Tumgik
#ceritapribadi
arachathora · 3 years
Text
Malam minggu yang tak kelabu.
Tumblr media
Sabtu malam minggu.
Hari ini tidak kelabu seperti biasanya.
Dimulai dengan begadang hingga matahari terbit, untuk memakan sepiring lengko di pagi hari. #Takutbangunsiang.
Sedikit demi sedikit, matahari pun menyinari daratan.
Menatap jalanan yang masih disertai kabut, Menunggu gerobak lengko yang melintas di depan rumah. untuk setiap harinya. 
Rasa lapar yang kutahan sejak dini hari untuk menunggu makanan kesukaanku. 
Setelah menunggu lama, akhirnya gerobak itu pun tiba.  Gerobak yang di dorong dengan menggunakan tenaga manusia, yang berisi berbagai lauk di dalamnya. 
Serasa gerobak itu menyelamatkan perutku yang kosong ini.
Memperhatikan gerobak itu parkir di tempat biasa dia berjualan. Bapak dan Ibu itu lalu bergegas menyiapkan meja dan kursi untuk siap melayani orang - orang yang ingin membeli makanannya. 
Bergegas menyiapkan uang untuk membeli lengko!
Membeli lengko dengan harga 5000 Rupiah, yang berisi setumpuk nasi yang disertai timun, toge, tahu, tempe, kucai, kecap dan bumbu kacang. Itu adalah makanan yang sederhana yang selalu ku nikmati pagi hari. #bikinkenyang.
Sangatlah murah dan Sederhana bukan? Walaupun tidak istimewa tapi aku sangat menikmatinya.
Setelah makan lengko selesai, aku menyadari bahwa hari ini adalah sabtu malam minggu. Seketika aku berfikir, emang ada apa ya? HAHA
Lalu aku tiba - tiba penasaran dengan hal “Sabtu malam minggu”.
Tumblr media
Membuka laptopku untuk mencari tau apa arti dari “Sabtu malam minggu” untuk kehidupan masa remaja di umurku 23 tahun.
Sabtu malam minggu menurut banyak orang adalah hari yang penuh kebersamaan untuk menghilangkan lelah dan penatnya bekerja.
Setelah membaca hal itu, aku merasa bingung. Bersama siapakah aku merasakan kebersamaan sabtu malam mingguku ini? 
Sedikit pertanyaan untuk hari ini.
Apakah aku harus mengajak seseorang untuk menemani sabtu malam mingguku? agar tidak menjadi malam minggu yang berwarna hitam dan putih. Sepertinya. 
Rasa sabtu malam minggu sedikit menghantuiku. Sepertinya lebih baik aku tidur dari pada memikirkan hal itu.
Pukul 10.35, seseorang mengabariku dan berkata:
“Ayuk bermalam minggu, jemput aku nanti pukul 14.00.”
Dipikiranku, “aku belum tidur dari semalam, bagaimana jika aku tertidur pulas dan tidak terbangun?” 
Lalu aku menjawab:
“ hah, mau kemana aja emang hari ini?” 
Seseorang itu berkata:
“Terserah, aku ngikut aja.”
Udah mengajak tapi terserah. Sedikit kesal dengan jawabannya.
Lalu aku berkata:
“Yaudah temenin aku ke gramedia untuk mencari buku yang inginku baca.”
seseorang itu pun menjawab:
 “Okayyy. “ 
Dan aku bilang padanya 
“ telfon aku jam 1 siang ya.” 
Seketika seseorang itu sadar bahwa diriku belum tidur dari semalam, dan seseorang itu berkata:
“ GILAK, cepet tidur enggak! SEKARANG!”
Akupun bergegas tidur dan memasang alarm setiap menitnya.
Tumblr media
Setelah tertidur pulas... akupun terbangun pukul 15.01. 
Aku sedikit panik dengan waktu, karena aku kesiangan dari jam yang sudah di tentukan. 
Hallo? dimana? aku baru bangun.
Aku masih di kantor huhu, mau jadi? yaudah kesini aja kalo mau.
Iya jadi juga gapapa kok, masih banyak pekerjaannya?
Tiba tiba seseorang itu berkata :
Aku sudah di rumah sekarang.
Bergegas mandi dan siap - siap untuk terbang ke lokasi. fiuwwww 
Tumblr media
Keberangkatan menuju lokasi yang berjarak 28.3 km dari rumahku, perjalanan dengan waktu tempuh 30 menit.
Cuaca sore hari itu membuatku sedikit menikmati jarak tempuh suatu perjalanannya. 
Banyaknya pohon rindang sebelah kiri dan kanan jalan. Membuatku tenang di setiap perjalanan, apalagi ada pemandangan sawahnya. Rasanya damai sekali, sore itu. 
Menikmati jalan yang jauh dari kata macet dengan kecepatan kurang lebih 30 - 50 km/jam. 
Setelah menempuh perjalan itu, lalu aku bertemu dengannya. 
Bertemu di pinggir jalan raya yang merupakan jalan utama mobil dan motor melintas.
Dan kata yang pertama dari seseorang itu terucap adalah “aku siap, bermalam minggu!.” Mendengar hal itu kami pun tertawa lepas.
Kota yang cukup ramai dan banyak kendaraan yang melintas seperti jalan lintas kota. Kota yang jauh dari kata maju, kota tanpa adanya gedung bertingkat. Kota tradisional yang merupakan kawasan pertanian, kemudian kota itu berkembang menjadi kawasan industri dan bisnis. Kota apakah itu?
Merespon kata yang terucap di awal bertemu, aku menjawab:
Sudah siap bermalam minggu di kota penuh dengan hal yang baru?
SIAP, PILOT!
OKE KITA MELUNCUR! JANGAN LUPA SABUK PENGAMANNYA! 
Tumblr media
Sabtu malam minggu tak kelabu.
Diawali perjalanan dengan sebuah lagu yang aku rekomendasikan kepadanya. 
Gamaband - Mine
Pergi menuju gramedia sebagai tujuan utama kita, untuk membaca atau membeli buku dan mencari referensi kata - kata yang indah untukku tulis di setiap cerita yang ingin aku buat selanjutnya. 
Malah dia yang membeli buku.
Setelah itu, kami membeli makan di sebuah tempat makan yang pintu masuknya terdapat kata “manjing” dan “metu”.
Membeli dua tipe makanan yang berbeda dan dua tipe minuman yang berbeda.
Untuk melengkapi salah satu kata dari arti sabtu malam minggu yang berada di internet. 
Dan yang terakhir. Di akhiri dengan, mengelilingi kota yang penuh cahaya kelap - kelip setiap jalan yang kita lewati. Lalu di tambah dengan setiap rasa dari sebuah lagu setiap perjalanannya.
Mengelilingi kota dengan sebuah lagu yang sudah menjadi playlist kita bersama. 
Coba kita samakan musik kita. dan Samain lagi yuk?
Tumblr media
Aku merasa Sabtu malam minggu ini tak kelabu seperti biasanya. Benar perkataan orang - orang, bahwa sabtu malam minggu sedikit memiliki arti dari kata “Kebersamaan” dengan siapa dan bersama siapa. 
Aku merasa juga sabtu malam minggu ini Sedikit berwarna. Tidak hitam dan putih seperti kelabu.
Perpisahan yang diakhiri dengan cubit pipi seperti tanda perpisahan yang sudah biasa kita lakukan. 
Setelah perpisahan itu, Karena jarak antara rumah dia menuju rumahku sedikit jauh dan karena cuaca sudah gelap, setiap perjalanannya menjadi menakutkan. Lalu dia selalu menawarkan untuk menemaniku di setiap perjalanan pulang kerumah dan ini lah perkataan dari dia sebelum menutup pintu mobil.
Nanti aku telfon yah untuk menemanimu disetiap perjalanan menuju rumah, biar kamu tidak ngantuk di perjalanan.
Iya iya boleh.
Kabarin juga kalo sudah sampai rumah.
Siapp bos!
Terimakasih sabtu malam minggunya. Sampai jumpa di lain waktu.
10 April 2021.
Source : orchestraaaa
4 notes · View notes
Text
Hallo Semua......
Semua orang punya keresahan, semua orang butuh cerita, tapi tidak semua orang dapat menceritakan keresahannya.
Disinilah gua akan bercerita tentang apa yang telah diresahkan. Keresahan tentang keluarga, teman, dan apapun hal cerita dari yang menyenangkan ataupun menyedihkan.
Hallo salam kenal. Manusia yang anda hadapi ini adalah laki-laki berumur 22 tahun. Berstatus sebagai mahasiswa yang sedang berusaha untuk meraih gelar S.Ikom di salah satu Universitas Swasta.
Remaja labil yang anda hadapi sekarang ini masih belajar apa itu jati diri menjadi seorang laki-laki di satu-satunya dalam keluarga.
Anak terakhir dari 2 bersaudara, laki-laki satu-satunya pasti ada harapahn lebih dari sebuah yang namanya tuntutan. Terkadang tuntutan bertolak belakang dengan apa yang hal kita suka. Mungkin sudah banyak terjadi bahkan hampir terjadi pada semua orang.
Maka dari itu, gua ingin berbagi cerita pengalaman hal-hal yang sudah terjadi selama 22 tahun ini dari sudut pandang laki-laki yang selalu kuat dan ceria didepan banyak orang.
Semoga dengan adanya berbgai pengalaman ini, setidaknya gua bisa mencurahkan isi hati terdalam melalui cerita yang akan gua mulai.
Salam,
Maret 2020
1 note · View note
arioagio · 3 years
Text
Sampai kapan?
Sampai kapan diri ini harus berjuang?
Sampai kapan diri ini harus bertahan?
Sampai kapan diri ini harus bersabar?
Sampai kapan, Tuhan?
Sudah berapa banyak hari kulalui dengan tangis, hingga kini belum kutemukan jawabannya. Aku sudah lelah. Aku ingin menyerah. Aku ingin berhenti untuk mencoba.
Tetapi, aku pun tersadar bahwa inilah sebuah proses. Proses yang akan membentuk diriku, mendewasakan diriku menjadi lebih kuat dan lebih baik lagi di kemudian hari.
Ya, aku percaya bahwa hidupku pasti akan bahagia nantinya.
Asalkan aku mau terus berdoa, percaya pada-Nya, dan mau berusaha, aku rasa hidupku akan baik-baik saja.
@arioagio
0 notes
sedekahkata · 7 years
Text
Saya Nggak Bisa jadi Pacarmu, Kita Sahabatan Aja
Tumblr media
Saya adalah seorang perempuan yang punya sahabat laki-laki. Laki-laki betulan, meskipun kemampuan olahraganya sedikit lamban. Laki-laki betulan yang suka perempuan. Kusebut laki-laki betulan, sebab stereotip terhadap laki-laki yang punya banyak sahabat perempuan adalah laki-laki yang sebenarnya bukan laki-laki. Semoga kamu paham maksud saya.
Saya sering makan berdua dengan sahabat saya itu. Sebut saja namanya Kunyuk. Sesungguhnya makan berdua kemudian tertawa-tawa adalah hal yang biasa kami jalani sehari-hari. Nggak hanya makan siang atau malam, kami bahkan kerap berduaan hanya untuk sahur dan makan pagi.
Suatu hari salah satu senior saya (sebut saja Yanto) memergoki kami sedang makan berdua. Saya dan Yanto nggak terlalu dekat. Kami beda fakultas. Kami kenal gara-gara sama-sama terlibat dalam satu kepanitiaan di kampus sendiri. Selama ini, Yanto kadung mengenal saya sebagai jomblowati yang terlalu malas melakoni drama pendekatan dengan lelaki. Kebersamaan saya dengan Si Kunyuk pun membuat Yanto berspekulasi. Esoknya, Yanto bertanya, “Siapa tuh yang kemarin makan berduaan sama kamu?”
Tentu saja dengan jujur saya menjawab, “Sahabat saya.”
Lucunya, saat itu mata Yanto malah menggerling sambil sok-sok menggunjing, “Yakin nih cuma sahabat?”
Spontan, jidat saya kerung. Harus banget ya saya jawab pertanyaan ini?
Tumblr media
Tiba-tiba saya membayangkan tangan saya menjulur menyalami Yanto. Kami saling menjabat selayaknya penghulu dan seorang calon suami. Kami pun berijab kabul, “Anda yakin bahwa dia hanya sahabat Anda, tidak lebih?” “Saya yakin!” “Sah?” “Sah!”
Yah, sejujunya saya juga nggak ngerti sih apa yang dimaksud dengan ‘lebih’ dari hubungan persahabatan. Pada masa jahiliyah ketika saya sempat punya pacar, saya toh tetap minta ditemani oleh sahabat perempuan saya daripada (mantan) pacar saya ketika belanja celana dalam dan ciput untuk lebaran.
Saya kira, label sahabat dalam hubungan saya dan Si Kunyuk sudah cukup jelas. Saya kira, karena hampir semua orang punya sahabat, kedekatan saya dengan Si Kunyuk menjadi hal yang wajar. Namun, sepertinya propaganda friendzone yang pernah populer gara-gara film Perahu Kertas dan Refrain masih melekat di kepala barudak hits Instagram.
Yang lebih mengherankan lagi, label ‘sahabat’ acap kali dijual murah oleh perempuan-perempuan yang berusaha menolak pernyataan cinta lelaki. Katanya sih jadi sebuah cara yang halus. Tentu saja saya nggak pernah melakukan ini, pun sahabat perempuan saya nggak ada yang melakukannya (sejauh pengamatan saya). Obral label ‘sahabat’ saya temukan di sebuah buku motivasi islami yang berisi pahit-manis pencarian jodoh sang penulis.
Dalam buku tersebut, sang penulis bercerita tentang kisah pribadinya menemukan pendamping hidup. Dalam perjalanan hidupnya, ia pernah menolak seorang lelaki dengan mengikuti saran sang ibu. Ibunya berkata, “Tolak dengan baik-baik aja. Bilang kalau kamu nggak bisa pacaran, kamu maunya sahabatan aja.”
Tumblr media
Jangan lupa, saya sudah bilang sebelumnya kalau buku tersebut adalah buku motivasi islami. Maka, kamu sah-sah saja membayangkan sang penulis adalah perempuan berkerudung lebar berkaus kaki, berperangai santun, dan nggak pernah menatap mata kalau ngobrol dengan lelaki. Sekarang, bayangkan jika perempuan itu benar-benar bersahabat dengan lelaki yang ditolaknya itu. Beliau jadi seperti saya; punya sahabat lawan jenis.
Cara saya bersahabat dengan lawan jenis nggak jauh berbeda dengan persahabatan antarperempuan. Saya dan Kunyuk sering jalan bareng, belanja bulanan bareng, nonton bareng, main ke timezone bareng, karaoke bareng, curhat soal gebetan, sampai curhat soal masalah keluarga. Kadang-kadang cuma berdua, kadang-kadang bersama sahabat-sahabat lainnya. Bedanya, (1) di depan Si Kunyuk saya nggak pernah membuka penutup kepala dan (2) berusaha sebisa mungkin nahan tangan biar nggak gampang rangkul-rangkul dia.
Oh iya, saya lupa bilang kalau saya punya kemiripan dengan si penulis buku motivasi islami: berkerudung lebar dan (kadang) berkaus kaki. Bedanya, saya versi tomboy yang kerap menjitak kepala kawan lelaki. Maka, saya tak bisa membayangkan perempuan se-akhwat beliau bisa berperilaku sama seperti saya (dalam hal bersahabat dengan lelaki). Keheranan saya dilandasi oleh tulisan-tulisan super-subhanallah beliau yang cukup memusingkan bagi seorang pembaca buku-buku Ayu Utami dan Djenar Maesa Ayu seperti saya.
Sudah bisa membayangkan bagaimana caranya perempuan seperti beliau bersahabat dengan seorang laki-laki?
Saya sih masih belum.
Terlebih lagi lelaki yang beliau ajak bersahabat itu adalah lelaki yang pernah beliau tolak cintanya. Hadeuh… sahabatan gundulmu, Mbak. Baca dulu semua istilah dalam KBBP, deh. Kamus Besar Bawa Perasaan. Belum ada sih kamusnya. Nanti saya bakal bikin ketika populasi manusia baperan di Indonesia sudah mulai berkurang.
Propaganda friendzone ini rupanya lebih mendarah daging di otak orang-orang yang punya pacar atau calon pacar atau minimal gebetan atau…. Ah, bodo amat. Buat perempuan (nyaris) kebal-romansa seperti saya, hubungan pacar maupun calon pacar toh nggak ada bedanya. Sama-sama nggak tahu cara cebok pasangan betul-betul bersih atau nggak.
Suatu waktu, saya pernah berkesempatan main ke Dunia Fantasi (Dufan) Ancol bersama Si Kunyuk dan satu sahabat perempuan, sebut saja Kucing. Selama kami bermain, Si Kunyuk kerap terlihat berkonsentrasi dengan ponselnya, terlihat siaga bertukar pesan dengan seseorang di seberang sana.
Begitu kami bertiga selesai bermain, mantan Si Kunyuk (yang sedang revisi masa pendekatan) menghubungi saya dan Si Kucing lewat pesan Instagram. Log in pakai akun Si Kunyuk pula, bukan akun pribadinya. Isinya? Bayangkan saja seperti apa isi pesan dari seorang perempuan yang nggak percaya sama sahabat perempuan pacarnya.
Pikir saya; oalah, sedari tadi Si Kunyuk sedang bertengkar dengan (mantan) pacarnya, toh. Hmmm, nggak apa-apa lah sedikit terlibat dalam drama percintaan mereka. Hiburan. Sudah terlalu sering saya menonton drama kolosal Korea, inilah saatnya menghadapi drama betulan.
Kesimpulannya, sekarang saya paham esensi menjaga hubungan dengan lawan jenis biar nggak kena fitnah. Barangkali, gunjingan-gunjingan serupa “Yakin cuma teman?” “Cuma sahabatan?” sudah lama tercatat di shiratal mustaqim jauh sebelum Adam memakan buah khuldi. Dalam agama saya, (kata buku PAI) hubungan antara lelaki dan perempuan selain dalam konteks profesional atau pekerjaan sebaiknya dihindari. Apalah saya yang menafsirkan ayat tentang ‘menundukkan pandangan dan menjaga kemaluan’ dengan ‘Kalau mau kentut mah kentut aja. Nggak usah jaim-jaim deh, kalau baper repot!’.
Buat para perempuan, catat: bersahabat dengan lelaki hanya bagi mereka yang bernyali.
© Asmi Nur Aisyah, Sukabumi 22 Oktober 2017
13 notes · View notes
ayuvandita · 6 years
Text
Mengapa dia?
Oktober 2015, aku tiba-tiba terkena limfadenopati. Iya, kelenjar getah bening pada area selangkangan. kata dokter itu bisa jadi tumor atau tuberkulosis. 2 hari setelah menginap dirumah sakit, aku harus menjalani operasi karena benjolannya yang sudah tidak wajar. Tidak ada kedua orangtua yang mendampingi karena posisi kami sedang jauh dan hanya ada pacarku disana, pacarku diintrogasi banyak sekali oleh dokter. Akhirnya, dokter memutuskan melakukan operasi dan pacarku sebagai wali/pendamping. Untuk pertama kalinya, aku harus berhadapan dengan rasa sakit yang tidak aku inginkan. Pacarku setia sekali menemaniku, memenuhi semua kebutuhanku pasca operasi. Saat operasi dokter bilang hanya memakan waktu 1 jam saja, tapi aku baru bisa keluar dari ruangan 3 jam tanpa menunggu sadar karena susah mengangkat kelenjar yang sudah sampai ketulang. Gelisahnya pacarku tak bisa dibayangkan, menampung cemas banyak orang, apalagi cemas keluargaku yang tak henti menelfonnya. Setelah seminggu lebih aku di rumah sakit, masih hanya pacarku yang ada dan tak pernah sedikitpun dia meninggalkanku, dia selalu memastikan agar aku baik-baik saja. Sibuk menyuapi makanan, minum, manggil perawat terus untuk membantuku yang waktu itu masih pipis dan bab ditempat tidur. Hasil lab keluar, aku terkena tumor dan tuberkulosis sekaligus. Aku diam. Pacarku tetap tersenyum dan bilang "kamu bisa ngelewati ini semua". Iya sampai check up selama 3 bulan dilakukan untuk menstabilkan diriku dan bekas operasiku. Ia, dia masih selalu mendampingi.
Tuberkulosis, kuhabiskan 9 bulan untuk sembuh. normalnya orang-orang menghabiskan 6 bulan untuk benar-benar sembuh. Sebulan sekali aku check up sekaligus mengambil obat. Hal paling menyiksa seumur hidupku adalah meminum obat TBC. Badan kurus, kulit berubah seperti terbakar, mudah lunglai, mual, dan selalu mengantuk. Kadang malu, kadang ragu, kadang pula bingung kenapa aku yang begini? Setiap check up, perawat mendadak memakai masker setiap bicara. Seolah penderita tuberkulosis adalah orang-orang yang menyeramkan. Aku sering sekali nangis kalau mau ambil obat. Orang-orang yang sama denganku? Ada. orang yang kena HIV/AIDS, orang yang tumor paru lalu kena tbc, macam-macam. Kata dokter yang menangani operasiku, tuberku tidak menular jika tidak berkontak fisik langsung. Untunglah, lagi-lagi saat itu cuma pacarku yang mau dekat dan menyurusku. Setelah sembuh, aku masuk rumahsakit lagi. Dilarikan dengan ambulance desa saat KKN.
2016, tepatnya di Ngantang, aku dilarikan ke rumahsakit Malang dengan ambulance karena terdapat infeksi pada ginjal dan infeksi pada saluran kencingku. Saat itu, aku hampir kehilangan nyawa kalau saja terlambat dibawa. Aku tau, ini akibat dari limfa yang pernah diangkat setahun lalu itu. Sebelumnya aku pernah ngobrol dengan salah satu dokter bedah yang paling mengerti kondisiku, "dok, kelenjarku nanti kambuh lagi ndak ya? aku takut kalau-kalau kambuh terus" terus dijawab "inshaAllah engga, tapi nanti ada beberapa organ dekat tempat kita operasi akan mengalami gangguan, tapi semoga saja gak terjadi". Dan akhirnyaaa, lagi-lagi. Aku dirawat oleh dokter penyakit dalam yang belum tau riwayatku. Lagi-lagi juga pacarku menjelaskan setiap detile riwayat penyakitku kepada para dokter disana. Berkali-kali di USG, rontgen, dan lainnya. Katanya ada batu kecil sekali di ginjalku. Aaaaaahhh rasanya mau berhenti nafas waktu itu. Capeee harus ngadepin penyakit yang dateng gak mikir-mikir. Pernah satu waktu pas habis rontgen aku nangis, terus pacarku tanya "kenapa nangis?" , aku jawab "kapan selesainya badanku sakit gini terus, minum obat terus, kesini terus aku tu bosen" terus dia bilang "habis ini sembuh kok..". Seminggu pula dirumahsakit, tanpa didampingi orangtua karena posisinya aku masih diperantauan. Lagi-lagi, ranggah si pacarku ini yang merawatku hingga aku bisa sembuh, sehat seperti sekarang.
Lalu, menurut kalian yang bertanya kenapa dia? kenapa bisa secinta itu? Bisa kalian jawab sendiri betapa baik dan bertanggungjawabnya dia. dia telah banyak mengorbankan seluruh waktunya untuk aku. perempuan yang kini ia tinggalkan karena dia terlalu lelah. aku tak marah, hanya saja merasa ada nyawa yang hilang, tujuan harapan dan impian juga mendadak sirna.
Kali ini, biar aku yang berkorban. Meskipun sendiri dan terdengar aneh. ku harap lain waktu aku akan punya banyak waktu untuk menjaga, mengurus, dan melindungi dia. Meski rasanya sakit, tapi aku bisa memaklumi semua.
Terimakasih ❤️
0 notes
rianimo · 6 years
Text
Anugerah
Hai 2019... Sudah berjalan 11 hari kita menikmati pergantian tahun. Sebagian besar orang pasti sudah membuat catatan tentang resolusi tahun ini ingin seperti apa dan bagaimana, yang jelas berharap menjadi pribadi yang lebih baik dari tahun sebelumnya, ini dan itu. Iya sama dengan saya juga membuat segudang resolusi setiap pergantian tahun, biar ada motivati mengejar sesuatu, ada juga yang melanjutkan resolusi tahun lalu yang  masih belum tercapai alias melanjutkan program selanjutnya.
Tahun ini saya menginjak usia tepat 30 tahun, nanti bulan Oktober. Tahun ini mungkin saya tidak membuat resolusi besar, yang ada rasa ingin memperbaiki diri. Mungkin itu bisa disebut resolusi juga. Kali ini bukan tentang resolusi apa yang akan saya lakukan atau kerjakan tahun ini. Lebih tepatnya saya ingin bercerita tentang pengalaman satu tahun kemarin yang saya alami, Paranormal Experience   kata orang sih gitu, beberapa hal yang terjadi selama satu tahun terakhir dan kemudian jadi hal yang cukup menarik perhatianku.
Sebenarnya dulu beberapa kali pernah disampaikan salah seorang teman, ga juga sih banyak yang udah pernah bilang kalo saya termasuk golongan anak indigo. Apasih anak indigo itu,  istilah yang digunakan untuk mendeskripsikan anak yang diyakini memiliki kemampuan atau sifat yang spesial, tidak biasa, dan bahkan supranatural., info ini aku ambil dari wikipedia yah... Tapi pastinya sudah banyak yang tahu tentang ini dan seperti apasih indigo itu. Bahasa indigo terlalu tinggi kalo mau disematin ke aku ya, karena aku dulu g berfikir bahwa makin kesini akan disebut sebagai indigo.
Hal serem apa sih yang pernah aku alami selama ini, selama 29 tahun.... Banyak!!! Tapi dari sebagian besar hal yang aku alami lebih pada hal-hal yang tidak nampak, alias cuma bisa ngrasain tapi g bisa liat langsung, aku belum se istimewa itu, buat ngeliat rekan-rekan ciptaan Allah yang berbeda dengan kita.
Mulai tahun 2015 ya, saat aku mulai gabung kerja disalah satu bimbel di jogja, ad asatu waktu dimana pas aku ngeliatin si bos, tiba-tiba di kepala sibos ada blangkin warna putih, bersih, dan bagus. Si bos pun awalnya agak bingung karena g semua orang bisa liat itu, dan setelah ngobrol panjang lebar, ternyata bos saya emang dikasih sama keluarga  jaman dulunya, buat jagain dia. Nah cuma dia penasarn kok saya bisa liat, setelah ketemu di bos banyak banget hal mistis yang kemudian wara wiri sepanjang 2015 dalam hidup saya selama kerja di kantor itu.Salah satunya beberapa kali temen tak berwujud kita yang ikut saya pulang. Waktu itu pas tidur ada yang nepuk punggung saya, kaget dong... Segala doa saya baca, dan tiba2 si bos pun mengirim pesan, "Miss ada yang ikut pulang ya, sebentar saya suruh dia balik biar g ganggu". Dan hal seperti itu berlangsung beberapa kali.
Termasuk saya nginep di rumah si bos  bareng beberapa karyawan di daerah rawamangun. Apalagi kalo bukan tiba2 muncul wajah anak kecil di dalam bufet kayu jati, dan munculnya tepat pas mata mau merem. Panjang cerita 2015 - 2017 saya habiskan dengan hal-hal yang membuat teman dekat saya kadang ketakutan pergi sama saya,takut tiba-tiba ada hal yang mistis nongol. Dan kebiasaan yang sering terjadi setelah merasakan hal seperti itu, pasti lemes banget, kalo mau cepet balik dan nyaman badannya, paling engga aku harus disamping orang yang punya energi positif, kaya vampir yang butuh darah, tapi aku g se ekstrim itu kok, dan g ad aefek sampingnya ke orang yang aku sampingin, kalo pun aku g ketemu orang yang bisa balikin tenaga, biasanya aku milih pulang kerumah dan tidur.
Tahun 2018 Nah ini tahun dimana salah seorang bapak dari temen ku mendadak bilang, "Kamu g sadar kalo indigo ya? atau tidak mau mengakui kelebihan itu?" sebenarnya bukan tidak mau menerima, tapi pengennya biasa aja. Jangan nongol  tiba-tiba juga kan kadang kaget ya. Di mulai dari kantor baru ku, waktu ada yang di tempelan (ditempelin yg tak terlihat) dan tiba-tiba wajahnya nongol, hitam, merah, muka laki-laki dan seperti terbakar. Dan hari itu moment terberat karena sampe muntah muntah air dan lemes banget. Salah satu rumah temen yang biasanya aku nginep juga gitu, biasanya juga kalo nginep "si teman tak terlihat" udah g pernah gangguin, tapi malem itu sepanjang aku tidur, dia duduk di kasur tempat aku tidur, dan di posisi dekat sama kepalaku. Dan yang kedua kalinya dia atau mungkin temannya duduk disampingku dan nutup telinga kiriku, padahal itu pas asda temanku. Dan teman kantor ku yang emang melajari hal-hal yang berhubungan dengan "teman tidak terlihat", tiba-tiba telp dan bilang kamu beberpa hari ketempelan, dia pengen kamu ikut dia pergi. :(
Super sedih, selama tahun 2018 kejadian yang berhubungan dengan "teman tak terlihat"  semakin banyak dan sering, ini jadi bahan renungan. Dulu, sekitar 7 tahun yang lalu salah satu kerabat ada yang udah pernah bilang, di asah aja  yang bisa di lihat, besok usia 30 kamu makin fasih ketemu mereka. Aku berfikir apa karena udah deket usia 30 jadi makin sering intensitasnya? Apakah ini anugerah? ataukah ini ujian? Kami melihat apa yang orang lainnya tidak lihat, kami mendengar apa yang tidak di dengar lainnya dan merasakannya. Aku hanya ingin berbagi tentang apa yang satu tahun ini benar-benar aku rasakan. Semoga bermanfaat.
0 notes
mencobabermanfaat · 7 years
Text
Pesan : Jika Kamu Terbang ke Semarang dari Jakarta #CeritaPribadi
Kali ini aku bercerita tentang perjalanan pulangku dari FIM 19 pada akhir Oktober lalu. Alhamdulillah diberi Allah sebuah tiket pesawat melalui acara beasiswa Tanoto hari-hari sebelumnya.
Tumblr media
Dalam foto itu terdapat seorang bapak yang seperti malaikat selama satu setengah jam. Aku sempat mengambil fotonya alih-alih ingin mengabadikan pemandangan awan.
Beliau duduk di sebelahku kala menuju ke Semarang beberapa hari lalu.
Sebelum naik pesawat, aku bergumam pada diriku sendiri
Kira-kira apakah mungkin aku bertemu dengan seseorang yang bisa diajak ngobrol atau cerita saat terbang? Ah sepertinya tidak mungkin. Karena pesawat adalah simbol untuk orang-orang yang ingin cepat dan tak terbatas. Kalau naik kereta mah gampang nemuin orang yang bisa diajak ngobrol.
Ika Natassa dalam novelnya Critical Eleven, menuliskan bahwa bandara adalah tempat tersibuk yang hanya mengutamakan ego masing-masing karena masing-masing sudah memiliki tujuannya yang tertulis di boarding pass.
Mungkin hari itu sedang beruntung, dijawab nyata oleh Allah. Aku bertemu seseorang pegawai BUMN yang ditugaskan oleh kantornya selama satu bulan lamanya di Semarang.
Aku lupa nama Bapaknya. Untuk lebih enaknya mungkin aku sebut disini dengan Pak Rudi.
Obrolan saat itu sangat mengalir. Pak Rudi bercerita tentang anak-anaknya. Mulai dari anak pertama hingga ketiga yang terakhir.
Menariknya, beliau memberikan beberapa tips terbang ke Semarang dari Jakarta. Diantaranya :
Kalau naik pesawat ke Semarang dari Jakarta itu pilih duduk sebalah kanan. Kalau kiri, itu hanya ada pemandangan laut jawa. Sementara kalau kanan, itu banyak pemandangan yang jauh lebih berwarna. Begitupun saat balik, berarti pilih tempat duduk sebelah kiri.
Ambil troli sana biar nanti pas bawa kopernya lebih enak. Trolinya kalau kamu capek juga bisa jadi space buat duduk juga.
Pernah sadar nggak kalau pesawat kita pas mau landing tapi lama karena sedang antri bandara? Nah nanti saya tunjukkan. Itu ada antriannya melingkar gitu. Yang lapisan paling bawah, itu yang lebih dulu.
Besok lagi, kalau naruh tas di kabin. Taruh di depan aja. Biar ngga antri di tempat duduk kita. Dan kita bisa selangkah lebih cepat juga dari yang lainnya, karena koper sudah di kabin paling depan. Biar nggak antri panjang juga.
Koper saya ini saya kasih tanda supaya tidak bingung lagi buat nyari koper dari bagasi pesawat. Besok-besok kopermu juga ya.
Ada lagi, diluar konteks pesawat dan menjadi penumpang.
Saya tidak melarang istri saya untuk berkarier. Karena menurut saya semua orang berhak untuk tetap berkarya.
Ketika memilih jurusan bagi anak perempuan, saya membatasi jurusan-jurusan yang sekiranya baik untuk kehidupan rumah tangga mereka. Ya biar nanti bisa menjalani kehidupan karier yang tidak berat dan senantiasa ingat rumah.
Tulislah mimpi kamu karena itu sangat penting membantu kamu mencapai impian kamu.
Di dunia ini bukan tentang banyak-banyakan ibadah aja. Tapi  lebih dari itu aja yaitu banyak-banyakan manfaat. Coba cek di Al-Qur’an deh. "Sebaik-baiknya makhluk adalah yang paling memberikan manfaat.”
Aku senang sekali bisa bertemu dengan Pak Rudi. Meskipun aku belum pernah menjumpai malaikat secara langsung, tetapi rupanya Allah mengirimkan seseorang konon bak malaikat yang punya cinta kasih & kebaikan bercerita secara mengalir padaku. Pesan-pesan yang disampaikan Pak Rudi begitu bermakna. Tak hanya kata yang terucap, tetapi juga dalam bentuk perilaku empati beliau. Aku masih ingat betul ketika menunggu koper dari bagasi pesawat. Saat itu milikku belum sampai, sementara milik beliau sudah didapatkan. Tapi beliau masih setia menunggu sambil memberi tips tentang koper.  
Aku yang nggak enak bilang, “Bapak kalau mau duluan pergi ndak apa apa, Pak.”
“Oh ndak, saya menunggu kamu hingga dapat koper”, teduh mendengarnya serasa bertemu bapak kandung.
Dan ternyata koperku udah sampai ujung, karena ragu dengan koperku sendiri. Maklum, karena saat itu pinjam koper temenku  berwarna hitam. Hehehe
Terakhir, aku sampaikan kepada beliau.
“Pak, saya pernah bertemu dengan orang yang juga memberi saya pesan-pesan seperti bapak. Tapi saat itu di kereta. Beliau saat itu bilang bahwa apa yang dikatakannya adalah bukan begitu saja dikatakan tanpa alasan. Semua yang dikatakannya adalah atas izin Allah.”
“Iya betul Mbak. Semua ini sudah ada skenario-Nya”, begitu jawab Pak Rudi.
Apik sekali skenario Allah hari itu.
0 notes
hrzlyns · 8 years
Text
Menjaga Hati Mereka yang Kita Sayangi
Kadang kala, kita lebih sopan dan lebih lembut bicaranya kepada orang yang baru kita kenal. Lebih lebar menebarkan senyuman kepada orang-orang yang kita jumpai secara tidak sengaja dijalanan. Seringkali juga, kita menyapa orang-orang yang kita anggap penting terhadap karir kita dan kepentingan-kepentingan lainnya. Lebih banyak bicara, walau sejatinya kita dikenal pendiam. Hanya untuk mencari keuntungan. Ada hal-hal yang sering kita lakukan lebih baik kepada orang-orang yang sebenarnya tidak terlalu memiliki ikatan kekerabatan. Bukan tidak dibolehkan, justru itulah hal yang sangat mulia. Namun kadang kala juga kita melupakan kebaikan kepada orang-orang terdekat. Kita lebih ramah diluar rumah dan berbeda sikapnya saat sudah pulang ke rumah. Yang kita bawa pulang hanyalah muka lesu dan lelah dari segudang aktivitas dunia luar. Adakalanya kita lupa, sedikit bicara, dan juga sering tidak menyapa tetangga-tetangga yang ada di sekitar, padahal mereka itu sudah seperti saudara. Juga kadang, obrolan-obrolan teman lama yang dikirimkan lewat pesan sering kita abaikan, hanya karna menurut kita tidak menguntungkan. Atau kita biarkan terlewat begitu saja dengan alasan sedikit kesibukan. Kita boleh bersikap baik, kepada orang-orang yang baru kita kenal. Namun kita jangan sampai melupakan kebaikan kepada orang-orang terdekat. Sudah seharusnya kita wajib menjaga hati orang-orang yang kita sayangi, agar waktu-waktu yang kita lalui bersama menjadi penuh arti. *catatan untuk diri sendiri !!
0 notes
suyudiakbarihabibi · 11 years
Text
Pengalaman SNMPTN
Tumblr media
Pelajaran SNMPTN : Mencoba untuk Realistis ! Buat adik-adik semua yang lagi galau menghadapi SNMPTN. Hayu merapat ke blog ini. Kita renungkan bersama mengenai SNMPTN (mungkin sekarang namanya sudah ganti kali ya). Saya pasti yakin adik-adik punya mimpi besar untuk masuk Universitas atau Perguruan Tinggi yang akan membesarkan adik-adik kelak. Saya juga yakin bahwa untuk mewujudkan mimpi tersebut adik-adik akan berjuang keras untuk masuk perguruan tinggi yang adik-adik citakan. Dan salah satunya adalah berjuang keras melewati satu fase dimana kita harus bergelut dengan SNMPTN. Masa-masa “kegalauan” yang harus benar-benar harus dipikrikan dengan matang karena itu adalah fase dimana kita akan pergi satu langkah ke depan untuk menatap kehidupan yang lebih baik (tanpa masuk perguruan tinggi pun hidup kita sudah baik kan ?). Satu pelajaran pada saat itu “ Mencoba untuk Realistis “ Saat itu SNMPTN Undangan sudah dibuka kalo enggak salah sekitar bulan Februari atau Maret (lupa). Yang saya pikirkan hanyalah satu Perguruan Tinggi negeri saja ITB,ITB, dan ITB. Maklum orang tua menaruh harapan besar untuk masuk ITB (katanya dulu orang tua saya tidak bisa masuk sini) dan akhirnya saya pun memilih FTI dan FTMD sebagai pelabuhan untuk kuliah kelak dan secara sengaja saya memilih UI sebagai pilihan kedua Teknik Industri dan Teknik Mesin (kenapa saya pilih UI ?) Pada saat itu saya beranggapan bahwa UI itu adalah saah satu Universitas yang tidak mau dinomor duakan (baca : bukan berari UI nomer 2 ya? UI bagus banget kok saya aja enggak bisa masuk sana). Salah satu pemikiran saya pada saat itu adalah “ Yasudahlah masih ada Ujian Tulis ini, toh kalo enggak masuk SNMPTN Undangan pun saya bisa coba lagi lewat Ujian Tulis (saya berjanji pada diri saya bahwa saya harus siap SNMPTN)”.Waktu menunggu adalah waktu yang sangat mengesalkan ternyata ( saya malah kurang menggunakannya dengan baik) saya malah terbuai bisa masuk ke FTI ITB (maklum tahun lalu kakak kelas ada yang masuk sana). Tapi nasib berkata lain saya tidak bisa lolos seleksi Undangan padahal temen-temen saya banyak yang masuk SNMPTN Undangan ( ya mereka Realistis, mereka tidak mencoba universitas-universitas besar tetapi mengambil jurusan yang memang relevan dengan kesukaan mereka) satu pelajaran dari sini “ Mencoba untuk Realistis” karena di SNMPTN itu baik Tulis maupun Undangan semuanya adalah siswa-siswa terbaik disekolahnya jadi dengan peringkat saya pada saat itu di SMA 2 Kuningan (hanya peringkat 8) masih akan sangat sulit untuk tembus ITB, tetapi ada temen saya yang lebih baik nasibnya dari saya (peringkat 11 sekolah) dia bisa masuk SITH ITB (maklum SITH dengan FTI bedanya terlampau besar) padahal dulu juga mungkin saya bisa masuk sana kalo dipikir-pikir. Tapi itu sudah kehendak yang kuasa sekarang saya mencoba beekerja keras untuk masuk ke jurusan yang saya inginkan. Pada saat itu saya beranggapan bahwa untuk Teknik sudahlah saya pilih Institut saja (padahal setalah masuk ternyata semua sama saja baik Institut maupun Universitas akhirnya kitalah yang harus berjuang keras untuk ahli di Bidang yang sedang kita geluti tersebut, jangan pikirkan kerja dulu karena kesuksesan dalam dunia kerja bergantung bagaimana kita menjadi orang yang ahli dalam bidang tersebut dan berkontribusi maksimal kepada perusahaan yang akan kita impikan kelak- buat adik-adik jangan dulu lihat prospeknya ya lihat saja dulu kemampuan adik-adik MAMPU atau TIDAK masuk ke jurusan yang adik-adik inginkan kalo adik-adik mampu ke FK UI masuk FK UI , kalo adik-adik mampu masuk FK Unpad masuk FK Unpad dan kalo adik-adik masuk FK Unila masuk FK Unila jangan memaksakan masuk FK yang favorit saja missal FK UI saja ) karena saya pun demikian. Awalnya saya ingin masuk FTI dan FTMD tapi ternyata Passing Grade ketika SNMPTN kemaren selalu menyentuh 50,50 % ( mungkin sudah lolos untuk FTMD) tapi saya masih mencoba untuk Realisitis dan anggapan saya pada saat itu adalah (wah kalo misalnya saya masuk FTMD dengan Passing Grade yang selalu mepet-mepet bisa-bisa gak kan masuk soalnya pasti anak-anak yang lain juga yang PG-nya sama dengan saya akan meimilih FTMD bisa saja mereka lebih besar dari saya, dan pilihan terakhir adalah FTLS ITB PG-nya masih sekitar 43 % kalo enggak salah. Akhirnya saya selalu memantapkan diri untuk masuk FTSL ITB dan pada saat itu bingung mau masuk jurusan yang mana utnuk pilihan kedua-nya kahirnya jatu pada Teknik Perkapalan ITS (maklum PG-nya 30%-an) sementara ketika TO saya selalu menyentuh 50,50 % walalupun TO terakhir sekitar 55%. Ya akhrinya saya mantapkan pada FTSL ITB. Ujian SNMPTN Tulis pun datang dan akhirnya saya harus mengkikuti tes di SMA 5 Al-Azhar Cirebon. Dan Alhamdulillah ketika pengumuman saya dinyatakan lolos masuk Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan ITB (sungguh sangat bahagia sekali ketika jerih payah yang saya lakukan akhirnya membuahkan hasil ) dan sekarang saya tidak menyesal bisa masuk FTSL ITB karena ternyata banyak sekali hal-hal yang bisa didapatkan dari sana begitu juga dengan jurusan-jurusan yang lainnya karena semua jurusan ternyata memiliki kelebihan masing-masing bahkan saya juga terpukau ketika menyaksiakan ada guru besar dari banyak jurusan ini berbicara. Ternyata saya berpikir bahwa “ Yang akan membuat kita besar adalah bukan dimana kita dibesarkan tetapi kontribusi apa yang bisa berikan kepada tempat kita menjadi besar “. Buat adik-adik jangan pernah takut masuk jurusan mana saja ya, karena smeua jurusan itu bagus dan memiliki kelebihannya masing-masing toh pada akhirnya juga banyak kok yang bekerja diluar keahlian mereka karena Sukses itu bisa dicapai darimana saja (kita enggak sekolahpun bisa sukses ok) tetapi yang terpenting disela-sela kesuksesan itu kira memiliki ilu yang kita cintai. Karena hidup ini tidak bisa di predisksikan. Kita masuk Univ hebat pun belum tentu jadi orang hebat, tapi intinya bagaimana kita memaksimalkan apa yang ada disana untuk menjadi orang hebat” Selamat berjuang ya adik-adik pesan saya selalu tetap Realisitis dimanapun kalian berada. (Thanks to : Ghiyat Faris dan Zack Al-Gebra yang telah berbagi pengalaman dengan saya hari ini )
0 notes
arioagio · 3 years
Text
Aku sedang menunggu jawaban doaku.
Terasa melelahkan karena harus terus menunggu.
Menunggu semua doa yang boleh kupanjatkan.
Menunggu jawaban dari semua doa yang telah terucapkan.
Mengapa aku harus menunggu?
Ya, karena hal terbaik itu butuh waktu.
Mungkin Tuhan sudah menjawabnya, hanya saja kamu tidak menyadarinya.
Atau mungkin saja, kamu terus melakukan kesalahan yang sama setiap saat.
Ya, yakinkan dirimu dulu untuk menjadi lebih baik.
Yakinkan dirimu untuk terus berusaha.
Doa memang penting. Doa memang dibutuhkan, tapi apa arti doamu bila kamu masih saja mengulangi kesalahan yang sama.
06.06
@rioalvarorio
0 notes
sedekahkata · 7 years
Text
Pahamilah, Depresi Itu Nyata
Mendapat berita seseorang meninggal karena bunuh diri selalu membuat saya terpukul. Lebih terpukul lagi mengingat keinginan bunuh diri tak lain dan tak bukan didorong oleh gejala depresi yang menimpa diri.
Kematian Jong Hyun Shinee membuat saya merenung soal depresi. Depresi itu nyata. Dia ada. Menggerogoti jiwa. Nyata. Ia muncul, menemani dengan cara yang berbeda-beda pada setiap orang. Akuilah. Dia ada.
Tumblr media
“Lebay banget sih, nggak ah. Ini bukan depresi.” Barangkali itu yang ditanamkan orang-orang ketika mengetahui ada orang yang stress berat. Mereka menyangkal depresi. Bahkan, orang yang sedang depresi pun akan menyangkal kalau dia sedang depresi.
Saya kenal satu orang yang sedikit-banyak pernah mengalami depresi. Dalam versinya sendiri.
Gejala awal yang dia rasakan adalah: muak pada setiap orang yang ia temui. Mengapa semua orang terlihat begitu palsu? Mengapa mereka harus tertawa? Mengapa mereka harus bermanja-manja pada teman atau pacarnya? Mengapa semua orang harus sok peduli dengan bertanya “apa kabar”? Mengapa?
Kira-kira begitulah awal rasa sakit bernama ‘depresi’ itu muncul kepadanya.
Terlebih lagi ketika orang-orang terdekatnya pun sedikit-banyak membuatnya cukup muak menemui mereka. Sepele, tapi setan-setan di kepalanya tidak bisa menganggap itu sepele. Sebetulnya orang-orang terdekatnya sudah bertanya, tapi tak benar-benar bertanya. Melihat tapi tak melihat. Mendengar tapi tak mendengar. Peduli tapi tak peduli.
Tidak, jangan bercerita kepada mereka. Mereka punya masalah mereka sendiri. Untuk apa pula cerita?
Lalu, beberapa orang menyarankan kepadanya untuk berkonsultasi pada psikolog.
Orang yang mengalami depresi akan ragu dan bertanya dalam hati. Untuk apa? Toh para psikolog itu akan mendengarkan karena pekerjaan. Mereka tidak akan benar-benar mendengarkan.
Kira-kira begitulah kelanjutan rasa sakit bernama ‘depresi’ itu muncul.
Lalu, muncul keinginan untuk lenyap dari muka bumi. Biar tidak dicari. Biar tidak dihujani ekspektasi. Orang yang mengalami depresi cenderung akan menghilang dengan cara melenyapkan kontak dengan orang lain di aplikasi chat atau media sosial. Supaya tidak dicari. Untuk apa dicari? Toh orang-orang yang mencari hanya memasang wajah palsu sambil sok peduli.
Lebih aneh lagi, keinginan itu beriringan dengan gejala-gejala aneh lain yang muncul dengan sendirinya. Sebelum tidur ia kerap menangis tanpa alasan yang jelas. Pagi hari begitu bangun tidur pun menangis lagi. Aneh. Padahal ia adalah sosok yang jarang menangis. Tegar.
Kira-kira begitulah kemudian bagaimana orang itu depresi dalam mengadapi orang lain.
Orang depresi ini kemudian mencari tujuan mengapa ia hidup di dunia. Ia mencari keberadaan Tuhan, zat yang katanya telah menciptakannya. Mencari-cari mengapa Tuhan menciptakannya. Mencari-cari apa amanah yang Tuhan turunkan untuknya sehingga ia lahir di bumi. Ia sedikit-banyak mempelajari metode berkomunikasi dengan tuhan tapi tidak sampai mempraktikkan semuanya. Lalu ia pun menemukan bahwa metode yang paling cocok yang ia bisa lakukan adalah metode dalam ‘kepercayaan’nya sendiri.
Oh, tidak. Orang depresi ini tidak membaca kitab suci sebagaimana yang media sosial dakwah anjurkan bagi orang yang mengalami depresi. Membaca atau mendengarkan kitab suci saja tidak cukup. Buat apa? Toh lagam pembacaannya tidak merdu-merdu amat. Toh kemerduan yang diperdengarkan rekaman para qori tidak semerdu suara penyanyi idolanya.
Maka yang ia lakukan adalah membaca literatur para penafsir. Mencari makna. Mendalami substansi. Memperkuat pertanyaan mengapa, memperkuat alasan mencintai.
Ia lalu menemukan kekuatan pada surat Ar-rahman. Pada bahasa cinta lewat kumandang azan. Pada medium komunikasi lima kali sehari.
Ia sampai pada kesimpulan: “Tuhan telah mengamanahkanmu sebuah kehidupan. Sebuah nafas dengan segala desain ajaib di dalamnya. Manusia, makhluk yang telah membuatmu menderita itu pun sekadar ciptaan. Jangan berharap apa pun kepada mereka.”
Kira-kira begitulah bagaimana ia mulai menerima bahwa dirinya mengalami depresi. Lebih tepatnya, ia mengalami kecemasan sosial.
Menyadari apa yang dia alami membuatnya sedikit tenang. Setidak-tidaknya ia bisa mulai mencari bagaimana cara mengatasinya. Setelah membuat daftar hal-hal bajingan yang kira-kira telah membuat hatinya gundah, ia pun menemukan satu kata kunci: kejujuran.
Ternyata jujur itu berat. Selama ini ia tidak menyadari betapa sering ia tidak jujur pada dirinya sendiri. Alasannya banyak: takut menyakiti hati orang lain, takut memberi kesan buruk pada orang lain, takut dibenci, takut dosa, takut dijauhi, dan sejenisnya. Padahal, selama ini ia yakin, ia sudah dikenal sebagai sosok yang bisa mengatakan ‘tidak’ pada orang lain.
Kira-kira begitulah bagaimana ia mulai memahami apa yang bisa ia lakukan untuk dirinya sendiri.
Selanjutnya bisa ditebak. Ia menjadi manusia yang lebih jujur bahkan pada hal-hal kecil. Dengan caranya sendiri. Dan ia sudah jauh lebih baik. Bahkan, ia merasa sudah menjadi manusia yang lebih baik daripada sebelumnya.
Aku sangat mengenal orang itu. Lebih kenal daripada dua tahun lalu ketika ia bahkan masih sering bicara tak jujur sehari-hari. Jangan bayangkan ia telah menjadi sosok super saleh atau salehah sekarang. Ia bukan sosok yang kemudian hijrah setelah menjadi ateis atau mualaf, kok. Kalau ingin tahu seperti apa dia sekarang, bayangkan saja satu sosok yang telah menemukan definisi berbeda tentang genealogi moral dan kasih sayang Tuhan.
Kira-kira begitulah cara dia keluar dari lubang yang nyaris membuatnya terperosok itu.
Dan aku sangat mengenal orang itu.
Orang itu adalah pemilik dari blog ini.
Jadi, stop meremehkan depresi. Stop mengolok-ngolok orang yang bunuh diri. Andai saja kamu tahu, depresi itu nyata. Dia itu ada.
(c) Asmi Nur Aisyah, Jakarta 19 Desember 2017
5 notes · View notes
sedekahkata · 7 years
Text
Tidak Mudah, Katanya
“Tidak mudah untuk sampai ke tahap ini,” tutur Bu Henny Sri Mulyani usai membacakan berita acara sidang skripsi kala itu.
Tumblr media
Betul apa yang Bu Henny katakan. Tidak mudah untuk sampai ke tahap penyelesaian tugas akhir alias skripsi. Dua kata tidak mudah itu pun bisa dideskripsikan lebih lanjut; perihal administrasi, faktor narasumber, faktor dosen pembimbing, dan (yang paling menyebalkan) faktor internal alias kemalasan. Pernyataan Bu Henny barusan sekaligus menjadi bukti bahwa aku telah melewati dua kata tidak mudah tersebut dengan segala penjabarannya.
Jujur, pada awalnya aku berpikir untuk menjadikan skripsi ini sebagai proyek idealis. Aku ingin mengerjakan skripsi ini semaksimal mungkin, sekeren mungkin, tanpa memedulikan nilai yang akan kuraih nanti. Pokoknya kalau bisa hasil penelitianku masuk ke beberapa jurnal nasional.
Penundaan perjalanan skripsiku disebabkan oleh pelaksanaan magang keduaku di NET TV Biro Jawa Barat. Sebagai mahasiswa yang memadatkan linimasa perkuliahan sendiri, aku menargetkan tahap magang keduaku dimulai Desember atau Januari lalu. Namun, karena satu dan lain hal, aku baru mendapat periode magang mulai Februari, bertepatan dengan diumumkannya kebijakan pemadatan magang. Jurusanku mengeluarkan kurikulum baru soal Praktik Kerja Lapangan: hanya dilaksanakan satu kali mulai 2017. Sial, aku sudah keburu mulai magang keduaku (sesuai kebijakan lama). Alhasil proses pengerjaan skripsi kuundur satu bulan.
Memasuki April, permulaan pengerjaan skripsiku tidak cukup mulus. Subjek penelitianku meminta mengundur janji wawancara penelitian hingga satu bulan lamanya. Pengerjaan skripsi terpaksa kuundur lagi hingga Juli. Untuk mengisi kekosongan waktu, tentu saja kumatangkan proses studi pustaka sambil sesekali mengerjakan proyek membuat film.
Mulai terjun ke lapangan pada Juli 2017 membuatku pesimis menyelesaikan skripsi sesuai masa perkuliahan semester 8, yakni pertengahan Agustus 2017. Dengan berat hati aku berdiskusi dengan kedua orang tuaku soal kemungkinan tambahan biaya kuliah dan kos-kosan. Kedua orang tuaku sama sekali tidak keberatan, tetapi aku tetap ogah. Beruntung aku sedang memeroleh beasiswa kala itu, maka kepada orang tua kujabarkan maksudku membayar biaya kuliah dan kos-kosan dengan uangku sendiri.
Memasuki Agustus, Tuhan memberi pertolongan lewat perjuangan Badan Eksekutif Mahasiswa mengajukan kebijakan Uang Kuliah Tunggal (UKT) Rp0,- bagi mahasiswa semester sembilan. Kuikuti prosedur dengan tenggat 14 September itu.
Memasuki pertengahan September, skripsiku belum selesai juga. Keinginan mengerjakannya dengan sekeren mungkin terpaksa kutekan seiring dengan tuntutan tenggat biaya perkuliahan. Pikirku kala itu, skripsiku yang penting selesai. Kalahkan egomu, Asmi.
Kala skripsiku selesai, Tuhan kembali memberikan pertolongan. Aku dan beberapa kawan berhasil membujuk Dekan Fakultas dan Wakil Dekan Bidang Keuangan perihal UKT bagi mahasiswa yang telah sidang dan daftar sidang. Syaratnya, aku harus dinyatakan lulus sebelum 14 Oktober 2017.
Pada 20 September 2017 aku dinyatakan lulus dengan nilai memuaskan. Meskipun aku pribadi kurang puas dengan karya skripsiku ini, setidaknya aku puas dengan perjuanganku mempertahankan UKT nol rupiah. Aku pun berhasil membuktikan kepada orang tua dan teman-temanku bahwa terlanjur magang dua kali bukan alasan untuk menunda kelulusan. Jujur, saat kebijakan ini baru diumumkan, aku seketika sebal pada beberapa kawan yang mengeluhkan tugas pengganti magang. Yap, mahasiswa yang belum terlanjur magang dua kali wajib mengerjakan tugas pengganti. Aku tentu saja tidak mengerjakan tugas tersebut, sebab aku sudah terlanjur memasuki masa magang kala itu.
Perjalanan skripsi ini, entah mengapa, membuatku sadar bahwa pengorbanan sangat diperlukan. Kita harus siap mengorbankan ego untuk mempertahankan ego yang lain. Toh menumpuk-numpuk ego pun tidak baik jadinya, pasti akan stres dan linglung sendiri. Dengan selesainya proses pengerjaan skripsi ini, kunyatakan bahwa aku berasil menahan ego untuk mengerjakan skripsi dengan sekeren mungkin. Skripsiku, barangkali sama dengan skripsi-skripsi lain yang menumpuk di perpustakaan, menjadi sekadar syarat untuk lulus kuliah sarjana.
Tidak apa-apa. Toh aku masih percaya pada ucapan salah satu dosen (aku lupa siapa) pada awal perkuliahan: skripsi yang bagus adalah skripsi yang selesai. Aku puas kok, setidaknya perjuanganku di sisi lain berhasil sesuai keinginan. Lewat skripsi ini, untuk kesekian kalinya aku merasakan pertolongan tangan Tuhan yang tak henti-hentinya datang. Terima kasih.
(c) Asmi Nur Aisyah, Jatinangor 12 Oktober 2017
2 notes · View notes
arachathora · 5 years
Text
Tujuan yang tidak tercapai.
Tumblr media
Tepatnya 6 Juni 2016 gue selesai mengikuti ospek di salah satu Universitas ternama di Jakarta.
Dimulai dengan halaman baru awal gue mulai berorganisasi di universitas.
Awalnya aku berfikir, aku mau menjadi orang yang seperti apa? kuliah langsung pulang kah? ikut organisasi untuk mengisi waktu luang? mengisi waktu untuk bermain game? atau cuman iseng iseng? tapi tidak. Aku ingin merubah sikapku.
Aku mengikuti organisasi karena, aku melihat orang disuatu acara. Dia mengisi suatu materi tentang organisasi dan disaat aku melihat dia.
Aku terkesan sangat.
Karena dia hanya seorang mahasiswa yang ngeinfluence banyak orang. 
Siapakah dia?
Dia adalah orang yang membuat gue suka organisasi dengan kelakukan dia saat berbicara di depan umum dan disini membuat aku terpacu ingin menjadi seperti dia. Aku gatau harus mulai darimana untuk mencoba menjadi seperti dirinya. Tapi disekeliling aku, aku melihat sudah banyak orang yang lebih dulu berorganisasi dan mungkin dia lebih berkopeten di angkatan aku. 
Timbulah persaingan.
Disini mungkin aku adalah orang yang terlambat untuk mengikuti kegiatan ini, tapi aku tetep pengen berusaha untuk mencapai tujuan yang aku inginkan. 
Dan disini awal aku memulai organisasi.
TAHUN PERTAMA 
Tahun perama organisasi dimulai menjabat di Parlemen di bagian keanggotaan komisi 2. Komisi 2 ini adalah bagian dari pengurusan fasilitas gedung dan setelah aku ngejabat disini. Aku malah merasa ini bukan tempat aku harus memulai.
Karena menurut aku di parlemen ini aku merasa tidak bersangkutan langsung kepada masyarakat. 
TAHUN KEDUA
Tahun kedua di BEM awalnya aku pengen banget masuk bagian POK. POK itu adalah Pengembangan Organisasi Kemahasiswaan yang devisi ini adalah bagian dimana lebih deket dengan masyarakat dan gue bisa berbaur dengan mereka seperti yang aku harapkan. Setelah aku di daftar aku malah dapet bagian devisi Kajian Stategi. Di tahun kedua di BEM ini aku ternyata lebih banyak megang acara dan acara besarpun aku pegang disini karena Wakil BEM aku di saat itu menunjuk aku me-megang acara ini 
Dan aku mau gamau gitu. Tapi alhasil aku ambil juga tanggung jawab itu. Mungkin agar tujuan aku tercapai (mungkin). Tujuan yang bisa ngisi materi pada suatu acara dan ngeinfluence banyak orang.
MENUJU TAHUN TERAKHIR, TAHUN KETIGA
Tahun ketiga ini adalah tahun yang lelah setelah aku menyelesaikan acara terbesar di BEM.
Lalu lanjut lagi tahun ketiga yang dimana gue mau jadi apa lagi selanjutnya? 
Awalnya aku berfikir, aku pengen istirahat dan menjauh dari organisasi ini, Karena aku bingung dan lelah. Aku mau berperan menjadi bagian apalagi di  organisasi?
Lalu ada Senior dan Junior aku berkata: “ kenapa kamu tidak mencalonkan menjadi ketua BEM aja? “ 
Dan kata - kata itu tidak terdengar dari angkatan aku dan apalagi orang orang yang aktif organisasi di angkatan aku, dan disitu gue merasa kecewa sangat karrna sejauh ini aku organisasi gak begitu berpengaruh buat mereka dan serasa usaha gue selama gue organisasi tidak lihat oleh mereka.
 Disitu kekecawaan muncul
Oiya diluar itu pun aku malah bukan bagian dari orang terpenting dari grup organisasi angkatan aku dan aku merasa ga sebegitu pentingnya buat mereka. 
Setelah aku tau tanggepan mereka seperti itu, Aku berfikiran untuk mencalonkan diri aku menjadi Ketua atau Wakil Ketua BEM dengan support dari angkatan lain.
Aku mencoba belajar mengenai hal itu sedikit demi sedikit mengenai BEM dan sebagainya.
Dengan support yang ada dan sebagainya aku malah, tidak mendapatkan pasangan buat mencalonkan dan akhirnya harapan gue pudar mengenai organisasi.
Dan malah aku sempet untuk di tunjuk menjadi wakil ketua Himpunan dan gue gamau karna beberapa sebab. Akhirnya aku bilang kemereka bahwa aku cuman bisa ngebantu mereka mencalonkan dan menolak untuk kemauan mereka. 
Aku disini menjadi CM (campaign manager) pada pasangan calon ke 2 dan akhirnya calon yang gue bantu ini kalah HAHAHA
Setelah pencalonan selesai akhirnya yang kepilih calon pertama dan dari situ ada suatu perjanjian antar kedua calon saling menarik bagian keanggotaan dan calon ketua devisi dan akhirnya.
Di tahun ketiga aku menjabat menjadi Ketua Devisi Minat dan Bakat.
karena disini gue lebih tertarik di bagian acara dibanding politik kampus, disisi lain sebenernya aku kecewa berat. Tujuan aku tidak tercapai untuk ngeinfluence orang banyak disuatu acara. Tapi aku disini bersyukur bisa mengajari junior - junior gue berbasis acara.
Senang dan duka aku sekarang itu: Senangnya aku masih bisa ngeinfluence sekubu orang ya cuman sekedar bagian kepanitian, jobsdesk, kepemimpinan kalian dalam organisasi, mengatur sceadule dan lainya. Dukanya tujuan aku tidak tercapai untuk berbicara di depan banyak orang dan menjadi influencer untuk kalangan mahasiswa dalam ketertariknya mereka dalam hal apapun itu.
Catatan dari aku : apa yang kalian kejar kejarlah dan apa yang kalian gapai ya gapailah, segala usaha yang kalian kerjakan semua itu pasti ada manfaatnya kok manfaat buat diri kalian sendiri dengan usaha kalian dan mungkin dengan usaha kalian itu bisa berguna buat orang lain sebagai pembelajaran mereka kedepan. Disaat ada orang yang ingin menjadi seperti kamu yang ingin ngeinfluence orang, ajarin dia seperi kamu berusaha ngejar cita cita itu agar cita cita kamu itu masih ada walaupun orang lain yang berusaha mendapatkan itu.
Source : orchestraaaa
0 notes
sedekahkata · 7 years
Text
Goodbye, My Virtual Social Interaction Model
I no longer use my Line messenger account. I don’t delete it, I just logged it out since I still need to read Webtoon. Guess what? Without Line, I do everything better. My mind and psychological condition are even so much better than before. I have no longer obligatory to reply someone’s message who force me to. I no longer have any contact with toxic people who call my name and ask how’s my life but need me to do something for them after that. My phone memory has more space since Line messenger always has the biggest size on my storage. Without Line messenger, my stress level has decreased significantly since I don’t have to shock anymore seeing 999+ message on my inbox every day because of unnecessary conversation inside some of the group I had been joined. I feed my introvert’s side as It needs me to calm myself.
Until last year, I still need Line massenger as I was a head of external relation at the organization that I hitched on. I needed that messenger to spread and get some information to and from other organizations. Now I was retired from that position, wich means I don’t have any obligatory to still get in touch with them anymore. I don’t cut off the ‘silaturahim’ line, I open to people if they need to contact me. I am only minimizing unnecessary conversations, forced interactions, and meaningless friendships in my life.
Having no longer contact with my friends via Line messenger doesn’t mean that I don’t want to contact them at all. I pleased them to contact my Watsapp if they need me to do something for them or ask me to join some project together. I’ll also contact them via Twitter, G-mail or Instagram if I need to. But still, it will be nicer if they only contact me on my electronic mail if they need me only for some business inquiries. I still need some space on Watsapp and I only dedicate it to my closest people whom I really trust. At least, if some people, which is not my closest people, contact me via electronic mail or Watsapp, I can recognize that they need me to inquire some business. They don’t have to pretend asking how’s going on or how’s my last thesis, and I won’t be a numb thinking that they miss hanging out with me or something.
I confessed to a friend while she asked me why I didn’t reply her Line message. “I logged my account out. I might no need to log in again in the future.”
She replied, “Why? Whoa, officially? I think I can’t do what you do. I still need Line messenger for some reason.”
I thought about what she said. Some reason… what reason? For now, I do focus only with my final thesis, and Line didn’t contribute to my effort at all. I’ve been in touch with my lecturers via Watsapp, Facebook, and G-mail. The only things that matter if I open again my Line messenger is community gathering, whether it is my highschool reunion, my community reunion, my project discussion, et cetera. Yes, it’s not only some reason but also unnecessary reasons. I won’t make them my priority for now since I have another important thing to do. I won’t go to something like a social gathering just because I feel guilty to my friends if I don’t. I’ll only go if I want to. I also won’t meet people whom I don’t really wanna meet just like me in the past with my ‘keep our silaturahim’ mask. Some of them are invisible, though, and they’ll appear when they need something from me.
Thank you Line, for everything, since you were so useful to me. I remember, in the past, the only reason why I needed to buy an android phone while I still used qwerty-botton-phone is you. I didn’t even make a blackberry messenger account before I got an android phone since I never have any interest to buy blackberry phone even when it became such a trend in the past. It’s relieving now I don’t have to keep looking on you, replying some messages, while I hang out with my close friends. Goodbye, Line. Thank’s for being my virtual social interaction model for the past four years.
Jatinangor, 9 Juni 2017
1 note · View note
sedekahkata · 7 years
Text
Pertanyaan
Haruskah seseorang mencari wujud kasih sayang berupa hubungan prapernikahan dengan lawan jenis untuk mendapat kedekatan emosional? Mengapa ada orang yang begitu mengais-ngais rindu kepada lawan jenis yang sedang berhubungan dengannya? Mengapa ada orang yang bisa menjadi jauh dengan teman-temannya ketika ia memiliki hubungan jenis ini? Mengapa orang-orang bisa merasakan getar-getirnya dengan sebegitu mudah? Apakah wujud kebahagiaan emosional remaja dan dewasa muda harus selalu diasosiasikan dengan hal-hal berbau romansa? Mengapa dua orang yang awalnya berhubungan prapernikahan bisa jadi seperti musuh begitu hubungan tersebut berakhir? Mengapa beberapa orang tiba-tiba tumpul kepekaannya terhadap perasaan orang lain kecuali lawan jenis yang sedang berhubungan dengannya? Mengapa orang-orang tiba-tiba jauh dari berpikir rasional jika itu menyangkut hubungan prapernikahannya? Mengapa harus ada konsep mengutamakan dan memprioritaskan dalam hubungan prapernikahan? Dan mengapa, aku merasa semuanya begitu picisan?
1 note · View note
sedekahkata · 7 years
Text
Kisah Pak Basuki, di Mata Saya
Sebelumnya saya hendak minta maaf karena dari sekian banyak topik tulisan, topik supermelelahkan ini yang saya pilih sekarang. Saya tidak bermaksud menambah keruh-meruh linimasa media sosial Anda dengan topik serupa, tetapi izinkan saya sedikit melegakan isi kepala saya dengan menulis. Saya menganggap menulis merupakan medium terbaik untuk berkatarsis, sebab sifatnya yang satu arah membuat menulis tidak memiliki kemungkinan terintervensi. Berbeda dengan diskusi dan dialog. Lewat tulisan ini, izinkan saya memohon Anda semua untuk mendinginkan kepala. Izinkan saya memohon Anda semua untuk tetap berhubungan baik dengan rekan-rekan (barangkali salah satunya teman dekat Anda) yang memiliki opini berseberangan dengan Anda.
Topik kali ini adalah: Pak Basuki dan perjalanannya menghadapi dua kejadian, pilkada dan penistaan agama.
Saya akan memaparkan gagasan ini secara deduksi, supaya Anda tidak bingung dengan ‘ke mana arah kepala saya berpikir’. Begini deduksi saya: 1) meskipun bukan warga Jakarta, pada masa prapilkada lalu, saya termasuk golongan orang yang tidak mendukung paslon Basuki-Djarot naik jabatan; 2) tetapi saya tidak setuju Pak Basuki dipenjarakan dengan alasan penistaan agama.
Menjawab penjabaran pernyataan pertama, mengapa saya tidak setuju Pak Basuki terpilih (lagi) sebagai gubernur?
Jujur, mendengar pemaparan kedua paslon saat debat calon gubernur tahap kesekian di televisi, saya menangkap kedua paslon memiliki visi dan misi yang sama. Hanya saja, cara yang keduanya lakukan berbeda, dan yang paling kentara mungkin dari segi pembangunan. Ketika menjabat jadi gubernur, Pak Basuki telah menjalani beragam program kerja dengan baik. Akan tetapi, nurani saya berubah sedikit keruh setelah menonton film Rayuan Pulau Palsu dan fakta mengenai kasus reklamasi teluk Jakarta yang diangkat di dalamnya. Beberapa pelanggaran hukum terkait reklamasi dilakukan Pak Basuki saat itu sedikit mengurangi simpati saya terhadapnya. Akhirnya saya sampai pada kesimpulan; pembangunan yang coba Pak Basuki lakukan kurang cocok bagi rakyat-rakyat kecil di Jakarta, salah satunya para nelayan di sekitar teluk.
Di luar itu, saya menangkap karakter Pak Basuki yang ceplas-ceplos saat bicara kurang cocok untuk menghadapi beberapa kelompok orang (warga) yang memiliki gaya berkomunikasi konteks tinggi. Saya akui, barangkali fakta bahwa warga Indonesia menyukai pemimpin bermulut manis menjadi faktor yang membuat para pembual berhasil menduduki jabatan tinggi. Namun, masih ada kemungkinan kita mendapat pemimpin bermulut manis tapi berperangai baik juga, toh?
Berkali-kali saya mengikuti proses musyarawah besar pemilihan calon organisasi di kampus, saya belajar bahwa sebuah organisasi butuh pemimpin berkepala dingin, tentunya dengan karakter yang cenderung tidak meledak-ledak dan tenang. Ketiga organisasi yang saya ikuti (Cinematography Club, Himpunan Mahasiswa Jurnalistik, dan Pers Mahasiswa dJatinangor di Fikom Unpad) cenderung memihak pemimpin berkepala dingin yang bisa menyampaikan gagasan-gagasannya dengan baik. Ketua Umum Pers Mahasiswa dJatinangor periode 2014-2015, Ketua HMJ periode 2015 – 2016, dan Presiden CC 2016 terpilih adalah bukti dari asumsi saya tersebut.
Itulah mengapa, saya rasa, karakter Pak Basuki tidak cocok menjadi pemimpin saat itu. Barangkali tempatnya salah, atau waktunya yang kurang tepat. Maksud dari waktu yang kurang tepat ialah, masa prapilkada hingga pilkada berlangsung, massa sedang ribut-ributnya dengan isu agama. Beragam demo dan aksi terjadi di sana-sini, memberi sumbangsih pada kemacetan jalan dan menambah jumlah orang-orang yang kehilangan simpatik dengan ormas agama. Kalau Pak Basuki naik jabatan (lagi), barangkali akan terjadi aksi yang lebih besar. Mari kita prediksi, tak sampai satu hingga tiga bulan sejak Pak Basuki terpilih, pastilah spanduk “Turunkan Ahok” sudah terpampang dimana-mana macam era “Dur Mundur” atau “Turunkan Soeharto”.
Tidak memilih Pak Basuki membuat pilihan saya saat itu jatuh pada Anies-Sandi. Terlepas dari ketidakberpihakan saya kepada Pak Sandi sebagai pebisnis (gara-gara pemilik MnC Group sempat mencalonkan menjadi presiden, saya jadi kehilangan simpatik pada pebisnis yang turun ke dunia politik), saya melihat karakter Anies cenderung cocok bagi orang-orang yang membutuhkan pemimpin berkepala dingin. Yah… meskipun pada akhirnya saya ilfeel (ilang feeling) juga gara-gara Kartu Jakarta Jomblo.
Namun, tidak memilih Pak Basuki tidak lantas membuat saya ingin Pak Basuki dipenjara gara-gara kasus penistaan agama itu. Pertama, saya sudah menonton versi asli video pidato Pak Basuki ketika ia menyebut-nyebut surat Al-Maidah. Kedua, maksud dari penistaan agama (baik secara diskursus maupun dalam pasal hukum) perlu dikaji lagi lebih detail.
Ketika menonton video pidato Pak Basuki versi aslinya, saya tidak melihat sedikit pun bentuk penistaan agama. Saya tonton lagi berkali-kali. Tetap tidak ada. Dalam video itu, intinya Pak Basuki hanya bilang, hati-hati dalam memilih saat pilkada nanti. Pak Basuki paham, agama yang beliau yakini dapat menimbulkan bias di mata masyarakat. Oleh karena itu, Pak Basuki mewanti-wanti untuk berhati-hati terhadap orang-orang (atau oknum) yang menebarkan kebohongan dengan mengatasnamakan surat Al-Maidah. Catat ya, Pak Basuki tidak menyebut surat Al-Maidah merupakan sebuah kebohongan. Tidak sama sekali. Beliau hanya khawatir, akan ada oknum yang memakai surat Al-Maidah untuk menyebarkan kebohongan. Padahal, seperti yang kita ketahui, konten dari surat Al-Maidah itu sendiri sudah tentu merupakan kebenaran (dalam kacamata agama Islam), dan saya yakin Pak Basuki tahu persis akan hal ini. Itulah mengapa beliau khawatir saat itu. Hanya saja, tidak semua komunikan paham maksud dari pesan Pak Basuki sebagai komunikator. Terlebih lagi ada pihak yang menyunting videonya sedemikian rupa sehingga Pak Basuki seolah-olah terlihat seperti benar-benar menistakan surat Al-Maidah.
Itulah mengapa saya berpikir, tidak adil rasanya kalau Pak Basuki dipenjara hanya karena kekhawatirannya itu. Selain beliau, banyak kasus penistaan agama yang juga perlu dipertanyakan kelanjutannya. Tanpa kita sadari, sehari-hari pasti ada saja kok teman atau kenalan yang membercandakan ajaran-ajaran agama. Misalnya, mencibir rekan kita yang mengenakan niqab atau cadar, menggibahkan biksu ketika ketemu di jalan, mencibir orang-orang yang tidak bersentuhan dengan lawan jenis, dan lain-lain. Ajaran agama kan tertulis jelas di dalam kitab suci, berarti orang-orang yang mengejek ajaran agama sama dengan menistakan kitab suci dong? Coba cik dipikir atuh.
Pada akhirnya, tibalah saya pada simpulan-simpulan. Izinkan saya menuliskan simpulan yang berupa harapan;
Saya berharap keadilan hukum dan keadilan kemanusiaan dapat menghampiri Pak Basuki yang saat ini sudah menerima vonisnya.
Saya berharap pasal karet terkait penistaan agama diperjelas lagi. Kalau dihapus, saya khawatir akan menimbulkan lebih banyak kerusuhan dari pihak ormas.
Saya harap hukum dapat berlaku adil bagi semua pihak, tidak sekadar menimpa Pak Basuki yang kebetulan sedang sial karena bukan berasal dari agama mayoritas di negeri ini.
Saya harap teman-teman saya dengan opini berseberangan tidak lantas bermusuh-musuhan.
Saya harap gubernur dan wakil gubernur terpilih (Pak Anies-Sandi) membuktikan diri dan kompetensi, setidaknya itulah cara terbaik meredakan amarah pendukung pihak lain.
Saya harap jumlah orang bodoh yang membenci satu negara atau satu agama hanya karena kejadian ini tidak bertambah. Berhentilah bersinekdoke.
Sekian. Tulisan ini sekadar menjadi katarsis dari keresahan saya tanpa maksud melawan opini yang berseberangan. Toh ini blog pribadi saya. Saya tidak mau isu ini terus menerus membayangi kepala tiap kali saya membuka media sosial. Saya putuskan, setelah tulisan ini, pikiran saya lega. Terima kasih banyak. Maaf kalau kelewat panjang.
© Asmi Nur Aisyah, Jatinangor 11 Mei 2017
2 notes · View notes