Tumgik
#ulama palsu
kafabillahisyahida · 10 months
Text
Cintai Rasul sebagaimana Beliau ingin dicinta, Bukan sekehendak hati kita.
Sebenarnya kita dari waktu sekolah qt udah diajarin ketika dikasih soal pengertian sel misalnya menurut Robert Huki tapi kita menjawab pengertian sel dari Felix wantana maka walaupun esensi dan inti atau maknanya sama tapi sama guru bakal disalahin karena redaksi kalimatnya beda.
Begitu juga ketika kita lagi sidang skripsi kalau kita mencantumkan suatu definisi atau teori yang gak ada sumbernya itu bakal ditanya sama dosen ini mana sumbernya ini apa referensinya, kalau ga ada ya bakal disalahin dan harus direvisi .
Nah begitu juga dalam agama udah ada yang namanya syariat dan referensinya tuh Alquran Hadis. Jadi nggak bisa kita beribadah semau kita dengan dalih niat baik tapi itu menyelisihi Rasul dan para sahabatnya. Tidak ada dalilnya, pakai dalil palsu, bahkan ada dalil yang jelas2 melarangnya.
Jadi nggak ada jalan lain kita harus cari ilmunya nanti di akhirat dalam Alquran akan ada orang yang ditanya sama Allah kamu ngelakuin ini ikut siapa? Aku ikut si anu tapi sama Allah ditolak dan yang diikutinya itu pun mengelak. Kita harus tahu dalilnya sanadnya karena agama itu dibangun atas dalil dan itu harus sampai ke Allah dan Rasulullah.
Jadi kalau dapat ilmu itu kita tabayunnya ke yang paling awal dulu ke Allah, Rasul lalu para sahabatnya baru berikutnya kepada tabiin tabiin dan ulama-ulama setelah -setelahnya nya bukan di balik urutannya karena yang paling murni sunnahnya dan lurus ajarannya itu adalah yang hidup paling awal terutama yang sezaman dengan nabi. Jadi kalau mau mengikuti Ulama di zaman ini Ikutilah ulama yang ajarannya paling sesuai quran dan hadist dalam artian selalu memakai dalil2 yang shahih bukan dongeng semata.
Dari Anas bin Malik Radhiyallahu Anhu, dari Rasulullah bahwasanya beliau pernah bersabda,
"Barangsiapa yang tidak suka terhadap sunnahku, maka dia bukan termasuk golonganku".
Pada suatu hari, Rasulullah mengimami kami. Seusai shalat, beliau menghadapkan wajahnya kepada kami, kemudian menyampaikan nasihat yang amat mendalam sehingga membuat mata kami menangis dan hati kami merasa takut. Lalu seseorang berkata: 'Ya Rasulullah, seakan-akan ini nasihat perpisahan. Apakah yang akan kau wasiatkan kepada kami?' Beliau bersabda: 'Aku mewasiatkan kepada kalian agar senantiasa bertakwa kepada Allah, senantiasa mendengar dan taat (kepada pemimpin), meskipun pemimpin kalian adalah seorang sahaya Habasyah. Sungguh, barangsiapa di antara kalian yang hidup sepeninggalku, maka niscaya dia akan melihat perselisihan yang sangat banyak. Oleh karena itu berpegang teguhlah kalian kepada sunnahku dan sunnah para sahabat (Khulafaur Rasyidin) yang memperoleh petunjuk setelahku. Berpegang teguhlah kepadanya, dan gigitlah ia dengan gigi geraham kalian.
Dan jauhilah olehmu perkara agama yang diada-adakan, karena sesungguhnya setiap perkara agama yang diada-adakan itu adalah bid'ah, dan setiap bid'ah itu adalah sesat'". (HR.Abu Dawud-An Nasa'i Imam Nawawi menukil Hadist ini Shahih)
"Aku akan mendahului kalian menuju ke al-Haudb (telaga Nabi di Surga), serta akan ada orang-orang yang benar-benar dihalau dariku. Aku berkata: 'Wahai Rabbku, mereka itu adalah para Sahabatku'. Dan dikatakan (kepadaku): 'Sungguh, engkau tidak tahu apa yang mereka ada-adakan sepeninggal engkau'". (HR Bukhari Muslim)
Jadi ini bukan hanya tentang bagaimana kita mencintai Rasulullah Tapi tentang apakah Rasulullah juga mencintai dan mengakui kita sebagai umatnya. Karena setiap orang berhak mencintai siapapun tapi belum tentu dia juga dicintai oleh yang ia cintai.
21 notes · View notes
sebiruhariini · 21 days
Text
A must watch for murobbi. Nyalakan lagi semangat membina kita! Some notes for me:
Dr. Said Hawa pernah berpesan, ada 3 jenis alasan pentingnya pembinaan dan kaderisasi:
1. Adanya nufuzun jadidatun qodimatun. Ada jiwa-jiwa yang baru lahir dan baru mengenal Islam. Jiwa ini banyak dan butuh sentuhan pembinaan yang khusus.
2. Adanya nufuzun zahibatun. Jiwa yang sdh pergi meninggalkan kita secara sunnatullah (wafat). Ulama para asatidz, para jiwa yang handal itu pergi meninggalkan kita. Masalah ini yang dihadapi Nabi Yaqub as. Maka, ia bertanya kepada anaknya, "Apa yg kalian sembah setelah sepeninggalku nanti", "Siapa yg akan memikul estafet dakwah ini?
Allah swt pun sudah mengingatkan dam QS. An nisa ayat 9. Jika kita tidak mewariskan kebaikan kepada generasi di bawah kita, kita akan meninggalkan generasi yang lemah.
Nabi zakariyya as pun banyak berdoa agar diberikan keturunan yang shalih dan baik.
3. Adanya nufuzun mutaghoyyirat. Ada jiwa-jiwa yang berubah dalam perjalanan dunia ini. Fenomena ini terjadi di masa Rasulullah saw (QS. Ali imran 152) peristiwa Perang Uhud. Awalnya Allah swt memenangkan, namun ada beberapa sahabat yang terlena pada dunia dan membawa kekalahan.
Dengan pembinaan pula, kita bisa merespon dengan baik apa yang terjadi di sekitar terutama oknum keburukan, seperti Qarun, si Bapak Pencitraan.
Dalam QS. Al Qashas 79-80. Saat Qarun keluar ke jalan untuk memakai baju kebesarannya. Ada 2 reaksi masyarajat:
1. Orang-orang yang menginginkan dunia; "Amboi, coba kami punya harta Qarun". Povnya "Wani piro?".
2. Respon kedua, orang yang telah diberi ilmu, orang yang telah terbina dengan baik. "Tidak, celakalah kalian! Pahala Allah lebih baik.
Salah satu faktor meluruhkan semangat dalam membina: QS. An Naml ayat 107, mereka lebih mengutamakan kehidupan dunia daripada akhirat. Ini penyakit. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada kaum yg kafir.
Kalimat "Ini juga dakwah" sering menjadi excuse ketika menghindari kegiatan membina. Kita lebih mengutamajan pekerjaan, mengajar, berpolitik, dst. Padahal yang kita inginkan adalah menghasilkan kader-kader dakwah penarik beban.
Prinsip membina ala Rasulullah saw adalah learning by doing. Kisah Ali yang masih kecil tapi sudah diberi amanah untuk mengawasi orang-orang baru di masjid Mekkah.
Membina membuat kita istiqomah..
Jk kt sdg futur Kan suatu hal, yg kt berikan kepada mutarobbi kt adalah untuk kt sendiri.
Luka Pembinaan. Mari menjadikan luka pembinaan sebagai obsesi. Seperti halnya Wahsyi. Ditolak bertatap muka oleh murobbi terbaik sepanjang zaman, Rasulullah saw. Namun, bukan dendam dan benci yang tumbuh pada dirinya. Ia paham dan memahami bahwa saat Rasulullah saw memandangnya, hal itu akan mengingatinya pada Hamzah. Berazzamlah Wahsyi, "Dengan lembing ini, aku membunuh manusia terbaik. Dan dengab lembing ini juga aku akan membunuh manusia paling buruk di dunia ini". Ya, Wahsyi membunuh nabi palsu, Musailamah Al Kaddzab.
3 notes · View notes
abdazizef · 2 months
Text
Membongkar nasab-nasab palsu kepada nabi Muhammad telah dilakukan ulama-ulama masa lalu. Seperti yang dilakukan Ibnu Hazm al-Andalusi dan Imam Tajuddin As-Subki dalam membongkar kepalsuan nasab Bani Ubaid yang mengaku sebagai keturunan nabi Muhammad Shalallahu alaihi wassalam. Memberantas nasab-nasab palsu yang menisbahkan diri kepada Nabi Muhammad hukumnya fardu kifayah. Ia termasuk dalam kategori amar ma’ruf nahi munkar. Haram bagi para ulama untuk mendiamkan terjadinya pengakuan nasab seseorang atau sekelompok manusia yang menisbahkan diri sebagai keturunan Nabi Muhammad dengan dusta, karena yang demikian itu termasuk istihqor bi haqqi al mustofa (merendahkan hak Nabi Muhammad Shalallahu alaihi wassalam). Imam Ibnu Hajar al-Haitami al-berkata: ينبغي لكل احد ان يكون له غيرة في هذا النسب الشريف وضبطه حتى لا ينتسب اليه صلى الله عليه وسلم احد الا بحق (الصواعق المحرقة:2/537) “Seyogyanya bagi setiap orang mempunyai kecemburuan terhadap nasab mulia Nabi Muhammad dan mendhobitnya (memeriksanya) sehingga seseorang tidak menisbahkan diri kepada (nasab) Nabi Muhammad kecual dengan sebenarnya. (Ash-Showa’iq al Muhriqoh: 2/537)”. Membongkar nasab-nasab palsu kepada Nabi Muhammad telah dilakukan ulama-ulama masa lalu. Seperti yang dilakukan Ibnu Hazm al-Andalusi dan Imam Tajuddin As-Subki dalam membongkar kepalsuan nasab Bani Ubaid yang mengaku sebagai keturunan nabi Muhammad Shalallahu alaihi wassalam. Begitu pula yang dilakukan Al-hakim An-Naisaburi yang membongkar kepalsuan nasab Abu Bakar ar-Razi yang mengaku keturunan Muhammad bin Ayyub al-Bajali; begitu pula dilakukan oleh Adz-Dzhabi yang membongkar kepalsuan nasab Ibnu Dihyah al-Andalusi; Demikian juga Ibnu hajar al-Asqolani yang membongkar kepalsuan nasab Syekh Abu Bakar al-Qumni. (Ushulu wa Qowaid Fi Kasfi Mudda’I al-Syaraf: 11) Wajib bagi ulama yang mengetahui batalnya nasab seseorang yang menisbahkan dirinya kepada nasab Nabi Muhammad untuk menyebarkannya kepada orang lain. Syekh Ibrahim bin Qosim berkata: ولا يجوز للعالم كتمان علمه في هذا الباب فامانة العلم والكشف عن اختلاط الانساب من الامر بالمعروف. “Dan tidak boleh bagi seorang alim menyembunyikan ilmunya dalam bab ini (nasab), maka amanah dalam ilmu dan membongkar tercampurnya nasab adalah bagian dari amar ma’ruf dan nahi munkar” (Ushulu wa Qowaid Fi Kasfi Mudda’I al-Syaraf: 13) Imam Malik bin Anas berkata: من انتسب الي بيت النبي صلى الله عليه وسلم يعنى بالباطل يضرب ضربا وجيعا ويشهر ويحبس . “Barangsiapa yang bernisbah kepada keluarga nabi, yakni dengan batil maka ia harus dipukul dengan pukulan yang pedih dan di umumkan serta dipenjara” (Ushulu wa Qowaid Fi Kasfi Mudda’I al-Syaraf: 9). Oleh: KH Imaduddin Utsman al-Bantanie
View On WordPress
0 notes
bantennewscoid-blog · 9 months
Text
Menyambut Maulud Nabi Muhammad SAW, STGI Gelar Baksos Pemasangan Gigi Tiruan Gratis
LEBAK – Masalah kesehatan gigi dan mulut seringkali terabaikan. Bahkan, banyak yang meremehkan. Padahal kesehatan gigi dan mulut dapat mempengaruhi kualitas hidup, baik kesehatan umum maupun kehidupan sosial. Oleh karena itu, Serikat Tukang Gigi Indonesia (STGI) Provinsi Banten yang bekerjasama dengan para alim ulama melaksanakan bakti sosial pemeriksaan dan pemasangan gigi palsu bagi kiyai yang…
Tumblr media
View On WordPress
0 notes
Tumblr media
_"Tak ada orang yang begitu sukar dijangkau daripada seorang Kristen palsu."_ ~ John MacArthur, ulama Ultra-Konservatif.
0 notes
penyelamairdangkal · 1 year
Text
Aku adalah luka luka dalam doa
Air mata di malam malam seorang janda miskin
Aku adalah jarak antara pelacur dan taubat
Punggung tegar seorang ayah yang anaknya melacur untuk mendaki tangga sosial
Aku adalah debu debu gereja kosong
Umat yang tak sanggup menahan lapar lagi karena utangnya segunung
Aku adalah sayatan lidah ulama ulama palsu
Hunus pedang yang membantai bebas bebas
Aku adalah nafsu kelaminmu
Anak manja murahan yang tak pernah menjilat kemiskinan
Dan kau adalah keputusanku
0 notes
taufiq-2022 · 1 year
Text
BULAN RAJAB
Tumblr media
Bulan rajab adalah bulan yang mulia nan suci, karena ia termasuk kedalam 4 bulan khusus dari 12 bulan Allah ﷻ sebagaimana yang tercantum dalam QS At-Taubah ayat 36 :
اِنَّ عِدَّةَ الشُّهُوْرِ عِنْدَ اللّٰهِ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا فِيْ كِتٰبِ اللّٰهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضَ ”
“...مِنْهَآ اَرْبَعَةٌ حُرُمٌ
Artinya : “Sesungguhnya jumlah bulan menurut Allah ialah dua belas bulan, (sebagaimana) dalam ketetapan Allah pada waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya ada empat bulan haram…”
Nama رجب (rajab) sendiri diambil dari kalimat يرجب فى الجاهلية yang artinya diagungkan oleh kalangan jahiliyah, kemudian Rajab sendiri mempunyai beberapa sebutan, menurut imam ibnu dihyah bulan tersebut mempunya 18 nama dan diantara nama-nama tersebut yang paling masyhur adalah :
1.Al-Ashom (الأصم) yang artinya tuli, karena dibulan ini tidak terdengar suara kilatan pedang / diharamkan perang.
2.Al-Ashob (الأصب) yang artinya tertuang, karena dalam bulan ini tertuang limpahan rahmat & ampunan dari Allah ﷺ .
Keistimewaan puasa dibulan :
Dari sahabat Anas bin Malik, Rasulullah ﷺ bersabda :
إن في الجنة نهرا يقال له : رجب ، أشدّ بياضا من اللبن وأحلى من العسل ، من صام يوما من رجب سقاه الله من ذلك النهر
“Sesungguhnya di syurga ada suatu sungai bernama ‘rajab’, warnanya lebih putih dari susu & rasanya lebih manis dari madu. Barang siapa yang berpuasa sehari dalam bulan Rajab, makan akan diberi minum oleh Allah ﷺ dari sungai tsb.” (Hadist riwayat Al-Baihaqi disebutkan dalam kitabnya Syu’abul Iman).
Apakah hadist diatas palsu ?
Jawabannya : Dalam kitab Al-Hawi Lil- Fatawi 1/339
Al-Imam Jalaluddin Asy-Suyuthi pernah ditanya tentang hadist tersebut, kemudian beliau menjawab :
ليست هذه الأحاديث بموضوعة ، بل هي من قسم الضعيف الذي تجوز روايته في الفضائل ، أما الحديث الأول فأخرجه أبو الشيخ ابن حيان في كتاب الصيام ، والأصبهاني وابن شاهين ، كلاهما في الترغيب ، والبيهقي وغيرهم
“Hadist ini bukan maudhu’ (palsu), namun ia termasuk hadist dho’if (lemah) yang boleh diriwayatkan atau digunakan untuk fadhoilul a’mal (penambah semangat ibadah). Sebagaimana hadist tersebut diriwayatkan oleh imam ibnu hayyan, Imam Al-Asbahani, Imam Ibnu Syahin, Keduanya dalam kitab At-Targhib , Imam Baihaqi dll.”
Pahala puasa rajab berlipat ganda :
Dari Sahabat Abdullah bin Abbas, Rasulullah ﷺ bersabda :
من صام من رجب يوما كان كصيام شهر ، ومن صام سبعة أيام غلقت عنه أبواب الجحيم السبعة ، ومن صام منه ثمانية أيام فتحت له أبواب الجنة الثمانية ، ومن صام منه عشرة أيام بدلت سيئاته حسنات
“Siapa saja yang berpuasa 1 hari dibulan Rajab, maka seperti berpuasa 1 bulan. Dan yang berpuasa 7 hari, maka Allah ﷻ akan tutupkan untuknya 7 pintu neraka. Dan yang berpuasa 8 hari, maka Allah ﷻ akan bukakan untuknya 8 pintu syurga. Dan yang berpuasa 10 hari, maka Allah ﷻ akan mengganti semua dosa-dosanya menjadi pahala.”
(HR.Imam At-Thobroni, Abu Nu’aim dll)
Niat puasa rajab :
Waktu membaca niat puasa rajab & puasa sunnah lainnya dari maghrib – dzuhur
1.Niat dari maghrib – shubuh
نويت صوم غد عن أداء سنة رجب لله تعالى
Nawaitu shouma godin ‘an ada’i sunnati Rajab lillahi Ta’aala.
Artinya: aku berniat puasa sunnah rajab esok hari karena Allah ﷻ
2.Niat dari shubuh –dzuhur
نويت صوم هذا اليوم عن أداء سنة رجب لله تعالى
Nawaitu shouma hadzal yaum ‘an ada’i sunnati Rajab lillahi Ta’aala.
Artinya: Aku berniat puasa sunnah Rajab hari ini, karena Allah ﷻ
Niat dari shubuh dzuhur itu dibaca ketika terlupa membaca niat puasa hingga shubuh
Amalan-amalan bulan Rajab :
Amalan-amalan ini diamalkan oleh para ulama kita yang bersumber dari hadist nabi ﷺ & orang shaleh
1.Membaca istighfar 70x pada pagi & sore hari
اللهمَ اغفرلي وارحمني وتب علي
Artinya : Ya allah ampunilah aku, kasihanilah aku dan terimalah taubatku
Imam Wahab ibn Munabbih : Yang membacanya, tidak akan disentuh api neraka
2.Membaca dzikir ini masing-masing 100x
سبحان الله الحي القيوم 1-10 Rajab
سبحان الأحد الصمد 11 -20 Rajab
سبحان الله الرؤوف 21-30 Rajab
Sebagian orang shaleh berkata : yang membacanya akan mendapat pahala yang sangat besar, sehingga taka ada satupun yang dapat menghitungnya.
By.@ahmedbafagih
1 note · View note
syam1974 · 1 year
Photo
Tumblr media
alqolam.tv 🔰 Hadits Palsu Keutamaan Puasa Dibulan Rajab Bulan Rajab Merupakan salah satu Bulan Yang Mulia dikarenakan Rajab Termasuk Salah Satu Bulan Haram, Namun sangat disayangkan Dibulan rajab ini sering beredar hadits-hadist palsu tentang keutamaan puasa di hari-hari tertentu dalam jumlah tertentu, Mayoritas ulama menjelaskan bahwa hadist yang menyebutkan amalan di bulan Rajab adalah hadist dhaif dan tertolak. Ibnu Hajar mengatakan, لم يرد في فضل شهر رجب ، ولا في صيامه ، ولا في صيام شيء منه معين ، ولا في قيام ليلة مخصوصة فيه حديث صحيح يصلح للحجة ، وقد سبقني إلى الجزم بذلك الإمام أبو إسماعيل الهروي الحافظ “Tidak terdapat riwayat yang sahih yang layak dijadikan dalil tentang keutamaan bulan Rajab, tidak pula riwayat yang shahih tentang puasa rajab, atau puasa di tanggal tertentu bulan Rajab, atau shalat tahajud di malam tertentu bulan rajab. Keterangan saya ini telah didahului oleh keterangan Imam Al-Hafidz Abu Ismail Al-Harawi.” (Tabyinul Ajab bi Ma Warada fi Fadli Rajab, hlm. 6) Keterangan yang sama juga disampaikan oleh Imam Ibnu Rajab. Dalam karyanya yang mengupas tentang amalan sepanjang tahun, yang berjudul Lathaiful Ma’arif, Imam Ibnu Rajab juga menegaskan, لم يصح في فضل صوم رجب بخصوصه شيء عن النبي صلى الله عليه و سلم و لا عن أصحابه و لكن روي عن أبي قلابة قال : في الجنة قصر لصوام رجب قال البيهقي : أبو قلابة من كبار التابعين لا يقول مثله إلا عن بلاغ و إنما ورد في صيام الأشهر الحرم كلها “Tidak ada satu pun hadis sahih dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang keutamaan puasa bulan Rajab secara khusus. Hanya terdapat riwayat dari Abu Qilabah, bahwa beliau mengatakan, ‘Di surga terdapat istana untuk orang yang rajin berpuasa di bulan Rajab.’ Namun, riwayat ini bukan hadis. Imam Al-Baihaqi mengomentari keterangan Abu Qilabah, ‘Abu Qilabah termasuk tabi’in senior. Beliau tidak menyampaikan riwayat itu, melainkan hanya kabar tanpa sanad.’ Riwayat yang ada adalah riwayat yang menyebutkan anjuran puasa di bulan haram seluruhnya” (Lathaiful Ma’arif, hlm. 213) Berpuasa sunnah merupakan amalan kebaikan apalagi dilakukan pada bulan-bulan haram, namun beramal berdasarkan hadits palsu merupakan sebuah kemungkaran (di Banjarmasin) https://www.instagram.com/p/CnvMN48B_TU/?igshid=NGJjMDIxMWI=
0 notes
sharekajianilmu · 2 years
Text
(Kubra Yaqiniyat Al Kauniyah) BAGIAN 1 : PENTINGNYA PELAJARAN YANG ADA DALAM KITAB KUBRA YAQINIYAT. (Part 2)
Ada ceramah ceramah Syekh Said Ramadhan Al Buthi yang menjelaskan tentang Islam dalam timbangan ilmu (untuk menjelaskan bahwa Islam itu sesuai dengan ilmu bukan seperti yang dituduhkan oleh antek antek perang pemikiran). Hakekatnya mereka yang menuduh demikian terhadap Islam, merekalah yang bertentangan dengan ilmu pengetahuan. Seperti dalam pembahasan akan adanya Allah misalnya (sifat Wujud). Apa timbangan keilmuan yang menunjukkan bahwa Allah itu ada . Allah tidak berawal (sifat Qidam), apa timbangan keilmuan yang menunjukkan Allah itu tidak berawal (Allah sudah ada tanpa memiliki permulaan karena Allah SWT adalah wajibul wujud yang keberadaannya mesti ada). Keesaan Allah misalnya (Sifat Wahdaniyah), apa timbangan keilmuan yang menunjukkan bahwa Allah itu maha Esa. Dan seterusnya. Kita harus menyepakati metodologij apakah yang digunakan untuk sebagai parameter timbangan keilmuan. Harus jelas bagi kita apa manhaj yang digunakan sebagai paremeter timbangan keilmuan. Ulama’ Islam menaruh metodologi untuk mengetahui parameter timbangan keilmuan untuk mengetahui mana yang benar dan mana yang palsu atau bohongan. Bahkan kita akan mempelajari metodologi yang digunakan oleh Barat dalam menentukan timbangan keilmuan untuk mencapai kebenaran. Jika ada yang berkata bahwa kami berbicara dengan asas ilmu bukan asas agama. Maka ini adalah pernyataan yang keliru dan menyesatkan. Ulama’ Islam telah menaruh metodologi yang akan kita pelajari setelah ini. Apa sumber yang menjadikan mereka menaruh metodologi tersebut? Jawabannya adalah dari Tuhan, dari Alquran yang telah diturunkan oleh Tuhan. Mereka mendengarkan Alquran, وَلَا تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهٖ عِلْمٌ ۗاِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ اُولٰۤىِٕكَ كَانَ عَنْهُ مَسْـُٔوْلًا Dan janganlah kamu mengikuti sesuatu yang tidak kamu ketahui. Karena pendengaran, penglihatan dan hati nurani, semua itu akan diminta pertanggungjawabannya. Jika berislam hanya karena ikut ikutan saja tanpa ada dalil dan keyakinan maka imannya tidaklah diterima. Misalnya karena mayoritasnya Islam maka dia ikut ikutan Islam maka dia tidaklah diterima Islamnya. Dalil yang bersifat yakin maka akan menghasilkan sesuatu yang bersifat yakin. Dalil yang bersifat sangkaan maka akan menghasilkan sesuatu yang bersifat sangkaan. Dalil yang bersifat ragu ragu maka akan mengahsilkan sesuatu yang bersifat ragu ragu.
youtube
0 notes
Text
Apa Hukum Memakai Wig Menurut Syaikh Yusuf Al-Qaradhawi
Apa Hukum Memakai Wig Menurut Syaikh Yusuf Al-Qaradhawi
tebuireng.co- Apa hukum memakai wig atau rambut palsu menurut Syaikh Yusuf Al-Qaradhawi. Sebab hukum memakai wig masih terdapat perbedaan pendapat antara ulama. Hal tersebut disebabkan karena adanya perbedaan perspektif atau sudut pandang dari masing masing. Secara umum, memakai wig dipandang sebagai hal negatif karena memakai wig dikategorikan sebagai pemalsuan, mubazir dan mengundang fitnah…
Tumblr media
View On WordPress
0 notes
nasrudinalhakimi627 · 2 years
Text
بـســــم اللّٰــــــهِ الرَّحْمٰــــــــنِ الرَحِيْـــــــــــــمِ
Faedah Hadits Hari ini:
ORANG-ORANG YANG DIMUSUHI ALLOOHU تعالى PADA HARI KIAMAT
"عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ, عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: "قَالَ اللَّهُ: 'ثَلَاثَةٌ أَنَا خَصْمُهُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ رَجُلٌ أَعْطَى بِي ثُمَّ غَدَرَ وَرَجُلٌ بَاعَ حُرًّا فَأَكَلَ ثَمَنَهُ وَرَجُلٌ اسْتَأْجَرَ أَجِيرًا فَاسْتَوْفَى مِنْهُ وَلَمْ يُعْطِ أَجْرَهُ'." (رواه البخاري)
“Dari Abu Huroiroh -rodhiyalloohu 'anhu-, Dari Nabi -shollalloohu 'alaihi wa sallam- Bersabda: “Allooh Berfirman: Ada Tiga Jenis Orang Yang Aku Menjadi Musuh Mereka Pada Hari Kiamat, Seseorang Yang Bersumpah Atas Nama-Ku Lalu Mengingkarinya, Seseorang Yang Menjual Orang Yang Telah Merdeka, Lalu Memakan Hasil Penjualannya (harganya) Dan Seseorang Yang Mempekerjakan Pekerja Kemudian Pekerja Itu Menyelesaikan Pekerjaannya Namun Tidak Memberi Upahnya” (HR Al-Bukhori).
Hadits Ini Diriwayatkan oleh Imam al-Bukhori dalam Kitab al-Jami’ as-Shohih-nya pada Bab “Itsmun Man Ba’a Hurron” (Dosa Bagi Orang Yang Menjual Orang Yang Merdeka) nomor 2075, dengan derajat yang shohih. Matan Hadits yang sama juga Diriwayatkan oleh Imam al-Bukhori dalam Bab “Itsmun Man Mana’a Ajro al-Ajiro” (Dosa Bagi Orang Yang Menahan Upah Pekerja/Buruh) nomor 2109.
Selain Imam al-Bukhori, Matan Hadits Ini Juga Diriwayatkan oleh Imam Ibnu Majah dengan Redaksi yang agak sedikit berbeda, sebagaimana tercantum dalam Kitab Sunan-nya, Bab “Ajru al-Ajro’ (Upah Bagi Pekerja) nomor 2433 dan Imam Ahmad dalam Kitab Musnad-nya, bab Musnad Abi Huroiroh -rodhiyalloohu ‘anhu- nomor 8338, Sebagai Berikut:
حَدَّثَنَا سُوَيْدُ بْنُ سَعِيدٍ حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ سَلِيمٍ عَنْ إِسْمَعِيلَ بْنِ أُمَيَّةَ عَنْ سَعِيدِ بْنِ أَبِي سَعِيدٍ الْمَقْبُرِيِّ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ: 'قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "ثَلَاثَةٌ أَنَا خَصْمُهُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَمَنْ كُنْتُ خَصْمَهُ خَصَمْتُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ رَجُلٌ أَعْطَى بِي ثُمَّ غَدَرَ وَرَجُلٌ بَاعَ حُرًّا فَأَكَلَ ثَمَنَهُ وَرَجُلٌ اسْتَأْجَرَ أَجِيرًا فَاسْتَوْفَى مِنْهُ وَلَمْ يُوفِّهِ أَجْرَهُ".' (رواه ابن ماجة و أحمد)
“Telah Menceritakan kepada Kami Suwaid bin Sa’id Berkata, Telah Menceritakan kepada Kami Yahya bin Sulim Dari Isma’il bin Umayyah Dari Sa’id bin Abu Sa’id al-Maqburi Dari Abu Huroiroh, Ia Berkata, 'Rosuululloohu -shollalloohu 'alaihi wa sallam- Bersabda: “Tiga Orang Yang Akan Menjadi Musuhku Pada Hari Kiamat, Dan Barangsiapa Aku Sebagai Lawannya, Maka Aku Akan Memusuhinya Pada Hari Kiamat; Seseorang Yang Memberi Dengan Nama-Ku Tetapi Dia Berkhianat, Seseorang Yang Menjual Orang Yang Telah Merdeka Kemudian Dia Memakan Hasil Penjualannya, Dan Seseorang Yang Memperkerjakan Pekerja Kemudian Pekerja Itu Menyelesaikan Pekerjaannya Namun Tidak Membayar Upahnya” (HR Ibnu Majah dan Ahmad)
ISI KANDUNGAN HADITS:
Hadits Ini Berbicara tentang Kelompok atau Orang-Orang yang Dibenci dan Dimusuhi oleh Alloohu Subhaanahu wa Ta'aalaa pada Hari Kiamat Kelak, yaitu Orang Yang Bersumpah Atas (Nama) Alloohu Ta'aalaa, Lalu Mengingkari Sumpahnya. Jujur dalam Berkata dan Berbuat Adalah salah Satu Persoalan yang Sangat Diperintahkan Dalam Ajaran Islam. Sebaliknya, Berdusta merupakan Perbuatan Tercela yang Dilarang oleh Agama Islam dan Dikategorikan Sebagai Dosa Besar serta Dimusuhi oleh Alloohu Ta'aalaa.
Bahkan lebih tegas lagi, Ibnul Qoyyim al-Jauzi -rohimahullalooh- mengutip Pendapat sebagian Ulama, bahwa Berdusta Atas Nama Alloohu Ta'aalaa dan Rosul-Nya Adalah Salah Satu Bentuk Kekufuran yang Menyebabkan Pelakunya keluarga dari Agama Islam (Khorijun ‘an Millaah). Tidak Diragukan Lagi, Berdusta Atas Nama Alloohu Ta'aalaa dan Rosul-Nya adalah salah satu Dosa Besar, bahkan Dalam Tingkatan Tertentu dapat Menyebabkan kepada Kekufuran. (Imam adz-Dzahabi, Al-Kaba’ir).
Berdusta Dengan Bersumpah Atas Nama Alloohu Ta'aalaa seperti; Walloohi, Billaahi, Talloohi (Demi Allooh), Sering juga Disebut dengan Sumpah Palsu (Qoul az-Zur) yang Menyebabkan Pelakunya Berdosa Besar dan Mendapatkan Hukuman Kaffarot. Hal Ini juga Dijelaskan dalam Hadist Lain yang Diriwayatkan oleh Imam al-Bukhori:
"عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ أَبِي بَكْرَةَ عَنْ أَبِيهِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُما قَالَ: 'قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "أَلَا أُنَبِّئُكُمْ بِأَكْبَرِ الْكَبَائِرِ ثَلَاثًا". قَالُوا: 'بَلَى, يَا رَسُولَ اللَّهِ'. قَالَ: "الْإِشْرَاكُ بِاللَّهِ وَعُقُوقُ الْوَالِدَيْنِ". وَجَلَسَ وَكَانَ مُتَّكِئًا, فَقَالَ: "أَلَا وَقَوْلُ الزُّورِ" قَالَ: 'فَمَا زَالَ يُكَرِّرُهَا حَتَّى قُلْنَا لَيْتَهُ سَكَتَ.' (رواه البخاري و مسلم)
“Dari ‘Abdurrohman bin Abi Bakroh Dari Bapaknya -rodhiyalloohu 'anhuma-, Ia Berkata; 'Nabi -shollalloohu 'alaihi wa sallam- Bersabda: “Maukah Kalian Aku Beritahukan Akan Dosa Yang Paling Besar?” Beliau Menyatakannya Tiga Kali. Mereka Menjawab: 'Mau, Wahai Rosuulallooh'. Lalu Beliau Bersabda: “Menyekutukan Allooh, Durhaka Kepada Kedua Orang Tua”. Lalu Beliau Duduk Dari Sebelumnya Berbaring Kemudian Melanjutkan Sabdanya: “Ketahuilah, Juga Perkataan (Janji) Palsu”. Dia Berkata: 'Beliau terus saja mengatakannya berulang-ulang hingga Kami mengatakannya ‘Duhai (kapan) Sekiranya Beliau Diam'.' (HR. al-Bukhori dan Muslim)
Selain Sumpah Palsu Atas Nama Alloohu Ta'aalaa, Terdapat Juga Beberapa Jenis Perbuatan yang Termasuk kategori Berdusta Atas Nama Alloohu Ta'aalaa, Seperti; Mengaku Menerima Wahyu dari Alloohu Ta'aalaa (QS. Yunus: 18); Mengaku dan Meyakini Bahwa Alloohu Ta'aalaa Memiliki Anak (QS. Yunus: 68); Membuat Syari'at Baru Lalu Dinisbatkan Pada Alloohu Ta'aalaa (QS. Al-A’rof: 28); .Menghalalkan Apa Yang Diharamkan oleh Alloohu Ta'aalaa dan Mengharamkan Apa Yang Dihalalkan-Nya.
BALASAN ORANG YANG BERDUSTA ATAS NAMA ALLOOHU تعالى.
Karena Berdusta Atas Nama Alloohu Ta'aalaa Termasuk Dalah Satu Dosa Besar, Maka tentu Orang yang myelakukannya akan Mendapatkan Balasan dari Alloohu Subhaanahu wa Ta'aalaa Baik di Dunia maupun di Akhirat Kelak. Di Antara Balasan yang akan Didapatkan oleh Pelakunya antara lain; Pertama, Akan Dilaknat dan Dimusuhi oleh Alloohu Ta'aalaa, Sebagaimana Dijelaskan dalam Matan Hadits di Atas; Kedua, Orang Yang Berdusta Atas Nama Alloohu Ta'aalaa Digolongkan Sebagai Orang-Orang Yang Zholim, sebagaimana Dijelaskan dalam al-Qur’an Surat al-An’am Ayat 21 sebagai berikut:
"وَمَنْ أَظْلَمُ مِمَّنِ افْتَرَىٰ عَلَى اللَّهِ كَذِبًا أَوْ كَذَّبَ بِآيَاتِه إِنَّهُ لَا يُفْلِحُ الظَّالِمُونَ."
“Dan Siapakah Yang Lebih Zholim/Aniaya Daripada Orang Yang Membuat-buat Suatu Kedustaan Terhadap Allooh, Atau Mendustakan Ayat-ayat-Nya? Sesungguhnya Orang-orang Yang Zholim/Aniaya Itu Tidak Akan Mendapatkan Keberuntungan.”
Balasan Ketiga Untuk Orang Yang Berdusta Mengatasnamakan Alloohu Ta'aalaa, Akan Memperoleh Kerugian, Baik di Dunia maupun di Akhirat. Sekalipun Andai Mereka Mendapatkan Kesenangan Dunia, Namun di Akhirat Kelak Akan Mendapatkan Siksaan yang Amat Pedih. Firman Alloohu Ta'aalaa,
"قُلْ إِنَّ الَّذِينَ يَفْتَرُونَ عَلَى اللَّهِ الْكَذِبَ لَا يُفْلِحُونَ (٦٩) مَتَاعٌ فِي الدُّنْيَا ثُمَّ إِلَيْنَا مَرْجِعُهُمْ ثُمَّ نُذِيقُهُمُ الْعَذَابَ الشَّدِيدَ بِمَا كَانُوا يَكْفُرُونَ." (يونس: 69-70)
“Katakanlah: “Sesungguhnya Orang-Orang Yang Mengada-adakan Kebohongan Terhadap Allooh, Mereka Tidak Akan Beruntung”. (Bagi mereka) Kesenangan (sementara) Di Dunia, Kemudian Kepada Kami-lah Mereka Kembali, Kemudian Kami Rasakan (timpakan) Kepada Mereka Siksaan Yang Berat, Disebabkan Kekafiran Mereka.” (Qs Yunus: 69-70).
BALASAN UNTUK ORANG YANG MENJUAL ORANG YANG TELAH MERDEKA LALU MEMAKAN HASIL PENJUALANNYA (Human Trafficking)
Manusia adalah Makhluk yang Diciptakan Alloohu Ta'aalaa Dalam Bentuk Terbaik dan Sempurna (ahsanu taqwim: Qs At-Tiin: 4), Dimuliakan Oleh-Nya, dan Miliki Kelebihan Dibanding Makhluk Lainnya (Qs Al-Isro’: 70). Sekalipun Secara Sosial, Manusia pada Masa Pra dan Awal Kehadiran Islam Mengenal Dua Status Sosial Masyarakat, yaitu Orang Yang Merdeka (al-Hur) dan Budak Sahaya (al-‘Abd).
Jika Dikaji Secara Seksama, Semangat Islam Sejak Awal Hadirnya Sangat Menentang Sistem Perbudakan dan Menghapusnya Secara Bertahap. Terbukti Dalam Islam, Terdapat Beberapa Strategi Membebaskan Umat Manusia dari Sistem Perbudakan, antara lain: Dalam Kasus Tawanan Perang, Seorang Tawanan Dapat Dibebaskan Ketika Mau dan Sanggup Membayar Upeti, atau Mengajarkan Baca Tulis, atau Memerdekakan Budak Muslim.
Juga Dalam Kasus Pembunuhan Disengaja (al-Qotlu al-‘Amdu) Yang Mendapatkan Ampunan dari Keluarga Korban, atau Pembunuhan Semi Sengaja (al-Qotlu Syibhu al-‘Amdi), Bagi Pelakunya Diwajibkan Membayar Kaffarot (ganti) Sebagai Bentuk Hukuman dan Pertaubatannya pada Alloohu Ta'aalaa berupa; Memberi Makan 60 Fakir Miskin, atau Memerdekakan Budak Mukmin.
Inilah Semangat Islam Untuk Menghapuskan Sistem Perbudakan Secara Bertahap Hingga Berlanjut Dengan Penegasan al-Qur’an, Bahwa Islam Tidak Mengenal Kasta, Pun Kemulian Seseorang Bukan Karena Status Sosialnya, Tapi Karena Kualitas Keimanan dan Ketakwaannya (Qs Al-Hujurot: 13).
Konsekuensi Islam Memuliakan Manusia adalah Larangan Merendahkan Martabatnya Dan Menyamakannya Seperti Hewan, atau Komoditas (barang dagangan) Untuk Diperjual belikan. Maka Spirit Hadits di Atas adalah Larangan Merendahkan Harkat dan Martabat Manusia, Terlebih Lagi Menjadikan Manusia sebagai Komoditas Perdagangan oleh Siapapun , Dengan Tujuan Apapun juga, Yang Sa'at Ini Dikenal dengan Human Trafficking (Perdagangan Manusia).
Hal ini selaras dengan Komentar Ibnu Abidin (Madzhab Hanafi), bahwa; ”Anak Adam (Manusia) Sangat Dimuliakan oleh Syari'at Islam, Sekalipun Ia Kafir (Kafir Dzimmi). Akad Penjualan Manusia serta Menyamakannya dengan Komoditas Perdagangan adalah Bentuk Penistaan dan Perendahan Martabatnya."
Terlebih Lagi Dengan Tujuan untuk Memperjual Belikan Organ Tubuhnya seperti Kornea Mata dan Ginjalnya. Terkait Hal Ini, Syari'at Islam dengan Tegas Mengharamkan Jual Beli Organ Tubuh Manusia (al-A’dha’ al-Jism al-Basyariyah), Pun Orang Yang Menghilangkan Satu Nyawa Manusia, Disamakan Dengan Membunuh Seluruh Umat Manusia (Qs Al-Ma’idah: 32).
BALASAN UNTUK ORANG YANG TIDAK MEMBAYAR UPAH PEKERJAANNYA
Ini Juga Kelompok Yang Termasuk Dimusuhi oleh Alloohu Ta'aalaa pada Hari Kiamat dalam Hadits di Atas. Saat Ini Berbagai Kasus Yang Digambarkan oleh Hadits Tersebut Banyak Terjadi, misalnya: Makelar atau Sindikat (banyak yang ilegal) yang Mempekerjakan Seseorang Menjadi Buruh maupun Tenaga Kerja (seperti Tenaga Kerja Indonesia di Luar Negeri), Lalu Upah Mereka Diambil oleh Para Makelar atau Penyalur Tenaga Kerja yang tidak bertanggung jawab, Sehingga Para Pekerja Tidak Mendapatkan Upahnya. Contoh Lain adalah Majikan Yang Zholim, Yang Menguras Tenaga Pembantu Rumah Tangga, Namun Tidak Diberi Gaji/Upahnya, Bahkan Tidak Sedikit Disertai Dengan Kekerasan/Penganiayaan dan Berbagai Tindakan Tidak Terpuji Lainnya bahkan Sampai Pembunuhan..
Para Ulama Berpendapat, Menunda Pembayaran Upah/Gaji Pekerja, atau Tidak Memberikan Upahnya Setelah Usai Bekerja, Termasuk Dosa Besar dan Mendapat Ancaman Sangat Berat, Adalah Bentuk Kezholiman Terhadap Para Pekerja. Bentuk Kezholiman Lain adalah Membebani Pekerjaan Yang Tidak Sesuai Dengan Upah Yang Diterimanya, atau Menambah Waktu Kerja (Lembur) Namun Tidak Mengapresiasinya Dengan Sewajarnya Karena Lemahnya Posisi dan Perlindungan Terhadap Hak-hak Mereka. Ada Pula Yang Sengaja Menundanya Dengan Tujuan, Agar Uang Gaji Mereka Bisa Dimanfaatkan atau Diputar Untuk Keperluan Bisnis Sang Majikan atau Maksud Negatif Lainnya. Sikap Semacam Ini Sangat Dimurkai oleh Alloohu Ta'aalaa dan Rosul-Nya, yang bahkan Dalam Hadits Lain, Nabi -shollalloohu 'alaihi wa sallam- Bersabda:
"عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ, أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَطْلُ الْغَنِيِّ ظُلْمٌ فَإِذَا أُتْبِعَ أَحَدُكُمْ عَلَى مَلِيٍّ فَلْيَتْبَعْ. (رواه البخاري ومسلم)
Dari Abu Huroiroh -rodhiyalloohu 'anhu- Bahwa Rosuululloohu -shollalloohu 'alaihi wa sallam- Bersabda: “Menunda Membayar Hutang (Termasuk Upah Pekerja, pent.) Bagi Orang Yang Mampu Adalah Kezholiman Dan Apabila Seorang Dari Kalian Dialihkan Kepada Orang Yang Mampu, Maka Hendaknya Dialihkan.” (HR Al-Bukhori dan Muslim).
Hadits di Atas oleh Para Ulama Dinyatakan Sebagai Penegasan Tentang Keharaman Menunda Pembayaran Hutang, Termasuk Pemberian Gaji atau Upah Bagi Orang Yang Mampu Menunaikan Pekerjaannya Tepat pada Waktunya. Secara Mafhum Aulawi (logika maksimalnya): Jika Menunda Upah Saja Termasuk Suatu Kezholiman, Maka Terlebih Lagi Jika Sengaja Tidak Membayar Upah, Tentu Menjadi Kezholiman Yang Lebih Besar dan Keji. Dalam Hadits lain, Lebih Spesifik Rosuululloohu -shollalloohu 'alaihi wa sallam- Bersabda:
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَعْطُوا الْأَجِيرَ أَجْرَهُ قَبْلَ أَنْ يَجِفَّ عَرَقُهُ." (رواه إبن ماجة والطبراني)
Dari Abdulloh bin Umar, Ia Berkata, 'Rosuululloohu -shollalloohu 'alaihi wa sallam- Bersabda: “Berikanlah Upah Kepada Pekerja Sebelum Kering Keringatnya.” (HR Ibnu Majah dan at-Thobroni).
Maksud Matan Hadits Ini yaitu Perintah Untuk Segera Memberikan Gaji/Upah Kepada Pekerja Setelah Usai Melaksanakan Tugas dan Pekerjaannya Secara Tepat Waktu dan Disesuaikan dengan Beban Kerja Mereka. Karena Menunda, Mengurangi, Terlebih Lagi Tidak Membayar Upah Pekerja, Termasuk Kezholiman dan Dimusuhi Alloohu dan Rosul-Nya. Walloohu a’lam bis-showab.
وصلى الله وسلم وبارك على نبينا محمد وآله وصحبه أجمعين، وآخر دعوانا أن الحمد لله رب العالمين.
Semoga Bermanfa'at.
Mohon Ta'awunnya untuk Menyebarkan Risalah Dakwah Tauhid dan Sunnah ini, Agar Orang-orang Yang Tidak Mengetahuinya Dapat Mengetahuinya dan Menjadi Timbangan Amalan Sholih Bagi Yang Menyebarkannya di Akhirat Kelak, Insyaa Alloohu تعالى.
Tumblr media
0 notes
muhammadscilta · 2 years
Text
Begini Cara Memilih Amal Terbaik
✍🏻 Muhammad Scilta Riska
Amal terbaik ini berbeda dengan amalan rutinitas setiap hari yang sudah merupakan kewajiban bagi setiap muslim. Seperti shalat wajib atau rukun Islam, ini tidak boleh ditinggalkan karena sudah menjadi kewajiban.
Misalnya seorang guru, sudah menjadi kewajibannya untuk mengajar. Seorang suami sudah menjadi kewajiban mencari nafkah untuk keluarganya. Ini disebut amal kewajiban yang harus dilakukan setiap orang.
Amal terbaik ini juga berbeda dengan cita-cita atau impian yang sering ditanyakan kala kita masih anak-anak. Cita-cita erat kaitannya dengan jenjang karier. Cita-cita hakikatnya jalan untuk mewujudkan amal terbaik.
Amal terbaik ini berkaitan peran kita dalam sejarah. Amal yang melekat tentang apa yang akan kita lakukan untuk peradaban.
Merencanakan amal terbaik dengan melihat apa masalah atau kebutuhan umat.
Seperti peran para Imam Mazhab saat risalah dakwah menyebar ke berbagai penjuru dunia. Mereka menjelaskan dengan pendapatnya bagaimana seharusnya memahami nash (Al-Qur’an dan Sunnah) untuk diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.
Masing-masing memiliki konsep atau metode ijtihad sesuai kondisi yang dihadapi. Seperti Imam Abu Hanifah yang dikenal dengan ahlu al-Ra’yi, lebih banyak menggunakan analogi dalam ber-ijtihad. Sebab ia tinggal di Baghdad (Irak) tentu jauh berbeda dengan Imam Malik yang tinggal di Madinah.
Kemudian peran para ulama perawi hadits yang mengumpulkan hadits beserta sanadnya. Seperti Imam Bukhari menulis kitab Shahih-nya disaat banyak tersebar hadits palsu.
Begitupula beberapa ulama berbagai bidang menulis buku dan bukunya menjadi rujukan ilmu sampai hari ini.
Kita mengetahui beberapa sahabat yang membawa risalah Islam seperti Muadz bin Jabal, ‘Amar bin Ash, Mus’ab bin Umair dll.
Kita juga mengenal penakluk peradaban, seperti Sultan Muhammad Al-Fatih penakluk konstantionopel. Shalahuddin al-Ayyubi yang membebaskan Palestina. Beberapa tokoh di negeri kita jika disebutkan namanya akan teringat perannya dalam sejarah.
Rencanakan amal terbaik Anda dengan melihat pontensi diri dalam bidang apa.
Kemudian pilih amal terbaik dengan menggunakan konsep amal jariyah. Amal yang senantiasa bermanfaat dengan pahala kebaikan yang terus mengalir.
Seperti orang yang menulis buku panduan beramal, panduan praktis cara shalat sesuai Sunnah Nabi. Buku panduan membaca al-Qur’an seperti buku Iqra’. Bayangkan, setiap orang yang membaca kemudian mengamalkan maka yang menulis juga akan mendapat pahala.
Memahami realita kehidupan dan kebutuhan zaman lalu melihat apa yang menjadi potensi diri kita sangat penting dalam memetakan amal terbaik. Berusaha mewujudkan amal terbaik adalah cara kita menentukan arah (kontribusi) untuk umat dan peradaban.
Wallahu 'Alam.
📲 Tulisan inspiratif lainnya bisa disimak via
💡 Grup WA (satu arah)
https://bit.ly/3pqDNOD
0 notes
amirkazuma · 2 years
Text
At-Ta*līq *Alā Al-Ārō^ 195 : Perajihan Dalam Perselisihan Antara Pujian Dengan Nyahkredit Pada Seseorang Ilmuwan
Tumblr media
Ada beberapa perkara yang saya dapat saya sampaikan bagi merespons hantaran ini.
Pertama, Ibn Ḥajar al-*Asqolāniyy memujinya dengan memanggilnya sebagai Šayẖ al-Islām sepertimana yang dikutip Mar*iyy al-Karmiyy dalam «aš-Šahādah az-Zakiyyah Fī Ṯanā^ al-A^immah *Alā Ibn Taymiyyah». Jalāluddīn as-Suyūṭiyy dalam «Ṣown al-Manṭiq Wa al-Kalām *An Fann al-Manṭiq Wa al-Kalām» juga memanggilnya sebagai Šayẖ al-Islām.
Sebahagian orang, khususnya ašᶜarian alergik dengan panggilan Šayẖ al-Islām kepada Ibn Taymiyyah dan seolah-olah dia tidak layak untuk gelaran ini. Bahkan, ada yang sampai mengatakan bahawa hanya mujassimah sahaja yang memberikan gelaran sedemikian.
Saya menduga antara sebab Mar*iyy al-Karmiyy menulis kitab «aš-Šahādah aḏ-Ḏakiyyah Fī Ṯanā^ al-A^immah *Alā Ibn Taymiyyah» adalah kerana ingin merespons sebahagian orang yang keterlaluan terhadap Ibn Taymiyyah sehingga orang yang memberi gelaran Šayẖ al-Islām kepadanya dikafirkan! Apatah lagi sosok individu yang dimaksudkan. Sekarang, sejarah telah berulang sama melalui kewujudan kelompok itu.
Saya secara peribadi walaupun menyatakan bahawa Ibn Taymiyyah adalah mujassim sepertimana yang saya bentangkan dalam penulisan saya yang berjudul «Penajaman Deria Dalam Mengenali Sifat Yang Maha Mulia», saya tetap tidak menafikan kedudukan ilmunya yang selayaknya dipanggil Šayẖ al-Islām sepertimana yang disebutkan al-*Asqolāniyy dan as-Suyūṭiyy.
Sebenci mana pun kita terhadapnya, janganlah sampai berlebihan sehingga menafikan kedudukan yang selayaknya. Lebih-lebih ia telah diberikan pengakuan oleh lawan alirannya sendiri seperti al-*Asqolāniyy dan as-Suyūṭiyy. Saya tidak tahu pelampau lancang ini yang menyatakan bahawa hanya mujassimah sahaja yang memberikan gelaran itu kerana tidak tidak tahu pendirian al-*Asqolāniyy dan as-Suyūṭiyy dan kalaulah mereka tahu, pasti mereka tertunduk malu disebabkan kelancangan mereka atau kerana sememangnya sudah tahu, tetapi berangnya itu membawanya kepada rakus dan buas.
Kedua, saya sangat hairan apabila aswajaean melakukan perajihan terhadap perselisihan antara ulama yang memujinya dengan ulama yang menyahkreditkannya. Kalaulah salafi lakukan sedemikian seperti pada Faẖruddīn ar-Rōziyy atau Abū al-Ḥasan al-Aš*ariyy, pasti dikutuk habis-habisan dan dituduh sebagai orang yang tidak memperlekehkan kewibawaan ulama.
Malah, apa yang dilakukan sebahagian ašᶜarian pada Ibn *Arobiyy juga mendapat kejian daripada sebahagian pengikutnya dan pembelanya dengan tuduhan pembenci wali Allah dan seumpamanya meskipun ramai daripada para ulama yang mengindikasikan kekafirannya seperti Burhānuddīn al-Baqō*iyy, Nūruddīn al-Bakriyy aš-Šāfi*iyy, Tayiuddīn as-Subkiyy, Zaynuddīn al-*Irōqiyy, Abū Zur*ah al-*Irōqiyy, al-Mizziyy, Sirōjuddīn al-Bulqīniyy, Badruddīn Ibn Jamā*ah, Ibn H̱oldūn, Najmuddīn al-Bālisiyy, Abū Ḥayyān al-Andalusiyy dan Šamsuddīn Muḥammad bin Yūsuf al-Jazariyy aš-Šāfi*iyy.
Ini bermakna masing-masing ada hak untuk menentukan status seseorang tokoh ilmuwan itu selagimana di atas ilmu dan kajian yang sewajarnya. Jangan hanya Ibn Taymiyyah sahaja yang dijadikan subjek pertikaian dalam menentukan kedudukannya dalam bidang ilmu, tetapi pada orang lain seperti Ibn *Arobiyy dicemuh dengan begitu keji sekali, menuduhnya sebagai insan yang tidak mengenali kedudukan ulama atau tidak mempertikaikan kesarjanaannya dan sama sekali tidak diberi ruang untuk perbincangan.
Ketiga, jika berbicara tentang kaedah penetapan didahului dengan penafian, ini mengingatkan saya ketika saya menolak dakwaan Ibn Ḥajar al-Haytamiyy dalam «al-Fatāwā al-Ḥadīṯiyyah» bahawa terdapat sisipan palsu pada kitab «al-Ġunyah» karya *Abdul Qōdir al-Jaylāniyy dengan saya membawakan bukti sarjana ḥanbalian tidak menjadikannya isu dan mereka mengutip pandangannya pada kitab itu dalam kitab mereka tanpa ada apa-apa masalah seperti Ibn Mufliḥ al-Ḥanbaliyy dalam «al-Furū*», Mansūr bin Yūnus al-Bahūtiyy dalam «Kašf al-Qinā* *An Matn al-Iqnā*», *Abdullah bin *Abdul Roḥmān al-H̱olwatiyy dalam «Kašf al-Muẖoddarōt Wa ar-Riyāḍ al-Muzhirōt Li Šarḥ Aẖḍor al-Muẖtaṣorōt», as-Saffāriniyy dalam «Ġiḏā^ al-Albāb Fī Šarḥ Manẓūmah al-Ādāb», *Abdul Qōdir bin *Umar dalam «Nayl al-Ma^ārib Bi Šarḥ Dalīl aṭ-Ṭōlib, Muṣṭofā bin Sa*d ar-Ruḥaybāniyy» dalam «Maṭōlib Ūlī an-Nuhā Fī Šarḥ Ġōyah al-Muntahā» dan pelbagai lagi, mereka berkata: "Kamu siapa ingin menolak pandangan Ibn Ḥajar al-Haytamiyy yang merupakan tokoh ulama besar?".
Saya juga akan katakan, siapa pula mereka untuk menolak penerimaan Ibn Mufliḥ al-Ḥanbaliyy, Mansūr bin Yūnus al-Bahūtiyy, *Abdullah bin *Abdul Roḥmān al-H̱olwatiyy dan lain-lain yang disebutkan terhadap keaslian kitab itu dan tidak ada apa-apa masalah padanya? Patutkah mereka mendiamkannya kerana ia melibatkan sisipan yang serius terhadap karya ulama yang seringkali dirujuk? Atau sebenarnya al-Haytamiyy yang tersilap atau membuat dakwaan sembarangan tanpa bukti?
Saya selalu sahaja merasa sinis dengan kata-kata sebegini kerana kebiasaan yang saya jumpa yang berkata sebegini adalah orang bodoh yang bertaklid yang tiada semangat untuk kritis atau jika pandai pun, dia ingin kekal taksub.
Mereka sedar atau tidak kalau kita terima dakwaan ini, bermakna kitab ini yang menjadi rujukan para fuqaha ḥanbalian yang hidup setelah zaman al-Haytamiyy dalam menghasilkan kitab fiqh ini juga perlu diragukan kerana kemungkinan kutipan mereka itu adanya sisipan palsu!
Sekarang, di mana suara mereka untuk membangkitkan isu ini seperti al-Haytamiyy ? Adakah mereka ini tidak tahu kewujudannya atau tahu, tetapi sengaja menyembunyikannya daripada pengetahuan masyarakat?
Sebab itulah bukan semua pandangan seseorang tokoh itu diambil dan diterima, malah sememangnya tidak ada nilai pemberat pun. Sekarang dalam isu ini, di mana kedudukan dakwaan atau pandangan al-Haytamiyy? Ini kerana pendapat bukan sekadar pendapat sahaja tanpa ada apa-apa makna dan kesan.
Kalau kita terima sebagai ikhtilaf muktabar pun, ia ada kesan yang besar dan ia adalah yang telah saya sebutkan. Tentu lebih besar kesannya kalau kita terima ini sebagai yang lebih kuat berbanding sekadar ikhtilaf sahaja.
Sebab itulah sememangnya wajar ditolak pandangan ini dan tidak perlu dipedulikan lagi kerana itu penerimaannya akan menyebabkan keraguan terhadap penukilan tokoh ḥanbalian dalam kitab fiqh mereka.
Orang yang bertaklid lagi tiada daya kritis sememangnya tidak akan dapat faham hakikat ini. Sudahlah tidak tahu kedudukan ikhtilaf suatu pandangan, apatah lagi menyingkapi kebenaran di sebaliknya. Saya membentangkan hujah dan mempertahankan tokoh ḥanbalian dari terbuka pintu keraguan terhadap penukilan mereka, dia pula menjawab balas dengan ₍Argumentum Ad Verecundiam₎. Orang sebegini memang tidak patut pun menyertai diskusi ilmu kerana mereka ini tidak memberi manfaat pun untuk penyampaian hujah.
Manakala, orang taksub pula sememangnya tidak ada guna lagi mengemukakan hujah kerana mereka dari awal lagi tidak redha dan tidak mahu membuka mata dan telinga untuk mengamati apa yang ada di sisi pihak yang menongkahnya.
Ilmu dan kemampuan akalnya tidak menjadi anugerah yang bermanfaat buat dirinya sendiri. Sengaja dia menyia-nyiakannya kerana mahu berkeras mengikuti seseorang tokoh. Sememangnya ibarat mencurah air ke daun keladi.
Yang menghairankan adalah apabila berbicara tentang Ibn Taymiyyah atau sesiapa sahaja yang lain, sebahagian orang gemar mengekehadapan kaedah penetapan didahulukan berbandingkan penafian sama ada secara terang-terangan atau tersirat sambil mengingatkan orang ramai agar ikuti kebenaran dan jangan taksub apabila telah disabitkan buktinya daripada pembentangan mereka.
Apabila giliran kita untuk membuat yang sama pada tokoh mereka atau pandangan-pandangan yang spesifik daripadanya, kita tidak ada keizinan untuk itu, malah berderas-deras penolakan dan berbatu-batu pengingkaran mereka atas dasar taklid dan taksub. Orang ini sememangnya mahu kita tunduk diam, benci siapa atau apa yang mereka benci dan terima siapa atau apa yang mereka terima.
Keempat, daripada apa yang disebutkan di sini, sememangnya ada bahagian yang seseorang yang telah mencapai martabat al-Ḥāfiẓ, bahkan Amīr al-Mu^minīn dalam hadis dan keilmuan seperti Ibn Ḥajar al-*Asqolāniyy yang terlepas, kurang cakna terhadapnya dan sedikit capaian padanya. Inilah yang diakui oleh mereka sendiri.
Saya hairan kalau mereka lancang sebegini untuk mana-mana pujian ulama terhadap Ibn Taymiyyah, tetapi untuk kes-kes lain yang agakan kita adalah bahawa sebahagian ulama itu tidak tahu atau kurang pengetahuan atau tidak mendalam capaiannya atau tidak sampai hadis atau riwayat kepadanya dijerkah seolah-olah tiada ruang kemaafan dan kalau boleh membunuh orang lain dengan jerkahan itu, mereka sanggup melakukannya.
Kita patut merasa bala apabila orang sebegini cuba masuk ke lapangan ilmiah yang membebaskan diri daripada belenggu taklid atau tekanan mana-mana pihak sama ada individu atau kelompok tertentu dan fokus kepada timbangan dan pengukuran. Seringkali perbincangan yang murni ini dirosakkan orang yang tidak akan puas selagimana hidangan kita tidak menyelerakannya walaupun sedahsyat mana usaha kita untuk menjamu yang terbaik.
Ambilan : https://www.wattpad.com/1260707572-at-ta-l%C4%ABq-al%C4%81-al-%C4%81r%C5%8D%5E-195
0 notes
ibndulbariy · 2 years
Text
Kepakaran Syaikh Al-Albâni dalam Ilmu Hadits
Beliau adalah Muhammad Nâshiruddin Al-Albâni, ulama besar yang berdarah Eropa. Beliau berasal dari Albania sehingga lebih dikenal dengan sebutan Syaikh Al-Albâni.
Nama beliau tidak asing lagi di kalangan para ulama dan penuntut ilmu terutama bagi yang menggeluti ilmu hadits.
Karya-karya beliau dalam bidang hadits sangat banyak dan berjilid besar. Analisis beliau terhadap hadits baik secara sanad maupun matan dikenal sangat jeli dan mendalam.
Hal itu diakui kawan maupun lawan. Padahal beliau hidup di era belum mengenal software hadits dan para perowi seperti zaman sekarang.
Cukuplah karya Syaikh Al-Albâni yang menunjukkan kepakaran beliau dalam ilmu hadits yaitu kitab yang berjudul "Silsilah Al-Ahâdîts Ash-Shohîhah" yang disertai fiqh haditsnya berjumlah 7 jilid besar dan "Silsilah Al-Ahâdîts Adh-Dho'îfah Wal Maudhû'ah" berjumlah 14 jilid besar.
Sungguh umat ini benar-benar telah berutang budi kepada Syaikh Al-Albani. Beliau sangat berjasa dalam memurnikan ajaran Islam dari hadits-hadits lemah dan palsu di samping menghimpun hadits-hadits yang shohih.
Sehingga para ulama menjuluki beliau sebagai mujaddid abad modern dan tidak ada yang ma'shum (selamat dari kesalahan) selain Rosulullah ﷺ.
Syaikh Al-'Allâmah Muqbil bin Hâdi Al-Wâdi'i, ahli hadits dari negeri Yaman, sampai mengatakan,
لا يقدح في الشيخ ناصر الدين وفي علمه إلا مبتدع من ذوي الأهواء
"Orang yang mencemarkan nama baik Syaikh Nâshiruddin Al-Albâni dan mencela keilmuannya tiada lain dia adalah ahli bid'ah pengekor hawa nafsu.” (Iqômatul Burhân hlm. 6)
Berikut kami ketengahkan catatan Syaikh Al-Albâni dalam menganalisa sebuah hadits agar para pembaca mengerti bagaimana sebetulnya metode beliau dalam menyimpulkan keabsahan suatu hadits.
Catatan ini kami kutip dari kitab beliau "Silsilah Al-Ahâdits Adh-Dho'îfah" yaitu hadits pertama yang berbunyi,
الدين هو العقل من لا دين له لا عقل له
"Agama ini hakikatnya akal, siapa yang tidak punya agama maka dia tidak punya akal."
Syaikh Al-Albâni berkata, "Ad-Daulâbi dalam "Al-Kuna wal Asmâ'" 2/104 meriwayatkan dari Al-Imâm An-Nasâ'i dengan sanadnya dari Abu Mâlik Bisyr bin Ghôlib bin Bisyr bin Ghôlib, dari Az-Zuhri, dari Mujammi' bin Jâriyah, dari pamannya secara marfu' tanpa redaksi, "Agama itu hakikatnya akal."
Al-Imâm An-Nasâ'i mengatakan, "Status hadits ini batil munkar."
Rowi yang bernama Bisyr statusnya majhul (misterius) sebagaimana yang ditegaskan oleh Al-Azdi.
Hal itu juga ditegaskan oleh Al-Imâm Adz-Dzahabi dalam "Lisânul Mîzân Fi Naqdir Rijâl", begitu juga Al-Hâfidzh Ibnu Hajar Al-Asqolâni dalam "Lisânul Mîzân".
Al-Hârits bin Abi Usâmah dalam Musnadnya merilis riwayat dari Dâwud Al-Muhabbir sebanyak 33 hadits lebih tentang keutamaan akal.
Namun, Al-Hâfidzh Ibnu Hajar Al-Asqolâni mengomentarinya dengan mengatakan, "Semua hadits-hadits tersebut palsu."
Demikian pula dengan Al-Imâm As-Suyûthi dalam "Dzailul La'ali Mashnû'ah Fil Ahâdits Al-Maudhû'ah" hlm. 4-10.
Al-'Allâmah Thôhir Al-Fatani Al-Hindi juga mengutip dari Al-Imâm As-Suyûthi dalam "Tadzkirotul Maudhû'ât" hlm. 29-30.
Para ulama mengkritik dengan keras Dâwud Al-Muhabbir yang menunjukkan tidak pantas meriwayatkan hadits darinya. Para ulama tersebut adalah Al-Imâm Ahmad, Al-Imâm Adz-Dzahabi, Abu Hâtim, Ad-Dâruquthni, rohimahumullah.
Al-'Allamah Ibnu Qoyyim Al-Jauziyyah dalam kitab "Al-Manâr" hlm. 25 menegaskan, "Hadits-hadits yang berkenaan dengan akal semuanya dusta."
Kemudian Syaikh Al-Albâni menyimpulkan, "Perlu dicamkan bahwa seluruh hadits yang menerangkan tentang keutamaan akal adalah hadits-hadits yang tidak shohih berkisar antara dho'îf (lemah) dan maudhû' (palsu).
Dan aku telah meneliti hadits-hadits yang dirilis oleh Abu Bakr bin Abid Dunya dalam kitab beliau, "Al-'Aqlu wa Fadhluhu", maka aku dapati seperti yang telah ku sampaikan yaitu tidak ada yang shohih sama sekali." (Selesai)
Dari uraian di atas dapat kita simpulkan bahwa Syaikh Al-Albâni tidak "bersendirian" dalam menghukumi keabsahan hadits.
Tetapi beliau merujuk kepada keterangan para ulama ahli hadits dan mengindahkan rambu-rambu yang tertuang dalam kaidah ilmu hadits.
Sehingga tuduhan kepada beliau menghukumi hadits dari kantongnya sendiri adalah tuduhan yang zalim dan mengada-ada. Sungguh daging ulama itu beracun siapa yang memakannya tidak akan merugikan kecuali dirinya sendiri.
Semoga Allah merahmati Syaikh Al-Albâni, menerangi kuburnya, dan memasukkan beliau ke dalam surga.
Manhajul Haq
0 notes
izzazaza18 · 2 years
Text
Tidur Setelah Ashar Bikin Hilang Akal/Gila?
Bismillah walhamdulillah was sholaatu wassalam’ala Rasulillah. Amma ba’du.
Hadis terkenal yang sering dijadikan dalil dalam hal ini adalah,
من نام بعد العصر فاختلس عقله فلا يلومن إلا نفسه
Siapa yang tidur setelah asar, lalu hilang akalnya, maka jangan salahkan kecuali dirinya sendiri.
Hadis ini dinilai do’if bahkan palsu (maudhu’) oleh para ulama. Diantaranya Syekh Albani, beliau mengkategorikan hadis ini dalam deratan hadis-hadis do’if, nomor 39 di buku beliau “Silsilah Al-Ahadis Ad-Do’ifah” (1/112).
Ibnul Jauzi menilai hadis ini palsu dalam buku beliau “Al-Maudhu’at” (Hadis-hadis palsu). Beliau mengatakan,
لا يصح ، خالد كذاب ، والحديث لابن لهيعة فأخذه خالد ونسبه إلى الليث
Hadis ini tidak shahih, Kholid (salah seorang perowi hadis ini) adalah pendusta, hadis ini bersumber dari Ibnu Lahi’ah, lalu diklaim Kholid dia riwayatkan dari Laits. (Al-Maudhu’at 3/69).
Demikian pula riwayat-riwayat lain berkaitan larangan tidur setelah asar, tidak ada yang valid. Dalam situs Islamqa.info (situs ilmiah asuhan Syekh Muhammad Sholih Al Munajid) dijelaskan,
لم يصح في أمر النوم بعد العصر ، مدحا أو ذما ، حديث عن النبي صلى الله عليه وسلم ، ولا عن أصحابه..
Tidak hadis atau riwayat dari sahabat yang shahih berkaitan tidur setelah asar, baik berisi pujian (perintah) atau celaan (tidur setelah asar).
Mengingat tidak adanya hadis shahih yang melarang tidur setelah asar, maka kembali ke hukum asal perkara duniawi, yaitu mubah, alias boleh saja dilakukan. Seperti diterangkan dalam kaidah fikih,
الأصل في الأشياء الإباحة
Hukum asal perkara duniawi adalah mubah.
Dalam Fatawa Lajnah Da-imah (26/148) (Lembaga fatwa kerajaan Saudi Arabia) diterangkan
النوم بعد العصر من العادات التي يعتادها بعض الناس ، ولا بأس بذلك ، والأحاديث التي في النهي عن النوم بعد العصر ليست بصحيحة
Tidur setelah asar adalah kebiasaan sebagian orang, dan tidak terlarang tidur setelah asar. Hadis-hadis yang menerangkan larangan tidur setelah asar tidak ada yang shohih. (Dikutip dari : Islamqa)
Syekh Ibnu Baz rahimahullah juga menjelaskan,
لا نعلم فيه شيئًا، نوم العصر لا نعلم فيه شيئًا ولا حرج فيه، كل الأوقات لا نعلم فيها شيء، إلا المغرب كره النوم قبلها عليه الصلاة والسلام، كان يكره النوم قبلها أي قبل العشاء والحديث بعدها.
Kami tidak mengetahui dalil larangan tidur setelah asar. Tidak mengapa tidur setelah asar. Kami tidak mengetahui adanya dalil yang melarang tidur di waktu apa saja kecuali waktu Maghrib, Nabi ﷺ memakruhkan tidur sebelum Isya dan mengobrol setelah Isya.
(https://binbaz.org.sa/fatwas/1641/حكم-النوم-بعد-العصر)
Sekian. Wallahua’lam bis showab. Semua tulisan ini direpost dari:
Referensi : https://islamqa.info/amp/ar/answers/99699)
Referensi: https://konsultasisyariah.com/34490-dilarang-tidur-setelah-asar.html
0 notes
syam1974 · 2 years
Photo
Tumblr media
•• Hadits Maudhu' (Palsu) --------- Hadits-Hadits Palsu seperti ini menjadi sebab Ghuluwnya kaum muslimin yg Awam terhadap orang orang yg di sangka Ulama. Allah dan Rasulnya melarang kita bersikap Ghuluw (Berlebih-lebihan) dalam memuji orang orang alim/Sholeh (Syeikh, Ustadz,Habib,Kiyai, Tuan Guru Dll) 📌 Allah berfirman yang artinya: “Dan mereka (Kaum Nabi Nuh) berkata: “Jangan kamu sekali-kali meninggalkan sesembahan- sesembahan kamu dan (terutama) janganlah sekali-kali kamu meninggalkan (penyembahan) •Wadd, •Suwa, •Yaghuts, •Ya’quq, maupun •Nasr” 📚 (QS. Nuh: 23). 📌 Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhu mengatakan: “Ini adalah nama-nama orang shalih dari kaum Nuh. Ketika mereka meninggal, syetan membisikkan kepada kaumnya, ‘Buatlah patung-patung di bekas majelis-majelis pertemuan mereka (sebagai simbol dan untuk mengenang keshalihan mereka), kemudian namailah patung-patung tersebut dengan nama-nama mereka’. Maka kaumnya melaksanakannya dan belum menyembah patung-patung tersebut. Ketika mereka meninggal, dan telah hilang ilmu, maka patung-patung tersebut disembah oleh generasi setelahnya” 📚 (Diriwayatkan oleh Bukhari, hadits no.4920). Sikap ghuluw terhadap orang shalih adalah sebab paling awal yang menjerumuskan anak adam pada perbuatan syirik akbar. Sehingga, tidak selayaknya, kaum muslimin bermudah-mudahan & tidak merasa khawatir terhadap perbuatan ini. 📌 Rasulullah ﷺ bersabda: “Janganlah kalian memujiku sebagaimana orang nashrani memuji Isa bin Maryam, aku hanyalah seorang hamba, maka katakanlah ‘ Hamba Allah dan RasulNya” 📚 (HR. Bukhari no 3445). Nabi ﷺ melarang umatnya agar tidak bersikap ghuluw kepadanya, sedangkan beliau adalah manusia yg paling mulia kedudukannya di sisi Allah. Sehingga bersikap ghuluw kepada orang shalih yg kedudukannya di bawah beliau, tentu lebih layak untuk dilarang. Allahu'alam ---------- follow @hadits_lemah⠀ follow @hadits_lemah⠀ ---------- follow @Hadits_Shahihh follow @Hadits_Shahihh ----------⠀ Ikuti Kami: ⠀ 📌 Instagram •https://www.instagram.com/hadits_lemah⠀ ⠀ 📌 Facebook •https://www.facebook.com/MediaHaditsLemah⠀ 📌 Telegram •https://t.me/Hadits_Lemah #HaditsMaudhu #HaditsPalsu #HaditsLemah #juarkazamuksim https://www.instagram.com/p/Cgs59ZPhYY9/?igshid=NGJjMDIxMWI=
0 notes