years
Text
Mulailah Melakukan Hal-hal Berikut Jika Ingin Rezeki Anda Menjadi Berkah
Sumber: https://ibizcoach.com/mulailah-melakukan-hal-hal-berikut-jika-ingin-rezeki-anda-menjadi-berkah/
Mulailah Melakukan Hal-hal Berikut Jika Ingin Rezeki Anda Menjadi Berkah
Apa kabar kehidupan Anda hari ini? Apakah Anda sudah mencapai keberhasilan pada setiap usaha Anda di berbagai bidang? Apapun profesi yang Anda jalani, tidak lain tujuannya adalah mencapai sukses. Umumnya masyarakat memahami bahwa orang disebut sukses ialah ketika cita-citanya berhasil terwujud. Pernahkah Anda bayangkan bahwa cita-cita dan harapan manusia itu selalu berkembang. Manusia selalu mengharap lebih banyak.
Bagaimana Standar Kesuksesan yang Benar?
Hawa nafsu duniawi akan terus mendorong untuk mendapatkan lebih dan lebih lagi. Jika itu yang menjadi standar sukses, hati-hati terjebak dalam kesuksesan semu. Sukses yang menjadi standar umum masyarakat antara lain adalah mobil, rumah, reputasi, banyaknya warisan, dan sebagainya. Padahal itu tidak akan cukup untuk memenuhi semua keinginan. Anda pun pasti paham kalau kebutuhan itu beda dengan keinginan. Karena itu, jalani kehidupan sesuai kemampuan untuk memenuhi kebutuhan.  
Rezeki yang Berkah
Tidak dipungkiri, selama kita hidup maka selama itu pula Tuhan memberikan rezekiNya. Rezeki yang berkah ialah rezeki yang mendatangkan kebaikan-kebaikan. Semakin bertambah rezeki yang berkah, maka bertambah pula kebaikan yang menyertainya. Bisa dilihat dari kehidupan seseorang yang memperoleh rezeki yang berkah tersebut, baik dari aspek spiritual maupun sosial. Keberkahan muncul karena sikap istiqomah dalam hidup, adanya interaksi sosial, dan jalinan kehidupan yang harmonis.
Bagaimana Ciri-Ciri Rezeki yang Berkah?
Rezeki yang berkah mendatangkan ketenangan dalam hidup yang merupakan bentuk kebahagian non materi. Yang perlu utk selalu kita sadari adalah: pastikan diri kita selalu bersyukur karena rasa syukur bisa menjadi sebab keberkahan atas rezeki yang kita dapatkan. Berikut ini adalah tanda rezeki yang berkah;
1.Diperoleh dengan cara yang halal.
2.Ditunaikannya Zakat, Infak dan Sedekah
3.Membelanjakan rezeki yang sedang-sedang saja.
4.Disikapi dengan amanah.
Lalu bagaimana Membelanjakan Rezeki? Selain dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan pribadi, kita bisa alokasikan untuk kepentingan yang lebih luas. Kita bisa membiasakan diri untuk bersedekah, dipinjamkan ke saudara atau rekan yang sedang membutuhkan, diinvestasikan ke sesama  untuk mengembangkan usaha. Pada intinya tujuannya adalah agar potensi rezeki kita lebih maksimal.
Tidak Diukur dari Seberapa Banyak Harta yang Kita Punya
Rezeki bukan hanya soal harta. Karena itulah, kesuksesan hidup kita tidak diukur dari seberapa banyak harta yang kita punya atau bahkan seberapa tinggi jabatan yang kita jalani sekarang. Keberkahan rezeki kita tercermin dalam peningkatan hal-hal baik yang kita jalani setiap hari. Ukuran keberhasilan manusia sejatinya adalah sejauh mana ia bisa memberi manfaat bagi orang lain. Semakin bermanfaat bagi lingkungan, semakin dicintai oleh Sang Pencipta.
0 notes
o-agassy · 5 years
Text
Persiapan Pasca Kampus
Pasca sekolah menengah sudah dilalui hampir dua atau tiga tahun. Sekadar mengingatkan. Pencarian jati diri kalian akan terus ditunaikan hingga kapan pun. Terikat dan terdeferensiasi berdasarkan waktu.
Saat masih menjadi kecebong, berbeda adaptasinya saat sudah menjadi katak. Hemat saya, kita akan tetap beradaptasi sampai kapan pun.
Ada pesan yg saya ingin sampaikan.
Jangan terlena dengan keadaan ya. Organisasi mahasiswa memang menawarkan seribu satu zona nyaman. Baik dari tantangan ataupun rekanan. Banyak yg satu visi, sedikit yang berbeda dalam tujuan.
Jika sekarang sudah semester lima, saya rasa sudah waktunya untuk memulai mempersiapkan masa depan, atau bahkan lebih baik ya sedini mungkin dalam mempersiapkan bekal untuk karir.
Saya tau banyak contoh disana yg pekerjaan pasca kampus yang tidak linier dengan jurusan perkuliahan.
Apakah itu salah? Ya tidak. Rejeki siapa yang tau.
Makanya disini saya ingin mengingatkan. Silahkan dipersiapkan mengenai keprofesian pasca kampus yang ingin diusahakan.
Saya yakin kok, semua hampir sudah mengenali dirinya masing-masing, walaupun belum 100%.
Pertanyaanya standar kok, Allah itu menciptakan kamu untuk disuruh menjadi apa? Jangan jawab untuk menjadi khalifah, itu sudah pasti.
Nabi Adam aja turun ke bumi untuk menunaikan tugas khalifah di bumi, bukan di surga.
Tapi, Allah itu menciptakan kamu untuk disuruh menjadi ayam atau kambing, atau sapi? Sempurnanya ayam ya berkokok, bukan mengembik seperti kambing. Jangan juga jadi ayam yang ngga amanah.
Suatu saat pas ayam ngga amanah sama tugasnya, Ayam sadar kalo ikan bisa berenang, trus ngadu ke Allah, "Ya Allah, mbok ya sekali kali saya dikasih kemampuan renang. Iri saya sama ikan"
Gemparlah dunia. Posisi menjadi tidak setimbang.
Kembali ke topik.
Yang ingin saya tekankan adalah segera persiapkan mengenai karir keprofesianmu besok.
Paling tidak, juga buat life mapping khususon tentang karir profesional. Terserah apapun itu.
Mau jadi sosioprenuer atau enterprenuer tak apa, selagi passion yg dibungkus profesionalisme tersebut juga menunjang kehidupan.
Ada ungkapan di twitter kemarin, "bekerja sesuai passion itu adalah omong kosong".
Hmm. Bagus juga ungkapannya. Tidak bisa dibenarkan juga tak bisa disalahkan.
Pasca kelulusan seribu satu problem dan tantangan sudah menunggu. Jangan sok-sok an bicara sosial apabila diri sendiri pun belum mampu amanah terhadap kemandirian ekonomi.
Pasca kampus nanti, akan belajar juga menjadi manusia di masyarakat. Bagaimana bermasyarakat di indonesia yang hobinya 'nggunem' tonggo.
Akan menarik sekali, tapi juga melelahkan hati.
Bagi kalian para lelaki khususnya, selamat belajar menjadi pemimpin bagi dirimu, bagi keluargamu, bahkan juga bagi ummat.
Hemat saya, tanpa ingin berdebat masalah bahwa rejeki sudah diatur oleh Allah, rejeki tersebut haruslah diperjuangkan di jalan yang baik.
Tanpa bermaksud menakuti, ada lagu yang menusuk dari iwan fals. Judulnya Sarjana Muda. Silahkan diputar dan maknai sendiri.
Sarjana muda, pengennya dapet kerja di perusahaan bonafit mentereng gaji gede hidup enak, atau menjadi seseorang yg memperjuangkan idealismenya? Who knows.
Oke, sudah cukup. Sudah begitu saja tulisan singkat ini,
Saya hanya berbagi atas pengalaman saya. Persiapkan rek, ujian kehidupan lebih menantang daripada ujian tertulis di secarik kertas.
Jadilah manusia yang berdaulat atas dirimu sendiri.
A. Firmansyah | Bandung, 29 Oktober 2019
1 note · View note
jagungrebus · 6 years
Text
Mustable (Mustahil dan Impossible)
To taking the biggest step of my life is kinda feel like I will jump into an unpredictable world that could be kill me.
Kenapa? Jelas, karena imannya kurang. Kalo iman cukup, maka ga akan khawatir dengan masa depan atau masalah ini itu. Semua sudah diatur Allah. Pas kita maksiat aja Allah masih sayang kok, masa pas kita memilih untuk mengupayakan kebaikan, Allah ninggalin? Itu Mustable (Mustahil dan Impossible).
Padahal udah sering mengalami kejadian yang bikin panik banget, tapi ujungnya pasti ditolong Allah, entah melalui bantuan orang lain atau kebetulan-kebetulan yang sudah pasti bukan kebetulan. Kayak 2 minggu ini, dimana gw hidup nomaden dan mobilitas tinggi dengan dana seminim-minimnya. 
Bandung-Jogja-Tuban-Surabaya-Jogja-Sebuah kabupaten yang tak terjamah peta-balik lagi Jogja-Jakarta-Depok-Bogor-FINALLY NYAMPE BANDUNG LAGI semalam. Ya Allah, sehari ini libur kurang, tapi besok harus nyusun laporan. Ada 4 urusan penting yang harus gw lalui, dan ga bisa diurus sehari dua hari. Tadinya jadwalnya masih menggalaukan, tumpang tindih, dan bikin panik. Tapi, ya itu tadi, kalo dipercayakan ke Allah, semua akan beres. 
Jadwal tiba-tiba menyesuaikan dengan kebutuhan gw, datanglah bantuan dari orang lain, datang rejeki lain, dan semuanya terlalui dengan maksimal sesuai dengan kondisi dan keterbatasan gw, soal hasil lagi-lagi biar Allah yang atur. Plus ada nganu yang mau-maunya antar kesana kemari, unchhh. Meski begitu sampai di Jakarta, badan udah hampir ga bisa diajak kompromi. Maklum, udah usia senja.
Padahal selalu ditolong Allah begitu, tapi masih saja suudzon dengan masa depan, kayak orang ga kenal iman. Ketakutan-ketakutan akan masa depan bikin ingin mundur dari mengupayakan kebaikan. Alhamdulillahnya, punya teman-teman yang pikirannya lurus, jadi semangat datang dari berbagai arah. Rezeki yang mewah tuh itu, ketika kita diberikan jalan terus mengupayakan kebaikan.
Harus belajar lagi tawakkal, menyerahkan urusan pada Allah biar diaturkan. Kalau Dia yang mengatur, semua akan jadi kebaikan, dikuatkan, dicukupkan, diberanikan, diberi pertolongan.
Barangkali masa depan tidak selalu seindah harapan. Barangkali apa yang kita dapatkan tak sesempurna apa yang kita inginkan. Barangkali apa yang ditawarkan kenyataan tak semewah apa yang kita impikan. Barangkali melangkah di jalan baru tak seaman pelukan ayah ibu. Tapi bukankah kita tak pernah tahu, apa yang lebih baik bagi kita sampai Allah membukakan hikmah dan membuat kita berkata, “untung ya, dulu ga begini begitu, alhamdulillah dikasihnya ini, ternyata lebih baik.”
Harus belajar lagi mempercayakan semua urusan, pada Yang Maha Merancang. Allah tuh ga akan pernah zalim sama hamba-Nya. Laa khaula walaa kuwwata illabillaahil ‘aliyyil ‘adziim. Alhamdulillah, bismillah.
303 notes · View notes
flarbae · 5 years
Text
hai "bapak"
bertemu "bapak" kedua adalah sesuatu yang menyenangkan bagiku cerita-cerita perihal kehidupan yang keluar dari mulut beliau terkadang juga merupakan perjuangan nya sendiri merupakan motivasi kecil bagiku, dan kepulangan ku ke Sawangan kali ini selain mengobati rindu kepada adik adik serta warga Kadileben dan juga karena ingin bertemu bapak mendengarkan cerita-cerita beliau, singkatnya saat bapak bercerita panjang lebar ada beberapa hal yang membuat diriku sadar pentingnya kehadiran Mubaligh di Sana, bagaimana bapak bercerita setelah kepulanganku ke Jogja Masjid kini menjadi sepi dan tidak ada lagi aktivitas TPA, jama'ah menjadi berkurang dan sebagainya, di beberapa kesempatan bapak pernah mengatakan bahwa rejeki sudah diatur oleh Allah "bapak punya sapi dua itu semua buat tabungan, namun kalau baru butuh ya dijual nanti ada rejeki ya beli lagi, Allah itu Maha Kaya mas" katanya ketika menceritakan kemana perginya kedua sapi kesayangan, "pokoknya mas, jadi seorang laki laki itu harus kuat, besok jadi pemimpin minimal pemimpin keluarga, jadi contoh yang baik buat istri dan anak-anak nantinya" aku suka dengan setiap apa yang terucap dari mulut Bapak, sosoknya sangat hebat dan mungkin aku jarang bisa menemukan orang se keren beliau, terimakasih bapak telah bercerita banyak hari ini, cerita yang selalu menguatkan ku untuk selalu menjadi baik dan penebar kebaikan bagi semua, sampai jumpa di lain kesempatan sawangan.
Magelang, 18 Oktober 2019
Tumblr media
1 note · View note
ayuswandini · 5 years
Text
Kado. 26th.
Dua hari yang lalu malam sebelum tanggal lahirku. Aku terkejoet. Kaget. Tidak menyangka. Dan takjub. Iya takjub karena hadiah dari Allah yang tidak terduga-duga.
Malam minggu sekaligus malam 17an banyak sekali promo. Promo hari kemerdekaan RI. Berhubung aku selalu excited dengan promo atau diskon apalagi itu adalah makanan. Lalu sengaja berburu diskonan diinstagram. Ketemulah salah satu promo warung bakso Natadbakso diskon sampai 45%. Dan begitu lihat foto yang terpampang disana adalah influencer instagram yang aku ikuti dan lagunya sering sekali kuputar diHP. Ternyataaa warung bakso itu punya Natta Reza gaes. Langsung lah ku follow instagramnya lalu kutanya-tanya gimana caranya untuk ikutan meet n great, lewat WA contact yang tertera dipostinganya.
Tepat malam minggu dengan semangatnya aku dan temanku janjian untuk ketemu ditempat sebelum jam 19.00. Tapi kayaknya cuman aku aja sih yang terlalu semangat wkwk karena temanku sama sekali gak kenal Natta Reza. Tapi mau nemenin akuuu hehehe. Makasih mbak!
Antrian cukup panjang, aku yang datang duluan langsung ikut mengantri sambil menunggu temanku datang. Lalu kita pesan baksonya dan cari tempat duduk. Saat itu banyak tempat duduk yang sudah dipesan. Aku tanya ke pelayannya biar dicarikan tempat yang dekat dengan panggung. Saat aku bingung mau duduk dimana. Temanku ternyata sudah dapat tempat duduk. Daaaan itu tempat duduk paling strategis. Yaaa karena tepaaaat didepan panggungnya! Aku semangaaat sekali.
Setelah duduk, barulah tau. Kita dibolehkan nebeng dimeja oranglain. Karena meja itu untuk berempat tapi baru ditempati dua orang. Nah akhirnya dari situlah kita berempat kenalan, mereka adalah bu dokter yang sedang S2 diUnsoed. Dari obrolan itu kita tukeran nomor WA, lalu banyak bercerita. Mereka baik, ramah dan rame.
Sambil kita makan bakso dan ngobrol dengan mereka. Yang ditunggu-tunggu akhirnya datang. Yup! Natta Reza dan istrinya Wardah Maulina. Mereka sharing bagaimana akhirnya menikah diusia yang masih muda dan sharing tentang kehidupan mereka setelah menikah. Dari yang tadinya pekerjaan Natta adalah pengamen, lalu Wardah mendampingi Natta ikut mengamen dengan berjalan kaki karena uang yang diperoleh hanya cukup untuk beli makan saja, tidak cukup jika harus naik grabcar. Sampai akhirnya sekarang mereka bisa sesukses itu. Salut. Senang rasanya bisa datang bertemu mereka, mendengarkan kisahnya langsung. Feelnya itu dapet. Pelajaran berharga bagiku yang kadang masih ragu, perihal masa depan. Jadi semakin mantap! Hehe. InsyaAllah.
Ditengah sharingnya, ada kuis dan MCnya kasih pertanyaan ke penonton. Pertanyaan pertama. "Buku Wardah yang judulnya Cinta Tak Biasa, ada yang pernah baca?" Otomatis aku jawab dong, sudaaah! Yang lain sepertinya diem-diem bae. Cuman aku disitu yang jawab sudah pernah baca. Haha. Lanjut, ditanya MC. Coba kalo dah pernah baca covernya kayak gimana? Isi bukunya tentang apa? Aku ambil mic-nya dan kujawab pertanyaannya. Lalu jawabanku dikonfirmasi Natta dan Wardah. Betul sekali! Lalu aku disuruh maju dan dikasih buku terbarunya. Dan aku bersalaman dengan Wardah sambil berbisik aku ngefans sama kakak lho. Lalu foto bareng dengan mereka berdua. Penonton yang lain tepok tangan dongs. Wkwkw. Rasanyaaaaa senaaaang sekali. Alhamdulillaaaaah. Setelah itu kita happy happy nyanyi bareng Natta Reza. Hehe.
Semuanya sudah diatur. MasyaAllah. Rejeki itu tidak melulu soal materi. Ya kan? Ternyata ini adalah kado untukku. Kado terindah di26th ini. Beruntungnya aku. Alhamdulillaaaah. Mahabaik Allah atas kejutan yang tidak teduga-duga. Jika bukan karena kehendakNya, aku mungkin tidak seberuntung itu. Rencana Allah tak ada yang tahu. RencanaNya selalu indah. Tak akan bisa kita terka. Logika kita tak akan sampai. Tugas kita adalah terus berbaik sangka kepadaNya. Yakin, bahwa Allah akan balas dengan kebaikan, dalam bentuk apapun itu. InsyaAllah.
Purwokerto, 19 Agustus 2019.
2 notes · View notes
irmadwidfaslamulloh · 5 years
Text
Rejeki
Kalau hati kita sudah mengimani Allah, rasanya pertanyaan tentang rejeki tak akan berlarut-larut menggelayut di hati dan fikiran yang kemudian sering bikin galau kan?.
Sering saya menanyakan pertanyaan ini berulangkali pada diri sendiri "kamu yakin kan sama Allah? Jadi harusnya gk ada yang perlu di resahkan lagi, ikhtiarkan dan imani hasilnya bahwa semua dari Allah pasti terbaik untuk hamba-Nya".
Bukan pasrah, tp menegaskan pada diri bahwa Allah sudah sedemikian rupa mengatur hidup kita, jauh sebelum kita dilahirkan.
Seperti sore ini, saat Allah minta saya berbuka lebih awal, 5 menit sebelum adzan 😆. Saya pun harus sebenar-benarnya yakin ini salah satu bentuk rizki dari Allah. Dan sudah diatur sedemikian rupa oleh Allah, walau gregetannya tetep ada wkwk.
1 note · View note
giaalysa · 6 years
Text
Nasehat Hidup
Di sore itu, diperjalanan menuju Pool Bus di Cililitan menggunakan ojek online. Driver itu mungkin hampir seumuran dengan Papaku, dan nampaknya beliau tahu betul bahwa aku seringkali kesana
🧒: Mbak mau pulang kemana? Tasik?
🧕: Bandung pak.
🧒: Biasanya berdua mbak sama temennya
🧕: Iya pak, temen saya udah pindah kerja. Dia kemarin ikut CPNS BPOM dan keterima
🧒: ohh gitu mbak, Mbak ga ikut daftar?
🧕: Ngga pak hehe
🧒: Rejeki ya Mba itu tuh, emang kalo rejeki mah sendiri sendiri (yang aku tangkap disini maksudnya rejeki tidak akan tertukar dan udah diatur) Adek saya juga lulus jadi TNI, padahal kita mah dari kampung cuman dia aja yang berhasil. Tapi dia ga pernah sombong, kalo pulang ke kampung juga ga pake seragam, kalo ditanya dia bilangnya kerja jadi "satpam"
🧕: Iya pak hehe
Lalu aku merenung, mengapa seorang ojek online aja yang notaben nya penghasilannya tidak tetap dan tergantung pada ikhtiar beliau setiap harinya, masih bisa berpikir seperti itu? sedangkan aku yang sudah menjadi karyawati dengan penghasilan tetap masih suka mengeluh atas ketidaknyamanan kecil yang kerap dialami ketika kerja. Dan kenapa harus khawatir akan sesuatu yang belum di dapat padahal semuanya sudah ada yang mengatur?
🧒: Saya ada cerita mba, dulu saya pernah nge grab car, terus ada penumpang dia cerita sampe dia nangis mba di mobil
🧕: lho kenapa emang pak?
🧒: Dia dulu kerja, sibuk banget, saking sibuknya jarang kontak sama keluarga, jarang pulang nengokin orang tuanya. sampe akhirnya Bapaknya sakit, tapi dia ada tugas keluar kota, tetep aja dia berangkat. sampe ayahnya sendiri yang telpon ingin ditengokin anaknya, bilang
"Lek, Bapakmu ini sakit, kamu gamau nengokin Bapak?"
lalu dia jawab "ngga bisa pak, aku sibuk harus keluar kota"
trus ga lama ibunya yang telpon ke anaknya, ibunya bilang "lek kamu gamau nengokin bapak?"
tetap dia jawab " ga bisa bu aku ada kerjaan keluar kota"
sampai akhirnya ibunya bilang "Bapakmu udah ga ada lek... "
padahal itu ga lama selang dari Bapaknya yang telpon. Barulah disitu dia tersadar, dan menyesal, sampe akhirnya dia resign dari kerjaannya padahal posisinya udah bagus. Beneran itu dia nangis di mobil sambil cerita Mbak.
🧕: oh gitu pak (mulai merenung)
🧒: Orang tua tuh gitu mbak, kalo anaknya sukses, kaya, dia ga kan minta apa apa, ga butuh apa apa, cuman butuh perhatian dari anaknya. Di telpon 2 kali seminggu aja pasti udah seneng. Harus sering sering merhatiin orang tua, Silaturahmi sama orang tua tuh harus dijaga mbak, jasa orang tua kan ga akan terbalaskan
🧕: iya pak....
Mulai merenung lagi, sebelumnya juga seringkali ada teman yang bertanya "kenapa pulang terus?" , dan dengan spontannya ku jawab "aku kerja untuk pulang, ngapain aku kerja kalo ga pulang?".
Berapapun uang yang habis untuk biaya pulang, bukankah memang tidak ada apa apanya dibanding kebersamaan dengan keluarga?
Lalu terpikir, selama ini pulang ke rumah terus, perhatian apa yang sudah diberikan ke orang tua?
terpikir juga, bagaimana jika aku menikah suatu hari nanti dan tinggal berbeda kota dengan orang tua, apakah bisa mencurahkan perhatian ke orang tua seperti sekarang? ketika bakti sudah pindah ke suami dan orang tua bukan prioritas pertama, Apakah selama ini bakti ku sudah maksimal?
Apakah aku sudah siap memindahkan bakti ke suami kelak? sedangkan bakti ke orang tua saja masih begitu, sering ngeyel 😢
Setelah percakapan itu sisa perjalanan hening, dan semua pikiran itu terlintas dan berputar putar dikepalaku, tentu saja dibumbui dengan air mata yang berlinang di pelupuk mata dan mencoba menarik nafas dalam dalam agar air mata itu tak sampai menetes. eakk baper emang anaknya.
Kadang hidup seunik itu, bahkan Nasehat hidup dan ilmu kehidupan yang tidak kita dapat di sekolah formal, malah bisa kita dapatkan ketika menyatu dengan masyarakat. Karena apapun profesi seseorang, akan selalu ada ilmu untuk dibagikan. Karena Bapak driver ojek online itupun, seorang orang tua.
Tidak ada yang kebetulan di dunia ini, Allah SWT sudah mentakdirkan pertemuan ini, pasti dengan suatu alasan. Mengingatkan bahwa rejeki sudah diatur dan berbakti pada orang tua itu adalah wajib.
Terima kasih Pak Joko sudah mengantar, dan sudah memberi nasehat 😊
2 notes · View notes
wedangrondehangat · 4 years
Text
Ngobrol Sama Diri Sendiri
Aku sering bilang kepada diriku sendiri, “yuk, bismilah, berusaha maksimal sampai tiba deadlinenya. Kalau emang nggak terkejar sampai deadline, ya udah nggak apa-apa. Berarti belum Allah ijinkan. Mungkin kalau ikut deadline selanjutnya itu lebih baik karena saat menujunya bisa jadi kamu bertemu sesuatu yang baik atau suatu rejeki yang Allah selipkan di sana, di waktu yang sudah diatur oleh-Nya.”
Aku juga sering berkata, “yuk, jangan pusing-pusing. Hidup dan seluruh niat kita ini kan karena Allah, jadi kalau dikecewakan dunia ya udah biasa saja. Tetap berikhtiar, tapi biarkan saja hidup mengalir sebagaimana adanya, hasilnya nanti terserah Allah, apakah kita berhasil mengejarnya atau tidak.”
Jadi begini, kalau kataku, “hidup harus tetap punya target, tapi saat dijalani legowo saja jika ternyata keinginan kita terbentur sana-sini. Justru banyak yang dibenturkan atau dibelokkan oleh Allah karena mau diarahkan kepada sesuatu yang lain, sesuatu yang lebih layak untuk kita dapatkan, sesuatu yang ternyata lebih cocok untuk kita.”
Lalu juga suka ngomong begini kalau lihat orang-orang pamer kekayaan di medsos, “aku nggak apa-apa kalau nggak bisa jadi orang kaya. Pusing jadi orang kaya, tuh. Pasti kepikiran mulu sama hartanya. Aku mau jadi orang yang cukup aja. Kalau mau beli beras duitnya cukup, mau makan enak duitnya cukup, mau bayar kuliah duitnya cukup, mau beli kuota duitnya cukup, mau beli rumah duitnya cukup, mau sedekah duitnya cukup, mau ngasih THR duitnya cukup, mau naik haji duitnya cukup.” Gitu aja, hahaha.
Kalau lihat pencapaian orang-orang gimana, kak? Waduh. Pasti seringnya dari kita langsung ngebatin, “aku kapan, ya?” padahal sudah jelas masing-masing orang punya waktu yang beda-beda, porsi rejeki yang beda-beda juga. Kita sebenarnya sudah paham konsep ini. Berulang kali para motivator ngomongin hal ini, tapi tetap aja kita dodol, hahaha. Lagi-lagi nanya ke diri sendiri, “aku kapan, ya?”
Pencapaian seseorang itu kan didukung banyak faktor. Jadi, kalau aku mah tahu diri aja, tahu batas kemampuanku, tahu privilegeku apa saja. Aku pengen banget bikin buku, tapi kok ya kayak nggak terwujud-wujud. Akhirnya aku sadar diri, aku sulit membagi fokusku, jadi membuat sebuah buku aku geser untuk target di waktu-waktu berikutnya saja walaupun sambil aku kumpulkan juga tulisan-tulisanku, sih. Kalau lihat orang-orang dengan mudahnya menerbitkan buku, “Oh iya, dia punya privilege karena bapaknya penulis dan motivator, suaminya penulis, atau dia punya penerbitan. Wajar, kan? Nah, kalau aku nggak punya privilege itu jadi wajar kalau aku harus berusaha ‘sedikit lebih keras’ dari dia, tapi bukan berarti aku tidak bisa seperti dia. Aku bisa, hanya saja usahaku harus lebih keras sedikit dari dia, hehehe.”
Terus kalau aku mau marah, hatiku udah bawel duluan, “udahlah, nggak usah marah. Nagapain sih marah? Buang-buang energi, toh belum tentu juga dia ngerespon amarah kamu kalau kamu bentak-bentak dia. Tarik nafas aja, bentar lagi pasti udah kayak biasa lagi. Yaudah yaudah, nonton yang lucu-lucu dulu atau pura-pura chattingan supaya amarahnya teralihkan. Oke?”
Kalau lihat ada orang yang ngejulidin orang lain dan kepancing pengen ikut julid, “astaghfirullah, hapus itu ketikannya! Nggak usahlah ngomen-ngomen yang nggak penting. Faedahnya apa coba kamu berkontribusi ngasih komentar kayak gitu? Yang dijulidin aja nggak baca komentar kamu, terus kalau sebenarnya yang kalian semua omongin itu salah jatuhnya fitnah gimana? Kalau nggak fitnah, ya ghibah! Cukup baca saja, nggak usah terpancing, apalagi ikut menyebarkan. Medsos sudah sulit dikendalikan, tinggal kitanya yang pinter-pinter nyaring dan menahan emosi. Mending ngomentarin yang lucu-lucu aja, itu juga sebenarnya nggak penting, sih! Tapi oke nggak apa-apa, kamu bosan banget kan di rumah. Aku paham.” Lawak banget diriku dipahami oleh diri sendiri, wkowkwokwowk.
Intinya aku sering ngomong sama diri sendiri, hahaha. Pikiran kita kalau nggak diladeni, makin berisik! Tapi percayalah nuarani kita berandil besar dalam membuat diri kita lebih bijak. Jadi sesekali coba ngobrol sama diri sendiri, biasanya nurani itu nggak bohong, sering membuat pengakuan dosa, tapi selalu disangkal sama akal pikiran. Halah nggak apa-apa, halah cuma gitu doing, kok. Kadang yang halah-halah itu nggak sesepele itu untuk diintropeksi. Oh iya, kadang juga, yang bisa menyemangati dan memotivasi kita adalah diri kita sendiri! Jangan nyerah sama keadaan, ya!
Bandung, 19 Juni 2020 | 06.18 | @wedangrondehangat
2 notes · View notes