Calon Idaman
“Din, calon suami idaman kamu seperti apa?”
Setelah kisahnya viral di segala jagad sosmed beberapa hari lalu. Dinda Hauw yang ternyata dianggap uwu itu berhasil membuat ku berpikir jauh kedepan. Siapa ya yang nanti akan menanyakanku pertanyaan itu padaku? teman dekatku kah? teman sekolah? teman kuliah? teman kerja? atau bahkan orang yang belum pernah aku kenal sama sekali...
Kalau Dinda Hauw menetapkan yang paham agama, bertanggung jawab dan berwawasan luas untuk menjadi kriteria nya, akupun dibuat berpikir sejenak seperti apa calon suami versi Dinda TB(?)
Hampir sama dengan Dinda Hauw dengan beberapa kriteria tambahan pesanan ibu, gapapa muluk-muluk, kan idaman. Idaman itu artinya harapan, ingin yang seperti itu. Walaupun pada prakteknya kita akan cenderung memaklumi kriteria idaman yang belum dimiliki seutuhnya...
Kalau katanya menikah itu proses ibadah dan belajar seumur hidup, kata idaman nggak ada apa-apanya saat kita dibuat jatuh cinta pada seseorang tanpa alasan. Walaupun mungkin dia masih amat jauh dari definisi idaman itu sendiri...
Aku masih percaya kalau rasa kecenderungan pada seseorang itu tetap karunia besar dari Sang Pencipta, kita nggak bisa meminta untuk dijatuhkan pada siapa. Seringnya tiba-tiba dan tanpa alasan. Begitu pula untuk yang datang kelak, aku rasa dia nggak mungkin mendatangiku kalau dia tidak dibekali dengan sesuatu yang aku idam-idamkan. Mustahil rasanya jika orang itu jadi jodohku tapi aku tidak punya kapasitas untuk melengkapi apa yang aku sebut idaman...
Untuk calonku (nggak tau siapa), kalau kamu baca ini, rasanya tidak penting apakah kamu idaman buatku atau tidak. Kamu cukup memilikinya sebagian dan tidak perlu jadi idaman. Biar sisanya aku lengkapi, dan apabila aku tidak memilikinya, mari kita cari serta bangun sama-sama...
2 notes
·
View notes
Jika tujuanmu keseriusan hubungan bukan sekadar pacaran saja, maka kriteria ini harus ada pada pasanganmu. Kenapa penting? Hubungan yang sehat dan langgeng berawal dari persahabatan yang baik.
Karena komunikasi yang baik dan sehat merupakan kunci hubungan yang langgeng. Salah satu indikator komunikasi yang baik dan sehat adalah kemudahan untuk saling berbagi cerita satu sama lain (kejujuran dan keterbukaan dalam mendengarkan keluh kesah pasangan).
Jika dia nggak bisa berkomunikasi sama kamu. Ada kemungkinan hubunganmu akan berubah jadi nggak menyehatkan. Apa contohnya?
Dia jadi suka menyalahkan dia atas apa yang terjadi dalam hubungannya,
Suka ngedrama dengan menceritakan masalah hubungannya di media sosial,
Nggak dapat ketenangan dalam hubungannya. Akhirnya dia mencari di luar, seperti berselingkuh,
Setelah menikah dia akan kesulitan berkomunikasi sama kamu,
Kesulitan berkomunikasi sama pasangan, berefek juga sulit berkomunikasi sama anak khususnya yang berusia 8 tahun ke atas.
1 note
·
View note
Duhai, Calon Suami #resumebuku
Semalam atau tadi ya..aku mimpi punya suami dan dia lagi berdebat dalam sebuah peradilan, yang memungkinkannya turut menjadi tersangka. Aku hanya menungguinya dari dalam rumah, karna itu pintanya. Kemudian, ada suatu hal yang mengharuskanku keluar, anehnya aku mencari badak mungil, buat apa coba wehhhh. Aku mencarinya hingga petang dengan 3 temanku. Saat semakin larut aku sadar harus pulang, ada kewajiban yang aku tinggalkan, bersama 1 temanku aku berjalan kaki pulang. Padahal jaraknya jauh, biasanya harus naik kereta. Anehnya di mimpi perjalanan sangat cepat dan ngga cape sama sekali. Sesampainya di kota, atmosfer kota memanas, ada perubahan hasil keputusan peradilan, orang-orang yang kupercayai rupanya membelot. Aku buru-buru pulang, tapi tidak kunjung sampai, kota teramat riuh. Sayangnya sebelum sampai rumah dan menemui suamiku, aku terbangun... Ahhh gantung banget mimpinya!
Lalu, siang ini aku buka iPusnas lagi. Dan tiba-tiba di beranda muncul buku dengan kover hijau, dengan sekian ratus antrian. Mungkin takdir memang seunik itu, ngga disangka tersisa 1 copy buku! Dalam hitungan menit aku sudah menyelesaikannya dan sekarang akan mengulasnya. Here we go! Bismillah...
“Dan dari segala sesuatu, Kami ciptakan berpasang-pasangan supaya kami mengingat akan kebesaran Allah” (QS Al-Dzariyat [51]: 49).
1. Bagaimana sholat dan ibadahnya
Kriteria pertama apakah sholat 5 waktu jamaah di masjid? Ini adalah ukuran paling sederhana ketaatan seorang pria, dan para wanita perlu yakini itu!
Ini pertanyaan penting dan utama, namun jangan bedmaksud untuk menjelekkan apabila jawaban kurang sesuai ekspektasi. Tugas perempuan hanya bertanya atau tinggalkan pada proses ta'aruf. Cek Q.S Ali-Imron (3):102, calon suami tentu haruslah Islam karna tuntutan kita semua mati dalam keadaan berislam. Jadi, sah sah aja tanya gimana hubungannya sama Allah, zakatnya, puasanya, apakah dia bisa menjadi imam.
2. Apakah tahu tanggungjawab sebagai suami?
Tanggung jawab yang dimaksud meliputi mendidik keluarga dengan pemahaman agama, memberi nafkah, melindungi keluarga, memberikan tempat tinggal yang layak, bersikap tegas, dan lain-lain. Cewe cewe kudu kritis nih mencari tahu pemahaman calonnya kelak sebagai suami, ayah, dan kepala rumah tangga. Tugas pokok suami tentu meluruskan akidah keluarganya, sebagaimana pada surat At-Tahrim ayat 6.
3. Apa pekerjaan dan seberapa besar pendapatannya?
wei ini bukan berarti cewe matre, karna cewe juga musti materialistik agar misa menjadi pengelola keuangan keluarga, bisa ngertiin kondisi keluarga ke depan akan seperti apa. Penting juga tahu asal usul uang, agar mampu menilai kehalalan nafkah keluarga. Kalau jawabannya berbelit-belit, ngga jelas darimana pendapatannya, lebih baik ditinggalkan aja caw~ bisa di cek di surah Al-Baqarah ayat 2 dan 228.
Selain itu perlu paham mental calon suami soal nafkah, jangan sampai malah menjatuhkan harga diri dengan sering pinjam orangtua, boleh sih pinjam, tapi tidaklah setiap saat.
4. Setelah nikah tinggal dimana
Kalau menurut di buku, kebanyakan istri mau sama orru dulu sambil merawat ortu, kalau suami ingin mandiri di rumah atau kontrakan sendiri.
Waw, aku justru kebalikannya, aku pengen segera mandiri~
5. Apa visi dan misi keluarga
Jawabannya jangan sampai normatif, nikah hanya untuk ibadah tanpa tahu esensinya. Harus bisa jelasin dengan jelas dan tegas. Selan visi agama, ada juga visi fisik, misal investasi rumah, berhaji, dan lain-lain.
6. Siapkah belajar hal baru dan setia
Pasangan bakalan nunjukin sifat aslinya saat udah nikah, bakalan adaaa aja yang baru setiap harinya. Masalah sepele kaya kebiasaan tidur, nonton TV, jam biologis, bisa jadi konflik besar kalau ngga saling belajar memahami. Diibaratkan pernikahan selayaknya mendaki gunung, menanjak bersama-sama, menikmati pemandangan bersama-sama.
Di buku ini ngga dijelaskan pertanyaan secara spesifik, hanya gimana nanti mempelajari hal baru, dari ku dan dari keluargaku? Apakah sanggup memegang teguh janji setia?
Oh ya baca juga surat An-Nur ayat 30.
7. Siapkah menjadi seorang Ayah?
Ada nasihat pengingat bagus nih: “Ada kebahagiaan yang hanya bisa dirasakan orangtua, yaitu menjadi ayah dari anakanaknya. Di saat berinteraksi dan bermain bersama anak, itulah kebahagiaan hakiki yang tidak akan pernah terulang sampai kapan pun.”
Kalau jawabannya tegas bisa diartikan memany sudah siap, jika cuek ya mungkin engga.
8. Siapkah menjalani kesulitan
Nah, pertanyaan ini sebenernya agak sulit juga buat yang cewe hoho. Tapi ngga ada salahnya buat ditanyakan juga.
Hakikat pernikahan adalah hidup bersama. Artinya, apa pun kondisi keluarga harus tetap dihadapi bersama dan dinikmati berdua. Bagaimana akan membangun harmonisasi keluarga yang utuh jika salah satu pasangan tidak mendukung.
9. Jika bertengkar apa solusinya?
Ada kisah menarik dari sahabat Rasulullah SAW, yaitu Umar bin khattab. Yang tertunduk dan diam saat dimarahi istrinya, padahal beliau terkenal garang dan ganas di medan pertempuran. Setelah amarah istrinya reda, dia baru bicara. Bijak yak, bukan suami takut istri tapi!
Rasulullah Saw. pernah ditanya oleh sahabat, ”Apakah hak istri atas suami?” Maka, beliau bersabda, “Jika kamu makan berilah dia makan, bila kamu berpakaian berilah dia pakaian, jangan memukul bagian wajah, jangan mencela dan janganlah kamu mendiamkan, kecuali di rumah saja” (HR Ahmad, Tirmizi, dan Ibnu Majah).
Penting banget tau tabiat calon saat marah, supaya ngga kejadian kdrt. Ngga mau kan? Naudzubillah.
10. Siapkah menerima kekuranganku?
Bisa ngga ya doi sabar sama kekuranganku?
Landasan berumah tangga adalah saling menerima pasangan, kalau di surah Al-Baqarah ayat 187 diibaratkan pakaian. Loh kok pakaian?
.
Sebenernya penasaran boleh ngga sih kasih tau 1 atau 2 kekurangan diri secara emosional—bukan fisik.
Fungsi pakaian yaitu untuk menutup aurat, begitu juga sepasang suami-istri harus menjaga aib masing-masing. Mereka tidak boleh mengumbarkannya pada orang lain. Namun, harus saling menutupi dan melengkapi kekurangan-kekurangan sesama pasangan. Jadi, jangan sampai kalau marah diumbar ke ortu, tetangga, apalagi sosmed. Lebih baik dirundingkan berdua dulu~
Hoho.
Yaps sekian resumenya huehehe. Semoga bermanfaat~
#resumebuku #iPusnas #nikah #calonsuami
0 notes
Tentang dia yang dikirim oleh DIA
Entah seperti apa ciri-cirinya.
cowok cakep banget, ah biasa saja, atau iuwhh jelek banget sih
haha, aku masih burem, tak terlihat
aku tak mengerti tanda-tandanya
duhai Maha Penyayang
kirimkan “dia” seseorang yang nanti nya akan menyayangi ku
kirimkan “dia” pada waktu yang tepat
aku bukan pesyair yg mampu mengindah kan kata-kata pinta
tapi Engkau lah Yang Maha Tau
ya ALLAH , ya Rabbi pemilik seluruh bumi, dan arsy Nya
Engkau Yang Maha Melihat
hamba terpilih mana yang bisa menemai sifat-sifatku ini
bisa mengerti kurang dan jelekku ini
Tolong aku ya Allah
Bantu aku ya Allah
buat lah “dia” menjadi lebih baik bersamaku
dan aku menjadi lebih baik bersama “dia”
dia yang sangat mencintai-MU ya Rabb
Sekiranya 1,2 tahun ini menanti
maka izinkan waktu tungguku digunakan untuk hal-hal positif
untuk hal-hal baik, dan hijrah serta istiqomah di jalan MU ya Allah
0 notes