#pensil alis
Explore tagged Tumblr posts
lakumistore · 6 months ago
Text
Pensil Alis 4 In Tint Waterproof
Pensil Alis 4 In Tint Waterproof Dibandingin pensil alis biasa yang susah digunakan dan cepet hilang, Pensil Alis Sisir Tahan Air lebih mudah digunakan dan tahan lama. Aplikator berbentuk sisir membantu kamu mengisi alis dengan lebih mudah dan membuat alis terlihat natural. 🔥🔥 BISA COD 🔥🔥 - Silahkan Inbox/DM atau Wa Kami - Kontak : 08990009502 info lebih lanjut, silahkan kunjungi website kami : lakumi.id #kecantikan #pensilalis #alis
Takut gambar alis kelihatan menor dan nggak natural. Nggak mau dong dicuekin temen gara-gara alis yang beleberan. Parahnya lagi, kalau pakai pensil alis biasa cepet hilang pas kena keringat atau hujan. Pensil Alis 4 In Tint Waterproof Gak perlu khawatir lagi! Sekarang ada Pensil Alis Sisir Tahan Air yang aplikatornya berbentuk sisir dan bisa membuat serat-serat halus pada alis loh ✨. Pensil alis…
Tumblr media
View On WordPress
0 notes
keranjangku-ning · 11 months ago
Text
My 4 Tip Waterproof Eyebrow Pensil Alis Tint Cetar
Bisa NGALIS Sendiri #pensilalis #pensilalisviral #pensilalismurah #pensilaliswaterproof #spidolalis #spidolalismua #NgalisSambilMerem #RacunShopee
👩👍PENSIL ALIS VIRAL BISA SAMBIL MEREM HASIL CETAR👍👩
0 notes
ariniistiani · 2 years ago
Text
Kemarin sore lagi main sama Lala sama papanya di kamar. Ternyata lala ambil pensil alis aku dan coba matahin , padahal pensil alis baru tuh.. ak nya pas lagi ngga merhatiin lala. Tiba2 papa nya bilang : " Bund, pensil alisnya dipatahin Lala " trus aku pura2 nangis. " ekspresi muka lala langsung berubah, ngerasa bersalah dia bilang " maap, maap sambi jalan ke aku , nyodorin tangan minta maaf, " ooh lala minta maaf ? Di bilang " maap .. sambil cium tangan aku, trus kecup pipi " uhuhuu sweet bgtt La. 🥲 meleleh bunda...
Smga selalu jadi anak yg lembut hatinya ya nak... amin..
7 notes · View notes
sitihannahsekarwati · 1 year ago
Text
Sudah lama tidak menulis di Tumblr. Halo, Tumblr! Hari ini aku mau mencoba menceritakan hidupku yg penuh hikmah ini. 😆
Beberapa bulan lalu, aku bertanya kepada teman kantorku, “Lo pakai pensil alis apa?” karena aku beli pensil alis dan sudah mau habis.
Lalu, dia menjawab, “Aku mah suka beli yg murah aja, Mba. Yang harga 5–6 ribuan.”
Sontak aku kaget ada pensil alis harga segitu. Kayanya aku mainnya kurang luas ya. Ngga tahu ada pensil alis harga segitu. Wkwkwk.
“Serius ada pensil alis harga segitu? Mereknya apa?” tanya aku lagi.
“Ada, Mba. Im**o**,” jawabnya.
Kemudian, aku cek e-commerce. Bener dong, ada pensil alis segitu.
Terus, beberapa hari kemudian, aku pergi ke mall. Masuklah ke toko belanja make up/skincare, sebutlah So**ol**. Lalu, aku carilah pensil alis merek yg disebut teman kantorku itu. Aku lebih suka belanja barang yg belum aku ketahui itu secara langsung. Kalau sudah tahu beli barang apa dan tahu itu bagus, baru beli online. Eh, ternyata pensil alis itu ngga ada dong.
Ketika sudah hari masuk kantor, aku ngobrol dong sama temanku di kantor.
“Eh, weekend kemarin gue ke So**ol**. Ngga ada merek pensil alis lo.”
Teman kantorku dan temanku lain yg mendengar malah menertawakanku. Wkwkwk.
“Hanooyy.. Lo ngga akan mungkin nemuin pensil alis Im**o** di So**ol**. Lo cari di toko kosmetik pinggir jalan atau kaya Dandan gitu, baru ada.”
Huahahaha.. Ya Allah..
Benar-benar aku masih buta ya ternyata tentang hal-hal kehidupan ini. Di usia 32 tahun, baru tahu ada pensil alis 5ribuan dan ngga dijual di mall. 😩
Beberapa hari lalu, aku cerita sama Akang tentang ketidaktahuan aku ini.
Kemudian, Akang menasihati begini.
“Sekarang perspektif kamu tentang hal-hal materiel dalam hidup lebih luas ya. Setiap orang, setiap keluarga, kebutuhan hidupnya sama. Sama-sama butuh makan, sama-sama butuh make up. Cuma bedanya, nilai kebutuhan antara satu orang dengan orang lainnya berbeda. Misalnya, nilai 100ribu di hidup keluarga kita hanya untuk makan satu hari, sedangkan di hidup keluarga orang lain mungkin 100ribu bisa untuk 2–3 hari makan. Yang sama apa sih antara kita dan mereka? Waktu. Waktunya sama, tapi cara hidup kita dan mereka berbeda-beda. Maka dari itu, ada agama yg menyamakan cara hidup manusia. Agama mengajarkan manusia untuk hidup merasa cukup dan bersyukur. Sabar kalau belum mendapatkan suatu hal.”
Ya Allah.. Terima kasih telah memberikanku hikmah terhadap kehidupan yg sangat luas ini. Manusia itu ilmunya terbatas. Teruslah belajar, teruslah menuai makna dalam hidup.
3 notes · View notes
unbeatablejinsu · 28 days ago
Text
Cerita bagaimana Sevnghan jadi pengki.
Tumblr media
Bangun tidur ku gosok gigi? ❎
Bangun tidur ku jadi pengki ✅
Awalnya gua gak sadar dimasukin gdm cic pengki, tapi setelah baca itu langsung sadar dan melek. Beginilah ekspresi gua:
Tumblr media
Terus abis itu pasrah deh sama sullyoon kita jadi pengki dan jalanin misi rahasia hohohoho.
Nah berikut adalah penjelasan tentang clue Seunghan:
1. ⚽️🎮 : Seunghan suka main bola, bukan cuma bola sepak beneran, tapi seunghan juga suka main game FIFA ONLINE, which is game bola juga. :) (Source WikiFan)
2. Gambar pensil alis (HARUSNYA INI BUKAN TULISAN TP GAMBAR PENSIL ALIS DOANG): Tapi akan gua jelasin, nah Seunghan itu punya alis yang super tebal guys. Bahkan Hongjjanggus dan Briize bilang seunghan itu, duplikatnya Shinchan karena alisnya tebal dan iconic. (Source: Fanacc maaf lupa username)
Tumblr media
3. 2222: Seunghan lahir di 2 oktober 2003, dan tanggal dia diperkenalkan as SM ROOKIES adalah 22 juli 2022, jadi gua pakai kombinasi angka 2 yang menurut gua itu iconic buat Seunghan juga.
4. 🗣️🎷🌨️💭 : Sebenernya ini cluenya ngawur sih wkwkwk, tapi masih berkaitan kok sama seunghan, karena 🗣️ (talk) 🎷 (saxophone) = Talk Saxy, kenapa? Karena lagu Talk Saxy iconic banget sama saxophone. Terus yang 🌨️💭 itu kan hujan, nah kalo hujan jadi inget memori, terus lagu RIIZE ada yang judulnya Memories.
Sekian penjelasan clue dari Seunghan, selamat karena udah buat saya gemeteran di event pertama saya.
1 note · View note
messylochness · 4 months ago
Text
Kaliyan Widodari
Sebuah AU dari ilustrasi Kak Nepa. Cerita ini hanya fiksi belaka. Kesamaan nama, tokoh, kejadian, atau cerita hanya kebetulan semata dan tidak ada unsur kesengajaan.
TRIGGER WARNING: 18+, Suicidal attempt, angst, not happy ending.
Suara berkelentang sebuah benda yang jatuh, menyadarkanku dari rasa kantuk. Sekarang masih pukul tiga pagi, namun, aku harus sudah bangun untuk dirias. Aku membungkukkan tubuh untuk mengusir rasa kantuk, berniat mengambilkan benda tersebut, namun kedua pundakku dicengkeram kuat-kuat oleh asisten perias pengantin yang bertugas membuat sanggul. 
“Mpun kakehan obah sirahipun, Mbak,” ucap sang asisten. Meskipun disebut asisten, namun beliau lebih senior dari sang perias. Aku menuruti perintah tersebut. Dari ekor mata, kulihat sebatang pensil alis berwarna oranye kini sudah berada dalam genggaman wanita muda tersebut. Ah, rupanya seorang perias manten yang kondang di daerahku memakai jenama pensil alis yang sama denganku. Merek klasik ini lazim dipakai perias pengantin Jawa lainnya sebab memberikan hasil tegas dan menambah pikat manglingi. Meski begitu, alasan kami memakainya mungkin tidak sama. 
***
“Mbak, permisi,” sapaku sambil mencolek pundak seseorang yang berada di sebelah kanan.  Kuliah pertama pagi ini dimulai pukul setengah tujuh, sementara aku baru bangun jam enam karena lupa memasang alarm semalam. Kalang kabut karena khawatir terlambat, aku melupakan tas jinjingku di meja belajar kemudian berlari lintang pukang menuju parkiran motor dan memacu kendaraan menuju kampus. Kini, setelah berhasil masuk kelas sebelum dosennya datang, aku baru sadar jika tidak membawa kotak alat tulis. 
“Ya?” jawabnya meski dengan pandangan tetap terpaku pada lembaran handout di tangan. Jemarinya yang lentik berhias beberapa buah cincin logam yang masing-masing tersemat pada jempol, jari manis, dan kelingking. Pagi ini kami ada kuis, jadi wajar jika orang-orang di sekitarku sibuk mengejar ketertinggalan belajar mereka, atau sekadar mengulas kembali hasil belajar mereka semalam.  
“Maaf Mbak, bisa pinjam pulpen? Pulpenku ketinggalan.”
“Oh … bisa, sebentar.” Ia mengeluarkan kotak pensil dari dalam ransel, lalu merogoh satu pulpen.
Tanpa melihat ke arah kotak pensilnya, hanya dengan mengandalkan intuisi dan indra peraba, ia menyerahkan pulpen tersebut. Aku yang terburu-buru langsung menerima tanpa pikir panjang seraya berterima kasih. Barulah ketika tutupnya kubuka, lalu aku hendak mencoret sesuatu pada lembar handout-ku, kusadari ini bukan pulpen. Bukan pula pensil, melainkan sebuah pensil alis. 
Aku mendengkus geli, menertawakan kebodohanku sepagi ini yang melupakan banyak hal, hingga berakhir dipinjami pensil alis. Gadis di sebelahku menoleh. Untuk pertama kalinya pandangan kami berserobok. Mataku terjerembab dalam kolam cokelat madu miliknya yang dibingkai kacamata. Dadaku seketika berdesir, menatap paras ayu di hadapanku. Kami saling berpandangan kemudian ia mengalihkan perhatian ke pensil alis di tanganku. Kemudian, kami saling tertawa tanpa aba-aba. 
“Waduh, maaf, maaf, Mbak,” ucapnya. Ia meraba tasnya lagi, kemudian mengambil kotak pensil yang berbeda. Kali ini berwarna kuning, sebelumnya biru. Aku mengembalikan pensil alis di tangan, kemudian ia menukar dengan pulpen sungguhan. Sebelum aku sempat bertanya mengapa ia sampai tertukar dengan kotak makeup-nya, gadis ini menjelaskan padaku. “Ibuku perias manten. Tadi beliau telepon minta diantarkan kotak riasnya yang ketinggalan, tapi aku bilang aku ada kuis pagi ini, sebelum mampir ke sana.”
“Ooh,” gumamku lirih. “Nggak keburu dimulai acaranya kalau diantar nanti?”
Seraya mengibaskan telapak tangannya, ia menyanggah, “Acara akad nikahnya nanti dimulai sehabis Jumatan, kok. Kelas kita selesai jam delapan, jadi masih sempat.”
Lalu, obrolan kami terputus karena kehadiran asisten dosen yang membagikan materi kuis. Dosen kami di mata kuliah ini selalu tepat waktu, jadi tidak ada lagi kesempatan untuk berbicara dengannya sepanjang kelas. Barulah setelah kelas kami selesai dan aku menemukan teman-temanku di bangku paling belakang, mereka menarik lengan bajuku lalu berbisik lirih. 
“Kowe lapo omong-omongan karo Mbak Laras?”
Aku mengerutkan kening. Oh, mungkin maksud mereka perempuan yang tadi duduk di sebelahku. Jadi, dia-lah senior kami yang menjadi bulan-bulanan bahan gosip anak-anak se-angkatan karena dia mengulang kelas di semester ini. Tidak, dia bukan satu-satunya orang yang mengulang, hanya saja jika nama ‘Laras’ yang disebut, seluruh dunia terasa seperti gonjang-ganjing karena kabar miring yang melekat padanya. 
“Terus kenapa?” sanggahku. “Orangnya baik, kok.”
Temanku mencibir. Namun, sepertinya dia bisa merasakan ketidaknyamananku terhadap pembicaraan ini sehingga ia mengalihkan pada  topik lain.  
***
“Merem, Mbak,” perintah periasku. Aku langsung menuruti dengan patuh. 
Kali ini ia memulaskan perona mata di sepasang kelopakku yang terkatup erat. Gerakan tangannya halus dan penuh kehati-hatian. Meski ini bukan pertama kalinya aku dirias oleh orang lain, namun tubuhku berguncang hebat dalam badai perasaan nan carut-marut. Sebab, kenyataan bahwa aku akan menjadi istri Mas Pandu dalam beberapa jam lagi perlahan mengendap dalam alam sadarku, dan membuat perutku bergejolak. Atau bisa jadi ini hanya guncangan yang ditimbulkan dari asisten perias pengantin yang sedang menyasak rambutku dengan  sedikit kasar, bahkan rasanya seperti dijambak. Aku ingin sekali membuka mata, berharap kenyataannya akan berubah jika aku melihat secara langsung, tetapi tentu saja ini mustahil. 
Gedung sudah dibayar lunas. Petugas katering mungkin sedang mondar-mandir di markas mereka mengolah hidangan untuk siang ini. Penghulu akan datang tepat pukul delapan pagi ditemani petugas dari KUA sebagai saksi. Para tamu undangan menyusul kemudian. Tidak ada jalan lain. Aku telah mengambil sebuah keputusan besar, dan kini harus menghadapi semuanya seorang diri. 
Jauh di balik sana, diam-diam aku menangis. Meratapi keadaan yang memaksaku berada dalam situasi ini. Memisahkan paksa dua insan yang saling mencintai, hanya karena hubungan kami yang mesra dianggap terlarang oleh kebanyakan orang. 
***
“Jangan mengintip!” Ia terkikik geli ketika aku menggerak-gerakkan bola mata di balik kelopak yang pejam. Aku mencibir, merengkuh pinggang rampingnya di hadapanku untuk menggodanya.
“Aku nggak ngintip, Mbak Laras,” balasku. 
Laras membebaskan diri dari dekapan, kembali fokus memulas mata. Aku bisa rasakan hela napasnya yang secara tidak sadar tertahan jika dia sedang menggambar celak. Acara wisudaku akan dimulai beberapa jam lagi, tetapi kami masih tampaknya belum membuat kemajuan yang berarti dalam urusan merias wajah. Laras bilang, aku harus tampil manglingi di acara ini. Dia lupa jika aku hanya akan menghadiri wisuda, bukan menjadi mempelai pengantin. 
Orang tuaku janji akan menjemput di rumah Laras kurang dari satu jam lagi, namun kami tidak kunjung bersiap juga. Laras sudah lulus tahun lalu, aku menyusulnya dua semester kemudian. Ia bekerja sebagai asisten ibunya yang memiliki usaha sebagai pengelola acara pernikahan, bekerja sama dengan vendor-vendor lain yang jasa mereka saling melengkapi seluruh rangkaian kebutuhan pengantin; dekor pelaminan, tenda, katering, pemain musik—tradisional gamelan lengkap dengan sindennya, atau musik band—hingga pembawa acara dan penari tradisional cucuk lampah. Latar belakang pendidikannya di bidang Ekonomi mungkin kurang sesuai dengan profesi rias pengantin, namun Laras lebih banyak bekerja di belakang layar dalam mengatur keuangan bisnis mereka. 
Helaan napas Laras yang menggelitik kembali terasa di leher hingga merambat ke tengkuk, ketika ia sudah selesai membuat celak. Tidak sepertinya yang lebih jago berhias, aku tidak pandai memakai kosmetik. Pensil alis yang tersimpan di laci meja di kamarku, masih utuh tidak terpakai. Aku membelinya sebagai memento, untuk pengingat pertemuan pertamaku dengan seseorang yang mengisi tempat paling spesial dalam diriku. 
“Oke, udah sama belum ya?” gumam Laras lirih.
“Mana cerminnya, aku mau lihat,” desakku. Aku membuka mata, hendak merebut cermin meja yang terletak di balik punggung Laras. 
“Nggak boleh, nanti dulu.”
Namun, Laras menghalangiku dengan tubuhnya. Kami sempat bergelut meski tidak bersungguh-sungguh, hingga akhirnya aku berhasil mengunci tubuh Laras di kasur. Tempat tidurnya yang berada di lantai—tanpa dipan—menahan kepalanya untuk tidak membentur permukaan pualam yang keras. Cermin mejanya telah berpindah tangan ke dalam genggamanku, sementara kedua tangan Laras terkulai di sisi tubuhnya. Kudekatkan cermin tersebut ke hadapan wajah, namun belum sempat kulihat pantulan bayangan di sana, Laras menubrukku. 
Bibir kami bersentuhan secara tidak sengaja selama beberapa detik ia berusaha mempertahankan cerminnya. Aku mematung. Begitu juga dengannya. Pandangan kami terpaku pada satu sama lain, lalu entah siapa yang memulai duluan—sespertinya aku—aku mengunci Laras di kasur, bibir kami saling tertaut dalam tarian nan gemulai. Berpagut di antara ceruk antara kedua bibir ranum dan sedikit menganga, membalut satu sama lain dalam jala-jala yang terbentuk dari tetes saliva.
Damba di antara kami telah tertambat begitu lama, terselip dalam bulan demi tahun yang dijalin bersama. Aku ingin terus mencumbunya demi menuntaskan dahaga, pun demikian Laras tampak tidak lagi sanggup menyembunyikan percik nyala di antara kami yang kian berkobar, dari balik matanya yang jernih serupa cermin, memantulkan asaku nan membara. 
Satu-persatu helai kain yang menghalangi kami mulai terlucuti. Waktu seolah terhenti di sini, dalam surga kecil yang kami ciptakan berdua. Lenguhan Laras dan suara paraunya saat memanggil-manggil namaku serupa nyanyian paling merdu di telingaku. Kami asyik masyuk merayakan sebuah pernyataan akan cinta kasih yang ingin bersatu dalam peraduan. 
“Gusti Pangeran!  Laras! Anindya! Apa-apaan kalian?”
Cinta kami indah dan murni. Hanya karena kami berdua saja yang bisa merasakan, bukan berarti ini tidak boleh terjadi. Seandainya saja pada saat itu kami sudah memastikan kalau pintunya sudah terkunci dengan benar. 
***
Sudut-sudut mataku yang tiba-tiba basah, diseka dengan kapas kesat oleh periasku. Aku membuka mata, menatap bayangan seorang wanita dengan mata memerah, sanggul setengah jadi, dan wajah yang tidak lagi bisa kukenali. Aku tidak mengerti mengapa orang-orang begitu terobsesi menjadi ‘manglingi’  pada hari pernikahannya, sementara aku merasa menjadi orang lain dengan penampilan seperti ini. 
“Jangan bersedih, Anin,” bisik periasku. Kini ia sedang memulas perona pipi dengan polesan lembut dan satu arah. “Ini hari berbahagiamu.”
Hanya ada satu orang yang memanggilku demikian. Keluarga, teman-teman, dan Mas Pandu menyebutku dengan Nindya. 
Asisten perias pengantin berdeham, kembali menarik rambutku sedikit lebih keras agar bisa disanggul dengan rapi. Padahal aku sudah diperingatkan dari jauh hari untuk tidak memotong rambut sampai hari pernikahan tiba, namun semalam aku menggunting rambutku yang sepunggung menjadi sebatas pundak dengan gunting dapur yang beraroma bumbu mie instan sekenanya saja sebagai bentuk perlawanan terakhirku pada ibu dan bapak. 
Mas Pandu adalah seseorang yang diperkenalkan padaku, segera setelah insiden sebelum wisuda itu sampai ke telinga bapak dan ibu. Dia anak teman sekantor Bapak ketika masih aktif sebagai PNS. Memiliki wajah rupawan, pendidikan bagus, serta pekerjaan yang menjanjikan hari tua, tampaknya tak bisa menggoyahkan hatiku, sebab aku telah seutuhnya tertawan pada seorang gadis. Namun, perkenalan ini pun berujung menuju pelaminan juga, karena masing-masing orang tua telah setuju dan tanggal telah ditentukan. 
Satu permintaanku yang dengan terpaksa dituruti oleh bapak dan ibu adalah kebebasan memilih sendiri perias pengantin. Mereka berdua tahu siapa yang akan kupilih, namun dengan berat hati menyetujui karena aku mengancam akan mengakhiri hidup dengan mengacungkan sebilah pisau dapur di leherku sendiri. Rasa sakit di kepala saat ditancapi tusukan konde tidak sebanding dengan ngilu di hatiku saat melihat Laras kembali sedekat ini. Dia terlihat baik-baik saja, masih bisa tersenyum mendampingi segala rangkaian prosesi pernikahanku mulai dari siraman, malam midodareni, hingga akad nikah yang dilanjutkan dengan resepsi. Sejauh manapun kami berusaha mempertahankan perasaan ini, pada akhirnya akan kandas juga. 
Aroma asap rokok yang mulai disulut oleh asisten perias pengantin, perlahan menyeruak masuk dalam penciumanku. Sepertinya, sudah tiba waktu untuk sembogo, prosesi meniupkan asap rokok ke bagian kepala pengantin wanita untuk memecah aura dan agar pengantin terlihat ‘manglingi’. Asisten perias pengantin sudah bersiap untuk melakukannya, namun perias pengantinku menghampiri beliau, lalu meminta dengan lembut. 
“Biar saya saja Bu.”
Asisten perias memicingkan mata ke arahnya, seolah sangsi jika dia bisa melakukan prosesi sendiri pada klien pertamanya seumur hidup. 
“Mbak Laras ndak boleh macem-macem lho,” ancam beliau sebelum menyerahkan rokok tersebut. “Nanti kalau ada apa-apa, saya yang harus tanggung jawab ke ibunya Panjenengan.”
“Kulo mangertos, Bu.”
Pada saat ini, aku berani bersumpah, jika Laras yang selama ini selalu tenang dan tampak penuh pertimbangan, membiarkan suaranya yang lembut terdengar sedikit serak dan pecah. Laras berdeham sekali, kemudian menghampiriku sambil membawa rokok tersebut. Diisapnya lamat-lamat dengan mata setengah terpejam, kemudian diembuskan ke arahku. Aku sedikit terbatuk karena asapnya membuat tenggorokanku tersekat dan hidung sedikit gatal. Siapa yang menyangka, jika Laras yang dulu paling anti merokok kini bisa melakukan sembogo dengan lihai, seolah telah berlatih lama sebelum ini untuk persiapan.
Setitik air mata, disusul dengan yang lain kembali menetes. Meski buru-buru diseka agar tidak membuat riasanku luntur, namun aku tidak lagi bisa membendung tangisanku untuk tidak membanjur sekujur wajah. Saat aku membuka mata, kulihat punggung Laras kian menjauh dan asistennya membantu mengusap wajahku dengan tepukan pelan. 
“Wis yo Mbak, rasah ditangisi malih,” hibur ibu asisten. “Kulo dungaaken jodohipun Panjenengan langgeng, kanthi pinaringan tresna lan kamulyaan,” tambah beliau dalam bahasa Jawa halus. Namun, bukan pernyataan itu yang ingin kudengar.
Sidoarjo, 12 Juli 2024
1949 kata
0 notes
dearachet · 5 months ago
Text
Tumblr media Tumblr media
Di umur yang menjelang 30tahun, punya usaha kecil-kecilan; jualan pernak-pernik manik. Cincin, gelang, kalung, strap hp, strap kacamata, strap masker yang diy. Stiker, jepitan, pena pensil, buku dan sejenisnya hanya pemanis.
Di kota ini memang ada toko yang jualan bahan manik, tapi warna & modelnya tidak selalu sesuai dengan yang aku cari. Pada akhirnya aku membeli lewat aplikasi jualan yang ongkirnya allahuakbar.
Jualanku diberi nama Temali Beads. Ada 'ali' di sana, nama anakku. Aku mencintainya. Rejeki yang aku dapatkan semoga bisa aku kumpulkan untuk masa depannya juga(?)
Di umur yang menjelang 30tahun ini, aku masih jualan aksesoris manik
Padahal teman seusiaku pakainya mungkin emas berlian.
Ya... gakpapa, semoga dari manik manik ini bisa menghasilkan emas berlian wkwkwkwkwk
0 notes
hujanditapaktangan · 6 months ago
Text
May Highlight.
Kepagian ke Haw Par Villa (sekitar jam 9-an), dan mrt card-ku gabisa di-tap karna saldonya abis. Trus dibukain gate-nya sama petugas. Jujur rada serem naik yellow line kalo di daerah selatan soalnya SEPI BANGET. Cuma ada aku yang keluar dari platform dan di dalem kereta gasampe 10 orang.
Trus sarapan di deket mrt (udah beli nasi lemak di NEX sama teh c anget) dan badanku rasanya anget dan nyaman.
Temenku dateng jam 10-an dan kami popotoan sejam tok, lanjut ke Telok Blangah pake mrt, trus beli mam di deket stasiunnya (ada hawker) kubeli duck noodle dan lupa kalo ternyata ga halal, yaudahalah. Eh, sama beli teh c lagi (tapi es)
Nyampe telok blangah park mam dan popotoan lagi trus naik ke hillparknya. Sumpah kemirjngannya tuh cuma beberapa derajat tp nggatau kenapa panas BANGET!! Padahal di temgah hutan. Nyampe peak hill-nya rada kecewa. Bunganya ngga blooming perfectly, salah bulan sih, harusnya ke sana sekitar Agustus gitu. Jam 3 kami turun trus pisahan di Jurong mrt. Tadinya mau ke IMM nyari sepatu diskonan gitu tp ternyata jalannya lama, jadi yaudah pisah di sana.
Kuharus beli sprei single dan mampir ikea ternyata kosong, yaudah mam swedish house mafia.... halah! Swedish meatball kids size, coklat keik, lemontea sama butter dan gpbloknya butter ketinggalan di cart! Hufty.
Ada cerita sama ahma di belakangku. Beliau beli kopi o kosong 50sen, trus kutanya
"Ahma u buy coffee only ah"
"Yes yes, could I put on yours?" Sambil ngeletakin cangkir dan ngasih koin.
"Sure" sambil kuterima dan bayar
Setelahnya kami pisah dan belio ngomkng thank you ah take care berkali2. Warm.
Trus karna belum beli sprei ku mampir Tiong Bahru dan ke daiso. Lucky me! Nemu harga 9.50$ murah banget dan lucky me! (2) karna nemu pensil alis mekanik dan facewash cica yang hargamya murah. Sungguh lucky me!
Trus pulang.
Bonus foto merem
Tumblr media
0 notes
nastory · 8 months ago
Text
30 maret 2024 - personal
Hmm, aku mulai dengan hmm nih wkwk.
Aku merasa jauh lebih baik secara kesehatan kulit wajah. setelah sebelumnya breakout parah, ya tentu saja.
Aku tipe yang nggak segan ngabisin duit jutaan buat skincare dan healty life style jadi hasil yang didapat setelah melewati masa pemulihan kemarin boleh dikatakan luar biasa baik.
Jadi aku memutuskan buat membeli printilan make up, karena kulitku jadi makin sehat.
Aku awai dengan beli cushion somethinc, eye shadow dan blush luxcrime, maskara maybelline, dan pensil alis dari luxcrime juga. Aku masih punya loose powder make over dan 2 lipstick dari brand yang sama. Aku percaya jika ada harga ada kualitas, sih. Aku bisa aja beli merk focallure atau pink flash, tapi ... nggak kayaknya.
Buat isi kepala, rasanya udah oke lah tinggal aku nanti ikut shiken N2 bulan Juli dan yapss udah ada di puncak rantai makanan sih ibaratnya.
Makanya aku mau memulai dengan naikin value di fisik, terutama make up,
0 notes
wastewhirlwind · 9 months ago
Text
0 notes
hidayahmelimpah · 10 months ago
Text
Wardah EyeXpert Matic Brow Definer | jakarta, bandung, semarang, yogyakarta, surabaya, malang, kediri, blitar, madiun, jember, balikpapan, bontang, banjarmasin, palangkaraya, pontianak, makassar, sorowako, kendari, morowali, gorontalo, bitung, ambon, ternate, jayapura, sorong https://www.facebook.com/61555137583780/posts/pfbid0j9XFyfRfA33io97yL9wGZePYbsW7qHBvduBtbKPBRvoxv5kHz3DUxCCBgUJbN737l/?app=fbl
#wardah #wardahkosmetik #wardahcosmetics #wardaheyexpert #pensilalis #alis #mata #wardahpensilalis
#wardah #wardahbeauty #wardahlipcream #wardahmurah #wardahcosmetic #wardahlipstik #wardahlipstick #wardahlipcreammatte #wardahexclusive #wardahexclusivemattelipcream #wardahlipcreammurah #wardahkosmetik #wardahintensematte #wardahcosmetics #wardahoriginal #wardahkosmetikhalal #wardahkatalog #wardahwhitesecret #wardahjakarta #wardahmicellarwater #wardahhalal #wardahmatte #wardahbeuty #wardahseaweedcleansingmicellar #wardahasli #wardahsurabaya #wardahacneseries #wardahjogja #wardahlonglastinglipstick #wardahexclusivetwowaycake
0 notes
larahsblog · 11 months ago
Text
Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media
[BPOM] IMPLORA Eyebrow Pencil 2.5g | Soft Brow | Eye Pensil Alis Serut Rautan seharga Rp3.990 - Rp4.200. Dapatkan sekarang juga di Shopee! https://shope.ee/1fswkhNHKm
0 notes
himawariqurrotaaini · 1 year ago
Text
Modal Lucu
Pontianak. 13:19. 09102023.
Bismillahirrahmaanirrahiim.
Ada salah satu artikel rabbithole yang saya suka, bikin senyum-senyum 💛💛💛💛
Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media
I take this as a compliment ✨🤏🏻
Yhaaaa sebenarnya saya ngga lucu.
Serius kok saya ni.
Orang serius kayaknya ndak bakal ngaku-ngaku serius.
Kelucuan-kelucuan itu penampakan luar karena terbiasa berhadapan dengan yang di luar dugaan.
Kaget. Ketawa. Hadapi.
Kalaupun inner beauty saya ya kejadian-kejadian lucu tiap hari, semogalah lucunya ada hikmah, jadi saya bisa seperti Gus Dur atau Gus Baha. Bersyukur itu kan kewajiban, bukan anjuran.
Yaaa kelucuan-kelucuan ini kan bisa dilatih dan diusahakan. Sepagian tadi tunggang langgang rapat ke sana ke mari, alhamdulillaah punya waktu duduk sejenak bersama Ibu koperasi, liat-liat Ibu bikin pembukuan jadul pakai pensil rautan sendiri, sekalian minta tolong rautkan pensil alis saya yang tumpul-tumpul. Hal-hal kecil yang semoga menjadikan orang tua merasa masih punya arti. Selalu punya arti kok.
Suatu hari, pernah seorang Ibu cerita ke saya, qadarullah anak perempuannya diuji Allah dengan perceraian rumah tangga. Sesungguhnya si Ibu khawatir, bagaimana jika cucunya nanti dicap lingkungan sebagai anak broken home, takut sekali ia jika kelak cucunya termasuk dalam stereotype anak broken home.
Laa hawla walaa quwwata illa billah.
Saya yang juga berasal dari keluarga dengan keadaan orang tua berpisah sejak saya kecil, tentu mengalami masa yang tidak selalu mudah, pun tidak selalu susah. Semua ditakar Allah ar Rohiim sebaik-baiknya, seadil-adilnya. Dulu hingga SMA masih menyangkal bahwa Bapak tidak bersama, mengeluarkan berbagai alasan ketika teman bertanya di mana Bapak. Hingga kemudian saya bisa pelan-pelan jujur, dan yaaaa jadi meluaskan hikmah bisa saling menguatkan dan dikuatkan teman-teman yang kondisinya serupa. Saya ceritakan di sini sebagai pembawa harapan bahwa anak dengan keadaan orang tua yang berpisah juga adalah anak yang berusaha ridha menjalani takdir yang biidznillah Allah pilihkan baik. Semua diterima agar nanti jadi bekal menjadi orang tua yang baik dengan pertolongan Allah al Aziz. Qadarullah wa ma sya a fa'ala.
Cinta yang belum bisa didapat penuh dari satu pihak, ternyata Allah ar Rohiim berikan dalam bentuk yang lain. Panjang dan penuh hikmah.
Tentu ada hal-hal yang juga tidak bisa dipungkiri, salah satunya adalah menjadi begitu takut kehilangan. Tapi dengan pertolongan Allah melalui ilmu dan iman, inshaAllah bisa dihadapi. Sejatinya kita kan ndak memiliki apapun, lagi-lagi lah badan aja cuma dipinjami Allah untuk dijaga baik-baik. Dunia pun tidak berputar mengelilingi kita. Ada juga kan yang diuji di luar kemampuan kita tapi nyatanya mereka mampu. Demikian luasnya kuasa Allah Azza wa Jalla.
Laaaah ini tadi bahasnya tentang kepribadian lucu kok ya malah beloknya ke sini. InshaAllah ada hikmah semua ini. Yang memberi takdir kan Allah ar Rahmaan ar Rohiim. Mana mungkin Allah jahat.
Semua kebaikan datangnya dari Allah ar Rohman ar Rohiim, kekurangan dari saya sendiri.
Salam,
Tumblr media
Agar silaturahmi tidak terputus,
Minta dulu lah indomi dua bungkus.
ayuprissakartika.
0 notes
johnmalevolent · 1 year ago
Note
For country ask: 5!!!
Also, I'd love to hear Abt more dishes u like from ur country if u don't mind!
5. favourite song in your native language?
Thank you for asking about more dishes!! I debated to put either Rawon or Rendang, so I'll talk about more here :) feel free to read while listening to the songs
Rendang (from Padang, Sumatra): Beefsteaks in thick spicy brown sauce (as in, full of spices - garlic, pepper, chili, and coconut milk). The color and thickness of the sauce depends on how you cook it. The longer you cook it, the darker & thicker it becomes, since it contains coconut milk.
Pecel (Java?? I'm not sure if other places have the same name): Rice with a bunch of greens. Most of the time it's vegetable hummingbird (katurai?) and beansprouts topped with peanut sauce. Most people add tempe, eggs, and/or bakwan as side dishes.
Tempe: I think this one is pretty popular. You put soybeans in a bag with some tempe yeast, put it to rest, and open it to get your tempe. Then you can season & fry it, or put it in stews, or mash it into pieces and knead them into small balls called Mendol (which is apparently only native to Malang afaik).
Bakwan: Add a lot of water into all purpose flour as well as instant seasonings (you can make them yourself tho, lots of different recipes on the net). Add corn kernels, spring onions, and beef/chicken if you like. Scoop with a ladle and slowly dip into hot oil to deep fry it until golden brown.
Bihun nanas: I just learned about this dish the other day from my friend from Tulungagung. Just make soun noodles like how you usually would (a type of Chinese noodle - i think you also call them glass noodles?) BUT add pineapple into the mix. then once you've got your noodles, shape them into small cubes. They make sweet tasty snacks, which i think contradicts the point of soun noodles. Everyday you learn something new.
1 note · View note
rahmarahayu · 1 year ago
Video
youtube
SELESAI MEMAKAI PENSIL ALIS BUNDA PERGI MAKAN SIANG DENGAN NAIK MOTOR BA...
0 notes
mariberkebun-florist · 2 years ago
Text
Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media
"Selamat hari kamis untuk wanita tanpa pensil alis, dapat salam dari cowo berkumis tipis" 🥸
0 notes