Tumgik
#habibah
Text
Tumblr media
♥️ 1638 likes
thegoldendaddy: Thanks for adding some sparkle to my life. ✨🎇Love you, happy Valentine's day. @ber-bonfamille-lyons
0 notes
habibahcarter · 1 year
Photo
Tumblr media
A stand-alone book in The Cascade Series Mac isn’t looking for a relationship but he can’t get Sasha off his mind. #thecascadeseries #cascadeseries #mac #bookfour #book4 #standaloneseries #jessicahansen #habibah #habibahcarter #charminglyawkwardauthor #cheffiction #mixologistfiction #beachtownromance #menofcascade #amazonbooks #kindleunlimited #kindlebooks #kindle #availablenow #availableonamazon https://www.instagram.com/p/CoKSV6tLiU0/?igshid=NGJjMDIxMWI=
0 notes
deitiesofduat · 2 years
Photo
Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media
[13] -- WEPWAWET
✦ TITLE: Lord Wepwawet -- The God of Hunting and Warfare, and the "Opener of Ways"
✦ SACRED ANIMAL: The Wolf ✦ DIVINE WEAPON: Bow and Arrow ✦ NOTABLE EPITHETS: "The Opener of Ways; Lord of the Sacred Land; Compassionate God; Who Leads the Way for the Gods" ✦ PROFILE: https://deitiesproject.com/portfolio/wepwawet/
----------
Wepwawet is an even-tempered wanderer and hunting god, who enjoys light sparring and the occasional company of others. He's proficient in creating and navigating portals with skills in spatial magic, but even his instinctual sense of direction can tend to get him lost. He is referred to as Lord Wepwawet.
DEITIES x OC_TOBER -- Deity Profiles [Full Character Lineup]
----------
Okay NOW it's the divine wolf man's turn ✨ Hi Jinkz bby I know ur there--
Wepwawet started as part of the supporting cast, and it wasn't until relatively recently that he got loads of development as a character, mostly offline with friends. It spawned from that one ask box response I drew regarding his navigation skills, or lack thereof, and what started as a what-if has become a running joke among our friend group and the cast. Wep will be fine though, he always finds his way back.
For the first fun fact, and to address some of my thought process -- I have had people politely point out how recent research suggests that Wepwawet is a jackal -- not a wolf -- or that he doesn't actually have gray fur/hair, and that's completely valid. But given how many of the deities already double up on each other's sacred animal all the time (/stares at all the lions, snakes, and birds-of-prey…), I think it's okay to keep him lupine for some additional variety -- so a wolf he will remain for DEITIES.
The 2nd fun fact isn't really new, just reconfirming how I do ship Wepwawet with my friends' OC Lady Habibah for fun. So for anyone wondering about all the WepHabi art in this post and around the blog: /points at them… that's his soulmate 💖
Tumblr media
105 notes · View notes
batikargreen · 7 months
Text
Gamis habibah cap batik pekalongan,untuk spesifikasi ada pada gambarnya y kak, baik ukuran dan lain-lainya,warna serian 5 pcs sesui digambar. Harga Grosir  79.000/min5pc | Kodian 77.000/min10pc * Reseller  77.000/min5pc ( Cara menjadi reseller klik disini ) * Agen 76.000/min5pc ( Cara menjadi Agen klik disini ) CARA PESAN sebutkan apa yang mau di order / kirim gambar/ judul baju dan jumlahnya…
Tumblr media
View On WordPress
0 notes
PELAYANAN ONLINE , wa 0813-3449-1967, UGD Melayani Apa Saja Klinik Habibah Krian
Klik https://wa.me/6281334491967, UGD Dekat Sini Klinik Habibah Krembung, UGD Near Me Klinik Habibah Krian, UGD Najava Klinik Habibah Krembung, UGD Itu Artinya Apa Klinik Habibah Krian, UGD Kasih Ibu Klinik HabibahAlamat lengkap kamiJl. Raya Cangkring, RT.07/RW.02, Cangkring, Kec. Krembung, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur 61275(Sebelah Barat Arah Masjid At-Taqwa)Fast respont : 0318856706#ugd, #autogestionugd, #campusvirtualugd, #perbedaanigddanugd, #apabedanyaigddanugd, #masukugdbayarberapa, #ugdadalah, #caramasukugddenganbpjs
Tumblr media
0 notes
Alat Lengkap, Call +62 813-3464-4159, Pelayanan Pemeriksaan Kesehatan Bayi Krembung Klinik Habibah
KLIK https://wa.me/6281334644159, Pemeriksaan Umum Dewasa dan Anak Krembung, Pemeriksaan Anak Sekolah Krembung Sidoarjo, Pelayanan Pemeriksaan Kesehatan Sidoarjo, Pemeriksaan Lengkap Dewasa Anak, Pelayanan Kesehatan Sidoarjo
KLINIK HABIBAH Jl. Raya Cangkring, RT.07/RW.02, Cangkring, Kec. Krembung, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur 61275
( Arah Barat Masjid AT-TAQWA )
Kunjungi Juga Social Media Kami :
Instagram : https://instagram.com/klinik_habibah?igshid=MDM4ZDc5MmU=
Fast Respon (031)8856-706
#KesehatanSemuanyaKrembung, #PelayananPemeriksaanKesehatan, #PemeriksaanKesehatanKita, #LayananPemeriksaanKesehatanUmumKrembung, #PemeriksaanKesehatanSidoarjo, #PerawatanPemeriksaanLengkap, #KesehatanBalitaKrembung, #LayananPemeriksaan24Jam, #LayananPemeriksaanTerpecaya, #PemeriksaanCepatKrembung
Tumblr media
0 notes
samsuludin · 1 year
Text
Facial Wash Cowok GOLDEN SKINCARE SIDOARJO
FLASH SALE, Call 0831-2135-4321, Facial Wash Cowok GOLDEN SKINCARE SIDOARJO
Tumblr media
0 notes
kaktus-tajam · 4 months
Text
Cara Terbaik Membalas Jasa Guru
Assalamualaikum warahmatullah wabarakatuh dr. Detty.. apa kabar dok? semoga dalam keadaan sehat dokter & keluarga🙏🏻
Terima kasih banyak inspirasi dokter selama ini, terutama percakapan dengan dokter di Melbourne saat 2019. Mungkin dokter lupa namun bagi saya sangat berkesan, sebagai murid yang saat itu sedang exchange namun berkesempatan berdialog bahkan jalan-jalan dengan dokter Detty.. belajar banyaak hal saat itu.
Saya hendak memberi kabar baik dokter, insyaAllah saya akan melanjutkan studi S2. Alhamdulillah saat ini sudah diterima di Harvard Medical School dengan beasiswa LPDP. Mohon doa restu dan nasehat dokter..
Setelah beberapa hari lalu mendapat letter of acceptance dari Harvard, aku mengabari beberapa guru dan dosen. Salah satu dosenku yang kuhubungi adalah dr. Detty Siti Nurdiati, MPH, PhD, SpOG(K).
Beberapa jam kemudian, ada pesan masuk.
Ternyata beliau sedang berada di tanah para Nabi, bumi yang diberkahi Allah. Tanah Syams: Palestina.
“MasyaAllah Tabarakallah. Saya merinding membacanya. Doa terbaik saya untuk dr. Habibah dari tanah para nabi yg diberkahi Allah, Palestina”
Beliau kemudian menambahkan:
Tumblr media
Aku yang jadi merinding.
Kilas balik ke 2019 ketika dirizqikan berjumpa beliau di Melbourne tanpa sengaja. Allah memang pembuat skenario terbaik. Saat jauh di negeri seberang justru bisa bertemu secara eksklusif, karena di kampus kami terpisah oleh kesibukan. Hanya dapat mengagumi Director of Cochrane Indonesia ini di kelas, saat lecture-lecture beliau.
"Dulu saya bela-belain menjadi asisten dosen untuk 3 departemen, demi menghidupi diri saat kuliah."
Sore itu, sambil menysuri St. Hilda Beach diiringi angin kencang, Allah mengajarkanku tentang kegigihan.
Kegigihan dr. Detty meniti pendidikan. Dengan latar belakang keluarga beliau yang kurang mampu, dokter Obgyn ini harus berjuang dengan beasiswa sejak bangku sekolah.. hingga S3.
Jadi asdos satu departemen aja berat, ini tiga. Batinku.
Setelah lulus menjadi dokter, beliau mendapat beasiswa dari Dikti untuk studi S2 di Swedia. Maka setelah menyelesaikan program wajib kerja 5 tahun sebagai obsgyn, beliau berangkat. Ternyata, setelah lulus.. beliau ditawarkan melanjutkan S3 oleh pemerintah Swedia.
Wah semangat sekali ya beliau sekolah terus.. MasyaAllah..
Awalnya beliau enggan karena harus meninggalkan anak-anak di Indonesia untuk periode waktu yang panjang. Namun berbekal ridha suami, beliau akhirnya mengambil tawaran tersebut.
Suami saya justru yang memotivasi saya. Kata suami saya: kesempatan tidak datang dua kali.
Alhamdulillah selama perkuliahan beliau diizinkan untuk pulang ke Indonesia dan menemui keluarga. Tidak hanya sekali, dua kali: 4x! dan itu semua dibiayai.
Beliau tersenyum sambil berkata,
Mungkin jarang yaa saat itu, ada seorang wanita, berjilbab pula, yang mau sekolah jauh-jauh (di tempat yang musim dinginnya -44 derajat Celsius).
Maka saya disekolahkan, tanpa harus ada tanggung jawab moral dan syarat mengabdi ke pemerintahan Swedia. Alhamdulillah.
Ternyata dengan niat yang baik, Allah mudahkan beliau mengikuti banyak courses di kota lain di Eropa (Geneva, London, dll.) secara cuma-cuma, selama studi S3 tersebut.
Kami terus mengobrol bahkan ketika di atas tram (kereta listrik di Melbourne). Aku sungkan dan canggung. Maklum, ini kali pertama aku belajar networking. Hehe. Apalagi dengan prestasi dr. Detty yang luar biasa. Minder sekali.
Namun.. beliau adalah dokter yang keibuan, rendah hati dan bersahaja. Terbukti dari hangatnya beliau menyimak cerita-cerita recehku tentang exchange hehe..
Wah, alhamdulillah ya dek masih muda sudah bisa dapat banyak pengalaman di luar negeri. Saya jadi ingat, pertama kali saya berangkat ke luar negeri. Saat itu saya kuliah semester 3. Saya diminta mewakili Indonesia untuk konferensi di Bangkok. Saat berangkat di bandara Adisucipto, saya diiringi seakan saya hendak berangkat haji.
dr. Detty tertawa mengenang ramainya keluarga dan dosen (dosen-dosen legendarisnya FK UGM) yang melepas kepergian beliau saat itu ke bandara. Memang di era tersebut, masih sedikit sekali orang Indonesia yang dapat berangkat ke luar negeri. Apalagi dengan ekonomi keluarganya saat itu.
Pertemuan itu membekas sekali. Aku terharu, juga tertampar. Ya Allah, banyak hal yang perlu kusyukuri. Banyak privilege yang Allah berikan padaku. Hari itu aku membatin, ingin mensyukuri nikmat ini dengan terus menuntut ilmu. Dengan terus mencari ladang amal yang bermanfaat untuk ummat. Hari itu terbersit di hati (dari Allah): semoga bisa bersekolah lagi, jika memang studi tinggi dapat meluaskan kebermanfaatan diriku.
Beliau satu dari sekian banyak guru-guru yang berjasa dalam hidupku.
Seorang kakak dulu mengingatkanku: jasa guru dan dosen tidak akan dapat terbayar,
Maka cara terbaik membalas jasanya adalah dengan mengamalkan ilmu yang diberikannya. Cara terbaik membalas jasanya adalah dengan mendoakannya. Doa agar Allah melipatgandakan kebaikan untuknya dan keluarganya.
Maka jika sekarang aku berdiri di titik ini, tidak lain dan bukan adalah akumulasi dari jasa banyak sekali manusia. Hanya Allah-lah yang dapat membalas kebaikan mereka, keikhlasan mereka.
Selamat terus bertumbuh, merely standing on the shoulders of giants.
-h.a.
Saya tidak pintar, namun saya dibiasakan dan dimudahkan mengamalkan satu amalan ketika saya belajar. Dari kecil, saya selalu belajar dalam keadaan berwudhu.
-dr. Detty Siti Nurdiati, MPH, PhD, SpOG(K)
Mohon doa untuk guru-guru kami..
44 notes · View notes
hani-reflection · 24 days
Text
It calls me.
Just a few days ago, I was throwing back to my old post, my old writings. I saw those words I used to write, I saw those sparkling.
For once, life was back to its colors I used to see.
Suddenly I came to my realization: Wow, how I used to love to write. Instead,
I was a story-teller!
For a while I had those butterflies, thinking I used to have power. Power to say what I have to say.
But then I stopped there for a second. I look through myself now, confused.
Wait, where did my words go?
Did I lose them?
But they answered,
we didn't go.
So then I asked my confidence,
where have you been?
She stood there, silent.
But last night, I read some beautiful writings from Mbak Habibah @kaktus-tajam . Her writings caught me off guard.
It calls me.
Thank you Mbak, and all praises to Allah, who sent me to your beautiful pieces of stories, reminding me of how to say what we have to say, to speak up, to reclaim our confidence, and to dream.
17 notes · View notes
x-z-x · 2 years
Text
RUBÍ
→ Seth x Diosa!OC [Habibah]
✦ Sinopsis: Hathor genera su primer descendiente y Seth es el último en enterarse.
✦ Palabras: 5391
✦ Advertencias: Incesto / Smut + Asfixia erótica.
✦ ENNEAD es un manwha basado e inspirado en la mitología egipcia. Explicaré a los dos dioses más importantes para la historia, el resto no son relevantes y tómenlos como simples personajes si no los conocen.
Seth: Dios de la Guerra y Desiertos.
Hathor: Diosa del Amor y Belleza.
✦ Nota: Este oneshot lo publiqué en un blog viejo, así que pueden haberlo visto antes en Tumblr. ¡Ojalá les guste! Comentarios, likes y reblog son muy apreciados ♡
Tumblr media
—¿Qué le sucede a Hathor?
Los presentes voltearon y mala cara se posó en algunos al ver al nuevo integrante de la habitación, Seth enarcando una ceja y Sekhmet sonriendo en grande dispuesta a darle respuestas.
—Al parecer su hija está causando problemas —rió con malicia.
—¿Desde cuándo ella tiene descendientes? ¿Quién de ustedes fue? —preguntó ligeramente agresivo por la confusión.
—Ninguno —suspiró Maat con los brazos cruzados—. Hace tiempo tuvo una aventura y...
Seth hizo un sonido que señalaba su opinión de lo idiota que era por caer en preñez y pronto les observó con sospecha respecto a si aquello fue un secreto que por años guardaron solo de él.
—¿Qué hizo para que Hathor pasara corriendo por los pasillos entre sollozos?
—Nació con la belleza correspondiente a la posición y aspecto de su madre. Gusta de bailar y viaja con un grupo a distintas ciudades para dar espectáculos, pero su rostro está llamando bastante la atención —explicó Bastet.
—En serio, ¿el problema es que tiene muchos pretendientes? —burló con un bufido.
—Va más allá de eso, algunos son divinidades que están comenzando a pelear y generar caos —dijo Maat marcando la importancia del asunto—. Pedimos que Hathor pusiera orden y le exigiera que actuara correspondiente al título de diosa, pero…
—¿Diosa? ¿Su hija ascendió? —preguntó con menos simpatía.
—Es la Diosa de las Piedras Preciosas y Metales, todo lo que usamos fue confeccionado por ella —dijo Thoth mientras señalaba el increíble collar que lo decoraba.
Isis sonrió con burla y Seth desechó la situación como una pérdida de tiempo, enseguida abandonando el lugar y dirigiéndose a su templo. Al llegar, contrario a lo dicho, impuso que los sirvientes más fieles buscaran aquella chica que todos atraía, pero la información llegó varios meses después y para ese entonces cualquier interés había desaparecido.
Aún así, Hathor no dudó en enfrentarlo cuando se enteró que él sabía que su preciada hija vendría a la ciudad. Estaba nerviosa y alterada, y que el hombre la minimizara no ayudaba en lo absoluto.
—¡No te metas con mi bebé! ¡Yo me encargaré de los enamorados, eliminaré cada rastro de afecto y nada sucederá! —gruñó con el ceño fruncido.
—¿Recién ahora decides actuar? Batallas y varios conflictos se han dado por su culpa, y ese es mi territorio.
—¡Es la victima, no la responsabilices! Si le haces algo…
—¿Qué? —enarcó una ceja sonriendo desafiante—. ¿Acaso crees poder enfrentarme?
Hathor se puso bordó y la pupila de sus violáceos ojos se volvieron verticales, el aura que la rodeaba siendo sumamente amenazante.
—Haré hasta lo último para terminar contigo si te metes con ella, no importa si debo cambiar los sentimientos de cada ser viviente para que la protejan y vayan contra ti —aseguró con chispas surgiendo de la punta de sus dedos, acto seguido dando la vuelta y saliendo del salón.
—¿Desde cuándo se atreve a hablarme así? —sopesó molesto, las uñas de sus dedos golpeteando el trono que ocupaba.
Eligiendo ir sin importar qué, indicó que preparan ropa menos llamativa y que lo cubriera bien al su cabello rojo no pasar desapercibido. Se envolvió en lino y partió al anochecer a la zona indicada, donde frunció el ceño al ver la gran cantidad de gente que ya ocupaba la delantera.
—Señor, venga por aquí —avisó una joven con fina joyería y gran sonrisa.
—No me toques —gruñó cuando lo sostuvo del brazo.
—Por favor, tengo indicaciones de la interprete principal de llevarlo a primera fila —explicó sin perder la gracia.
Seth entrecerró los ojos y avanzó notando que varios mortales vestidos como ella organizaban a los espectadores. Mujeres y hombres le observaron pasar preguntando quién era para salvarse de quedar atrás, al frenar siendo dejado en un área con almohadones a pocos metros del escenario desmontable.
Con la bajada del sol antorchas fueron encendidas y los músicos se acomodaron en sus bancas mientras comentaban por lo bajo entre sí. Tomó un tiempo a que el espectáculo comenzara, un hombre dándoles la bienvenida antes de entregar la dirección de que empezara el sonido de tambores y demás instrumentos. Los primeros en salir fueron un grupo mixto que danzaba en parejas o pequeños conjuntos antes de romper formación para interactuar con el publico. Seth admiró la presentación pensando dónde encontraron tanta gente hermosa y talentosa, el publico riendo y aplaudiendo ante el buen ánimo que los artistas imponían.
Los minutos fluyeron en una actividad diferente para él, el acto final arribando y levantándose una tela en donde varias siluetas femeninas captaron la atención. Un ritmo diferente empezó y el paño fue soltado por los hombres que se sostenían en escaleras, nueve mujeres enseñando sus espaldas con una estando en la punta de la formación V. De a poco voltearon y finalmente apareció el rostro de la chica que fue a conocer, la boca de Seth quedando entreabierta en una expresión anonadada.
Con una sonrisa confiada y seductora de labios rojos como rubíes, la diosa levantó los parpados y enseñó irises de un purpura oscuro con largas pestañas heredadas de su madre. Dio lentos pasos mientras las demás femeninas se repartían en el escenario, en sincronía comenzando su coreografía con increíble actitud. Cristales y cuentas doradas se entrelazaban en el cabello y volaban cuando giraba, las decoraciones que vestía brillando tanto como ella mientras quitaba el aliento de cada presente.
Los rojos ojos de Seth siguieron cada movimiento y admiraron las curvas que se ondeaban pícaras, ella no fijándose en él hasta que se aproximó a la zona privilegiada. El baile ahora era libre y las personas de las anteriores actuaciones salieron a unirse a la diversión, la mujer agachándose con aire depredador y avanzando al borde del tablón con las manos y rodillas. La gente gritaba emocionada y ella no paró de mantener el contacto visual hasta que se elevó meneando despacio las caderas. Recorrió sus piernas, muslos, cintura y cuello en un espectáculo sumamente sensual, pronto dando media vuelta y llamando a uno de los hombres que danzaba cerca.
Euforia inundó ante lo que podía suceder, Seth apretando los dientes y observando casi sin pestañear como ella colocaba ambas manos en los hombros del masculino y comenzaba a rozarle. Él la sostuvo y la hizo girar conociendo sus intenciones, sin dudar yendo a tocar y acariciar el expuesto vientre mientras observaba al dios con sumo desafío. La llama del orgullo y la competencia se encendió en el pelirrojo, enseguida comprendiendo como era tan fácil que la gente peleara por ella cuando a ese punto, gracias al calor de las grandes antorchas y el baile, brillaba en leve sudor y poseía las mejillas sonrosadas como bellos granates.
—Te esperaré —indicó, el sonido no apreciándose entre la música y el bullicio.
Seth comprendió lo dicho por el movimiento de labios y observó como tiraba una pulsera a sus pies. Algunos se estiraron esperando tomarla, pero el chico la cubrió con una mano y los miró con tal severidad que retrocedieron.
Una vez que el evento terminó decidió esperar alguna señal, de golpe el accesorio comenzando a calentarse y enseñar cierta fuerza que lo impulsaba a seguir una dirección. Se dejó guiar entre un par de concurridas calles hasta doblar en un callejón, ahí la mujer aguardándolo contra una pared mientras se miraba las uñas.
—De todos los dioses, eras al que menos esperaba que viniera a verme.
—Supe de tu existencia hace poco, a diferencia del resto —explicó con cierta recriminación.
—Es entendible, según me dijeron tu ánimo es bastante volátil y agresivo —encogió los hombros como si no le importara demasiado—. ¿A que se debe la asistencia? —inclinó la cabeza acortando la distancia, pero pronto se vio incapacitada al arena envolver sus piernas.
—Como Dios de la Guerra y el Desierto, vengo a encargarme de los problemas que generas con tus conquistas.
Ella miró a un costado y rodó los ojos guardando silencio, a lo que Seth hizo un sonido con la garganta que la presionaba a hablar.
—¿Tienes algún lugar más privado?
Él lo consideró entrecerrando los ojos y pronto la tomó del brazo para hacerla desaparecer en un torbellino.
—Esto es… —dudó de seguir al ver lo que la rodeaba.
—Mi templo —terminó la frase mientras se despojaba del lino innecesario, el colorado cabello quedando libre y adornándole los hombros.
—Wow —exclamó mientras suavemente agarraba un mechón—. Podría crear tantas cosas bonitas para realzar el color, tan bello…
Seth la agarró de la muñeca en señal de advertencia, permitiendo que ella sonriera divertida y le lamiera la mano sin desviar la mirada.
—Cuidado o te cortaré la lengua.
Bufando, se liberó del agarre y le dio la espalda para dar elegantes trotes hacia las enormes escaleras que llevaban a la edificación principal. Las joyas e hilos de gemas que colgaban golpearon armoniosos en cada paso, de manera increíble brillando más que el oro cuando se acercaba a las antorchas.
—Es enorme, no me molestaría pasar algunas semanas aquí —rió traviesa mientras Seth la seguía a una buena distancia.
Los rojos ojos distinguían cada movimiento y admiraban todo lo que era, una necesidad de origen desconocido aumentando sin frenos desde que la divisó por primera vez.
—¿Acaso ofrecí que te quedaras?
—¿No quieres? Soy buena compañía —volteó para retroceder de espaldas—. ¿Sino por qué crees que quienes me conocen pelean por tenerme? —guiñó un ojo.
—Sexo.
—¿Si fuera solo eso por qué no se olvidan de mí una vez que me voy? ¿Qué los hace apegarse tanto? —aminoró la velocidad para quedar cerca—. Hoy mismo lo has visto, el publico se exalta con verme… Incluso tú.
Seth apretó los dientes en descontento y ella sacó la lengua en burla.
—¿Tienes el permiso de tu madre para relacionarte con dioses?
—Hace centenas de años que no necesito su aprobación —rió—. Hoy he hablado con ella y le dije que trataría de evitar generar caos. Quién sabe, tal vez pegarme al Dios de la Guerra sea la solución.
—Serás un dolor más que un placer.
La frase hizo que la femenina riera fuerte y luego fingiera una expresión de profunda reflexión.
—¿Tienes músicos? Tal vez un baile privado te cambie de opinión.
—Primero debemos resolver ciertas cuestiones —dijo indiferente, pero ella sabía bien que con un empujón caería—. ¿Cuál es tu nombre?
—Te lo diré dependiendo de lo que decidas luego de mi danza.
Él encajó la mandíbula detestando la ligereza con la que hablaba y el brillo malicioso de ambos ojos, la sonrisa permanente enervando sus nervios al lucir como si estuviera en control de la situación.
—¿Por qué vives como nómada haciendo espectáculos?
—Mortales o inmortales, cada ser nace con una familia a la cual puede apreciar como tal o no. Mi madre es una de las mejores cosas que me sucedieron y siempre estará en mi corazón, pero el resto realmente no importa mucho. Conocí gente de intereses compartidos y con quienes disfruto pasar los días, confían en mí y yo confío en ellos, así que los escogí —explicó con un nuevo aire rodeándola—. No abandonaré esa caravana, no cuando todos los que aprecio tienen fecha de caducidad.
—Tienes sentimientos poco propios de una divinidad.
—¿Qué es un dios sin humanidad? Si no entiendes a la gente que debes proteger, representar y servir, ¿cómo puedes ser un soberano empático y respetable? —preguntó con pura seriedad en los ojos—. Sé que nunca reinaré Egipto, pero eso no me hace indiferente a quienes me rezan.
—Por como hablas, no me surgen dudas de que eres cercana a Osiris e Isis.
—Bien pensado, ambos participaron mucho en mi crianza —cruzó los brazos poniendo peso en una cadera.
—Como sea —imitó su postura viéndola de arriba a abajo—. ¿Eres incapaz de ordenar a tus amantes que dejen de pelear por ti?
—La mayoría ni siquiera han podido tocarme un pelo, solo luchan por el mero deseo de querer hacerlo. He intervenido, pero quien realmente deberían ponerse a trabajar aquí es Nephthys y hacer que crezca la paz.
—No cuestiono aquello, deberían haber recurrido a ella desde un principio.
—Es tu hermana, si no actúa podrías pedírselo.
—¿Quién crees que soy? ¿Tú mensajero? —enarcó una ceja.
—Vaya —suspiró inclinando la cabeza—. ¿Entonces qué? ¿Nos acostamos y dejamos que el rumor corra para que los dioses se asusten?
—Realmente eres insistente ¿Tantos me deseas? —chasqueó la lengua para sonreír socarrón.
La pregunta arrancó una seca risa de la chica, quien se acercó.
—No voy a negar que eres sumamente atractivo, pero desde antes que asistieras al espectáculo sabía que ésta noche tenías ganas de pasarla bien. Si no me acompañas, iré a buscar quien me complazca.
Seth inspiró y le sostuvo la mirada, su corazón acelerándose y debiendo contenerse de desviar la vista por como parecía acercarlo al abismo.
—Creo que ofreciste bailar para cambiar mi opinión, ¿o no?
—Al fin pasamos a lo importante —dijo complacida retrocediendo un poco—. Guíame hacia tus músicos.
El masculino tomó la delantera y le hizo esperar mientras ingresaba a una habitación. Desde el exterior oyó como hombres y mujeres lo saludaban apurados, enseguida acatando sus ordenes y generando algunas notas accidentales en el proceso de trasladarse. Una considerable fila de personas salió y la observaron, ella sonriendo y apreciando acostumbrada como varios dejaban caer la mandíbula en sorpresa.
—¿Con qué se distraen? —preguntó Seth desde el fondo, su voz provocando que todos abandonaran la estupefacción y agitaran el paso.
—Si decides no tener sexo conmigo, me alegra saber que no tendré que buscar lejos.
Él le miró de reojo e inspiró profundo antes de lanzar el cabello hacia atrás.
—Vamos.
Caminaron con tranquilidad y el dios entró primero a una enorme habitación donde un inmenso colchón reposaba casi a nivel del suelo. Postes con enormes cortinas descansaban listas para tapar la cama del exterior, cuatro sirvientas prendiendo incienso y preparando alcohol antes de seguir cualquier otra instrucción.
—Suelten las telas laterales.
El pequeño grupo se apuró a cumplir y liberaron los nudos, solo dejando un sector descubierto.
—Interesante —comentó la diosa dando algunos pasos por el ambiente.
Los músicos llevaron sus instrumentos y se acomodaron donde los gruesos paños no podrían enseñarlos, la intención de solo observar a la invitada siendo clara.
—Preparate como desees —dijo Seth moviendo una mano de manera desinteresada antes de dirigirse a la cama y recostarse contra una gran montaña de almohadas.
Dos de las femeninas acercaron copas doradas llenas de vino, las cuales ambos aceptaron antes de que él ordenara que se fueran.
Bebió con tranquilidad y se acercó a los presentes para conversar el tipo de música que quería, ellos acatando cada palabra e intercambiando opiniones antes de llegar a un arreglo. Asintiendo en complicidad por solucionar aquel tema, se colocó a varios metros del lecho frente a donde estaba abierto.
—¿Listo?
—¿Tú lo estás? —enarcó una ceja mientras el incienso comenzaba a hacerse sentir.
Guiñando un ojo, tragó de una vez todo lo de su copa y luego la levantó en el aire. Ante la señal, los artistas comenzaron a tocar y ella le dio la espalda mientras mantenía el brazo extendido por sobre su cabeza.
Meciendo despacio las caderas de lado a lado, el oro que sostenía comenzó a derretirse y cambiar de forma. Chorreó por su brazo hasta formar una pequeña cabeza y luego un alargado cuerpo, la recién nacida serpiente enrollándose y bajando hasta posarse en el cuello. Poniendo ambas manos en tan sensible zona, de a poco giró y sonrió cerrando los ojos para permitir que el sonido la llevara a donde debía. Se acarició las clavículas y los hombros antes de extender los brazos, el ficticio animal moviéndose por su pecho y rodeándola, de pronto un sector del lino cayendo y revelando un seno.
Como si nada hubiera sucedido, ella continuó con lo que bien sabía hacer mientras el metal acariciaba y abrazaba cada parte en el proceso de descender. Sus decoradas muñecas y dedos rozaban la piel y creaban perfectos movimientos en al aire, varios de los presentes perdiéndose en los vaivenes hasta que contuvieron el aliento cuando la serpiente llegó a la prenda que escudaba la mayor intimidad.
Sin importarle nada, ella volteó y colocó ambas manos en la zona posterior de sus piernas para arrastrarlas hacia arriba y cuidadosamente levantar un poco del paño. La serpiente enrolló una de las palmas al muslo para que no pudiera quitarla, de esa forma aprovechando a meterse bajo la falda.
Un murmullo del lado izquierdo se escuchó y la femenina miró sobre el hombro para apreciar como Seth no despegaba la mirada, pero que una de sus cejas realizaba una contracción involuntaria al comentario que ella llegó a escuchar. Lanzó la cabeza hacia atrás y doblo el cuerpo hasta el punto de casi poder verlo, con los dedos libres acariciando desde el vientre hasta al seno libre y apretarlo.
La cola del animal fue soltándola de a poco y ella giró para enseñar como ésta salía por el frente y empezaba a subir, así arrastrando la tela hasta el borde de mostrar su entrepierna. De todos modos, no daría tal panorama e hizo que ligeramente cambiara de dirección y fuera de una forma donde no tirara de más. Giró sobre uno de sus pies reconociendo que pronto llegaría un fuerte golpe de tambor, en ese instante cayendo de rodillas con las manos extendidas y todo el cabello hacia delante.
De a poco fue irguiéndose y los músicos apreciaron los movimientos para acomodar el ritmo, al sentarse separando las piernas y sentándose entre ellas. Conectó miradas y sintió como el rojo de sus irises quemaba, provocando que sonriera antes de voltear el rostro y ver a una de las mujeres que antes llamó su atención. Era bonita y toda una tentación si Seth decidía dejarla ir, en menos de un segundo pensando qué decirle para seducirla hasta que la voz del dios resonó.
Todos salieron del trance y frenaron lo que hacían, los músicos juntando rápidamente los instrumentos para abandonar la habitación. En un par de minutos quedaron a solos y la femenina se acercó al pie de la cama, donde inclinó la cabeza viéndolo intrigada.
—¿No te gustó la presentación?
Seth inspiró profundo y bebió hasta la última gota de vino, de esa forma descartando la copa fuera de la cama con un fuerte sonido. Acomodó mejor su cuerpo y movió el dedo índice en una moción que decía que se acercara, ella sonriendo y dando unos pasos en la cama antes de ponerse en cuatro. Gateó hacia él hasta quedar encima, la serpiente irguiéndose curiosa y traspasándose al cuerpo del pelirrojo mientras se observaban en silencio.
—Fue irrespetuoso observar a otra persona cuando debías convencerme a mí.
—¿Por eso cortaste el baile? Solo analizaba la mejor opción si decidías pasar de tal increíble oportunidad —justificó antes de acercarse más y dejar ambos rostros a pocos centímetros—. ¿Cuál es tu respuesta?
Manteniendo silencio unos momentos, colocó la mano derecha en su cabeza para extinguir toda distancia. Ambos pares de labios se encontraron y no tardaron en enredarse, los del masculino sintiéndose increíblemente suaves entre el aroma del vino que bebieron.
—Cuando decidiste conocerme, ¿habías planeado ésto? —preguntó al separarse, él acariciándole la parte baja de la espalda.
—No, ni siquiera sabía quien eras.
—¿Entonces?
—Eres la primer descendiente de Hathor y ella celosamente te ocultaba de mí, solo fue curiosidad —respondió—. ¿Tú? ¿Por qué me diste la pulsera?
—¿No es obvio? Me atrajiste desde el momento en que te vi, definitivamente quería que compartiéramos cama.
Seth hizo una pequeña sonrisa de costado y tiró hacia atrás el cabello con las líneas de gemas entrelazadas, su mano cerrándose como una coleta en aquel brillante manojo.
—¿Cuál es tu nombre? —preguntó viéndola de una manera muy diferente, desde cerca su increíble aspecto deslumbrándolo muchísimo más.
Ella sonrió e inclinó la cabeza fijándose en una de las cortinas como si estuviera pensando si debía revelar tal información, pero terminó por voltear y besar la palma que reposaba en su mejilla.
—Habibah, significa “aquella que es amada” —confesó, con una sola mirada riendo en complicidad.
—Tu madre realmente sabía lo que hacía, porque es lo que todos parecen hacer cuando te conocen.
—¿Incluso el Dios de la Guerra y el Desierto?
—No soy como el resto, ¿crees poder lograr algo como eso? —dijo con un dejo de competencia, pero sonaba más como una invitación a continuar lo que empezaron.
Aceptando el reto y todo lo que implicada, lo besó introduciendo la lengua y Seth tensó el agarre para enseguida tomarla de la cintura. Acarició la caliente piel y luego empujó hacia abajo, de esa forma ambas entrepiernas encontrándose y ella logrando sentir la erección. Con ninguna duda empezó a mover las caderas y el masculino soltó un pequeño suspiro complacido, sus dedos aventurándose a sostenerla del trasero.
Habibah pasó una mano entre los mechones rojos y luego descendió, despacio recorriendo el pecho hasta centrarse en uno de los pezones. Seth apretó los dientes y deshizo el prendedor de la tela superior, pronto acariciando lo que hubiera a alcance y ordenando que se acostara.
Sin cuestionar ella movió algunas almohadas y descansó contra el mullido colchón, ahí viendo como la serpiente se enrollaba en el brazo del hombre en un perfecto y hermoso accesorio. Él apenas tomó conciencia del oro y se enfocó en regresar las atenciones, Habibah cerrando e inspirando profundo cuando arribó a sus senos con los labios. Le acarició hombros y espalda, apenas arañando mientras lo sentía arder como el desierto bajo el sol y se concentraba en consumir cada cosa que tocaba.
El incienso empezaba a hacer efecto y aligeraba sus mentes, el deseo abriéndose camino de forma intensa y provocando que se sostuvieran con fuerza y urgencia. Ambas caderas empezaron a buscarse de manera frenética hasta el punto de que jadeaban contra el otro en rotos besos, las piernas y brazos entrelazándose en una conexión sin inicio o fin.
Habibah filtró una mano entre ambos y buscó con gran necesidad la erección, a la cual atendió con hábiles movimientos hasta que levantó la tela que tapaba su intimidad. Seth puso distancia y se apoyó en las rodillas deshaciendo la escasa vestidura y dejándola a un lado antes de encargarse de ella. Completamente desnudos y con solo joyas decorándolos, la femenina se acomodó mejor mientras él la tomaba de las piernas y la arrastraba a arriba de sus muslos. El movimiento arrancó una pequeña risa de Habibah y él le miró con ansiosa oscuridad en el proceso de acariciarle la cara exterior de las piernas.
—Hazlo —animó ella rozándole el estómago con una mano.
Seth apretó el agarre dejando momentáneas marcas y la soltó para tomar su erección, con un solo movimiento ingresando la cabeza y luego empujando a buen ritmo hasta el fondo. Ambos gimieron y la femenina lanzó la cabeza hacia atrás con una gran sonrisa, su espalda separándose del colchón mientras tiraba de las sabanas.
—Si que estás húmeda —gruñó con los pómulos sonrosados en satisfacción.
—L-Lo dices como si fuera algo extraño, ¿acaso las mujeres no se excitan contigo?
Ella tembló en emoción y placer cuando una filosa mirada roja se filtró entre los cabellos fuego, con un intenso cosquilleo viéndolo divertida hasta que casi gritó cuando él comenzó a arremeter. Quedó sin aire y trató de recomponerse con un sonido de pura sorpresa, calor y placer expandiéndose como olas desde el centro a cada rincón de su cuerpo.
—No deberías competir con el Dios de la Guerra —dijo luciendo una expresión orgullosa.
—No me importa perder —respondió sincera, pero al mismo tiempo sabiendo que aquello solo encendería más la llama.
Seth entrecerró los ojos y enseguida recobró la compostura, con falsa calma poniendo ambas manos en el colchón y ella cerrando las piernas alrededor de él. Ondeó las caderas sintiendo el falo pesar y el masculino regresó a moverse con gran potencia luego de un filoso siseo, Habibah acercándolo desde la nuca para besarlo. Sintió la lengua ingresar y tembló por como tomaba el control, las embestidas siendo constantes con una resistencia propia de una persona que batalló incontables veces para defender Egipto.
Con ojos llorosos, admiró al hombre que se movía sobre ella y le corrió el pelo con ganas de verlo mejor, en ese instante notando los aros que se movían violentos al compás de su dueño.
—Te haré unos más lindos —dijo rozando la fina y rectangular placa de oro.
—¿Cómo puedes pensar en eso en medio del sexo?
—Tal vez deberías esforzarte —presionó, a los segundos sintiendo como el ambiente cambiaba.
La habitación cayó en silencio y la piel de Habibah se erizó al considerar que había cometido un error.
—Date la vuelta —ordenó mientras salía de ella, aunque no esperó a que se moviera y la agarró del brazo empezando a acomodarla.
—Ya lo hago —dijo apurada por la insistencia, al apoyarse en manos y rodillas notando que arena se filtraba por debajo de las cortinas—. ¿Qué…?
Cualquier duda desapareció al nuevamente perder la capacidad de respirar, Seth introduciéndose de golpe y sosteniéndola del cuello con una considerada fuerza. Quedó como pez fuera del agua e intentó agarrarle la muñeca, pero la arena hizo que dejara las manos pegadas a la cama.
—Tal actitud con alguien que ha nacido muchísimo antes que tú es muy inadecuado —gruñó con sus abdominales tensos, de a poco cambiando el ángulo para rozar el punto que la volvería loca—. Hablar menos y aprender te haría muy bien.
Involuntariamente los ojos de Habibah quedaron en blanco cuando él encontró el área más débil de su intimidad, las piernas queriendo ceder y no pudiendo caer gracias a la fuerza con que la agarraba.
—Se… th… —llamó mientras los músculos se sacudían de una forma nunca antes vivida.
—¿Hm? —preguntó dejando de cortar la circulación de sangre.
Algo de conciencia regresó a la femenina e intentó pedir un tiempo por como estaba reaccionando a las perfectas administraciones, pero, a propósito, Seth puso más empeñó y evitó que pudiera hablar.
Maldijo por dentro y dejó caer la cabeza, su humedad escurriéndose por los muslos y apenas manchando las sabanas. Él la agarró de las caderas para más estabilidad y la arena se enrolló en el cuello, el que picara solo acentuando el efecto del placer y la estrangulación. Cualquier grito y gemido quedó ahogado o salió cortado, algunos jadeos logrando abandonarla mientras él respiraba pesado y ocasionalmente gruñía en profunda satisfacción.
Tratando de tragar y adorando cuando le costó hacerlo, Habibah se concentró por un breve segundo y puso la serpiente en movimiento. Las caderas de Seth perdieron ritmo, y sobre el hombro ella miró como rápidamente la dorada criatura se sostenía firme alrededor de la garganta del pelirrojo.
—D-Dos… —trató de hablar, y a propósito él aflojó la arena—. Dos pueden jugar… este juego —sonrió orgullosa, aunque enseguida rodó los ojos y cayó apoyándose en ambos codos.
El masculino inspiró como pudo, el metal no cediendo ni un poco y aumentando sus propias sensaciones.
—Sabía que serías un dolor si t-te traía al templo —gruñó con el ceño fruncido.
Habibah trató de reír, pero un sonido extraño salió mientras apreciaba como el orgasmo empezaba a formarse.
—Pero tam… también te doy... placer —defendió, sus pulmones ardiendo un poco y forzando el oro para que sufriera lo mismo que ella.
Una queja desesperada y frustrada surgió del hombre, quien apreció como la constricción generaba que ondas eléctricas viajaran a la erección. Encajó la mandíbula y lanzó la cabeza hacia atrás, con nueva urgencia arremetiendo contra la chica para provocar el éxtasis que empezaba a asomarse como una explosión.
Ambos parecían haber perdido poder en sus conciencias y cuerpos mientras se movían, sumamente abrumados necesitando la liberación de todo el placer que los consumía. Estaban a punto de desmayarse, cada tanto permitiendo algo de tranquilidad a los cuellos antes de en segundos devolverlos a la privación.
Los espasmos de Habibah se intensificaron y logró expresar el clímax que abrió un nuevo mundo de goce, sus piernas temblando incontrolables entre sonidos lascivos al la humedad haber aumentado considerablemente con la liberación. Era excesivo y Seth no pudo soportar el ser apresado por aquellas paredes, tal reacción y estímulo llevándolo al límite y terminando dentro de la femenina. Tembló y gimió alto, con cierta dificultad dando las últimas estocadas hasta que la estimulación fue demasiada y frenó.
Tanto el metal como la arena se aflojaron y los dos respiraron acelerado y pesado, con los parpados bajos dejándose caer en el colchón apreciando la comodidad. Habibah estaba boca abajo y de a poco volteó a ver al hombre, que tenía un brazo cruzado en la frente mientras se estabilizaba. Lucía igual o más hermoso que antes, su perfecto perfil siendo de envidia con tan bello color de ojos y cabello a los cuales amaría resaltar con varias creaciones.
—Eso estuvo bien —suspiró la joven mientras levantaba los brazos y se estiraba.
Seth le observó y sin saberlo hizo lo mismo que ella, en silencio admirando la belleza que con un solo vistazo logró capturarlo. Conversaron un poco y decidieron que esa sería la única ronda que tendrían, aunque sus bocas no se salvaron de enredarse con algunos roces extras de las escurridizas manos. En algún punto cayeron dormidos y el sol estaba en lo alto cuando el chico entreabrió los ojos, muy somnoliento tomando conciencia de su alrededor bien pasados unos cuantos minutos. Esencias florales inundaron su nariz y no reconoció ninguna como algo que poseyera, en ese momento mirando a ambos costados y notando que no había presencia de Habibah. Arrugó el ceño y se sentó listo para levantarse y averiguar si tuvo el atrevimiento de dejarlo, pero entonces oyó un ruido en la habitación y cauteloso corrió las cortinas.
De espaldas a la ventana, la diosa se miraba en el espejo mientras aplicaba un tipo de aceite a su rostro. El cabello lo tenía mojado y tirado hacia atrás, el sol que entraba y la iluminaba dándole de lleno para exitosamente eliminar la humedad con rapidez. Se hallaba visiblemente concentrada y no tomó conciencia de que Seth despertó hasta que sus descalzos pies hicieron leve ruido en el suelo.
—Buenos días —sonrió mientras se pasaba perfume.
—Veo que encontraste los baños.
—Si, después del espectáculo y nuestro enredo necesitaba asearme.
—Aún tengo la pulsera que me lanzaste.
—Es tuya —dijo viendo el objeto—. Con ella, si algún día estás aburrido y me extrañas, podrás encontrarme donde sea que esté y repetir lo de anoche —guiñó un ojo con aire pícaro.
Seth chasqueó la lengua y miró el accesorio sintiendo como se le retorcía el estómago, las piedras brillando tanto como ella al sol.
—Lo tendré en cuenta.
—Aún así, deberás estar preparado para cuando mi madre te vea usando algo mío —advirtió mientras estiraba el cuello y veía las marcas que él provocó.
—No podrá hacer mucho —restó importancia poniendo una mano en su cadera—. ¿Te irás a la caravana?
—Si, debo avisar que estoy bien y lista para la presentación de ésta noche.
—¿Cuánto tiempo permanecerán en la ciudad?
—Hasta la próxima luna llena.
Guardaron silencio y él cruzó los brazos, por un momento mirando hacia la ventana y el claro cielo.
—Quédate.
—¿Cómo? —elevó ambas cejas admirando su cincelado rostro.
—Durante la noche no duermas en la caravana, ven aquí.
—¿Todos los días? —preguntó sorprendida.
Seth asintió y ella pestañeó consternada antes de asentir rápido.
—Me encantaría, gracias.
—Iré a bañarme, haz lo que desees en el templo.
—¿Los problemas están incluidos? —inquirió maliciosa, y él inclinó la cabeza.
—No.
—Pero…
—En caso contrario, te castigaré.
—De alguna forma aquello suena muy prometedor, tal vez deberías darme una lección —rió divertida y seductora.
—Recién me levanto —dijo en medio de un bostezo, el rezago de anoche aún notándose—. Nos vemos después.
—Por supuesto, te despediré antes de irme.
Viendo su espalda, Habibah abandonó cualquier fachada y sonrió astuta al saber a la perfección que el hombre estaba cayendo por ella. No era diferente a cualquier otro humano o divinidad, pero sin dudas Seth era quien realmente quería y al que le daría todo si terminaba rindiéndose a sus pies.
141 notes · View notes
myyouthtragedy · 11 months
Text
on quran, surah the women, is hitting women haram or Halal in islam?:
im discussing the interpretation of this verse (ayah) in the women surah, please note that im ex-muslim and arabic is my first language.
Tumblr media
this is the common interpetation, the one Muslim feminists don't use.
Tumblr media
muslim women have been defending this ayah by saying "و اضربوهن" isnt what it means. they say it's actually striking "الاضراب" which is basically the same as "و اهجروهن في المضاجع" (leave them in their beds). so here's the story about how Muhammad got that verse
"والآية نزلت في سعد بن الربيع نشزت عليه امرأته حبيبة بنت زيد بن خارجة بن أبي زهير فلطمها ؛ فقال أبوها : يا رسول الله ، أفرشته كريمتي فلطمها ! فقال عليه السلام : لتقتص من زوجها . فانصرفت مع أبيها لتقتص منه ، فقال عليه السلام : ارجعوا هذا جبريل أتاني فأنزل الله هذه الآية ؛ فقال عليه السلام : أردنا أمرا وأراد الله غيره."
"And the verse was revealed about Sa`d ibn al-Rabe`, when his wife, Habibah bint Zaid ibn Kharija ibn Abi Zuhair, revolted against him and slapped her. Her father said: O Messenger of God, my daughter made his bed, so he slapped her! He, peace be upon him, said: To take revenge on her husband. So she left with her father to take revenge on him, peace be upon him, said: Go back. This is Gabriel. He came to me, so God revealed this verse. He, peace be upon him, said: We wanted something and God wanted another."
god wanted another, she can't take revenge. she has no right to divorce because to allah, he has done nothing wrong.
now for the interpretation that by "و اضربوهن" its just lightly hitting with a stick and not beating, or that it's actually striking from them and leaving them, this is actually false.
Tumblr media Tumblr media
the two words are very similar
the first image (left) is the one in the verse, translated to beating
the second image (right) is the one they claim to be the word in the verse, its similar but it's not the same word.
if it was striking "الإضراب" it would've been "و اضربوا عنهن"
feminists who use the feminist interpretation, i would doubt they even know how to read arabic.
there's no doubt that interpretations changes with time to fit into people's needs. as nawal saadawi said "اذا لم يتفقا النص و المصلحة غلبت المصلحة علي النص" "if interest and verses don't agree, the interest beats the verse"
this is why so many verses about slavery have been dropped and how "و اضربوهن" was turned into discipline them.
Tumblr media Tumblr media
first image (left) is translated "men are Superior to women"
second image (right) is translated to "men have a degree over them"
see the interpretation below? and the "responsibility" in brackets?
this is pure change of religion and it will still continue to do so. quran wasn't and won't be distorted, it will be misinterpreted.
feminists, let's try less to pull interpretation out of our ass, and try more to say "you're religion is misogynistic and shitty and I don't support it, go bomb a church"😊😊
32 notes · View notes
jami-attirmidhi · 1 month
Text
JAMI'at-TIRMIDHI: The Book on Hunting: Hadith 1875
Narrated Umm Habibah bint Al-'Irbad:
From her father: "On the day of Khaibar, the Messenger of Allah (ﷺ) prohibited eating the meat of every predator that has canine teeth, the meat of every bird that has talons, the meat of the domestic donkey, the Mujath-thamah, the Khalisah, and from having relations with a pregnant slave until she gives birth to what is in her womb." Muhammad bin Yahya said: "Abu 'Asim was asked about Mujath-thamah and he said: "To ensnare a bird or something and then shoot it." He was asked about Khalisah, so he said: "(Prey) that a man finds with a wolf or a predator, then he takes it from him but it dies in his hand before it can be slaughtered."
Reference : Jami` at-Tirmidhi 1474
In-book reference : Book 18, Hadith 12
English translation : Vol. 3, Book 16, Hadith 1474
4 notes · View notes
ynx1 · 1 year
Text
At the deathbed of Umm Habibah
It is reported that ‘Â`ishah, “Umm Habîbah called for me on her deathbed and said, ‘There used to occur between us the kinds of things that happen between co-wives (al-darâ`ir), so may Allâh forgive me and you those things.’ I said, ‘May Allâh forgive you all those things and release you from [all liability] for that.’ She replied, ‘You have made me happy, may Allâh make you happy.’ And she sent for Umm Salamah and said the same things to her.”
Al-Dhahabî, Siyar A’lâm Al-Nubalâ` Vol. 2 p223.
14 notes · View notes
frasa-in · 2 years
Text
Tumblr media
Ramlah binti Abu Sufyan atau yang biasa dipanggil Ummu Habibah, sosok wanita yang terpelihara. Dia adalah keponakan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan tidak ada di antara istri-istri beliau yang lebih dekat garis keturunannya dengan beliau, dan lebih banyak sedekahnya daripada Ummu Habibah. Sebelum menikah dengan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, Ummu Habibah menikah dengan Ubaidullah bin Jahsy.
Suatu malam, Ummu Habibah terbangun dari tidurnya. Ia bermimpi buruk tentang suaminya. "Aku melihat di dalam mimpi, suamiku Ubaidullah bin Jahsy dengan bentuk yang sangat buruk dan menakutkan. Maka aku terperanjat dan terbangun, kemudian aku memohon kepada Allah dari hal itu. Ternyata tatkala pagi, suamiku telah memeluk agama Nasrani. Maka aku ceritakan mimpiku kepadanya namun dia tidak menggubrisku," ujarnya.
Pagi harinya, Ubaidullah bin Jahsy berkata, "Ummu Habibah, aku berpikir tentang agama, dan menurutku tidak ada agama yang lebih baik dari agama Nasrani. Aku memeluknya dulu. Kemudian aku bergabung dengan agama Muhammad, tetapi sekarang aku kembali memeluk Nasrani."
Ummu Habibah berkata, "Demi Allah, tidak ada kebaikan bersamamu!" Kemudian ia menceritakan kepada suaminya tentang mimpi itu, tetapi Ubaidullah tak menghiraukannya. Ubaidullah kemudian murtad dan mabuk-mabukan sampai akhir hayatnya.
Ummu Habibah membesarkan anaknya sendirian di Habasyah. Peristiwa yang menimpa Ummu Habibah didengar oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Setelah masa iddahnya selesai, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam meminta bantuan Negus, penguasa Habasyah untuk melamarkan Ummu Habibah.
Negus kemudian mengutus Abrahah, seorang budak perempuannya untuk menjumpai Ummu Habibah. Ia menerima lamaran Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dengan mahar sebesar 400 dinar. Pernikahan itu terjadi sekitar tahun ke-7 H.
Setelah kemenangan kaum muslimin dalam perang Khaibar, rombongan muhajirin dari Habasyah termasuk Ummu Habibah kembali ke Madinah dan menetap bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.
Ummu Habibah selalu tegas, dan berpegang teguh kepada Islam termasuk dalam menghadapi Abu Sufyan, bapaknya. Salah satu ucapannya kepada Abu Sufyan adalah, "Ayahku adalah Islam. Aku tidak mempunyai ayah selainnya, selama mereka masih membanggakan Bani Qais atau Bani Tamim."
Beberapa tahun setelah berkumpul dengan Ummu Habibah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam wafat. Sepeninggal Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, dia benar-benar menyibukkan diri dengan beribadah dan berbuat kebaikan. Dia berpegang teguh pada nasihat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan senantiasa berusaha mempersatukan kaum Muslimin dengan segala kemampuannya sampai ia meninggal dunia pada tahun ke-46 H.
Menjelang wafatnya, Aisyah berkata pada Ummu Habibah, "Terkadang di antara kita sebagai istri-istri Nabi ada suatu khilaf, semoga Allah mengampuniku dan mengampunimu dari perbuatan atau sikap itu." 
Ummu Habibah membalas, "Engkau telah membahagiakan diriku, semoga Allah juga membahagiakan dirimu."
Frasa: Perempuan, Ilmu, dan Rasa
27 notes · View notes
FASILITAS LENGKAP, wa 0813-3449-1967, Mobil Ambulance Klinik Habibah Krian
Klik https://wa.me/6281334491967, Fasilitas Ambulance Jasa Eksekutif Klinik Habibah Krian, Fasilitas Ambulance Yang Bagus Klinik Habibah Krembung, Fasilitas Ambulance Non Eksekutif Klinik Habibah Krian, Fasilitas Ambulance Umum Klinik Habibah Krembung, Fasilitas Ambulance Terbaik Klinik Habibah Alamat lengkap kamiJl. Raya Cangkring, RT.07/RW.02, Cangkring, Kec. Krembung, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur 61275(Sebelah Barat Arah Masjid At-Taqwa)Fast respont : 0318856706#nswambulance, #ambulanceartinyaapa, #aboutwestmidlandsambulanceservice, #ambulansbasicadalah, #ambulancebahasa indonesia, #bedambulance, #bcambulanceservice, #ambulancecar
Tumblr media
0 notes
Klinik Amanah, Call +62 813-3464-4159, Pelayanan Pemeriksaan Kesehatan Anak Usia Remaja Klinik Habibah
KLIK https://wa.me/6281334644159, Pemeriksaan Kesehatan Krembung Klinik Habibah, Layanan Pemeriksaan Kesehatan Sidoarjo Klinik Habibah, Pelayanan Pemeriksaan Kesehatan Anak Klinik Habibah, Pelayanan Pemeriksaan Kesehatan Ibu dan Anak Klinik Habibah, Layanan Pemeriksaan Kesehatan Balita Klinik Habibah
KLINIK HABIBAH Jl. Raya Cangkring, RT.07/RW.02, Cangkring, Kec. Krembung, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur 61275
( Arah Barat Masjid AT-TAQWA )
Kunjungi Juga Social Media Kami :
Instagram : https://instagram.com/klinik_habibah?igshid=MDM4ZDc5MmU=
Fast Respon (031)8856-706
#PemeriksaanKesehatanKrembungKlinikHabibah, #LayananPemeriksaanKesehatanSidoarjoKlinikHabibah, #PelayananPemeriksaanKesehatanAnakKlinikHabibah, #PelayananPemeriksaanKesehatanIbudanAnakKlinikHabibah, #LayananPemeriksaanKesehatanBalitaKlinikHabibah, #PelayananPemeriksaanKesehatanBayiKrembungKlinikHabibah, #PelayananPemeriksaanKesehatanAnakUsiaRemajaKlinikHabibah, #PelayananPemeriksaanKesehatanAnakUsiaSekolahKlinikHabibah, #LayananPemeriksaanKesehatanIbudanAnakPadaMulanyaKlinikHabibah, #LayananPemeriksaanKesehatanBayiKrembungKlinikHabibah
Tumblr media
0 notes