Tumgik
#meratap
guratpena · 1 year
Text
layu
mungkin memang aku sudah layu. karena merasa telah banyak berupaya namun belum mendapat. meski besaran upaya lagi-lagi tergantung sudut pandang.
mungkin memang aku sudah layu. karena merasa telah banyak waktu terlalui namun belum melangkah maju. meski besaran waktu sebetulnya hanya penilaian manusia.
mungkin memang aku sudah layu. karena merasa telah banyak meratap namun belum dikasihani. meski besarnya ratapan tidak menggambarkan kepasrahan.
mungkin sebenarnya aku belum berserah.
19 notes · View notes
blogalloh · 2 years
Text
Alhamdulillah Alloh Maha Sayang & Maha Menerima Tobat. Aku Jadi Kesayangan Alloh Saat Tobat Dari "Meratapi Nasib Saat Ada Musibah" #Dakwah #Islam
Tumblr media
Berikut adalah beberapa nasehat dari ayat al Qur’an, hadits dan perkataan ulama yang semoga bisa menghibur setiap orang yang sedang mengalami musibah. Musibah Terasa Ringan dengan Mengingat Penderitaan yang Dialami Orang Sholih Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, Alhamdulillah Alloh Maha Sayang & Maha Menerima Tobat. Aku Jadi Kesayangan Alloh Saat Tobat Dari "Meratapi Nasib Saat Ada Musibah" لِيَعْزِ المسْلِمِيْنَ فِي مَصَائِبِهِمْ المصِيْبَةُ بي “Musibah yang menimpaku sungguh akan menghibur kaum muslimin.”1 Dalam lafazh yang lain disebutkan. مَنْ عَظَمَتْ مُصِيْبَتُهُ فَلْيَذْكُرْ مُصِيْبَتِي، فَإِنَّهَا سَتَهَوَّنُ عَلَيْهِ مُصِيْبَتُهُ “Siapa saja yang terasa berat ketika menghapi musibah, maka ingatlah musibah yang menimpaku. Ia akan merasa ringan menghadapi musibah tersebut.”2 Ternyata, musibah orang yang lebih sholih dari kita memang lebih berat dari yang kita alami. Sudah seharusnya kita tidak terus larut dalam kesedihan. Semakin Kuat Iman, Memang Akan Semakin Terus Diuji Dari Mush’ab bin Sa’id -seorang tabi’in- dari ayahnya, ia berkata, يَا رَسُولَ اللَّهِ أَىُّ النَّاسِ أَشَدُّ بَلاَءً “Wahai Rasulullah, manusia manakah yang paling berat ujiannya?” Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, « الأَنْبِيَاءُ ثُمَّ الأَمْثَلُ فَالأَمْثَلُ فَيُبْتَلَى الرَّجُلُ عَلَى حَسَبِ دِينِهِ فَإِنْ كَانَ دِينُهُ صُلْبًا اشْتَدَّ بَلاَؤُهُ وَإِنْ كَانَ فِى دِينِهِ رِقَّةٌ ابْتُلِىَ عَلَى حَسَبِ دِينِهِ فَمَا يَبْرَحُ الْبَلاَءُ بِالْعَبْدِ حَتَّى يَتْرُكَهُ يَمْشِى عَلَى الأَرْضِ مَا عَلَيْهِ خَطِيئَةٌ » “Para Nabi, kemudian yang semisalnya dan semisalnya lagi. Seseorang akan diuji sesuai dengan kondisi agamanya. Apabila agamanya begitu kuat (kokoh), maka semakin berat pula ujiannya. Apabila agamanya lemah, maka ia akan diuji sesuai dengan kualitas agamanya. Seorang hamba senantiasa akan mendapatkan cobaan hingga dia berjalan di muka bumi dalam keadaan bersih dari dosa.”3 Di Balik Musibah, Pasti Ada Jalan Keluar Dalam surat Alam Nasyroh, Allah Ta’ala berfirman, فَإِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا “Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.” (QS. An Nasyr: 5) Ayat ini pun diulang setelah itu, إِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا “Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.” (QS. An Nasyr: 6) Syaikh ‘Abdurrahman bin Nashir As Sa’di mengatakan, “Kata al ‘usr (kesulitan) menggunakan alif-lam dan menunjukkan umum (istigroq) yaitu segala macam kesulitan. Hal ini menunjukkan bahwa bagaimana pun sulitnya, akhir dari setiap kesulitan adalah kemudahan.”4 Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, وَأَنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْراً “Bersama kesulitan, ada kemudahan.”5 Merealisasikan Iman adalah dengan Bersabar ‘Ali bin Abi Tholib mengatakan, الصَّبْرُ مِنَ الإِيْمَانِ بِمَنْزِلَةِ الرَّأْسِ مِنَ الجَسَدِ، وَلَا إِيْمَانَ لِمَنْ لاَ صَبْرَ لَهُ. “Sabar dan iman adalah bagaikan kepala pada jasad manusia. Oleh karenanya, tidak beriman (dengan iman yang sempurna), jika seseorang tidak memiliki kesabaran.”6 Musibah Awalnya Saja Terasa Sulit, Namun Jika Bersabar akan Semakin Mudah Hudzaifah ibnul Yaman mengatakan, إِنَّ اللهَ لَمْ يَخْلُقْ شَيْئاً قَطٌّ إِلاَّ صَغِيْراً ثُمَّ يَكْبَرُ، إِلاَّ المصِيْبَة فَإِنَّهُ خَلَقَهَا كَبِيْرَةً ثُمَّ تَصْغُرُ. “Sesungguhnya Allah tidaklah menciptakan sesuatu melainkan dari yang kecil hingga yang besar kecuali musibah. Adapun musibah, Allah menciptakannya dari keadaan besar kemudian akan menjadi kecil.”7 Allah menciptakan segala sesuatu, misalkan dalam penciptaan manusia melalui tahapan dari kecil hingga beranjak dewasa (besar) semacam dalam firman Allah, هُوَ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ تُرَابٍ ثُمَّ مِنْ نُطْفَةٍ ثُمَّ مِنْ عَلَقَةٍ ثُمَّ يُخْرِجُكُمْ طِفْلًا ثُمَّ لِتَبْلُغُوا أَشُدَّكُمْ ثُمَّ لِتَكُونُوا شُيُوخًا “Dia-lah yang menciptakan kamu dari tanah kemudian dari setetes mani, sesudah itu dari segumpal darah, kemudian di
lahirkannya kamu sebagai seorang anak, kemudian (kamu dibiarkan hidup) supaya kamu sampai kepada masa (dewasa), kemudian (dibiarkan kamu hidup lagi) sampai tua.” (QS. Ghofir: 67) Namun untuk musibah tidaklah demikian. Musibah datang dalam keadaan besar, yakni terasa berat. Akan tetapi, lambat laut akan menjadi ringan jika seseorang mau bersabar. Bersabarlah Sejak Awal Musibah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, إِنَّمَا الصَّبْرُ عِنْدَ الصَّدْمَةِ الأُولَى “Yang namanya sabar seharusnya dimulai ketika awal ditimpa musibah.”8 Itulah sabar yang sebenarnya. Sabar yang sebenarnya bukanlah ketika telah mengeluh lebih dulu di awal musibah. Pahala Orang yang Mau Bersabar Tanpa Batas Ingatlah janji Allah, إِنَّمَا يُوَفَّى الصَّابِرُونَ أَجْرَهُمْ بِغَيْرِ حِسَابٍ “Sesungguhnya orang-orang yang bersabar, ganjaran bagi mereka adalah tanpa hisab (tak terhingga).” (QS. Az Zumar: 10). Al Auza’i mengatakan bahwa  ganjarannya tidak bisa ditakar dan ditimbang. Ibnu Juraij mengatakan bahwa pahala bagi orang yang bersabar tidak bisa dihitung sama sekali, akan tetapi ia akan diberi tambahan dari itu. Maksudnya, pahala mereka tak terhingga. Sedangkan As Sudi mengatakan bahwa balasan bagi orang yang bersabar adalah surga.9 Akan Mendapatkan Ganti yang Lebih Baik Ummu Salamah -salah satu istri Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam- berkata bahwa beliau pernah mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, أُمَّ سَلَمَةَ زَوْجَ النَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم- تَقُولُ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يَقُولُ « مَا مِنْ عَبْدٍ تُصِيبُهُ مُصِيبَةٌ فَيَقُولُ إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ اللَّهُمَّ أْجُرْنِى فِى مُصِيبَتِى وَأَخْلِفْ لِى خَيْرًا مِنْهَا إِلاَّ أَجَرَهُ اللَّهُ فِى مُصِيبَتِهِ وَأَخْلَفَ لَهُ خَيْرًا مِنْهَا ». قَالَتْ فَلَمَّا تُوُفِّىَ أَبُو سَلَمَةَ قُلْتُ كَمَا أَمَرَنِى رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- فَأَخْلَفَ اللَّهُ لِى خَيْرًا مِنْهُ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم-. “Siapa saja dari hamba yang tertimpa suatu musibah lalu ia mengucapkan: “Inna lillahi wa inna ilaihi rooji’un. Allahumma’jurnii fii mushibatii wa akhlif lii khoiron minhaa [Segala sesuatu adalah milik Allah dan akan kembali pada-Nya. Ya Allah, berilah ganjaran terhadap musibah ang menimpaku dan berilah ganti dengan yang lebih baik]”, maka Allah akan memberinya ganjaran dalam musibahnya dan menggantinya dengan yang lebih baik.” Ketika, Abu Salamah (suamiku) wafat, aku pun menyebut do’a sebagaimana yang Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam perintahkan padaku. Allah pun memberiku suami yang lebih baik dari suamiku yang dulu yaitu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.”10 Do’a yang disebutkan dalam hadits ini semestinya diucapkan oleh seorang muslim ketika ia ditimpa musibah dan sudah seharusnya ia pahami. Insya Allah, dengan ini ia akan mendapatkan ganti yang lebih baik.Semoga yang mendapati musibah semakin ringan menghadapinya dengan sedikit hiburan ini. Semoga kita selalu dianugerahi kesabaran dari Allah Ta’ala.Segala puji bagi Allah yang dengan nikmat-Nya segala kebaikan menjadi sempurna. Penulis: Muhammad Abduh Tuasikal Artikel https://rumaysho.com Diselesaikan pada malam 11 Muharram 1431 H di Panggang-Gunung Kidul (kediaman mertua tercinta) Footnote: 1 Shahih Al Jami’, 5459, dari Al Qosim bin Muhammad. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa haditsini shahih.2 Disebutkan dalam Bahjatul Majalis wa Ansul Majalis, Ibnu ‘Abdil Barr, hal. 249, Mawqi’ Al Waroq.3 HR. Tirmidzi no. 2398, Ibnu Majah no. 4024, Ad Darimi no. 2783, Ahmad (1/185). Syaikh Al Albani dalam Shahih At Targhib wa At Tarhib no. 3402 mengatakan bahwa hadits ini shahih.4Taisir Karimir Rahman, Syaikh ‘Abdurrahman bin Nashir As Sa’di, hal. 929, Muassasah Ar Risalah, cetakan pertama, tahun 1423 H5 HR. Ahmad no. 2804. Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan bahwa hadits ini shahih.6 Bahjatul Majalis wa Ansul Majalis, hal. 250.7 Idem.8 HR. Bukhari no. 1283, dari Anas bin Malik.9 Lihat Tafsir Al Qu
r’an Al ‘Azhim, Ibnu Katsir, 7/89, Dar Thoyibah, cetakan kedua, tahun 1420 H.10 HR. Muslim no. 918. Sumber https://rumaysho.com/738-hiburan-bagi-yang-mendapatkan-musibah.html بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْم – قُلْ هُوَ اللّٰهُ اَحَدٌۚ – اَللّٰهُ الصَّمَدُۚ – لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُوْلَدْۙ – وَلَمْ يَكُنْ لَّهٗ كُفُوًا اَحَدٌ Allohumma solli ‘alaa muhammad, wa ‘alaa aali muhammad, kamaa sollaita ‘alaa aali ibroohim, wa baarik ‘alaa muhammad, wa ‘alaa aali muhammad, kamaa baarokta ‘alaa aali ibroohim, fil ‘aalamiina innaka hamiidummajiid. Allâhumma-ghfir liummati sayyidinâ muhammadin, allâhumma-rham ummata sayyidinâ muhammadin, allâhumma-stur ummata sayyidinâ muhammadin. Allahumma maghfiratuka awsa’u min dzunubi wa rahmatuka arja ‘indi min ‘amali. Alhamdulillah Alloh Maha Sayang & Maha Menerima Tobat. Aku Jadi Kesayangan Alloh Saat Tobat Dari "Meratapi Nasib Saat Ada Musibah"
0 notes
aksarahumaira · 7 months
Text
Kita Bukanlah Perencana Terbaik
Tumblr media
Sebagai manusia, nyatanya kita bukanlah perencana terbaik dalam hidup. Terkadang kita membuat peta masa depan, membuat seakan-akan semua harus berjalan sesuai rencana. Membuat keputusan bahwa ekspektasi harus sejalan dengan realita. Hingga tak jarang dijatuhkan oleh angan-angan yang bersarang di kepala.
Benar ya, hal paling menakutkan sekaligus paling indah dari masa depan adalah ketidakpastiannya. Ada banyak kemungkinan bahagia, juga tak sedikit kemungkinan bertemu kesedihan di depan mata. Dan kita tidak bisa memilih satu diantara keduanya.
Betapa banyak hal terjadi di luar kendali kita, tugas kita bukankah hanya berusaha dan berserah kepadaNya?. Katanya, betapapun kegagalan pernah kita pijak, sejatinya ia bukan benar-benar gagal, hanya saja belum waktunya. Entah mulai kembali dengan bekal yang lebih banyak, atau memulai hal baru yang tak kalah membahagiakan. Memilih keduanya tentu jauh lebih baik daripada terus meratap.
Aku memahami, bahwa perjuangan itu menempuh perjalanan yang jauh, tak jarang membuat ragu. Kita bahkan sulit membedakan mana keinginan, mana impian. Diantara banyaknya ketidakpastian akan masa depan, teruslah melangkah. Mungkin tujuanmu akan sampai, mungkin ia tinggal sehasta, mungkin tak jauh di depan mata.
*sesungguhnya, orang yang paling harus sering di nasihati adalah ia yang menuangkan isi kepalanya pada tulisan :")
Tumblr media
Contoh ekspektasi tidak sesuai realita hari ini. Gapapa yuk coba lagi 🙂
Depok, 22 Februari 2024 / 23.03
48 notes · View notes
menyapamakna1 · 1 year
Text
Kita memiliki kesulitannya masing-masing.
Kita memiliki kesulitannya masing-masing. Masalah hidup yang rumit, kita alami, bahkan sampai membuat kita hancur berkeping. Rasanya runtuh sana-sini, karena yang dihadapi tak henti memberikan tekanan paling besar untuk kita sendiri. Kita menangis, marah, bingung, sampai rasanya lelah.
Memiliki masalah memang tidak menyenangkan, apalagi kalau itu cukup sulit untuk kita sendiri, waktu terasa sangat lama.
Mau berbicara dengan orang terdekat, takut salah tanggap. Mau bertukar pikiran liar, takut membebani orang lain. Akhirnya kita menyimpan sendiri, pusing sendiri, rumit sendiri. Sehari-hari rasanya seperti setahun.
Akhirnya menggunung, tinggal menunggu bom dalam diri kita meledak.
Berharap keajaiban datang membawa kita pada hal yang membuat kita tenang, gembira. Tapi rumusnya tidak demikian, kita harus melewati hal-hal yang sulit, tahapan-tahapan yang membuat kita rasanya tak berhenti dipukul sana-sini.
Setiap orang sedang menyelesaikan tahapan-tahapan hidup. Ada yang bersedih, ada yang berjuang menyelesaikan masalah, ada yang meratap lalu beranjak. Kita bertarung dimedan juangnya masing-masing. Ini akan selesai, yang kita alami akan selesai.
@menyapamakna1
133 notes · View notes
maknafrasa · 4 months
Text
Kamu itu sangat berharga. Lahir ke dunia dengan begitu banyak anugerah dari Tuhan. Kamu layak hidup lebih lama. Mengukir tawa dengan berbagai proses di sana. Lupakan dia yang membuatmu kecewa. Ajak dirimu menikmati keindahan dunia. Kamu tidak boleh meratap duka terlalu lama. Aku akan menemanimu menemukan cahaya yang sempat meredup. Kita nyalakan bersama cahaya itu. Pelan-pelan ya.
18 notes · View notes
narashit · 1 year
Text
Istimewa
Untuk kesayanganku: L.
Mencintaimu nyaris membuatku menjadi laki-laki menyebalkan. Berkali-kali aku nyaris melewati batas. Berkali-kali membuat kesalahan. Juga berkali-kali menganggap perasaanku adalah sesuatu yang mutlak kamu terima.
Kalau saja aku adalah aku lima tahun lalu, sudah pasti tulisan ini tak pernah ada karena yang sedang kulakukan adalah meratap. Antara aku yang menyerah atau kamu yang memintaku berhenti. Cuma ada dua kemungkinan itu dan dua-duanya mengerikan. Tapi kamu menyelamatkanku.
Barangkali kamu berpikir tak melakukan apa-apa. Kamu bereaksi sekenanya. Merespon semaunya. Juga tak memberiku petunjuk. Tapi kamu tetaplah seorang juru selamat. Dengan apa-apa saja yang kusebutkan, kamu menyelamatkanku dari keterjatuhan. Jatuh karena tersandung kerikil. Jatuh karena memaksakan diri sampai kelelahan. Jatuh karena terjerat belukar di halaman rumahku. Atau seperti orang tolol yang jatuh karena tersandung kakinya sendiri.
Sayangku, hidup adalah pelajaran. Itu hal yang kudapat sejak mendengar ayat suci pertama yang diturunkan Tuhan.
Aku suka belajar. Bagaimanapun caranya. Aku membaca buku untuk tahu bahwa manusia bisa merangkai kata demi kata kemudian mereka lepas dengan suka-suka bagaimana pembaca menangkapnya. Aku menonton film untuk tahu kalau tenyata, garis hidup manusia sedemikian dinamis, tetapi juga tipis dan rapuh. Aku mendengar lagu untuk tahu kalau perasaan, sebagaimana beras dan kecap manis dan kulit ayam goreng dan apa saja, ia sama berharganya. Aku bertemu banyak orang untuk tahu, kemudian memaksa diri sadar, kalau di atas segalanya, manusia tetaplah manusia tempat segala yang elok dan teruk.
Sayangku, aku mencintaimu. Dengan kesadaranku yang tersisa. Melihatmu dari kejauhan seolah-olah aku diberitahu bagaimana hidupku akan berakhir.
Di sana, ada kamu yang sedang menunggu sambil tersenyum. Matamu menyipit. Gigi gingsulmu keluar dan membuktikan keistimewaan tak pernah berarti sempurna. Pipimu mengembang seperti adonan kue. Dan tentu saja, dengan sadar atau tidak, siapa pun yang melihatmu akan mengatakan, "cantik sekali." Terima kasih. Kumohon maafkan aku karena tak pernah meminta izin buat mencintaimu terlebih dahulu.
41 notes · View notes
kuumiw · 7 months
Text
Untuk Suatu Saat
Aku ingin menjadi sesuatu yang tidak lelah untuk dipelajari. aku juga ingin menjadikan kamu sebagai bagian hidup yang aku pelajari setiap hari. Aku tau, banyak ego yang berkemelut bersama meratap setiap malam hanya untuk mempertanyakan banyak hal. tapi bagiku itu adalah kelengkapan dari hidupku yang biasa. Hidup sebagai manusia yang bertengkar dengan ego setiap harinya. Hadirnya kamu, aku berharap dapat menjadikan diriku dan cerita ini sebagai tempat untuk belajar dan berserah.
Untuk suatu saat, jika waktu ikut serta mengaamiinkan setiap doa yang terpanjat, aku hanya ingin kamu tahu bahwa aku mulai mengusahakan langkah ini jauh dari sebelum mimpi kita bertemu. Aku meyakini bahwa sebuah upaya tidak akan datang secepat aku berharap, akan ada langkah bahkan jalan yang mungkin berputar mengitari banyak pikiran dan hatiku.
Waktu akan senantiasa bersama denganku saat aku menuju pelataran senja tempat biasa aku menemukanmu, tenggelam bersama mega jingga yang mungkin kamu tatap bersamaan dengan aku memanjaatkan doa ditepian dermaga paling serius kepada Tuhan. Doa-doa kita mungkin tengah bertarung di langit dan berseteru siapa yang dapat hadir sebagai peng-aamiin-an paling nyata suatu saat nanti.
Kepada Tuhan yang menghidupkan cinta, aku sangat berharap langkah dan upaya yang kita seriuskan dapat membawa kita kepada pertemuan yang diridhoi. Semua panjatan tentang aku, kamu, mimpi kita atau bahkan soal rumah sederhana yang banyak makna, aku haturkan dengan kepasrahan agar Tuhan dapat mengahadirkan kita diwaktu yang ia sebut paling terbaik.
Sehat dan senantiasa menjaga diri. Kita memerlukan banyak energi untuk pengikhlasan luarbiasa untuk banyaknya doa-doa.
Aku berharap, kamupun juga
Majalengka, 24 Februari 2024. 10.02 WIB
12 notes · View notes
Text
Pelajaran Berharga.
Semakin hari seperti memahami konsep rezeki. Mulai dari yang sekarang diri sedang menjalani usaha reseller pakaian, hingga dari yang lainnya. Salah satu contoh hikmah yang diraup selama saya belajar adalah saya selalu teringat janji Allah dalam hadis Qudsi. Allah mengatakan kepada kita untuk tidak takut akan sempitnya rezeki sebab perbendaharaan Allah itu banyak dan perbendaharaan Allah itu tidak akan habis selamanya. Allah juga menyebut bahwa Allah telah menjamin rezeki kita, maka tidak perlu kita capek, artinya di sini kita ikhtiar dan tawakal. Maksudnya tidak usah khawatir/terlalu jor-joran terhadapnya.
Benar, ya. Waktu itu pernah sekali diri sangat membutuhkan biaya akan suatu hal. Memang ada keinginan yang sepertinya harus diperjuangkan tanpa meminta kepada orang tua. Tapi waktu itu jika diri pergi menjual barang, kewajiban diri sepertinya akan cukup terlalaikan(kalau tdk salah wktu itu diri hrs kajian, hrs memuroja'ah, hrs nugas) . Akhirnya diri memilih kewajiban, menyandarkan segala keinginan kepada Allah dan bersabar atas keinginan tersebut, dengan berniat mencari waktu setelah semuanya selesai, tiba-tiba tanpa menawarkan barang lagi, tidak disangka-sangka barang jualan diri ini laku atas izin Allah, yang tak sengaja ke rumah pulangnya membeli, yang tak mencari akhirnya membutuhkan. MaasyaaAllah. Betapa maha kuasa Allah.
Di lain sisi ketika diri menawarkan barang dagangan, tak jua ada yang membeli, diri sadar bukan rezeki, tapi tanpa di sangka-sangka suatu hari barang itu dibeli juga. Betapa tidak perlunya diri khawatir. Kita hanya perlu menyandangkan usaha disetiap selesai berdoa. Dan setiap usaha kita tak lain pertolongan atas adanya pertolongan Allah. Saat barang kita terjual, itu adalah pertolongan Allah. Semoga pembaca bisa mengerti apa maksud seorang penulis ini.
Satu lagi, pagi tadi, diri ingin menjawab pertanyaan dari syeikh waktu kajian. Lidah ini begitu kelu, begitu tak ada keberanian mengacungkan tangan, bahwa satu faidah yang bisa diambil kita sebagai Muslimah harus menuntut ilmu yang shahihah. Berdasarkan dalil Qs. Al Mulk ayat 2. Makna ahsanu amala, adalah amalan yang ikhlas karena Allah dan mencocoki Nabi. Hanya itu saja faidah yg tidak disebut para penjawab, diri begitu ingin menjawabnya. Sebab benefitnya selain reminder, penjawab diberi doorprize sejumlah uang lima puluh ribu rupiah. Waktu aku melihat, ada penjawab membawa 3 anak.
Diri saat itu meratap, mengapa diri tidak menjawab. Kemudian teman duduk sebelah berkata, neng kalo bisa ayo jawab. Mungkin sodaraku di sebelah itu melihat raut wajahku yang mulai murung. Sebetulnya aku tdk terlalu menginginkan hadiah/uang sebab insyaAllah perbekalanku di hari itu cukup. Namun kenapa diri tidak berani menyuarakan al-haqq yang sudah diri tahu jawabnya dituliskan dicatatan milik pribadi. Tetapi satu hal, sodara disebelahku dapat uang senilai seratus ribu rupiah atas kajiannya pekan lalu dipengumpulan catatan, kemudian beliau mengeluarkan uang untuk diri senilai duapuluh ribu katanya untuk bensin karena ikut di atas motor. Satu hal yang bisa diri raup, bukan, bukan karena apapun. Selain belum rezeki. Uang yang lima puluh ribu, barangkali untuk susu anak-anak tadi, bukan untuk diri yang sekedar membeli jajanan. Sejatinya rezeki diri siang tadi, hanya uang dua puluh ribu, yang benar dibutuhkan untuk persedian bensin beberapa hari ke depan. MaasyaaAllah.
Konsep rezeki. Memang jika rezeki kita, kita tidak akan bisa menolaknya. Bahkan ketika kita ingin, kita berusaha, kalo bukan rezeki yang bisa menjawab persoalan pun, lidah menjadi kelu. Maka wahai diri dan kita, bersabarlah, percayalah.
6 notes · View notes
uni-rie · 1 month
Text
Firasat itu sudah ada, tapi hanya diabaikan begitu saja.
Hingga akhirnya memang benar, kepergian mu yang memberi jawaban untuk segala pertanyaan yang muncul di kepala.
Ahh, sudahlah
Waktu akan tetap terus berjalan bukan? Terkadang kita yang meninggalkan dan kini giliran kita yang di tinggalkan, sambil membangun kembali yang telah runtuh, biarkan satu persatu peristiwa mencerna makna ada apa di balik kepergiannya.
Ketololan mu, naif mu, bahkan rasa penyerahan kamu tidak berharga lagi bukan? Jadi untuk apa lagi meratap kepergian yang sudah menjadi pilihan. Kamu kuat, kamu pasti mampu melewati.
Percayalah!!
Kuat mu akan mampu membangun kembali harapan yang sudah pupus, tabah mu pasti akan mampu membuatmu tegar walau terkadang memori itu tak serta merta terhapus.
Tetap berjalan dan jangan menoleh lagi ke belakang ya, masa lalu hanya akan menjadi debu, yang tak perlu untuk di genggam.
~~Seminggu telah berlalu, 17 Agustus 2024~~
Tumblr media
4 notes · View notes
irpurnama · 2 months
Text
instagram
Tau gak? Hidup tanpa bapa itu sulit sekali ternyata, lebih sulit dari yang dibayangkan.
Mana masih banyak banget yang belum dicapai, padahal pengen banget pamerin ini itu sama bapa. Mana belum nikah, padahal satu-satunya wedding dream aku dinikahkan sama bapa langsung! Gimana mau lanjutin buat bangun mimpi kalo pemeran utamanya gak dateng.
Selama ini suka ngerasa gak enak tiap kali nulis tentang bapa, rasanya kayak terlalu mengasihani diri banget. Aku bukan anak kecil lagi, umurku sudah hampir tigapuluh tapi aku masih cengeng tuuh gimana coba maksudnya. Tapi.. rasa rindu dan rasa sedih setiap kali inget bapa itu nyata bangeet. Rasa duka dan sedih yang seringkali muncul tiba-tiba ini valid adanyaa, aku tidak sedang mendramatisir apalagi meromantisasi, sungguh. Sedalam apapun memendam, sejauh apapun menghindar rasa sedihnya gak akan pernah hilang ternyata. Air mata ini seperti selalu standby kapanpun rasa duka itu hadir maka ia akan langsung mengalir.
Maksudku, aku bukan mau melupakan rasa duka, tapi aku cuma gak mau terlalu meratap, apalagi sampai membuat orang lain jadi iba melihatnya.
Aku sudah berjuang semampuku untuk jadi mandiri dan tidak menyedihkan dimata orang lain, dan aku gamau usahaku gagal karena aku tidak bisa menahan diri untuk tidak berduka dan bersedih.
Jadi, tumblr.. biarkan aku menjadi diriku sendiri disini. Biarkan aku berduka, bersedih, dan merindukan bapa sesukaku kapanpun aku mau.
Alfatihah bapa 🥀
Jakarta, Juli 2024.
2 notes · View notes
mamadkhalik · 2 years
Text
Sebuah Pesan Untuk Ikhwah
Akhirnya, ikhwah, sampailah kita pada hari ini. Ketika kita begitu sukar membedakan, manakah dakwah, manakah hasrat, ambisi, dan cita-cita pribadi semata yang tercampur kedalam kerja-kerja dakwah ini.
Sampai pulalah kita, pada masa-masa saat kepercayaan adalah hal yang paling mudah hilang dari jalan dakwah ini. Kita dipaksa bergantung hanya pada tangan sendiri. Kita dipaksa maklum pada dosa-dosa yang mewabah; yang penyebarannya tak bisa kita hentikan lagi.
Di mana-mana kita dengar orang meratap. Di segala arah, kita mendengar para pejuang kini mengeluh; menjadi orang yang teguh pada filosofi awal barisan ini dirapatkan, rupanya, rasanya sudah sama dengan menggenggam bara api.
Sebuah peristiwa besar mengguncang barisan ini. Sebagian berkata, ini sudah biasa. Sebagian lagi memilih diam. Tetapi, dalam hati semua orang, kita sebenarnya tahu: Ini berbahaya. Orang sudah mulai tak percaya omong kosong rilis, atau betapa membualnya narasi-narasi undangan berkumpulnya kita, setiap beberapa bulan sekali.
Yang kita rindukan, adalah ketulusan dakwah, dan kejujuran amanah. Kita bosan, ikhwah, menyaksikan diamnya barisan ini pada ketololan dan kezaliman.
Kita bosan, ikhwah, pada orang-orang yang mulai mirip penjual janji yang setiap lima tahun sekali akan mengotori jalan dengan spanduk kampanye. Kita ini, ikhwah, ingin sekadar berdakwah tanpa atribut yang terlalu meriah.
Kita, ikhwah; adalah orang-orang yang berbaris karena percaya, gerakan ini ingin memenangkan islam, bukan memenangkan hasrat pribadi; atau sekadar menunjukkan betapa mahirnya orang perorang, daerah per daerah, ataupun marhalah per marhalah mana saat memimpin dakwah.
Kita percaya, ikhwah, bahwa barisan ini akan bersikap tegas pada kebatilan. Kita, bukanlah pelacur murahan yang dibayar segera setelah jasanya yang menjijikan itu selesai. Kita akan bergerak menyampaikan islam ini, meskipun kemiskinan, kelaparan, dan tekanan terus mengancam.
Yang butuh uang banyak, selalu adalah lambung dan lidah kita. Yang butuh undangan dan pengakuan penguasa selalu adalah kecilnya panggung kita di hadapan manusia.
Dengan atau tanpa barisan kita, ikhwah, Allah akan tetap memenangkan agama ini. Dengan atau tanpa bendera kita, Allah akan mengutus orang-orang yang tidak diam pada kemungkaran karena sudah keracunan harta dari kemungkaran itu, atau kakinya dibebani dengan dosa-dosa besarnya sendiri yang tak ia mintakan taubatnya.
*
Ikhwah, angkatlah kepalamu. Abaikanlah mereka yang menggonggongimu dengan ancaman kelemahan, atau kemiskinan.
Berpalinglah dari mereka yang menuduh, bahwa dakwah butuh biaya. Selalu, sahabat, yang butuh biaya adalah kelaparan kita, atau keinginan kita untuk hidup mewah sebagai pejabat-pejabat kecil di barisan ini.
Berhentilah ingin tahu kegaduhan apa yang muncul akibat racun-racun jabatan itu telah mengotori barisan kita.
Berhentilah ingin tahu kejahatan apa yang diperdebatkan jauh di atas sana. Pulanglah, ikhwah, ke bumi ini, ke tengah jalan panas dan sepi ini.
Ajaklah orang-orang kepada syaksyiyatul islam, kepada manisnya iman yang menyelamatkan kita dari kemurtadan, atau dari kesesatan zaman ini.
Ajaklah orang-orang bukan kepada seteru yang tak berguna, tapi kepada manisnya syahadat, yang membawa kita pada sebuah titik untuk memulai hidup yang baru.
Sebagai mahasiswa muslim, yang berpikir, dan bertindak merdeka, berhentilah menagih janji dari mereka yang mengaku mengurus barisan ini. Berjalanlah, peganglah tangan saudaramu, dan jagalah mutaba'ah harian mereka.
Teruslah salat bersama mereka, dan kembalilah puasa bersama mereka. Nasihatilah kembali saf-saf kita untuk bangun malam, dan menepati jumlah ayat yang kerap kita baca.
Bacalah Al-Qur'an kembali bersama mereka, perdengarkan lagi janji-janji Allah untuk menolong kita di saat semuanya menjadi berat. Saat semua orang menuding kita adalah teroris, pendusta, orang gila, atau apa saja agar kita berhenti memanggil orang pada kemenangan islam.
*
Kelambanan, kesenyapan, keheningan, dan kepengecutan, kini nyaris menguasai kita. Kita memasuki masa pandemi.
Di masa ini kita memerlukan kepemimpinan yang jelas. Kita membutuhkan panduan yang detail, tetapi ternyata kegamangan dan sikap diam terlalu jauh merusak barisan ini.
Tetapi, jangan peduli. Engkau, ikhwah, tetap memiliki barisanmu sendiri. Di daerahmu sendiri, di wilayahmu sendiri.
Seharusnya, ikhwah, kita mampu mengajak orang pada syumuliatul islam ini. Kepada manhaj yang sederhana ini. Memang, memang! Harusnya itu tugas yang sedang ribut itu. Harusnya ini kewajiban dari sebuah kepemimpinan.
Mengkaderlah. Ajaklah lagi orang kepada dakwah ini dengan atau tanpa narasi dari atas. Narasi kita, ikhwah, telah dirumuskan sejak kita belum ada di barisan ini.
Narasi itu ada pada prinsip dan paradigma barisan ini. Narasi itu masih terpasang rapi pada kredo dan visi misi barisan ini. Narasi itu bahkan telah dijelaskan di dalam manhaj barisan ini, dengan gamblang dan detailnya.
Mengkaderlah; ajaklah orang memenangkan islam. Ajaklah orang memerangi kebatilan, dan tak perlu peduli pada pertengkaran orang.
Kalau nanti orang menakut-nakutimu dengan kelemahan, atau menahanmu karena ancaman menyusutnya jumlah, atau tak lakunya idealisme dijual di zaman ini:
Berpalinglah. Berpalinglah. Kita tumpas generasi itu di ingatan kita. Kita basmi generasi itu dari percakapan kita.
Dan palingkan saja wajahmu pada generasi baru yang akan datang. Pada generasi yang haus ilmu; yang menemuimu, ikhwah, karena ingin bersalat dalam jamaah, karena ingin berdakwah dalam jamaah.
Palingkan wajahmu pada generasi yang baru ini. Yang mau membersihkan dirinya dengan barisan ini, bukan generasi yang justru mengotori dirinya bahkan saat sedang berdakwah.
Kita, ikhwah, adalah barisan dakwah, bukan barisan politik semata. Kita bukan barisan orang-orang yang suka main-main dengan firman Allah atau sumpah yang kita lakukan setiap kali kepemimpinan berganti.
Pengkhianat, sahabat, selalu akan mengintaimu dari belakang. Sedangkan para pengecut selalu akan membebani langkahmu dengan ketakutan mereka sendiri pada dirinya.
Percayalah pada janji Allah saja. Didiklah generasi itu, ikhwah, yang akan menggantikan kepemimpinan beberapa tahun kedepan.
Kita ubah kepemimpinan yang keracunan, yang lemah, pengecut, pragmatis, dan selalu lapar ini, dengan generasi kepemimpinan yang hanya takut kepada Allah, takzim kepada ulama, dan punya harga diri.
Yakinlah, ikhwah, Allah akan menggantimu dengan barisan lain, jikapun engkau tak lagi mampu menjelaskan siapa dirimu di hadapan musuh Allah.
*
Allah akan menggantimu kalau engkau sudah kikir. Sudah tak mau lagi berpeluh-lelah buat barisan dakwah. Allah akan menggantimu dari jalan dakwah ini, kalau engkau sudah merasa butuh selain Allah, sudah mengajak orang kepada selain Allah, di barisan dakwah ini.
Percayalah, ikhwah, akupun dibuat ragu, dengan apa yang terjadi belakangan ini. Tapi untuk Allah sajalah segala kerja ini, kita sampaikan.
Akupun dibuat menangis, dan terpojok karena kepercayaanku sendiri pada ketulusan dan kesucian sahabat-sahabat seperjuangan. Tetapi Allah akan selalu membuktikan, betapa fananya manusia. Betapa sementaranya manusia.
Kita panggil lagi orang-orang yang sudah berpencar itu kepada Allah saja. Kepada islam saja. Menangislah, menangislah, ratapilah nasib barisan ini.
Mereka yang mampu menangis, adalah orang yang masih memiliki rasa malu kepada Allah, yang selalu bertanya-tanya, sedang berdakwahkah kami ini?
Sedang memperjuangkan Allahkah kami ini?
Sedang menyerukan islamkah kami ini?
Menangislah, ikhwah, menangislah.
Panggil sajalah umat ini kepada kemenangan islam, bukan kepada hawa nafsu yang membuat dakwah tampak sekadar meriah.
Menangislah untuk sebuah barisan yang telah lama tidak memanggil orang membaca Al-Qur'an. Menangislah untuk barisan yang sudah lama tidak melawan musuh-musuh Allah, dan sekadar menjual jasa orasi, berhiaskan takbir, dengan harga murah.
Menangislah untuk perzinaan, homoseksual, dan kejahatan-kejahatan syahwat lain yang mulai merebak, dibiarkan, dan dimaafkan atas nama kekurangan orang.
Menangislah untuk percakapan kita di barisan ini, yang seakan-akan sudah jarang menyebut nama Allah, dan begitu ringan untuk menyebut aib saudara sendiri, atau menagih upah atas "jasa menyerukan orang kepada dakwah ini."
Menangislah, untuk berjalan lebih lama, pada dakwah ini.
Saudaramu,
Amar Ar-Risalah.
*
Tulisan Bang Amar saat pandemi ini jadi pengingat kalau pas lagi futur-futurnya. Perlu rasanya untuk membagikan ini kepada ikhwah sekalian, semoga jadi pengingat bersama!
75 notes · View notes
syifamaulviii · 4 months
Text
Misteri Sang Tuan
(sebelum) Pertemuan Ketiga
Setelah pertemuan kedua yang penuh dengan penyesalan. Hari itu aku benar-benar pulang tanpa menyisakan ekspektasiku sama sekali. Menyibukan diri dengan berbagai kegiatan yang bisa mengalihkan pikiranku, dari lelaki maskulin ini maupun dari masalaluku yang sulit dilupakan. Aku sibuk menyusun thesisku yang tidak kunjung usai, hingga ketika rehat, sesekali aku terbersit nama mereka. Sial. Sial. Sial. Tidak kunjung datang pesan yang aku nantikan. Akhirnya aku memutuskan untuk bertemu dengan ‘sosok’ lain, kali ini benar-benar tak ada maaf, cukup ku tidak menghargai diriku sendiri.
Hingga pada hari dimana aku sudah bersolek untuk bertemu orang lain, sebuah pesan singkat mampir di instagramku. Penuh kata yang hmm yaa begitu biasa saja. Dan aku menanggapinya pun hanya dengan kata-kata biasa. Sudahlaaah pikirku, tidak perlu basa basi, jika ingin pergi yaa pergi saja. Silahkan, pintunya terbuka lebar. Tidak perlu meminta maaf ataupun menunggu aku untuk pergi, karena nyatanya aku memang tidak akan pernah pergi. Pesan itu penuh dengan basa basi, pertanyaanku mengenai kapan kembali ke kota ini dibalas dengan kalimat mengagetkan. Akan kembali sebentar lagi.
Setelah percakapan itu, aku terus menanti. Akankah pertemuan ketiga ini muncul? Akankah benar-benar terjadi? Akankah aku menumbuhkan harapan padanya, setelah kalimat demi kalimat yang membingungkan keluar dari mulutnya dan pertanyaan pamungkasku aku redam dalam hatiku. Akan kah benar-benar terjadi?
Dan yaaa, sesuai dugaanku. Bahkan di hari terakhir ia berada di kota ini. ada saja alasannya untuk tidak bertemu denganku. Aku yang bahkan ekpektasinya sudah di turunkan dan direndahkan masih merasa kecewa. Bagaimana ini? but, I just take it like nothing. Yaa, mungkin teman mengobrol masih bisa aku usahakan.
Terjadilah, percakapan-percakapan singkat dan penuh penantian ini dimulai. 2-4 jam chatku tak terbalas aku hanya diam. Akankah terulang lagi kejadian ini? aku harus apa kali ini? membiarkannya? Apakah ada cara lain yang bisa aku gunakan untuk membalas sakit hatiku sebelumnya dengan kisah bahagia lainnya? Akankah lelaki maskulin ini menjadi bagian dari hidupku dan memulihkan rasa percaya diriku? Maka kisah ini masih terjebak dalam sekotak layar bernama smartphone. 2 hari ia tak membalas pesanku, lalu ia memberi kabar kalau smartphone-nya yang sempat rusak sudah diperbaiki.
Sungguh perjalanan online chatting ini membuat perasaanku ups and downs. Aku benar-benar lupa lagi cara menaruh harapan serendah-rendahnya. Karena terkadang, serunya berbincang dengannya membawaku pada harapan harapan baru. Sial. Ya Tuhan, bagaimana caranya agar aku bisa memanage perasaanku lagi? Apa ini benar rasanya jatuh cinta lagi? Sebegitu meresahkannya? Aku harus apa?
Hingga suatu hari, ternyata takdir membawaku dan dirinya untuk terlibat dalam suatu project yang harus merepotkannya. Kita melakukan online meeting yang akhirnya membayar rasa rinduku terhadap suara dan nadanya ketika sedang melempar argumen. Tunggu, apa kataku tadi? Rindu? Haha jangan harap. Tapi sungguh, ketika pertemuan online itu cukup membawa harapanku terbang tinggi hingga ke langit ke-7. Penjelasannya, tawanya, dan segala hal yang ada pada dirinya, aku sudah mulai tertarik. Ini berbahaya, tapi bukankah wajar, karena pertemuan kita sudah memasuki bulan ketiga. Yang kata orang, pertemuan pada bulan ketiga ini adalah penentuan akhir dimana akankah kita berakhir tragis atau berakhir bahagia. Shit. I hate this happened again in my life. But ya Allah. Jadikan ini yang terakhir. Jadikan kisahnya happy ending seperti harapku dan doaku di setiap malam. Bukankah Allah tidak ingin melihatku bersedih dan meratap lagi setiap malam?
Sial. Ia tak membalas pesanku di malam sabtu. Aku harus apa setelah ini? akankah ada pertemuan ketiga setelah beberapa perbincangan yang mengarah pada pertemuan ketiga kemarin? Bakmi pak min? cerita tentang bahasa dan kepala desa? Atau sniff-ing perfume seperti yang aku minta? Tidak. Aku sudah mulai gila bahkan di pertemuan yang belum genap ketiga. akankah aku jatuh cinta lagi?
2 notes · View notes
tulisankidal · 4 months
Text
Perih
Malam Ahad kala itu
Dingin dan sunyi jadi sendu.
Perih yang kurasa
Bagai duri mawar yang menusuk jiwa.
Kepergianmu hadir bak mimpi
Aku tak percaya.
Tersadar pun tak berdaya
Benar menghujam relung hati.
Raga ini bagai jiwa mati
Hanya diam dan meratap.
Bertanya di ujung hari
Mampukah diri ini berjalan sendiri.
Wahai kasih,
Insanku tetap berdiri menanti.
Hingga maut menghampiri
Harap kau kembali.
2 notes · View notes
leonnoraa · 4 months
Text
Anakku
Anak pertama dan kedua, anak laki-laki ku
Si anak kembar yang ganten dan sholeh
Yang mengajarkanku pertama kali bagaimana kehamilan itu dijalankan, yang memberikan rasa pertama bahwa ternyata aku menjadi seorang ibu.
Anakku yang pertama dan kedua, anak laki-laki ku yang kembar
Yang pada akhirnya mengajarkan aku pedih dan sakitnya kehilangan, yang rasanya seperti luka yang menggaung sangat dalam dan lama untuk disembuhkan
Yang akhirnya mereka kembali menghadap sangMaha Esa, dan menjadi hadiah anugrah terbaik bagi kami si orang tua yang meratap ini
Anakku yang pertama dan kedua, anak laki-laki ku yang kembar
Yang menjadikan aku ibu yang sabar, yang ikhlas menerima semua kado kehidupan yang Tuhan berikan
Yang menerima bahwa kehilangan ternyata berhadiah sebuah rumah yang Tuhan janjikan di surga
Anakku yang pertama dan kedua, anak laki-laki ku yang kembar
Lahir pada 4 juni 2021
Dengan waktu di dunia 9 hari bagi si sulung, dan 11 hari bagi sang adik
Anakku yang ketiga
Yang kembali mengajarkan aku bahwa sekeras dan sebaik baiknya menjaga kehamilan, jika belum Tuhan berikan waktunya maka ia pergi pula
Yang mengajarkan aku bahwa sejatinya perempuan melahirkan adalah melahirkan
Yang mengajarkan perjuangan menjadi seorang ibu ternyata ada nyawa yang menjadi taruhannya
4 bulan bersama dalam satu dekapan tubuh
Tidak lama, namu selamanya kekal dalam hati
Kamu tetap terhitung anakku yang ketiga
Anakku yang keempat
Yang kembali memberikan harapan bahwa aku tetap seorang ibu yang bisa memeluk dan mengasuh anaknya
Yang memberikan kebahagian dari segala kecemasan yang ada
Anakku yang keempat
Yang mengajariku bagaimana lelahnya dan bahagia yang dicampur menjadi satu dalam menjalani peran baru sebagai ibu
Anakku yang keempat
Tumbuhlah sehat selalu
Tumbuhlah bahagia selalu
Tumbuhlan dengan sempurna
Kita belajar bersama, kamu belajar tumbuh untuk hidup
Dan aku belajar menjadi orang tua yang akan mendapingimu sampai kapanpun
Kita akan bertumbuh bersama menjalani sisa waktu dunia
Anakku yang keempat
Terimakasih sudah hadir untuk kami
Penantian buah hati yang sangat indah
Kuciptakan dunia yang baik semoga kamu senantiasa menerima
Ibu, menyayangimu
Panjanglah umurmu dan umurku serta umur ayahmu agar kita selalu bertumbuh bersama sebagai keluarga
Terimakasih Tuhan
Anakku tetap ada 4
Walaupun yang saat ini bersamaku itu 1
2 notes · View notes
dinata22 · 4 months
Text
Aku saja yang tidak memahami maksud dari sikap engkau padaku.
Aku pikir engkau memintaku untuk menetap, tapi kenyataannya engkau memintaku untuk meratap.
3 notes · View notes
Di akhir pekan kita menyempatkan waktu untuk bertemu atas dasar rindu dengan cinta yang sudah semu.
Hari itu, kau yang memesankan teh sesuai janjimu pada masa yang lalu hingga terlalu lama tidak disajikan jua.
Sementara potongan kue krim itu sudah aku habiskan sebelum mendengarkan bait kata memuakkan.
Peladen mondar-mandir tak terhitung, kau tak kunjung menanyakannya. Dingin sudah, kini kita hanya bisa sama-sama saling meratap.
jangan kau hitung persoalan pengorbanan, kehangatan hilang, harapan musnah, mimpi raib, dicuri waktu dan kesempatan sia-sia
bagian hidupku berkenalan denganmu, ini sebenarnya elegi atau komedi?
9 notes · View notes