Tumgik
#ijab kabul
ekydakka · 1 year
Text
Bikin Nyesek, Pengantin Wanita Meninggal 5 Menit Seusai Ijab Kabul di Palembang
Bikin Nyesek, Pengantin Wanita Meninggal 5 Menit Seusai Ijab Kabul di Palembang Sebuah peristiwa tragis terjadi di Palembang, Sumatera Selatan, pada hari Minggu, 2 Juli 2023, ketika seorang wanita berusia 39 tahun bernama Dwi Oktaviani meninggal hanya 5 menit setelah upacara pernikahannya. Insiden tersebut terjadi di rumah Dwi di Jalan Iswahyudi, Kecamatan Kalidoni, Palembang. Dwi dikabarkan…
Tumblr media
View On WordPress
0 notes
jhungggggg · 2 years
Text
Tumblr media
WA 62 812-1062-2114 Jasa Master of Ceremony Ijab Nikah Di Jakarta PusatJasa Master of Ceremony Ijab Nikah Di Jakarta Pusat, Jasa pembawa acara Akad Nikah Di Jakarta Pusat, Jasa pembawa acara Ijab Kabul Di Jakarta Pusat, Jasa pembawa acara Ijab Nikah Di Jakarta Pusat, Jasa pembawa acara Perkawinan Di Jakarta Pusat, Jasa pembawa acara Pernikahan Di Jakarta Pusat, Jasa pembawa acara Seminar Di Jakarta Pusat, Jasa pembawa acara Workshop Di Jakarta Pusat, Jasa Master of Ceremony Akad Nikah Di Jakarta Pusat, Jasa Master of Ceremony Ijab Kabul Di Jakarta Pusat
0 notes
ramadhaniriki76 · 2 years
Text
Tumblr media
Terlaris WA 62 812-1062-2114 Jasa MC event Di JakartaJasa MC event Di Jakarta
Jasa pembawa acara Workshop Di Jakarta, Jasa Master of Ceremony Akad Nikah Di Jakarta, Jasa Master of Ceremony Ijab Kabul Di Jakarta, Jasa Master of Ceremony Ijab Nikah Di Jakarta, Jasa Master of Ceremony Perkawinan Di Jakarta, Jasa Master of Ceremony Pernikahan Di Jakarta, Jasa Master of Ceremony Seminar Di Jakarta, Jasa Master of Ceremony Workshop Di Jakarta, Jasa Pemandu Acara event Di Jakarta
0 notes
diksibising · 1 month
Text
Sekedar saling mengingatkan dan mau untuk diingatkan.
Hari terus berganti, umur semakin mengurangi. Disitulah kita harus senantiasa merenungi, sudah sejauh mana kita mengumpulkan bekal untuk persiapan nanti?
Ingat manusia adalah buronan kematian yang tak tau diri, sudah tau dirinya akan di vonis mati tapi masih bersantai dalam memperbaiki diri.
Akankah ibadah-ibadah yang sudah dilakukan mampu menolong kita nanti? Atau malah sebaliknya akan memberatkan hukuman kita nanti?
Ingat ibadah itu harus sesuai keinginan Allah, bukan menurut keinginan kita.
اِنَّ هٰذَا الْقُرْاٰ نَ يَهْدِيْ لِلَّتِيْ هِيَ اَقْوَمُ وَ يُبَشِّرُ الْمُؤْمِنِيْنَ الَّذِيْنَ يَعْمَلُوْنَ الصّٰلِحٰتِ اَنَّ لَهُمْ اَجْرًا كَبِيْرًا 
"Sungguh, Al-Qur'an ini memberi petunjuk ke (jalan) yang paling lurus dan memberi kabar gembira kepada orang mukmin yang mengerjakan kebajikan, bahwa mereka akan mendapat pahala yang besar,"(QS. Al-Isra' 17: Ayat 9)
Al-Qur'an sebuah petunjuk yang paling benar tatacara beribadah kepada Allah. Sebuah kabar yang menyenangkan bagi orang mukmin yang mengerjakan ibadah baik lisan maupun tindakan sesuai Qur'an, tidak akan Allah sia-siakan. Akan Allah beri hadiah yang besar yaitu surga. Jadi mau enak mau gak enak kita laksanakan jangan pilih-pilih karena ibadah bukan seperti menu makanan di warteg yang suka kita pilih yang ngga suka ngga kita pilih.
Jangan cuma berasumsi, dan berekspektasi. Menyangka dan berharap mendapatkan pertolongan dari Allah dan rasul-nya. Karena pertolongan Allah dan rasul-nya yang di sebut syafaatnya itu hanya akan di berikan kepada orang-orang yang sudah melakukan perjanjian atau ijab kabul dengannya. Ngga hanya cukup dengan cara meminta dan memohon harus di lakukan dengan sebuah tindakan yaitu mengucap janji dan yang namanya janji itu arus adanya saksi atau ada yang menyaksikan.
Doa tanpa melakukan itu bohong, melakukan tanpa doa itu sombong.
لَا يَمْلِكُوْنَ الشَّفَا عَةَ اِلَّا مَنِ اتَّخَذَ عِنْدَ الرَّحْمٰنِ عَهْدًا 
"Mereka tidak berhak mendapat syafaat, (pertolongan) kecuali orang yang telah mengadakan perjanjian di sisi (Allah) Yang Maha Pengasih."
(QS. Maryam 19: Ayat 87)
Lantas sudahkah kita melakukan janji?
13 notes · View notes
wong-bejo · 5 months
Text
-DO'A SETELAH IJAB QOBUL BAGI SUAMI-
Doa setelah ijab kabul ini dianjurkan untuk dibaca oleh mempelai laki-laki sembari menyentuh ubun-ubun mempelai perempuan dengan telapak tangan kanan.
اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَسْأَلُكَ خَيْرَهَا وَخَيْرَ مَا جَبَلْتَهَا عَلَيْهِ، وَأَعُوْذُ بِكَ مِنْ شَرِّهَا وَشَرِّ مَا جَبَلْتَهَا عَلَيْهِ.
Ya Allah, sesungguhnya aku mohon kepadaMu kebaikan perempuan ini dan apa yang telah Engkau ciptakan dalam wataknya. Dan aku mohon perlindungan kepadaMu dari kejelekan perempuan ini dan apa yang telah Engkau ciptakan dalam wataknya.
13 notes · View notes
shabrinana · 3 months
Text
18 ke 18
18 Mei menjadi tanggal baru yang masuk ke dalam daftar pengingat. Konon katanya angka 1 dan 8 pada angka 18 memiliki makna menjadi satu selamanya, sehingga dipilih sebagai tanggal sakral dimana ijab dan kabul diucapkan dalam hari pernikahan. Sebut saja pemaknaan barusan berasal dari si ahli cocoklogi, tiga detik yang lalu sambil membuat tulisan ini.
Dalam waktu 31 hari, 18 Mei ke 18 Juni tahun ini berjalan dengan mode ultra cepat. Saking cepatnya, cukup sulit untuk menjalani setiap momen dengan penuh kesadaran hingga menyelami rasa dan emosi yang muncul. Sampai ke tanggal 18 Mei saja rasanya surreal, apalagi sampai ke 18 Juni yang tiba-tiba sudah berbeda 11 jam lamanya dengan rumah sehari-hari.
Kalau ditanya apa rasanya, cuma bisa bilang alhamdulillah kayak mimpi. Nggak pernah terbayang ternyata pengalaman merantau pertamaku langsung mode ekstrem ke belahan dunia yang jarang sekali tersebut dalam daftar melancong impianku, apalagi menetap walau sementara.
Tumblr media
Rasanya kemarin masih duduk bernafas sejenak sambil memandang lapangan timur Masjid Salman, jajan baso tahu bersama teman-teman di seberang kantor, mencoba gerakan pose pilates ala-ala bersama guru pilates yang empat tahun lebih muda, jalan kaki bersama ibu di kompleks sebelah, ketiduran di mobil ketika dijemput bapak malam-malam, membantu enin troubleshooting HP yang katanya error padahal kepencet, menyapa kucing kuning (menolak memanggil dengan kucing oren) di jalanan rumah yang awalnya dikira hanya satu ternyata ada empat, dan momen tak terhingga lainnya bersama familiar faces yang sekarang sedang berjauhan.
Kota tempat aku tinggal saat ini terbilang sepi, katanya karena penduduknya banyak mahasiswa dan sekarang sedang libur musim panas. Menurut suami, kota ini less entertaining jika dibandingkan Bandung atau Jakarta, domisili asal kami. Menurut temannya yang dulu berkuliah di ITB Jatinangor, kota ini seperti Jatinangor, tapi masih lebih ramai Jatinangor. Tentu saja lebih ramai Jatinangor, di area yang sangat padat terdapat tiga (atau lebih?) perguruan tinggi. Pusat perbelanjaan dulu hanya ada satu (Jatos), sekarang sudah ada waralaba-waralaba ibukota yang jumlahnya satu-satu, kebayang kan kemana-mana sepertinya ketemu orang yang kenal. Ini semi-semi hiperbola, sebenarnya kotanya ramai-ramai saja lho.
Dibekali dengan diri yang masih minim riset namun bermental letsgo dulu weh, ternyata Ann Arbor (yak ini dia namanya) memiliki daya tarik tersendiri untuk orang yang tidak suka ramai-ramai sepertiku. Meskipun datang bukan sebagai mahasiswa, setiap kali diajak eksplor kampus rasanya ingin ikut membaca, menulis, belajar hal-hal yang sudah lama tertunda, laptopan, drafting ide-ide yang muncul di kepala.
Perpustakaan kampus ada berbagai macam dengan arsitekturnya yang menarik mata dan boleh dimasuki oleh siapa saja, belum lagi district library yang jumlahnya ada lima dalam satu kota. Di area downtown, terdapat toko buku bernama Literati yang sangat bikin betah dan berbagai toko buku bekas yang belum aku jelajahi semuanya. Dulu sering ngebatin pengen deh di kota tempat tinggal ada lebih banyak tempat umum buat baca atau ber-produktif-ria, dengan fasilitas yang nyaman dan bisa diakses seluruh warga kota. Alhamdulillah di sini diberikan rezeki itu, maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan? Ayo gunakan kesempatannya buat banyak baca dan dalami ilmu-ilmu yang ingin dipelajari, Shab!
Masih banyak aspek kota yang belum dieksplor, tapi insya Allah akan menyenangkan untuk disinggahi satu per satu. Sekilas cari-cari di Instagram dan juga pamflet yang ditempel di sudut-sudut kota, ada banyak komunitas dan kegiatan kerelawanan yang bisa diikuti, salah satu yang menarik adalah relawan taman kota. Bagi yang suka blusukan, banyak sudut kecil di jalanan tempat para seniman mural berkarya. Selain itu banyak sekali event lokal yang dibangun dengan semangat komunal, yang tidak harus ramai-ramai dan tetap disyukuri berapapun peserta yang akan hadir.
Jalan dua minggu di sini aku masih harus bekerja ngalong, alias bekerja dengan jam kebalik karena mengikuti WIB. Alhasil jalan-jalan di waktu "normal" dengan tenang baru bisa dilakukan Mulai dari Jumat sampai Minggu. Berhubung judul tulisan ini adalah review perubahan secepat kilat dari tanggal 18 ke 18 lainnya, adaptasi adalah hal yang sedang diupayakan sebaik-baiknya. Bukan hanya pindah domisili, tapi juga pindah kartu keluarga yang mana sekarang ada peran baru sebagai istri dalam rumah tangga.
Buat seseorang yang selama 28 tahun hidupnya tinggal bersama keluarga di rumah, mengurus rumah tangga sendiri rasanya seruuu sekali (dalam arti yang sebenar-benarnya). Rasanya tiap hal kecil, tiap aktivitas, tiap hari ada aja hal baru yang perlu dipelajari dan dievaluasi. Sangat rawan jadi overwhelming, tapi bismillah tarik napas ayo ingat jalani semuanya satu per satu. Gapapa kalau masih melakukan kecerobohan-kecerobohan lucu, yang penting tahu berikutnya agar lebih hati-hati lagi.
---
Dengan ini mari kita akhiri dulu tulisan pertama dari Ann Arbor! Satu bulan lebih sembilan hari sudah dilewati, semoga hari-hari yang akan datang bisa dijalani dengan lebih berkesadaran, juga diisi dengan mencari berkah dan menemukan makna.
Have a good day!
Tumblr media
7 notes · View notes
putrhanna · 2 years
Text
Menikah Denganmu
Tumblr media
Bukanlah kebetulan, namun sudah Allah rencanakan. Bahkan sejak aku lebih dulu lahir dari kamu.
Tepat pada hari itu kau menjabat tangan waliku, memegang erat dengan penuh keyakinan bahwa tidak ada pengulangan ijab kabul.
Dua org saling bertatapan. Waliku, dihadapkan dg seorang pemuda asing yg nekad menghalalkanku. Matanya menyiratkan tanda semoga kelak kau dan putri kakakku memperlakukan istrimu dengan sebaik-baiknya. Menjadikan dia ratu di kehidupanmu, menjadi tempat berkeluh kesah di kerisauannya, menjadi pundak tempat dia bersandar. Karna saat itu tiba hanya kau yg ia punya.
Sesekali ku lihat wajah org yg menjabat tangan waliku, kuperhatikan genggaman tangannya erat kuat pertanda bahwa ia siap mengemban amanah besar selepas ini. Menjadi seorang suami dari istrinya, menjadi bapak bagi anak² nya dan menjadi pemimpin yg akan mengarahkan keluarganya ke syurga.
Aku menangis sejadi-jadinya tatkala bapak penghulu itu meminta kami menatap mata sang ibunda. Tidak, matanya terlalu mulia untuk ditatap pendosa seperti ku, tak akan pernah mampu aku menatap mata org yang telah melahirkanku, merawatku, hingga memberikanku pendidikan tinggi. Ku peluk erat tubuh lemah yg terlihat kuat itu dengan se erat²nya. Tak kupedulikan bedakku habis dan lipstick ku pudar. Yg ku ingat adalah perjuangan ibuku menyekolahkan anaknya seorang diri, bekerja banting tulang tanpa seorang suami disisinya pun aku tak pernah lupa itu. Kata² pilu ttg seorang ibu dri penghulu itu pun semakin membuat air mataku mengucur sejadi²nya. Hingga ibu mengusap air mataku, dan menenangkan ku. Kata maaf yg kuucap tidak akan pernah membasuh luka ibu Krn keputusanku. Dalam batinku, ibu tak akan pernah ku lupakan meski aku akan terbang jauh bersama suamiku. Ku pegang erat tangan ibu, ku ucapkan kata maaf, maaf telah menyusahkan mu hingga detik ini ibu.. aku menjadi saksi atas pengorbanan mu. Kan ku persembahkan semua kebaikanku untuk dirimu.
Ijab kabulpun dimulai, keringat dingin pun kurasakan. Apa jadinya jika aku yg duduk disana dan disaksikan semua org yg hadir, setiap kata dan kalimatku di dengar. Ya Rabb lancarkan lisannya, gumamku.
Ada satu riwayat mengatakan bahkan para malaikat juga ikut menyaksikannya di angkasa raya , hingga Arsy pun berguncang karna beratnya perjanjian yg dibuat olehnya didepan Allah dan para malaikat .
Karena peristiwa akad nikah bukanlah peristiwa kecil dihadapan Allah. Akad nikah yang dilakukan dua mempelai, adalah  sama tingginya dengan perjanjian para Rasul, sama dahsyatnya dengan  perjanjian bani Israel di bawah bukit Thursina yang bergantung di atas kepala mereka. Duhai agungnya pernikahan..
Hingga detik dimana aku sudah sah menjadi seorang istripun tak pernah terbayang bahwa sekrg statusku sudah berubah. Tangannya sudah halal ku genggam hingga ku cium sebagai tanda aku menaatinya. Matanya sudah halal ku tatap sebagai tanda bahwa bnyak harapanku padanya. Jiwanya sudah kumiliki sesaat hingga ajal meminangnya nnti.
Wahai engkau yg sudah kupanggil suamiku..
Besar harapku padamu untuk keluarga kecil ini. Memilihmu bukan tanpa pertimbangan dari sekian org yg Allah hadirkan dalam kehidupanku. Engkau yg kupilih sebagai teman hidupku hingga nanti menua bersamamu.
Maka penuhilah pesan agamaku, keluargaku, mamakku, saudaraku, dan teman²ku. Engkau yg berjanji telah disaksikan langit dan bumi beserta makhluk-nya, bergetar ArsyNya atas sumpahmu terhadapku. Maka penuhilah, jadilah suami yg taat pada perintahNya, muliakan istrimu, hormati ibuku dan jadikan ia seperti ibumu, bawalah aku pada jalan yg diredhoiNya, tuntunlah aku ke syurgaNya.
Jangn pukul aku jika aku berbuat salah, nasehati dan jangn membentak karna demi Allah hatiku sangat lemah terhadap itu. Jadilah bapak yg teladan untuk anak²ku kelak. Karna melahirkannya bukanlah suatu kemudahan, meregang nyawa demi menghadirkannya ke dunia ini hingga aku dan kamu di panggil ummi dan Abi.
Kelak, akan ada masa dimana kita akan diuji. Maka jika aku difitnah, jangan pernah membenciku, tetaplah menjadi peraduanku yg ternyaman.
Jika kita kekurangan materi, ingatlah bukan itu tujuan kita menikah, tapi redho Allah atas setiap syukur kita. Jika kita diuji dengan perasaan, maka hati²lah krn itu tanda setan berhasil merusak bahtera rumah tangga yg dimulai dg proses yg suci. Jika kita diuji dengan keturunan, maka tetaplah disisiku, kepedihan itu bukan hanya kamu merasa tapi juga batinku tersiksa.
Seburuk apapun aku, aku adalah istrimu. Kekuranganku sudah dilengkapi dengan hadirnya dirimu. Begitupun kamu, seburuk apapun kamu adalah suamiku yg ku terima baik dan burukmu. Yg menjagaku dan bersama hingga tutup usia.
Tetaplah menjadi suport system ku, jangan beralih dan meninggalkanku, krn kita tidak tau rencana apa yg sudah Allah siapkan untuk kita. Boleh jadi apa yg kita Anggap buruk itu baik buat kita dan boleh jadi apa yg kita anggap baik itu buruk buat kita. Tugas kita berjalan pada reelNya, jika kita keluar batas maka siap²lah di hantam batu kehidupan.
Terimakasih telah bersamaku.. ♡
Lubuk Basung, 28 Desember 2022
64 notes · View notes
ulakauni · 16 days
Text
Kan sudah ku bilang. Hati itu bolak-balik. Bisa jadi apa yang paling tidak kamu inginkan menjadi satu-satunya hal yang membuatmu semangat untuk segera menggapai mimpi.
Beberapa hal, memang selayaknya tidak perlu terlalu ditolak mentah-mentah. Tidak perlu terlalu digembar-gemborkan ketidaksukaannya. Karena jika akhirnya menjilat ludah sendiri. Kamu bisa apa. Wkwk
Proses penerimaan memang tidak mudah. Mengingat aku harus berkubang pada kenangan yang membuatku enggan untuk beranjak. Tapi jika yang kudapati adalah 'dia' versi lain, aku bisa apa. Hatiku mau bagaimana jika tidak menerima.
Ahh! Alibiku saja. Sekarang bibit cinta mulai tumbuh. Rasa ketertarikanku kala itu sekarang mulai merambat, memberikan ruang bernafas sejenak dari segala kesakitan yang kurasa. Sudah bisa merasakan bahagia atas proses penerimaan, aku sungguh lega.
Ternyata memang hidup seasyik itu. Jika kita diharuskan untuk melepas sesuatu yang teramat berarti dan penting dalam hidup kita, pasti akan didatangkan sesuatu yang setara bahkan bisa saja lebih baik untuk menggantikannya.
Gus, aku tidak tau masa depan apa yang menanti kita. Tidak tau bahasa cinta yang seperti apa dalam hubungan kita selanjutnya. Tidak tau trauma apa yang perlu untuk disembuhkan bersama kedepannya.
Paling tidak, satu bulan mengenalmu, bisa membuatku sadar, bahwa sebolak-balik itu hati manusia. Yang awalnya aku masih menolak, lambat laun menyadari bahwa penerimaan adalah jalan satu-satunya yang harus ditempuh dan dijalani.
Untungnya menjalin komunikasi denganmu begitu mudah. Aku masih bisa menjadi diriku sendiri. Aku masih aku seperti sebelumnya. Meskipun aku sekarang memiliki luka dan trauma yang memang perlu disembuhkan perlahan.
Yakinlah gus. Ketika nanti akad benar tertunaikan. Akan kupastikan memasrahkan seluruh jiwa dan ragaku. Semua kenangan yang pernah tertoreh dalam pikiran pasti akan kuredam satu persatu ketika riuh bergema dalam benakku.
Tolong, bantu aku melewati semua hal yang ada, termasuk rasa sakitku. Bimbing aku jika aku masih keliru. Sholihahkan diriku sesuai ekspektasi istri idamanmu.
Jadikan aku satu-satunya wanita yang beruntung, wanita yang bersyukur, wanita yang benar² legowo, dan wanita yang bangga dengan kepatuhannya dan penerimaannya pada takdir yang ada.
Aku tidak bisa meyakinkan diriku atas perasaanku. Tidak bisa meyakinkan diriku apakah aku bisa melupakan masa lalu. Jadi tolong bantu aku untuk menyembuhkan semua luka itu.
Lalu aku akan menjadi wanita yang benar² membuatmu memahami bahwa dunia seindah itu dinikmati. Aku akan membuatmu menjadi lelaki yang paling beruntung. Setidaknya, aku akan mencoba segala cara untuk berbenah dan mencintaimu dengan seksama.
Masih ada waktu penantian hingga ijab kabul dilantunkan. Semoga kali ini kamu benar jodohku. Semoga semua dipermudah, dilancarkan, selalu dilindungi dan diberkahi.
Aku yang mudah tertarik jika ada orang yang sesuai kriteriaku ini, benar-benar lelah. Harapan yang sempat menggebu, harapan yang sempat tertuju pada satu muara dihantam realita bahwa 'cinta tak selamanya berakhir memiliki'.
Aku lelah. Sudah cukup. Aku akan menjaga rasaku kali ini, aku akan mengeluarkan semua bahasa cintaku kali ini dengan orang yang benar-benar akan menjadi jodohku. Semoga benar kamu ya gus.
Aku sudah tidak lagi ingin berkubang dalam perasaan bersalah dan menggelora ketika keluar dari zona nyaman.
Jadi mari kita usahakan bersama rumah tangga yang menjadi idaman dan ekspektasi kita. Jalannya sudah terbuka lebar, tinggal kita lalui bersama dengan keteguhan hati yang nyata.
Gus, jika cintaku padamu nanti belum bisa utuh, bantu aku menggenapkannya ya.
3 notes · View notes
tempatnikahsiri · 3 months
Text
Jasa Nikah Siri Batam ditangani Ustadz Ade Ada Surat Nikah
Tumblr media
Nikah Siri Batam ?
Nikah siri Batam berpedoman di pernikahan yang telah dilakukan dengan cara agama Islam, akan tetapi tak tertera di Kantor Catatan Sipil (KCS). Pernikahan ini resmi secara agama, akan tetapi tak miliki kekuatan hukum di Indonesia.
Jasa Nikah Siri Batam ?
Jasa nikah siri Batam menyiapkan pelayanan buat menolong pasangan melaksanakan pernikahan siri. Pelayanan ini kebanyakan mencakup:
Penghulu: Cari serta mempertautkan pasangan dengan penghulu yang berotoritas buat menikahkan dengan cara siri. Proses pernikahan: Menolong acara ijab kabul, menyediakan naskah pernikahan siri, serta jadi saksi pernikahan. Dengar pendapat: Berikan dengar pendapat berkaitan pernikahan siri, tergolong hukum agama serta akibat hukumnya.
Tempat Nikah Siri Batam ?
Tempat jasa nikah siri Batam dapat dikerjakan di bermacam tempat, contohnya:
Rumah: Kebanyakan dikerjakan dalam rumah satu diantara mempelai atau dalam rumah penghulu. Mushola: Dapat dikerjakan di mushola dengan izin pengurus mushola. Kantor KUA: Walau tak tertera di KCS, sejumlah KUA mau sewakan area buat pernikahan siri.
Penghulu Nikah Siri Batam ?
Penghulu nikah siri Batam dapat dijumpai lewat:
Rujukan: Ajukan pertanyaan pada keluarga, kawan, atau saudara yang sebelumnya pernah melaksanakan jasa nikah siri batam. Mushola: Cari penghulu di mushola terdekat. Organisasi Islam: Mengabari organisasi Islam di Surabaya, seperti Muhammadiyah atau Nahdlatul Ulama, buat mendapat rujukan penghulu.
Jasa Pembuatan Surat Nikah Siri Batam ?
Jasa pembuatan surat nikah siri di Batam kebanyakan ditawari sama penghulu atau jasa nikah siri. Surat nikah siri ini tak miliki kekuatan hukum di Indonesia, akan tetapi bisa dipakai selaku bukti pernikahan secara agama.
Jasa Nikah Siri Terdekat Dari Lokasi di Batam ?
Buat mendapati jasa nikah siri terdekat Batam , Anda bisa memanfaatkan terapan cari lokasi seperti Google Maps atau memakai social media buat cari info serta rujukan. Memastikan buat memutuskan jasa nikah siri yang bisa dipercaya serta meyakinkan.
Nikah siri punya akibat hukum, seperti kesukaran dalam pembagian harta bersama, hak asuh anak, serta peninggalan. Semestinya tanyakan dengan pakar agama atau hukum sebelumnya memutus untuk melaksanakan nikah siri.
2 notes · View notes
siiratriani · 2 years
Text
Kaleidoskop 2022
Seharusnya saya menuliskan kaleidoskop di penghujung tahun lalu. Tapi sejak menikah saya jarang menulis, rasanya ruang privat saya menulis jurnal berkurang. Bapak suka intip kalo saya lagi nulis. Bisa jadi karena laptop saya baru, dan saya belum terbiasa menulis dengan keyboard baru..wkwk. Aslinya banyak yang ingin saya tulis. Males aja lah intinya mah..
Mari kita mulai kaleidoskop, singkat saja. Gak perlu perbulan, karena saya sudah hampir tidak pernah menulis jurnal selama setahun kemarin.
Tahun 2022 penuh dengan adaptasi pengantin baru. Iya, adaptasi. Saya pada dasarnya cepat beradaptasi, tapi tetap saja, beradaptasi dengan orang yang tinggal satu atap dengan kita, berbagi ranjang dengan kita, ketemu dengan kita hampir sepanjang waktu, adalah hal yang lain. Saya bilang ini masa orientasi pernikahan.
Hal-hal yang baru terlihat setelah menikah kami alami satu sama lain. Kami masing-masing mendapat surprise selama masa orientasi. Contoh saja, soal habit tidur. Bapak yang tak sadar ngorok, saya yang kadang kala ngiler.
Soal skill masak, saya akui Bapak lebih paham dibanding saya. Saya yang baru 2 tahun bergelut dengan urusan dapur, Bapak dari umur 5 tahun udah bisa bikin susu sendiri. Jam terbang saya kalah jauh lah. Tapi saya akui opor bikinan saya bikin bapak seneng. Padahal sumpah, saya baru sekali masak opor ayam. Cari resep di cookpad, bumbu halusnya di uleg, bukan di blender, pas masakannya jadi, ternyata not bad. Duh, aku terharu 🥲. Beberapa kali bapak minta dibikinin opor, jadinya hasil masakan lebih improved lah daripada bikinan awal.
Selama setahun ini skill masak saya meningkat. Ibarat level beginner jadi naik ke intermediate 1 lah. Jangan dibandingkan sama yang udah biasa masuk dapur, saya dulu cuma bisa bikin mi instan sama masak nasi di mejikom. Sesekali bantu mamah masak, tapi saya gak pernah menakar bumbu, hanya potong-potong bahan, menumis atau menggoreng. Ini juga yang bikin bapak surprise, masa saya jarang bantuin mamah masak. Tapi ya memang begitu keadaannya.
Bulan Maret kami mengadakan acara ngunduh mantu di rumah Bapak. Acaranya jam .... sampai selesai. Saya udah overthinking aja. Saya yang pada dasarnya gak nyaman sama kerumunan orang dan jadi center of stage sehari, saya dituntut untuk menerima tamu dari pagi sampe tengah malem. Mau gimana lagi, ini acara udah disiapkan dari setelah kami ijab kabul. Ndilalahnya ibunya mertua saya sakit. Udah lama sakitnya, sebelum nikah pun saya pernah merawat simbah. Tapi kali ini mbah sepertinya punya takdir yang lain. Karena show must go on, kami bagi tugas ngecek keadaan mbah dan juga hadir di tengah tamu. Saya dengan sukarela ngecek ke rumah mbah daripada harus bertemu dengan orang yang sama sekali gak saya kenal. Pun orang itu pernah dateng ke acara di Tuban, saya mana ingat dengan wajahnya 😌.
Disana, biasanya manten perempuan masih pakai make up walaupun udah ganti baju, tapi saya tidak. Saya sejak ganti baju biasa, saya udah sekalian hapus make up. Bodo amat lah dibilang mantennya udah gak riasan lagi. Saya alasannya mah ngecek bolak balik ke rumah mbah. Tapi memang mbah harus ditengok terus. Mbah demam, hematemesis, nafasnya juga udah gak enak. Keluarga memutuskan tidak ke rumah sakit. Biar mbah, kalau memang harus pergi, dikelilingi sama keluarga aja.
Sampai menjelang tengah malam, saya merasa mbah mau pergi, saya bilang ke Bapak buat ngumpulin semua keluarga. Untungnya acara dangdutannya juga udah selesai. Semua keluarga kumpul, mendoakan mbah bareng-bareng. Satu persatu keluarga mulai dari anak, cucu, anak mantu, cucu mantu, cicit juga salim ke mbah untuk terakhir kali. Saya untuk pertama kalinya melihat proses sakaratul maut. Walaupun saya masih anggota keluarga baru, saya tetap sedih mau ditinggal pergi. Saya yang mendampingi proses mbah dari awal serangan stroke sampai saat mau pergi itu. Satu jam lewat tengah malam mbah pergi. Innalillahi wainnailaihi rojiun. Semoga mbah husnul khotimah, diterima segala amal perbuatannya.
Sehari setelah acara ngunduh mantu digantikan menjadi acara pemakaman. Memang rencana Tuhan tidak ada yang tahu. Pertama kalinya saya mendatangi acara pemakaman dari awal sampai akhir. Di keluarga besar saya sendiri pun saya melewatkan acara penguburan ketika ada anggota keluarga yang meninggal.
Pertengahan tahun ini saya dan Bapak diuji. Ada satu permasalahan diantara kami. Tentang saya yang masih menyimpan luka masa lalu, tentang Bapak yang khilaf main api. Saya marah sama Bapak, dia tahu kalau salah dan minta maaf, tapi luka masa lalu saya terlanjur tersulut karena masalah itu. Saya sampai minta tolong ke teman saya yang seorang psikolog karena saya sudah merasa dead end. Saya tidak tahu lagi harus berbagi cerita dengan siapa. Ternyata memang butuh seseorang dengan perspektif yang lain, tanpa judgment dalam menghadapi permasalahan. Sejak saat itu saya mulai aware dengan segala potensi masalah. Insting saya bekerja lebih tajam.
Bulan Agustus instalasi saya mengadakan outbond ke tawangmangu. Kami dibagi beberapa kloter. Saya kloter terakhir. Disana diadakan games, yang katanya seru sih, tapi saya mah gak suka, maunya chill aja gitu menikmati alam. Bukan acara yang habis games mesti mikir pelajaran apa yang bisa dipetik, atau harus mikir nama kelompok beserta yel-yelnya. Males aku mah mikir yang kreatif gitu. Satu-satunya yang berkesan buat saya adalah roti tawar meses bikinannya enak. Saya nyesel cuma beli satu.
Bulan Oktober saya hamil. Setelah sekian kali percobaan akhirnya jadi..wkwk. Hmm, kalau inget-inget hamil trimester pertama, rasanya nano nano. Saya gak ada muntah, hanya sesekali mual, tapi badan rasanya bukan badan saya. Rasanya aneh, serba sakit. Apalagi awal-awal ketahuan hamil saya flu berat. Bingung coy mau minum obat apa. Biasanya sakit kepala dikasih asam mefenamat, sekarang cuma bisa minum parasetamol, agak kurang nendang aja. Alhamdulillah Bapak kooperatif, mau bantu-bantu, apalagi untuk soal Bujang. Karena sejak hamil saya membatasi interaksi sama Bujang. Bujang sendiri sadar kalau saya jaga jarak, jadi clingy sama saya..wkwk.
Sayang, pengalaman hamil saya hanya 9 minggu saja. Saya mengalami blighted ovum sehingga harus dikuret. Sedih rasanya kalo inget momen itu. Bujang aja sampe bingung kenapa saya tiba-tiba nangis kejer depan dia.
Tumblr media
Di bulan anniversary kami, saya minta waktu 3 hari bersama Bapak. Kami nonton film Avatar 2 di bioskop, besoknya kami kemping modern di gunung selama semalam. Kami juga pesen paket barbeque dan dimasak di tenda. Yang tadinya mau have fun harus puas hanya selimutan di tenda karena cuaca dingin, hujan angin. Padahal minggu sebelumnya saya kesana cuaca cerah, gak terlalu dingin..wkwk. Pagi hari saya lihat sunrise sedangkan Bapak masih tidur. Tadinya mau bawa tripod buat timelapse, tapi lupa dibawa. Akhirnya cuma ngeteh sama makan wafer. Lalu dilanjut nonton drama. Lalu tidur lagi..wkwk.
Oiya, hampir lupa cerita. Sejak bulan februari sampai akhir tahun, tetangga sebelah saya, yang dempetan temboknya, sedang merenovasi rumah. Secara resmi sih belum pindah ke perumahan, tapi mereka sudah merenovasi, atau lebih tepatnya membangun kembali rumahnya. Awalnya saya biasa aja, gak ada masalah. Masalah mulai mucul ketika mereka salah persepsi tentang batas tanah saat membangun pondasi, dilanjut dengan permasalahan parkir bapak-bapak tukang yang menghabiskan jatah carport rumah saya, lalu plafon rumah yang kena rembesan air hujan akibat tembok samping yang dibangun ulang. Sampai saya yang gak bisa istirahat setelah jaga malem karena bunyi dak duk, drrrtt drrrtt yang bikin tembok saya ikutan getar. Saya langsung protes ke chief tukang, minta pengerjaan itu dilakukan siang karena saya habis jaga malem. Pokoknya pembangunan rumah samping itu bikin saya setahun ke belakang stress. Padahal kan rumah harusnya tempat ternyaman untuk tinggal.
Ya, begitulah ringkasan peristiwa yang saya dan kami alami selama setahun ke belakang. Semoga kami tetap saling kompak dan melengkapi, lebih paham satu sama lain, lebih bijak dalam setiap langkah kehidupan. Tak lupa semoga kami sekeluarga diberikan kesehatan, rezeki dan juga iman yang lebih bertambah.
Tumblr media
Salam,
Bapak, Ibuk, Bujang.
9 notes · View notes
un-tittle-d · 2 years
Text
Yah, sekarang ayah sudah jadi kakek kakek. Tapi pasti ayah maunya dipanggil datuk kan? Haha
It's always you, and your proud about Jambi.
Ponakan aku lucu banget tau yahh, gemacc.
Aku juga sudah menikah, jadi ayah punya dua menantu sejak 2 tahun lalu. Tapi maaf ya ayah, cucunya baru satu hehe:) satu lagi menyusul, mungkin nanti dititipin sama Allah saat aku dan Fadli sudah satu rumah lagi.
Ahh, i forgot to tell you 'bout this, aku sedang lanjut kuliah, fast-track and full scholarship, doain ya supaya aku bisa kabulin keinginan kecil ayah untuk dilampaui tingkatan pendidikannya:)
Yah happy 59th birthday, I'll never stop to count you kno' hehe. Sampai hari ini aku juga masih selalu amaze dengan perbedaan 5 hari ulang tahun ayah bunda. Happy birthday to you too my lovely bunda, 55th birthday, the fifth birthday without the love of your life :" your lovely wife becomes stronger and stronger every day yah.
Doain bunda manjanya ayah makin kuat, sehat, dan bahagia ya yah:)
Actually, i'll never want to write anything 'bout you yah, cause i feel like it's make me feel more sad if i write like this.
But somethin' happen today.
So long story short, aku si maksa ingin sekali kasih bunda kue dengan dekorasi ilustrasi wajah full family, since we didn't have any photo consist of the eight of us. Akhirnya kue pesanan mendadak ini bisa diaminkan oleh bakernya, tetapi untuk di tanggal 6. But it's okay i think, at least we have the cake to celebrate Sept 30th and Oct 5th.
Tetapi per-drama-an terjadi ketika kuenya dikirim, driver delivery ngerem mendadak dan alhasil kuenya rusak. The owner have to remake the decoration. And finally the cake arrived at home at night. Yep, that's all.
But, the thing that moved my heart isssssss.....
I found the owner ig, and she posted the drama of kue yang rusak ini. Ternyata butuh waktu 1.5 jam menyelesaikan ilustrasi kita berdelepan dan dia harus mengulang pekerjaan itu selama 1.5 jam lagi. Yang membuatku terharu sampai cirambay adalah... her effort, usahanya mewujudkan keinginanku untuk memiliki gambar lengkap personil keluarga kita:) it was really touched me :"""
I really want you in a family photo with your grandchild and two sons-in-law, fyi we always take a pic every eid al-fitr, and it never feels complete :"
I wish you can have the moment with the new family member, i bet you'll be super excited ketika akan mendapatkan menantu dan melakukan ijab kabul. Ah! Satu lagi, your little boy sudah gedeee, anw dia yang jadi wali aku dan kakak waktu menikah, you'll be super proud of him 'rite?
Ah, the tears already start to fallin' down and I can't continue the chat with you. See you again then, yah!
p.s.
I miss you yah, I do, I really do :)
9 notes · View notes
poskotakita · 1 year
Text
Tumblr media
Bab 1: Akad
Chia, saat kamu menemukan surat ini artinya aku tidak menepati janjiku di hari sakral kita. Saat kamu membaca surat ini aku menjadi orang pengecut untukmu. Maafkan aku, Chia. Aku rasa maaf pun tidak akan cukup menghapus rasa kecewa dan marah.
Chia, maafkan aku tidak bisa melanjutkan acara ini. Seharusnya pagi ini menjadi momen sakral dan bersejarah untuk kita. Seharusnya lagu Akad dari Payung Teduh mengalun syahdu setelah khidmat ijab kabul terlaksana. Seharusnya aku menyematkan cincin pilihan kita di jari manis kananmu, dan begitupun sebaliknya. Seharusnya aku bisa melihat senyummu sepanjang hari yang akan terabadikan dalam foto-foto bersama keluarga dan tamu undangan. Seharusnya kita bisa menikmati acara sederhana nan intim bersama keluarga besar yang telah kita rencanakan berbulan-bulan. Namun, aku yang pengecut ini memilih pergi.
Chia, maafkan aku sungguh. Namun aku pun terima jika tiada maaf darimu. Sampaikan maafku kepada ayah dan ibu, mama dan papa, dan keluarga besar kita. Aku siap menerima konsekuensi dari tindakan bodohku.
Chia, aku sungguh menyayangimu dan mencintaimu. Tetapi… ini harus aku lakukan. Maafkan aku, Chia.
 
Satya
 
Chia terdiam membaca surat kejutan yang mematahkan hati dan harinya. Suasana rumah di pagi hari yang riuh karena persiapan akad bertambah gaduh. Jam dinding menunjukkan pukul 06.05 menit. Sesuai yang tertulis di kartu undangan, 25 menit lagi adalah pelaksanaan akad nikah. Chia mengulang kembali dari awal. Kelopak matanya yang telah dipoles indah dengan eyeshadow tak berkedip selama membaca kalimat demi kalimat dalam surat. Ia menggigit bibir tipisnya yang terlapisi lipstik soft pink tampak cocok dengan kulit wajahnya yang putih tanpa bedak tebal. Ia memastikan tak ada satu kata terlewatkan.Setelah mengulang ketiga kalinya, ia menghembuskan nafas keras. 
"BRENGSEK!" serunya penuh kekesalan seraya meremas surat di tangannya. Dadanya naik turun, seiring emosi yang meluap menguasai dirinya.
"Astaghfirullah….astaghfirullah….astaghfirullah," ucapnya sambil mengatur nafas. 
Chia duduk di depan cermin rias di kamarnya. Tampak pantulan wajahnya yang anggun dengan tatanan rias natural sesuai permintaannya. Setengah jam lalu saat menatap cermin, terlihat senyum mengembang dan mata berbinar menyapanya. Kini semua lenyap ditelan kata-kata dari surat Satya.
Di luar kamar, keluarga besarnya gaduh meributkan Satya yang tiba-tiba hilang. Mereka sibuk dengan gawai masing-masing menghubungi pihak keluarga Satya. Memastikan kebenaran surat dan keberadaan Satya. Sedangkan orang tua Chia, terduduk lemas di ruang depan. Tampak ayah menenangkan ibu yang menangis tak kunjung henti. Di halaman rumah yang seyogyanya dihelat acara akad nikah, para tamu yang hadir kebingungan melihat sanak saudara Chia yang wara wiri dengan gelisah. Sebagian mulai bisik-bisik menduga-duga keanehan tingkah mereka. Sampai akhirnya paman tertua dari pihak ayah dengan berat hati menyampaikan kabar tidak mengenakan tersebut. 
Surat itu datang tiba-tiba saat Chia dan keluarganya masih sibuk dengan pakaian serta riasan masing-masing. Salah satu sepupunya yang baru datang mengambil amplop biru dari kotak surat depan rumah. Sebab menurut sepupu Chia agak mengherankan ada kiriman surat di hari akad, ia serahkan amplop biru kepada Chia sesuai yang tertulis di muka amplop.
"Aneh ada surat pagi-pagi, padahal belum jam enam," kata sepupu Chia seraya mengulurkan amplop biru. Chia baru saja selesai mengenakan gaun pengantin yang khusus dibuat untuk hari spesialnya.
"Ada di kotak surat?" tanya Chia yang membolak-balikkan amplop biru dengan heran. Sepupunya mengangguk. "Tapi nggak ada resi atau perangkonya," ujar Chia sambil membuka rekatan pada amplop. Ada selembar kertas di dalamnya. Chia langsung membaca surat itu dan seketika ekspresinya berubah tegang. Tubuhnya mendadak lemas, ia jatuh terduduk di kursi rias. Sepupunya dan perias pun mendekat begitu melihat perubahan wajah Chia.
"Kenapa Chi?" tanya sepupu Chia khawatir. Tanpa menunggu jawaban Chia, ia langsung menyambar surat tersebut. Perias ikut mengintip isi surat. Keduanya tercengang dan terdiam beberapa saat. Chia masih membeku di tempatnya tanpa ekspresi. Perias pun menabahkan hati Chia yang hancur berkeping-keping.
Menyadari bahwa yang terjadi adalah masalah besar dengan tergesa sepupu Chia keluar dari kamar dan memberitahukan kepada orang tua Chia beserta anggota keluarga lainnya perihal surat tersebut. Sontak mereka semua pun histeris.
Chia meraih gawainya. Mengecek pesan dari Satya yang masih centang satu, sejak pukul 05.15 atau satu jam lalu. Ia masih tenang saat mengirim pesan kepada Satya dan hanya centang satu—satu jam lalu—sebab adik Satya masih dapat dihubungi dan mengabarkan bahwa Satya masih bersiap di kamarnya. Namun kini ia tahu alasan sebenarnya. 
Chia menggebrak meja rias. Emosinya kembali meluap. Ingin dibanting barang-barang yang ada di depannya, tapi urung. Dipandanginya gumpalan kertas di atas meja dengan pilu. Kini terdengar isakan tangis. Bahunya terguncang, air mata tumpah melunturkan riasan anggun di wajahnya.
Seharusnya hari ini menjadi Jumat khidmat. Seharusnya jika ada air mata itu adalah air mata haru. Namun, nasi telah menjadi bubur. Satya mengaduk semua rencana menjadi hancur lebur.
5 notes · View notes
jhungggggg · 2 years
Text
Tumblr media
WA 62 812-1062-2114 Jasa Master of Ceremony Ijab Kabul Di Jakarta PusatJasa Master of Ceremony Ijab Kabul Di Jakarta Pusat, Jasa Master of Ceremony Ijab Nikah Di Jakarta Pusat, Jasa pembawa acara Akad Nikah Di Jakarta Pusat, Jasa pembawa acara Ijab Kabul Di Jakarta Pusat, Jasa pembawa acara Ijab Nikah Di Jakarta Pusat, Jasa pembawa acara Perkawinan Di Jakarta Pusat, Jasa pembawa acara Pernikahan Di Jakarta Pusat, Jasa pembawa acara Seminar Di Jakarta Pusat, Jasa pembawa acara Workshop Di Jakarta Pusat, Jasa Master of Ceremony Akad Nikah Di Jakarta Pusat
0 notes
ramadhaniriki76 · 2 years
Text
Tumblr media
Terlaris WA 62 812-1062-2114 Jasa Pemandu Acara event Di Jakarta
Jasa Pemandu Acara event Di Jakarta, Jasa MC event Di Jakarta, Jasa pembawa acara Workshop Di Jakarta, Jasa Master of Ceremony Akad Nikah Di Jakarta, Jasa Master of Ceremony Ijab Kabul Di Jakarta, Jasa Master of Ceremony Ijab Nikah Di Jakarta, Jasa Master of Ceremony Perkawinan Di Jakarta, Jasa Master of Ceremony Pernikahan Di Jakarta, Jasa Master of Ceremony Seminar Di Jakarta, Jasa Master of Ceremony Workshop Di Jakarta
0 notes
unimiff · 2 years
Text
Mengangkasa (1)
Kutatap lorong rumah sakit. Bau obat, karbol pembersih lantai, hingga bau orang sakit terasa menusuk hidungku yang cukup sensitif terhadap bau-bauan ini. Dari dulu aku memang tidak suka dengan tempat bernama rumah sakit. Segala hal yang berbau rumah sakit terasa berlebihan. Suasananya terlalu ramai, terlalu banyak orang berlalu-lalang. Dinding dan langit-langitnya terlalu putih. Dokternya terlalu serius. Obatnya terlalu pahit. Senyum perawatnya terlalu dipaksakan. Tangis keluarga pasien terlalu menyakitkan. Bahkan bentuk bangunannya pun terlalu kaku. Ah, katanya semua yang terlalu berlebihan itu tidak baik. Dan di rumah sakit, berkumpul semua hal yang terlalu berlebihan. Namun, di sinilah aku sekarang. Dan menjadi bagian dari tangis keluarga pasien yang terlalu menyakitkan itu. Kuingat-ingat bahwa kurang dari 10 jam yang lalu, aku masih di pulau seberang, menjalani aktivitas yang sama sekali berbeda. Tak pernah terpikirkan olehku bahwa satu panggilan telepon di pagi buta akan mengubah garis perjalanan hidupku. Mulai hari ini, hingga seterusnya.
***
"Halo, assalamualaikum. Ya, kenapa, Bang?" Jam digital di ponsel menunjukkan pukul 3 pagi. Aku berusaha mengumpulkan nyawa yang masih tertinggal di alam mimpi. Tak biasanya abangku menelepon, sepagi ini pula. Paling hanya berkirim pesan lewat aplikasi WhatsApp. Fakta bahwa dia menelepon di jam yang tidak lazim menunjukkan bahwa ada sesuatu yang tidak beres.
"Ibu sakit." Kudengar suaranya bergetar. Ada tangis yang ditahan. Fakta bahwa abangku menangis merupakan ketidaklaziman selanjutnya. Yang kutahu, abangku merupakan sosok laki-laki kuat yang hampir tidak pernah meneteskan air mata. Apalagi di hadapanku. Aku hanya melihatnya menangis sewaktu dia selesai mengucapkan ijab kabul. Saat dia menikah, 2 tahun yang lalu. Kesadaranku mulai terkumpul.
"Sakit apa?" tanyaku. Sepengetahuanku, Ibu kami memang sudah lama tidak sehat. Yeah, sakit-sakitnya orang tualah. Entah itu demam, nyeri sendi, hingga sakit gigi datang bergantian. Namun, kali ini, sepertinya bukan itu.
"Belum tahu. Kakak bilang Ibu nggak sadar. Sudah dirujuk ke RS di kota kabupaten. Dibawa ke UGD, diperiksa, tetap tidak ada kemajuan. Sekarang mau dirujuk ke RS di provinsi untuk pengecekan lebih lanjut. Kita pulang, ya. Pesawat pagi. Masih bisa Abang pesan sekarang. Kamu siap-siap, ya."
"Hah? Pulang? Sekarang? Oh, iya, iya. Ima siap-siap." Kesadaranku sudah kembali seutuhnya meskipun aku masih belum sepenuhnya memahami apa yang terjadi. Aku bahkan tidak sempat untuk bersedih seperti abangku. Yang kuingat adalah, aku beranjak ke kamar mandi, menguatkan hati untuk mengguyurkan air dingin ke seluruh tubuhku. Berharap dinginnya air juga mengguyur segala hal negatif yang ada pada pikiranku. Sungguh, pikiranku berkecamuk. Memikirkan segala macam kemungkinan adalah hal yang aku ahli di dalamnya, sekaligus aku benci.
Seusai salat subuh, aku memesan taksi online. Aku berangkat dari kosanku di Depok, Jawa Barat, sementara abangku dari rumah kontrakannya di Ciputat, Tangerang Selatan. Kami berjanji untuk langsung bertemu di Bandara Soekarno Hatta, Tangerang. Sesampainya di Bandara, kami tidak banyak berkata-kata. Seperti yang sudah disampaikannya, abangku sudah memesan tiket pesawat untuk kami berdua. Pesawat pagi ke Padang. Itulah tujuan kami pagi ini. Ibu kota provinsi Sumatera Barat itu sedang menunggu Ibu yang sedang diantar dengan mobil ambulans dari RS di kota kabupaten kami. Kota itu juga sedang menunggu kami, anak-anaknya yang sedang merantau di seberang pulau, untuk menemui ibunya.
Aku selalu suka naik pesawat. Aku akan memilih kursi di dekat jendela dan memandang ke luar. Rasanya, aku dekat sekali dengan awan. Rasanya, aku bisa menyentuh awan dan langit. Aku selalu suka awan, langit, dan perjalanan dengan pesawat. Namun, kali ini tidak. Perjalanan CGK-PDG yang hanya 1,5 jam terasa sangat lambat bagiku. Entah kenapa, pilotnya seperti berkonspirasi dengan semesta untuk menyiksaku dengan pemikiranku akan segala kemungkinan tentang penyakit ibuku. Mengapa Ibu harus sakit sekarang? Mengapa aku harus pulang sekarang? Dan pertanyaan-pertanyaan mengapa lainnya terus bermunculan, hingga pesawat mendarat dan kami melanjutkan perjalanan dengan taksi ke rumah sakit.
Perjalanan dari bandara ke rumah sakit memakan waktu 2 jam. Aku dan abangku sampai duluan. Sementara ambulans yang membawa ibuku masih di perjalanan. Ibuku ditemani kakak perempuanku. Kebetulan kakakku menetap di ibu kota kabupaten kami. Jadi, dialah yang menemani ibu. Kami menunggu dengan cemas. Aku diam, abangku bungkam. Namun, aku yakin isi kepalanya tidak jauh berbeda denganku. Atau tepatnya, aku yang mirip dia. Kata orang-orang, hampir dalam segala hal, aku mirip abangku. Mulai dari wajah, cara berpikir, buku bacaan, film yang ditonton, hingga pandangan hidup. Kemiripan itu pulalah yang membuatku mengikuti jejak sekolah abangku. Mulai dari SD sampai kuliah, kami satu almamater. Hanya saja, abangku tidak pernah jadi seniorku secara langsung karena usia kami terpaut 7 tahun. Aku masuk sekolah saat abangku sudah lulus di sekolah itu. Namun, tetap saja, guru-guru selalu mengingat abangku sebagai anak emas di sekolah mereka.
"Oh, ini Ima adiknya Fahmi, ya? Harus pintar kayak abangnya, ya!" Sering sekali aku mendengar kalimat itu terlontar dari guru-guru. Tidak hanya sekali dua. Aku sih, senang-senang saja dikenal guru sebagai adiknya Fahmi si pintar. Ada rasa tertekan juga, sih. Sejauh ini, aku masih bisa mengimbangi prestasi abangku di sekolah. Saat kuliah, aku juga mengikuti jejak abangku untuk merantau ke tanah Jawa. Berkuliah di salah satu kampus terbaik di negeri ini. Hanya saja, aku akhirnya memilih jurusan yang berbeda dengannya. Aku tidak kuat kalau harus mengambil jurusan yang laki banget alias Teknik Sipil seperti abangku itu. Aku dari dulu suka sastra dan memilih untuk berkuliah di jurusan Sastra Inggris seperti yang kuinginkan. Tak kusangka, di balik banyaknya persamaan kami, sejak hari ini kami akan ditakdirkan menghadapi garis nasib yang berbeda. Jauh berbeda.
***
Pandanganku dari lorong rumah sakit teralihkan ke gerbang masuk. Suara ambulans meraung-raung. Di badan mobil ambulans itu tertulis nama rumah sakit daerah kami. Pasti itu ambulans yang membawa Ibu! Aku tersentak. Kucengkeram lengan abangku kuat-kuat. Kami berjalan mendekati ambulans tersebut. Benar saja, di dalamnya ada Ibu dan Kakak. Kupikir, aku hanya akan sebentar saja di sini. Ternyata, saat tubuh Ibu diusung dari ambulans ke ruang UGD, saat segala hasil pemeriksaan laboratorium keluar esok hari, hari-hariku tak akan pernah sama lagi. Semuanya akan berbeda. Garis nasibku sudah dituliskan. Dan rasanya aku belum siap untuk menjalani semuanya. Namun, begitulah takdir. Siap tak siap, ia tetap memaksa siapa pun untuk menerimanya. Entah itu dengan terpaksa atau lapang dada. Aku tidak tahu, aku akan menjadi bagian yang mana di antara keduanya.
20230212
4 notes · View notes
metamorf · 2 years
Text
"Assalamualaikum" ucapku sambil membuka pintu rumah. Aku sontak terdiam melihat ruang tamu ramai ada Ibu, Bapak dan adek yang sedang duduk, dan satu orang tamu laki-laki yang membelakangiku. Laki-laki itu menoleh ke arahku, mata kita saling bertemu. Lalu langsung ditundukkan pandangannya, begitupun juga aku.
Dia adalah Mas Dani, Kakak tingkatku saat kuliah. Aku mengenalnya saat aku dan Dia sama-sama di unit kegiatan mahasiswa Majalah Kampus.
Kami sering mengerjakan project bersama. Seiring berjalannya waktu perasaan itu mulai tumbuh dihatiku. Aku tau, aku menyukainya dalam diam. Teman-teman disekitarku juga selalu mengatakan kalau Mas Dani juga sebenarnya memilki perasaan yang sama kepadaku, tapi Ia pendam.
Suatu hari Mas Dani mengutarakan perasaannya kepadaku, tetapi saat itu merupakan bukan waktu yang tepat bagiku untuk membalasnya. Aku bilang padanya aku akan mengejar cita-citaku terlebih dahulu selepas kuliah, begitupun Mas Dani, aku biarkan juga Ia mengejar cita-citanya terlebih dahulu.
Hari kelulusannya pun tiba. Aku mengirimkan pesan kepadanya mengucapkan selamat karena telah di wisuda. Kemudian Ia membalas dengan pesan yang cukup amat singkat.
"Tungguin aku ya, Dek"
Belasan purnama berlalu tidak ada komunikasi diantara kami, seringnya aku hanya tau kabarnya lewat media sosial yang Ia bagikan. Kami sibuk dengan urusan kami masing-masing.
Saat Ia mengunjungi rumah dan bertemu dengan Ibu Bapak, dengan maksud untuk melamarku. Aku tentu bersedia, keluarga pun merestui. Dan kami akan melangsungkan pernikahan. Hanya cukup waktu tiga bulan kami mempersiapkan itu semua, sampai juga di saat hari itu tiba.
"Saya terima nikah dan kawinnya Zahra Binti Ismail dengan mas kawin tersebut dibayar tu...nai"
"Bagaimana saksi sah?" tanya penghulu kepada para saksi.
"Sah"
"Alhamdulillah" ucap bapak penghulu, dan riuh diikuti oleh seluruh keluarga dan tamu yang hadir di acara akad.
"Alhamdulillah" batinku. Lafal sakral dan suci itu akhirnya terucap oleh laki-laki yang selama ini aku cintai dan sangat mencintaiku. Aku juga merasakan dan mendengar isak tangis Mas Dani disampingku selepas mengucap ijab kabul. Tidak terasa aku pun ikut menitikkan air mata.
#5CC #5CCDAY10 #dioramacareerclass #bentangpustaka
2 notes · View notes