Tumgik
#pangeran baik hati
ranisyahreza · 2 years
Text
Pangeran Baik Hati
Judul: Pangeran Baik HatiPenulis: Ken Achroni, Afifah Afra, SaptoriniPenerbit: LintangTahun: 2011Halaman: 93Peresensi: @ranisyahreza Buku ini berjudul Pangeran yang Baik Hati, tapi di dalamnya justru tertulis Pangeran yang Rendah Hati.. Mengapa bisa begitu??Jadi.. buku ini merupakan kumpulan cerita anak yang terdiri dari 10 bab yang megisahkan cerita-cerita yang berbeda dan tidak terkait satu…
Tumblr media
View On WordPress
0 notes
272011 · 1 year
Text
Best Friend Forever
Tumblr media
Bhs.Indo
Kau dan Mei adalah sahabat sejak kecil, kau selalu melindungi Mei saat dia di bully sebagai gantinya Mei akan selalu menghabiskan waktunya bersama mu
Berbeda dengan Mei kau dikenal sangat baik hati dan cantik walaupun mereka benci melihat mu dengan Mei yang di bilang kutu buku tapi kau menghiraukan nya, malah menurut mu Mei lah yang cantik jika dia melepas kaca matanya dan terlihat imut dan pintar saat memakai kaca matanya
Sampai ada suatu kejadian yang membuat Mei semakin di benci oleh orang-orang
Saat itu Mei sedang makan siang di kantin tanpa mu, tidak ada yang mau duduk bersamanya semua menghindarinya dan menatap jijik padanya, lalu ada seorang murid pindahn yang mendekatinya
Murid yang di juluki pangeran di sekolah ini, tak lain adalah Kevin Kaslana, Semua gadis sangat menyukainya kecuali kau dan Mei, di mata kalian Kevin hanya biasa saja tidak ada yang special
"Hei, kau Mei kan ?, aku suka pada mu" kata-kata yang di ucapkan Kevin menarik perhatian para Siswa siswi, tidak disangka laki-laki populer seperti Kevin menyukai kutu buku seperti Mei, itu menurut mereka
"Hah ?" Mei terdiam sejenak untuk mencernah perkataan Kevin, saat itu kau baru masuk ke kantin bersama Su, tapi mereka di buat terkujut saat Kevin sedang menyatakan cintanya pada Mei
Kau justru khawatir pada Mei, semua tatapan mata benci dan jijik menatap Mei, kau langsung berjalan ke Mei di susul oleh Su tapi dia ke Kevin
Selangkah lagi kau akan mendekati Mei, tapi Mei langsung bersuara
"Kau bercanda ?, maaf tapi aku tidak tetarik pada mu" ucap Mei dingin pada Kevin yang membuat Kevin gemetaran, Mei lalu menarik mu pergi dari sini kemana saja yang penting tidak akan melihat muka Kevin lagi
3 hari kemudian
Sudah tiga hari semenjak hari di mana murid pindahan menyatakan cintanya pada murid paling tidak menarik di sekolah
Sudah kamu duga apa yang akan terjadi pada Mei, Mei di pojokkan dan pembullyan makin kejam yang awal cuman di caci maki sekarang di tampar dan disiram oleh air kotor dan merusak barang, untungnya kau memutuskan untuk selalu berada di samping Mei, jadi mereka tidak akan melakukan pembullyan pada Mei, tapi Mei malah menjauhi mu karna takut kau akan di pojokan juga
"Mei!"
Mei yang sedang membaca buku sambil memakan kue yang dibuat sahabatnya mendengar suara yang familiar baginya
"Kenapa kau meninggalkan ku Mei ?" Ucap gadis bersurai putih itu pada gadis bersurai ungu tua
"Bukannya sudah jelas ?"
"Kenapa kau mendatangi ku ?" Tanya Mei pada [Name] yang duduk di sebelahnya
"Tentu saja, kan kita selalu bersama-sama saat makan siang, dan juga kenapa kau tidak di rooftop, aku mencari mu tahu" ucap [Name] kesal
"Apa aku ada salah ?, kau sudah tiga hari mengacukan ku, apa aku membuat mu kesal ?" Ucap [Name] sedih pada Mei, Mei memang mengacukan [Name] sejak insiden pengakuan cinta itu tapi ini demi nama baik [Name]
"Kau tidak salah [Name], aku hanya tidak ingin kau di pojokan juga" ucap Mei lalu memeluk [Name] karna Mei juga tidak ingin berpisah dari [Name]
"Aku akan kembali dekat dengan mu lagi jika keadaan sudah mereda"
"Sial ini semua karna murid pindahan itu, jika boleh aku ingin memukulnya" ucap [Name] kesal dan membuat Mei terkekeh dalam pelukan mereka
Tanpa mereka sadari ada du pemuda yang memperhatikan mereka, yang jelas itu Kevin dan Su, Su sebenarnya tidak ingin ikutan tapi di paksa oleh Kevin dan Kevin juga bilang jika akan ada [Name] nanti, Su langsung setuju dan ikut Kevin
"Gadis itu namanya [Name] Schariac kan ?" Tanya pemuda berambut seperti salju itu pada sahabatnya
"Benar, namanya [Name] Schariac, ada apa ?" Ucap Sahabatnya yang dari tadi menatap [Name] dari samping Kevin
Kevin melirik Su yang sedari tadi menatap gadis bersurai putih dengan manik ungu itu yang bisa dibilang sahabat dari Mei gadis yang dia sukai, Kevin tau jika Su tetarik pada [Name] walaupun Su tidak pernah bilang tapi keliatan jelas oleh Kevin
1 Bulan kemudian
Sekarang kabar tentang Mei sudah mereda, Mei sudah bisa menjalankan hidupnya seperti biasa, dan bisa bersama dengan mu lagi, tapi Kevin malah mendekati Mei lagi tanpa menyerah, tapi Mei menghiraukannya dan memutuskan untuk bersama [Name] dan Su saja, tapi jarang Su bisa berama mereka karna dia selalu bersama Kevin
Kali ini Mei memutuskan untuk ke perpustakaan untuk membaca buku tanpa [Name] karna [Name] bersama Su entah mereka pergi kemana, tapi [Name] bilang jika Su mengajak mengerjakan tugas kimia bersama
"Hei Mei, senang sekali bisa bertemu dengan mu disini" Mei menatap malas pada Kevin yang baru saja menyapanya, setidaknya biarkan aku tidak akan melihat mukamu sehari saja itu pikir Mei
Tapi Mei merasa tidak sopan jika tidak balas sapaan Kevin, jadi dia terpaksa membalasnya dengan nada malas
"Hai Kevin"
"Wow!, kau memanggil nama ku!" Ucap Kevin dengan ceria, memang apa specialnya namanya
"Ini pertama kalinya tau, biasanya kau memanggil ku dengan kau dan kamu saja" ucap Kevin dengan semangat tapi Mei hanya beroh ria saja
"Permisi aku ingin masuk ke perpustakaan"
"Oh, kebetulan aku juga ingin ke perpustakaan" ucap Kevin yang membuat Mei curiga, Kevin lebih tertarik di bindang olahraga dari pada membaca buku, tentu Mei menebak jika Kevin hanya ingin bersamanya
Tapi dari pada memperpanjang masalah Mei memperbolehkan nya
"Silahkan"
Sesampainya di perpustakaan, Mei melihat dua orang yang dia kenak, lalu Mei tersenyum melihat mereka, dan Kevin juga melihat Mei yang tersenyum itu, Mei tidak pernah tersenyum pada Kevin sangking bencinya pada Kevin
"Ah, Mei kau datang" ucap salah satu dari mereka yang tak lain adalah [Name]
"Ternyata kalian mengerjakannya disini ya" ucap Mei sambil melihat kedekatan Su dan [Name] yang duduk bersebelahan, sebenarnya Mei tidak ingin mengganggu mereka tapi masalahnya adalah Kevin
"Yo, Su siapa gadis itu ?" Tanya Kevin yang membuat Su heran bukannya Kevin sudah tau [Name] karna sahabatnya Mei
"Haa~, dia sahabat ku [Name], ada masalah dengannya ?" Ucap Mei malas, senyumnya hilang saat menatap Kevin
"Ohh"
"Apa kalian ingin gabung dengan kami ?" Ajak Su, [Name] tidak masalah dengan itu tapi Mei tau jika sahabatnya ini menyukai Su tapi dia merasa tidak enak jika menolak tawaran Su, jadi Mei memikirkan alasan tapi ada suatu alasan yang akan berguna tapi dia sangat benci alasan ini
"Maaf Su tapi aku kesini bersama Kevin" Mei langsung menarik tangan Kevin, Su dan [Name] yang melihat itu sedikit terkejut
Su melihat Kevin dan langsung paham apa yang dimaksud Kevin dan kenapa dia menyuruhnya untuk mengerjakan tugas Kimia bersama [Name]
Su lalu merangkul [Name], [Name] lalu kaget dengan apa yang dilakukan Su Mei juga kaget
"Kalian bersenang-senang lah, aku dan [Name] akan disini" ucap Su yang lalu di angguki oleh [Name]
Tahun demi tahun berganti sekarang kalian lulus dan masuk ke Moth, Mei menjadi yang paling terbaik dalam menjadi profesor, Kevin menjadi prajurit nomor 1 di Moth, Su menjadi Dokter terbaik di dalam Moth, sedangkan [Name] menjadi prajurit gadis Moth yang terkuat tepatnya di posisi nomor 2 setelah Kevin,
Tapi setidaknya [Name] setara dengan Kevin dan punya banyak senjata warisan Keluarga yang bisa dia gunakan
"Mei!"
"[Name], ada apa ?"
"Siapa pria itu ?" Tanya [Name] pada Mei yang baru saja bicara pada pria berambut kuning
"Dr.Kim tenang dia tidak macam-macam kok" jawab Mei pada sahabatnya yang selalu ada misi berbahaya
"Syukurlah"
"Bagaimana dengan pedang dengan kekuatan spirit mu itu ?"
"Oh pedang itu, aku sudah bisa mengendalikannya, karna aku berteman baik dengan Spirit"
"Oh ya-"
"Mei, [Name]!" Panggil seorang gadis bersurai merah muda dan beberapa orang di belakangnya salah satu dari mereka ada Kevin dan Su
"Elysia ?"
"Kami akan makan bersama kalian berdua ayo ikutlah dengan kami"
"Maaf tapi kami ada uru-"
"Ayo-ayo pekerjaan nanti saja, kita akan makan malam bersama" Ucap Elysia yang memotong kalimat Mei, dia menarik kami agar bisa menghabiskan waktu bersama-sama
15 notes · View notes
tiarrale · 11 months
Text
Kedai dan Senyum mu Hari Itu
Tumblr media
Satu-satunya yang bisa ku kenang adalah kedai di hari Minggu itu, meski malu tapi kau selalu punya cara agar sulaman senyum dan merah pipi merona ku terurai, dan perasaan puas menciptakan senyuman yang tidak kalah mahsyur di wajahmu, sungguh aku senang.
Aku panggil engkau sang pangeran yang baru hidup kembali dari mati suri mu, dan aku sang bunga tidur yang akhirnya bangun dari reruntuhan perpisahan. Tidak kah menurutmu semuanya begitu jelas? Kita sama-sama hidup kembali dan bersua, berharap bisa saling merayakan atas segala sakit yang menimpa, atau jangan-jangan hanya aku saja yang begitu dan kau melupakan fakta bahwa kaulah yang membangunkan aku, pangeran?
Tolong menetaplah lebih lama dari matahari, ku buat kekal segala perasaan dan ku larungkan, kita buat teduh serta rebah segala cerita mu dan cerita ku, begitu ingin kusampaikan - "jangan tinggalkan aku lagi"
Tapi kau memilih menuang cuka diatas lukaku, dan kembali mati suri, kau bilang "kali ini aku belum mau benar-benar hidup". Kau kembali memberikan rambu perpisahan itu, tidakkah kau belum mendengar alasan mengapa sang bunga tidur ini bisa kembali mekar? "kelembutan mu membuat aku seperti baru lahir kedunia lagi" lalu sekarang bagaimana? Kau tega dan aku layu.
Sungguh aku tak pernah ingin menyalahkan mu, hujan ku lebat karena sendirian aku mengemban dan menyaksikan kita tidak menjadi satu, tidak seperti langit dan laut yang berhasil menyatukan awan. Satu-satunya yang kuingat adalah Sorai, apakah kau masih menyukainya? Aku tidak pernah menyesali nikmat dari hangat nya senyuman mu yang syahdu, yang dibuat nya aku hanyut, segala perasaan aman, dan nyaman didalamnya. "Aku ingin tinggal dan menetap di rumah mu"
Diantara kita dan semua yang berpasangan, ternyata kita tetap usai meski tidak pernah memulai, jalan mu di Utara dan aku di Selatan membuat kita hanya berdampingan tapi tak pernah satu tujuan, kembali kita dijumpakan dengan kerampungan. Terimakasih karena kau pernah bilang tak pernah ingin mengakhiri nya, setidaknya aku senang meski perasaan nya tidak kekal.
Sungguh aku ingin kau kembali baik dan senang, melupakan segala hal yang bisa membuat perhatian mu hilang, aku ingin lihat rambut mu memanjang dan mendengar jam tidur mu sudah normal, kita sudah saling membantu meski sebentar, membantu membasuh hati yang sama-sama pilu, aku tetap akan bersorai atas segala pertemuan dan perasaan yang kau buat, atas segala seranah aku tidak ingin menjadikannya sebagai sesuatu yang menyedihkan.
Semoga risalah ku menghilir: kepada mu sang pelipur sendu yang membekas di kepala
Satu hal yang ingin aku tahu, ketika kau hidup kembali, sudi kah kau ingat dan mengajak aku untuk pulang?
2 notes · View notes
melsa1rawan · 2 years
Text
Like flowing water
Hidup yang kita jalani laksana air mengalir kita tidak tau dimana air itu bermuara, begitu juga dengan cinta.
ᝯׁhׁׅ֮ɑׁׅ֮℘tׁׅꫀׁׅܻꭈׁׅ 3
Tumblr media
Setelah berkendara cukup lama kita berhenti di acara carnival, ramainya orang membuatku sedikit khawatir.
"ini tidak apa-apa kamu disini? Lihat banyak sekali orang, kamu yakin tidak menimbulkan kehebohan?" tanyaku sedikit cemas.
"santai aja, kalaupun ada yang mengenali tidak masalah, kita hanya ke carnival dan itu bukan hal buruk."
"ya, sepertinya tidak apa-apa."
Aku berjalan disebelahnya dengan mataku yang terus waspada melihat kesana-kemari.
"ayo kita kesana." Tenoch menariku menuju stan permainan menembak sasaran berhadiah boneka.
"sebentar lagi kamu akan melihat kehebatan seorang pangeran yang berjuang mendapatkan boneka kuda mitologi, aku yakin kamu akan terkesan tuan putri."
"aku harap kamu bisa mendapatkan kuda itu karena jika kamu gagal maka kepalamu akan dipenggal di aula terbuka dan disaksikan banyak orang" timpalku pada perkataannya yang sedikit pamer keahliannya itu.
Tenoch mulai membakan pelurunya satu per satu tak disangka bidikannya mengenai semua sasaran.
"wowww! Ya ampun, aku tidak menyangka kalo kamu mahir dalam permainan ini." aku sedikit berteriak dan kagum.
"ini kudamu tuan putri." sambil menyerahkan hadiah boneka unicorn padaku.
Tumblr media
"aku sangat terkesan dengan keahlianmu dipermainan ini, apa kamu selalu melakukan permainan ini di carnival untuk mengesankan gadis-gadis?" tanyaku dengan usil.
"untuk apa aku melakukan hal yang berlebihan hanya agar seorang gadis terkesan padaku, tanpa melakukan apapun diriku ini sudah mampu membuat para gadis ingin memilikiku."
Semakin lama makin tengil juga nih manusia pikirku.
"tapi, terimaksih sudah berusaha mendapatkan boneka ini untukku." ucapku dengan tulus.
Setelah itu kita mencoba menaiki beberapa wahana, bermain permainan, membeli cemilan serta minuman. Tidak terasa aku sudah berjalan kesana-kemari hingga kakiku rasanya cape sekali.
"ayo kita duduk dulu." aku memilih duduk di kursi panjang tepat didepan carousel.
Sambil memandangi carousel berputar yang dipenuhi oleh anak-anak, aku mulai bertanya ke Tenoch.
"apa saja kegiatanmu besok?"
Aku menanti jawabannya dan menoleh kearahnya, aku tidak tau kalau dia juga sedang memandangku hingga muka kita saling berhadapan dengan sangat dekat, tentu saja aku terkejut seketika mematung begitu saja, Tenoch pun hanya terdiam seraya tersenyum manis.
Kita sama-sama hanya terdiam untuk beberapa saat, aku merasa waktu berhenti saat mataku dan mata Tenoch saling bertemu. Apa sekarang aku bisa dinyatakan mengidap diabetes karena menerima senyuman yang sangat manis dari Tenoch.
"hei, kulit mukamu memerah lagi." suara Tenoch memecah keheningan.
"sepertinya hari semakin malam jadi udaranya tambah dingin, aku pernah bilang kan kalau kulitku sedikit sensitif pada udara dingin" jawabku yang sedikit jadi canggung.
"lebih baik kita pulang, takutnya kalau kamu kelamaan disini sekujur tubuhmu memerah seperti udang rebus."
Sambil menggandeng tanganku Tenoch menuntunku keluar dari carnival.
Selama perjalanan pulang aku hanya diam kejadian tadi masih terus terbayang dipikiranku dan kenapa dia selalu tersenyum manis seperti itu, membuatku ingin memakannya saja.
"aaaaa! Kenapa aku kepikiran terus" gumamku dalam hati.
Sepeda motor yang kita naiki sudah sampai di parkiran gedung apartemen yang aku tinggali. Aku mecopot helm lalu memberikannya ke Tenoch, aku juga menyuruhnya untuk segera pulang.
"aku akan mengantarmu sampai depan pintu apartemenmu."
"tidak perlu, sudah kamu pulang saja."
"tidak, tidak, aku memaksa. Coba kalo sesuatu terjadi padamu di lift atau di lorong-lorong apartemen akunakan merasa sangat bersalah. Jadi izinkan aku mengantarmu untuk memastikan kamu selamat tanpa kurang suatu apapun"
"ya sudah, kalau itu mau mu. Mau ditolak bagaimanapun juga kamu bakalan ngotot pada pendirianmu untuk mengantarku sampai pintu, kamu akan memakai helm terus?"
"kalau ada yang lihat aku ada di apartemen bersama seorang wanita akan jadi trending topik, lebih baik seperti ini."
"aku merasa seperti dikawal oleh robocop." candaku sambil sedikit tertawa.
"aku sudah sampai didepan pintu jadi sekarang kamu bisa pergi" kataku pada Tenoch.
"aku masih ingin memandangmu sebentar saja, untuk beberapa hari kedepan aku bakalan sibuk banget. Aku pasti akan merindukanmu" ucap Tenoch sambil membuka kaca helmnya.
"diam, jangan terus menggodaku" aku sedikit berteriak sambil menukul dia dengan boneka hadiah tadi.
Pintu apartemenku terbuka, ternyata charlina sudah ada didalam apartemenku tentu saja dia terkejut melihat Tenoch ada bersamaku.
"Tenoch Huer..."
"jangan keras-keras nanti ada orang yang mendengar." untungnya tanganku dengan cepat membungkam mulut charlina.
"Halo, aku Tenoch Huerta yang tadi pergi bersama Kugy." Tenoch memperkenalkan diri sambil mejulurkan tangannya ke Charl temanku.
"aku Charlina temannya Kugy, senang bertemu denganmu mr. Huerta."
"panggil saja aku Tenoch, kamu teman Kugy kan? Aku juga teman Kugy. Berarti kita punya teman yang sama itu artinya kita juga berteman jadi kamu tidak perlu memanggilku dengan nama belakang." ucap Tenoch.
"cepat kamu pulang sana." aku mencoba membalikan tubuh Tenoch lalu mendorong tubuhnya agar berjalan menjauh dari pintuku.
"ya ampun, kenapa ada wanita kasar seperti ini. Ya udah aku pulang, bye." dia berjalan pergi sambil melambaikan tangan dan mengedipkan sebelah matanya. Aku pun membalas dengan melambaikan tangan.
"merepotkan sekali, apa aku sanggup menanggung perasaan ini sendiri." gumamku.
Aku dan Charl segera masuk ke apartemen, Charl segera memcecar berbagai pertanyaan sampai aku bingung mau jawab mulai dari mana.
8 notes · View notes
ranah-upaya · 1 year
Text
Lelah, berharap pada manusia. Patah, ya tapi aku yang salah. Terlalu mengharap, ketidakpastian. Aku tahu, bila memilih orang lain, aku tahu bila tak menerimaku. Perih, mendengar penolakan-penolakan ya. Seperti tak ingin menganggap bahwa kisah cinta orang itu selalu menyenangkan.
Aku tidak tahu, kenapa masih bertahan mengharap. Padahal terang-terangan. Tidak direspon, tidak dijawab, hanya dianggap seorang teman, atau sahabat. Lalu, aku masih tetap mengharap, bodoh sekali. Bodoh.
Rasanya, seperti tak punya harapan hidup, harapan kembali. Tapi, coba berfikir waras. Kita hidup tak melulu itu soal ujian. Aku bertanya-tanya. Kenapa penolakan itu aku mendengarnya? Aku mengetahuinya? Kenapa harus tak nafsu makan, saat memang sebenarnya sudah tahu kalau tidak ada harap. Lelah, capek. Capek berharap pada manusia. Aku sudah belajar berdamai, mencari alasan untuk berjuang untuk hidup yang lebih baik, berjuang, memaknai arti hidup. Tapi, tetap. Kenapa masih teringat bekas bekas ingatan. Lekat.
Muak, tidak ingin mendengar. Tidak ingin bertemu.
Tidak ingin berkomunikasi, padahal kami berdiskusi untuk makna hidup. Tapi kenapa harus sakit hati, masih terus sakit, nyelekit. Bila diceritakan tentang kisah cintanya dengan pilihannya.
Kenapa sampai seperti ini gilanya? Kenapa sampai seperti ini mengharapkannya. Aku sudah sadar, aku sudah bangun dari mimpi bertemu dengan pangeran itu. Tapi masih ingin terbuai. Lelah. Sebenarnya aku muak, aku bohongi hati, aku bohongi orang sekitarku. Aku berusaha untuk damai. Untuk bisa lebih tegar, walau sebenarnya memang bukan aku yang dipilih. Memang aku yang ditolak. Apakah aku masih tetap akan gila. Masih tetap tak sadar, tak berkaca. Capek.
Setiap kali aku pulang, kembali, aku selalu menangis seperti ini. Sadar, gila, lalu melakukan hal aneh, melakukan hal tak wajar, menyakitkan, dan aku mengakui itu salah. Sudahlah, rasanya tak penting dijadikan alasan untuk berhenti. Alasan untuk tak mau belajar. Aku lelah berharap. Aku kurang belajar. Aku merasa sangat kurang. Aku perih, aku sedih, aku putus asa dari rahmat-Mu. Aku jadi ingin pulang kepada-Mu. Lelah.
Dalam Bus Restu, menuju Surabaya, 7 Juli 2023
3 notes · View notes
prhndini · 1 year
Text
Matahari Terbit di Ujung Timur Jawa
Bagian 2 : Senja
Senja adalah perpaduan semburat warna merah, ungu, oranye, dan kuning keemasan  di awan-awan. Menciptakan siluet yang memukau. Suasana yang pas untuk anak-anak Bumi Blambangan bermain di lapangan saling berkejaran. Aku memandangnya dari serambi rumah Ki Guntur, seorang bekel Caluring, orang yang memimpin desaku.
Hari ini pekerjaanku di sawah selesai lebih cepat. Aku menyempatkan diri pergi ke perkumpulan pemuda yang dipimpin oleh Ki Guntur. Kami duduk melingkar di rumah Ki Guntur.
Kami adalah para pemuda yang memiliki cita-cata serupa. Mendambakan kemerdekaan, terbebas dari penjajahan. Lelah dengan penindasan kompeni. Ketidakadilan mengusik jiwa muda kami.
“Hei anak muda. Dengarkan aku. Aku punya sebuah berita penting!” Ki Guntur menyapa kami, membuka pertemuan kami sore itu dengan berita yang membuat kami berdebar penasaran.
“Berita apa, Ki?” Tanya seorang kawanku yang duduk di sebelahku.
“Kalian tahu? menurut cerita yang kudapatkan, Belanda menyerang Benteng Bayu”
“Astaga. Ada penyerangan? Kapan, ki?” Kami semua terkejut dengan berita Ki Guntur.
“Kira-kira seminggu yang lalu”
“Lalu bagaimana keadaan disana?”
“Rakyat di Bayu menang. Strategi Pangeran Jagapati luar biasa. Benteng Bayu sangat kuat. Belanda lari terpontang-panting” Ki Guntur menjawab dengan semangat. Kebahagiaan memancar di wajahnya.
“Syukurlah!” Sahut yang lain. Rasa lega dan bangga menyelimuti kami.
“Apakah Belanda akan menyerah begitu saja, Ki?” kini giliranku bertanya.
“Tentu tidak, Seno. Justru kita harus waspada. Belanda tak akan tinggal diam menyaksikan kekuatan Benteng Bayu”. Ki Guntur menimpali.
“Jadi, akan ada penyerangan selanjutnya, Ki?”
“Kemungkinan besar seperti itu. Kalian tahu kan, penjajah itu selalu haus akan kekuasaan. Keberadaan Benteng Bayu dan pasukan Bayu jelas mengancam kekuasaan mereka”.
Semua orang menyimak dengan serius dan kemudian saling menanggapi. Kami tenggelam dalam sebuah diskusi untuk merencanakan sesuatu. Kami sangat bersemangat hingga tak terasa kami berada di sana hingga larut malam.
Setibanya di rumah, kulihat apak dan emak telah tidur. Aku menuju kamar dan berbaring, mencoba memejamkan mataku. Ragaku terasa lelah, tapi percakapan di rumah Ki Guntur terus mengusik pikiranku.
Baiklah, kubulatkan tekat. Aku akan bergabung dengan pejuang Bayu bersama kawan-kawan, melawan para penjajah itu. Entah dari mana datangnya keberanian dan keinginan besar ini. Sepertinya terlahir dari habisnya urat sabarku menyaksikan kesewenang-wenangan Belanda. Aku mendambakan Bumi Blambangan kembali seperti dulu. Menjalani kehidupan dengan merdeka dan hati yang tentram. Jauh dari bayang-bayang penindasan.
Kurangkai kata-kata u`ntuk meminta izin kepada apak dan emak supaya mengizinkanku bergabung dengan pejuang Bayu.
Saat ini kami sedang berkumpul di rumah. Emak berbaring di atas tikar, apak memijit-mijit kakinya.
“Pak, Mak, Seno ingin ikut berjuang melawan penjajah. Ikut menjadi pasukan di Bayu”
Apak dan Emak saling berpandang-pandangan. Emak terbatuk-batuk.
“Tidak, kau tidak akan bergabung dengan pejuang Bayu” jawab Apak datar.
Aku kecewa mendengar penuturan Apak, “Aku tidak bisa lagi hanya diam dalam penjajahan ini, pak. Kesal rasanya kita bekerja keras tapi malah mereka yang menikmati hasilnya. Belum lagi nyawa kita seperti tidak ada harganya bagi kompeni itu” Ku jelaskan alasanku, berharap apak dan emak mengerti.
“Aku tahu betul, Seno. Tapi lebih baik kalau kau tidak udah ikut perang itu. Biarkan orang lain saja”
Biarkan orang lain saja? Kata-kata Apak terdengar egois di telingaku.
“Kami memiliki rencana yang lain untukmu, Seno” ayahku melanjutkan kalimatnya.
Aku berusaha berbaiksangka pada Apak dan mendengarkan ucapannya.
“Kami ingin kau pergi ke Sidogiri, di Pasuruan. Pergilah menemui kawan ayah, Ki Surawijaya”.
“Benar le, emak juga berharap sama seperti apak. Kami sudah membicarakannya jauh-jauh hari. Menunggu waktu yang tepat saja untuk memberitahumu akan hal ini”
Mendengar penuturan emak, aku sedikit melunak. “Untuk apa aku pergi kesana?”
“Belajarlah pada Ki Surawijaya. Lagipula akhir-akhir ini keadaan di Blambangan semakin memburuk. Apak memiliki firasat buruk mengenai ini. Kami ingin kau pergi ke tempat yang lebih aman. Apak tahu di sana jauh lebih aman dari di Blambangan”.
Kali ini kata-kata Apak terasa membuatku menjadi pecundang.
“Jadi, apak menyuruhku menjadi pecundang dengan menyuruh kabur dari sini?” karena kesal, aku melafalkan pikiranku sekenanya.
“Cukup, Seno! Tidak sopan kau bicara begitu dengan apakmu” emak meninggikan suaranya yang parau.
Aku hanya diam. Meninggalkan apak dan emak menuju kamar. Aku butuh waktu untuk meredakan kekesalanku.
Selama seminggu, kami belum membicarakan hal ini lagi. Aku pun jarang berada di rumah. Selesai dari sawah atau pasar, aku langsung pergi berkumpul bersama kawan-kawan. Setelah larut baru aku pulang.
Hari ini aku juga berangkat pagi-pagi sekali, hendak pergi ke Ulupampang untuk memanen padi. Butuh waktu sekitar dua jam ke sana. Aku menunggu kedatangan Joko, kami berencana akan berangkat bersama-sama.
“Le, ada yang perlu kau ketahui” Apak berbicara hati-hati kepadaku saat aku menyiapkan perbekalan menuju Ulupampang.
Ia melanjutkan, “Hari ini adalah hari terakhir kita memanen padi disana. Apak ingin kau bagikan setengah hasil panen kepada petani-petani yang bekerja disana. Jangan lupa sisihkan sebagaian untuk dibawa pulang”.
Aku heran mendengar pernyataan apak. Ada apa lagi ini?
“Mengapa seperti itu, pak?”
“Apak akan menjualnya. Setelah masa panen usai transaksi akan dilakukan”
Aku terkejut, “Menjualnya? Siapa yang akan membeli tanah itu?”
“Pemerintah Belanda”
Aku terkejut. Tidak memercayai apa yang kudengar “Apak menjualnya ke pihak Belanda? ke penjajah itu?!” aku sangat kesal, “Bukankah sebagian besar disana adalah tanah peninggalan leluhur kita, Pak? Apa Apak tidak tahu, kompeni membangun benteng disana, Pak?!” nada bicaraku semakin meninggi.
“Apak tahu. Apak sudah memikirkannya. Justru itu, kita tidak tahu kedepannya apakah mereka akan menyabotase tanah itu atau tidak. Karena sekarang mereka masih ada niat membelinya, lebih baik kuterima saja tawaran itu, Le”. Apak memberikan penjelasan kpanjang lebar kepadaku.
Kali ini aku benar-benar kecewa dan marah kepada Apak.
Tapi apa yang bisa kuperbuat? Toh semua tanah itu adalah milik Apak. Aku hanya membantu mengurusnya. Akupun digaji oleh Apak. Aku tidak terima dengan ini semua, tapi aku tahu tidak ada yang bisa kuperbuat. Semakin membuatku kesal saja.
Bersambung
5 notes · View notes
taryshaaa · 2 years
Text
Saat ini yang terpenting bukanlah menyelipkan namanya tiap kali kita menengadah. Namun, berserah diri pada semua pilihan Allah. Cukup mintalah dia sang pangeran yang takut pada Rabbnya, dan mengamalkan apa yang dia pelajari. Yang shalih lagi baik akhlaknya.
Pilihan kita akan kalah pada pilihan-Nya. Mungkin saat akad telah terucap bukan dia yang ada di hati. Namun pada dia yang telah Allah tetapkan, Allah pula yang akan tumbuhkan rasa cinta di dada kita. Bersabarlah, bukankah pilihan Allah itu yang terbaik? Ingatlah, Allah itu Maha Mengetahui sedangkan kita tidak.
Rabu, 28 Jumadil Awal 1444H|21 Desember 2022
5 notes · View notes
dstntflwr · 2 years
Text
Luck Draws the Unlucky (Part 64)
Tumblr media
Cygnus tersentak ketika mendengar suara denting jeruji besi. Ketika dia berbalik, dia melihat Zelda, tersenyum dan berlutut padanya. Dia meraih tangan adik iparnya itu, sementara Albus tertidur di pahanya.
Aku ingin–” dia menelan ludah. “Aku ingin bercerita banyak hal.”
“Zelda, sayang,” dia tertawa, menggelengkan kepalanya. “Aku takkan kemana-mana.”
Jadi Zelda mulai bercerita, menarik nafasnya dan menghela, bersiap. “Aku bertemu seseorang.” Cygnus menaikkan alisnya. “Jangan lihat aku seperti itu. Dia melindungiku, memberiku tempat di rumahnya.”
“Apa dia orang yang sama dengan yang saat itu datang bersamamu?”
Pangeran itu berkedip. “Ya,” gumamnya. “Ya, itu dia.”
“Dia terlihat seperti orang yang baik.” Dia tertawa, menggeleng, membayangkan bagaimana reaksi Cygnus jika tahu dia adalah seorang iblis. “Aku serius, Zel. Bukankah aku pandai menilai seseorang?”
“Aku rasa aku tak punya waktu untuk mempertimbangkan perasaanku,” bisiknya.
“Oh, Zel.” Cygnus meraih wajahnya, mengusap pipinya. “Jika kakakmu tahu betapa menderitanya dirimu.” Zelda menutup matanya, merasakan tangan lembutnya dan mencium telapaknya. “Kamu tak perlu memikirkan kami setiap saat, kamu juga bisa memiliki kehidupan.”
“Aku tak pantas untuk itu.”
“Tentu saja kamu pantas,” dia meyakinkan. “Kami akan baik-baik saja.”
“Ada satu lagi,” ujarnya, mendekat. “Aku bertemu seseorang, dia berasal dari Deulancia. Dia mengatakan bahwa dia melihat seseorang dengan rambut hitam dan panah bercorak biru memburu orang-orang di perbatasan sebagai olahraga.”
“Panah bercorak biru?” ulang Cygnus. “Kamu berpikir bahwa Warwick menyelinap ke Deulancia untuk berburu?”
“Jika aku bisa mendapat perhatian raja untuk membicarakan ini.”
“Dengan kondisi kita? Raja Grey bahkan tak bisa menawarkan perlindungan padamu, dia terlalu dekat dengan kita dan dengan Warwick yang tak stabil, dia tak bisa terancam perang. Kamu harus datang dengan posisi yang hampir setara.”
“Seperti raja? Itu akan terlambat untuk itu. Pangeran kedua tak cukup untuknya.”
Sebuah jari menyentuh ujung belakang punggungnya dan Zelda tersentak. Dia menatap ke arah Lucifer yang telah muncul di belakangnya, bertudung hitam. “Apa yang kukatakan untuk tidak naik sendirian?” bisiknya.
“Aku baik-baik saja.”
Cygnus memperhatikan mereka, dan mengangguk ke arahnya. Lucifer menundukkan kepala padanya. “Dia sedang sakit.” Zelda menoleh penuh protes. “Dan harus pulang sekarang, kuharap kau mengerti.”
“Tentu saja,” dia tersenyum. “Kesehatannya adalah yang terpenting.”
“Luci–” protesannya melayang ketika sang iblis mengangkatnya dari bawah kedua lututnya, menyangga punggungnya dengan satu tangan lagi. “Kamu benar-benar akan menggendongku?” dia diam, menatapnya. “Sampai kita pulang?”
Cygnus menahan tawanya. “Hati-hatilah kalian.”
2 notes · View notes
yoorlep · 20 days
Text
Today's story: [dongeng]
Aku tak pernah menganggap monster itu ada.
Ketika umurku 7 tahun, ibuku kerap membacakan dongeng pengantar tidur. Kadang bercerita tentang nenek sihir yang memberikan apel pada seorang putri hingga putri itu tertidur dan tak pernah bangun lagi hingga seorang pangeran datang dan mematahkan sihir itu. Aku bertepuk tangan mendengar cerita ibuku yang menurutku sangat menarik, pangeran yang baik hati, putri yang cantik dan nenek sihir yang sangat jahat.
"aku ingin menjadi seorang putri yang cantik dan baik hati" kataku kala itu. Ibuku tersenyum. "Kamu telah menjadi putri kecil ibu yang sangat cantik dan baik hati"
Di lain waktu ibuku bercerita tentang monster yang tinggal di bawah kolong tempat tidur untuk mencari mangsa. Aku yg masih kecil itu meraung takut mendengar cerita ibuku. "Ibu, apakah ada monster di kolong tempat tidurku?" Tanyaku takut. Tapi ibuku tertawa sambil menggelitikku, "monster itu hanya mencari anak rewel dan jahat"
Kami berdua tertawa. Ibu menutup buku dongeng itu, meletakkannya di meja kecil kemudian kami berdua tertidur.
Aku tak pernah menganggap monster itu ada.
Aku berusia 28 sekarang. Ibuku sudah tak ada. Tapi kenapa ada monster di kolong tempat tidurku sekarang?
6/9/24
0 notes
cnandini · 4 months
Text
Kapan ya aku bertemu dengan jodohku?
Kira-kira begitulah curhatan dari beberapa teman disekitarku...
Dan aku cuma tersenyum, "semangat!!! semoga segera dipertemukan, ya!"
Catatan: Asal kalian gak berhenti untuk memperbaiki diri dan berupaya menjadi orang yang lebih baik. Jadi status wanita baik untuk pria yang baik, jadi berlaku untuk kalian...
Iya, sering kali ku perhatikan kadang memang yang membuat kita belum bertemu dengan jodoh kita adalah bisa jadi karena kita belum di level yang sama dengan sang jodoh (atau juga sebaliknya?).
Karena Allah Maha Baik sama umatnya, Beliau sayang sama kita dan ingin kita bertemu dengan jodoh di level yang terbaik.
Itulah kanapa gw cukup percaya: "kalau sampai sekarang kamu belum ketemu sama jodoh, bisa jadi ada hal yang perlu kamu perbaiki dalam diri kamu". Dan itu tidak terbatas dari segi agama saja ya. Bisa aja kamu udah belajar ngaji ke seluruh penjuru dunia, tapi kalau kata Allah ada hal lain yang masih perlu diperbaiki, ya belum ketemu aja gitu.
Dan itu yang aku rasain.
Dalam kasusku, aku pernah mencoba belajar agama dengan getol, aku coba terapin, dan gak lupa terus berdoa minta jodoh... gaaak kunjung dipertemukan. Sampai akhirnya aku berpikir untuk mencoba belajar self development dari sudut pandang psikologi.
Aku belajar tentang inner child, tentang amarah dan kesedihan masa lalu yang rupanya masih tersimpan di dalam diri dan belum dikeluarkan. Belajar mengeluarkannya secara sehat dan membuka hati untuk memaafkan. Yah belajarnya simpel aja cuma dari ikut seminar, baca buku, ilmunya aku terapin di kehidupan hari-hari. Sempet kepikiran mau ke psikolog, tapi gak jadi karena ternyata kadarnya masih bisa di atasi sendiri. Walau kata beberapa temen sih: gak papa kalau mau ke psikolog cuma buat cerita aja, setidaknya jadi tahu kalau kita tuh sehat kok kejiwaannya, cuma kecapean aja.
Percaya atau enggak, ketika aku sedang on going mempelajarinya... Allah bukakan aku pintu untuk bertemu seorang lelaki yang bersedia meminangku, padahal saat itu aku masih setengah jadi. Bahkan lelaki tersebut menjadi salah satu orang yang membantu aku menjadi orang yang lebih baik dengan memberi wejangan dan contoh nyata mindset yang berubah.
Disitulah aku mulai berpikir, oh... kalau kita diam di tempat yang itu-itu aja, kayaknya itu deh yang menjadi alesan kita belum ketemu jodoh.
Lalu aku menilik teman-temanku yang masih mencari jodoh:
Ada yang masih struggle manage duitnya, jadi suka besar pasak dari tiang
Ada yang masih suka jorok, kamar kosan diberesin belum tentu sebulan sekali dan aneka baju bersih/kotor dibiarkan menumpuk di kursi selama berminggu-minggu
Ada yang belum move on dari cinta masa lalu
Bahkan ada yang punya mindset salah: mencari suami untuk keluar dari kondisi keterpurukannya hidupnya
Yah mungkin itu jadi alesan Allah belum mempertemukan mereka dengan jodohnya, karena hal-hal basic yang belum mereka ubah
Bayangin kalau pasangan kamu gak bisa ngatur duitnya pas single, apa iya bisa manage duit buat keluarganya?
Bayangin aja kalau ngurus kosan yang 2x2 m2 aja masih males-malesan, gimana mau ngurus kebersihan rumah yang nanti bakal ditinggali sama anak-anaknya?
Bayangin gimana perasaan pasangan kalau kitanya masih suka mikirin masa lalu bahkan ngebanding-bandingin
Daaaan jangan pernah mengharapkan hidup kamu akan lebih baik kalau bukan kamu yang memulai mengusahakannya. Kan pasangan juga pasti pengen gitu loh punya pasangan yang kondisinya baik-baik saja. Gak semua orang punya jiwa keadaan layaknya Pangeran Berkuda Putih/ Superhero.. seringkali pasangan juga punya problematika hidupnya sendiri juga.
So, kalau boleh memberi saran buat kalian pencari jodoh... Jangan bosan untuk memperbaiki diri selangkah demi selangkah, dari semua aspek. Kadang aspek yang mengganjal itu aspek-aspek yang remeh temeh.
Yuk bisa yuuuuuk~
Tumblr media
1 note · View note
lesyeuxdeninmi · 4 months
Text
Chapter 1: Briton's Masquerade Ball.
Tumblr media Tumblr media
“Jovanka, ada sesuatu yang mau Ayah berikan kepadamu. Mampirlah sebentar sebelum acara pesta dansa. Salam hangat, Ayah.”
Senyum Jovanka menghilang kala merenung pesan singkat dari ayahnya. Matanya mengarungi jalanan, kadang-kadang terselip pada halaman buku yang dibawanya, namun hanya berakhir dengan gerakan membuka dan menutup, karena perasaannya terlalu gelisah untuk menyerap makna karya Shakespeare. Sudah lama ia terpisah dari orang tuanya, bahkan hanya melewati gerbang rumahnya pun tak menarik baginya. Meskipun memerlukan usaha ekstra untuk mengubah arah, ia akan melakukannya tanpa ragu.
Kereta kuda berhenti, membawa kembali kenangan yang begitu dekat di hati Jovanka. Ekspresi haru dan rindu melukiskan wajah-wajah yang dulu begitu akrab. "Lady Jovanka! Welcome home!" sapanya, pegawai setia ayahnya, saat Jovanka turun dari kereta kuda. Di belakangnya, ibunya berlari dengan tergesa-gesa, merangkul Jovanka dengan penuh kasih.
Jovanka diantar ke kamarnya untuk mempersiapkan diri, merasa sedikit kecewa karena hanya ayahnya yang absen dalam penyambutan. Sejenak, Jovanka meluangkan waktu untuk mempersiapkan diri—bersolek dan memakai gaun—bersama perias yang telah diatur oleh ibunya. Dengan penuh antusias, ibunya menyertai langkah-langkahnya, menemani dengan cerita-cerita hangat dan tawa yang menyenangkan.
Di hadapan cermin di kamarnya, bayangan Jovanka terpancar begitu cantik dan anggun dengan gaun pendek yang dipakainya. Gerakannya melingkar, seolah sedang menari dengan sang Pangeran dalam mimpinya, namun terhenti sesaat saat ia melihat ayahnya muncul di pintu. "Cantik sekali, Jovanka," ucap sang ayah dengan lembut.
"Maaf ayah baru berani menemuimu," ujar sang ayah sambil melangkah mendekat. Jovanka hanya bisa menatapnya dengan campuran perasaan—senang, namun juga kecewa. "Ini untukmu. Maafkan ayah karena tidak pernah menjadi sosok ayah yang baik. Tapi, setidaknya simpanlah cincin ini yang diberikan oleh kakekmu. Cincin ini memiliki nilai yang lebih dari sekadar materi. Ayah berharap ia membawa keberuntungan dan kebahagiaan bagimu. Besok, datanglah lagi untuk makan malam. Tidak akan ada lagi kata-kata yang menyakitimu, Jovanka. Ayah berjanji."
Bibirnya tertarik lembut, meninggalkan senyuman sehalus awan sebelum akhirnya berangkat menuju Briton's Masquerade Ball. Ini adalah pesta dansa pertamanya sejak bergabung dengan klub Briton Society, sedikit gugup meskipun ia sudah mengenal separuh dari anggotanya. Terlebih, Jovanka peminum yang payah dan rentan terhadap kecerobohan. Ia khawatir akan tiba-tiba menginjak gaun temannya yang lalu tjatuh, dan menjadi bahan tertawaan di hadapan semua anggota klub. Yang akan membuat Jovanka pulang dengan dihantui rasa malu seumur hidup.
"Lady Jovanka, kereta kudanya sudah siap," panggil salah seorang pelayan. Ia berangkat ke pesta dansa, pikirannya penuh bahagia akan pesona pesta dansa yang menakjubkan, terlebih saat melihat cincin yang diberikan ayahnya. Jika saja ada Christian di sana, mungkin malamnya akan semakin sempurna.
0 notes
itsbuckingham · 4 months
Text
The Story.
Pagi itu, dunia terasa gelap, sesak, dan tampak seperti kehilangan sinarnya. Para senat arsitokrat terbangun dipagi hari dari ranjang besar mewah milik mereka. Buckingham terasa dingin, tidak sehangat seperti biasa. Semua orang baik pemilik kastil atau bahkan pekerja sibuk berlalu lalang, para pekerja membawa ember berisikan air bersih, dan yang lainnya hanya dia berdiam diri sembari merapal doa untuk keselamatan penerus raja mereka. Pagi itu semua orang melakukan segala hal untuk mempertahankan cahaya yang sudah bertahun-tahun menyinari mereka. Namun, semua itu gagal. Prince Frederick yang menjadi cahaya baru untuk kerajaan inggris telah gugur, Buckingham lagi-lagi kehilangan cahayanya. Ratu yang berdoa semalaman dikamar untuk kelangsungan hidup putranya terduduk lesu dengan perasaan hati tak karuan, pelayan hingga anggota pengurus Buckingham terduduk disepanjang lorong istana dengan tangisan yang menggema seisi istana. Pangeran Frederick gagal bertahan dalam memperjuangkan hidupnya. Setelah beberapa bulan lamanya Ratu Victoria menumpas semua orang yang terkait dengan mangkatnya Raja Arthur dan Pangeran Frederick, Ratu Victoria kembali membuka pintu istana dan mengumumkan dibukanya kembali persaingan antar faksi untuk membuktikan siapa yang pantas menduduki takhta untuk kelangsungan hidup kerajaan. Meminta kerabat jauh dari berbagai faksi kembali berebut tahkta setelah bertahun-tahun hal itu tidak terjadi setelah naiknya suaminya Raja Arthur sebagai Raja kerajaan inggris. Krisis penerus takhta kerajaan menjadi masalah yang serius bagi kerajaan hingga tidak ada waktu lagi bagi Ratu Victoria untuk terus menerus berduka, dan membuka kembali musim pergaulan kelas atas. Namun, intrik demi intrik dari banyak faksi yang berusaha membuktikan bahwa mereka dan faksi merekalah yang terbaik, persaingan antar bangsawan serta pendukung ketua faksi terus menerus saling mendorong untuk maju akan takhta. Lantas, siapa yang akan menduduki takhta kali ini? Atbuckingkam akan menjadi wadah bagi para bangsawan dari seluruh penjuru inggris untuk mempertahankan apapun yang mereka miliki, ataupun meraih apa yang mereka inginkan. Akan banyak upaya dari setiap orang untuk meraih semua itu, Apakah anda siap untuk menghadapi seluruh hiruk-pikuk kehidupan kelas atas di Atbuckingham?
1 note · View note
di-antara-hujan · 5 months
Text
Tumblr media
The Little Prince ( Le Petit Prince. )
Merupakan buku yang paling terkenal di dunia dan yang paling sering diterjemahkan. Sampai saat ini, buku fiksi The Little Prince yang merupakan karangan dari Antoine de Saint-Exupéry telah diterjemahkan ke dalam 150 bahasa dari edisi orisinal dalam bahasa Perancis. Lalu, mengapa buku ini bisa sangat terkenal? Benarkah banyak pelajaran yang bisa kita ambil dari ceritanya? Mari kita simak bersama.
Mengapa buku ini menjadi buku yang wajib setidaknya sekali seumur hidup untuk dibaca?
Sinopsis buku The Little Prince tidak hanya dapat dibaca oleh anak-anak tetapi juga orang dewasa. Menceritakan tentang seorang pria yang berprofesi sebagai pilot, ia menabrakan pesawatnya di gurun sahara dan bertemu dengan seorang anak laki-laki. Keduanya menghabiskan beberapa hari bersama dan si pria mempelajari asal usul si anak laki-laki. Si anak laki-laki ini ternyata seorang pangeran yang berasal dari sebuah planet kecil di luar angkasa. Di planet asalnya terdapat tiga gunung berapi, pohon Baobab, dan bunga sombong yang dapat berbicara. Suatu hari, si pangeran kecil sangat marah kepada bunga itu dan meninggalkan rumahnya untuk mencari teman baru. Di dalam perjalanannya, dia bertemu dengan banyak karakter aneh, termasuk rubah yang memberinya sebuah nasihat bagus, yaitu “Hanya dengan hati, seseorang dapat melihat dengan benar. Yang terpenting tidak terlihat oleh mata.” Selama pangeran bercerita, sang pilot banyak menemukan pelajaran. Sayang di akhir cerita, sang pangeran cilik menghilang meskipun pilot telah mencarinya kemana-mana. Kira-kira, kemana kah gerangan The Little Prince berada? Apakah dia bersembunyi? Ataukah dia kembali ke bunganya?
Kita bawakan beserta alasannya.
Terkadang kita lupa untuk menyimpan sisi kanak-kanak dalam diri kita Kita semua pernah menjadi anak-anak, dan menyimpan sisi itu bukan berarti kita menjadi kekanakan. Coba ingat kembali bagaimana kita semasa kecil. Penuh rasa ingin tahu, memiliki daya khayal tinggi, bahagia dengan apapun yang kita miliki, dan tetap menjalani hari walaupun kehidupan mungkin saja berat, misalnya anak yang ditinggalkan oleh orang tuanya atau anak yang mengalami kekerasan fisik. Dengan imajinasi anak-anak, bahkan benda yang tidak menarik pun bisa menjadi objek mainan yang tidak membosankan. Ketika kita dewasa, kita cenderung menetapkan persyaratan agar kita bahagia. Kita menjadi orang yang sulit disenangkan tetapi mudah dibuat marah. Kita menjadi bergantung pada standar yang dipaksakan oleh masyarakat kepada kita, bahkan jika itu tidak ada hubungannya dengan kita. Hidup sebenarnya menawarkan hal yang sama, yaitu kesedihan dan kegembiraan. Ketika kita murung dan bersedih, ingatlah diri kita yang ceria sewaktu kecil, di mana seberat apapun hidup yang kita lalui saat itu, kita tetap menjalani hari.
Kita hidup dalam dunia yang selalu terburu-buru Bunga yang dijumpai di gurun oleh The Little Prince mengatakan bahwa manusia tidak mempunyai akar dan itu tidak baik bagi mereka. Manusia, kita, orang-orang yang mengejar satu peristiwa ke peristiwa lainnya. Ketika dia duduk, kemudian dia bergerak lagi. Sepertinya tidak tahan untuk tidak melakukan apa-apa. Fenomena ini disebut dengan FOMO atau Fear of Missing Out. Padahal hanya dalam keheningan, kita akhirnya menemukan jalan kembali ke akar kita.
Melihat dengan hati, jika kita hanya menilai seseorang dari penampilannya saja, kita tidak akan pernah melihat kedalaman jiwanya. Seorang wanita yang sangat cantik dan tampak rapi di luar, bisa jadi seseorang yang memiliki perangai yang buruk. Sebaliknya, seseorang yang secara penampilan memiliki stigma penjahat, misalnya berpenampilan acak-acakan dan memiliki tato, mungkin saja ia adalah seseorang yang memiliki pemikiran yang brilian dan baik hati. Untuk mengidentifikasi esensi sejati keberadaan seseorang, kita harus melihat seseorang dengan hati yang kita miliki. Dan ingatlah, anak-anak masih memiliki kemampuan ini.
Dengan demikian selesailah misi untuk hari ini,
Tumblr media
tertanda pagetsoobin, Venrickson William.
0 notes
chiicameo · 7 months
Text
Dibalik Kamera 19
Aloysius & Gilliant
Mereka merupakan bagai brotherhoods, yang saling berbanding terbalik, memiliki latar belakang yang amat sangat berbeda, dan juga perbedaan gaya hidup. Namun semenjak mereka mengenyam pendidikan yang sama di University of the Arts London, banyak yang mengira mereka ini penganut sesama jenis. Tidak seperti itu, mereka memang amat sangat kompak dan akrab dalam situasi apapun.
Aloysius sering menginap dikediaman Gilliant atau diapartemenya. Entah dalam rangka ingin berkunjung atau Gilliant harus menjemput paksa jika kembarannya itu terlalu banyak meminum usai pesta dikehidupan pesta malamnya atau bahkan setelah berkencan satu malam dengan para gadisnya itu.
Berbeda dengan Aloysius, Gilliant menyukai ketenangan, meski kehidupannya dikelilingi wanita, ia tak pernah merasa cocok, atau bahkan bisa bertahan dalam obrolan yang lama atau bahkan kecocokan yang serius dalam sebuah hubungan.
Itulah fakta kehidupan mereka yang sangat amat kontras, sehingga mereka dapat saling melengkapi dan bak seperti perangko yang selalu berdekatan namun berbeda kehidupan. Mereka terus seperti itu, hingga kelulusan mereka.
. Setelah menjalani kehiupan masing masing, Gill dan Aloysius tidak pernah berjumpa, mungkin hanya saling memantau akun sosial media, tetapi keduanya tidak begitu sering menggunggah kehidupan pribadi dan tidak terlalu update untuk membagikan hal semacam itu.
Bagimana Gilliant mengenal Bella
Pada awal bulan Desember ini, keluarga Gill memang sering menjamu tamu dari kolega bisnis atau bahkan tamu tamu spesial yang lain. Karena memang orangtua Gill cukup bepengaruh untuk beberapa sektor perusahaan.
"Gilliant Cho, ayah berniat menjodohkan mu dengan anak dari kolega kolega ayah. Ayah tau kau tak akan berniat apapun itu tetapi, ayah dengar anaknya satu rekan kerja dengan mu, mungkin kau bisa memulainya?".
"Ayah sudah berapa kali saya katakan aku tidak suka acara perjodohan pemilihan kekasih ini memang aku belum menginginkannya".
"Gill, wanita ini seperusahaan dengan kita, jadi kita coba saja dulu dan ayah tak akan menuntut banyak hanya perkenalan?". tawar ayah Gill yang sedikit kawatir dengan putranya.
"Baik, perkenalan aku akan mencobanya."
Setelah untuk beberapa hari setelahnya ayah Gill mengatur semuanya serta makan malam disebuah tempat yang mewah untuk putranya itu. Namun memang dari pihak wanita tidak membawa keluarganya karena yang telah disepakati hanya perkenalan biasa. Terlihat dari pintu wanita ini hendak memasuki ruangan. Gilliant sebagai pria yang berkharisma itu menjemputnya, dan membawanya ke kursi meja makan bersama ayahnya.
"Hai Bella, terima kasih kau sudah mau hadir dimakan malam ini"
"Perkenalkan, Saya Bella Wigburg anak dari Isac Wigburg, senang bertemu dengan keluarga Vincent Cho, dan Gilliant Cho, ayahmu sering bercerita denganmu sewaktu kami menangani proyek tahun kemarin, dan akhirnya menghendaki perkenalan ini, benar kan? Tuan Vincent?". ujar Bella memperkenalkan diri
"Oh ya ya benar, karena keluarga kita cukup dekat, namun jadwal Gilliant yang padat sehingga kalian tidak pernah bertemu, kalau begitu mari duduk dan nikmati hidangan malam ini Bella, anggun sekali kau malam ini, terima kasih".
Mereka pun saling bercengkrama dan bercerita, kemudian Gill berusaha menanggapi semua itu dengan penuh sesak, karena sejujurnya ia tak menyukai acara semacam itu.
Untuk dalam waktu kurang lebih setaun, Bella benar menaruh hati pangeran Gill itu. Namun bagaimana dengan perasaan Gill? tentu saja masih belum mengkikis hatinya untuk merasakan hal yang sama. Meskipun keluarga mereka sering bertemu dan melakukan perjamuan makan siang bahkan liburan pribadi.
"Ayah, kali ini saya tegaskan, sudah cukup waktu setahun in, dan aku tak merasakan apapun, apakah ayah masih terus memaksakan hal ini? ini tidak sehat ayah, untuk kali ini saja, hal apapun ayah bisa memaksakan tidak untuk yang satu ini.. maaf Ayah aku tak suka berpura pura". Giliiant menyampaikan itu kepada ayahnya dengan sopan.
"Baik.. Ayah tak memaksakannya, dan setaun jika belum ada ruang dihatimu juga untuk apa, namun perlu diingat jangan sakiti hati Bella, kita masih satu kolega, tetap lah bersikap sopan dan jaga nama baik kita"..
Usai perdebatan itu Ayah dan anak itu sepakat, tak bisa lebih jauh untuk meneruskan hubungan yang dibina oleh Gill, meski Gilliant sudah mencobanya.
0 notes
bulan-milik-edam · 7 months
Text
Ruang dengan sudut penuh harap
Sudut dinding penuh dengan coretan masa kecil, aku dulu selalu ukur tinggi di tembok dengan krayon. Kakak juga apa pernah begitu? Aku jadi membayangkan kamu sewaktu kecil, pasti lebih pendek dari aku (yang sekarang). Bawa kaki mungil kesana kemari, aku pasti akan tertawa kalau lihat kamu gambar gunung ada sawah dan ada burung. Kalau sekarang gambar kamu terlampau bagus dan buat aku menatap kagum.
Kalau jadi kecil kembali, aku sama kakak pasti suka main ayunan. Gak mau pulang karena senang berada diluar seharian, kalau sekarang kasur jadi tempat yang kita nantikan. “Ah capek ah” rasanya cuma mau pelukan.
Waktu kecil, aku berharap lebih daripada sedikit untuk dicintai. Lalu kamu datang bagai pangeran ksatria di buku gambarku yang aku warnai semuanya dengan warna kuning soalnya krayon ku pada patah!
Kakak, ruang sudut ini selalu penuh harap. Meskipun kamu maupun aku tak lagi kecil, namun juga belum sepenuhnya menjadi dewasa. Tapi kalau kamu rapal semua harapan baik, aku jamin nanti dikabulkan. Jadi saat baca ini, kakak berdoa yang baik baik! Aku ikut berdoa juga. . Sebut lima keinginan dalam hati, lupakan semua hal yang mau jadi badai bernama sedih.
Harapan ini akan selalu berada di sudut ruang.
0 notes
badrebellion05 · 8 months
Text
Bab 10: gelap
Tumblr media
Hai!
Apakah masih sama seperti hari sebelumnya? Apakah awan hitam itu masih menggantung di pelupuk matamu? Apakah kesendirian itu masih mendekap seperti yang kamu katakan? Apakah kekosongan masih memenuhi hatimu?
Kalau iya, kau tau harus mencari siapa. Aku siap datang kembali dengan muka bercat putih dan hidung tomat sertu perut buncit. Tidak menyedihkan, karena untuk badut komedi sepertiku, menghiburmu adalah tugas dan sebuah kewajiban.
Walau aku tau, ketika pelangi datang, dia sosok gagah dan kuda putihnya siap mengambilmu berkali-kali. Tak apa, sebab tugasku hanyalah mendapat bagian sedihmu, bukan bahagiamu.
Tenanglah aku tak menuntut rasa ini kembali sebagai sebuah kemenangan. Mendekapmu dari kejauhan lewat doa adalah metode merindukanmu paling nyaman. Sebab, rasa yang tidak terbalas tak pernah menuntut jawab. Aku merindukanmu? Iya. Aku menginginkanmu? Iya. Tapi apa artinya itu ketika pada akhirnya, pangeran berkuda putih dengan segala kesempurnaaanya itu yang kau pilih?
Sedangkan aku? Kembali memungut puing-puing kenangan merakitnya kembali sebagai kenyataan yang begitu menyedihkan. Merekatkan kembali satu per satu sebagai sebuah harapan walau nyatanya kian getir jika di ingat kembali akan berakhir seperti apa.
Tak apa, aku sudah biasa begini. Menjadi pengemis di ujung jalan yang mengharap rasa ini terbalas. Walau aku tau pada akhirnya dengan angkuh kau buang aku begitu saja.
Sakit akibat penolakan lebih baik dari pada tidak melakukan apa-apa bukan? Jadi, mungkin sedikit saja tak usah hawatirkan aku. Tenanglah makan yang cukup, pakailah pakaian yang tebal. Sebab akhir-akhir ini begitu dingin. Kepergian memang menghasilkan hujan di pelupuk mata.
Dan apakah kali ini aku akan selamat? Entahlah.
Merindukanmu adalah cara terbaik merayakan patah hati.
0 notes