Text
Homestay / ホームステイ | 2022
Film ini diadaptasi dari novel Eto Mori yang judulnya Colorful. Film ini juga punya versi Thailandnya dengan judul yang sama. Nggak lupa diadaptasi ke anime juga. Rilis tanggal 11 Februari 2022 di Amazon Prime. Dan genrenya thriller, mistery, psychological, supernatural.
Nyeritain tentang Shiro (jiwa) yang bisa hidup lagi di tubuh Kobayashi Makoto yang udah meninggal juga (bahasa kitanya dapet kesempatan kedua buat balik lagi hidup jadi manusia). Shiro dikasih waktu 100 hari sama Guardian/Penjaga buat nyari tau penyebab kematian Makoto, kalau Shiro gagal dia bakalan meninggal beneran.
Drama/film pertama member Naniwa Danshi yang aku tonton itu filmnya Kenken! 🥰. 9/10 beneran seru walaupun dikit-dikit alurnya bisa ditebak. Karakter sampingan yang juga relatable sama kehidupan. Sinematografinya bagus, beneran. Lebih nyaman diliat daripada yang kemarin. Nggak nyangka sama aktingnya Kenken! (Karena aku nggak berekspektasi lebih sama idol yang main peran, gak semua idol aktingnya bagus). Film ini ngasih tau kita, kalau kita harus peka sama lingkungan, dan warna-warni kehidupan. Anna Yamada dan Rikako Yagi yang kawaii banget 😍
Aku pikir, film ini cocok ditonton kalau lagi capek sama kehidupan yang dijalani atau lagi nggak ada rasa sampe-sampe kayak peribahasa "hidup segan mati pun tak mau"

#anna yamada#nagao kento#rikako yagi#review#review film#film jepang#movie#zutomayo#dorama#japanese film#prime video#homestay#homestay 2022#Spotify
0 notes
Text
Hatachi no Soul / 20-Year-Old Soul (2022)

Riil film tanpa adaptasi dari novel, manga, atau anime yang dirilis Mei 2022, durasinya 136 menit ini genrenya Music, Drama, sama Romance dikit. Tapi, walaupun bukan adaptasi karya fiksi, ternyata film ini adalah semi-biografinya salah satu komposer muda dan berbakat di Jepang yang berpulang di usia 20 tahun, RIP. Theme song yang dibawain juga lagunya Kenta Dedachi yang berjudul Jasmine.
Ini tentang Asano Taigi (Kamio Fuju) dan hidupnya, dia yang cinta sama musik dari kecil masuk ke eskul orkestra di sekolah, hubungan Taigi, teman-teman, dan Sensei-nya Taigi baik-baik aja, bahkan Taigi juga berkesempatan buat bikin lagu khusus sekolahnya yang dikasih nama Ichifuna soul. Setelah Taigi lulus dan masuk dunia perkuliahan, Taigi punya pacar namanya Natsuki (Fukumoto Riko), tapi engga lama setelah Taigi menikmati hidup dia yang dibilang cukup, Taigi didiagnosis punya penyakit tumor selama hidupnya. Taigi terus yakin kalau dia bisa sembuh dari penyakitnya sambil bikin lagu buat SMAnya walaupun keadaannya yang ga memungkinkan alias sering ngedrop, sakit sakitan dan harus rawat inap.
Film yang aku tonton ini ngabisin waktu tiga hari karena banyak berhenti, tema yang diangkat ini bagus, cuma eksekusinya kurang greget, padahal film yang sekali tamat gitulah. Mengajarkan kita kalau harus tetap hidup, walau pun kita besok mati, kita tetep harus berjuang sampe besok, jangan pasrah pasrah atau bahkan mendului takdir kali ya. Walaupun kita meninggal nantinya, kalau kita punya karya, kita bakalan terus dikenang sampai kapan pun. Musik-musik yang dibawainnya juga oke semua, bikin ngerasa jadi lebih awet muda.
Menurutku, meskipun durasinya lebih dari dua jam alurnya tetep kecepetan, ada banyak hal-hal yang harus dijelasin lebih lanjut atau lebih baik engga usah diliatin sama sekali biar ga jadi tanda tanya. Kemistri antar pemerannya cuma dikit, kerasa redup, meski pun itu ibu, pacar, bahkan sohibnya sendiri. Ada banyak hal yang mungkin lebih baik engga ditampilin karena cuma jadi pajangan aja, kaya bapaknya yang selama itu cuma ngomong dua kalimat. Atau bahkan dokternya yang terlalu baik sampe mau ini itu dibolehin dan bikin salah paham karena ngira dokternya selingkuhan ibu Taigi atau dia buka malpraktek. Ada satu scene dimana pacarnya Taigi bilang seolah olah kalau dia udah tau Taigi dari dulu, tapi baru diliatin pas Taigi masuk kuliah sama kayak bagian bapaknya yang ga perlu perlu amat. Pas menuju ending, Takahashi Sensei (pembimbing eskul) bilang kalau setiap murid pasti punya kenangan sama Taigi, tapi itu ga kerasa sama sekali, kenangan yang mana ini? Harusnya diliatin kalau Taigi lebih sering berbaur sama yang lainnya juga biar lebih dapet. Rating buat film ini 7/10, boleh lah ditonton kalau nyari yg genrenya musik dan pengen liat cowo penyakitan (?)
Kalau udah kasih kometar sampai situ kesannya kejauhan, gimana pun juga itu kan suka suka yg nulis (ceunah). Tapi ya, mau gimana lagi, emang alurnya bikin greget karena ngerasa diloncat satu tangga.
#review#kamio fuju#masaya sano#fukumoto riko#hatachi no soru#film jepang#based in true story#movie#music#Spotify
0 notes
Text
『• • • ✎ • • •』
yahoo! (o´▽`o)ノ
selamat datang di akunku. panggil saja aku a-chan! aku senang menulis suatu karya fiksi dan mereview film. fandomku terdiri dari Johnny's Family. akan sangat baik bila meninggalkan kritik dan saran agar a-chan terus berkembang. salam kenal! ૮ ˶ᵔ ᵕ ᵔ˶ ა
0 notes
Text
Satu Jam Setelah Kepergianmu
Cast: Juri Tanaka, Hokuto Matsumura, Jesse, Shintaro Morimoto, Taiga Kyomoto, Yugo Kochi, Rin (oc)
Pairing: Juri Tanaka x Hokuto Matsumura
Fandom: SixTONES
Warning: angst, out of characters
© Johnny & Associates
© Sunflowahdream
⭒☆━━━━━━━━━━━━━━━☆⭒
Matanya menatap lurus, terpaku pada beberapa orang yang hura-hura merayakan pesta. Mereka terlihat sangat senang melakukan beberapa hal konyol disertai tawa yang keras. Rasa iri langsung memenuhi rongga dadanya, tapi begitu sesak. Kakinya segera diajak pergi meninggalkan tempat bising itu, sekalian mengatur napas dengan hati-hati.
Mengapa mereka bisa tertawa seperti itu?
Manusia-manusia yang dia temui di jalan sangat menjijikkan, menyebalkan, memuakkan dan dengan senangnya mereka tertawa tanpa beban. Pemuda ini kesal. Mengapa mereka tidak ikut bersedih? Pada dirinya, yang telah kehilangan.
Kembali pada beberapa jam titik terendah Hokuto. Semua orang telah memakai setelan hitam, pun karangan bunga belasungkawa telah berdatangan.
Pada pukul empat dini hari tadi, orang yang memiliki senyum indah telah berpulang. Segala sakitnya telah hilang, dia pergi dengan sebuah senyum tulus yang terakhir.
Yang ditinggalkan hanya bisa menangis, benar-benar tidak tahu harus bagaimana. Usapan punggung dari teman terdekatnya tidak membantu. Bisikan-bisikan menenangkan terus diucap, tapi tetap saja tidak akan pernah berguna untuknya sekarang.
"Kenapa? Kenapa?" racau Hokuto, kedua temannya terdiam, tidak bisa menjawab pertanyaan yang akan melukainya.
"Kenapa ... Juri harus mati?"
Usapan punggung berhenti, mereka masih memilih diam. Rasanya tidak nyaman, mereka ingin pergi dan meninggalkan Hokuto sedirian. Mereka juga kebingungan, mereka tidak tahu, mereka hanya sebatas teman. Namun, mereka juga menginginkan Hokuto untuk tidak seperti ini, bagaimana pun mereka semua telah saling mengenal lebih dari 10 tahun, seharusnya mereka mengenal Hokuto lebih dalam, tapi untuk saat ini mereka pun bersedih san kebingungan. Laki-laki itu berdiri, dirinya berjalan menuju peti mati. Dielusnya sebuah bingkai foto Juri yang memakai sebuah setelan hitam dengan tersenyum.
"Sudah 12 tahun kita berteman, kita saling mendukung satu sama lain, kita bertukar tempat untuk berbagi, kita layaknya anak kembar yang tidak bisa dipisahkan, kan? Mengapa kau malah meninggalkanku sendirian? Kau pernah berbicara ingin melihatku bemain film sebagai pemeran utama lalu mengejekku sebagai aktor paling sibuk se-Jepang. Namun, kenapa meninggalkanku sebelum melihatnya? Kau berbohong! Kau pergi tanpa pernah melihatku menjadi seorang aktor terkenal!" Suaranya naik satu oktaf, sudah tidak peduli pada sekitarnya yang kini memperhatikan. Dengan napas tersengal-sengal, dia kembali melanjutkan ucapannya. "Sebaiknya kita tidak pernah bertemu, seandainya dulu aku tidak pernah tertarik padamu, aku yakin kau tidak akan mati seperti ini."
Dari jauh, keempat temannya hanya menatap kasihan. Salah satu dari mereka mendekat tanpa ragu, ditepuknya Hokuto sekali. "Tidak apa-apa untuk merasa kehilangan. Menangis saja, kau diperbolehkan menangis ataupun marah, Juri tidak akan marah dengan itu. Walaupun ia meminta kita pesta pemakaman, tetap saja kita akan bersedih atas kepergiannya," ucap Jesse dengan tangan yang belum terlepas di bahu Hokuto. Dia Jesse, orang yang akan membuatmu tertawa. Sayangnya, tawa itu juga sekarang hilang.
Shintaro berbisik lesu pada Yugo dan Taiga di sampingnya. "Dia bilang ... dia akan bertahan untuk beberapa waktu lagi, tapi ternyata Tuhan memanggilnya lebih cepat.”
“Kau benar. Juri orang baik, sangat baik. Kalau ... kalau saja saat itu aku cepat-cepat mencarinya.” Taiga langsung menangis, diusap punggungnya lembut oleh Yugo.
“Juri akan sedih kalau kita sedih, tapi untuk hari ini aku yakin Juri mengerti bila kita bersedih karena merasa kehilangannya.” Yugo terlihat yang paling ikhlas, walau pun sebenarnya dia juga sama terpukul dan sakit.
Tidak ada kacamata yang biasanya terpakai di wajah rupawannya, tidak ada stlye pakaian norak lagi, tidak ada masakan harum lagi, ah bahkan untuk makan saja dia tidak ingat. Diantara yang lain, Hokuto yang paling merasa terpukul dan kehilangan.
Pemakaman Juri dihadiri banyak orang. Seluruh temannya, rekan kerjanya, kenalannya, para mantannya, bahkan penggemar juga. Anak itu benar-benar terkenal di Jepang. Sebuah kebanggaan bukan?
Banyak hal yang membuat orang jatuh cinta padanya selain senyum menawan. Sifat ramah dan mau memulai dari dirinya benar-benar menjadi favorit.
Rin yang dikenal sebagai pacar Juri datang dengan setelan hitam. Penampilannya terliat kacau, matanya membengkak dan hidung merah yang berair, entah berapa lama dia menangis. Di tangannya, terdapat tisu yang koyak karena basah air mata. Perempuan itu terus berusaha menyeka, ditatapnya terus menerus foto Juri. Membuat air matanya kembali meluncur dengan sendiri.
***
"Kau tidak sendirian, kami pun sama kehilangan. Ini mungkin memang berat bagimu, tapi tolong tetap hidup untuk Juri."
Tidak.
Berbicara seperti itu tidak akan pernah menenangkan seseorang yang baru kehilangan.
Hokuto hanya diam ketika salah satu temannya berkata seperti tadi. Tahu apa dia? Dia tidak akan merasakan apa yang sedang Hokuto rasakan saat ini. Tidak akan ada yang mengerti.
Dadanya seperti terimpit, air mata tidak lagi terbendung, badannya sudah letih, berbicara pun tidak sanggup lagi.
Kematian Juri gara-garanya, 'kan?
Hokuto terduduk kasar dengan punggung menempel dinding. Kedua tangan besarnnya menjambak rambut tanpa henti. Sekali-kali tangan kanannya berhenti hanya untuk menampar pipi kanan-kiri.
"Kau masih hidup, 'kan? Kau tidak mungkin meninggalkanku sendirian seperti ini," racaunya dengan terisak.
"Kau pasti hanya berpura-pura, sialan."
Hokuto merosot, tangannya berhenti menjambak dan berganti memeluk dirinya sendiri. "Jangan bermain-main denganku. Ini sungguh tidak lucu."
"Kembalilah sekarang, kumohon! Sebuah pekerjaan pasti menuntutmu untuk tidak pulang terlebih dahulu, 'kan?"
Baginya, Juri adalah mentari. Dalam sekejap dia mengubah Hokuto yang sulit bersosialisasi. Ketika masih di sekolah menengah atas, Juri sering mengajaknya bermain basket. Laki-laki itu menjadi teman pertama bagi Hokuto juga. Juri amat sangat berarti untuk lelaki itu. Jika dijabarkan hubungan mereka lebih dari seorang teman, kurang dari seorang kekasih. Yang jelas ia penting bagi kehidupan Hokuto.
Ada banyak air mata yang berjatuhan karenanya, tidak siap ditinggalkan untuk pertamakalinya—karena tidak akan ada hal kedua—tapi dia tidak pernah memikirkan ini. Dengan seenaknya meninggalkan orang-orang ini jadi bersedih. Dia pernah berbicara bahwa akan menikahi Rin tahun depan. Namun mengapa dia malah pergi terlebih dahulu untuk meninggalkan Hokuto dan pacarnya?
Juri memang pembohong kelas ulung.
⭒☆━━━━━━━━━━━━━━━☆⭒
#fanfiksi#sixtones#angst#johnnys#juri tanaka#matsumura hokuto#oc#fanfiction#fanfic#sixtones fanfic#ff
1 note
·
View note