#MENJAR

[useless-catalanfacts]

In this video by Daily Catalan (Instagram, TikTok), she shows you how her family makes ratafia, one of the most widespread Catalan liquors, which many families make at home with the ingredients they pick on Midsummer Night (Nit de Sant Joan).

[negreabsolut]

Cassolet occità.

[useless-catalanfacts]

An average day for Catalans:

Breakfast when you wake up

Breakfast in the middle of the morning. Jobs, schools, high schools, clubs, etc have the breakfast break around 11:30.

Lunch. The biggest meal of the day, around 2-3pm.

"Berenar" (there's no English word for this meal). A small meal in the middle of the afternoon, from 5 to 6pm.

Dinner: evening meal, the second biggest meal of the day, usually between 9 and 10 pm.

On Sundays, you may push things back and instead of two breakfasts you'll have one breakfast and one "aperitiu" or "vermut" before lunch: a meal with little dishes for sharing (crisps, olives, cockles, mussels, peanuts, etc with a vermouth drink or a soda).

And if it's summer and you're staying up late, you can add "ressopó" (meaning "little re-dinner") after dinner.

[ernestdescalsartwok]

ABADIA DEL PONT VELL-PINTURA-ART-RESTAURANT-SANT FRUITOS DE BAGES-INTERIOR-PERSONES-TAULES-OBSERVACIONS-AQUAREL·LES-PINTOR-ERNEST DESCALS por Ernest Descals Por Flickr: ABADIA DEL PONT VELL-PINTURA-ART-RESTAURANT-SANT FRUITOS DE BAGES-INTERIOR-PERSONES-TAULES-OBSERVACIONS-AQUAREL·LES-PINTOR-ERNEST DESCALS- Observacions de les persones en l'interior del restaurant de L'ABADIA DEL PONT VELL al costat de la Fàbrica Vermella entre Navarcles i Sant Fruitós de Bages en el camí a Sant Benet, personatges en la taula, escenes íntimes dins l'atmosfera i la decoració, notes de la plàstica que volen copsar l'ambient dels interiors dels restaurants. Pintura de l'artista pintor Ernest Descals en aquarel·les.

[noubarrienc]

La Culturalíssima: Una Celebració de la Diversitat Cultural i Gastronòmica al Turó de la Peira i Can Peguera

Els barris del Turó de la Peira i Can Peguera s’han convertit en un punt de trobada per a persones de diferents orígens que, dia a dia, comparteixen espais i vivències. Amb l’objectiu de potenciar la convivència i la integració, neix “La Culturalíssima”, una festa veïnal que celebra la riquesa de la diversitat a través de la gastronomia i la cultura, dues eines potents per a connectar…

[housekeepinginfo]

Top 20 Vegetables in the World

Vegetables are an essential part of a balanced diet, offering a wide array of nutrients that are crucial for maintaining good health. But with so many options available, which are the most beneficial? In this article, we’ll explore the top 20 vegetables globally, focusing on their nutritional value, popularity, and why they should be a staple in your daily diet.

[absintheanflare]

I GOT TO STAND IN THE RAIN I AM SO HAPPY i feel so much better. we rarely get rain without lightning here so im like. OUTSIDE I GO

[quatregats]

Oliveres my beloved <3

[zumitozumzeig]

Comencem amb una nova sessió! Sense haver fet benvinguda de noves persones (es nota que estem a la resta final), Zumito de 🫚 nyàmera 🫚 ha portat llaços (els de pasta de full) farcits de xocolata, encara que ningú sabia el que eren; Zumito de 🍋‍🟩 lima 🍋‍🟩, banana bread; Zumito de 🧅 remolatxa 🧅, taronja (no relació amb Zumito de 🍊 taronja 🍊), tallada amb un ganivet de mantega; Zumito encara 👤 anònim 👤, un (de tres) cafè; Zumito encara 👤 anònim 👤, una cervesa (això es comença a repetir); Zumito de 🧠 litxi 🧠, maduixes, bledes i brick de llet (no pel Zumito, pel seu microones); i, més tard i que quasi se li oblida, Zumito de 🧅 remolatxa 🧅 ha portat també Peta Zetas de maduixa, pel que sembla una sessió de cinema n'ha comprat masses i les estava donant.

[useless-catalanfacts]

Allioli (which literally means “garlic and oil” in Catalan) is a traditional sauce from the Western Mediterranean, very commonly used in the cuisine of the Catalan Countries. It’s also used in Occitania, and less commonly in Sicily, Malta, Aragon and Andalusia.

(Also, thanks to allioli the Catalan population is probably eternally safe from vampires at this point)

Photo from Alimentació (Generalitat de Catalunya).

[negreabsolut]

Pastís 09, per Xandaclaus. [font]

[12endigital]

Alicante adjudica el servicio de comidas a domicilio 'Menjar a casa' por 1,1 millones

El Ayuntamiento de Alicante ha aprobado en Junta de Gobierno este martes la adjudicación del nuevo contrato del servicio de comidas a domicilio ‘Menjar a casa’ a la empresa Eurest Colectividades S.L, con un presupuesto 1.142.790 euros, y un plazo de tres años con posibilidad de dos prórrogas anuales. Los menús se entregan principalmente, las personas mayores de 65 años que viven solas y presentan…

[maitsafatharani]

Terimakasih, Pak Anies.

Barangkali, itu kalimat pertama yang ingin aku ungkapkan, jika ditanya tentang kesan di Pemilu 2024.

Terimakasih ya Pak, sudah berjuang untuk maju, menjadi salah satu calon presiden yang membuat kontestasi Pemilu terasa lebih ada 'ghirah'nya.

Jujur, di 2014 dan 2019, rasanya jengah sekali. Setiap membuka medsos, isu-isu SARA yang menjadi bahasan. Kampanye yang begitu-begitu saja, membuat bosan untukku pribadi melihat perjalanan kampanyenya. Karena paling ya, begitu saja tren-nya. Blusukan ke warga-warga, kampanye di atas pentas sembari bermonolog di bawah terik matahari, juga bagi-bagi amplop *eh.

Di 2024, Pak Anies dan tim menciptakan atmosfer yang berbeda. Desak Anies dan Slepet Imin, menjadi model kampanye yang berani tampil beda di sejarah pesta demokrasi Indonesia.

Dalam Desak Anies dan Slepet Imin, terjadi dialog antara capres-cawapres, dengan audiens. Audiens bisa menanyakan apa pun, bahkan mengadukan keresahan apa pun.

Ini menarik.

Melihat bagaimana para calon pemimpin kita berdialog dengan rakyat biasa maupun para mahasiswa, yang penuh dengan keluhan dan kritik yang beraneka ragam. Gaya kampanye ini meruntuhkan gaya konservatif, dan aku tidak bisa bilang tidak, gaya kampanye ini adalah gaya yang mendidik rakyat.

Buatku pribadi, ini mengagumkan. Bagaimana capres-cawapres bahkan memperhatikan bagaimana strategi dalam berkampanye. Memperhatikan bahwa proses pesta demokrasi, bukanlah sekedar pesta untuk yang akan maju mencalonkan diri. Tapi senyatanya, pesta demokrasi haruslah dirasakan sebagai 'pesta' oleh seluruh masyarakat Indonesia.

Meski tidak bisa langsung mengikuti agenda Desak Anies, aku adalah salah satu pendengar setia rekamannya di Youtube. Pak Anies selalu menyampaikan di setiap dialog, bahwa Desak Anies adalah cara paslon 01 menawarkan 'cara berpikir' mereka. Menurut beliau, rakyat harus tahu bagaimana cara pemimpinnya membuat keputusan, dimana keputusan lahir dari cara berpikir. Menurut beliau lagi, pemimpin itu tugasnya membuat keputusan, maka sudah seharusnya rakyat memilih pemimpin dengan cara berpikir yang paling relevan. Aku semakin kagum dengan strategi beliau.

Terbayang, menghadiri berbagai dialog pasti adalah hal yang menguras pikiran dan tenaga. Belum lagi jika ada kritik-kritik yang perlu dijawab, betapa melelahkannya. Tapi Pak Anies dan segenap tim, tetap memilih proses yang 'out of the box' ini demi mendidik rakyat dalam proses pemilu. Selain juga pasti ada misi menjaring suara.

Pak Anies, kuakui adalah sosok yang memiliki kelebihan dalam public speaking nya. Beberapa pihak bersentimen negatif, menyebut kelebihan ini sebagai 'omon-omon' belaka, atau 'janji manis' tanpa eksekusi nyata. Beberapa juga berpandangan, orang yang ucapannya manis di mulut, tidak selalu baik dalam bekerja. Tapi, kurasa itu logika yang tidak selalu benar dan tidak bisa dipukul rata. Kecerdasan berbicara tidak berarti payah dalam kerja nyata. Tidak bisa dihakimi begitu saja. Dan lagi, rekam jejak selama Pak Anies menjabat Gubernur Jakarta pun dapat kita pelajari di berbagai platform media sosial.

Ada lagi yang menarik menurutku. Performa Pak Anies saat debat. Aku kebetulan menyimak debat ketiga secara live via Youtube. Disana, Pak Anies tampak begitu 'menyerang'. Jujur, sebagai orang yang tidak suka dengan konflik, aku agak jengah menonton serangan demi serangan tersebut. Tapi, secara jernih aku mencoba berpikir. Acaranya ini judulnya debat, lagipula saat itu temanya adalah pertahanan, dimana salah satu paslon adalah juga menteri pertahanan. Wajar kalau terjadi kritik yang pedas, dan harapannya yang bersangkutan piawai dalam menjawab. Namun, seperti yang kita lihat dan saksikan sendiri, yang terjadi justru sebaliknya. Ah, sepertinya tidak perlu kujelaskan, netizen bisa menilai sendiri dengan mindsetnya masing-masing :)

Aku tersadar, bahwa saat itu Pak Anies sedang menjalankan peran, sebagai seorang kontestan yang berdebat. Terimakasih Pak, sudah menjalankan peran sesuai dengan situasinya.

Lalu tentang visi-misi. Aku belum membaca dokumen visi-misi paslon secara lengkap. Tapi beberapa kali, aku melihat postingan yang mengutip visi-misi dari para paslon. Dan, aku melihat hampir di setiap aspek, Pak Anies selalu memiliki visi-misi yang digagas. Di isu kesehatan, ekonomi, sampai diaspora pun beliau tuangkan gagasan. Dokumen visi-misi yang lengkap ini amat membantu jika kita ingin mencari isu yang menjadi fokus kita. Dan rata-rata mostly isu-isu tersebut ada di dokumen paslon 01.

Tidak hanya itu, muncul juga berbagai gerakan organik seperti aniesbubble, humanies, senimanbersatu, dll yang mendukung perjalanan kampanye Pak Anies. Pak, rasanya saya susah membayangkan gerakan-gerakan seperti itu terbentuk jika tidak ada ketulusan (apalagi tanpa bayaran), karena satu tujuan menginginkan perubahan.

Oh ya, aku juga respect dengan para pendukungnya yang tetap objektif meski mendukung paslon AMIN. Contohnya, pada saat debat cawapres. Patut diakui Cak Imin masih sangat blunder ketika itu. Tapi, para pendukung mengkritik dan menasihati, bukan menutup mata atas kekurangan itu. Dan alhamdulillah, Cak Imin pun terbuka dan menerima kritik. Di debat berikutnya, performanya lebih baik daripada sebelumnya. Membayangkan Indonesia dengan pempimpin yang terbuka, berkepala dingin, mampu memproses (bukan hanya menampung lalu jadi angin lalu) kritikan, luar biasa sekali rasanya.

Pak Anies, aku berharap, apapun yang terjadi selepas Pemilu, Pak Anies tetaplah menjadi Pak Anies yang seperti ini. Pak Anies yang menginspirasi, dan terus menyuarakan suara rakyat, terlepas apa pun pilihan politik Pak Anies. Aku sudah di titik pasrah dengan hasil Pemilu. Pak Anies terpilih ataupun tidak, Allah sudah mengaturnya, bukan.

Namun, setidaknya rakyat mendapat pendidikan yang berharga sepanjang perjalanan pesta demokrasi ini. Dan semoga, terus terdidik dan naik kelas demokrasi di Indonesia.

Pak Anies, terimakasih karena banyak kalimat Pak Anies yang menggugah dan terngiang di banyak orang. Aku jadi teringat salah satu ayat Al Quran,

Tidakkah kamu memperhatikan bagai-mana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya kuat dan cabangnya (menjulang) ke langit (QS. Ibrahim ayat 24).

Salah satu kalimat yang aku ingat dari Pak Anies adalah saat Pak Anies membicarakan prinsip kebijakan. Kata beliau, "Membesarkan yang kecil, tanpa mengecilkan yang besar.". Maknanya, dalam sekali. Dan kalau itu menjadi basis dari setiap kebijakan, rasanya Indonesia Adil Makmur untuk semua bisa terlaksana.

And, the last. Terimakasih Pak Anies, sudah menggerakkan saya untuk menulis. Baru pertama ini, saya mendukung dan memilih calon pemimpin sampai dituangkan dalam sebentuk tulisan.

Semoga, Allah memberikan yang terbaik untuk Indonesia.

[tornoaserjo]

they should invent menjar deliciós que no precise llum ni aigua ni cuinar-se i que es puga menjar en cas de riuada

[santmarc]

Marijo Ribas, Bricks and cucumbers; Lichtenberg Studios exchange 2024

The second part of the exchange with the Lichtenberg Studios, was Marijo Ribas residence in Berlin. This residency has implemented a residency program that relates art to the reality of that neighborhood.

"I am interested in the spaces and how they carry ideology and symbolism. Memorials, public architecture and rural areas are linked to production and migration situations. My research in Lichtenberg began with the sculpture designed by Mies Van der Rohe, built in 1926 and demolished in 1935 by the Nazis.  I was interested in the idea of how a memorial that no longer existed, still has a place in the memory. And since that I thought about the function of a memorial, does a memorial repair any damage?

Lichtenbeg has a rural and proletarian past, the most important migrant population during the 60-70, the “gastarbeiters” came from Vietnam. After the fall of the Berlin Wall there was no plan for many of the Vietnamese population living in Lichtenberg, who worked in semi-slavery conditions, subject to time, cohabitation and birth control. With the change in the economic model and the closure of many factories, some Vietnamese returned to their homeland and some decided to stay in Berlin, there is still a significant community, some important meeting points are the Pagoda temple and the Dong Xuan Center.

Food culture is also an identitarian subject, the ritual of harvest, share, sell and eat together. It is not a memorial, it’s ephemeral, but can be toxic or memorable. I used a vegetable, a cucumber, to construct my personal narrative around significant ideas, facts and spaces I found during my residency in Lichtenberg. The result of the research is linked to a series of studio and street photography crossing that ideas."

Marijo Ribas

La segona part de l'intercanvi amb Lichtenberg Studios, va ser la residència que va realitzar l'artista visual Marijo Ribas a Berlín. Aquesta residència implementa un programa de residències que posa en relació l'art amb la realitat d'aquesta barriada, oferint allotjament i mitjans per a explorar la zona.

"M'interessen els espais i com porten ideologia i simbolisme. Els monuments, l'arquitectura pública i les zones rurals que estan vinculades a situacions de producció i migració. La meva recerca a Lichtenberg va començar amb l'escultura dissenyada per Mies Van der Rohe, construïda el 1926 i enderrocada el 1935 pels nazis. Em va interessar la idea de com un memorial que ja no existia, encara té un lloc en la memòria. I ja que vaig pensar en la funció d'un memorial, reparava algun dany?

Lichtenbeg té un passat rural i proletari, la població migratòria més important durant els anys 60-70, els "gastarbeiters" provenien del Vietnam. Després de la caiguda del Mur de Berlín no hi havia cap pla per a molts vietnamites que vivien a Lichtenberg, que treballaven en condicions semiesclavistes, subjectes al temps, la convivència i el control de la natalitat. Amb el canvi en el model econòmic i el tancament de moltes fàbriques, alguns vietnamites van tornar a la seva pàtria i alguns van decidir quedar-se a Berlín, encara hi ha una comunitat significativa, alguns punts de trobada importants són el temple de Pagoda i el centre Dong Xuan.

La cultura alimentària és també un tema identitari, el ritual de la collita, compartir, vendre i menjar junts. No és un memorial, és efímer, però pot ser tòxic o memorable. Vaig utilitzar una verdura, un cogombre, per construir la meva narrativa personal al voltant d'idees, fets i espais significatius que vaig trobar durant la meva residència a Lichtenberg. El resultat de la recerca està vinculat a unes sèries d'estudi i fotografia de carrer, encreuament d'aquestes idees."

Marijo Ribas

Graduated in Fine Arts at the University of Barcelona (2006), Erasmus at HfG, Frankfurt (2005), Postgraduate in Design, Art and Society, Elisava Pompeu Fabra Barcelona (2008), Master in Artistic Productions and Research, University of Barcelona (2010) and first doctoral courses in Art History, University of Barcelona (2013).

Since 2003 I have participated in collective exhibitions and projects in public and private spaces such as Frac Corse, Ruse Gallery, Spazju Kreattiv Malta, MUU Kaapeli Helsinki, Circulo de Bellas Artes Madrid, Centre de Cultura Contemporania de Barcelona, Centre d’Art Santa Mònica, LABoral Centro de Arte, Es Baluard Museu, etc. I have done numerous residencies in production and research centers such as: Las Cigarreras Alicante, MediaLAB Prado Madrid, Edinburgh Sculpture Workshop or Belgrade A.I.R, among others.

Licenciada en Bellas Artes por la Universidad de Barcelona (2006), erasmus en HfG, Frankfurt (2005), Postgrado en Diseño, Arte y Sociedad, Elisava Pompeu Fabra Barcelona (2008), Máster en Producciones Artísticas e Investigación, Universidad de Barcelona (2010) y primeros cursos de doctorado en Historia del Arte, Universidad de Barcelona (2013).

Desde 2003 he participado en exposiciones y proyectos colectivos en espacios públicos y privados como Frac Corse, Ruse Gallery, Spazju Kreattiv Malta, MUU Kaapeli Helsinki, Circulo de Bellas Artes Madrid, Centre de Cultura Contemporania de Barcelona, Centre d’Art Santa Mònica, LABoral Centro de Arte, Es Baluard Museu, etc. He realizado numerosas residencias en centros de producción e investigación como: Las Cigarreras Alicante, MediaLAB Prado Madrid, Edinburgh Sculpture Workshop o Belgrade A.I.R, entre otras.

[yeotozaki]

Mr Catalan (Pedri X Indian Female Lead)

(dedicated to my girl @realbarcelona. This is my first time writing for Pedri or any footballer. I'm used to writing for rockstars. Please don't mind my crappy grammar)

Barcelona’s golden hour made everything feel like a movie. Pedri walked hand-in-hand with Meher, her sneakers scuffing the old stone streets of El Born. “You’re walking me in circles,” she teased. He grinned. “Avui et portaré a un lloc especial.” (Today I’m taking you somewhere special.) “Yeah? Is it food?” “Obviously. Do you even know me?” he laughed.

They stopped in front of a tiny tapas bar tucked between two balconies overflowing with flowers. No tourists, no noise—just warm lights and the clink of glasses. “És petit, però el menjar és molt bo.” (It’s small, but the food is really good.) “Trusting you with my stomach. Big risk,” she said, bumping his shoulder.Inside, over plates of bravas and tortilla, she watched him talk to the waiter in Catalan, hands moving, eyes bright. “You’re kind of hot when you speak Catalan,” she said, trying not to smile. “Clar… estic amb tu.” (Of course… I’m with you.)

Later, walking along the beach, barefoot in the sand, Meher looked up at the stars. “You know this doesn’t feel like a regular date.” Pedri looked at her quietly for a moment. “I know Barcelona’s not your home. But maybe… it can start to feel like it?” She paused, heart full. “It already does.” He leaned in, kissed her forehead. “Et vull aquí, sempre.” (I want you here, always.) And in that quiet moment, with waves crashing behind them, the city felt like it belonged to just the two of them.