Tumgik
yulianirawan · 4 years
Text
33 Minggu 3 Hari Dirimu, Janinku!
Hai, adik bayi yang masih dalam perut ibun! Alhamdulillaah, kamu tumbuh baik sejak ibun tahu kamu ada sampai saat ini, semoga selalu sehat, selamat, sempurna fisik dan mental, juga panjang umur dan bahagia, ya! Aamiin...
Awal ibun tahu kamu hadir dalam rahim adalah awal tahun 2020 ini. Saat itu ibun sudah telat haid dua minggu, ibun yakin kamu ada. Sebab sudah satu bulan Teteh Dri berhasil disapih saat usianya 26 bulan.
Ibun tespek di Jawa Tengah, saat kami bertiga jalan-jalan ke Jogjakarta bersama sekolahnya Yabda. Alhamdulillaah, 2 garis merah terpampang jelas sekali subuh itu. Meski toilet umum saat itu penuh, penerangan kurang memadai, dan langit maaih gelap, ibun memaatikan dengan berusaha melihat garis itu lalu diperlihatkan pada Yanda. "Alhamdulillaah", ucap Yanda berujar.
Kamu sama seperti Teteh Dri, hadir dalam rahim ibun ketika ibun bekerja di sekolah. Hanya bedanya, waktu hamil Teteh Dri ibun mengajar di SD dengan tingkat kegiatan fisik yang lebih ekstra dari Senin sampai Jumat, sampai ibun hamil 5 bulanan. Sedangkan dirimu, ibun hamil saat mengajar di SMA dan qadarullah saat kandunganmu 4 bulan, ibun harus Work From Home sebab terjadi pandemi virus corona di seluruh dunia. Meski saat itu ibun hanya bekerja 2 hari saja di hari Selasa dan Kamis sampai dirimu 7 bulan dalam kandungan. Alhamdulillaah, di saat fisik ibun yang sudah sering letih, akhirnya bisa bekerja di rumah juga sambil membersamai Teteh Dri.
Sejak awal ibun ingin lagi hamil yakni saat Teteh Dri 24 bulan. Ibun berharap kamu adalah sosok yg kelak bisa bersama Yanda menjaga ibun dan Teteh Dri saat Yanda tidak di rumah. Tapi jika Allah mengabulkan hal lain, ibun pun tak mengapa.
Alhamdulillaah, di usia kandungan ibun yang masih 23 minggu kala itu, dokter kandungan bilang bahwa kemungkinan besar dirimu adalah laki-laki. Kemudian saat usia kandungan 28 minggu kemarin pun, dokter kandungan tetap memastikan bahwa InsyaAllah yakin bahwa dirimu laki-laki. Alhamdulillaah, semoga beberapa minggu lagi ke depan Allah mudahkan jihad kita, ya, Dek! Semoga kita berdua sama-sama sehat, selamat, sempurna fisik dan mental, juga panjang umur. Aamiin.
Ada hal beda saat mengandungmu dan mengandung Teteh Dri, namun yang sama ibun tetap merasakan rasa mual di bulan-bulan kedua kehamilan sampai menginjak empat bulan. Ketika hamil Teteh Dri ibun hanya bisa makan roti, ayam, dan telur, serta antipedas dan lebih doyan makan susu dan cokelat. Ketika hamil kamu, ibun tetap jadi pemakan segala tanpa pantangan termasuk makanan pedas. Hehe.
Adik bayi, sehat-sehat, ya kamu di rahim ibun! Meski kamu hadir saat-saat pandemi covid-19 sedang merebak di seluruh dunia, ibun yakin kamu adalah anak yg tumbuh sehat dan kuat. Kamu sudah aktif sejak kandungan, hehe. Katanya memang begitu kalau anak laki-laki. Ibun bahagia Allah titipkan Teteh Dri dan adik bayi. Jadi anak solih dan solihah, ya! Aamiin.
Perkiraanmu lahir adalah pertengahan September, tapi entah kenapa ibun lebih berjaga-jaga dan bersiap lahiran di akhir Agustus atau awal September, sebab pengalaman waktu Teteh Dri lahir yang maju ke tiga minggu HPL. Minggu ini kita periksa kandungan yaa, Nak! Sehat dan kuat selalu yaa!
Sampai jumpa di dunia, anakku. Beberapa minggu lagi... InsyaAllah. Nanti kita main di rumah bertiga sama Teteh Dri kalau Yanda kerja, yaa. See you ❤❤❤
With Love,
Yulia
1 note · View note
yulianirawan · 7 years
Text
Akad dan Resepsi: Tentang Agama dan Budaya
Usia pernikahan saya baru akan menginjak 9 bulan di bulan ini. Sambil siap-siap menunggu kelahiran bayi dalam perut yang diprediksi lahir akhir bulan depan, ada satu hal yang menggelitik hati saya dua hari ini: tentang agama dan budaya yang hadir saat resepsi pernikahan yang pernah saya lalui akhir tahun kemarin. Pernikahan sederhana yang kami lalui, kami persiapkan 1.5 bulan setelah pertunangan. Waktu yang singkat? Mungkin iya. Tapi bukankah kami bertunangan tidak dengan proses pacaran sebelumnya? Bukankah tidak baik melama-lamakan pernikahan jika sudah dipinang? Ya, proses yang kami jalani mengadopsi gaya islami walau mungkin tidak begitu syar'i. Hingga tiba hari-hari menuju pernikahan, saya meminta kepada calon suami saya waktu itu untuk tidak ikut saat prosesi akad digelar, ia setuju. Ternyata kami memiliki pemikiran yang sama, yaitu belum halal. Sebenarnya ada beberapa poin yang saya miliki kenapa saya tidak mengikuti prosesi akad. Pertama, dalam rukun sah nikah yang pernah saya pelajari waktu SMA yang wajib mengikuti prosesi adalah mempelai pria, wali nikah, yang menikahkan, dan saksi dari masing-masing pihak (CMIIW). Lagipula jika saya ikut akad, apa yang akan saya keluarkan dari mulut ini? Kedua, saya ingin calon suami saya fokus dan tidak gugup jika tanpa kehadiran saya (yang masih asing) ada di sampingnya. Ketiga, saya yang memakai make up lebih tebal dari hari-hari biasa, ingin memberikan kejutan pada calon suami dan orang-orang yang hadir ketika jantung mereka berdebar kencang 😆. Alhamdulillaah, hal tersebut tidak membuat calon suami, ibu, dan kakak yang berperan sebagai wali nikah tidak keberatan dengan keputusan saya. Namun ternyata, dua hari lalu saya baru mendengar salah satu keluarga dari suami saya ternyata keberatan dengan hal ini. Hehe. Katanya, "Sayang dong kalau perempuan gak ikut akad, kan yang dilihat dan ditunggu saat nikah itu mempelai wanitanya. Sayang make up-nya." Saya kaget sambil tersenyum sambil bicara dalam hati sendiri, 'Sebenarnya pakai make up berlebihan saja dilarang, ini pakai make up kenapa harus diumbar? Gimama kalau keputusan saya dulu tidak memakai make up dan memisahkan tamu undangan perempuan dan laki-laki seperti berita yang viral akhir-akhir ini?' Hehe. Saya yang keturunan Sunda, tidak memakai satu adat pun dalam acara pernikahan kecuali sambutan kepada keluarga calon mempelai pria dan menyematkan bunga melati sebagai tanda diterimanya calon mempelai pria beserta seserahan yang ada. Alasan saya kali ini adalah jika saya memakai adat sedari siraman, ngeyeuk seureuh, pecah telor dan kendi, saweran, dan lain-lain, berapakah biaya yang harus saya keluarkan? Sedangkan saya menginginkan pernikahan yang sederhana. Ketika menikah, saya memutuskan untuk memakai gaun sederhana yang tertutup dari atas, tangan, sampai kaki dan tidak ketat sebagai tanda bahwa saya seorang Muslim. Saya juga memakai siger di atas kepala sebagai tanda bahwa saya orang Sunda. Memakai flower bouquet dan make up adalah campuran dari trend masa kini. Hehe. Jika ada seorang budayawan hadir dan berkomentar, saya pasti dianggap aneh karena memakai gaun, bunga, dan siger bersamaan. Padahal adat Sunda adalah memakai kebaya, siger, dan bunga melati yang melingkar di kepala. Jika ada seorang muslim taat pun berkomentar pada baju saya. Mungkin mereka juga menginginkan saya tanpa sepatu berhak dan make up yang tebal. Sampai kapan pun, agama dan budaya tidak akan pernah bisa disatukan. Apalagi budaya di Indonesia yang dulunya ada percampuran dengan budaya-budaya asing dan agama yang bukan hanya muslim. Melalui tulisan ini, saya hanya ingin berucap. Saya bersyukur menikah dengan konsep sederhana sekalipun tidak mengeluarkan uang yang sedikit karena saya ingin tamu undangan mencicipi makanan dan suvenir yang layak mereka terima. Tapi saya juga bersyukur, tidak banyak yang saya ingin ketika saya menikah. Saya tidak membuat banyak orang sibuk kecuali keluarga inti saya. Saya bersyukur, hingga kini saya merasa tidak pernah banyak meminta pada pada orangtua dan mertua saya. Kecuali mungkin saya masih menyusahkan ibu saya saat saya hamil muda sampai 5 bulan kehamilan karena masih jauh dengan suami, saya juga meminta ibu saya ada disamping saya saat saya melahirkan. Terima kasih Mamah, karena didikanmu aku menjadi orang yang punya rasa malu untuk meminta ke selain mamah dan suami, karena didikanmu aku dan suami tidak ingin merepotkan mertua. Saya teringat status teman saya di facebook beberapa hari lalu, pesta besar atau kecil akan sama-sama ada obrolan dari orang lain. Iyaa mungkin benar, tapi saya bersyukur menjalaninya dengan tidak rewel pada keluarga calon suami saya hingga kini, semoga sampai nanti. Aamiin. Love, Yulia.
0 notes
yulianirawan · 7 years
Text
Hallo, 25 Weeks Pregnancy!
Hi, baby… terima kasih untuk kerja samanya selama 25 minggu ini. Semoga sampai lahiran, kamu selalu sehat dalam perut Bunda ya, Nak! Kamu makin aktif setiap waktu. Pagi, siang, bahkan menjelang tidur, tampaknya kamu selalu berbahagia dalam rimba amniotik.
5 hari lagi, tepat 7 bulan aku dan suamiku membina rumah tangga. Tidak terasa bahwa perutku sudah diisi janin berusia 6 bulan 1 minggu terhitung dari haid pertama bulan terakhir. Awalnya aku berniat menuliskan pengalaman ini ketika 4 bulanan, tapi waktu yang kupunya waktu itu terbagi dengan tugasku sebagai pengajar dan waktu luangku kupergunakan untuk bersama dengan suami. Kini, sebulan sudah statusku berubah menjadi ibu rumah tangga yang terkadang ditinggal suami mencari nafkah sambil menunggu kelahiran baby tiba, aku punya waktu untuk menulis lagi di sela-sela pekerjaan rumah.
Masih teringat jelas baru seminggu kami menikah, teman-teman suami dan aku sudah mulai bertanya, “Sudah ada hilal?” Tentu saja waktu itu aku cuma tersenyum dan bilang, “Doakan saja, baru juga beberapa minggu.” Terkadang saat suami harus kembali ke kotanya dan malam tiba, aku selalu berdoa untuk secepatnya bisa hamil. Mengingat usiaku dan suami yang terpaut 5 tahun sudah cukup dewasa untuk menimang anak.
Dua minggu setelah menikah, aku baru mengambil cuti karena sebelumnya harus mempersiapkan lesson plan untuk mengajar. Waktu cuti seminggu kuhabiskan untuk menikmati masa bersamaku bersama suami di Tasik. Aku tinggal sementara di rumah suamiku yang adalah rumah orang tuanya. Kami cuma berdua tinggal di sana. Gunung Galunggung dengan ratusan tangga, body rafting di Citumang, dan menikmati Pantai Pangandaran pun kami lalui berdua.
Sepulang dari tempat-tempat tersebut badanku meriang, perutku tidak nyaman. Kupikir penyakit maagku kambuh karena siangnya aku menikmati seblak pedas. Malam tiba, panasku meninggi, kata suami aku seperti sudah tidak ingat apa-apa, hanya tertidur lesu. Suamiku dengan telaten mengompresku, menyediakan air putih, dan memberiku susu dan berharap panasku turun. Paginya panasku belum benar-benar turun setelah makan bubur. Aku pun diboyong ke klinik. Sepulang dari klinik, ibu mertuaku mengunjungiku yang sedang terbaring. Masa itu aku teringat waktu masih kelas 4 SD dulu, ketika itu aku dinyatakan thypus kemudian DB dan harus dirawat di RS. Bapak terpaksa menemaniku malam hari sepulang mengajar dan mamah siang hari, sedangkan adik-adikku dititipkan pada kakaknya bapak. Waktu itu malam harinya aku merasa wajah-wajah orang menjadi membesar dan aneh. Kini aku merasakan demikian juga selain langit-langit rumah yang berputar.
Banyak orang yang menyangka aku hamil. Tapi aku belum percaya. Terpaksa waktu cutiku kuperpanjang satu hari karena demamku tidak kunjung membaik. Aku pun pulang ke Bandung hari Senin. Suamiku pulang beberapa hari setelah memastikan panasku turun setelah dia beri madu. Sore setelah aku pulang kerja, aku izin pada suamiku untuk pulang ke rumah mamah karena panas kembali turun. Suamiku khawatir. Besoknya aku kaget setelah kutemukan bintik-bintik merah kecil di tangan dan kaki. Apa aku DB lagi? Atau karena panasku yang terlalu tinggi kemarin-kemarin? Atau lebih parahnya, apa aku rubella? Sorenya terpaksa aku ke UGD bersama mamah untuk cek lab. Hasilnya darahku baik-baik saja. Aku tidak terkontaminasi virus rubella yang menakutkan itu, mengingat aku takut jika aku sedang hamil. Dokter cukup lama mengobservasiku, hasilnya aku dinyatakan keracunan obat antibiotik. Mamah pun berbicara padaku 4 mata, “Kamu sakit kemarin minum amoxilin? Kenapa gak bilang sama dokternya atau suamimu?” Aku pun menjelaskan bahwa jangankan untuk ingat alergi obatku, melihat wajah orang aja seram sendiri. Hehe.
Sebulan setelah menikah, aku telat 3 hari. Ada rasa ingin tahu kondisiku waktu itu lewat testpack, tapi ada rasa enggan juga mengingat aku takut kecewa dengan hasilnya. Akhirnya tanpa izin suami karena aku sedang di rumah ibuku, paginya aku testpack sambil berwudhu. Benar saja, garis merah di testpack hanya satu. Ada rasa kecewa dalam hati tapi akal sehat aku kembali pulih setelah kuyakini bahwa belum waktunya, baru juga menikah satu bulan. Barulah jam 8 pagi ketika anak-anak melaksanakan kegiatan cookery, aku mulas dan izin pada partnerku di kelas. Ketika kucek, ternyata aku baru haid.
Aku menghubungi suamiku dan bilang, “Kang, aku mens. Belum rezeki ya kita.” Suamiku menenangkanku dan bilang, “Gak apa-apa, kamu masih muda. Kita baru sebulan menikah. Allah belum ngasih karena belum percaya sama kita sekarang.” Aku pun membalas ucapan suamiku begini, “Iya, ya kang. Kalau sekarang aku hamil juga kasian janinnya. Aku kan sempat demam tinggi terus ditambah kercunan amoxilin.” Suamiku tersenyum di balik sana, “Nah, itu tahu. Segala sesuatunya sudah Allah atur dengan sangat amat baik.”
Tiba di bulan kedua, aku merasakan pegal-pegal dan perut yang gak nyaman. Tentunya gejala ini beda dengan penyakit maagku yang suka kambuh. Perutku serasa panas, rasa malas, dan gampang mengantuk kian menyerang. Hingga suatu minggu tepat di bulan kedua pernikahan, aku ditugasi menemani anak-anak hiking ke tempat yang katanya cukup curam. Entah kenapa kali ini batinku merasa enggan untuk pergi, padahal biasanya aku semangat hiking untuk menghilangkan jenuhku di kelas.
Tanpa pikir panjang, sepulang sekolah aku membeli sebuah ember titipan suamiku sambil diantar adikku. Aku iseng membeli 2 buah testpack biasa dan cukup murah tanpa memberi tahu siapapun termasuk adikku yang tidak curiga. Saat adzan maghrib berkumandang, kupakai satu testpack. Hasilnya … ‘ah, masih strip satu,’ pikirku waktu itu. Setelah kulihat ulang sehabis mengaji, aku pun melihat seperti ada dua garis dan yang satunya berwarna merah muda hampir samar.
Apa iya aku hamil? Soalnya di petunjuk penggunaan dan saat googling, warna merah muda sekalipun pudar adalah hal yang menunjukkan bahwa seseorang hamil. Kufoto testpack tersebut dan kutanyakan pada mamah dan suami. Mereka sepakat menjawab, “Besok pagi coba lagi!”
Isya tiba, aku memberi tahu teman satu levelku tentang kemungkinan yang terjadi. Aku meminta dia untuk menggantikan tugasku untuk menemani anak-anak hiking jika memang pagi besok dua garis itu semakin jelas. Alhamdulillaah, dia mau. Terima kasih, Mutia!
Besoknya sekitar jam 3 aku terbangun dengan segar. Saat aku mengeluarkan testpack kedua, kulihat bayangan dua garis merah semakin jelas. Kuhubungi suamiku, mamah, dan tentu saja teman kerjaku. Aku tak kuasa bersyukur dan mengucap, “Alhamdulillaah, Ya Allah. Waktuku tiba!”
Satu minggu setelah testpack, kuberanikan diri menemui dokter kandungan dengan diantar suami. Hasilnya, ada satu kantung janin yang sedang mengalami proses penebalan kata dokter. Dokter tersebut memintaku datang dua minggu lagi untuk cek kandungan sekalian mengecek tensi darahku yang sempat meninggi.
Alhamdulillaah, setelah cek lagi. Janinku berkembang dengan baik. Tensi darahku normal. Aku bahagia. Kubiarkan teman-teman kerjaku tahu kabar baik ini seperti yang dipesankan teman kerjaku satunya lagi, “Jangan sampai orang lain gak tahu, Yul. Ini kabaf bahagia. Performa seorang ibu hami juga akan menurun apalagi di trimester pertama.” Berkat teman tersebut, kuberanikan diri untuk mengakui bahwa aku HAMIL. Terima kasih, Bu Puja!
Memasuki usia kandungan 2 bulan sampai 4 bulan, aku mengalami mual dan muntah tiap sore hari. Tidak nyaman dengan bau masakan. Tidak nafsu makan tapi terpaksa aku makan siang dengan menu tempat kerjaku karena aku harus menemani 25 anak di kelas makan siang. Aku tidak menyukai sayuran karena akan membuatku merasa mual, aku tidak suka krupuk karena rasanya aneh di lidahku, dan aku tidak suka pedas karena akan menimbulkan rasa pahit di lidah. Semua terhenti saat aku memasuki usia kandungan 4 bulan lebih ketika nafsu makanku kian menggila hingga kini. Berat badanku naik 5kg saat memasuki 6 bulan kandungan dan aku selalu berdoa untuk dia yang sedang ada dalam perut untuk sehat selalu dengan berat badan normal, fisik yang sempurna, sehat jasmani dan rohani, cerdas, dan tentu saja sholeh/sholehah. Aamiin.
4 bulan belum diketahui jenis kelaminnya karena waktu itu fokus pada penyembuhan flu dan batukku. 5 bulan janin masih malu-malu menampakkan jenis kelaminnya karena tertutup oleh kedua kakinya. 6 bulan kemarin, dokter dan perawat bilang kalau dia baby girl. Beberapa orang termasuk saudara yang sempat bertemu denganku semua bilang bahwa aku seperti sedang mengandung anak laki-laki. Hehe… entahlah mereka melihat darimana, yang jelas kuingin dia hidup sehat dan sempurna fisiknya, dia perempuan atau laki-laki.
Alhamdulillaah… Bunda dan Yanda akan sayang kamu selalu anak pertamaku. Bunda bersyukur sebab kamu nyatanya adalah doa-doa waktu kecil yang pernah Bunda ucapkan bahwa Bunda ingin punya teman perempuan, sebab semua saudara laki-laki. Kehadiranmu yang nyata, kami berdua bersyukur dan sudah menyediakan nama untukmu. Bulan depan, mungkin kami akan USG 4 dimensi untuk mengetahui jelas rupa dan jenis kelaminmu. Perempuan atau laki-laki, kami akan selalu menyayangimu. Terima kasih untuk perjuangan kita selama 25 minggu ini. Terima kasih untuk selalu kuat dan sehat ketika Bunda harus membawamu bekerja dan pulang pergi ke luar kota menemui Yandamu. Sampai jumpa di dunia nanti 3 bulan lagi. I love you …
Dear mommy to be, percayalah bahwa Allah akan memberimu kepercayaan besar di waktu tepat dan amat baik bagimu. Semoga Allah segerakan! Aamin.
Love, Yulia.
1 note · View note
yulianirawan · 7 years
Text
Sebulan Sudah Aku Tinggal di Kota Ini
Pernikahan adalah suatu komitmen tinggi yang harus diperjuangkan dua insan yang memutuskan untuk hidup bersama. Akhir Juli ini, tepat 7 bulan aku dinikahi seorang lelaki yang berdomisili di Kota Tasikmalaya. Ya, kota kami berbeda meskipun kami sama-sama berkuliah di tempat yang sama, Bandung. Sebelum rencana khitbah datang akhir 2016 lalu, dia yang waktu itu masih calon suamiku memberiku izin untuk tetap tinggal di Bandung selama satu semester sampai aku menuntaskan pekerjaanku sebagai pengajar di salah satu sekolah swasta favorit di Kota Bandung Timur. Suamiku menempatkanku pada sebuah kostan yang sepetak, sebuah kamar mungil plus toilet, sejak awal Januari 2017 atau beberapa minggu setelah kita menikah dan waktu cutiku habis. Setiap akhir minggu, suamiku rajin mengunjungiku. Terkadang aku yang menyempatkan diri ke Tasik untuk bertemu jika ada libur cukup panjang dari biasa. Pernah suatu waktu suamiku bolak-balik Tasik-Bandung dua kali seminggu dengan waktu jeda 2 hari karena aku sempat demam berkepanjangan pasca cuti menikah dan diharuskan untuk kembali bekerja. Sesekali, tentu dengan izin suami, aku bermalam di rumah mamah yang letaknya bisa ditempuh dengan 20 menit perjalanan dari tempat kostan. Suamiku mengizinkan tentu saja, mengingat sebulan setelah menikah, aku dinyatakan positif hamil dan kondisiku sempat ringkih beberapa bulan pertama. Tepat tahun ajaran baru berakhir, suamiku berkunjung ke Bandung atau tepatnya menjemputku untuk segera tinggal bersamanya di Tasik. Aku yang sejak awal Juni sudah tidak lagi ngekost dan memilih tinggal bersama Mamah pun sudah mempersiapkan barang dan mental beberapa hari sebelum suamiku menjemput. Saya selalu ingat ucapan mamah yang kira-kira demikian, "Tasik tidak semengerikan yang kamu pikir selama ini. Sudah jodohnya mamah yang lahir di Tasik pada akhirnya menikah dan tinggal di Bandung, sedangkan kamu yang lahir di Bandung harus menikah dan tinggal di Tasik." Ucapan itu yang pada akhirnya menjawab pertanyaan suami, adik, serta teman-teman saya yang selalu bertanya, "Siap tinggal di Tasik, Yul?" Aku cuma senyum biasanya dan terkadang menjawab, "Sudahlah, jangan buat aku deg-degan!" Sambil tersenyum. 17 Juni 2017, kisah baruku dimulai di kota ini. Kota Tasikmalaya yang sejak kecil aku tidak pernah betah berada lama di sini jika mudik ke rumah Nenek dari Mamah. Sekalipun 2001 bapak pernah memutuskan untuk pindah mengajar di kota ini, tapi pada akhirnya beberapa bulan kemudian kami pindah kembali ke Bandung dan itu membuat aku bersyukur. Kini, sebulan sudah aku tinggal di sini. Kami tinggal di salah satu perumahan di daerah Kabupaten Tasikmalaya. Sesekali di sela-sela kesibukan suami, dia sering mengajakku jalan-jalan ke Kota Tasik atau ke daerah-daerah yang aku inginkan. Aku selalu mampu membuat suamiku luluh saat berkata, "Ibu hamil kan gak boleh stress, Kang. Jadi harus jalan-jalan. Apalagi sekarang udah gak kerja." Dia pun pasti mengagendakan jadwal untuk kita pacaran lagi, maklumlah kami tidak menempuh waktu pacaran sebelum menikah. Alhamdulillaah, beberapa tempat alam dan 2 mall di Tasik sudah pernah aku singgahi. Bahkan kini aku sudah berkenalan dengan dokter kandungan yang cukup terkenal di kota ini. Pada akhirnya nanti 3 bulan lagi saat waktu melahirkan tiba, mungkin aku akan melahirkan di kota ini walau awalna berniat lahiran di Bandung, entah dengan dokter yang mana, yang jelas aku ingin mamah dan suami ada di sampingku saat aku melahirkan nanti. Doakan aku dan bayi dalam rahimku selalu sehat sampai waktu persalinan tiba dengan tepat waktu. Doakan juga persalinanku nanti lancar dan selamat. Aamiin.... Love, Yulia.
1 note · View note
yulianirawan · 7 years
Photo
Tumblr media
Alhamdulillaah, our last assembly. Terima kasih untuk kesempatan dan pengalamannya bersama 3 Kempo 🙆🙌 . Cerita yang bertema kesehatan untuk menuju #lombasekolahsehat . Ceritanya mengenai manfaat buah-buahan 🍏🍊🍇🍉 yang mampu mengalahkan #junkfood 🍕🍔 dan #fastfood 🍝🍲 (at SD Mutiara Bunda)
0 notes
yulianirawan · 7 years
Photo
Tumblr media
Alhamdulillaah, my 4th script performance… 😍 . Pagi kemarin, anak-anak kelas 3 Kempo selesai mempertunjukkan penampilan pertamanya di semester 2 yang berjudul 🐜 The Savior Of Ant Kingdom 🐜 . Naskah yang selesai dan diperiksa guru kelas beserta kepsek pasca demam tinggi berhari-hari dan naik turun ini akhirnya selesai jugaaaa… 😄😄 . #assembly paling banyak properti yang pernah saya rasakan selama di sini, hehe… 😂 Membuat kostum 15 semut, 1 raja semut, 4 kakaktua, 1 kelinci, beserta properti penunjang lainnya. Tapi karena kekompakan tim level 3 akhirnya selesai juga… legaaa rasanyaa 😎 . Bercerita tentang kerajaan semut yang terkenal dengan kebersihannya. Hingga suatu pagi setelah istana dibersihkan, segerombolan kakaktua menjatuhkan banyak daun-daun kering hingga menutupi istana. Raja dan pasukan semut-semut sempat suudzan dengan tindakan segerombolan kakaktua. Tiba-tiba hujan abu dan kerikil pun turun karena gunung di seberang sana meletus, tetapi tidak merusak istana karena sudah tertutupi daun-daun yang dijatuhkan kakaktua. Raja dan pasukan semut-semut meminta maaf karena sempat #suudzan . Itulah pembelajaran dari kisah ini, bahwa hati sanubari kita harus selalu #husnudzan dengan sesuatu yang belum tentu tidak baik bagi diri ini. (Diambil dari #dongeng pelajaran Bahasa Indonesia yang dibuatkan #naskahdrama ) . Sampai jumpa di #assembly berikutnya. Semoga penampilan kalian selanjutnya lebih baik lagi. Aamiin. Semangaaaat! ❤❤❤
1 note · View note
yulianirawan · 7 years
Text
Satu Bulan Memadu Bulan
Suamiku, selamat tanggal 25 yang kedua setelah kamu halalkan diri ini direngkuh oleh kasih sayangmu yang tulus... Sejujurnya aku merasa menjadi wanita yang paling beruntung di dunia karena kau miliki, atau... memilikimu lebih tepatnya. Hidupku yang serasa baru, dengan suasana baru. Aku yang setelah tiga tahun lulus kuliah ini terbiasa dengan sibuknya pekerjaan sampai dulu jarang pulang ke rumah. Tidur di hotel tiap weekend. Baju pun hanya tahu bersih dan rapi. Makanan sudah tersaji. Kini semua berubah. Tiap weekend, aku menemuimu atau kamu yang menemuiku karena kita belum tinggal dalam satu kota bersama. Aku yang mencuci bajumu, menunggumu pulang kerja kalau aku dapat cuti, beres-beres rumah, makan berdua walau aku belum ada kesempatan untuk memasak untukmu. Semua berubah bagiku, sayangku. Lelaki halalku... Terima kasih karena telah tulus selalu mengajakku main yang kadang hanya kita berdua atau bersama teman-temanmu. Kamu yang tahu kalau aku hiperaktif kalau tidak diajak jalan ke suasana alam. Hehe... Kamu yang selalu mengajakku makan ke tempat yang aku suka. Kamu yang dengan rela menyempatkan waktu mengantarku hanya untuk konsul ke dokter kulit wajah di kotamu yang bagiku baru. Terima kasih segalanya. Hingga minggu lalu setelah aku meminta cuti seminggu di kantor, badan yang biasa aktif dan manja-manja itu ambruk seketika. Demam hebat, nyeri sendi, seluruh benda serasa berputar dan besar-besar. Terakhir aku demam tinggi ini beberapa tahun lalu saat masih kuliah semester empat. Aku tahu kamu khawatir yang kulihat dari raut wajahmu walau samar. Susu beruang, bawang merah yang kamu kompres di kening, dan kompresan air hangat yang berulang-ulang kamu ganti tiap beberapa waktu tapi demamku belum juga turun. Aku yang tengah malam terbangun karena ingin ke toilet, salat, dan sekadar bilang, "ah, sakit" juga membuatmu terbangun dan langsung sigap memegang tanganku sambil berkata, "apa yang sakit, sayang?". Kalimat yang membuat air mata ini menetes tapi seolah mendinginkan demam di tubuhku seketika. Tiga hari sakit demam di kota kelahiranmu yang enam bulan lagi menjadi tempatku membesarkan anak-anak kita nanti membuatku semakin mencintaimu. Kesabaran dan keikhlasanmu membopongku menuju klinik dan mengurusku sepanjang hari membuatku semakin enggan berpisah darimu. Hingga aku tiba di kota kelahiranku, tapi kamu tetap mengurusiku dengan telaten sampai demamku benar-benar reda dan aku bisa bekerja. Kamu yang dengan tulus ikhlas membelikanku sari kurma, madu, hingga habbatussauda dan menitipkan ucapan bahwa aku jangan dulu makan yang pedas. Terima kasih lelakiku... Seminggu sudah aku belum bertemu denganmu. 'Dua hari lagi,' katamu. Aku mencintaimu suamiku sayang... Tetaplah menyayangiku dan semoga aku selalu menyayangimu. Selalu berdoa, yaa... Semoga Allah memberikan kita keturunan yang soleh, solehah, sehat, cerdas, dan berguna bagi banyak orang. Aamiin... Love, Yulia.
0 notes
yulianirawan · 7 years
Text
Jodohku Kamu, Sayangku!
🎵Terjawablah semua doaku. Jodohku kamu, sayangku. Berjanjilah bersamaku di hadap-Nya. Kutahu cinta, tak selalu sempurna. Berdua kita mengarunginya. Pastikan kita untuk selamanya…🎵 -Natasha Chairani.
Hari ini, sepuluh hari sudah aku menjadi istrinya, seorang laki-laki yang kupanggil ‘akang’. Hari ini pula pertama kali aku belajar menjadi seorang istri yang harus berjauhan dengan suaminya beda kota. Long distance married, kata orang.
Pacaran setelah menikah, menjadi iming-iming hati kami untuk sesegera mungkin menghalalkan perasaan kita yang waktu itu saling terpaut diam-diam.
25 Desember 2016, ijab qobul itu nyaris tak aku dengar dari sudut tempat dimana aku duduk dengan hati yang luar biasa campur aduk. Jujur, suara kakak kandung dan calon suamiku waktu itu tidak aku dengar jelas. Sampai pada akhirnya seseorang memanggilku dan menuntunku menuju tempat ijab qobul. Katanya, “Neng, ayo. Sudah sah.”
Keringat mulai membanjiri telapak tangan dengan balutan sarung tangan. Hati ini mulai berdesir tidak karuan. Tidak sempat aku tatap wajah seorang laki-laki yang kini sah jadi imamku, aku langsung duduk disampingnya. Sederet prosesi yang dilewati, mata ini belum juga sanggup untuk menatapnya.
Sampai pada ketika kami digiring menuju pelaminan dan dia menyentuh tanganku kala itu, disanalah baru kutatap wajahnya dari samping sebentar. Sejak saat itulah aku semakin mantap dan yakin bahwa dialah jodohku yang dikirimkan Tuhan. Jodoh yang sedari kecil sampai beberapa bulan ke belakang sering kupertanyakan, “Siapa suamiku kelak?”
Kini, aku benar-benar mencintainya. Aku menyayanginya. Aku ingin rasa ini selalu saling terpaut dan beriringan bersamanya sampai kami bertemu kembali di surga-Nya.
Dia, sosok laki-laki yang mulai kukenali sikap dan sifatnya. Laki-laki yang hingga kini amat kucintai dan semoga karena-Nya. Aku merasa bahwa hidupku seimbang bersamanya. Dia yang memahami, dia yang mengajari, dia yang mengerti.
Akangku sayang, sejujurnya berat hati ini melepasmu pergi beberapa hari untuk urusan pekerjaanmu yang lebih membutuhkanmu. Tapi pekerjaanku di sini juga tidak baik untuk kutinggalkan, demi anak-anak calon penghuni surga yang Allah dan orang tuanya titipkan untuk kudidik di sekolah.
Mungkin memang benar, andaikan rasa ini hadir dari dulu ketika aku baru masuk kuliah dan kamu menjemput wisuda sarjanamu di 2009 lalu, kisah seindah ini mungkin takkan pernah ada. Kisah perjalanan hubungan kita yang kadang membuat kita tidak menyangka dan senyum sendiri pun takkan pernah ada.
"Secepatnya kita akan bertemu lagi, tiga atau empat hari lagi", jawabmu menenangkanku tiap aku bilang bahwa aku ingin selalu bersamamu.
Terima kasih sudah memahamiku, sayang. Terima kasih untuk segala cinta dan kasihmu, imamku. Terima kasih untuk sabar mengajarkanku supaya aku menjadi istri terbaik untukmu.
Jadilah suami terbaik dunia dan akhiratku, sayang. Kupastikan tak ada lelaki hebat sehebat dirimu. Aku mencintai kurang dan lebihmu.
Love, Yulia.
1 note · View note
yulianirawan · 8 years
Text
Untuk Akang, Calon Imamku
Desember sudah tiba di depan mata, Kang. Let's counting down! Dua puluh empat hari lagi, semoga ikrar itu Allah ridhoi dan berkahi bagi kita yang sudah lama saling menunggu dalam senyap di sepertiga malam. Akang, masih ingat dalam ingatan ini beberapa bulan lalu. Kamu beli smartphone di pertengahan Oktober, dan share pin bbm-mu di facebook setelah seminggu kita ngobrol ngalor ngidul. Aku yang waktu itu tidak mau terlalu GR memutuskan untuk tidak invite pin bbm-mu dan abaikan postingan itu. Kamu yang dingin dan cuek, membuatku ingin diam dan tidak merespon postingan yg heboh dgn komentar teman-temanmu. Kemudian kamu menghubungi dan memintaku untuk invite lebih dulu. Aku menyetujui. Dua minggu kita chatting via WhatsApp seperti yg kuminta, kamu memberanikan diri untuk meminta izin datang ke rumahku, katanya ingin bicara dengan orang tuaku. Dua minggu membicarakan visi misi dan menurutmu itu sesuai dengan keinginanmu. Dua minggu pula sikap dinginmu berubah kian menghangat. Kuizinkan kamu datang ke rumah dan bertemu dengan ibu dan kakak laki-lakiku yang sudah hampir satu bulan ada si rumah untuk kembali bekerja di sini. Keseriusanmu dan ketegasan ucapanmu yang seolah lancar menjawab pertanyaan kakak laki-lakiku yang langsung mempertanyakan keseriusanmu. Itu yang membuatku makin tidak sanggup menatap wajahmu waktu itu yang aku sadar, diam-diam kamu melirik wajah ini. Degup jantung yang tidak bisa aku ceritakan pada siapapun. Aku memang belum mencintaimu waktu itu, tapi sungguh aku mengagumimu dalam tunduk wajah ini. Seminggu setelah berkunjung ke rumah dan berjanji akan membawa seluruh keluarga intimu ke rumah, membuatku tiap hari kian berdegup hati ini. Tepat 6 November, ibumu menyematkan cincin emas putih di tangan kiri ini. Kamu yang waktu itu mengirimiku pesan singkat via WhatsApp berujar, "Kamu cantik, make up-mu seperti siap sudah mau akad. Hehe." Aku yang tersipu malu dan menyadari bahwa calon imamku ini lebih menyukai aku tanpa riasan tebal. Satu setengah bulan kamu memberi tanggal pada keluargaku untuk acara akad. Satu setengah bulan pula tandanya aku sanggup menyiapkan segalanya. Akang, satu yang aku yakini bahwa semoga aku tidak salah memilihmu adalah karena kesungguhan dan kesiapan hati juga mentalmu untuk melewati rintangan persiapan pernikahan ini hanya bersamaku. Kamu yang tidak ingin memberatkan keluargamu juga keluargaku. Kita sama-sama tahu, kita tidak pernah tahu sebelumnya bahwa pada akhirnya kita akan menikah pada tahun ini. Tapi hati kecil kita sama-sama merasakan bahwa kita akan bertemu dengan jodoh dari Allah di tahun ini, sekali pun dulu kita belum bertemu. Akang, kakak tingkat satu universitas, beda fakultas, dan beda empat angkatan denganku. Sejak aku masih mahasiswa baru, seolah kuyakini bahwa calon imamku ada di fakultasmu. Entah angan-angan semata atau memang nyata rasa ini, yang jelas dari dulu aku tidak pernah ingin mengenal jauh laki-laki di jurusanmu yang katanya playboy, hehe. Akang, dari awal hati kita mungkin saling terpaut karena obrolan visi misi kita waktu itu, kamu selalu mengingatkan aku untuk shalat istikharah. Sekarang, kamu memintaku untuk shalat hajat. Terima kasih sudah mengubah hidupku dengan positif. Terima kasih karena selalu ada dan memintaku terbuka dengan persiapan pernikahan kita. Semoga akang menerima sikap burukku yang cukup pemalas untuk pekerjaan rumah, yang manjanya tiada dua, yang keras kepalanya ini hanya bisa diluluhkan oleh sikapmu yang sama-sama keras. Kata orang, seni menikah adalah mengalah dan meminta maaf. Izinkan aku menjadi istrimu yang selalu kau doakan solehah dua puluh empat hari lagi. Izinkan aku menjadi ibu paling baik bagi anak-anakmu yang kukandung dalam rahimku nanti. Kuyakini kamu calon imam paling baik dan calon ayah terbaik bagi anak-anak kita nanti. Biarkan cinta dan sayang yang kumiliki karena Allah ini kusuguhkan padamu nanti. Mari menghitung mundur, Kang! Love, Yulia.
0 notes
yulianirawan · 8 years
Photo
Tumblr media
"Kalau kita sayang pada seseorang, katakanlah!" - Hadis Mulia. . . . Alhamdulillah, empat dari sepuluh buku Turki yang sudah diterjemahkan dari edisi Bahasa Inggris berjudul I'm Learning My Hadith, kemudian diterjemahkan Hetty Setyo, dan diedit oleh saya setahun lalu sudah terbit. . Yuk, kita belajar dari buku seri Aku Cinta Hadis! . #darmizan #penerbitmizan #bookstagram #book #books #childrenbook #childrenbooks #childrenbookillustration #nurkutlu #ayşekitil #turkishbook #turkishbooks (at Penerbit Mizan)
0 notes
yulianirawan · 8 years
Photo
Tumblr media
Alhamdulillaah, my 3rd script performance has done... . Pagi kemarin, anak-anak kelas 3 Kempo menyelesaikan assembly terakhirnya di semester pertama ini. . Judul cerita ini adalah Nice Words, Nice Life. Berkisah tentang seorang anak yang sulit mencari teman karena #mannerstalk -nya yang kurang baik. Hingga akhirnya dia ingin berubah karena terinspirasi dari temannya yang menyenangkan dan sopan. . Awalnya saya dan guru kelas sempat deg-degan karena terjadi berbagai macam kendala saat mereka latihan. Ditambah saat pemeran utama memutuskan tidak masuk sekolah karena sakit, muntah2. Alhamdulillah, anak cerdas bisa menggantikan posisinya hanya dengan menghafal teks dgn waktu 15 menit. Satu anak lagi demam dan posisinya sudah diganti dua hari lalu. Lekas pulih, lekas ceria lagi, anak-anakku... 😚 . Luar biasa, segala puji bagi Allah. Mereka anak-anak cerdas yang Allah titipkan untuk sy di sekolah. Tanpa terkesan khawatir (tdk seperti gurunya 😂), mereka berhasil membawakan lagu dan teks yang membuat penonton tertawa dan tepuk tangan. . Alhamdulillaah, sampai bertemu di naskah #assembly berikutnya. ❤❤❤ (at SD Mutiara Bunda)
0 notes
yulianirawan · 8 years
Photo
Tumblr media
Alhamdulillaah, my 2nd script performance has been completed. . . Pagi tadi, anak-anak kelas 3 Kempo melaksanakan kegiatan assembly yang pertama lengkap dengan musik dan drama. Bagi saya, ini adalah naskah assembly kedua yang ditampilkan di atas panggung level Elementary. . Jika sebelumnya naskah pertama saya berjudul "The Mouse Family", menceritakan tentang satu keluarga yg jorok dan menyebabkan banyak tikus di rumahnya. Naskah ini dipertunjukkan oleh new teachers dan ditonton oleh 1st-6th level. . Kali ini, naskah kedua yang saya buat berjudul "What a Beautiful Friendship!". Berkisah tentang seorang anak yang suka memilih teman, hingga suatu hari gurunya menceritakan tentang kisah Lebah Madu yang hidup bergerombol. Naskah ini dipertunjukkan oleh 24 orang anak kelas 3. Ditonton oleh 3rd-4th level. . Rasa bangga, haru, dan bahagia berkumpul ketika saya berdiri di samping stage untuk melihat mereka perform. Alhamdulillaah, love you boys and girls. ❤❤❤ . Kegiatan ini merupakan integrasi dari pelajaran Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Art, Art music, dan materi pelajaran lain yg bisa disisipkan. . Genre sastra terdiri dari; puisi, prosa, dan drama. Jika sebelumnya saya sering belajar membuat prosa ketika berkarya dulu, maka kali ini saya sedang belajar membuat drama dari pengaplikasian mata kuliah drama dan skenario film yg pernah sy ampu waktu kuliah dulu. Alhamdulillaah, karunia-Mu nikmat. ❤ . #assembly #performance #art #music #drama #literature (at Mutiara Bunda Group Of Schools)
0 notes
yulianirawan · 8 years
Photo
Tumblr media
"Ajarilah anak-anakmu sastra, karena sastra membuat anak pengecut menjadi jujur dan pemberani." - Umar bin Khattab. . Alhamdulillah, Sebagian dari hasil editan saya yang terbit di penerbit @darmizan antara tahun 2014-2016. . . Terima kasih kesempatan dan waktu yg pernah Allah berikan pada sy, untuk teman-teman yg pernah seruangan waktu itu; untuk manajer, asisten editor, dan desainer yg selalu baik dan solid. Terima kasih jg utk freelance editor, proofreader, dan freelance ilustrator yg selalu rajin dan sabar. Terima kasih jg utk para penulis2 yg keren dan hebat. . . Jika ditanya pekerjaan mana yg sy paling sukai antara jd jurnalis, editor , atau jd pengajar(?) Saya mencintai ketiganya... Terima kasih, waktu. ❤ . . . . #book #books #childrenbook #childrenliterature #bukuanak #sastraanak #editor #writer #ilustrator #instabook #penerbitmizan #darmizan #kkpk #kecilkecilpunyakarya #boardbook #pastelbooks #islamicprincess #serisahabatrasul #dongenganakislam #pengetahuanagamaislam
0 notes
yulianirawan · 8 years
Text
Mencintai Apa yang Harus Dicintai dari Film Rudy Habibie
Pada 2012 lalu ketika menonton film Habibie & Ainun, saya menonton sendirian di sela-sela proposal skripsi dan tugas-tugas di tingkat akhir. Dulu saya memiliki mimpi untuk bisa kuliah di Jerman walau tidak di RWTH seperti Pak Habibie. Saya sempat ingin melanjutkan kuliah di Koln jurusan Humaniora setelah lulus kuliah dan menikah lalu bisa membawa suami saya ke sana. Namun ternyata, impian tidak semulus kehidupan sebenarnya. Menikah di usia muda dengan lelaki yang bercita-cita sama dengan diri kita tidaklah mudah, menikah dengan lelaki yang mengizinkan perempuannya memiliki kesempatan lebih mungkin tidak mudah juga. Akhirnya, di tiga tahun setelah lulus sarjana belum juga mengantarkan saya ke gerbang pelaminan dengan laki-laki yang tulus dan ikhlas mengisi dan menerima kekurangan juga kelebihan saya belum juga tiba.
Pertengahan 2016 ini, film Rudy Habibie (Habibie & Ainun 2) pun hadir di bioskop. Masih dalam kondisi sama seperti empat tahun lalu, saya menontonnya sendirian, hanya usia dan pengalaman hidup saja yang bertambah. Kini saya sudah lulus sarjana walau belum melanjutkan magister, sudah kerja di tiga tempat berbeda dengan jabatan berbeda, dan Allah belum mempertemukan saya dengan jodoh terbaik. Pernikahan pun belum ada jalan-Nya juga. Tapi saya yakin, kelak masih akan ada jalan lain, sekali pun saya tidak tahu, apa pelaminan atau ajal yang lebih dulu menjemput.
Ada banyak hal yang bisa saya ambil dari kisah Rudy Habibie kali ini, yaitu optimis dan cinta. Sekali pun Rudy mengambil kuliah di RWTH dengan uang pribadi orang tuanya dan bukan beasiswa ikatan dinas dari pemerintah Indonesia, namun Rudy optimis sekali dengan kemampuannya. Dalam film ini, Rudy diceritakan mendapat nilai tes di peringkat kedua teratas saat tes masuk RWTH. Dia bercita-cita membangun Kedirgantaraan di Indonesia yang merupakan negara dengan banyak pulau. Dia juga mampu bertahan hidup dan tetap optimis saat ibunya seringkali telat memberi uang karena kondisi sosial ekonomi Indonesia sedang terganggu. Tidak akan pernah diragukan lagi, Rudy atau biasa kita sebut dengan Pak Habibie adalah sosok jenius yang beruntung. Saya sadari, saya adalah sosok wanita biasa dengan kehidupan ekonomi keluarga yang sederhana. Saya harus banyak belajar lagi dan lagi untuk bisa melanjutkan sekolah dengan beasiswa. 
Tentang kecintaan dan kesetiaannya pada Indonesia juga tercermin dalam film ini. Rudy berjanji untuk kembali pulang ke Indonesia setelah masa studinya berakhir di Jerman. Rudy berjanji membuat pesawat terbang untuk Indonesia supaya seluruh pulau di Indonesia bisa saling berkunjung dengan waktu tempuh yang singkat. Ayahnya seorang Gorontalo dan Ibunya yang Jawa, meyakinkan diri Rudy bahwa dirinya adalah Indonesia.
Pernah jatuh cinta pada Illona, gadis Polandia yang mencintai Indonesia dan isinya saat Rudy sekolah di Jerman, tidak melunturkan semangat nasionalisme Rudy. Dirinya sadar, bahwa dia dan Illona berbeda cita walau memiliki cinta yang sama. Rudy dan Illona saling ikhlas melepas walau kenangan mereka sangat indah. Secuil hal yang paling saya ingat dari film ini adalah, ‘Sekali pun seorang wanita memahami cita-cita lelaki yang dicintainya, sekali pun seorang wanita pernah menemani lelakinya mengejar impiannya, belum tentu perempuan tersebut menjadi tujuan lelakinya kelak untuk hidup bersama’. Saya belajar ikhlas dari seorang Rudy yang sudah berjanji untuk memiliki hubungan serius dengan Illona. Saya belajar ikhlas dari Illona, wanita yang pernah memahami dan menemani mimpi-mimpi Rudy. 
Doa saya kali ini di hari ulang tahun saya. Semoga mimpi saya melanjutkan sekolah, baik di Monash, UGM, atau UPI, dengan mendapatkan beasiswa bisa terwujud. Semoga ingin saya menikah dengan sosok laki-laki baik yang mampu menerima saya dengan baik semoga cepat terlaksana. Semoga pula seperti sosok Pak Habibie yang mencintai Ibu Ainun sampai menutup mata, walau saya sadari bahwa tidak ada manusia yang sama dan sempurna.
Love,
Yulia.
0 notes
yulianirawan · 8 years
Text
Ada Apa Dengan Cinta (?) : Dari Karya Sastra Hingga Pemikiran Politik
Pernah beberapa kali berbincang santai dengan kakak tingkat dari angkatan 2006 ke bawah mengenai alasan mereka masuk jurusan sastra, beberapa orang dari mereka ada yang menjawab karena film Ada Apa Dengan Cinta-lah yang menyebabkan mereka mencintai puisi. Ada dari mereka yang membahas mengenai tutur kata yang diucapkan seorang Rangga (Nicholas Saputra) dan Cinta (Dian Sastrowardoyo) yang baku dan seolah puitis. Ada juga dari mereka yang memposting bahwa dirinya menunggu kosakata anak muda tahun 2016 setelah menonton film AADC 2, akankah sama dengan anak muda di tahun 2002 yang seolah ikut serta membudayakan bahasa baku dan puitis jika sedang berbicara dan bercanda dengan temannya
Pada 2002 lalu saat saya akan naik kelas 6 SD, film AADC sangat terkenal, namun saya baru bisa menontonnya saat sudah ada di layar televisi. Sampai kini, puisi yang dibacakan sosok Rangga dan Cinta masih saya hapal. Bahkan adik saya pun bertanya, “Kok hapal?” Iyalah pasti saya hapal, saya selalu meminta kakak saya dulu untuk mencari puisi itu dalam bentuk audio. Bahkan di AADC 2, setelah saya menjadi seorang sarjana sastra yang tidak bisa buat puisi, saya pun sengaja membeli kumpulan puisi Tidak Ada New York Hari Ini yang merupakan karya Aan Mansyur, seorang pemuisi asal Makassar.
Jika kita menilik lebih dalam tiap adegan baik itu itu dalam film AADC dan AADC 2, kita akan menemukan bumbu politik yang terkandung di dalamnya. Film AADC menceritakan tentang ayah Rangga, seorang pensiunan yang tidak pernah diberikan uang pensiun karena tahun 1996 membuat tesis mengenai kebobrokan orde baru. Walau hanya sedikit, tapi hawa orde baru di zaman reformasi masih tercium di dalamnya.
Jika ada yang masih ingat scene saat Rangga dan Cinta jalan-jalan di Jogja dan di suatu tempat mereka saling menanyakan yang kira-kira begini, “Presiden mana yang kamu pilih? Pasti kita sama, memilih presiden yang sekarang terpilih. Puas kah kamu dengan kepemimpinannya?”. Mereka berdua tertawa karena menertawakan atas apa yang menjadi keputusannya saat pemilu.
Saya kagum dengan penulis skenario pada AADC pertama. Entah dia adalah asli anak sastra dulunya, bergaul dengan anak sastra dulunya, atau senang dengan sastra. Tapi yang jelas, kehidupan orang-orang sastra memang tidak akan jauh kaitannya dengan politik. Bagi penikmat sastra, pasti tahu sosok Soe Hok Gie, Widji Thukul, bahkan Chairil Anwar, tengoklah puisi mereka! Kalian akan mendapatkan opini diri mereka lewat puisi. Bahkan hingga kini, konon kehilangan sosok Widji Thukul masih dipertanyakan. Sosok Widji Thukul yang berani berbicara lewat puisi dan orasinya mengenai negeri ini pada zaman orde baru.
Jika saya mengingat masa-masa kuliah dulu, saya jadi merinding sendiri dengan tingkah laku adik tingkat, teman seangkatan, sampai kakak tingkat yang berorasi depan gedung rektorat dan berkeliling kampus, demi menyuarakan pertentangannya tentang politik atau sistem kampus yang tidak disetujui mereka. Sesekali mereka berorasi sampai membuat sebuah puisi. Lihat anak sastra! Puisi tidak hanya dijadikan bahan modus mendekati adik-adik tingkat cantik nan lugu berseragam hitam putih itu. Tapi juga dijadikan mereka untuk melawan suatu hal yang bertentangan dengan hati nurani mereka.
Masih ingat jelas dalam benak saya ketika ospek rektorat pada 2009, jurusan kami adalah jurusan yang ospek tanpa dibimbing kakak jurusan dari himpunan. Hanya ada sekitar lima sampai tujuh orang kakak tingkat yang tidak membawa embel-embel himpunan dan secara sukarela membimbing kami yang keseluruhan sekitar enam kelas. Selesai ospek rektorat dan dilanjut ospek jurusan (himpunan), diketahuilah bahwa himpunan mendapat skorsing dari rektor karena telah menerobos masuk gedung rektorat untuk menentang keputusan pihak kampus bagi mahasiswa baru yang tidak bisa membayar uang DSP tepat waktu.
Karena karya sastra mereka berani (?). Karena karya sastra mereka membela keadilan (?). Karena karya sastra mereka menentang hal yang tidak sesuai dengan hati nurani (?) . Ya, karena karya sastra terlebih puisi adalah sesuatu yang bisa memberangus ketidakadilan.
Saya memang tidak bisa membuat puisi sebagus penyair seperti kakak tingkat saya yang sudah terkenal. Tapi saya selalu ingat, karya sastra tidak hanya puisi saja, masih ada prosa dan drama. Sama saja, baik prosa, puisi, dan drama, ketiganya mampu berkata tentang apa yang kita pikirkan, termasuk keadilan untuk publik dan bukan hanya untuk politik.
Salam, Yulia
0 notes
yulianirawan · 8 years
Text
Supernova : Perjalanan Religius Karya Dee
Novel Supernova karya Dewi “Dee” Lestari adalah sebuah novel sciencefiction yang kini sudah banyak penggemarnya. Terbukti, media sosial instagram sudah menjadi alat penghubung seorang Dee dengan para pembaca karyanya. Mereka mengapresiasinya dengan sekadar memfoto koleksi novelnya, bahkan sampai ada yang membuatkan sketsa sampai gambar keseluruhan tokoh.
Jika tahun 2012, novel populer Perahu Kertas karya Dee yang terbit pada 2009 memiliki banyak sekali penggemar setelah di-filmkan, kini novel Supernova memiliki banyak penggemar setelah judul Gelombang dan Inteligensi Embun Pagi diterbitkan dan para penikmat sastra sudah mulai mengenal Dee. Tidak hanya novel seri Supernova dan Perahu Kertas saja, novel lain pun memiliki banyak penggemar setelah di-filmkan seperti; Rectoverso, Madre, dan Filosofi Kopi.
Jika ada orang yang bertanya novel mana karya Dee yang paling saya sukai, jawabannya adalah Supernova. Kenapa? Karena menurut saya pribadi, Supernova sudah mewakili jiwa Dee sebagai novelis populer (Perahu Kertas), novelis puitis (Rectoverso), dan novelis filsuf (Filosofi Kopi dan Madre). Hehee… Novel Supernova yang terbit 2001 dan berakhir 2016 ini menjadi pembuktian perjalanan religius sosok Dee bagi saya pribadi. Dari mulai Dee yang masih dikenal sebagai penyanyi, hingga kini yang terkenal dengan pengarang novel jenius!
Sebenarnya sudah lama saya ingin memberikan opini (ketimbang resensi yang sudah menjamur di internet, hehe), tapi baru kali ini karena libur kerja tiga minggu dan kehabisan stok buku yang menyebabkan saya akhirnya menulis juga. Ini adalah sebuah opini saya pribadi yang tepat dijadikan alasan saya jika ada yang bertanya, “Kenapa suka novel Dee?” Tentunya saya akan menjawab manasuka sesuai dengan pemikiran saya, maafkan jika ini kesannya sotoy dan sok tahu. Hehe….
Menurut saya (lagi), begitu banyak makna dan ilmu yang bersemayam dalam enam seri novel ini. Tidak hanya sains, tapi juga filsafat, sosial, psikologi, dan yang pasti, yang akan saya bahas di sini adalah sisi religi.
Kesatria, Putri, dan Bintang Jatuh (2001). Awalnya diterbitkan oleh Truedee, penerbit indie. Saat itu saya belum kenal dengan judul ini, maklum lah kalau saat itu saya masih kelas 5 SD. Buku bacaan saya masih seputar buku dongeng, legenda, dan cerita seperti Jamin dan Johan yang sering dibawakan bapak atau kakak saya dari sekolah. Buku ini pada awalnya menceritakan sosok Dimas dan Reuben, mereka merupakan pasangan homoseksual yang memiliki mimpi bersama. Kemudian disusul sosok Diva, Ferre, dan Rana yang terjebak cinta terlarang. Dalam novel pertama ini, menurut saya terlalu banyak bahasan mengenai sains dengan analogi-analogi lain di dalamnya. Namun saya tidak lupa bahwa novel ini menyebutkan sosok bahwa Dimas dan Reuben memiliki agama masing-masing, yakni Nasrani dan Yahudi.
Akar (2002). Masih diterbitkan oleh Trudee Books. Inilah awal di mana saya mengenal novel ini. Kelas 6 SD, di mana waktu itu, infotainment yang belum menjamur seperti sekarang memberitakan bahwa Dee yanv waktu itu masih dikenal sebagai penyanyi, menerbitkan buku dengan cover berlambang Omkara, lambang suci umat Buddha. Ingin rasanya saya membaca buku ini saat itu, namun usia saya yang belum cukup dan Mama saya yang tidak ingin anaknya membaca buku yang covernya menjadi sedikit konflik dengan agama lain. Menceritakan sosok Bodhi yang tinggal bersama Guru Liong semenjak kecil. Bodhi yang beragama Buddha pun merantau semenjak Guru Liong meninggal. Jika ada orang yang bertanya, siapa tokoh laki-laki yang saya sukai dari seri Supernova, jawabannya pasti Bodhi. Walau gaul dengan orang jalanan, dirinya tetap teguh hidup dengan ajaran Buddha yang suci. Love!
Petir (2004). Kali ini sudah diterbitkan PT. Andal Krida Nusantara (AKOER). Bercerita tentang seorang Elektra yang sudah ditinggalkan orang tuanya dan kakaknya pun sudah menikah dengan Muslim. Elektra adalah keturunan Nasrani-Tionghoa-Sunda yang tinggal di sebuah rumah di Bandung yang merupakan peninggalan orang tuanya, yang sekarang dijadikan warnet dan juga ditinggali temannya, Mpret dan Bong. Elektra adalah sosok yang bisa membuat saya tersenyum karena kemampuannya. Akankah manusia memang bisa menyetrum orang lain? Jawabannya adalah, “Ya”. Sejujurnya, tubuh saya juga bisa mengalirkan listrik seketika pada orang lain jika saya sentuh dalam keadaan tertentu. Percaya kah? Tanyakan saja pada orang-orang yang pernah saya setrum. Hehe.
Partikel (2012). Inilah novel seri Supernova pertama yang diterbitkan PT. Bentang Pustaka. Setelah tidur selama 8 tahun, akhirnya Dee mengeluarkan novel seri Supernova, setelah terbitnya Filosofi Kopi, Rectoverso, Perahu Kertas, dan Madre. Bercerita tentang Zarah yang dekat sekali dengan ayahnya yang seorang saintis. Keluarga besar Zarah adalah keturunan Sunda-Arab dan Muslim yang taat, namun karena didikan ayahnya, Zarah tumbuh menjadi sosok yang berbeda dari keluarganya. Pencariannya tentang ayahnya yang tiba-tiba hilang, menjadi petualangan unik tersendiri bagi karakter Zarah. Jika ada yang bertanya pada saya mengenai cerita dan seri Supernova mana yang saya sukai, jawabannya adalah Partikel. Mungkin karena saya juga seorang Muslim, kehidupan yang amat dekat dengan lingkungan sosial saya. Sosok Zarah juga adalah sosok yang paling saya sukai, karakter perempuan yang paling saya kagumi di sini. Sikap keras kepala, cerdas, dan petualangan hidupnya yang hebat.
Gelombang (2014). Diterbitkan oleh PT. Bentang Pustaka juga. Saya masih mengenang hari itu, ketika beli buku ini dengan diskon 50% karena saya masih bekerja sebagai editor di PT. Mizan Pustaka, masih dalam satu naungan perusahaan dengan Bentang. Begitu bahagianya saya karena mendapatkan buku langsung dari distibutornya di hari pertama launching. Bercerita tentang Alfa, sosok pemuda Batak yang akhirnya pindah dari kampung halamannya ke Jakarta kemudian melanjutkan sekolah ke luar negeri. Alfa adalah sosok yang tampan nan cerdas. Agama Alfa dan keluarga adalah agama lokal Suku Batak (saya lupa namanya).
Inteligensi Embun Pagi (2016). Diterbitkan oleh PT. Bentang Pustaka. Terbit ketika saya sudah tidak bekerja lagi di Mizan, namun berkat bantuan teman saya yang sudah pegawai tetap, sepulang mengajar, saya masih bisa membeli buku ini dengan diskon 50% di Mizan Media Utama. Terima kasih, Teh Windu. Hehe. Inilah akhir dari petualangan segala tokohnya. Semua terungkap dalam seri kali ini. Mereka semua bertemu untuk kemudian semua pergi ke kampung halaman Alfa untuk menuntaskan petualangan sains mereka.
Satu hal yang saya ambil dari cerita novel ini bukan hanya petualangan sains semata, tapi juga petualangan religi. Walau saya tahu, Dee paling enggan ditanya masalah agama, namun saya melihat sisi lain dari petualangan religi novel ini. Beberapa agama yang disajikan dalam beberapa karakter tokoh, menjadikan saya berpikir kehidupan lain para penganut beberapa agama, pada akhirnya dalam novel ini kita akan dikenalkan mengenai beberapa keyakinan umat Buddha dan Hindu.
Berbeda dengan satu judul dalam cerpen Semangkok Acar untuk Cinta dan Tuhan dalam buku Madre. Dalam seri Supernova ini, pergulatan batin terasa sekali apalagi ketika ada satu kejadian yang membuat Elektra ditanya oleh kakaknya mengenai, “Tuhan mana yang kamu lihat di Surga?” Setelah Elektra bilang bahwa dirinya menemukan surga. Bodhi yang tetap hidup seperti Buddha walau beberapa tahun hidup di jalanan, mengenal tatoo dan minuman keras, tapi dia tetap hidup bersih dan tidak menyakiti diri sendiri. Atau ketika seorang Zarah dan ayahnya yang berbeda sekali dengan keluarganya yang lain yang menganut Muslim taat. Sosok Alfa dan keluarga yang amat taat dengan agama lokal asli Batak yang dianutnya sejak kecil hingga dia di luar negeri walau kadang dilupakan. Juga kejadian lain mengenai sisi religius para tokohnya yang walau hanya sedikit ditampilkan.
Mungkin petualangan religius dalam novel ini juga sebagian besar adalah petualangan juga perenungan sang penulis, yakni Dee. Aahh… mungkin. Maafkan jika komentar saya terlalu sotoy, Teh Dewi (jika kelak baca, hehe).
Jika Anda ingin tahu lebih lanjut tentang novel ini, lebih baik baca saja, ya! Hehe. Terlebih jika ingin tahu tentang Karma, Karmik, Samsara dan lainnya. Juga terpenting jika ingin tahu tentang siapa itu Peretas Memori, Peretas Mimpi, Peretas Kisi, dan para Peretas lain. Tidak lupa juga jika ingin mengetahui apa itu Infiltran dan Sarvara. Jangan lupa membaca!
Buat saya, Dee adalah sosok novelis visioner setelah Jostein Gaarder. Jika Gaarder membuat cerita tentang pemanasan bumi di tahun dulu. Maka Dee menulis tentang LGBT, maraknya warnet, juga kondisi sosial dan agama lain dalam novelnya yang dibuat awal tahun 2000-an ketika kondisi-kondisi seperti itu belum cukup menjamur di tahun setelahnya. Keren!
Harapan saya kini cuma satu, ingin ketemu dan berbicang dengan Teh Dee. Sayangnya waktu Frankfurt Book Fair tahun 2015 lalu, Dee hanya bertemu dengan Buku Anak karya saya saja di Frankfurt sana kemudian difoto oleh manajer saya di divisi DAR Mizan. Semoga kelak, yaa…
Love, Yulia.
3 notes · View notes
yulianirawan · 8 years
Text
Pesan Moral Film The Conjuring 2
Bulan Ramadan tahun ini, dunia perfilman internasional marak dengan film dengan bintang utama 'hantu Valak'. Ya, hantu berkostum biarawati dengan muka seram. Menurut saya sih kurang seram, efek suaranya juga lumayan. Baik film Conjuring 1 dan Conjuring 2, keduanya sangat menyedot perhatian pecinta film horor hollywood. Film yang terinspirasi dari kisah nyata dari cerita sepasang paranornal Ed dan Lorraine di Enfield, Inggris mampu mengoyak batin saya. Beberapa kali saya ditanya teman, "Filmnya serem gak?". Dengan PD-nya saya jawab, "Enggak, cuma sedih. Saya mah nangis." Entahlah teman saya percaya atau tidak. Hehe. Tapi memang iya, saya menangis. Tulisan saya kali ini akan sedikit membicarakan film Conjuring 2 yang akan membahas pesan lain yang mungkin juga dirasakan penontonnya. Saya akan membahas hal apa yang menyebabkan saya menangis ketimbang takut. Scene pertama film ini menceritakan seorang remaja perempuan bernama Janet. Dia kepergok oleh gurunya merokok bersama sahabatnya. Pulang sekolah Janet diomeli ibunya setelah mendapat telepon dari sekolah. Janet tidak mau mengakui perbuatannya, namun adiknya juga mendengar perbuatan kakaknya tersebut yang sudah menyebar di sekolah. Janet memiliki satu kakak perempuan (Margaret) yang sangat peduli dengan ibu dan adik-adiknya, juga dua adik laki-laki, satu orang adik yang paling kecil (Billy) jika dia gagap jika berbicara dan sangat suka biskuit, sedangkan satunya lagi (Johnny) amat jarang diceritakan. Peggy, --ibunya Janet adalah orang tua tunggal karena ditinggalkan suaminya selingkuh dan telah memiliki anak dengan tetangga yang dikenalinya. Hidup miskin dengan empat anak, menempati rumah beserta barangnya yang dibeli oleh suaminya. Kondisi keuangan yang tidak baik dengan perabotan yang sudah mulai rusak dan lapuk. Biskuit adalah harga yang mahal bagi keluarga itu pada tahun 1977, padahal si bungsu amat menyukainya. Janet kesepian, dia pun memainkan sebuah alat yang katanya mampu digerakkan roh tentang pertanyaannya bila dikabulkan atau tidak. Akibatnya setelah dari malam itu, Janet sering pindah tidur ke luar kamar atau terlihat sedang berbicara dengan makhluk yang tidak terlihat oleh kakaknya, bahkan sempat berbicara dengan suara kakek-kakek. Janet tidak dipercayai ibunya dengan masalah ini. Janet rindu ayahnya. Ibunya tertekan dengan kondisi hidup. Semuanya berantakan. Malam selanjutnya, Janet dan Billy diganggu roh jahat tersebut, hingga menyebabkan ibu dan semua saudaranya terbangun dan melihat seluruh kejadian menakutkan itu. Mereka semua keluar rumah di tengah malam dan mengetuk pintu depan rumahnya untuk menginap. Mereka menelepon polisi hingga polisi pun ketakutan melihat kejadian itu langsung. Polisi akhirnya meminta gereja untuk membantunya, hingga dikirimlah dua orang cenayang suami-istri (Ed dan Lorraine) yang terbiasa membantu gereja mengusir roh jahat jika ada satu keluarga yang meminta bantuan. Akhirnya semua terungkap, roh yang berwujud seorang kakek penghuni rumah sebelumnya yang sudah meninggal dan sering merasuki Janet adalah roh jahat Valak, si hantu berkostum biarawati yang memang sengaja ingin berurusan dengan Ed dan Lorraine setelah kasus sebelumnya yang mereka tangani. Itulah inti cerita The Conjuring 2. Ada beberapa pesan moral yang ingin disampaikan tersirat dalam film itu menurut pandangan saya. Ada adegan di mana Janet mengaku pada ibunya bahwa dia hanya memegang sebatang rokok namun tidak menghisapnya, dia hanya ingin terlihat keren di mata sahabatnya. Ibunya memeluk Janet dan meminta maaf karena tidak percaya. Janet adalah remaja tanggung yang kesepian karena kepergian ayahnya. Rumahnya kacau karena ibunya yang sering mengomel karena tekanan hidup yang tinggi sebagai orang tua tunggal. Tekanan hidup yang tinggi memang bisa membuat seseorang tertekan hebat, termasuk orang tua. Dirinya bisa mengomel tiap hari demi melampiaskan pemikirannya yang kacau. Namun apa yang sesungguhnya didapat selain perasaan yang 'sedikit' lebih lega? Anak-anaklah yang jadi korban. Anak-anak akan mencari pengakuan dan kehangatan di luar, bukan lagi pada orang tuanya. Melanggar peraturan adalah bentuk kepuasan diri sesaat seorang anak karena kondisinya. Tidakkah bisa meluangkan waktu untuk membicarakan keluh kesah secara langsung pada anak-anaknya tanpa perlu mengomel apalagi membentak anak? Bukankah membicarakan kesedihan walau pada anak kecil akan lebih baik daripada sebuah makian? Walau yang lebih baik adalah memendamnya dari anak-anak demi psikisnya. Kenapa orang tua kini lebih asyik membicarakan keluh kesah pada orang lain? Pada tetangga, pada teman? Padahal anak perlu tahu kondisi orang tua yang sebenarnya. Perasaan sedikit lega dari sebelumnya pun akan tersampaikan lebih halus dan dipahami anak. Daripada sibuk mencari teman curhat dengan dalih kesepian. Scene terakhir menceritakan Ed yang memberikan kalung salib pemberian ayahnya waktu kecil pada Janet. Salib adalah lambang sakral umat Nasrani, melambangkan ketaatan pada Tuhan-Nya. Pesan tersirat di sini adalah tentang ibadah. Kita harus selalu dekat dengan Tuhan. Sedih maupun senang, Tuhan harus selalu ada dalam hidup kita semua. Apalagi jika dalam kondisi terpuruk dan kita tanpa Tuhan, apa jadinya kondisi batin kita yang semakin bergolak? Itulah yang saya lihat dari sisi lain film The Conjuring 2. Itulah yang menyebabkan saya menangis. Tentang kerinduan dan kesepian, tentang hidup yang tidak selamanya mulus, tentang harap bahagia yang selalu diimpikan tiap orang. Hmm... apa ada penonton yang sama-sama menangis ketimbang ketakutan saat nonton film ini? Love, Yulia
0 notes