Tumgik
#buku 2018
wedangrondehangat · 11 months
Text
Dunia berduka atas Palestina, kamu kok malah posting keseharian duniawimu?
Dalam sebuah buku diceritakan bahwa Hasan Al-Banna pernah melarang istrinya membuat roti untuk perayaan lebaran, sebab waktu itu umat Islam baru saja kehilangan para pemuda yang syahid di Palestina.
Salah satu kisah yang amat melekat di pikiranku, tentang hati yang dimiliki Hasan Al-Banna.
Media sosial yang ramai dengan duka dan rasa sesak ini mungkin membuat kita jadi sungkan, meski begitu...
Menurutku, nggak apa-apa kalau kita mau posting hal lain juga..
Nggak apa-apa kalau kita mau posting barang jualan kita karena kita juga lagi berjuang di jalan kita.
Nggak apa-apa kalau kita mau posting review makanan atau pakaian karena misal itu memang pekerjaan kita dan ada rezeki orang lain yang mengalir melalui review kita.
Nggak apa-apa kalau kita mau posting hal lain yang juga bermanfaat seperti sharing ilmu, cerita inspirasi, dan lainnya.
Allah Maha Tahu tentang keberpihakan kita, rasa empati kita, isi doa-doa kita untuk Palestina, donasi kita, atau apapun hal yang kita lakukan untuk Palestina, sesederhana terus merepost apa yang terjadi di Palestina agar beritanya tak tenggelam.
Menambahkan catatan dari tokoh muslimah yang datang ke Indonesia pada 2018 lalu bahwa kelak warga Ghaza akan menuntut orang Islam di dunia pada hari kiamat atas apa yg terjadi!
Menunjukkan keberpihakan kita, semoga menjadi catatan baik yang bisa kita bawa kelak ke hadapan-Nya.
Di kereta menuju Bandung dari Surabaya, 7 Nov 2023
63 notes · View notes
coretan-sn · 1 year
Text
Tumblr media Tumblr media
WAHHH ADA BUKU MENARIK😋
“Menjadi Muslimah bukan hanya tentang bagaimana hidup bahagia sendiri, tetapi bagaimana keberadaan kita memberikan manfaat. Dengan cara apa? Dengan karya yang menginspirasi..." Kesan Kak Ramli (delegasi majelis sastra asia tenggara 2018) yang merupakan salah satu pembaca awal karya satu ini. ✨
Buku "Menjadi Muslimah Most Wanted" karya dari @septinasn ini akan menyuguhkan cerita dua arah antara pembaca dengan penulisnya. Berdiskusi bersama mengenai sosok muslimah yang terbaik di mata sang Pencipta. Selain itu banyak hal inspiratif dan berdasarkan kisah nyata yang diceritakan oleh Kak Septi kepada kita semua. ☺️
Open Pre Order (PO) Buku "Menjadi Muslimah Most Wanted" dimulai 3 Oktober hingga 10 Oktober 2023, dengan rincian:
• Jumlah hal: 153 hal
• Ukuran: A5 Softkover
• Jumlah bab: 19 Bab
Selama masa PO, teman-teman akan mendapatkan harga khusus, lho! Yuk buruan dipesan dengan klik link pemesanan di nomer 087851864312 (Septina)
#Buku #Openpreorder #motivasi #muslimah
16 notes · View notes
blognyaayu · 5 months
Text
Jurnalisme Warga: Pengertian dan Bentuk Aktivitasnya
Melansir dari situs Encyclopaedia Britannica, jurnalisme warga adalah kegiatan atau praktik jurnalisme, dilakukan oleh orang-orang yang bukan jurnalis profesional. Praktik jurnalisme yang dimaksud meliputi kegiatan pencarian, pengumpulan, dan penyusunan fakta menjadi informasi atau berita, dengan gaya penulisan dan penyampaiannya sendiri.
Berbeda dengan praktik jurnalisme lainnya, media yang digunakan dalam jurnalisme warga biasanya berupa web, blog, atau media sosial yang sengaja dirancang oleh individu atau kelompok. Dikutip dari buku Public Service (Tinjauan Teoretis dan Isu-isu Strategis Pelayanan Publik) (2018) karya M. Chazienul Ulum, citizen journalism melibatkan warga dalam mengabarkan atau melaporkan suatu peristiwa.
Tumblr media
Bentuk aktivitas jurnalisme warga
Jurnalisme warga bisa dikategorikan dalam jurnalisme publik. Karena tidak terikat dengan profesi tertentu, sehingga menghadirkan independensi, reliabilitas, akurasi, serta relevansi informasi. Dalam buku Journalism Today (2019) karya Andi Fachruddin, menurut Barlow, ada lima bentuk aktivitas jurnalisme warga (citizen journalism), yakni:
Adanya partisipasi audiens, berupa penulisan dan pengunggahan tanggapan yang dilampirkan untuk mengomentari berita, blog pribadi, foto, atau video yang diambil dari kamera gadget, atau berita lokal yang ditulis pengguna komunitas.
Berita independen dan informasinya ditulis dalam situs web. Jurnalisme warga menghasilkan informasi atau berita yang sifatnya independen, yang kemudian ditulis dalam situs web.
Partisipasi di berita situs, berupa komentar pembaca atas sebuah berita yang diunggah atau disiarkan media tertentu.
Tulisan ringan, seperti dalam milis, dan email. Bentuk jurnalisme warga ini berarti berita atau informasi yang disampaikan merupakan tulisan ringan.
Situs pemancar pribadi, artinya menggunakan video situs pemancar dalam menyebarkan informasi.
Sisi Positif
Sisi positif dari media sosial berdampak pada informasi yang tersebar semakin beragam dan potensial, jadi siisi positifnya informasinya itu semakin beragam tulisan atau berita, jurnalisme warga bisa lebih menjangkau lebih banyak audiens karena ada sebagian yang mencari berita hanya di media sosial. Kemudian di dalam jurnalis warga, warga lebih partisipatif menjadi agen perubahan dengan kegiatan warga dan dengan pemberdayaan warga. contohnya misalnya media sosial saat ini seperti Facebook, Instagram, dan Twitter memiliki dampak yang luar biasa dalam praktik dan bisnis jurnalisme.
Tumblr media Tumblr media
Perputaran informasi saat ini sangat cepat, kini media sosial membantu warga mendapatkan informasi secara cepat bahkan menemukan informasi dan membagikannya, namun di sisi lain setiap informai yang diterima perlu diverifikasi, untuk melakukan verifikasi dibutuhkan keinginan yang kuat melakukan pengecekan fakta dan perlunya kontrol terhadap arus informasi.
2 notes · View notes
ameliazahara · 6 months
Text
Banyak yang bertanya, suka nonton apa?
Padahal tipikal yang jarang banget bahas apapun yang berkenaan soal hobi satu ini pada sembarang orang. Tapi kebanyakan dari mereka yang aku temui penasaran dengan tontonan favoritku.
Mungkin mereka ingin tau apakah aku mengikui KDrama seperti mereka? Atau mereka ingin tau apakah mereka bisa menebak apa yang menjadi santapan tontonanku? Atau mereka ingin tau siapa aktor drama favoritku (mungkin ini lebih mengarah ke K-idol?)
Tapi mohon maaf, bukan penikmat drama korea apapu jenisnya. Pernah nonton korea itu pun hanya beberapa kali dan hanya pada drama tertentu saja. Demi apa, drama korea tidak berhasil dicerna oleh pikiranku. Daripada Kdrama, aku lebih menikmati Dorama. Atau drama Thai, dan jarang sekali rindu sama film Indonesia. Walau pernah ada tahun di mana, drama Indonesia yang paling dinanti.
Kalau ada yang masih penasaran sama apa yang aku tonton dan menjadi favoritku. Jawabannya adalah dokumenter netflix!
Sudah sejak 2018 aku berlangganan netflix, dari yang rela bikin kredit card Jenius hanya agar bisa berlangganan netflix, dan sejak kenal netflix aku sejatuh cinta itu padanya. Aku berhenti nonton diplatform apapun selain netflix. Dokumenter netflix berhasil membuatku jatuh cinta. Terkadang membosankan memang. Ada beberapa dokumenter yang menyebalkan dan mengerikan (bahkan tidak layak dikonsumsi publik). Untuk itu aku juga memiliki kecenderungan atas dokumenter yang aku konsumsi.
Btw, bukan tipikal yang gila nonton. Aku hanya menghabiskan beberapa waktu hanya fokus untuk menonton.
Netflix sangat membantu untuk efisiensi waktu terhadap apa yang disaksikan. Seringnya dokumenter netflix tidak memiliki episode yang panjang. Tidak hanya terfokus pada draka korea yang belasan bahkan puluhan episode. Kenapa ada orang yang bisa menghabiskan waktunya sepanjang itu hanya untuk nonton????
Aku senang mempelajari sesuatu, aku senang menjadi tahu perihal motif lain dari sebuah kejadian. Dokumenter netflix seringnya memberi tahu akan hal-hal yang tidak didapatkan dari membaca buku. Walau setiap kali nonton dokumenter netfix rasanya seperti sedang membaca buku.
Tidak mudah menghabiskan waktu untuk menonton suatu yang mengajak berfikir, tidak ada kesan glamor yang ditampilkan, dan tidak memberi ruang fantasi yang diharapkan banyak orang. Diajak melihat realitas nyata, yang bahkan penuh kekejian. Siapa yang betah??
Ya, begitulah aku.
4 notes · View notes
eunheesa · 6 months
Text
18 Maret 2024
Kalau aku ingat-ingat dan aku pikir-pikir, ada hal yang terjadi dalam hidupku ini yang tanpa sengaja. Karena memang udah rezeki aja. Walaupun nggak sering tapi ada.
Pertama, waktu aku iseng nulis di buku jurnal harianku tahun 2018 kalau aku pengen ke luar negeri. Terwujud di tahun 2019 bonus nonton konser yang aku ke sana niatnya sebagai hadiah ke diri sendiri karena sudah hebat sejauh ini. Sebagai rasa terima kasih.
Kedua, waktu aku pengen jalan jauh lagi, pengen memberi hadiah ke diri sendiri karena sudah bertahan setelah bertubi-tubi dihantam kenyataan. Terwujud di juni 2023.
Ketiga, waktu aku asbun pengen ngerasain lebaran di negara orang lain. Terwujud juga di juni 2023. Idul Adha di negara orang. Merasakan sholat ied di kedubes indo disana haha
Keempat, waktu aku pengen nonton konser artis thailand dari 2019 dan terwujud di juni 2023 juga. Tanpa sengaja. Dapat tiketnya mudah. Tau-tau udah menginjakkan kaki di thailand lagi.
Rezeki itu semudah itu jalannya. Makanya aku sering bilang ke diri sendiri, "kalau rezeki ga kemana. Kalau rezeki jalannya mudah, dilancarkan, dimudahkan".
5 notes · View notes
mystupidtheory · 1 year
Text
If I Die Young
Jika aku mati muda, #kurasidiary ep. 1
Warning: sensitive content, de*th mention.
Tumblr media
I had a kinda wierd obsession dengan mati muda.
Saat itu, sejak pertengahan kelas sebelas, aku mulai melewatkan banyak hal; dari acara organisasi, hingga karya wisata. Puncaknya saat kelas dua belas, hasil diagnosis dokter mengharuskanku minum obat sepanjang setengah tahun, setiap hari, tanpa jeda. Aku mulai sering bolos sekolah, berhenti melakukan apapun saat di rumah, bahkan mungkin hilang arah.
Masih jelas dalam ingatanku bagaimana aku terlalu sering menangis; saat belajar, membaca buku, ibadah, sarapan, mandi, tidur, bahkan saat menatap langit biru dari jendela. Berpikir apakah aku tidak akan berumur panjang? Akankah lebih baik mati saja? Ditambah saat itu aku membaca buku Gie, berusaha memvalidasi kondisi, banyak dalam catatanku yang mengutip perkataannya tentang mati muda.
Aku membagikan ini sebagai tanda bahwa aku telah berdamai dengan masa-masa itu, menerimanya sebagai bagian dari hidupku, penanda bahwa aku telah berhasil melewatinya dan kini dalam keadaan yang jauh lebih baik.
Akhirnya, hari ini datang.
...
Tumblr media
[March, 21th 2018] Jadi, apa yang ada di pikiran Ain? Rabu, 21 Maret 2018. Kematian. "Baru kemarin kamu ngetawain petugas puskesmas yang nyemangatin dan bilang kamu bakalan sembuh. Seolah-olah kamu depresi dan pesimis buat hidup. Dan sekarang, boom! Kamu malah takut mati." "Oke, ini beneran. Seharian ini kepikiran terus sama mati. Tapi dijamin, besok pasti udah mikirin hal lain lagi dan lupa sama hal ini."
Tumblr media
Pertanyaan tentang mati: Jadi, yang kamu takutin dari mati itu kematiannya atau kehidupan yang bakal kamu tinggalin?
Sampai saat ini aku belum dapat jawabannya.
Menurutmu, jika kita mati, apa yang harusnya kita takutkan? Kematian itu sendiri, atau kehidupan yang kita tinggalkan?
Tumblr media
[July, 24th 2018] Waktuku sebentar lagi, dan tatkala tangan-tangan itu menjeratku, maukah kamu menuliskan surat terakhirku? Pintaku satu, sampaikan pada mereka, sampaikan pada seluruh dunia, bahwa yang senantiasa berdahaga ialah waktu, sang pembunuhku.
Tumblr media
[July, 29th 2018] Jika aku mati muda. Teruntuk Mama & Papa. Maaf, Terima kasih. Maaf, terima kasih. Tapi maaf. Lagi-lagi maaf. Lalu maaf. Maaf, terima kasih. Terima kasih, Maaf.
Tumblr media
[July, 31th 2018] Untuk teman (atau bukan). Aku mengerti pada masanya kita akan berbalik arah melupakan perjuangan. Aku juga mengerti, pada masanya kita akan tersisa menjadi nama tanpa perwujudan. Hanya aku tidak mengerti, mengapa sebelum masanya datang, aku melakukan semuanya? Apa ini masanya untukku? Tersenyum manis. Tertawa manis. Berkelakar manis
Tumblr media
Lalu habis hanya sebatas ditulis. Bagaimanapun kamu menganggapku adalah tidak layak lagi disebut teman. Bagaimanapun kamu berjarak menyisihkan namun tetap menjadikan aku teman. Semoga luka ini tidak lama menyarang, karena kamu tetaplah teman. Mungkin memang salah adalah aku, Yang tidak bisa lagi jadi teman.
Tumblr media
[August, 1st 2018] Nasib terbaik adalah tidak dilahirkan, yang kedua dilahirkan tapi mati muda, dan yang tersial adalah umur tua. Rasa-rasanya memang begitu. Bahagialah mereka yang mati muda.
Tumblr media
[September, 15th 2018] Katanya, nasib terbaik adalah tidak dilahirkan, atau dilahirkan tapi mati muda. Tapi, menurut buku Unweaving the Rainbow: "we are going to die, and that makes us the lucky ones. Most people are never going to die, cause they are never going to born." -Richard Dawkins. Keduanya sangat kontradiktif. Yang mana yang terbaik?
...
Tanpa bermaksud meng-invalidate my feelings back then, I was too young and sensitive, and way waaaay too over thinking dibanding sekarang. Meski tak ada jaminan jika aku yang ini kembali ke masa itu akan merespon dengan lebih baik.
So proud with my young me who could bear it and deal with it, dengan jujur dan terbuka menceritakannya dalam tulisan. Entah apa jadinya jika aku tidak menulis, ya mungkin tidak terjadi apa-apa juga sih.
Aku masih tidak yakin apakah aku akan terbebas dari mati muda, secara sekarang aku juga masih muda. Tapi in a big picture, aku tidak lagi berlarut-larut dalam masalah ini, tidak lagi terlalu ambil pusing atau over thinking soal mati. Ya meski tidak menyepelekannya juga.
Setelah berdiskusi dengan beberapa orang dan membaca banyak buku, belakangan aku berpikir bahwa mati, hanya bentuk kehidupan yang lain. Dalam kematian, kita dihidupkan kembali dalam kekal.
Ada ungkapan yang aku suka tentang kematian:
"Manusia di dunia ini sejatinya sedang tidur. Manakala mati, mereka bangun."
...
Oh ya, aku punya playlist yang sering didengarkan di saat-saat itu. Mungkin agar lebih menghayati rasa takut mati (?) Hahahaha
If I Die Young - The Band Perry
Too Much - Pale
To You - Young Wonder
Rindu - Banda Neira
Medicine - Daughter
To Build a Home - The Cinematic Orchestra
4 notes · View notes
dianbudaya · 1 year
Text
Tumblr media
Penelitian Etnografi untuk Kebijakan Pendidikan yang Lebih Baik
Etnografi secara sederhana adalah suatu cara atau metode untuk mempelajari fenomena sosial maupun kebudayaan di suatu masyarakat. Dijelaskan bahwa penelitian etnografi bersifat mengikuti keseharian penduduk dan peneliti harus berpartisipasi di dalam masyarakat, bukan hanya mengamati dari jauh atau wawancara belaka (Reeves et al., 2013). Selain itu, dalam penelitiannya cenderung terbatas karena apabila terlalu banyak yang diamati, akan terlalu banyak menimbulkan pertanyaan.
Penelitian etnografi merupakan penelitian dengan metode kualitatif yang dilakukan untuk mengetahui dan memahami secara mendalam kebudayaan masyarakat setempat yang menjadi objek penelitian. Penelitian ini diharapkan dapat menghasilkan analisis kebudayaan secara holistik dari hal paling sederhana, seperti keluarga hingga perekonomian suatu masyarakat yang dipengaruhi oleh faktor-faktor lain.
Hasil akhir etnografi bisa berbentuk macam-macam seperti catatan lapangan—barangkali berupa catatan harian—dan bisa juga jurnal, paper, atau karya yang mirip dengan itu (karya ilmiah dan lain-lain) sebagai karya akhir dari penafsiran serta kumpulan data dari catatan lapangan tersebut (Reeves et al., 2013). Seperti buku Margaret Mead (1928) yang berjudul Coming of Age Samoa, buku jurnal perjalanan yang sangat insightful mengenai budaya akil balig suatu suku di Samoa yang pada saat itu berbeda sekali dengan budaya akil balig di Amerika Serikat yang cenderung tertutup atau buku yang ditulis oleh Levison Wood (2019) yang berjudul An Arabian Journey yang menceritakan perjalanannya ke ujung Timur Tengah. Selain itu, karya etnografi juga bisa berbentuk novel (contohnya Puya ke Puya oleh Faisal Oddang (2015), Tarian Bumi karya Oka Rusmini (2007), dan lain sebagainya) atau film (bisa dokumenter maupun tidak). Contoh film non-dokumenter dengan nuansa etnografi adalah Before, Now, and Then karya Kamila Andini dan Ngeri-Ngeri Sedap karya Bene Dion.
Penelitian etnografi dalam bidang pendidikan dapat dilakukan dengan observasi partisipatoris di sekolah-sekolah maupun daerah-daerah secara menyeluruh. Hal ini dikarenakan pendidikan dipengaruhi oleh banyak hal dan memengaruhi banyak hal pula, tak hanya seputar sekolah saja. Seperti misalnya perekonomian penduduk setempat berpengaruh pada pendidikan yang dipilih oleh masyarakat setempat. Apakah pendidikan itu hanya akan berhenti di SD, SMP, SMA, atau bahkan tak sekolah dan memilih untuk bekerja atau menikah saja. Begitu pula pendidikan berpengaruh pada perekonomian warga setempat. Idealnya, apabila pendidikan suatu masyarakat baik, perekonomian juga cenderung membaik. Masalah lain juga akan teratasi sedikit demi sedikit seperti pernikahan dini, angka pengangguran.
Pengetahuan mengenai suku, kebiasaan, ekonomi, kebudayaan, serta sosial masyarakat setempat yang didapatkan dari penelitian etnografi berdampak sangat baik dalam perancangan pendidikan bagi masyarakat setempat. Hampir sama seperti aspek demografi, pengetahuan mengenai kebudayaan setempat diharapkan dapat menjadikan pendidikan tepat sasaran. Akan tetapi, berbeda dengan demografi yang sebagian besar mengandalkan data kalkulatif, pengetahuan dan penelitian etnografi menjadikan seseorang mengetahui dengan mendalam apa yang dibutuhkan masyarakat dalam bidang pendidikan. Pendidikan dan kebudayaan juga memiliki hubungan yang saling terkait. Perubahan-perubahan kebijakan pendidikan perlu memperhatikan dinamika kebudayaan dan perubahan kebudayaan bisa jadi merupakan akibat dari adanya perubahan rancangan pendidikan yang ada (Normina, 2018).
Penelitian etnografi juga dapat dijadikan pertimbangan untuk mengevaluasi kebijakan yang ada agar kedepannya tidak lagi tidak tepat sasaran. Misalnya, kebijakan tentang masuk jam lima pagi di Nusa Tenggara Timur yang bisa dievaluasi menggunakan observasi partisipatoris. Ada baiknya peneliti merupakan bagian dari pemangku kebijakan, mengikuti anak-anak berangkat sekolah pukul lima pagi dan merasakan efeknya sendiri-sendiri lalu menuliskan pengalaman itu dalam catatan lapangan untuk kemudian dianalisis. Hasil analisis ini apabila digunakan untuk mengevaluasi kebijakan diharapkan dapat menjadikan kebijakan lebih tepat sasaran sehingga tak ada lagi kasus menginap di sekolah seperti yang dilansir oleh Tempo pada tanggal 9 Maret 2023 lalu (Pitaloka, 2023).
Pendidikan yang merupakan hal mendasar dalam kehidupan saling mempengaruhi dan dipengaruhi kebudayaan. Hal ini menjadikan kebijakan yang diterapkan harus menyesuaikan dengan kebutuhan masyarakat. Hasil penelitian etnografi yang berupa analisis secara mendalam tentang kebudayaan (termasuk ekonomi, tradisi, hingga pendidikan) masyarakat setempat dinilai dapat membantu pemangku kebijakan dalam menentukan aturan-aturan yang berlaku dalam bidang pendidikan. Dengan begitu, dipertimbangkannya penelitian etnografi dalam penentuan kebijakan akan menciptakan kebijakan pendidikan yang lebih baik.
Penulis: Salsabila Ananda Nur Fadila
Penyunting: Nur Adzim Aminuddin
Ilustrator: Oktafiani Zahra Indira
DAFTAR PUSTAKA
Andini, K. (Director). (2022). Before, Now, and Then [Film]. Fourcolours Film; Titimangsa Foundation; Wild Bunch.
Dion, B. (Director). (2022). Ngeri-Ngeri Sedap [Film]. Imajinari; Visionari Film Fund; Netflix.
Mead, M. (2001). Coming of Age in Samoa: A Psychological Study of Primitive Youth for Western Civilisation. Harper Collins.
Normina, N. (2018). PENDIDIKAN DALAM KEBUDAYAAN. ITTIHAD. https://doi.org/10.18592/ittihad.v15i28.1930
Oddang, F. (2015). Puya ke puya: surga diciptakan karena. . .. Kepustakaan Populer Gramedia.
Pitaloka, P. S. (2023, March 8). Cara Masuk Sekolah Jam 5 Pagi di NTT, Naik Kuda sampai Menginap di Sekolah Biar Tak Telat. Tempo. https://tekno.tempo.co/read/1700301/cara-masuk-sekolah-jam-5-pagi-di-ntt-naik-kuda-sampai-menginap-di-sekolah-biar-tak-telat
Reeves, S., Peller, J., Goldman, J., & Kitto, S. (2013). Ethnography in qualitative educational research: AMEE Guide No. 80. Medical Teacher, 35(8), e1365–e1379. https://doi.org/10.3109/0142159x.2013.804977
Rusmini, O. (2007). Tarian bumi: sebuah novel. Gramedia Pustaka Utama.
Wood, L. (2019). An Arabian Journey: One Man’s Quest Through the Heart of the Middle East.
2 notes · View notes
rismaisnayah · 1 year
Text
Inspirasi Dari Bapak #1
Dulu aku bingung sekali dengan konsep bapak yg suka ngasih-ngasih pakaian ke orang lain. Mungkin setengah atau lebih dari baju bapak entah yg baru maupun sudah tidak baru (tapi masih bagus dan sangat layak untuk dipakai) diberikan ke orang lain. Sarung atau celana misalnya.
Setiap kali beli baru, beberapa waktu kemudian pasti sudah tidak bertahan di lemari, kata beliau dikasihkan ke orang kasihan ngga punya sarung/ sarung yg dipakai itu itu aja. Waktu itu hanya bisa geleng geleng kepala si aku yg masih belum paham pelajaran apa yg bapak kasih. Sampai di tahun 2016, 2018, 2022 aku ke Riau mengunjungi beliau. Ada satu nasihat yg selalu beliau ulang ulang.
Berbagilah dengan mereka yg membutuhkan nduk. Kalau kamu sudah jadi "orang" jangan pernah lupakan dhuafa dan anak yatim.
Bahkan sampai saat ini ketika ada teman atau saudara bertamu ke kosan, dan kuceritakan ke bapak. Yg pertama kali bapak tanyakan adalah "Disuguhin apa temenmu nduk ? berapa duit buat makanan yg disuguhin ?"
Pernyataan ataupun pertanyaan beliau terkait dg hal ini membuatku sadar bahwa sejatinya beliau sedang mengajarkanku untuk berbagi, untuk ngga pelit kepada orang lain, untuk mensyukuri rezeki yg sudah Allah kasih untukku dan keluarga. Tidak berkurang harta kita ketika kita mengeluarkan sedikit atau sebagiannya untuk berbagi.
Tidak selalu harta bentuk pengembalian yg Allah kasih, bisa jadi sehat badan, keluangan waktu untuk menuntut ilmu, pemikiran yg terus bertumbuh, kemudahan dalam mengambil pelajaran hidup, ditempatkan bersama orang2 yg baik, nikmat bisa baca buku tiap hari, pikiran yg selalu menuntun ke hal2 yg positif, bisa makan buah dan sayur setiap hari, dll. Dimana nikmat2 tersebut jika dibandingkan dengan apa yg kita lakukan tidak akan seimbang.
Nikmat Allah > kebaikan yg manusia lakukan
5 notes · View notes
indri-n-ani · 1 year
Text
Annyeong, CHINGU
Tumblr media
Sudah lama sekali rasanya tidak mencatatkan beragam pengalaman dalam buku harian daring ini. Jujur saja aku rindu masa-masa ketika kerap menuliskan apapun yang ada dalam kepala tanpa perlu menyeleksinya terlebih dulu. Namun seiring bertambahnya tahun pikiranku seakan 'terkunci' ditambah lagi kurangnya motivasi dalam diri, hikss.
Jadi biar buku harian ini gak makin kosong, maka aku akan men-submit pengalamanku menonton bioskop kembali. 
(Lupa banget kapan tahun dah aku terakhir kali pergi ke bioskop untuk menonton sebuah fim, antara tahun 2018 atau 2019 gitu. It's so long ago).
Begini ceritanya :
Tumblr media
Sebagai seorang perempuan yang tidak suka-suka amat untuk pergi ke bioskop, kedatanganku ke CGV Rabu sore itu disebabkan oleh seorang pemuda berzodiak Taurus. Rasa kagum dan sukaku padanyalah yang membawa langkah kaki ini hingga tiba di lantai 7 di FX Sudirman.
Pemuda itu bernama Kim Seon Ho. Aku telah menyukainya selama kurang lebih tiga tahun, dan entah sampai kapan. Padahal jika kurunut ulang ke belakang, aku sudah mengetahui sosoknya tiga tahun sebelum akhirnya aku menyukainya. Kurasa itu hanya perkara timing saja.
The Childe adalah film debut Kim Seon Ho, dia aktif bermain di banyak teater lalu mulai merambah drama dan kini gilirannya menjamah layar lebar. To be honest, genre film seperti ini bukanlah cup of my coffee, cuma sebagai SHHD yah kudu wajib support si Bapak seonho__kim, karena selain film debutnya, ini juga moment comeback-nya after the storm dua tahun lalu. Duh kalau diinget-inget masih amaze aja bisa ngelalui masa kelam itu dan sekarang malah makin bersinar. Proud of you Pak Kim.
(( Seumur-umur menjadi seorang fangirl, baru sama Seon Ho doank yang namanya aku bawa dalam doa. Bukan sejenis doa yang "Tuhan, jodohkanlah saya dengannya" tapi doa agar dia diberikan yang terbaik dalam hidupnya. Gak rela gitu kalau liat dia disakiti. ))
Tumblr media
Nah balik lagi ke film, genre film ini tuh sebenarnya noir, action, thriller dengan adegan kejar-kejaran yang intens tapi ada juga selipan comedy yang buat penonton ketawa karena gak nyangka aja di adegan yang harusnya tegang dan sedih kenapa malah diselipin humor macam itu. Sebut saja perkara Mercedez Benz, $10 juta sampai adegan luka tembak dan uhuk-uhuk. Bisaan aja lagi jokenya.
Sebelum film ini resmi rilis 21 Juni 2023 yang lalu, beberapa hari sebelumnya telah ada fans screening dan pemutaran awal kepada media, sehingga beberan dan ulasan tipis-tipis sudah berseliweran di linimasa. Aku sepakat dengan salah satu ulasan yang menyatakan bahwa The Childe ini sungguhnya adalah 'film keluarga'. Film keluarga yang dibalut sama adegan tembak-tembakan, lari-larian sama umpatan-umpatan, banyak pulak itu.
Tumblr media Tumblr media
Tersebutlah seorang pemuda keturunan Korean - Filipina (Kopino) bernama Marco (diperankan oleh Tae Joo) yang pergi mencari ayahnya (kalau pergi mencari ibunya, nanti jadi kayak hatchi, halah). Eh ujug-ujug ada tuh informasi mengenai keberadaan ayahnya, tapi si Marco ini disuruh terbang ke Korea untuk ketemu langsung sama ayahnya. Maka pergilah dia dalam tempo yang sesingkat-singkatnya. 
Belum juga sampai di tempat tujuan, si Marco ini disamperin sama pemuda imut, tampan dan sexy yang mengaku Chingu (teman). Marco heran donk siapa pulak ini mengaku-ngaku temannya, mana tampilannya mencurigakan walaupun tetap menawan. Gak sampai di situ aja, ada pula seorang perempuan (diperankan oleh Go Ara) yang juga mengincar Marco demi tujuan tertentu dan tentu saja abang tiri si Marco (Kang Woo) yang juga harus memastikan membawa Marco hidup-hidup untuk bertemu dengan ayahnya.
Maka pengejaran pun dimulai.
Tumblr media
Akting Seon Ho di film ini GILAK.
PSIKOPAT TENGIL YANG GILAK YANG NGAKU-NGAKU TEMAN.
Meski dalam beberapa adegan menampilkan wajah bengis dan kejamnya Seon ho bunuh-bunuhin orang, aku tidak merasa ngeri melihat ekspresinya, malahan berujar dalam hati 'dih nih anak mah aslinyaa lawak'. Mungkin karena template di memoriku sebab tingkahnya di 2day1night dulu kali ya.
Tumblr media
. Aku masih ngah-ngoh ngah-ngoh di 30 menit pertama film diputar, alurnya terasa lambat. Namun selanjutnya kayak gak dikasih jeda, cepet banget euy. Aku masih cerna satu adegan ini maksudnya gimana dah, eh udah disuguhin lagi adegan selanjutnya yang buat gue melongo dan WHAT ?? Ini apaan kenapa jadi gini?? Yep. Plot twist nya di luar jangkauan pikirku. Cuma memang penyelesaian atas pertanyaan kenapa Marco dikejar-kejar dan jadi masalah di film ini tuh dijelasinnya padat dan singkat bener jadi kesannya kayak diburu-buru dan agak sedikit maksa. Part yang paling kusuka sih plot twist kedua yang muncul setelah credit title, muka cengok dan polosnya Seon Ho setelah 'dikelabui' itu memancing tawa penonton..
Akhirul kalam, tiga bintang setengah dari aku yang notabene SHHD cukup subjektiflah untuk film ini.
Jadi, sudahkah anda minum multivitamin hari ini?
Tumblr media
PS : 
Makasih untuk Hamba Allah dan Kak Adit yang sudah memfasilitasiku tiket gratis saat pemutaran perdana The Childe. Gomawo.
Tumblr media
5 notes · View notes
truegreys · 2 years
Text
Coming Back Alive
Halo!
Setelah vakum menulis di Tumblr sejak 2019, saya mencoba pindah platform ke https://truegreys.wordpress.com/. Di sana, saya menulis beberapa cerpen di sepanjang tahun 2020. Di tahun 2021, saya tidak lagi menyebarluaskan tulisan saya, sampai akhirnya hari ini, ada yang ‘nyenggol’ saya, memantik api yang dahulu padam karena alasan personal, membuat saya ingin menghidupkan lagi apa yang dahulu mati--atau lebih tepatnya berusaha saya matikan.
Bagi yang semenjak 2011 mengenal saya sebagai Truegrey, kini saya muncul dengan nama saya sendiri. Perkenalkan, saya Sani Asmi. Akun ini url-nya akan tetap Truegrey, namun mulai sekarang akan mulai saya cantumkan nama asli saya. 
Anyway, selain menulis di Tumblr, saya pernah mempublikasi review buku di Jurnal Humaniora UGM. Buku yang saya ulas adalah “Kura-kura Berjanggut” karya Azhari Aiyub pada tahun 2019. Buku tersebut menjadi salah satu kesukaan saya sampai akhirnya saya memutuskan untuk mengulasnya. Tulisan dapat diakses di: https://journal.ugm.ac.id/jurnal-humaniora/article/view/49768/25721 
Silakan bila ingin ‘kepo’, hehe. 
Kembali ke beberapa tahun silam, saya juga pernah ikut sayembara menulis cerpen bersama di dalam buku “Mata Penuh Darah: dua peristiwa, 1966-2033”, Faisal Oddang, dkk terbitan Shira Media. Cerpen yang dimuat di sana berjudul “Sembilan yang Kedelapan” pada tahun 2018. Bukunya dapat dipinjam di iPunas: https://opac.perpusnas.go.id/DetailOpac.aspx?id=1162823#
Tumblr media
Terakhir, terima kasih yang amat banyak kepada warga Tumblr yang tetap mengikuti tulisan saya di akun ini. Ke depannya, saya akan coba mengembangkan hal yang saya sukai menjadi sesuatu yang lebih profesional. Wish me luck and....stay tune!!!!!
I’m back, Guysssss!!!!!!!!
Notes: yang ‘menyonggol’ saya adalah orang Tumblr lama yang sudah sukses menjadi menulis #tsah (sebenarnya beliau dari lama tulisannya emang keren), dengan kelas pengmbangan dirinya (Career Class), yang saya ikuti di tahun ini, sukses membuat saya ingin lagi ‘hidup’. Hehe cc @kurniawangunadi​
6 notes · View notes
bayuvedha · 1 year
Text
Tumblr media
Resume WINNERS TAKE ALL The Elite Charade of Changing the World
oleh Anand Giridharadas
Nama: Anand Giridharadas Judul Buku: Winners Take All: The Elite Charade of Changing the World Tahun Publikasi: 2018
"Winners Take All: The Elite Charade of Changing the World" yang ditulis oleh Anand Giridharadas merupakan sebuah kritik tajam terhadap apa yang disebut sebagai upaya elit global untuk mengubah dunia. Giridharadas mengusulkan pandangan yang kontroversial bahwa upaya filantropi dan inisiatif sosial oleh orang-orang kaya dan berpengaruh sering kali hanya merupakan tirai asap untuk mempertahankan sistem yang tidak adil dan menjaga kekuasaan mereka.
Konten buku ini, secara mendalam mengeksplorasi konferensi elit seperti World Economic Forum dan pertemuan amal lainnya, serta hubungan mereka dengan politisi, tokoh bisnis, dan selebriti terkenal. Ia mengajukan argumen bahwa meskipun elit mungkin memiliki niat baik, mereka sering kali tidak memahami akar permasalahan sosial dan ekonomi yang mereka klaim ingin perbaiki. Selain itu, mereka juga jarang mempertanyakan peran sistem yang memperkaya mereka dalam menciptakan ketidaksetaraan dan ketidakadilan yang ada.
Giridharadas menyoroti hubungan antara perusahaan besar, yayasan filantropi, dan pemerintah, yang seringkali saling berkaitan dan menciptakan sistem yang menguntungkan mereka sendiri. Ia juga menunjukkan bagaimana upaya mereka dalam mencapai perubahan sosial sering kali hanya memperkuat status quo dan tidak mengganggu kepentingan mereka sendiri.
Secara rapi Giridharadas mendorong para pembaca untuk lebih kritis terhadap narasi yang diberikan oleh para elite dan mengajukan pertanyaan yang sulit tentang peran kekayaan dan kekuasaan dalam masyarakat. Ia menekankan pentingnya mendengarkan suara-suara yang terpinggirkan dan mendukung perubahan yang benar-benar mengatasi akar masalah sosial dan ekonomi.
"Winners Take All" adalah sebuah buku yang menggugah dan mengajak pembaca untuk melihat dunia dengan kritis, menantang narasi yang dominan, dan mengedepankan keadilan yang sejati. Buku ini merangsang diskusi tentang perubahan sosial yang berkelanjutan dan peran yang seharusnya dimainkan oleh mereka yang memiliki kekuasaan dan sumber daya dalam mencapai tujuan tersebut.
3 notes · View notes
meng-u-las · 1 year
Text
Review Film - Mirai no Mirai (2018)
youtube
Sebelumnya saya sempat mengulas buku dengan judul serupa disini, kali ini yang akan saya coba ulas adalah Anime atau versi film-nya. Sebelumnya tidak asing kita mendengar, film tidak sesuai ekspektasi atau imajinasi para pembaca buku, tapi untuk film ini saya merasakan yang sebaliknya, Film ini melebihi Imajinasi saya (atau memang imajinasi saya dibawah rata-rata), benar-benar memberikan perspektif yang jauh lebih luas dan mendalam, apalagi style anime jepang belakangan ini memang semakin detail, memang menjadi keterbatasan pembaca novel ketika harus membayangkan suasana kota di Jepang ataupun bentuk bangunan disana, kebetulan di cerita ini kita melihat sosok ayah-nya yang seorang arsitek, meskipun di buku digambarkan dengan sangat baik, lagi-lagi imajinasi pasti terbatas dengan pengalaman kita, sehingga begitu melihat film ini, seperti mendapatkan perspektif baru dan sekaligus memanjakan mata, karena animasi-nya sendiri sangat baik.
Secara cerita memang tidak ada yang berbeda dari versi buku, namun melalui versi animasi ini, saya jujur mendapatkan beberapa detail yang terlewat pada saat membaca versi buku-nya. Ada beberapa quote yang asik untuk dikutip juga
"There's a first time for Everything" atau "Selalu ada yang pertama untuk segala hal"
"Small things like that added up, to make us what we are Now" atau "Hal-hal kecil (seperti itu), yang membuat kita seperti saat ini"
seharusnya quote-quote seperti itu bisa didapatkan di dalam buku, tapi entah kenapa pada saat menyaksikan anime-nya baru berasa getarannya.
Hal-hal lain dalam anime ini yang saya dapatkan dengan perspektif baru adalah bagaimana kita ini sebagai manusia bila akhirnya menjadi orang tua, pasti memiliki gambaran ideal akan menjadi seperti apa, tapi terkadang sulit sekali mencapai kondisi ideal tersebut, misal nya saja, tiba-tiba anak kita tidak bisa diatur dan benar-benar keras kepala, sebagai orang tua tentu reaksi alami adalah jengkel dan marah, tapi melalui film ini kita mendapat sudut pandang baru, bahwa semua pasti memiliki tahapannya, dalam hidup bisa jadi waktu kita anak-anak memiliki sifat yang sama, bagaimanapun si anak itu mewarisi hal-hal dari orang tua-nya, tapi disatu sisi, film ini mengajarkan kita sisi humanis menjadi orang tua, tidak pernah ada orang yang sempurna, selalu saja ada hal yang tidak bisa kita kendalikan yang menjauhkan kita dari kata sempurna, tapi justru itulah hidup ini, bahkan untuk menjadi bahagia tidaklah perlu sempurna. Hal-hal kecil dalam hidup, terutama dalam perkembangan diri kita sebagai individu ataupun perkembangan anggota keluarga kita, seperti contohnya perkembangan anak, itu layak untuk dirayakan, karena memang setiap momen dalam hidup ini tidak akan pernah terulang. Dan apapun yang kita lakukan hari ini, itulah yang sedikit demi sedikit membentuk diri kita di masa depan.
Film atau Anime ini menyajikan drama keluarga yang hangat sekaligus menambahkan unsur science fiction di dalamnya dan disajikan dengan grafis dan efek yang menarik untuk disaksikan, nah untuk menyaksikannya, pembaca sekalian bisa menyaksikannya melalui platform Vidio atau Netflix (cuma untuk Netflix sepertinya tergantung regionnya).
Selamat menyaksikan!
4 notes · View notes
kesacamelya · 2 years
Text
Bicara Tentang Pernikahan #4
Awal nulis "Bicara Tentang Pernikahan" ga ada rencana akan jadi tulisan bersambung. Maklum, aku sendiri belum menjalaninya, jadi masih sebatas teori-teori atau hasil pengamatan dari pernikahan orang-orang terdekat. Hari ini, tidak sengaja membaca dua tulisan dari orang yang kukenal tentang pernikahan mereka, intinya sama-sama tentang cara berdamai dengan pasangan masing-masing. Setelah membaca dua tulisan tersebut, aku menyadari kembali memang menulis itu untuk mengalirkan rasa dan juga sebagai pengingat. Sebagaimana tulisan-tulisanku yang lain, aku menulis tentang pernikahan ini sebagai pengingat ketika nanti aku sudah menjalaninya, insya Allah.
Aku bukan berasal dari keluarga yang melarang anaknya berpacaran. Bahkan dulu mama memberi saran kepadaku untuk punya tiga orang pacar, alasannya sederhana, supaya tiap kali makan ada yang bayarin haha. Namun, sependek yang mampu aku ingat, sejak dulu, konsep berpacaran tidak pernah masuk dalam kamusku. Bahkan ketika sempat dekat dengan beberapa teman laki-laki, rasanya aneh membayangkan harus menjalin "sebuah hubungan" yang menurutku banyak menuntut untuk "selalu ada".
Tahun 2015, pertama kali "menikah" terlintas di pikiranku. Waktu itu usiaku masih 20 tahun. Aku bahkan sempat bilang dengan teman dekatku, kalau ada yang serius untuk berproses denganku, aku insya Allah bersedia. Waktu itu, aku kira aku akan masuk ke dalam kloter awal yang menikah di antara teman-teman seangkatanku. Qadarullah, delapan tahun berselang, aku masih sendiri.
Setelah ku ingat kembali, delapan tahun yang lalu, aku tidak punya persiapan apa-apa, selain bayangan kalau pernikahanku harus menjadi pernikahan yang strategis. Karena menikah untukku berarti siap untuk membangun peradaban. Hanya bermodal ikut kajian lepas pra-nikah di masjid kampus, setelah kupikir kembali, rasanya tidak cukup untuk menjalani visi pernikahan yang melampaui ruang dan waktu.
Di tahun 2018, aku memutuskan untuk mendaftar kelas di Institut Ibu Profesional. Aku tertarik untuk belajar parenting, padahal belum menikah haha. Sebuah keputusan yang sampai sekarang selalu aku syukuri. Waktu itu, aku bisa dibilang anak bawang di angkatanku karena belum menikah dan masih muda. Ikut IIP tidak hanya menambah wawasanku tentang parenting, namun juga tentang pernikahan.
Aku jadi tahu bagaimana struggle-nya ibu-ibu yang harus bekerja di ranah publik sembari mengurus anak, belum lagi ditambah suara-suara sumbang di sekelilingnya. Mengetahui bagaimana dikotomi ibu bekerja di ranah publik dan di ranah domestik, jadi lebih bisa menghargai kedua pilihan tersebut. Jadi tahu juga permasalahan yang mungkin terjadi di pernikahan, misal konflik dengan mertua, harus menjalani pernikahan jarak jauh dengan suami, terpaksa jadi single parent, dan masih banyak lainnya. Membaca curhatan teman-teman di grup agar bisa "tetap waras" dalam menjalani peran sebagai istri dan ibu, membuatku menyadari betapa pentingnya peran suami sebagai support system terbaik.
Tahun demi tahun berlalu, setelah mengikuti berbagai kelas pranikah, berdiskusi dengan teman-teman yang sudah ataupun yang belum menikah, membaca buku, dan persiapan lainnya, pandanganku tentang pernikahan dan kriteria suami idaman semakin "sederhana." Pernikahan strategis di bayanganku saat ini adalah bagaimana bisa lebih dekat dengan masyarakat, seperti bisa aktif di kegiatan-kegiatan sekitar rumah atau mengaktifkan kembali karang taruna. Bisa juga dengan jadi guru mengaji anak-anak kecil setiap sore. Membuat lingkungan sekitar menjadi lebih baik lagi. Sedangkan kriteria suami idamanku (selain se-visi, shalih dan mushlih) adalah yang mau menerimaku dan keluargaku, bisa diajak diskusi apa saja (mulai dari hal-hal serius sampai receh), dan yang paling penting mau bertumbuh bersamaku. Ya Allah, maafin kesa banyak maunya :")
Bismillah dulu, siapa tau habis ini ketemu di Masjid Nabawi atau Masjidil Haram kan :")
3 notes · View notes
ifreakingloveroyals · 2 years
Photo
Tumblr media
9 April 2018 | Prince Charles, Prince of Wales is greeted by local students as he departs the Buku-Larrnggay Centre in Gove, Australia. The Prince of Wales and Duchess of Cornwall are on a seven-day tour of Australia, visiting Queensland and the Northern Territory. (c) Brook Mitchell/Getty Images
2 notes · View notes
fikarhma · 2 years
Text
Tumblr media
Aku punya cerita, tentang pertemuanku dan dia. Pelengkap hidupku, pewarna ceritaku, pemanis perjalananku. Kadang masih suka amaze sama waktunya, situasinya, caranya, pokonya kombinasi cerita yang Allah buat terasa sangat pas. Kayak “kok bisa ya?”.
Tumblr media
Berawal dari lembaran kertas lusuh, berisi harapan “tahun 2023 di umur fika yang ke-25, dia punya suami”. Iseng kutulis saat masih dibangku kuliah tahun 2018. Setelah melalui puluhan kesedihan, penyesalan, kebosanan dalam hidup selama 2 tahun, satu-persatu mimpiku tercapai. Memiliki pekerjaan yang sesuai passion, kerja di gedung tinggi Jakarta, yang biasanya pekerjanya minum kopi tiap pagi haha. Alhamdulillah gak pernah kecewa sama cerita yang Allah bikin untuk aku. Dibalik cerita pilu, ada pelangi yang membuka lembaran cerita baru yang In Sya Allah berujung bahagia. Aamiin…
Bulan-bulan berlalu, aku merasa butuh seseorang untuk sharing, bertukar cerita dan pikiran, juga sebagai partner perjalanan panjangku. Aku tidak pernah putus asa untuk meminta kepada-Nya seseorang yang sangat pas untukku. Gak peduli dibilang seleranya ketinggian, terlalu ideal, terlalu percaya diri. Ya pokonya yang penting aku tetap fokus meningkatkan value diriku dan sabar, tidak terburu-buru.
Alhasil bulan-bulan berlalu, seseorang ini yang sedari awal ngga kenal diriku sama sekali ternyata kita punya interest yang sama, cara pandang yang sama, dan bahkan 85% sesuai dengan ciri-ciri suami ideal menurutku. Hanya terhitung 6 bulan kita berkomitmen untuk melanjutkan ke jenjang pernikahan. Banyak orang yang kaget sih kayak “kok cepet banget?”, “kamu masih muda”, “emang udah yakin?”, saking sayangnya sama diriku kali yaa hehe. Entah kenapa kalau diibaratkan grafik, kurva keyakinanku selalu naik. In Sya Allah. Semoga ini adalah pilihan Allah, pilihan yang tepat untukku. Aamiin.
Menjelang pernikahan kata orang pasti ada aja rintangannya, betul sekali. Huru-hara diskusi acara pernikahan, masa lalu yang mengacaukan perasaan, miskomunikasi internal, belum lagi drama kerjaan. Capek iya, pernah pengen nyerah iya. Tapi yang namanya hidup pasti selalu ada up and down -nya kan? Itulah yang sampai saat ini membuatku bertahan. Terbantu juga sama karakter dia yang super super super melengkapi aku. Dipikir-pikir nemu dia aja ibarat nemu jarum dibalik jerami kali ya haha.
One month to go, hari H pernikahan aku dan dia. Kuharap tulisan ini bisa menjadi pre-story bahagia kami. Ceritaku ini semoga menyadarkan teman-teman yang baca bahwa Allah adalah penulis cerita terbaik. Sebuah buku ngga mungkin tentang masalah terus, pun tentang bahagia terus. Kombinasi keduanya menciptakan bumbu-bumbu cerita yang indah dan bermakna bagi pembaca. Doakan kelancaran pernikahan kami ya teman <3
Love,
Fika
5 notes · View notes
critcit · 2 years
Text
Menggulung Kaset Rusak
"Diagnosis dysthymia diberikan kalau dalam kurun waktu minimal dua tahun kamu merasa low terus dan susah buat merasa bahagia," psikiater itu menjelaskan kenapa diagnosis awalku yang diduga dysthymia berubah menjadi mixed anxiety and depressive disorder. Sementara ia menjelaslan, pikiranku mencari-cari kapan terakhir kali aku merasa sangat bahagia.
"Selain itu, dysthymia itu susah merasa sedih. Jadi kondisinya di tengah-tengah antara low banget sama normal atau ngerasa biasa aja. Kamu masih merasa sedih kan kalau denger kabar buruk atau sejenisnya?" Tanyanya. Aku mengangguk dan lagi-lagi pikiranku menjelajah kapan dan kejadian terakhir apa yang paling membuatku sedih.
Kalau diingat, dalam kurun waktu 2020 (bahkan mungkin 2018 atau 2017) sampai 2022 ini banyak kejadian yang cukup berdampak buatku dan aku tak pernah punya cukup waktu untuk membiarkan diriku memproses semuanya. Untuk sekadar bercerita pun, aku kadang bingung mesti bercerita kepada siapa. Akhirnya aku membiarkan semuanya tertumpuk, terlupakan, dan memenuhi halaman belakang ingatanku. Sialnya, tentu, setiap kali ada kejadian yang memaksaku mengunjungi halaman belakang ingatanku, semua kejadian itu terlihat: menggunung, semakin besar, dan membuat kewalahan.
Di sesi-sesi terakhir dengan psikolog di Prambanan, aku sampai pada kesimpulan, "Ternyata aku memang banyak memendam emosi ya," dan psikolog itu mengiyakan.
"Bercerita itu juga bagian dari terapi. Mungkin akan melelahkan dan akan sulit lagi buatmu mengulang cerita ini ke psikolog baru nantinya, tapi ini bagian dari usaha menuju kesembuhan," kurang-lebih begitu ucapnya waktu ia mengabari akan berhenti praktik.
Jumat kemarin, aku menemui psikolog baru di Demangan lewat rekomendasi psikiaterku. Psikolog ini praktik di puskesmas--dan yang membedakan adalah sesi konsultasinya yang lebih singkat: 30 menit (sebab pasien yang lebih banyak), dibanding sebelumnya yang bisa sampai 2 jam. Pertemuan awal kemarin berjalan cukup lancar. Aku mengulang sebagian ceritaku dan bebannya berkurang; ceritaku lebih lancar.
"Jadi, kira-kira penyebab awal kondisimu ini apa?" Tanya psikolog itu.
Aku menghela napas dan bergumam, "Udah berapa kali ya saya cerita soal ini," lalu dilanjut menceritakan hal yang itu-itu lagi. Tentu aku baru menceritakan poin besar dan belum sampai beberapa detail karena waktu konsultasinya yang singkat, tapi selain itu, aku masih belum yakin dengan psikolog baru ini--kecenderungan yang selalu aku miliki dengan orang baru, apalagi kalau soal hal-hal personal.
"Saya kasih tugas, ya. Coba journaling. Catat setiap emosi, waktunya, apa dan siapa penyebabnya, dan bagaimana itu mempengaruhimu. Menulis apa yang kamu rasakan itu membangun awareness dan itu juga bagian dari terapi," ucap psikolog itu di akhir sesi pertama kemarin, "Kita ketemu dua minggu lagi".
Tugas journaling itu tentu belum aku lakukan sebab aku merasa perlu punya buku khusus (yang belum kubeli) dan belakangan aku sedang menghadapi banyak hal. Dosis obatku bertambah, tapi dengan obat atau tanpa obat rasanya sama saja. Aku menyimpulkan kalau obat memang membantuku, tapi kalau pada dasarnya pikiranku tidak tenang ya bagaimana lagi?
Bercerita, terutama lewat tulisan, bagiku memang bisa jadi outlet untuk perasaanku, tapi beberapa tahun belakangan aku kehilangan kemampuan dan kemauan untuk menulis itu sendiri, apalagi membagikan perasaanku (memang indikasi depresi ya?). Menuliskan semua ini di sini pun tidak mudah. Aku dipenuhi keraguan dan ketakutan yang entah apa.
Aku jadi ingat di sekitar paruh kedua tahun 2020 aku menemukan kepercayaan pada beberapa orang dan seperti kaset rusak, aku mulai menceritakan hal yang itu-itu lagi pada orang-orang yang berbeda. Hal seperti itu terjadi beberapa kali sebelum dan sesudah 2020 dan perasaanku tetap sama: aku takut ceritaku yang berulang itu membosankan. Aku takut orang-orang lelah dengan ceritaku.
Aku ingat pernah menulis di catatan: "Pada usia berapa kita menjadi kaset rusak?" Setelah melihat sebuah twit dari seseorang yang kukenal. Eventually, kita semua akan menjadi kaset rusak bukan? Sebab itu juga orang-orang tua gemar menceritakan masa mudanya, para pekerja senang bercerita tentang pencapaiannya di masa kuliah, para senior senang menceritakan dan membandingkan perjuangannya menghadapi perploncoan kepada para juniornya, mahasiswa baru senang menceritakan betapa menyenangkan masa remaja mereka, remaja yang mulai tertekan dengan pilihan masa depan mulai menceritakan masa kecil mereka yang isinya cuma bermain dan tak perlu mencemaskan masa depan. Kemudian, seperti umumnya kaset yang rusak, kadang yang dibutuhkan memang cuma pulpen untuk menggulung ulang kaset tersebut--mudah-mudahan memang semudah itu, ya.
5 notes · View notes