Tumgik
#kantuk
susahjadimanusia · 10 months
Text
Dunia masih baik,
Jika kau bisa terlelap dan tahu apa yang kau lakukan besok, beban yang kau tanggung, & kata maaf yang kau harus persiapkan besok.
Dunia baru benar-benar jahat,
Kalau jam 3 pagi kau masih terjaga, tak tahu apa yang mau kau lakukan, dan mematikan komunikasi.
Karena kau tahu sekutu mu hanya ketenangan dan sedikit rasa kantuk...
4 notes · View notes
rissutanto · 2 years
Text
Malamku tersusun oleh lampu jalan yang meredup
Pedagang makanan pinggiran yang terkantuk
dan iringan doa semoga selamat sampai rumah dari seorang ibu yang tak pernah surut
Ris sutanto
24 notes · View notes
Text
Tumblr media
0823-3000-6040 (WA), Pusat Grosir Kaos Kaki Muslimah Kantuk BunutLangsung ORDER KLIK WA http://wa.me/6282330006040 , Pusat Grosir Kaos Kaki Muslimah Kantuk Bunut, Pusat Grosir Kaos Kaki Muslimah Kabupaten Malinau, Pusat Grosir Kaos Kaki Muslimah Paju Epat, Pusat Grosir Kaos Kaki Muslimah Paku, Pusat Grosir Kaos Kaki Muslimah Patangkep Tutui, Pusat Grosir Kaos Kaki Muslimah Pematang Karau, Pusat Grosir Kaos Kaki Muslimah Raren Batuah, Pusat Grosir Kaos Kaki Muslimah Gunung Purei, Pusat Grosir Kaos Kaki Muslimah Gunung TimangKami adalah Distributor Kaos Kaki Muslimah Terpercaya dan Terlengkap di Indonesia, Kami sudah berpengalaman sejak 2008 melayani penjualan secara online, melayani pembelian dari luar pulau hingga ke luar negeri.Kami Sedang Mencari mitra bisnis yang ingin menjual kaos kaki Muslimah dari kami.Untuk Info Lanjut Tentang Kemitraan silahkan di Hubungi di Sini:Nomor HP Ibu Tiva : 0823-3000-6040#PusatGrosirKaosKakiMuslimahKantukBunut, #PusatGrosirKaosKakiMuslimahKabupatenMalinau, #PusatGrosirKaosKakiMuslimahPajuEpat, #PusatGrosirKaosKakiMuslimahPaku, #PusatGrosirKaosKakiMuslimahPatangkepTutui, #PusatGrosirKaosKakiMuslimahPematangKarau, #PusatGrosirKaosKakiMuslimahRarenBatuah, #PusatGrosirKaosKakiMuslimahGunungPurei, #PusatGrosirKaosKakiMuslimahGunungTimang
0 notes
hellopersimmonpie · 2 months
Text
Ritme
Ramadhan ini bisa dibilang jadi ramadhan paling sibuk dibanding ramadhan sebelumnya. Ada beberapa kerjaan riset yang perlu di-push biar beneran jalan. Di samping itu, gue juga masih pengen memperbaiki materi ajar di beberapa kuliah.
Semester ini gue bergabung ke tiga tim pengembang game biarpun nggak semuanya all out. Gue all out di satu tim sementara yang dua cuma ambil kerjaan part time. Dua game genre-nya story driven sementara satu game lagi genre-nya puzzle. Jangan ditanya duitnya. Ini game yang baru gue rintis. Jadi alih-alih dapet duit, semua tools-nya masih gue biayain sendiri. Semoga nanti ada hasilnya.
Gue happy banget di ramadhan kali ini karena gue menikmati ramadhan yang mulai normal dan lumayan jauh dari hingar bingar bukber. Sejak ibu wafat di bulan ramadhan 2018, bulan puasa selalu gloomy. Betapapun ramainya suasana buka bersama, gue nggak bisa menikmati. Sekarang, biarpun siangnya cukup struggle dengan rasa kantuk, gue masih merasa produktif.
Gue nyiapin beberapa hal biar gue bisa berbuka dan sahur dengan proper. Di antaranya:
Menabung macem-macem teh yang enak diminum hangat ataupun dibuat es
H-1 ramadhan bikin carrot cake yang alhamdulillah berhasil. Gue pake resepnya chef Luvita Ho btw hehe. Dua kali pake resep beliau dan berhasil dua-duanya. Kebetulan carrot cakenya bisa disimpan di kulkas dan bisa moist lagi setelah ditaruh microwave 30 detik. Jadi gue simpen buat ta'jil seminggu
Menabung buat berbuka. Karena gue ga selalu bisa masak dan pengen makanan yang proper, jadi kadang-kadang go food. Tentunya buat gue, sering-sering go food tuh makan budget sendiri. Mungkin weekend nanti nyobain meal prep kalau sempat.
Gue sekarang lagi di fase deep thinking karena pengen ngedesain game. Jadi gue totally menghindari keramaian dan bikin jadwal super terstruktur biar nggak membebani kepala.
Kalau ada bimbingan sama mahasiswa, gue bikin spreadsheet yang bisa diisi buat book jadwal. Gue kasih tanda mana yang available dan mana yang enggak. Jadi mereka terbiasa mengecek jadwal dulu sebelum nanya.
Beberapa kuliah gue bikin online biar otak gue nggak lelah. Sisanya? Gue tetep workaholic seperti biasa. Gue merasa pengen workaholic banget mumpung bisa. Tapi workaholic-nya bukan yang ngawur banget. Ada banyak hal yang dipertimbangin.
Maka ramadhan kali ini gue nikmati banget dengan jadwal:
Sebelum sahur jalan kaki 30 menit an. Setelah sahur baca quran. Habis itu kerja. Jam 5 prepare buat ifthaar. Habis iftaar kerja sampai isya. Habis itu tarawih dan lanjut kerja lagi.
Emang membangun sesuatu jangka panjang itu butuh stamina, butuh batin yang cukup sabar untuk mencari ritme. Gue mikir tentang ramadhan tuh sebenernya dari bulan januari lalu sih. Pengen ramadhan yang mindfull dan produktif. Gue nggak tahu apa yang gue hadapi tahun depan. Tapi semoga Allah ngasih gue jalan yang baik, mempertemukan dengan orang-orang baik dan mengizinkan gue untuk berkembang menjadi manusia yang baik juga.
Gue bersyukur banget bisa masuk ke ramadhan dengan hawa yang seperti sekarang :")
54 notes · View notes
mputraff · 1 year
Text
39
Malam menderu sunyi. Sementara bulan kian kencang berlari. Aku masih disini. Ditemani manifestasi mimpi-mimpi. Nampaknya, ia datang tanpa permisi. Selalu, tanpa henti. Sini, kutemani. Tak mengapa, kantuk ini selalu datang menjelang pagi. Namun, untuk kali ini. Bisakah kau berhenti menghantui? Agar aku bisa menikmati lelap tanpa tepi. Kau pasti ingin berbisik : “Mau jadi apa esok hari?”. Ya, aku tau, kau mengatakannya berulang kali. Tapi, untuk kali ini saja, biarkan aku terlelap sebelum jarum jam berotasi diarah satu atau dua pagi. Rancaekek, langit kamar adalah saksi.
105 notes · View notes
yunusaziz · 2 years
Text
Pesan Untuk Aktivis Dakwah #2
Tumblr media
Ada satu pesan dari Syaikh Dr. Yusuf Qaradhawi terkait keimanan. Isinya adalah, "Iman yang benar adalah iman yang melahirkan jiwa revolusioner pada diri seseorang." Potret ini dapat kita jumpai dari kalangan para sahabat, selepas memeluk Islam, jiwa mereka mengalami perubahan baik dari segi intrinsik dalam diri mereka dan juga ekstrinsik, aspek kebermanfaatan untuk banyak orang.
Atau mungkin juga, sisi revolusioner dari Nabi Ibrahim. as yang puncak dari refleksi keimanannya adalah dengan menghancurkan berhala-berhala, atas proses paripurna pencarian siapa Tuhan yang layak ia sembah. Allah abadikan peristiwa itu dalam Al-Qur'an surah Al-Anbiya' ayat 58.
Jiwa-jiwa itu lahir bukan tanpa sebab, melainkan aqidah yang dipelajari dengan dalam, tertancap dan diimplementasikan ke dalam setiap aspek kehidupan. Maka tidak heran jika Hasan Al-Banna berpesan kepada aktivis dakwah untuk menghidupkan dan memperhatikan dakwah mabadi. Dakwah yang sifatnya prinsip, fundamental.
Hal tersebut kini yang mulai kurang diperhatikan di kalangan aktivis dakwah, yang berkecimpung di sektor dan bidang apapun. Banyak dari mereka yang menginginkan akselerasi pemahaman, langsung ingin lompat ke materi-materi politik, ekonomi, dsb padahal baru mendapatkan meteri akidah seadanya, pun dibarengi dengan lemahnya semangat dalam menuntut ilmu ini.
Dari sudut pandang para pendidik, seorang murabbi dalam membina misalnya, baru memberikan materi akidah dalam satu dua pertemuan, langsung lompat ke materi-materi lain, yang hal itu dilakukan tanpa ada crosscheck kepahaman dari para mutarabbi-nya.
Ini bisa jadi bahaya. Sebab dampak jangka panjangnya dikhawatirkan akan mencetak aktivis-aktivis dakwah yang 'karbitan', yang hanya memiliki motivasi ekstrinsik saja. Ingin terus berbuat untuk umat, tapi lupa mengkoreksi bagaimana sisi intrinsik diri. Amal yaumiah kendor, gampang futur dan tidak memiliki kelanggengan semangat beramal.
Akan sangat memilukan jika menjumpai seorang aktivis dakwah yang rela menahan kantuk demi membahas solusi-solusi keumatan, tapi malah abai, meyepelekan terhadap tahajud bahkan sholat subuhnya, belum tilawah hariannya, dzikir-dzikirnya, maupun ibadah sunnah lainnya.
Yang dahulu, padahal itu semua merupakan modal utama dalam melangsungkan amanah dakwah di kalangan para sahabat dan generasi-generasi emas Islam berikutnya. Sekali lagi, ini sungguh memilukan.
Maka dari itu, siapapun yang hari ini masih menegaskan diri ingin berkecimpung dalam dakwah, di sektor dan medan apapun, untuk kiranya memperhatikan dakwah mabadi ini. Dakwah yang sifatnya kembali pada prinsip-prinsip kesilaman kita. Khususnya bagi seorang pengajar/murabbi/da'i atau apapun itu, yang tugas utamanya adalah membina. Bahwa materi aqidah harus disampaikan secara integral, utuh dan menarik.
Kalau motivasi intrinsik itu tumbuh akan menjadi bekal bagi mereka untuk menghadapi segala lika-liku dakwah, dengan tetap optimis dan semangat dalam melewatinya. Sebaliknya, mereka yang abai akan hal ini, yang hanya berfokus pada motivasi ekstrinsik akan lebih mudah buyar dan bubar jalan dalam menghadapinya.
Wallahua'lam bis shoowab.
199 notes · View notes
avrindah · 24 days
Text
Doa Meminta Cinta
Pada suatu sepertiga malam terakhir kala itu, rintik hujan masih menemani dengan syahdu. Pada sebagian orang ada yang melawan dinginnya malam dengan memaksakan diri untuk berwudhu. Oh, jangan lupa, godaan kantuk dan hangatnya selimut yang lebih berat dilenyapkan pada saat begini juga dilawan.
Sajadah itu tergelar. Seseorang duduk di atasnya. Sepi, senyap, hanya bibirnya bergerak. Rintik hujan mungkin kalah deras dengan dzikir yang ia langitkan.
Setelahnya, ia tutup dengan doa yang terus diulang. Hanya satu kalimat tapi merepresentasikan gundah dalam hatinya.
"Ya Rabb, aku memohon cinta, kasih, dan sayang-Mu."
Sebab seharian menahan sesak. Kala cacian menimpanya seakan tiada maaf. Kala amukan menerpanya seakan tanpa ampunan. Dadanya terhimpit oleh orang yang tidak tahu tapi paling lantang mengutuk.
9 notes · View notes
milaalkhansah · 3 days
Text
buku
Waktu SD papa sakit. Jadi ganti mama yang kerja, sedangkan kakak-kakak gua ngurusin adek-adek gua yang saat itu masih bayi. Bantuan yang bisa gua berikan saat itu hanyalah menjadi lebih dewasa dari anak-anak kecil lainnya, dengan gak rewel dan gak nyusahin mereka.
Pulang sekolah, gua suka singgah dulu di perpustakaan. Meminjam banyak buku buat dibaca di rumah. Karena gua tahu di rumah nanti semua keluarga gua fokus sama kerjaannya masing-masing. Gua gak bisa ajak kakak gua main, gua juga gak bisa memaksa mama dengerin cerita gua.
Saat itu gua paling suka baca dongeng, salah satu dongeng yang gua masih ingat suka baca saat itu adalah Kancil. Sehari gua bisa menghabiskan 1-2 buku. Gak berhenti baca kalau belum selesai, gak peduli setebal apa buku itu. Gak peduli kepala gua udah sakit dan mata gua udah panas.
Hal itu terus berlanjut sampai SMP. Papa meninggal, mama ganti jadi tulang punggung keluarga, kakak-kakak tugasnya masih sama. Lagi-lagi gua harus dipaksa mengerti.
Saat itu perpustakaan di SMP gua gak memadai. Gua jadi jarang banget baca buku karena gak nemu buku yang gua suka. Lalu Wattpad dan Webtoon pun hadir. Hobi baca gua jadi tersalurkan di sana.
Dulu masa SMP gua cukup menyenangkan kok, gua punya banyak teman. Tetapi emang dasar anaknya lebih suka sendiri. Kadang ada waktu-waktu di mana pas gak lagi ada pelajaran/guru masuk, gua suka cari tempat buat mojok baca Webtoon dan Wattpad.
Di rumah pun sama. Waktu itu keadaan rumah lagi parah-parahnya. Kakak-kakak gua pindah ke kota, sekolah di sana. Jadi tugas mengurusi adek-adek gua pindah ke gua. Mama gua saat itu suka pulang tengah malam karena kerja. Gua baca Webtoon dan Wattpad untuk mengurangi ketakutan gua menunggu Mama pulang dan nahan kantuk karena harus jaga adek-adek gua.
Naik SMA keadaan masih gak lebih baik. Tetapi sama seperti di SMP setidaknya gua punya banyak teman, dan di SMA pertemanan gua terasa lebih menyenangkan. Dan gua juga dapat sahabat di sana. Kehadiran mereka membuat gua gak begitu aktif lagi baca buku, not in a bad way, semacam saat itu gua lagi punya 'pelarian' baru selain baca buku, yaitu main sama mereka.
Kalau kalian bisa lihat, polanya selalu sama. Baca buku adalah salah satu copy mechanism, atau pelarian gua di banyak keadaan.
Gua suka baca buku pas SD karena gua gak mau teralu sedih mikirin keadaan papa dan ekonomi keluarga gua saat itu yang lagi ancur.
Gua suka baca Webtoon & Wattpad pas SMP karena gua merasa mereka lebih mampu memahami gua dibanding teman gua yang lain.
Gua tetap dan masih mertahanin kebiasaan baca itu pas SMA dan sampai saat ini, kenapa? Karena dengan buku—dengan dunia yang diciptakan orang lain di dalamnya, perasaan gua menjadi lebih baik.
Gua merasa punya dunia di mana gua bisa dimengerti. Gua merasa punya tempat di mana gua bisa jadi diri gua sendiri, gua merasa di dalam buku—setidaknya kenyataan yang gua hadapi lebih baik.
Gua bersyukur, saat berada di keadaan yang lagi gak baik-baik aja, gua memilih baca buku sebagai pelarian. Gua gak jadi anak nakal, (padahal bisa-bisa aja kalau gua mau) gua juga tetap sekolah dengan baik, sangat baik malah, karena SMP-SMA gua selalu rangking. Mungkin suka belajar juga salah satu bentuk pelarian positif gua saat itu...
Saat ini gua benar-benar udah gak punya siapa pun untuk berbagi cerita. Gua masih punya sahabat, tetapi sejak dia nikah, gua teralu sungkan untuk berbagi cerita. Bukan karena takut gak didengar, cuman apa yaa, sejak prioritas kita udah semakin beda, mencari keadaan dan waktu yang tepat untuk bercerita itu semakin susah.
Jadi lagi-lagi kalau gua lagi kepengen banget cerita, gua milih nulis atau baca buku. Kenapa baca buku? Karena di banyak tulisan, gua merasa didengarkan.
Gua gak lagi berusaha cari orang lain buat dengerin gua cerita. Selain karena emang gak ada, gua tahu itu sangat ngeselin buat menghubungi seseorang hanya pas saat kita lagi ingin didengarkan.
Sahabat gua pernah nanya,
"Nanti kalau kamu udah nikah, kamu masih mau cerita sama aku, gak?"
"Emang kenapa?" "Ya, nggak papa. Aku cuman takut aja kalau nanti kamu udah punya suami, kamu gak lagi cerita sama aku." "Liat nanti ajalah," jawab gua sambil ketawa.
Kalau sahabat gua mengulang pertanyaan yang sama, gua yang saat ini akan menjawab "enggak".
Karena sebelum cerita sama dia pun, toh gua udah terbiasa memendam semuanya sendiri. Meskipun gua sangat berharap saat gua nikah nanti, gua gak lagi harus memendam semuanya sendiri.
Bukan karena sahabat gua gak lagi cukup baik buat jadi pendengar, gua cuman merasa ada banyak hal yang memang lebih baik untuk kita simpan sendiri, bukan untuk dibagi ke orang lain. Sederhananya gua yang sekarang lebih memilih apa-apa yang pengen gua bagi, dan apa-apa yang pengen gua simpan sampai mati.
Gua juga gak tahu, apa kebiasaan baca buku (fiksi) ini akan gua pertahanin sampai nikah nanti, karena selama partner gua adalah seseorang yang bisa 'mengantikan' semua perasaan yang gua rasakan saat baca buku; perasaan dimengerti, disayangi, dicintai dengan penuh, dirangkul di segala keadaan, gua mungkin gak akan perlu buat baca fiksi lagi...
Tetapi seandainya di beberapa keadaan dia gak mampu memberikan perasaan itu, yaa lagi-lagi gua akan mencari perasaan itu di dalam sebuah buku...
Nggak papa kan?
8 notes · View notes
mutiarafirdaus · 1 month
Text
#CatatanRamadhan.22
"Begitu di atas puncak, kau ingin terus disana kan?"
Pertanyaan sarkas dari salah satu tokoh di Kunfu Panda 4 kepada Po yang tetap mempertahankan legend warriornya padahal sudah saatnya regenerasi membuat berpikir lama, coba mengorelasikannya dengan kondisi semangat beribadah yang menggeliat di bulan suci ini.
Merasakan nikmat ketika shalat taraweh berjamaah, rasanya ingin terus seperti ini. Merasakan nikmatnya ujian quran lancar dengan ustadzah, rasanya ingin terus seperti ini. Merasakan kasih sayang Allah yang begitu besar dengan dibangunkan sebelum subuh tanpa rasa kantuk, rasanya ingin terus seperti ini. Merasakan nikmatnya menangis ketika sedang memanjat doa, rasanya ingin terus seperti ini.
Ayo kita berjuang mencapai puncak kejayaan! Perubahan sejati terjadi dalam diri kita. Kau tak pernah tahu kekuatanmu seberapa, sampai kau berusaha mencobanya.
Lalu Po membalas pertanyaan sarkas tadi dengan nada optimis. Baginya, "berakhirnya masa berada di posisi puncak" tidaklah menjadi alasan ia mengendurkan ikhtiar mencapai kekuatan sejati. Tetap harus berjuang meningkatkan kapasitas diri meski keadaan sudah tak senyaman dulu, dimana lingkungan begitu kondusif menjadikan ia seorang jagoan.
Maka, di waktu Ramadhan yang sudah berakhir ini (tulisan ini dibuat tanggal 1 Syawal 😭🤣). Dimana lingkungan tidak sekondusif ketika Ramadhan dalam meningkatkan kualitas dan kuantitas ibadah, kamu harus terus berjuang menggapai puncak kenikmatan ibadah itu ya!
Kamu pasti bisa! Seberjuang apapun kita, sungguh tak ada seujung jari pun perjuangan beribadah yang telah dilakukan oleh para salafus shalih terdahulu. Jadi tidak usah ragu untuk gempur terus tekad juangmu. Bismillah dengan izin Allah, kamu bisa anak baik!
8 notes · View notes
teguhherla · 23 days
Text
Akan aku ingat keringat ini, rasa panasnya terik matahari siang, menahan kantuk dimalam hari, segala gundah gulana, tertawa akan hal-hal kecil, bisa tertidur lelap meski sebentar pun aku selalu bersyukur, demi mendapatkan keberkahan setiap hari dengan hati yg selalu dan terus meyakini bahwa akan ada hari dimana esok adalah tentang aku dan kita yg sudah bisa saling tersenyum melihat keadaan kemarin yg penuh dengan cerita-cerita hebat didalamnya.
11 notes · View notes
temusukma · 2 months
Text
Memaknai Bahagia
Mentafakkuri nafsi; di bulan ramadhan yang suci
Pada dasarnya, manusia hanya menanti dari satu kebahagiaan menuju kebahagiaan yang lain. Setelah itu apa? Hampa. Sebab dia sadar, jika rasa bahagia itu hanya memberikan efek hormon dophamin saja—euforia sesaat. Bahwa bahagia itu mempunyai durasi dan tidak akan bertahan selamanya. Pagi hari mungkin dia bergembira, namun di sore hari ia kembali berduka. Oleh sebab itu, manusia terus mencari, mengejar sesuatu yang sekiranya dapat memuaskan hasrat duniawinya terus menerus. Menunggu pengumuman kelulusan kuliah, atau menunggu info diterima dari pekerjaan misalnya.
Hal ini terus berlarian di kepala dan terus membuatku bertanya, "sampai kapan siklus ini akan terus berlanjut? Jujur saja ini cukup melelahkan, tapi terkadang aku tidak tau bagaimana caranya berhenti." Sebab saat aku berhenti, aku akan merasa diriku tiada berarti. Namun saat terus mengejar, aku merasa bahwa diriku terlalu ambisius, sesekali merasa bosan, namun ada sesuatu yang kurasa masih kurang.
Hidup tak ubahnya hanyalah wujud sebuah pelarian, dari rasa ketidakbahagiaan untuk kemudian mencari bahagia lain yang kuinginkan. Sampai lupa, jika ada yang perlu dibenahi dari diriku sendiri. Barangkali bukan aku yang tidak beruntung, hanya saja aku yang kurang meluaskan syukur. Bahwasanya, ada banyak sekali hal-hal sederhana yang perlu untuk dinikmati dengan sedemikian rupa. Sebab siapa yang tau? Jika di lain waktu, bahkan sedetik pun atau setitik kesempatan saja tak bisa kudapatkan dengan begitu mudahnya seperti saat sekarang, apalagi sampai menikmatinya.
Barangkali, sebenarnya aku hanya perlu menikmati hari ini tanpa perlu mengkhawatirkan hari esok. Dengan catatan, jalani setiap hari-hari yang dilalui dengan pembelajaran dan kegiatan positif. Entah memaknai hal-hal sederhana sekali pun. Seperti betapa beruntungnya diri, kala shubuh ini masih dapat bernafas menghirup udara sejuk dari surga, lalu melaksanakan shalat shubuh beserta sunnah qobliyahnya. Mungkin bagi orang lain hal itu hanya sesuatu yang biasa saja. Tapi bagiku, hal itu sungguh membuat batinku tentram luar biasa. Bahkan melebihi kebahagiaan-kebahagiaan yang pernah ada. Kau tidak akan tau sudah sejauh mana dunia merubahku. Aku yang dulu dapat melaksanakan sholat shubuh tepat waktu di setiap harinya, namun kini hanya dapat melaksanakannya kadang-kadang saja. Syukur-syukur ada bulan suci ramadhan, yang mengharuskanku terpaksa untuk membuka mata lebar-lebar, menahan kantuk yang sudah tak tertahan hingga menjelang waktu shubuh tiba.
Dan pada akhirnya, diriku menyadari jika kebahagiaan itu dapat kutemukan setiap saat, bahkan di setiap tempat. Sebab ia terletak di hati, dan diri sendiri yang menciptakan. Maka jika rasa bahagia itu sudah bersemayam di hati, kurasa ia tidak akan mungkin pergi kemana pun raga ini berlari. Dan tentu akan lebih baik jika hati sebagai tempat bersemayamnya kebahagiaan, juga dirias dengan hubungan yang indah dengan Tuhan pemilik semesta alam.
Semoga kita senantiasa selalu dalam lindungan dan Ridho Allah. Swt. Semoga kita tidak menyiakan Ramadhan kali ini dengan kesia-siaan yang merugikan kita, lalu membiarkannya berlalu begitu saja.
Salam hangat, selamat berpuasa :)
—Temusukma
10 notes · View notes
Text
Tumblr media
0823-3000-6040 (WA), Pusat Grosir Kaos Kaki Muslimah Kantuk AsamLangsung ORDER KLIK WA http://wa.me/6282330006040 , Pusat Grosir Kaos Kaki Muslimah Kantuk Asam, Pusat Grosir Kaos Kaki Muslimah Kabupaten Bulungan, Pusat Grosir Kaos Kaki Muslimah Jenamas, Pusat Grosir Kaos Kaki Muslimah Karau Kuala, Pusat Grosir Kaos Kaki Muslimah Awang, Pusat Grosir Kaos Kaki Muslimah Benua Lima, Pusat Grosir Kaos Kaki Muslimah Dusun Tengah, Pusat Grosir Kaos Kaki Muslimah Dusun Timur, Pusat Grosir Kaos Kaki Muslimah Karusen JanangKami adalah Distributor Kaos Kaki Muslimah Terpercaya dan Terlengkap di Indonesia, Kami sudah berpengalaman sejak 2008 melayani penjualan secara online, melayani pembelian dari luar pulau hingga ke luar negeri.Kami Sedang Mencari mitra bisnis yang ingin menjual kaos kaki Muslimah dari kami.Untuk Info Lanjut Tentang Kemitraan silahkan di Hubungi di Sini:Nomor HP Ibu Tiva : 0823-3000-6040#PusatGrosirKaosKakiMuslimahKantukAsam, #PusatGrosirKaosKakiMuslimahKabupatenBulungan, #PusatGrosirKaosKakiMuslimahJenamas, #PusatGrosirKaosKakiMuslimahKarauKuala, #PusatGrosirKaosKakiMuslimahAwang, #PusatGrosirKaosKakiMuslimahBenuaLima, #PusatGrosirKaosKakiMuslimahDusunTengah, #PusatGrosirKaosKakiMuslimahDusunTimur, #PusatGrosirKaosKakiMuslimahKarusenJanang
0 notes
amelianurhabibah · 11 months
Text
"Menangislah, kan kau juga manusia". Begitu penggalan lirik lagunya.
Bahkan dikisahkan, selevel Nabi Ya'kub alaihissalam juga menangis karena sedih kehilangan anaknya (Nabi Yusuf alaihissalam).
Menangis itu bukan sesuatu yang hina.
Kita menangis karena bentuk emosi alami dari tubuh kita. Dan itu gak salah, bahkan jika dilakukan oleh seorang laki laki.
Namun, jangan lupa.
Jangan berlarut larut dalam kesedihan, karena Allah gak akan rela bila hamba-Nya sedih, sakit dan kecewa.
Jika boleh aku beri saran,
Menangislah dalam sujud.
Agar terasa, betapa besar kasih sayang Allah kepada kita. Allah, paling suka bahkan mencintai seorang hamba yang menangis karenaNya.
Setelahnya, pasti akan ada hadiah berupa ketenangan. Dan rasa kantuk agar kita bisa kembali mendamaikan hati.
Semangat,
Jangan bersedih kembali ya.
Kita kuat, Allah bersama kita.
Katakanlah,
قَالَ إِنَّمَآ أَشْكُوا۟ بَثِّى وَحُزْنِىٓ إِلَى ٱللَّهِ وَأَعْلَمُ مِنَ ٱللَّهِ مَا لَا تَعْلَمُونَ
Artinya, : " Ya'qub menjawab: "Sesungguhnya hanyalah kepada Allah aku mengadukan kesusahan dan kesedihanku, dan aku mengetahui dari Allah apa yang kamu tiada mengetahuinya". (Qs. Yusuf ayat 86)
32 notes · View notes
attackfish · 1 year
Note
do you have an au where yue saves the moon spirit but she doesnt die?
No, but I do have an AU where the only thing that changes is that Aang wakes up in time to stop Zhao, and at that point, making a new AU would be splitting hairs. Continued from: [Link] and [Link].
1. Yue didn't grow up thinking she would be chief someday. She never imagined what she would do as chief, or even what she would do if she were chief. Her father was the chief, and she was the princess. Someday her husband would be chief, and her job was to be beautiful and kind, and to be loved by everyone. And she was beautiful, and she was kind, and everybody did love her. None of it had seemed so onerous back then.
2. And now that she is to be chief, she has so much catching up to do. She attends every council meeting, and learns all she can, and thinks about what she will do, what she will be able to do when she is chief. Her father was a younger son. His older brother died when his boat capsized. She wonders if he once felt the same way. She wishes she could ask.
3. When she is afraid, that she might not be up to it, that she has no business thinking she could lead anybody, she asks herself if she still thinks she will be better then Hahn, better than Atuk, her father's second choice. The answer is always yes. So she keeps going.
4. She also never thought she would choose her own husband. It had never seemed to matter that she wouldn't. Her father loved her, and he was wise, and would choose someone good. But he didn't. And now she must choose. She settles on one of Pakku's students, Kantuk. He's known for being kind, clever and no one's fool, but easy going and well liked. Beautiful, kind, and loved by everyone. She doesn't love him, but she can see living with him, see him standing at her side. She presents her choice to her father, tentitively, hoping he will approve, that he will see why she made the choice he did. He only huffs at her, amd tells her he doesn't see why it matters what he thinks.
5. It will be a long, long time before Arnook stops being angry, stops feeling as if his daughter humiliated him, and called him a fool. But that day will come. At least Yue hopes it will.
25 notes · View notes
surat-pendek · 1 year
Text
Setidaknya namamu bukanlah nama yang pasaran. Akan jarang sekali untuk mendengar seseorang menyebut namamu. Malahan mungkin aku tidak akan pernah mendengarnya lagi.
Tak apa. Lebih baik seperti itu saja.
Kembali ke masa semula.
Seperti aku tidak pernah datang ke restoran sushi itu denganmu.
Seperti aku tidak pernah menerima pesan yang berisi video lucu darimu.
Seperti aku tidak pernah sengaja menahan kantuk demi bisa bercakap denganmu di tengah malam.
Seperti aku tidak pernah menghafal nama panjangmu.
Seperti aku tidak pernah mengenal seseorang yang seperti kamu.
Andira Wu
23 November 2022
96 notes · View notes
haninditaas · 6 months
Text
Re-Definisi Keberhasilan.
Definisi berhasilku ternyata berubah seiring berjalannya waktu.
Bahkan saat ini aku menyadari kalau berhasil itu tidak terbatas dari satu parameter belaka. Jika coba diingat, "berhasil"ku dulu banyak mengarah kepada hal-hal materi. Misalnya, bisa masuk perguruan tinggi negeri, bisa memiliki IPK cumlaude, bisa punya harta sendiri, punya mobil sendiri, punya rumah sendiri, dan lain sebagainya. Kayaknya dulu juga ngga asing deh sama kalimat "jadi orang sukses", yang mana seringkali diartikan berhasil dalam pekerjaan dan mencapai financial freedom. Yah, begitulah.
Definisi berhasilku ternyata tidak terkurung hanya pada satu.
Ketika mendewasa, menemui berbagai sosok dan peristiwa yang kebanyakan menjadikanku belajar kembali tentang menjadi seorang manusia dan juga hambaNya. Aku banyak merenungi definisi berhasilku itu belakangan terakhir. Kini, rasanya memang tetap ingin diwujudkan, tetapi tidak lagi sekuat dulu. Aku lebih terfokus dengan apa yang kujalani dan kumiliki saat ini. Imanku, orang tuaku, teman-temanku, peran-peranku, aku lebih ingin menghargai kesempatan yang hadir hari ini.
Definisi berhasilku saat ini ternyata sesederhana itu.
Ketika aku bisa mendapatkan kepercayaan (trust) dari pasienku yang merupakan seorang pasien anak, yang mau tersenyum, mau memberi dadah, mau mengobrol dengan aku. Ketika aku bisa mengantarkan orang tuaku kemanapun mereka ingin pergi, memastikan mereka baik-baik saja dari berangkat hingga pulang kembali ke rumah. Ketika aku bisa menyelesaikan pekerjaanku tepat waktu, tidak pulang larut malam, sehingga orang tuaku tidak harus menahan kantuk menungguku. Ketika aku bisa mengalahkan ego dan hawa nafsuku untuk membuka Al Quran setiap hari. Ketika aku bisa memprioritaskan sholat dibanding aktivitas duniawiku.. Rasanya dari hal-hal sederhana ini (dan masih banyak hal lainnya), sudah cukup membuatku puas dan bahagia atas hidupku, atas hari-hari yang kujalani saat ini.
Dan, definisi berhasilku mungkin akan berubah lagi suatu hari nanti.
Aku tersadar dan tidak menutup kemungkinan bahwa mungkin definisiku akan berubah lagi, berikut dengan hatiku, pola pikirku, cara pandangku ke depannya. Tapi tidak apa-apa, toh hidup memang dinamis. Yang penting sebagai manusia dan hambaNya, kita ngga berhenti belajar dan berusaha, serta terus berdoa memohon petunjuk dariNya. Karena kalau dinamika hidup ini dilewati sendiri, kayaknya nggak akan sanggup deh..
Semoga Allah selalu membimbingku (dan kamu) dalam setiap dinamika kehidupan ini ya.
7 notes · View notes