Tumgik
#keteguhan
elangggunawann22 · 8 months
Text
TERWANGI!!! PARFUME LAUNDRY WA 0817-790-764
Tumblr media
0 notes
kurniawangunadi · 2 months
Text
Bergesernya Rasa Kagum
Sekarang, di dunia yang penuh dengan beragam pemikiran. Harus makin hati-hati sama ragam pemikiran yang diterima melalui media sosial, yang akhirnya kita konsumsi, dan menelusup ke dalam alam pikiran kita. Mungkin beberapa kali kita pernah mendapati pemikiran yang sesuai dan langsung menyetujuinya tanpa cross-check dasar pemikirannya.
Dan hari ini, kekagumanku yang dulu kuberikan kepada orang-orang yang menurutku keren pemikirannya kini bergeser menjadi lebih waspada. Mulai ngecek latar belakang orang yang menyampaikan pemikiran tersebut. Terus kalau hanya satu pemahaman yang kuterima, aku akan ngecek pemahaman2 lainnya yang dia miliki sehingga memiliki data komprehensif. Penilaianku menjadi makin kompleks, tapi aku suka.
Mungkin terkesan ribet. Tapi bagiku, ini sangat menyelamatkan. Aku tidak mengagumi orang yang salah. Ibarat ia memiliki 100 pemahaman, mungkin aku hanya melihat dan mendengar yang 1 aja dan aku sangat setuju, 99 lainnya harus diriset. Eh ternyata yang lainnya itu PRO LGBT, pernikahan beda agama, dan lain-lain. Pendapat-pendapat dari orang yang seperti ini yang berbeda value denganku, pasti tidak akan langsung menjadi pendapat utama yang akan kupertimbangkan apalagi kukagumi. Kekagumanku telah bergeser kepada para ahli ilmu dan ahli agama. Yang dasar pemikirannya selalu berdasarkan Al Quran dan Hadist. Ada alasan-alasan yang kuat mengapa sebuah pemikiran itu benar dan sesat. Bukan semata pada perasaan dan logika manusia. Tapi pemikiran yang langsung bersumber pada Maha Pencipta. Dan kita manusia, benar-benar seperti setitik debu dibandingkan dengan luasnya alam raya ini. Kita hanyalah tanah yang diberi nyawa.
Aku tahu ini mungkin sangat keras dan kaku. Tapi aku tidak peduli dengan apa kata orang atas prinsip hidup ini. Segala pemikiran yang akan kuadaptasi adalah pemikiran-pemikiran yang telat melewati filter-filter value khususnya keyakinan yang aku yakini dan imani. Dan itu menyeluruh.
Sebagaimana kita di sini, jika punya keyakinan yang sama. Tidak bisa memilih aturan mana yang mau kita pakai dan tidak dalam keyakinan ini, harus satu paket. Tidak boleh memilih-milih hukum berdasarkan perasaan dan pertimbangan akal kita sebagai manusia.
Di tumblr ini pun demikian, ada banyak sekali value yang bertebaran. Ada yang berseberangan, ada yang mirip, ada yang bertentangan, segala rupa. Kemampuan kritis kita dimasa perang pemikiran saat ini dibutuhkan. Terlebih kita mungkin akan mengalami bias antara mencari kebenaran dan mencari pembenaran.
Sebagai penutup. Mudah-mudahan, di zaman yang benar-benar sangat menantang ini. Pikiran kita terjaga, kita diberikan kemampuan untuk menganalisa dan kritis terhadap apa yang kita konsumsi, dan diberikan keteguhan atas iman yang saat ini benar apa kata hadist : Akan datang kepada manusia suatu zaman, orang yang berpegang teguh pada agamanya seperti orang yang menggenggam bara api..
221 notes · View notes
faramuthiaa · 3 months
Text
Jangan pernah kehilangan.
Jangan pernah kehilangan hal baik yang pernah kita genggam erat. Yang dengannya kita merasa damai, apa adanya, dan punya perasaan tenang terhadap orang lain.
Jangan pernah kehilangan keteguhan ketika sedang mempertahankan prinsip yang baik. Kadangkala, beberapa prinsip yang berbeda akan menghampiri, namun jika kita mengikuti semua yang baru kita temui, maka yang mana kah jati diri kita?
Karena menjadi orang yang jujur terhadap diri sendiri, yang selalu mempertahankan nilai baik yang dianut, selalu butuh kekuatan besar. Sebagaimana sebutir permata yang berada di dasar lautan yang dalam, sederas apapun tekanan air menerjang, ia tak pernah kehilangan kilaunya.
Meski sulit, berat, dan terasa asing, tapi ketahuilah, kehilangan jati diri yang baik setelah sekian lama digenggam akan lebih menyakitkan.
Mempertahankan selalu lebih sulit dari memulai. Jadi, ketika yang dipertahankan adalah sesuatu yang lebih baik dari yang ingin dimulai, mengapa perlu memulai sesuatu yang lebih buruk?
Bertahanlah, ini hanya dunia. Yang kadang tak tentu arahnya, tapi selalu memiliki makna di setiap detiknya.
Kamu, akan selalu menjadi kamu. Jangan pernah meninggalkan kebaikan yang kau yakini, hanya untuk menjadi atau mengesankan orang lain.
@faramuthiaa
Cranfield, 27 Juni 2024 || 00.11 BST
221 notes · View notes
journal-rasa · 7 months
Text
Ibadah Terlama, Bukan Menikah
Menikah memang ibadah jangka panjang, tapi bukan berarti adalah ibadah terlama.
Jadi, beberapa waktu lalu aku melihat video anak-anak Palestina yang penampilannya lusuh berlumuran noda sisa peperangan. Namun sinar wajah mereka begitu memancarkan keteguhan dan keyakinan.
Sang pengambil video mengajukan beberpa pertanyaan padanya, pertanyaan khas kanak-kanak seperti:
"Siapa tuhanmu?"
Allah
"Apa agamamu?"
Islam
"Siapa nabimu?"
Muhammad, shalallahu 'alaihi wassalam
"Apa kitabmu?"
Qur'an
"Apa ibadah yang paling utama?"
Jujur, aku kaget pas denger jawaban anak-anak kecil itu ketika ditanya tentang "Apa ibadah paling utama?"
Karena ternyata, jawaban mereka bukan shalat, bukan puasa, bukan zakat, sedekah, haji apalagi menikah.
Jawaban mereka adalah, Tauhid.
Yup! Tauhid.
Ibadah paling utama sekaligus paling lama. Karena menjalaninya perlu waktu seumur hidup. Gak peduli kamu masih bujang, gadis, menikah, gak menikah, janda, duda, selama kamu masih bernyawa, selama itu pulalah kamu wajib memegang erat tauhid.
Eh, kamu paham gak maksudnya? Bukan, ini bukan perkara murtad gak murtad aja.
Gini, ketika kamu hidup bertauhid. Ketika kamu yakin bahwa Allah adalah Dzat Yang Maha Esa, yang tidak membutuhkan siapa-siapa, yang maha berkuasa atas segalanya,
Maka, ketika suatu saat nanti kehidupan kamu berada di titik terendah yang paling rendah sekali pun, kamu gak akan pernah terpikir untuk bunuh diri, untuk menyerah.
Karena kamu yakin bahwa Allah pasti akan menolong kamu, entah bagaimana pun caranya. Akhirnya kamu dipaksa ikhlas untuk melepaskan semuanya... dan hanya berpasrah kepada-Nya.
Inilah kenapa surat Al-Ikhlas (Qul huwallahu Ahad) justru isinya tentang tauhid, bukan tentang 'ikhlas'.
Karena esensi dari kata 'ikhlas' sendiri akan merujuk pada tauhid. Dzat yang tunggal. Dzat yang nasib semua makhluk bergantung pada-Nya. Dzat yang tidak mempunyai sifat seperti makhluk-Nya (beranak dan diperanak). Dzat yang tidak ada sesuatu apa pun yang bisa setara dengan-Nya.
Iya, karena hanya ketika kita berada di titik terbawah sajalah kita baru menyadari tentang betapa kecilnya diri kita. Betapa kita membutuhkan Yang Lebih Besar dari kita, yang hanya satu-satunya, yang mampu menolong kita, suatu Dzat yang lebih besar, yang tidak terjangkau oleh akal makhluk-Nya, tapi dapat menjangkau seluruh urusan makhluk-Nya.
🌸🌸🌸
Jadi, please tolong jangan lagi bilang kalau "menikah adalah ibadah terlama", dan kalau ada yang posting kata-kata kayak gitu, tolong diingetin, dikasih tau.. please... karena efeknya fatal banget..
Ketika seseorang menganggap bahwa "menikah adalah ibadah terlama", maka yang belum menikah jadi takut buat menikah. Dan yang sudah menikah tapi malah saling mendzalimi sesama, jadi takut untuk bercerai.
Padahal cerai itu halal lho. Cerai itu solusi, bukan parameter kualitas diri.
🌸🌸🌸
Ketika kita paham bahwa tauhid adalah ibadah paling utama dan paling lama, maka kita gak akan mempermasalahkan lagi apakah seseorang itu bisa membina rumah tangga atau malah gagal, karena kita tahu bahwa takdir setiap manusia itu digenggam Allah.
Mempertahankan keutuhan rumah tangga itu perbuatan yang mulia, tapi tolong diingat bahwa kehidupan, dan planet Bumi ini, bukan hanya milik orang-orang yang menikah.
Hey, menikah bahkan gak termasuk rukun Islam?!
303 notes · View notes
terusberanjak · 9 months
Text
Selalu ada cara bagi Allah membahagiakanmu sekalipun engkau bilang perasaanmu sedang tidak baik-baik saja hari ini. Bukankah bertemu dengan orang baik, diberikan lingkungan yang baik, diberikan kelezatan dan keteguhan iman adalah hal yang amat membahagiakan?
Iman dan amal yang diridhoi Allah yang akan menghantarkanmu ke Surga. Bukankah melihat wajah Allah dan Rasul-Nya suatu saat nanti adalah cita-cita yang wajib diwujudkan? Dunia tempat mengumpulkan amal, tak lebih.
@terusberanjak
157 notes · View notes
prawitamutia · 6 months
Text
lapis-lapis syukur
baru-baru ini saya mendapat nasihat tentang syukur dari ibu. materi ini diperoleh ibu dari suatu kajian. hati saya terketuk untuk melihat seberapa dalam saya sudah bersyukur. begini kira-kira catatan ibu.
yang kita sebut dengan syukur tidak cukup jika hanya sampai pada lisan saja. "Alhamdulillaah..." "Terima kasih..." ya, itu syukur tetapi baru permukaan saja.
yang kita sebut dengan syukur harus kita buktikan dengan memanfaatkannya. tidak boleh ada yang mubazir, yang tidak terpakai sia-sia. entah waktu kita, energi kita, harta kita. lalu kesempatan, kesehatan, kehadiran orang-orang di sekitar kita.
tapi, rupanya itu juga masih lapisan luar. yang kita sebut dengan syukur adalah menghasilkan sesuatu dari yang kita manfaatkan itu. entah menjadi energi baru, harta baru, kesempatan baru, pengalaman baru, pemahaman baru, karya baru. sesuatu yang kita manfaatkan menjadi sesuatu yang ada hasilnya.
cukup? masih belum. yang kita sebut dengan syukur adalah berbagi, meninggalkan sedikit saja jejak amalan atau ilmu kita. agar yang kita dapatkan, manfaatkan, dan hasilkan itu bisa bermanfaat bagi orang lain pula. sesuatu yang berwujud hasil itu menjadi sesuatu yang ada dampaknya.
terakhir, yang kita sebut dengan syukur adalah melakukannya dengan istiqomah. karena hanya keajekan dan keteguhan amalan yang bisa membuahkan hasil atau perubahan yang ajek dan teguh pula. inilah lapis syukur yang paling dalam. sesuatu yang ada dampaknya itu menjadi sesuatu yang langgeng.
prompt 5.
bagaimana denganmu? seberapa rutin kamu mengucapkan syukur? apakah kamu sudah memanfaatkan hidupmu dengan optimal? apa yang sudah kamu hasilkan dari kesempatan itu? apakah kamu sudah membaginya? apakah kamu sudah istiqomah?
104 notes · View notes
Text
Salah satu sebab terbesar untuk meraih keistiqamahan dan keselamatan kalbu adalah dengan banyak membaca Al-Quran.
Hal itu akan melembutkan dan menambah keteguhan hati. Apalagi, bila ia membaca dengan tadabur.
Ia membaca sembari menghadirkan perasaannya bahwa yang dibacanya ialah firman Allah. Ia membaca sembari meyakini kebenaran setiap berita yang termuat di sana.
Ia membacanya sembari berupaya untuk komitmen menjalani setiap perintah dan menjauhi segala larangan.
Bila hal itu berhasil terealisasi, tentu amat diharapkan ia akan meraih banyak kebaikan.
Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsimin rahimahullah dalam Fatawa Nur ‘ala Ad-Darb 24/2
54 notes · View notes
hafidhulhaqq · 11 months
Text
Tumblr media
Di sela-sela rutinitas yang tak berujung, ada bayangan gelap yang selalu siap mengepung. Adalah lelah; datang dari hiruk-pikuk dunia yang terus melaju tanpa henti. Dalam kepenatan yang menghampiri, ada kelelahan yang terukir dalam ruang-ruang sunyi, membebani bahu dan pikiran dengan beban yang kadang terasa tak tertahankan lagi.
Coba kita melihatnya dari lain sisi dengan belajar menerima bahwa lelah adalah bagian tak terpisahkan dari kehidupan. Ia sebentuk cermin dari perjuangan dan pengorbanan yang telah kita kerahkan. Ia merupakan saksi dari kegigihan dan ketabahan, manifestasi dari kekuatan dan keteguhan. Lelah juga mengajarkan kita untuk menghargai momen istirahat dengan memperlambat langkah, lalu merenung dalam ketenangan agar semangat kembali merekah.
Semoga, Dalam tiap lelah yang terkadang menggoda untuk menyerah, terpendam pula kekuatan untuk terus melangkah.
-----
100 notes · View notes
elangggunawann22 · 8 months
Text
TERWANGI!!! PARFUME LAUNDRY WA 0817-790-764
Tumblr media
0 notes
kurniawangunadi · 1 year
Text
Doa yang Kuat
Apa kamu pernah melihat secara kasat mata bagaimana doa yang kuat bisa membuat takdir yang terasa angan menjadi kenyataan? Aku pernah. Sampai tak habis pikir, bagaimana sebuah cerita yang tak terhubung bisa terhubung, seperti bagaimana air dan minyak bisa larut, seperti bagaimana es bisa tak mencair di panas terik. Rasanya tidak masuk akal, tapi bisa-bisanya terjadi.
Aku yang jarang berdoa ini tak bisa memungkiri keteguhan doanya. Doa ibunya, doa bapaknya, yang selaras.
"Bagaimana rasanya menjalani doa yang menjadi kenyataan?" tanyaku.
"Bahagia sekali," ujarnya tersipu malu.
764 notes · View notes
audadzaki · 2 months
Text
Kerja Keras Manusia adalah Omong Kosong
Kalau ditanya apa sebab dirimu berhasil, jawablah, itu taufiq dan nikmat dari Allah. Kalau ingin menceritakan perjuangan dirimu di baliknya, tahan dulu, pastikan ada salah satu perjuanganmu di sana yang bernama ikhlas.
Jika saja manusia sadar prestasi adalah sepenuhnya takdir mungkin dia tidak akan sombong. Tapi prestasi itu selalu bias, seolah terbangun oleh kerja keras dan usaha, tersusun dari sebab-sebab dan kumpulan rencana. Manusia jadi sulit jernih menyadari bahwa keberhasilan adalah sama seperti menang undian: sepenuhnya taufiq dari Allah dalam suratan takdir.
Bedanya di sana ada unit takdir bernama usaha yang karenanya manusia diganjar pahala. Tapi usaha sendiri adalah taufiq dari Allah juga. Lalu apa yang tersisa dari manusia?
Hanya omong kosongnya.
Bayangkan suatu kondisi dimana umat Islam pernah mencapai prestasi paling out of mind dalam sejarah perang kabilah Arab. Tepatnya di tahun 5 Hijriyah. Nabi berhasil membawa pasukan satu resimen memukul mundur koalisi lima kabilah dengan jumlah lebih dari tiga kali lipatnya. Perang Khandaq namanya.
Keberhasilan itu secara literal dihasilkan dari ide cemerlang Salman untuk menggali parit, ditambah dengan kerja keras mengeksekusi proyek di sepinggiran kota Madinah yang tidak masuk akal itu. Deadline sempit, logistik sekubit.
Nabi dan para sahabat sampai-sampai tertinggal waktu shalat demi kejar target, perut-perut diganjal batu demi menekan tenaga tanpa suplai pangan yang cukup.
Kisah berhasilnya, sepuluh ribu personel koalisi mandek di depan parit. Tak sampai tiga pekan setelah itu mereka buyar. Masing-masing kompi mundur teratur dari palagan.
Tapi bayangkan, bukan strategi gemilang dan kerja keras itu yang diklaim Al-Quran sebagai faktor utama kemenangan, melainkan ini: “Ingatlah nikmat Allah kepada kalian saat pasukan datang lalu kami kirimkan angin dan pasukan yang tak terlihat.”
Lalu ini, “Dan Allah menghalau orang-orang kafir itu yang keadaan mereka penuh kejengkelan, karena mereka (juga) tidak memperoleh keuntungan apa pun. Cukuplah Allah (yang menolong) menghindarkan orang-orang mukmin dalam peperangan. Dan Allah Mahakuat, Mahaperkasa.”
Tidak ada secuil pun Allah menyinggung strategi parit dan kerja keras proyek itu dalam surat manapun di dalam Al-Quran. Semua adalah pertolongan Allah.
Bahkan surah tentang perang itu dinamai surah Al-Ahzab yang bermakna pasukan koalisi. Bukan Surah Al-Khandaq atau parit yang menunjukkan kerja keras membangun strategi. Nama lain surah Al-Ahzab juga Al-Fadhihah, yang bermakna perang yang mempermalukan, bukan Al-Mujahadah yang bermakna perjuangan dan kesungguhan.
Kalau ada satu perjuangan yang disinggung di dalam perang ini maka itu adalah perjuangan keikhlasan.
“Di situlah diuji orang-orang mukmin dan digoncangkan (hatinya) dengan goncangan yang dahsyat.”
“Di antara orang-orang mukmin itu ada orang-orang yang menepati apa yang telah mereka janjikan kepada Allah.”
Allah tidak sedang menafikan usaha, atau menginginkan manusia uji nasib berperang tanpa perjuangan apa-apa. Allah justru ingin menekankan bahwa tanpa Allah semua usaha itu tidak ada gunanya.
Tidak heran Syaikh Muhammad Said Ramadhan Al-Buthi menyimpulkan satu pemahaman dari peristiwa ini, bahwa bagi muslim, pokok utama dari sekian banyak faktor keberhasilan adalah keikhlasan beribadah dan kebergantungan penuh pada Allah.
Kalau sumber kekuatan satu ini sudah dilalui, maka tak mengapa ceritakanlah tentang kerja keras dan faktor keberhasilan lainnya. Tapi kalau tidak ada? Omong kosong.
Sebab yang memberikan manusia kekuatan untuk berjuang adalah Allah, yang memberikan keteguhan, ketepatan momentum, dan alam semesta yang mendukung adalah Allah. Manusia hanya pengundi nasib yang bahkan tak cukup mampu melempar sendiri dadunya yang bernama usaha.
Kalau berhasil hanya karena kerja keras maka contohnya adalah Qarun, “Dia berkata, "Sesungguhnya aku diberi (harta itu), semata-mata karena ilmu yang ada padaku.”
Tapi Allah segera membantahnya, “Tidakkah dia tahu, bahwa Allah telah membinasakan umat-umat sebelumnya yang lebih kuat daripadanya, dan lebih banyak mengumpulkan harta?”
Lagi-lagi, kerja keras manusia adalah omong kosong semata.
@audadzaki
Compound Gannah, 6 Agustus 2024.
20 notes · View notes
adestraayubs · 1 year
Text
Yang Terbangun Menghidupkan Sepertiga Malam
Kapan terakhir kali engkau merasa ingin bertambah-tambah menambah sujud, memperpanjang waktu terbentang sajadahmu? Kapan terakhir kali engkau ketagihan dengan nikmat keheningan malam, saat gemercik air menjadi temanmu bangun? Kapan terakhir kali engkau bermunajat dengan tenang, tanpa adanya sisipan pikir bejubel aktivitas duniawi di tengah nuansa dinginnya hawa malam?
Wahai aktivis, engkau tidak kurang-kurang dalam eskloprasi ide, teknis, bahkan tidak jarang engkau begitu berbuih-buih saat mendiskusikan dakwah lengkap dengan tantangannya. Namun engkau begitu kering akan ibadah yang menghidupkan ruhmu. Engkau tampak tak begitu yakin, bahkan engkau sedikit lebih mengakhirkan amal ibadah, sebab engkau mendahulukan dan melandaskan keyakinan atas apa yang engkau usahakan, bukan atas apa yang engkau sandarkan kepada Allah.
Engkau lupa, bahwa Gusti Allah maha besar, lebih besar dari apa pun, maha menguasai, yang menguasai dari penguasa mana pun, maha kaya yang memiliki segalanya. Engkau selalu gemar berbicara teknis, metodologis, empiris bagaimana dakwah bekerja, namun mengakhirkan bagaimana sistem Allah bekerja.
Bahwa memang betul, mendalami metode itu penting, banyak sahabat dan generai pendahulu yang menyongsong kejayaan Islam, bermula tekun mempelajari mesin-mesin altileri, mekanik kapal, konstruksi pelabuhan, bahasa filsafat, dan banyak lagi. Namun, kejayaan itu dalam polanya ditopang karena kehebatan amal yang luar biasa.
Keteguhan generasi pendahulu akan amalnya menyebabkan kalibrasi kapasitas. 1 orang bernilai 1000 orang, begitu seterusnya. Maka tidak heran sedikit pasukan Islam mampu mengoyak barisan musuh. 1 pedang pasukan Islam mampu mematahkan lebih banyak pedang musuh.
Salah satu keteguhannya adalah menjada sepertiga malam. Sepertiga malam tidak dilupakan, sepertiga malam bukan dongeng semata. Maka rindulah sepertiga malam, sebab dari sepertiga malam akan menghujam ruh ruh yang mengakar.
Wahai aktivis, gapailah kedekatan dengan Allah di sepertiga malam, hidupkan sepertiga malammu. Engkau udah lelah, cukupkan aktivitas duniamu, hidupkan sumber-sumber kedekatan dengan Allah, agar hari-harimu berisi, jauh dari kehampaan. 
240 notes · View notes
gizantara · 5 months
Text
Ikhlas
Kita kadang mensifati ikhlas dengan sesuatu yang tidak ada dalilnya, misal kaya buang air besar yang setelah dilepaskan jadi plong, atau tidak menyebut-nyebut suatu amalan seperti surat al-Ikhlas yang tidak ada kata ikhlas di dalamnya, atau juga merasa ringan melakukan suatu amalan. Definisi ini tidak ada di dalam Al-Qur'an.
Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail ikhlas kok saat berkurban, tapi berat perasaannya. Justru kalau Nabi Ibrahim merasa ringan, dipertanyakan keayahannya dan kemanusiaannya.
Artinya yang berat juga bisa ikhlas, yang ringan belum tentu ikhlas. Dalam beberapa kondisi, ga ada korelasi antara ikhlas dan perasaan berat atau ringan. Karena ikhlas sebenarnya bukanlah jenis perasaan melainkan kebersihan niat/motif, langkah, dan tujuan. Itulah ikhlas, jangan diembel-embeli perasaan ringan atau berat.
Makanya ketika memerintahkan jihad fi sabilillah, Allah mengatakan, "berangkatlah dengan ringan dan berat," karena Allah tau perasaan itu pasti beragam tingkatannya dan tingkatan perasaan itu nggak bisa serta merta jadi tolok ukur keikhlasan seseorang.
Jangan sampai ketika dalam perjuangan, kita melihat orang yang sedang sama-sama berjuang, dan mereka merasa berat, lalu kita mengatakan,
"Ini kamu berat? Ngga ikhlas tuh, ngga dapet pahala."
"Gimana rasanya capek atau seneng? Kok senengnya dikit? Kok capek? Harusnya Alhamdulillah dong."
Loh siapa bilang "Alhamdulillah" ga bisa diucapkan oleh orang yang capek? Toleransi rasa keberatan orang itu berbeda. Masih mau berjuang aja udah syukur, berarti dia tetep menyambut perintah Allah. Menerima seruan tersebut sebagai orang yang terpaksa tuh bukan perbuatan dosa. Kenapa juga dipertanyakan segitunya? Namanya juga proses, jangan terlalu judgemental atas respon hati seseorang selama respon fisik dan pikirannya masih dalam ketaatan. Perasaan itu seperti anak kecil, emang dididiknya dengan pembiasaan. Jangan berharap instan.
Yang ringan juga belum tentu ikhlas, bisa aja seseorang merasa ringan melakukan sesuatu karena pelarian (escaping) dari masalah lain. Atau dalam perintah tersebut terdapat sesuatu yang sejalan dengan keinginannya.
"Pahalamu sesuai dengan kadar kepayahan yang engkau rasakan," begitulah sabda Nabi kepada Aisyah. Dan betul, Allah memvalidasi ujian Nabi Ibrahim.
اِنَّ هٰذَا لَهُوَ الْبَلٰٓ ؤُا الْمُبِيْنُ
"Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata." (Ash-Shaffat (37) : 106)
Ga mungkin disebut "suatu ujian yang nyata" kalau Nabi Ibrahim tidak merasa berat. Ga ada ujian yang lebih nyata daripada sesuatu yang menyangkut hal yang paling kita cintai. Makanya Allah mengapresiasi keteguhan Nabi Ibrahim dalam melaksanakan perintah kurbannya ketika super berat rasanya. Seberat apa sih? Belum pernah rasain, tapi kayanya nanti kalau udah jadi orang tua bakal bisa lebih memaknai perasaan berat yang Nabi Ibrahim rasakan.
"Salam sejahtera bagi Ibrahim," adalah hadiah dari Allah atas keinginan dan usaha Nabi Ibrahim untuk membaca sinyal Allah (berempati secara kognitif atas mimpinya) serta melaksanakan perintah dalam mimpinya (compassionate servant). Bayangin, orang bisa tetep compassionate ngelakuin sesuatu yang dia rasa paling berat di dunia ketika dia punya pilihan untuk uncompassionate? Emang cuma Allah sih yang bisa menghargai usahanya.
— Giza, hasil nyimak Ibrahim Series-nya Ust. Salim A. Fillah
23 notes · View notes
aibaihaqy · 7 months
Text
Sabarin Aja, Senyumin Aja
Kita sepertinya lupa keteguhan Nabi Nuh dalam 950 tahun berdakwah bersama sekitar 80 pengikutnya.
Kita juga lupa keteduhan hati Nabi Ismail saat nyawanya siap dipertaruhkan sebagai perintah dari mimpi ayahnya.
Kita harusnya mengingat ketenangan Nabi Ibrahim saat api yang panas siap membakar hangus setiap kulit manusia.
Kita harusnya mengingat betapa sabar dan bijaknya Luqman dalam menasehati anaknya. Sehingga masyhur di telinga kita tentang nasihat-nasihat Luqman kepada anaknya yang penuh hikmah.
Kita harusnya sadar ketika sekelas Nabi Zakaria pun berdoa pada Rabb-Nya “Ya Tuhanku, janganlah engkau biarkan Aku seorang diri…” (Al-Anbiya : 89).
Kita harus ingat ketika Nabi Musa yang saat terdesak itu menguatkan pengikutnya, “Musa berkata kepada kaumnya, mohonlah pertolongan kepada Allah dan bersabarlah.” (Al-A’raaf : 128).
Maka ya Rabb, damaikanlah setiap hati yang resah, kokohkanlah kaki yang rapuh, dan kuatkanlah pundak yang lemah.
22 notes · View notes
triastariirfiani · 6 days
Text
"Pada setiap kejadian, ada pelajaran yang tidak tampak—dan itulah yang membuat kita tumbuh dengan cara yang tidak pernah kita bayangkan sebelumnya."
Sejak bulan Mei hingga Jumat lalu, hidup terasa seperti sedang ditempa ulang. Setiap harinya dihadapkan pada pelajaran tentang fokus, mengejar mimpi, menghadapi tantangan di pekerjaan baru, serta belajar melepaskan hal-hal yang mungkin tak lagi bisa digenggam. Yes, sesulit itu. Ada begitu banyak momen di mana rasanya saya hampir menyerah. Namun, lagi-lagi Allah selalu hadir dengan kekuatan yang tak terduga, membuka jalan saat rasanya semua pintu tertutup.
Lalu datang Sabtu, Ahad, dan Senin—tiga hari yang membawa kelegaan tersendiri. Saya menolak segala ajakan keluar, memilih untuk berdiam diri. Bukan karena ingin menjauh dari dunia, tapi karena sadar bahwa ada saatnya kita butuh waktu untuk berhenti, melihat ke dalam, dan benar-benar mendengarkan hati. Saya menghabiskan waktu dengan buku-buku, menonton film, tidur, dan ya, merefleksikan banyak hal yang telah terjadi.
Dari banyaknya pelajaran hidup, ada satu momen yang begitu menggetarkan hati. Dalam sebuah sesi interview dengan klien, saya tak hanya mendengar, tapi diberi ruang untuk belajar. Dari beliau, saya belajar tentang keteguhan menghadapi hidup yang sering kali terasa sulit. Beliau mengingatkan bahwa meskipun hidup tak pernah mudah, selalu ada keyakinan bahwa apa yang Allah berikan, pada akhirnya, akan selalu cukup. Semua akan dicukupkan, dalam bentuk yang mungkin tak selalu kita pahami saat ini.
Di sisi lain, selama beberapa waktu ini, saya juga mendengarkan banyak cerita dari para peserta sesi yang saya hadiri. Masalah-masalah mereka terasa begitu berat. Melihat mereka yang berjuang dengan luar biasa, saya justru merasa semakin dikuatkan. Betapa hati ini diingatkan untuk selalu berprasangka baik kepada Allah, bahkan ketika jalan hidup terasa begitu menantang.
Pada akhirnya, saya sadar bahwa segala kehilangan, tantangan, dan pembelajaran baru yang datang adalah bagian dari proses bertumbuh. Setiap kesulitan bukanlah akhir, tapi langkah-langkah kecil menuju kebijaksanaan dan pemahaman yang lebih dalam. Mungkin memang benar, terkadang kita harus mengalami luka, kehilangan arah, atau bahkan terjatuh, hanya untuk menyadari bahwa Allah sedang mengajarkan kita untuk bangkit lebih kuat dan lebih bersyukur.
Segala yang terjadi, sekecil apa pun itu, adalah kesempatan untuk belajar, bersyukur, dan tumbuh. Dan mungkin, kuncinya ada pada satu kata: ikhlas. Ikhlas menerima, ikhlas berjuang, ikhlas berproses. Sebab, pada akhirnya, itulah yang akan membawa kita lebih dekat pada pemahaman sejati tentang hidup dan makna syukur yang sesungguhnya.
15 September 2024.
Tumblr media
8 notes · View notes
duniasoputra · 11 months
Text
accept n let go
Menjelang akhir tahun ini, banyak hal yang telah kau pelajari. Kau pernah menjadi manusia yang angkuh merasa paling bahagia dan beruntung sedunia seolah akan seperti itu seterusnya. Di satu sisi, merasa menjadi manusia paling menyedihkan sealam semesta. Tapi, ada satu hal yang benar-benar membuat pikiranmu terbuka dan membuatmu belajar, yaitu perihal; ikhlas dan merelakan.
The power of ikhlas, benar-benar sangat berpengaruh sekali dalam hidupmu. Kau tak lagi menyangkal semuanya, mencoba menerima apapun yang disampaikan oleh Tuhan. Menyelaraskan segalanya dengan alam.
Rasanya seperti kau sedang naik balon udara. Sambil minum teh hijau hangat, kau menatap pemandangan dan melihat berbagai macam orang-orang dengan barbagai macam persoalannya.
Ada yang bertengkar dengan pasangannya, ada yang sedang bergelut dengan masalah keluarganya, ada yang duduk menyendiri mengabaikan sekitar, ada yang semangat berambisi mencapai sesuatu, ada yang sedang menangis tersedu-sedu, ada yang terjebak dalam satu circle yang merugikannya, ada yang tampak murung dan berbagaimacam perasaan lainnya. Dari atas sini, kau bisa melihat semuanya. Memandang satu persatu orang-orang yang ada disana. Matamu terhenti di satu orang, kau tersenyum lantas berkata "wah, dulu aku pernah begitu," kemudian menyeruput teh hijau hangat yang masih berada di genggamanmu.
Padahal saat ini, kau tak luput dari masalah. Masalahnya masih sama seperti yang dulu-dulu atau mungkin masalah baru. Hanya saja kali ini responmu berbeda. Sudut pandangmu jauh lebih luas sekarang. Dan hal itu bisa kau dapatkan ketika kau berusaha untuk ikhlas dengan segala hal.
"Apa yang melewatkanku, ia bukanlah takdirku. Apa yang menjadi takdirku, ia takkan pernah melewatkanku" Kau mulai berpegang teguh dengan apa yang Khalifah Umar bin Khattab katakan.
Dengan keteguhan hati, perlahan kau melepaskan segala hal yang ada diluar kendali diri. Walaupun sulit, tapi kau belajar untuk melepaskan sesuatu yang tak seharusnya digenggam. Jika memang takdirmu, apapun itu tak akan pernah melewatkanmu. Kau sudah bertekad untuk tidak terjebak di masa lalu, bagaimanapun masa lalu itu tak bisa diubah kembali. Kau hidup di masa kini, siapkan diri untuk menghadapi masa depan yang belum pasti. Tetaplah berbuat baik dan berprasangka baik.
Ingat ini!
Jangan pernah berharap pada apapun, siapapun selain Tuhan! Berharap kepada selain Tuhan adalah kunci dari rasa sakit hati dan kekecewaan.
Dan ya. Biar kuberi tahu padamu, agar kau tidak terkejut nantinya. Bukan ingin menakut-nakuti, hanya sebagai antisipasi agar kau bersiap diri:
Camkan ini!
Ketika kau meminta kepada Tuhan agar senantiasa diikhlaskan. Bersiaplah dengan berbagai macam bentuk kehilangan (entah kehilangan sesuatu yang berharga atau seseorang yang kau sayang).
Ketika kau meminta agar senantiasa dilapangkan dan disabarkan, kau akan dihadapkan dengan bermacam-macam ujian dan permasalahan. Saat itulah, kesabaranmu sedang diuji.
Ketika kau meminta agar rezekimu dilimpahkan, kau akan dihadapkan dengan berbagai macam pengeluaran yang tidak pernah ada sebelumnya dan tidak disangka-sangka.
Bukan berarti Tuhan tak sayang. Justru karena Tuhan sayang, kau mengalami hal seperti ini. Tuhan ingin kau lebih mendekat pada-Nya lagi!
Barangkali seperti itulah cara Tuhan mencintai hamba-Nya. Seperti itulah cara Tuhan melatih hamba-Nya agar menjadi manusia yang tangguh dan kokoh. Tetaplah berbaik sangka kepada-Nya. Apapun yang terjadi, pasti ada hikmah tersembunyi.
Tak sampai disini. Setelah ini, kau akan diuji oleh tulisanmu sendiri. Maka dari itu, persiapkan diri.
Mengudara, 01 November 2023
51 notes · View notes