Text
Belajar Apa dari Pendiri Single Moms Indonesia?
Salah satu sesi Konferensi Ibu Pembaharu yang sudah kusimak adalah sesi bersama Maureen Hitipeuw. Ini adalah sesi privat, artinya hanya seribu orang pemilik tiket VIP saja yang bisa menyaksikan. Dipandu apik oleh direktur IpediaTV, Fajrina Addien, sembilan puluh menit bergulir santai, hangat, dan akrab.
Senin, 20 Desember 2021, mulai pukul 14.00 WIB founder dari Single Moms Indonesia telah siap di belakang panggung untuk menyapa para peserta konferensi yang terdiri dari member Ibu Profesional dan juga umum. Acara 1 dekade ibu profesional tersebut memang terbuka untuk para perempuan, baik ibu maupun calon ibu, yang terpanggil menjadi seorang change-maker alias pembuat perubahan.
Sebab tiket VIP terbatas dan diumumkan lebih dahulu di kalangan internal Ibu Profesional, tak heran jika kemudian lebih banyak peserta Konferensi Ibu Pembaharu dari member komunitas ibu profesional itu sendiri. Namun, jangan khawatir. Ibu Profesional membuka pendaftaran member baru secara berkala seperti yang sedang berlangsung sejak pembukaan konferensi kemarin sampai 14 Januari 2022 nanti. Silakan mendaftar di tautan berikut agar tidak ketinggalan informasi menarik lainnya, atau kunjungi media sosial Ibu Profesional di Facebook dan juga Instagram.
Konteks single mom atau ibu tunggal yang kupahami adalah perempuan yang menjalankan perannya sebagai pengasuh anak tanpa keberadaan laki-laki sebagai suami. Hal ini bisa terjadi karena perceraian, kematian, atau sedari awal membesarkan buah hati dari hasil hubungan biologis di luar pernikahan. Ketiganya cenderung menjejakkan stigma negatif di masyarakat. Namun, bagaimanapun, perempuan yang menjalani peran sebagai single mom tetaplah manusia. Ia berhak hidup dengan baik, menjaga kualitas hidup diri dan anaknya, juga memperoleh dukungan dalam hal pemenuhan kebutuhan yang mendasar.
Tidak ada perempuan yang menginginkan kegagalan dalam rumah tangga. Oyen, begitu Maureen biasa dipanggil, pun memimpikan pernikahan yang happily ever after. Apa daya, bekal cinta saja tak cukup menaklukkan badai dan ombak yang menghantam. Pada 2010, ia mengakhiri hubungan sah yang diakui agama dan negara itu dan memulai hidup baru sebagai ibu tunggal.
Bangkit, berdaya, berkarya. Itulah pesan yang ingin ia sampaikan di sesi talkshow siang itu. Menjadi ibu tunggal bukanlah hukuman mati. Layaknya anjuran saat penerbangan yang meminta kita menyelamatkan diri sendiri dulu sebelum membantu orang lain, ketika dihadapkan dengan kondisi ini yang pertama-tama perlu dilakukan juga selamatkanlah diri sendiri. Kita perlu menyelamatkan diri dengan bersikap proaktif (dalam mencari dukungan, termasuk dari tenaga profesional) dan tanamkan mindset positif. Dengannya kita akan memiliki lebih banyak harapan dan keberanian untuk bertahan di tengah cobaan hidup. “Selama ibu baik-baik saja, percaya dan yakin anak pun akan baik-baik saja,” pesan Maureen.
Usia yang masih bergulir mengandung makna bahwa kita masih punya suatu misi yang perlu dituntaskan dalam hidup ini. Maka, raih kembali semangat kita, tetapkan visi yang ingin kita tuju. Lalu tentukan langkah-langkah apa saja yang perlu kita tempuh dalam kurun waktu yang lebih pendek, setahap demi setahap.
Fokuslah pada prioritas dan jangan terkecoh pada kerikil-kerikil kecil yang mengganggu. Kita perlu pahami bahwa ada hal yang bisa kita kontrol, tetapi ada juga yang berada di luar kendali kita. Kesampingkan ketakutan dan kekhawatiran. Jangan jadikan stigma sebagai batasan, apalagi persoalan yang belum tentu terjadi. Majulah bersama apa yang ingin kita lakukan dan pusatkan energi pada bagaimana kita menggapainya.
Pada akhirnya perceraian tidak lagi menjadi soal yang Maureen sesali dalam hidup, bahkan justru membuatnya bersyukur. Jika tidak mengalami hal tersebut, tentu ia tidak bisa menjadi dirinya saat ini: mendirikan SMI, mendapat sertifikasi dari Facebook, juga mengenal para perempuan dan tokoh-tokoh hebat sepanjang hidupnya.
Agar dapat bangkit dan berdaya, kita perlu belajar melepaskan masa lalu dan membuka diri terhadap berbagai kemampuan baru yang bisa kita capai. Kembangkan diri sesuai arah yang ingin kita tuju dan berani katakan, “Tidak,” pada persoalan yang tidak membahagiakan serta membuat tidak nyaman.
Sejujurnya, sebagai penonton aku merasa tips yang disampaikan mbak Oyen sungguh menancap ke hati. Tak perlu mengalami jadi ibu tunggal terlebih dahulu untuk bisa menduplikasi kiat yang berhasil membawa mbak Oyen menjadi dirinya saat ini. Kita semua perlu saling menyemangati agar bangkit, berdaya, dan kemudian mantap melangkahkan kaki untuk berkarya di tengah bagaimanapun cobaan yang kita lalui.
Aku juga suka sekali setiap mbak Oyen merespon pertanyaan-pertanyaan yang masuk dengan, “Wah pertanyaannya bagus sekali,” atau, “Ini pertanyaannya keren banget.” Dilanjutkan dengan nada bicaranya yang tenang dan tertata, tak heran lebih dari 6500 member telah bergabung dengan komunitas yang didirikannya sejak 8 September 2014 itu. Tak sekadar menyediakan ruang yang aman untuk saling dukung dan menguatkan, Maureen Hitipeuw juga memesona dengan keteladanannya.
Banyak yang penasaran dengan kegiatan di SMI maupun cerita pengalaman pribadi Maureen. Namun, aku tidak bermaksud untuk menjabarkannya di sini, hehe. Untuk tahu lebih lanjut, cek akun SMI di Facebook dan Instagram Single Moms Indonesia serta akun pribadi mbak Oyen @maureen.hitipeuw. Terakhir jangan lupa pesan pamungkas ini, “Kita semua memiliki kemampuan untuk bangkit dan berdaya. Tolong jangan pernah melupakan itu, seberat apapun beban hidup kita.” Go, girls, kita semua berharga!
#konferensiibupembaharu#konferensivirtual#changemakermom#singlemomsindonesia#smi#maureenhitipeuw#fajrinaaddien#ibutunggal#cara untuk bangkit#bangkit dan berdaya#kiat move on#ibuprofesional#1dekadeibuprofesional#ip4id2122
2 notes
·
View notes
Text
Hore, Aku Dapat Doorprize di KIP!
Sebelum lanjut menceritakan materi-materi bernas dan memperkenalkan figur-figur hebat yang kutemui di Konferensi Ibu Pembaharu, aku ingin menyampaikan cerita selingan nih. Hehe. Alhamdulillah kemarin aku berhasil memenangkan dua hadiah dari sesi acara ibu pembaharu. Walau sempat sekali-dua mengikuti sesi siaran langsung, pertanyaan yang kusampaikan di kolom komentar tidak terpilih untuk dibacakan saat itu. Tentunya, hilang pula kesempatan terpilih menjadi penanya terbaik yang akan mendapatkan doorprize. Rupanya Allah memberiku rezeki dari jalur yang lain.
Rezeki pertama adalah hadiah dari menjawab tebak gambar saat live show ekshibisi Institut Ibu Profesional. Sebetulnya saat sesi berlangsung, di tempatku masih waktunya tahajud. Namun, entah mengapa aku terjaga sehingga aku iseng-iseng saja meluncur ke situs konferensi walau tidak hafal mata acaranya.
Ternyata, seharusnya jadwal tersebut adalah jadwal materi mengenai Perempuan di Era Digital. Akan tetapi, di ruang Conference Hall tidak ada tanda-tanda akan ada pertunjukan. Aku pun berjalan-jalan ke hall lain dan menemukan komponen institut baru memulai live show-nya.
Saat tiba sesi games interaktif, aku bersemangat sekali. Hahaha. Walau tidak tahu akan mendapat hadiah apa jika menang, aku senang mengikuti permainan-permainan yang disajikan. Kebetulan saat itu kuis yang diberikan adalah permainan tebak gambar yang aku sudah cukup terlatih memecahkannya.
Aku menjawab benar sejak pertanyaan pertama. Di pertanyaan-pertanyaan berikutnya aku masih asyik ikut menjawab, padahal hadiahnya hanya akan dibagikan satu untuk setiap orang. Alias, aku tidak akan mendapat hadiah lagi. Tak mengapa, aku suka keseruannya dan siapa tahu jadi membantu teman lain menemukan jawaban dengan lebih cepat, hehe.
Rezeki kedua adalah saat sesi acara puncak 1 dekade Ibu Profesional sekaligus penutupan. Seperti ribuan pasang mata lainnya, aku juga berusaha hadir saat siaran berlangsung, dong. Meski, alih-alih mendapat kursi di Conference Hall, aku malah menyimak dari tautan YouTube yang diberikan panitia lantaran situs terlampau penuh.
Sebetulnya rezeki kedua ini tidak persis saat acara berlangsung, tetapi satu hari setelahnya. Panitia memutuskan untuk membuat sayembara yang tenggat waktunya sampai pukul 23.59 keesokan harinya. Hmmm, cukup wajar sih. Mengingat dengan banjirnya peserta, tentu akan repot sekali memilih jawaban dari chat yang sudah bisa diprediksi akan “brudulan”.
Sesi materi terakhir dari founder Ibu Profesional, bunda Septi Peni Wulandani, itu dibuka dengan istimewa. Bukan oleh MC/host seperte acara biasanya, melainkan sambutan berangkai dari para pimpinan dan wakil komponen yang ada di Ibu Profesional. Di akhir materi juga ada beberapa pengumuman dari Sekretaris Jendral Ibu Profesional, mbak Utami Sadikin, serta pengumuman-pengumuman lain dari panitia.
Nah, sayembara kuis yang kumenangkan itu diumumkan di akhir acara. Ada tiga pertanyaan yang jawabannya mudah sekali apabila menyimak rangkaian acara tersebut dari awal hingga selesai. Peserta dipersilakan menjawab di akun media sosial masing-masing dengan cara sekreatif mungkin. Entah mengapa, aku amat tergerak untuk membuatnya dalam format reels, padahal aku belum pernah memposting format tersebut sama sekali di instagramku.
Singkat cerita, ternyata reels-ku hanya bisa menayangkan video sepanjang 30 detik, padahal aku sudah telanjur membuat video hampir satu menit. Akhirnya setelah mengutak-atik dan memikirkan strategi, aku posting saja dari akun instagramku yang lain.
Alhamdulillah saat pengumuman ternyata aku terpilih sebagai juara ketiga. Hore! Biar enggak penasaran, videonya sudah kupindahkan ke YouTube agar bisa ditayangkan di sini :)
https://youtu.be/LAl8zZ1UCnc
Walau hadiahnya kuhadiahkan lagi untuk kerabat, alhamdulillah aku senang! Terima kasih Konferensi Ibu Pembaharu :)
3 notes
·
View notes
Text
Kepoin Host dan Moderator Konferensi Ibu Pembaharu
Gegap gempita 1 dekade Ibu Profesional masih terasa gaungnya hingga penghujung tahun. Di panggung Konferensi Ibu Pembaharu sebagai konferensi virtual perdana para changemaker mom Indonesia, tak hanya pemateri-pematerinya saja yang kece. Pengisi acara lainnya juga memesona, dong!
Di liputan kali ini kita akan coba kepoin bareng beberapa host dan moderator yang bertugas mendampingi para narasumber. Mereka bukan sembarang MC. Para srikandi ini adalah anggota keluarga besar Ibu Profesional yang menempa dirinya di berbagai kesempatan hingga meraih percaya diri dan kepercayaan dari panitia untuk menggawangi acara.
Karinta Utami
Wajah imut berkerudung syar’i dengan kacamata bingkai lebar rasanya tidaklah asing. Seingatku wajah inilah yang tampil sebagai thumbnail video yang tayang di Lobby Konferensi Ibu Pembaharu, yang bertebaran di WhatsApp Komunitas Ibu Profesional saat situs konferensi baru dibuka.
Karinta Utami menjadi host saat sesi Heni Sri Sundani tentang Anak Petani Cerdas dan moderator untuk sesi Farha Ciciek yang menceritakan kegiatannya di komunitas Tanoker, Ledokombo. Lulus dari salah satu institusi teknologi terbaik di Indonesia, desainer baju pengantin muslimah sekaligus penggemar read aloud ini kini justru melanjutkan studi di bidang pendidikan. Namun, dojo utamanya berlatih public speaking adalah di segmen This Is Me IpediaTV.
Di This Is Me, Karin berperan sebagai co-host gaul This Is Games dan baru saja naik kelas sebagai produser. Coba deh, berkunjung ke akun instagramnya di @karintautami. Sebagai salah satu KIPambassador, Karin juga kerap membuat reels kreatif untuk menginformasikan keseruan acara. Tak heran ya jika bicaranya sudah lancar tanpa gagap kamera!
Fajrina Addien
Jika Karin adalah co-host di segmen This Is Me, ibu satu putra ini adalah pemandu utamanya. Fajrina Addien, mantan produser yang juga naik kelas menjadi Presiden Direktur Ipedia saat ini. Jika biasanya wong Solo terkenal kalem dan gemulai, oh … tidak begitu dengan Addien. Setiap sesi yang ia bawakan selalu muncul “gila”nya. Ia begitu menjiwai slogan program yang sudah ia bawakan lebih dari setahun terakhir dengan menjadi dirinya sendiri.
Lihat saja ketika Addien mendampingi Maureen Hitipeuw yang bercerita mengenai Single Moms Indonesia. Bukannya sok keren, ia justru terang-terangan mengaku dari awal tentang kurang fasihnya ia berbahasa Inggris. Penonton pun otomatis merasa dekat dengan ia yang apa adanya. Begitu pula saat memimpin live show eskhibisi media yang ia pimpin. Ramai dan hidup!
Di samping streaming rutin di IpediaTV, Addien kerap membuat konten media sosial dan bahkan mendirikan platform belajar kecantikan multidimensi bertajuk Beautylogic Academy yang juga merupakan salah satu sponsor di booth Konferensi Ibu Pembaharu. Ikuti instagram pribadi perempuan seru ini di @fajrina.addien dan temukan aneka kegiatannya di sana.
Ummi Haajiroh Mustajab
Meski tidak (atau belum) bergabung ke IpediaTV maupun Radio, sosok yang memoderatori sesi Heni Sri Sundani ini juga sudah biasa tampil bicara untuk berbagai keperluan. Utamanya acara-acara pelatihan yang diadakan oleh Ibu Profesional sebab Ummi merupakan kepala divisi training RCIP alias Resource Center Ibu Profesional. Berbagai pelatihan kerap ia gawangi dengan apik.
Ummi juga telah menuntaskan perkuliahan di jenjang tertinggi di Institut Ibu Profesional, yaitu kelas Bunda Salihah yang wisudanya digelar sebagai salah satu agenda live show ekshibisi di Konferensi Ibu Pembaharu kemarin. Pengalaman yang didukung bakat Educator dan Communicator-nya membuat Sarjana Psikologi ini mampu menjadi teman bicara yang asyik. Intip profilnya di instagram @ummihaajiroh.
Enes dan Ara Kusuma
Tak afdhol rasanya jika sesi Konferensi Ibu Pembaharu tidak diwarnai oleh dua putri founder Ibu Profesional, Enes dan Ara. Enes dan Ara adalah panggilan kesayangan dari dua kakak-beradik Nurul Syahid Kusuma dan Kusuma Dyah Sekararum. Terpaut usia satu tahun, dua perempuan muda ini sama kerennya!
Nama Enes dan Ara sudah banyak bertebaran di mesin pencari. Sederet prestasi telah mereka torehkan sejak belia. Jika ingin mengintip akun media sosial pribadinya, silakan meluncur ke @eneskusuma dan @arakusuma. Jangan lupa siap-siap jatuh hati!
Wah, baru segelintir nama saja sudah bikin terpesona berkali-kali, ya! Kamu sudah nonton sesi Konferensi Ibu Pembaharu yang mana nih? Terkesan dengan MC atau moderatornya juga? Yuk gabung di Ibu Profesional agar bisa mengenal lebih dekat para perempuan yang saling giat menginspirasi :)
#konferensiibupembaharu#ibuprofesional#1dekadeibuprofesional#mc#moderator#host#karinta utami#fajrina addien#ummi haajiroh#enes kusuma#ara kusuma
4 notes
·
View notes
Text
Apakah Konferensi Ibu Pembaharu Terlalu Padat?
Dari empat belas sesi webinar, talkshow, dan workshop yang diselenggarakan selama Konferensi Ibu Pembaharu, ada 9 yang belum kutonton. Hahaha. Aku memprioritaskan menonton sesi privat yang tidak semua orang bisa mengaksesnya. Ternyata, sudah lewat 9 hari dari puncak 1 dekade Ibu Profesional dirayakan, belum ada satu pun tayangan materi yang kutambah. Aku justru menonton siaran ekshibisi dan mengulang tayangan materi untuk memastikan informasi yang kutulis di blog ini tidak meleset, hehehe.
Walau baru resmi dibuka tanggal 18 Desember, sebetulnya Konferensi Ibu Pembaharu ini sudah dimulai tanggal tujuh belasnya. Ada satu sesi materi dari Ines Setiawan dengan audiens terbatas sore itu. Hari-hari berikutnya diisi dengan empat sesi siaran dengan durasi rata-rata 90 menit.
Jika kita hitung jumlah 14 materi plus 8 ekshibisi, totalnya 22 x 90 = 1980 menit siaran berlangsung. Ini setara dengan 33 jam! Tidak sampai sih, karena kebanyakan sesi ekshibisi hanya berkisar 40-50 menit. Akan tetapi, 45 booth yang bisa kita kunjungi juga menyajikan tayangan-tayangan menarik beserta oleh-olehnya. Belum lagi marketplace yang menarik untuk diintip-intip, fitur chat yang bisa jadi tempat rumpi baru, dan tentunya waktu memuat alias loading situsnya kalau lagi banyak pengunjung perlu kita pertimbangkan. Wah, butuh berhari-hari lamanya nih jika ingin melahap semua menunya.
Anggaplah jatah nonton dalam kehidupan kita normal 2 jam per hari, kira-kira kita butuh setidaknya 17-18 hari menamatkan petualangan di Konferensi Ibu Pembaharu. Kalau situs hanya dibuka sampai 31 Desember 2021, sudah pasti tidak cukup kan ya? :’)
Nah, kabar baiknya, akses situs https://konferensiibupembaharu.id diperpanjang nih! Katanya jadi sampai 15 Januari 2022. Yuk manfaatkan kesempatan ini, sebab tentunya menyimak sendiri sesi yang disampaikan bisa jauh lebih seru daripada sekadar mendapat cerita. Walau, barusan kucoba situsnya sedang tidak bisa diakses sih … mungkin sedang pembaruan sistem supaya bisa tayang rekamannya lebih lama. Mudah-mudahan saja lekas pulih dan bisa diakses kembali.
Jika sudah bisa login, langsung meluncur saja ya! Sesi yang dibuka untuk umum antara lain:
Sesi 4 “Perempuan Kepala Keluarga: Masalah, Tantangan, dan Solusinya” bersama Nani Zulminarni
Sesi 5 “Perempuan dan Lingkungan: Praktik Baik dan Kiat Produktif #SustainableLiving” bersama Deasi Srihandi
Sesi 9 “Permakultur: Cara Bertanam dengan Mengikuti Alam” bersama Listriana Suherman
Sesi 12 “Bermain yang Tidak Main-main” bersama Farha Ciciek
Sesi 13 “Disabilitas Unggul” bersama Nicky Clara
Sesi 14 “Saya Ibu Rumah Tangga dan Saya Bangga” bersama founder Ibu Profesional, Septi Peni Wulandani
InsyaAllah jika memungkinkan aku akan mencoba menuliskan ulasannya juga nanti. Doakan kuat, supaya lebih banyak yang merasakan manfaatnya ketika rekaman sudah tidak bisa diakses lagi nanti. Hanya, prioritasku untuk sesi yang terbatas dulu, ya. Hehe.
Sebetulnya aku kurang mengerti mengapa ada sesi yang dibuka untuk umum dan ada yang terbatas, padahal kalau sekilas mengintip sama-sama kerennya dengan cara masing-masing. Setiap pemateri berbagi sesuai kapasitasnya. Mereka menceritakan apa yang benar-benar mereka lakukan sehingga tanpa penampilan yang “wah” pun pesannya bisa sampai.
Jadi, apakah acara Konferensi Ibu Pembaharu yang diselenggarakan oleh Ibu Profesional kemarin terlalu padat?
Ya, ya, ya! Padat jadwal, padat isinya juga. Ini adalah konferensi virtual pertama yang kuikuti dalam bahasa Indonesia. Jika sebelumnya (di konferensi berbahasa asing) aku pasrah menyaksikan beberapa tayangan saja, di Konferensi Ibu Pembaharu ini rasanya aku ingin menonton semuanya :”)
Sekalipun ada tema-tema yang aku tidak terlalu tertarik, aku percaya para pengisi acara yang sudah dipilih oleh panitia dari Institut Ibu Profesional bersinar dengan pesonanya yang beraneka warna. Dan aku menyaksikannya, bukan untuk menjadi seperti mereka. Justru agar kutemukan warnaku sendiri yang semoga kelak membuat diriku tersenyum saat memandang lembaran yang sudah lalu.
0 notes
Text
Pendidikan untuk Semua Kalangan
Menurutmu, apa pentingnya pendidikan?
Aku pernah bertekad menempuh pendidikan setinggi mungkin lantaran kesal saat tidak nyambung bicara pada orang lain. Padahal, saat itu aku merasa sudah menggunakan bahasa sesederhana mungkin. Aku tidak ingin menjadi penyebab seorang profesor kesal saat bicara padaku lantaran aku yang tak kunjung mengerti. Namun, apakah itu tujuan dari pendidikan?
Konferensi Ibu Pembaharu sebagai gelaran acara peringatan 1 dekade Ibu Profesional membawaku berkenalan dengan sosok Heni Sri Sundani. Perempuan ini mencitrakan dirinya sederhana. Akan tetapi, pesonanya begitu melekat dalam jiwa. Tak heran, beberapa tahun silam ia berhasil meraih penghargaan Forbes 30 under 30 Asia dan disusul Women Empowerment Awards dua tahun setelahnya.
Melihat gambar dirinya di flyer Konferensi Ibu Pembaharu, aku langsung menduga ada “sesuatu” dengan ibu dua balita ini. Namun, aku tidak menyangka bahwa ia akan mengawali sesi malam itu dengan membagikan cerita kelam dalam pengalaman hidupnya. Menyaksikan ketenangannya berbicara, tampak bahwa sosok ibu pembaharu ini telah berdamai dengan getirnya kepahitan masa lampau dan dengan tegar menggenggamnya sebagai pengobar semangat perubahan.
Perempuan asal Ciamis ini lahir di tengah kondisi keluarga yang memberi banyak alasan untuk ia gagal. Kedua orang tuanya bercerai sejak ia bayi sehingga Heni tumbuh dalam asuhan sang nenek. Selain tidak mampu baca-tulis, sosok yang ia panggil emak itu juga difabel; tak punya jari tangan dan jari kaki. Kondisi yang ia alami sangat-sangat terbatas, tapi mimpinya menjadi guru terus mendorongnya pantang lelah berjuang.
Untuk bersekolah, Heni perlu menempuh jarak 2 jam pulang-pergi saat SD dan dua kali lipatnya saat SMP. Sudah begitu, terkadang gurunya tidak masuk. Itulah sebabnya ia bertekad kelak akan menjadi guru yang tidak menyia-nyiakan semangat muridnya untuk belajar.
Selepas lulus SMK Heni berangkat ke Hongkong sebagai TKI. Namun, diam-diam ia telah menargetkan agar pulang sebagai sarjana. Benar saja, ia pun kembali sebagai sarjana pertama di kampung halamannya. Membaca kutipan dari Bung Hatta, Heni tergerak untuk memperbaiki sesuatu. Ia tidak mempermasalahkan nikah-muda-banyak-anak yang masih saja terjadi di kampungnya, tetapi ia tidak bisa diam menyaksikan rantai kemiskinan kian memanjang dan berulang.
Heni memulai gerakan #anakpetanicerdas di 2011. Langkahnya yang bermodal 3.000 buku yang ia bawa dari Hongkong, membawanya bertemu dengan sosok-sosok kecil dengan kondisi tak jauh berbeda dari masa lalunya, bahkan lebih berat. Ia bertemu dengan sosok Ayu yang saat itu masih kelas 3 SD, tapi sudah harus pontang-panting mengumpulkan biaya. Pernah tujuh hari lamanya Ayu dan adiknya memulung sampah bekas agar dapat membayar biaya LKS. Satu karung penuh dihargai seribu rupiah. Sementara Ayu baru sanggup memenuhi karungnya setelah bekerja seharian sehingga terpaksa bolos sekolah.
Ayu hanyalah satu di antara lebih dari sembilan ribu anak yang memiliki kisah dan mimpinya sendiri yang kemudian tergabung dalam program yang Heni besarkan. Tentunya Heni tidak melakukan semuanya sendiri. Dengan dukungan suami dan juga para relawan dan donatur, kelas yang mulanya diselenggarakan dengan spidol dan kardus bekas sebagai pengganti papan tulis lantaran keterbatasan biaya, bisa diduplikasi di berbagai pelosok Indonesia.
“Kami punya gerakan #sarjanapulangkampung dan #bangunIndonesiadarikampung,” tutur Heni. Para penerima beasiswa yang sudah lulus sarjanalah yang kemudian menjadi penggerak kelas-kelas anak petani cerdas diadakan di kabupaten Bogor, Banjar, Ciamis, Jawa Tengah, Pulau Lombok, dan juga Sumbawa.
Heni percaya dan telah membuktikan sendiri bahwa pendidikan dapat membantu seseorang menjadi mandiri dan mampu meraih impiannya. Bantuan beasiswa yang disalurkan pada para anak didik membantu mereka mengakses pendidikan dengan meringankan ongkos transportasi ke sekolah, misalnya, sehingga mereka bisa belajar dengan sungguh-sungguh. Namun demikian, sekolah tetap perlu disokong dengan keluarga dan masyarakat yang saling bersinergi menciptakan ekosistem yang mendukung.
Anak-anak butuh teladan. Mereka butuh pendampingan belajar, mereka perlu penanaman karakter, serta pengasahan keterampilan sesuai potensi dan minat yang mereka miliki. Di sanalah kemudian #anakpetanicerdas mengambil peran sebagai komunitas, karena sadar tidak semua keluarga memiliki privilege untuk menyediakan sarana dan prasarana yang dibutuhkan.
Mau tidak mau Heni dan tim harus mengakui, untuk memutus rantai kemiskinan, pendidikan anak saja tidak cukup. Gerakan anak petani cerdas pun merambah pada pemberdayaan masyarakat, didukung dengan program bantuan kesehatan dan social emergency. Contoh kegiatannya adalah mengadakan kelas-kelas juga untuk para orang tua, baik dalam rangka memberantas buta huruf maupun menyelaraskan frekuensi pembelajaran.
Salah satu tantangan yang berat adalah ketika ada orang tua yang skeptis terhadap proses pendidikan. Tak jarang orang tua lebih menginginkan anaknya ikut membantu bekerja cari uang daripada menghabiskan waktu belajar. Untuk ini, pendidik memang membutuhkan kesabaran. “Pendidikan itu kan seperti menanam, kita tidak bisa memanen di hari yang sama,” ungkap Heni.
Heni dan tim memetik buah manisnya setelah orang tua percaya melihat perubahan perilaku putra-putrinya yang ikut belajar di kelas-kelas anak petani cerdas. Sekalipun tidak selalu memiliki bangunan khusus untuk proses belajar, kakak-kakak relawan tidak lupa menyelipkan PR yang membuat anak-anak tergerak membantu orang tua di rumah dan bercerita mengenai apa yang mereka peroleh hari itu. Alhasil, para orang tua yang anaknya belum bergabung di kelas pun ikut tertarik dengan gerakan tersebut.
Lagi-lagi terbukti, kebaikan akan menarik kebaikan-kebaikan lainnya. Kini Heni melangkah bersama lembaga-lembaga lain yang sevisi, ribuan donatur, juga relawan dan tenaga profesional dari dalam dan luar negeri. Memang menjadi tantangan tersendiri menyalurkan bantuan agar tepat sasaran. Namun, ketika hal itu terwujud, bukan mustahil tidak hanya satu orang saja yang terbantu, tetapi satu keluarga, atau malah satu generasi.
Jika Heni memiliki moto, “Memberi bukan karena kelebihan, tapi karena tahu rasanya tidak punya apa-apa,” menurutku kita tidak perlu menunggu keduanya untuk mulai berbagi dan melakukan kebaikan. Tak perlu menunggu berlebih, ataupun menunggu tahu rasanya tidak punya. Ialah wujud dari rasa syukur kita akan segala sesuatu yang terjadi dalam hidup kita. Seperti frasa “terima kasih”, kata terima selalu beriringan dengan kasih. Atas limpahan ilmu yang kita kenyam, atas lingkungan yang menjadikan kita hari ini, atas izin merasai segala nikmat yang dikaruniakan oleh Sang Maha.
Mulailah mendidik. Sekalipun dengan gerakan kecil. Sekalipun dari diri kita sendiri.
Terima kasih suguhannya, ibu profesional!
#konferensiibupembaharu#ibuprofesional#1dekadeibuprofesional#henisrisundani#anakpetanicerdas#sarjanapulangkampung#pendidikanformal#pendidikaninformal#trisentrapendidikan#alasanberbagi#berbagi#memberi#bersyukur#forbes30under30
4 notes
·
View notes
Text
Bijak Berstrategi di Era Teknologi
Siapa yang bisa menahan rasa penasaran terhadap sesi Konferensi Ibu Pembaharu bersama salah seorang leader di perusahaan sekelas Google? Kok bisa Perempuan Indonesia menorehkan namanya sebagai Head of Google Play Retail and Payments Activation for Southeast Asia and Australia? Apa kualifikasi yang diperlukan dan bagaimana kesannya menapaki karier yang konon hanya ditawarkan kepada talenta-talenta terbaik dunia?
Sesi siang itu dimoderatori oleh Ara Kusuma, perempuan muda yang tak hanya mencintai sapi dan organisasi, tetapi juga sangat melek teknologi. Tampaknya putri kedua dari founder Ibu Profesional ini memang paling tepat didaulat sebagai teman bicara sang tamu istimewa. Menghadirkan Anna Maria Maurieta, atau dikenal juga dengan nama Anna Soemarmo, panggung Konferensi Ibu Pembaharu lagi-lagi dibanjiri inspirasi.
Berawal dari mindset
Anna baru saja resmi meraih gelar MBA dari University of Illinois Urbana-Champaign 18 Desember silam. Namun, sejak bertahun-tahun sebelumnya ia sudah dipercaya memimpin tim yang terdiri dari lulusan kampus-kampus ternama. Sekalipun kemampuannya sudah diakui, ia tetap ingin mendapatkan pengesahan di belakang namanya. Rupanya, pengalaman menempuh studi sambil tetap bekerja penuh waktu membuat ia kian tertantang untuk mengejar pendidikan lebih tinggi.
Di era digital, pintar dan kerja keras saja tidak cukup. Kesuksesan itu ibarat gunung es, banyak aspek tak tampak yang perlu dilalui sebelum mencapai keberhasilan. Perempuan penjelajah empat negara ini kemudian berbagi soal pentingnya growth mindset dan juga ketekunan (perseverance). Kalau belum bisa ya belajar. "Learning is your superpower," ujarnya.
Dengan growth mindset, kita tidak membatasi kemampuan diri. Kita berani mencoba hal baru, berani belajar dari kesalahan, pantang menyerah, dan terus berkembang menjadi lebih baik seiring latihan.
Anna sendiri mulanya hanya menempuh jurusan komunikasi. Akan tetapi, pekerjaannya membutuhkan ia untuk menguasai bahasa pemrograman. Belajarlah alumna UGM ini secara otodidak di Khan Academy. Profesinya juga menuntut softskill kepemimpinan. Dengan senang hati ia meningkatkan bekal diri dengan "transferable skills" yang penting seperti strategic thinking serta project & stakeholder management melalui kursus dan studi lanjutan.
Pivot framework
Jika kita sudah mengetahui apa yang ingin kita peroleh, ada 4 tahapan yang Anna sarankan yang kemudian ia sebut sebagai pivot framework. Kerangka tersebut digunakan di Google untuk membantu para perempuan menentukan langkah berikutnya supaya bisa terus berkembang. Antara lain:
Plant
Scan
Pilot
Launch
Di tahap plant kita lakukan penilaian dulu, apa saja kekuatan kita? Apa saja yang selama ini berhasil menjadi bahan bakar kita meraih kesuksesan? Hal ini bisa kita refleksikan dari pencapaian sebelumnya atau dari bagaimana orang lain memandang kita. Untuk bidang apa kita diandalkan dan dipercaya oleh orang-orang terdekat kita? “Itu sign bahwa you’re good at that,” ungkap Anna. Refleksikan juga apa yang membuat kita tertarik, ingin kita pelajari, atau dampak apa yang ingin kita hasilkan. Paksakan diri untuk membuat target misalnya yang ingin dikerjakan dalam satu tahun ke depan.
Setelah melakukan refleksi dan penilaian, kita akan tahu di mana posisi kita saat itu. Apakah kita termasuk orang-orang yang inaktif? Proaktif? Reaktif? Atau inovatif? Jika kita inaktif (tidak mencari perubahan, sering ragu-ragu, punya kebiasaan yang tidak sehat) bagaimana caranya supaya menjadi proaktif? Lalu scan, apa yang dilakukan orang lain sehingga mampu mencapai target yang kita inginkan? Tetapi jangan sampai membandingkan diri, cukup ketahui dan jadikan inspirasi. Jika memungkinkan, bertanyalah dan minta diajari oleh orang tersebut. Atau, cari kelas-kelas dan kursus yang bisa membuat kita menambah skill. Kita juga bisa memulai mereka-reka suatu proyek jika kiranya bisa membuat kita belajar dan melangkah lebih dekat menuju target yang ingin diraih.
Ketiga, pilot. Gunakan kemampuan, kekuatan, jejaring yang kita miliki, untuk melaksanakan proyek-proyek kecil sebagai uji coba. Di tahap ini, bayangkan saja kita tidak akan gagal.“Kalau kita tahu kita nggak bakal gagal, kira-kira kita mau ngapain? Itu caranya punya growth mindset,” pesan Anna.
Terakhir, launch. Tetapkan satu hal yang akan kita tekuni dari hasil plant-scan-pilot. Proyek kecil sebagai pendahuluan yang baik akan membantu kita memahami 3E: enjoy, expert, dan expand. Namun, tak perlu menunggu segalanya sempurna. Empat tahapan ini bisa kita jalankan sebagai siklus yang artinya setelah launch pun kita bisa kembali ke tahap sebelumnya. Tentukan batas waktu dan bagaimana kita mengukur sukses dari hal tersebut? Sumber daya apa lagi yang dibutuhkan? Putuskan dan mulai bergerak!
Langkah pertama selalu paling berat
Anna mengakui bahwa memulai perubahan adalah sesuatu yang kerap menimbulkan kegamangan. Banyak sekali yang mungkin timbul di pikiran. Akan tetapi, kita tetap harus melakukannya. Dengan memulailah kita bisa membuka wawasan. Kita bisa mengetahui kesempatan-kesempatan apa saja yang bisa kita peroleh.
Beranilah belajar hal baru, membuat koneksi baru, sebab once you become fearless, life becomes limitless. Kamu akan mendapatkan pengetahuan baru, teman baru, bisnis baru, segala kemungkinan terbuka ketika kita meniadakan rasa takut.
Tidak dimungkiri, setiap orang termasuk Anna juga terkadang mengalami rasa minder atau insecure. Apalagi dengan lingkungan kerja yang memang kompetitif. Banyak orang pintar dan pekerja keras di sekitarnya yang bahkan harus diperintahkan untuk liburan agar tidak terus-menerus bekerja. Jika perasaan tersebut menghampiri, tipsnya adalah fokus pada hal yang bisa kita kontrol. Perilaku kita, cara komunikasi, juga hasil kerja kita terlepas bagaimana pandangan atau persepsi orang lain.
Memiliki mental yang tepat, ketekunan, dan keberanian adalah bekal penting untuk terus tumbuh dan berkarya. Adanya teknologi dan perkembangan era digital tidak seharusnya membuat kita gentar atau merasa tersaingi. Yakinlah bahwa kita bisa bersahabat dengan teknologi dan menaklukkan tantangannya untuk bertransformasi menjadi pribadi yang lebih bermanfaat.
Mari jadikan momentum hari ibu sekaligus 1 dekade Ibu Profesional ini sebagai langkah awal kita melepaskan keraguan dan membuka pintu-pintu peluang tanpa batas!
Tambahan referensi: https://www.linkedin.com/pulse/how-pivot-successfully-my-interview-jenny-blake-connie-wang-steele
#konferensiibupembaharu#perempuandieradigital#ibuprofesional#ibupembaharu#1dekadeibuprofesional#ip4id2122#annasoemarmo#annamariamaurieta#growthmindset#fearless#limitless#pivotframework#konferensivirtual#liputankonferensiibupembaharu#wartawanklip#strategieradigital
37 notes
·
View notes
Text
Kampus Ibu Pembaharu Bertabur Kebaikan
Ada dua tayangan terkait Kampus Ibu Pembaharu sebagai tema pembelajaran kelas Bunda Salihah (angkatan pertama) Institut Ibu Profesional di gelaran Konferensi Ibu Pembaharu. Namanya mirip-mirip, ya? Sama-sama mengandung kata Ibu dan Pembaharu.
Kampus Ibu Pembaharu telah merampungkan masa belajarnya bersamaan dengan 1 dekade Ibu Profesional kemarin. Di rangkaian acara Konferensi Ibu Pembaharu, para perempuan yang bersemangat menghadirkan solusi dari rumah untuk dunia ini mendapat dua sesi live show: Wisuda Bunda Salihah dan juga live show ekshibisi Kampus Ibu Pembaharu.
Berikut adalah tayangan selayang pandang pengenalan kampus yang ditampilkan saat live show maupun di situs ibupembaharu.com
youtube
Selesai dengan diri sendiri
Sebelum mengikuti kegiatan belajar di kampus ini, para mahasiswi perlu menyelesaikan tahapan belajar di kelas Bunda Sayang, Bunda Cekatan, dan Bunda Produktif. Pelajaran mengenai pengasuhan dan pendidikan anak sudah diperoleh di Bunda Sayang. Kiat mengelola keluarga dengan paripurna dilatihkan di Bunda Cekatan. Penemuan jati diri pun tuntas diulik di Bunda Produktif.
Di Bunda Salihah, saatnya para perempuan ini belajar meningkatkan manfaat dari keberadaan dirinya bagi orang-orang terdekat juga lingkungan sekitarnya. Dirinya tidak lagi untuk diri sendiri. Solusi yang telah ia temukan bagi permasalahan dan tantangan yang ia hadapi bisa dibagikan untuk orang lain dengan keresahan yang sama.
Filosofi daun violces
Violces alias African violet adalah nama umum dari Saintpaulia ionantha. Tanaman ini digemari sebagai dekorasi indoor karena daun tebal berbulu halus yang unik dan tentunya bunganya yang cantik. Violces mudah dibudidayakan dengan stek daun. Dengan kondisi cahaya, kelembapan, temperatur, dan perawatan yang tepat, ia akan lekas berkembang menjadi individu baru walau mulanya hanya dari selembar daun saja.
Ibu pembaharu memilih daun ini sebagai simbol semangat. Setiap ibu pembaharu yang mulanya berdiri seorang diri pun, akan mampu berkembang biak membangun kehidupan yang berkelanjutan. Ibu pembaharu sanggup mengokohkan timnya dalam sebuah identitas hingga siap menghasilkan sosok pembaharu lainnya yang tak mudah menyerah meski ditempa masalah.
Dari isu kesehatan sampai visi masa depan
Beberapa perwakilan tim yang telah menempa diri selama 6 bulan di Kampus Ibu Pembaharu membagikan pengalamannya. Antara lain ada MaCan KeKar, Hello Healthy, Temani Indonesia, dan TAFKO.
MaCan KeKar
MaCan KeKar merupakan akronim dari MAma CANtik KEsayangan KeluARga. Isu yang dihadapi adalah komunikasi dalam rumah tangga. Dengan tim yang terdiri dari 4 orang, mbak Laila bergerak perlahan menjawab permasalahan yang kental dan krusial bagi setiap keluarga. Jika sebelumnya ilmu dan tips yang dibagikan berupa sharing dan live streaming, ke depannya MaCan KeKar akan membuat kelas-kelas pembahasan materi.
Hello Healthy
Mbak Ratna dan teman-teman tim Hello Healthy merasa penerapan pola hidup sehat terlalu menantang untuk dijalankan sendiri. Dengan bersama-sama berusaha konsisten, godaan kembali ke gaya hidup lama akan lebih mudah dihempaskan. Perempuan bisa menjaga tubuh tetap sehat tentu lebih banyak potensi manfaat dengan produktivitas dan kelincahan yang akan didapatkan hingga lanjut usia.
Temani Indonesia
Gerakan ini berfokus pada tema cerdas mengelola emosi. Mbak Una, Rusna Meswari, bermimpi ingin menemani Indonesia agar mampu mengenali emosi diri serta cerdas menggunakannya. Dengan tim yang terdiri dari berbagai latar belakang pendidikan dan pengalaman, Temani Indonesia akan menyelenggarakan kelas dan juga pendampingan secara berkala.
Tahfiz For Kids Online atau yang disingkat dengan TAFKO
Mbak Maunah memulai konsentrasinya tentang tahfiz anak bermula dari keresahan pribadi untuk menemukan metode menghafal Quran buat anak-anak yang biasanya begitu menantang bagi kebayakan orang tua. Sulit fokus dan rentang konsentrasi yang pendek adalah contoh masalah yang membuatnya tergerak menciptakan solusi.
Berbekal konsistensi sejak di kelas Bunda Cekatan, ia meneruskan langkahnya menekuni bidang yang serupa hingga lulus Bunda Produktif. Di masa transisi menunggu pembukaan kelas Bunda Salihah, muslimah berkacamata ini membuat TAFKO batch pertama menghafal QS An-Naba yang saat itu diikuti oleh 21 peserta.
Atas permintaan peserta TAFKO pun melanjutkan batch kedua yang kemudian beririsan dengan dimulainya Kampus Ibu Pembaharu. Singkat cerita, TAFKO berhasil merangkul tim yang siap meluaskan manfaat. “Saya membayangkan, di masa depan ketika TAFKO akan membesar, akan banyak banget orang yang mendapatkan manfaat ini. Dan klien kita adalah anak soleh-solehah yang akan menjadi penerus bangsa,” ujar mbak Maunah yang percaya akan pentingnya kedekatan anak terhadap Al-Quran sejak dini.
Masih banyak program-program lain yang dicanangkan oleh para Ibu Pembaharu. Pantas saja sampai perlu dibuat wadah dua tahunan untuk para changemaker mom ini ya! Selepas Konferensi Ibu Pembaharu, akan ada Konferensi Ibu berikutnya di 2023. Penasaran banget kan gimana para ibu ini menghadirkan solusi dari dalam rumah untuk dunia dan menjaga konsistensinya hingga meluaskan dampak?
#ibupembaharu#konferensiibupembaharu#liputankonferensiibupembaharu#wartawanklip#tafko#temaniindonesia#macankekar#hellohealthy#ibuprofesional#1dekadeibuprofesional#kampusibupembaharu#bundasalihah#filosofiviolces
0 notes
Text
Kepoin Xendit, Cara Bayar Belanja di Marketplace KIP
Masih tentang Konferensi Ibu Pembaharu nih. Ada yang bikin daku kepo berat, yaitu tentang marketplace alias tempat belanjanya acara 1 dekade Ibu Profesional. Buat member Ibu Profesional, belanja di KIPMA alias Koperasi Ibu Profesional Mandiri mungkin sudah enggak asing, ya. Sebab sejauh ini masih dilakukan secara manual. Kita tinggal menghubungi PIC alias person in charge atau mengisi borang pemesanan di Google Form.

Kudengar, mbak Laksemi Bania Siregar alias mbak Ami, direktur KIPMA saat ini, ingin berjuang mewujudkan mimpinya membawa KIPMA menjadi pusat perbelanjaan yang tak kalah dari e-commerce tanah air. Tentunya untuk bisa memberikan pelayanan dan pengalaman belanja yang optimal kepada ribuan pelanggan, KIPMA akan butuh bantuan teknologi yang lebih canggih dong, ya. Aku jadi penasaran, apakah Xendit yang akan digandeng sebagai teknologi pembayarannya?
Apa sih Xendit?
Tak disangka tak dinyana, ternyata Xendit sangatlah populer. Bahkan payment gateway alias gerbang pembayaran yang fokus operasinya di Indonesia dan Filipina ini digunakan oleh banyak perusahaan besar. Enggak usah disebutin ya, haha. Di antaranya ada e-commerce dan penyedia tiket transportasi yang populer kita gunakan.
Secara sederhana, Xendit akan membantu lalu lintas transaksi keuangan antara penjual dan pembeli. Sebagai pemilik akun, kita bisa mengirimkan serta menerima pembayaran dengan mudah dari dan ke berbagai bentuk saldo digital.
Misalnya nih, kita hanya punya akun bank X. Sementara calon pembeli kita punyanya bank Y. Ada sih calon pembeli lain yang punya bank X juga, tapi saldonya sedikit. Lebih banyak uang siap transfer dari dompet digital Z. Calon pembeli lain hanya punya uang tunai. Tak masalah, kita bisa menerima pembayaran dari ketiganya tanpa harus ribet. Pemilik uang tunai pun bisa melakukan pembayaran melalui gerai minimarket terdekat yang terhubung dengan sistem Xendit.
Xendit punya izin resmi dari Bank Indonesia sejak 14 November 2019. Dengan izin ini, segala transaksi dapat diproses menggunakan QRIS alias Quick Response Code Indonesian Standard. Dibandingkan transfer langsung dari bank atau dompet digital lain, pembayaran dengan QRIS ini berpotensi lebih menguntungkan terutama untuk penjual.
Bisa dibayar pakai apa saja?
Beberapa partner sistem pembayaran yang dipilih oleh panitia Konferensi Ibu Pembaharu ini tercantum di situsnya, antara lain:
Virtual Accounts / transfer bank: BCA, BNI, BRI, Mandiri, Permata Bank, BSI, Bank Sampoerna, CIMB Niaga
Kartu: Visa, Mastercard, JCB, American Express
Retail / over-the-counter: Alfamart, Alfamidi, Alfaexpress, Indomaret, Dandan, Lawson
Dompet digital: OVO, Dana, LinkAja, ShopeePay
QRIS
Debit langsung: BRI, BCAklikpay, Oneklik
Paylater / kredit: Akulaku, Kredivo

Beda metode pembayaran, beda juga biaya transaksinya. Untuk QRIS biayanya sebesar 0,7% dari total transaksi. Kalau nominal transaksi Rp100.000,00, artinya biaya yang harus dibayarkan ke Xendit adalah 700 rupiah. Terjangkau banget kan?
Di luar biaya untuk transaksi yang berhasil diproses, pengguna tidak akan dikenakan biaya apa-apa lagi.
Canggih dan kekinian!
Wah, canggih dan kekinian banget kan teknologi yang dipakai oleh member Ibu Profesional ini? Enggak heran setelah melampaui 1 dekade Ibu Profesional, komunitas ini punya mimpi untuk berkontribusi lebih banyak untuk Indonesia.
Sayangnya aku tidak benar-benar men-check out belanjaanku di marketplace Konferensi Ibu Pembaharu. Jadinya, aku tidak tahu persisnya seperti apa opsi-opsi yang tersedia saat akan membayar. Akan tetapi, jangan kecewa dulu. Aku sudah menemukan tulisan temanku yang berbagi soal pengalamannya berbelanja di marketplace Konferensi Ibu Pembaharu. Benar-benar semudah itu lo, cara membayarnya. Status pesanannya langsung ter-update pula!
Penasaran banget sih, akankah Koperasi Ibu Profesional Mandiri segera menyusul jadi e-commerce favorit kita semua? Produk udah tambah banyak yang berkualitas nih, cara pembayaran juga udah up-to-date. Kita nantikan saja :D
#konferensiibupembaharu#ibuprofesional#1dekadeibuprofesional#KIPMA#Koperasi Ibu Profesional Mandiri#xendit#qris#marketplace#transaksionline#pembayaran elektronik#ecommerce#ip4id2122#belanja di marketplace#payment gateway
0 notes
Text
Inspirasi Games Live Streaming dari Konferensi Ibu Pembaharu
Live streaming alias siaran langsung menjadi semakin populer sebab interaksi antara pengisi acara dengan penonton bisa lebih terasa “hidup” dibandingkan video rekaman. Selain materi utama, tak jarang kita butuh momen selingan nih supaya penonton bisa tetap melek dan fokus menyimak.
Kali ini ada lima inspirasi games yang kuintip dari perayaan 1 dekade Ibu Profesional dalam rangkaian Konferensi Ibu Pembaharu 18-22 Desember silam. Tentunya ide ini bisa dimodifikasi sesuai keperluan teman-teman:
#1 Kahoot!
Sudah pernah main di situs kahoot.it? Ini adalah salah satu platform kuis populer yang sering digunakan saat Zoom Meeting ataupun sekolah daring. Main pakai Kahoot tentu saja bisa dilakukan saat siaran langsung. Contohnya seperti kuis yang dibawakan oleh tim Sekretariat Nasional Ibu Profesional di panggung Konferensi Ibu Pembaharu kemarin.
Ada 15 pertanyaan yang disiapkan dan bisa dijawab dengan memilih salah satu pilihan; benar atau salah serta pilihan ganda. Peserta akan menjawab kuis dari gawai masing-masing. Di akhir rangkaian kuis, akan ditampilkan 3 peserta dengan skor tertinggi sebagai pemenang.
#2 Tebak Kata
Yang ini adalah permainan saat live show ekshibisi Sejuta Cinta. Ada empat gambar yang mewakili satu kata. Peserta juga diberikan klu berupa jumlah huruf dari kata tersebut dan bahasa yang digunakan. Misalnya, 6 huruf, in English.
Gambar yang ditampilkan saat games live streaming berlangsung di sesi Konferensi Ibu Pembaharu tersebut antara lain: - gambar laki-laki dewasa yang memberikan kado pada anak perempuan, - gambar ibu dan anak yang sama-sama memegang sebuah rangkaian bunga, - gambar laki-laki yang sedang berdiri memegang baju di samping tumpukan kardus, dan - gambar dua orang perempuan yang sama-sama memegang sebuah kaos, dengan salah seorang yang lebih besar membawa kardus dengan logo 3 panah yang saling melingkar.
Jika terlalu susah, kita bisa memberikan klu tambahan, misalnya huruf depannya: G. Ya, jawabannya adalah … GIVING!
#3 Tebak Gambar
Games live streaming berikutnya dari Kampung Komunitas. Mirip dengan tebak gambar saat sesi Institut Ibu Profesional di live show ekshibisi Konferensi Ibu Pembaharu, kita bisa merangkai gambar-gambar yang merupakan klu dari suatu rangkaian kata. Namun, kita bisa membuatnya berkaitan dengan materi utama yang baru disampaikan.
Contohnya, di Kampung Komunitas Ibu Profesional ada Rumah Belajar Literasi. Gambar yang ditampilkan adalah gambar rumah, meja belajar, gelas ukur dengan kapasitas 1 liter, dan juga kumpulan (rasi) bintang.
#4 Game Filosofis
Tempo hari aku sudah sempat menceritakan permainan yang dibawakan oleh RCIP mengenai menghitung jumlah kotak. Di sana, tim Resource Center Ibu Profesional membawakan hikmah mengenai persepsi terhadap suatu fenomena, serta pentingnya data agar tidak asal memproses dan tidak asal bicara.
Ternyata, Sejuta Cinta juga menyuguhkan menu permainan yang mirip. Ada dua soal tebak angka. Yang pertama, berapa 10 dibagi setengah? Kedua, soal cerita. Kakak dapat uang dari eyang Rp100.000,00. Lalu adik minta dibagi setengah. Jadi berapa yang didapatkan adik dan kakak?
Pesan dari salah satu playground Ibu Profesional ini adalah matematika rasional dan matematika sedekah beda. Sesuatu yang kita bagikan akan kembali ke kita walau mungkin tidak dalam bentuk uang, bisa jadi kesehatan atau rezeki lainnya.
#5 Kuis Klasik
Sekretariat Nasional, Institut, Komunitas, RCIP, SCIP sudah disebut. Di KIPMA ada games live streaming apa, ya?
Aha! Ada juga dong kuis klasik berupa pertanyaan dan tantangan untuk para penonton. Misalnya, sebutkan dua dari lima yang sudah dipaparkan dalam materi. Atau, di manakah lokasi yang menyediakan suatu produk? Pertanyaan terbuka tanpa pilihan jawaban juga bisa jadi permainan yang seru sekaligus menguji ingatan dan pemahaman audiens kita.
Itu dia lima inspirasi games live streaming dari Konferensi Ibu Pembaharu. Kreatif-kreatif, ya! Tentunya bisa bikin siaran kita juga semakin seru. Apalagi kalau ada sponsor hadiahnya. Hehehe. Untuk hadiah, bisa juga nih kita adaptasi sistem dari toko-toko dan supermarket, yaitu mengumpulkan poin. Dengan demikian, penonton akan lebih termotivasi untuk mengikuti siaran berikutnya sebelum menukarkan poin dengan hadiah yang kita sediakan.
#konferensiibupembaharu#liputankonferensiibupembaharu#ibuprofesional#1dekadeibuprofesional#rcip#kipma#kampungkomunitas#institutibuprofesional#scip#sejutacinta#idegames#livestreaminggames#gameslivestreaming#ip4id2122
0 notes
Text
Belanja Ide di Booth Ekshibisi Konferensi Ibu Pembaharu
Zaman sekarang, berkarya tidak lagi harus dalam bentuk fisik. Dalam bentuk psikis pun boleh. Eh, salah. Maksudnya dalam bentuk digital. Hehe. Banyak, lo, karya digital yang bisa kita buat dan bermanfaat untuk orang lain. Hemat biaya produksi, tapi tetap berdaya guna tentunya.
Mampir yuk ke booth ekshibisi Konferensi Ibu Pembaharu. Ada banyak booth yang penuh inspirasi siap menyambut kedatangan teman-teman semua sampai 31 Desember 2021. Yuk, buruan meluncur sebelum terlambat!
Untuk sekilas informasi tentang Konferensi Ibu Pembaharu silakan baca di artikel berikut: https://halidew.tumblr.com/post/670921915309981696/siap-siap-menang-banyak-di-konferensi-ibu
Untuk tutorial masuk Lobby-nya, bisa cek di sini: https://halidew.tumblr.com/post/671061834500046848/cara-masuk-lobby-konferensi-ibu-pembaharu
Konferensinya sendiri berlangsung di situs https://konferensiibupembaharu.id
Dua lokasi booth ekshibisi
Setelah masuk ke Lobby gelaran acara 1 dekade Ibu Profesional ini, kita akan disuguhkan tiga pintu. Ada pintu Exhibition Hall, Conference Hall, dan juga SKUI Hall. Conference Hall adalah tempat berlangsungnya materi webinar, workshop, dan talkshow. Sementara dua ruang lainnya adalah tempat booth-booth menarik berada.
Ngomong-ngomong, sedikit ralat ya, hehe. Sebelumnya kukira jumlah tenant yang bisa dikunjungi ada 48, ternyata 45. Lalu, aku lebih sering menyebutnya sebagai stand pameran, ternyata booth. Beda-beda dikit tapi bisa dimengerti lah, ya ….
Berikut adalah daftar booth yang ada di Exhibition Hall: 1. A Home Team, 2. Pandu 45, 3. Board Game Land, 4. Aha! Project, 5. Keluarga Kita, 6. Erau by Rumah Ulin, 7. IFI Dry Food, 8. Disaster Management Dompet Dhuafa, 9. UMKM Perempuan, 10. Lentera Ibu, 11. Permata Hati, 12. Manakana.id, 13. TAFKO, 14. Beautylogic.Academy, 15. Time Warriors, 16. seTjiwa, 17. Temani Indonesia, 18. Alunan Bunda, 19. Rumah Bijak Digital, 20. Sewaktu, 21. DNA Bermain, 22. Bengkel Bunda, serta 23. Daily Fun.
Di SKUI Hall ada booth: 1. Sekretariat Nasional, 2. RCIP, 3. KIPMA, 4. Institut Ibu Profesional, 5. Sejuta Cinta, 6. Kampung Komunitas, 7. IPedia, 8. Saudagar Kipma, 9. Perempuan di Era Digital, 10. Aku Berdaya Aku Berkarya, 11. Saya Ibu Rumah Tangga dan Saya Bangga, 12. Lingkungan yang Berkelanjutan, 13. Ibu dan Anak Bahagia, 14. Narasumber KIP 1, 15. Narasumber KIP 2, 16. KIPMA (Jakarta), 17. KIPMA (Yogyakarta), 18. KIPMA (Pekanbaru), 19. Kampus Ibu Pembaharu, 20. Ibu Inklusif, 21. Bronze & Sister Hood, dan 22. Sisterhood.
Nah, buat bocoran nih, kalau kita sudah login di situs Konferensi Ibu Pembaharu, kita bisa juga mengetikkan langsung di address bar browser untuk langsung masuk booth tersebut. Caranya adalah ketik konferensiibupembaharu.id/tenant/(lokasi)-(nomor booth)/. Untuk lokasi SKUI Hall ketik sh, untuk Exhibition Hall ketik eh untuk menggantikan (lokasi). Sementara nomor booth-nya sesuai dengan nomor yang kutuliskan di atas. Jangan lupa, tambahkan angka 0 untuk nomor booth satuan.
Contoh, ketik:
https://konferensiibupembaharu.id/tenant/sh-06/ untuk berkunjung ke booth Kampung Komunitas
https://konferensiibupembaharu.id/tenant/eh-14/ untuk mengintip booth dari Beautylogic.Academy.
Intip isi di dalam booth
Umumnya, di setiap booth akan ada 1 video perkenalan atau penjelasan mengenai pemilik booth, beberapa poster yang penjelasan, tautan kontak pemilik booth, tautan ke marketplace, dan juga keranjang oleh-oleh digital.
Coba perhatikan baik-baik gambar berikut, ya. Ini adalah salah satu contoh tangkapan layar suasana di booth ekshibisi. Di pojok kanan bawah ada lingkaran oranye yang jika kita klik akan tersambung ke marketplace. Di serong kiri atasnya ada ikon yang mirip dengan logo WhatsApp, ketika kita tekan akan terhubung ke contact person dari booth yang sedang kita kunjungi. Lalu, ada tanda panah untuk bergerak mendekat ke layar. Terakhir, keranjang rotan di sisi kiri, adalah tempat mengunduh oleh-oleh digital.

Sudah berhasil intip? Sudah coba buka oleh-olehnya?
Beragam karya member Ibu Profesional beserta sponsor yang berpartisipasi dalam perayaan 1 dekade Ibu Profesional ini menghiasi booth ekshibisi Konferensi Ibu Pembaharu. Ada aneka ebook, video tutorial, templat printable, artikel-artikel tips, katalog jualan, dan belum tahu ada apa lagi karena aku belum sempat keliling ke semua booth juga, nih. Hahahaha.
Yuk selagi ada waktu kita berangkaaaat. Kumplit banget kan sarana belanja idenya? Mulai dari merancang program keren sampai bikin media kece, bisa lo dilakukan secara digital bahkan oleh ibu rumah tangga dari dalam rumahnya saja. Uh wow! Siap ikut berkarya juga? :)
#konferensiibupembaharu#konferensivirtual#ibuprofesional#1dekadeibuprofesional#booth ekshibisi konferensi ibu pembaharu#jalanjalanvirtual#belanjaide#boothpameran#boothpameranvirtual#pameranvirtual#karyadigital#semestakaryauntukindonesia#ip4id2122#womenincoolaboration
0 notes
Text
Wajib Mampir! Live Show Ekshibisi di Konferensi Ibu Pembaharu
Di era siniar alias podcast merajalela seperti sekarang, kayaknya hampir mustahil ya kita merasa sepi. Sesi masak, beberes rumah, nyetrika, yang biasanya hening dan garing … jadi ramai aja lantaran disambi dengar podcast. Eh, mungkin aku terlalu menggeneralisasi, ya? Hahaha. Itu mah aku aja kali yang enggak punya tipi di rumah :p
Nah, salah satu podcast yang berfaedah banget buat disimak adalah sesi live show ekshibisi di Konferensi Ibu Pembaharu. Untuk bocoran singkat mengenai acara yang diselenggarakan pada peringatan 1 dekade Ibu Profesional ini beserta jadwal ekshibisinya, silakan mampir ke sini dulu. Jangan lupa cek cara masuk lobby https://konferensiibupembaharu.id juga biar enggak tersesat, hehe.
Kenapa live show ekshibisi Konferensi Ibu Pembaharu?
Udah kebayang kan ya betapa kita akan “menang banyak” di acara konferensi ini? Seluruh sesi live show ekshibisi adalah mata acara yang dibuka untuk UMUM. Yes, yang enggak kebagian tiket VIP bisa ikut menyaksikan, yang baru mau bergabung pun boleh.
Hari ini aku mengikuti dua sesi live show ekshibisi Konferensi Ibu Pembaharu. Pagi hari ada sesinya Institut Ibu Profesional dan malamnya Resource Center Ibu Profesional. Keduanya adalah bagian dari komponen penjurusan alias ranah belajar di Ibu Profesional.
Pastinya, dengan mendengarkan pemaparan dari pengisi acara, kita akan mendapatkan gambaran yang lebih lengkap mengenai kegiatan di Ibu Profesional. Namun, buat yang sudah menjadi member Ibu Profesional pun tetap ada hal baru yang bisa didapatkan. Misalnya nih, update informasi dari komponen terkait. Pengisi acara sudah mengemas perkembangan termutakhir nan esensial dalam 40 menit. Jadi dengan menyaksikan siaran sambil lalu saja, kita bisa tahu keseruan apa yang sedang membuat kawan-kawan kita berbinar dalam ruang berkembangnya.
Tak hanya insight dari materi, dari games yang disajikan pun kita bisa memperoleh kesadaran dan hikmah. Contohnya di games tebak gambar dari Institut Ibu Profesional yang melatih kecepatan berpikir dan imajinasi, juga teka-teki dari Resource Center Ibu Profesional mengenai tebak jumlah kotak yang ternyata tak sekadar soal ketelitian.
Bisakah kamu menebak, ada berapa jumlah bentuk kotak di dalam gambar ini?
*ilustrasi hanya contoh, mainan aslinya lebih enggak memusingkan kok, hehe
Ada penonton yang menjawab 16, 24, 29, 30, 39, serta angka lainnya. Padahal, kita sedang melihat gambar yang sama. Mengapa jawaban setiap orang bisa berbeda-beda? Dan berapakah jumlah yang sebenarnya? Hehehe. Cek pembahasannya di show tersebut, ya! Walau sudah selesai, rekamannya masih bisa diakses di situs Konferensi Ibu Pembaharu sampai 31 Desember 2021.
Bertabur hadiah
Games yang baru saja kuceritakan ada hadiahnya, lo! Begitu juga saat kuis sesi live show ekshibisi dari KIPMA kemarin yang kutonton rekamannya sambil iri berat. Pasalnya, hadiah yang dibagikan sungguh berguna buat kehidupan kita. Ada buku antologi, tumbler, beasiswa kelas gratis, sampai paket bumbu dapur. Banyak dan beraneka ragam, deh. Dijamin enggak rugi dan pastinya menang banyak!

Salah satu buku yang dihadiahkan untuk pemenang: antologi Green Stories Around the World, kisah 13 kontributor dari 9 negara tentang hidup ramah lingkungan [sumber gambar: instagram @kimparket]
Sayangnya hadiah yang disiapkan sudah pasti habis diborong oleh penonton siaran langsung. Sejauh ini aku belum menemukan penawaran hadiah untuk penonton rekaman atau siaran tunda, hehe. Jangan khawatir, kita masih bisa koleksi oleh-oleh dari stand ekshibisi yang ada 48 jumlahnya dan masih bisa menantikan sesi live show yang tersisa. Siapa tahu ada rezeki kita di sana :)
Dua sesi lagi untuk live show ekshibisi Konferensi Ibu Pembaharu
Seharusnya ada 3 sesi live show di hari terakhir konferensi. Namun, kelihatannya Institut Ibu Profesional bertukar jadwal dengan salah satu pembicara talkshow.
Untuk Rabu, 22 Desember 2021, akan ada live show dari Kampung Komunitas di jam 10 pagi dan juga komponen Sejuta Cinta di sore harinya, pukul 16.30 WIB jika sesuai jadwal. Jangan sampai ketinggalan ya kalau mengincar doorprize dan giveaway! Hehe. Walau, belum tahu sih akan ada hadiah lagi enggak ya di dua live show tersisa?
Bagaimanapun, mendengarkan sesi santai nan ceria yang disuguhkan dalam live show ekshibisi Konferensi Ibu Pembaharu ini akan tetap menghibur sekaligus menggugah. Memasang telinga untuk suara-suara renyah yang juga penuh semangat ini sungguh enggak ada ruginya. Setidaknya, kita jadi tahu, banyak cara yang bisa dilakukan oleh perempuan untuk tetap membuatnya merasa berdaya dan melahirkan banyak karya.
Dari wanita-wanita bahagia inilah keluarga bahagia diwujudkan. Dengan bangkitnya semangat dari para perempuan ini, berbagai urusan domestik dan tantangan di ranah publik siap dituntaskan.
Yuk, reguk inspirasi bersama di Konferensi Ibu Pembaharu!
Logo Konferensi Ibu Pembaharu dengan warna hijau-kuning sebagai lambang harapan, kasih sayang, harmoni, semangat, ceria, dan optimisme. Bentuk lampu sebagai lambang SOLUSI yang siap dibagikan oleh Ibu Pembaharu. Siluet dua ibu lambang perempuan yang saling membantu. Daun, tepatnya daun violces, yang dapat tumbuh tangguh menjadi individu baru dalam ekosistem yang tepat, Juga 6 garis di bagian bawah, perlambang jumlah isu utama yang diangkat dalam konferensi ini.
#konferensiibupembaharu#1dekadeibuprofesional#ibuprofesional#komunitasibuprofesional#institutibuprofesional#resourcecenteribuprofesional#kipma#inspirasiperempuan#perempuanberdaya#perempuanpembaharu#changemaker#changemakermom#filosofilogo#giveaway#hadiah#liputankonferensiibupembaharu#wartawanklip
0 notes
Text
Cara Masuk Lobby Konferensi Ibu Pembaharu
Hai, hai. Konferensi Ibu Pembaharu sudah berjalan hari ke-3 sejak resmi dibuka nih. Masih ada yang bingung bagaimana cara menikmati acaranya?
Untuk teman-teman yang baru ngeh dan penasaran tentang Konferensi Ibu Pembaharu sebagai acara peringatan 1 dekade Ibu Profesional, baca artikel sebelumnya di sini, ya. Kali ini kita akan langsung membahas teknis meluncur ke lokasi konferensi virtual berbasis situs ini.
Berhubung Konferensi Ibu Pembaharu 2021 diselenggarakan secara daring, tentu saja kita bisa berkunjung ke lokasi acaranya kapan saja dan dari mana saja. Laman https://konferensiibupembaharu.id bisa kita akses dari ponsel, tablet, maupun laptop. Yang penting, harus tersambung internet, ya! Pastikan juga baterai atau daya gawai kita terisi dan layar dalam posisi menyala, hehe.
Masuk Lobby untuk Peserta VIP
Bagi yang sudah memiliki tiket konferensi mungkin akan bisa masuk ke situs dengan lebih mudah. Pasalnya, situs sudah dibuka dua hari sebelumnya yakni tanggal 16 Desember 2021 silam dan password untuk masuk sudah dibagikan oleh panitia melalui email. Panitia juga mengakomodasi para peserta dalam grup WhatsApp jika ada yang mengalami kendala. Kebanyakan memang tidak menemukan emailnya di inbox. Aku sendiri mendapatinya di folder spam, sehingga baru mengakses situs saat di WIB sudah berganti hari lantaran tidak mendapatkan notifikasi otomatis di ponsel.
Sebelum mendarat di Lobby, waktu pertama kali kita berhasil login kita akan diminta mengisi formulir singkat. Di antaranya ada isian nama, asal regional jika terdaftar sebagai member Ibu Profesional, serta beberapa data lain termasuk preferensi tema yang ingin kita ikuti di Konferensi Ibu Pembaharu. Setelah lengkap dan formulir di-submit, barulah kita bisa menikmati suasana lokasi konferensi :)
H-1 pembukaan alias Jumat, 17 Desember 2021 situs sempat down. Aku mencoba mengakses dari berbagai browser dan gawai tak kunjung bisa terhubung. Jangankan masuk ke lobby, terbuka halaman depannya pun tidak. Padahal, saat itu laman Konferensi Ibu Pembaharu belum resmi dibuka untuk peserta umum. Untuk login hanya ada kolom email, password, dan menu lupa password. Akhirnya begitu situs bisa diakses kembali, aku memutuskan untuk masuk melalui dua gawai sekaligus: ponsel dan laptop.
Oh ya, selain tiga menu login tadi sebetulnya ada juga pilihan “Ingat Saya disini”. Sebelumnya, saat pertama kali login aku tidak mencentang kotak di samping pilihan tersebut lalu sempat ter-log out. Di kali berikutnya, aku mencentang kotaknya agar tidak perlu login ulang saat membuka situs. Jika browser tertutup, saat kita ketik kembali situsnya akan muncul opsi langsung menuju Lobby dari halaman depan; tanpa memasukkan email dan password lagi.
Masuk Lobby untuk Peserta Umum
Tiket VIP Konferensi Ibu Pembaharu dibatasi hanya untuk 1000 peserta. Tak heran jika kemudian banyak yang kehabisan. Tenang, tenang … teman-teman masih bisa mengikuti keseruan perayaan 1 dekade Ibu Profesional ini, dong. Sejak 18 Desember 2021 sudah ada menu “Daftar” langsung di situs tersebut. One-stop-venue! Tidak perlu mampir ke situs-situs lainnya.
Pilih “Daftar”

Isi keterangan yang dibutuhkan

Setelah memasukkan nama dan alamat email, kita akan menerima tautan untuk mengatur kata sandi alias password untuk login di situs Konferensi Ibu Pembaharu. Untuk password ini ada ketentuan minimal 12 karakter, disarankan memiliki kombinasi huruf besar-huruf kecil, angka, dan simbol.
Ngomong-ngomong, aku mencoba membuka tautan tersebut dengan browser Firefox. Ternyata ada tawaran untuk membuat kata sandi secara acak dan otomatis yang langsung tersimpan di browser. Haha, menarik juga. Kelihatannya akan sulit untuk dibajak karena kita saja tidak hafal apa passwordnya. Namun, tentu saja kita tetap bisa memasukkan password pilihan kita sendiri.
Selesai! Selanjutnya kita bisa sudah bisa masuk ke Lobby dengan nama dan kata sandi yang sudah kita buat. Jangan lupa centang kotak “Ingat Saya disini” agar tidak perlu login ulang selama belum kita log out dengan sengaja.
Setiap harinya ada 4 jadwal di jam 10.00, 14.00, 16.30, dan 20.00 WIB. Durasi webinar/talkshow/sesi materi biasanya 90 menit, sementara untuk live ekshibisi sekitar 40 menit. Ada banyak doorprize dan giveaway lo selama siaran berlangsung. Pastinya juga lebih seru karena kita bisa berinteraksi dengan pengisi acara ataupun peserta lain di kolom live chat.
InsyaAllah di cerita berikuntya aku akan mengajak teman-teman mampir ke beberapa panggung acara dan juga stand pameran. Nantikan liputan berikutnya, ya!
Oh ya, masih dalam semarak 1 dekade Ibu Profesional, ada juga sayembara video ucapan untuk Ibu Profesional. Pendaftarannya sampai hari ini saja. Kalau teman-teman punya ide ucapan yang unik dan berbeda, coba ikutan yuk … siapa tahu makin menang banyak! Hehe. Langsung kunjungi https://bit.ly/SayembaraUcapanIP <3

#konferensiibupembaharu#1dekadeibuprofesional#ibuprofesional#sayembaravideo#konferensivirtual#doorprize#giveaway#caraloginKIP#login Konferensi Ibu Pembaharu#Lobby Konferensi Ibu Pembaharu
0 notes
Text
Siap-siap Menang Banyak di Konferensi Ibu Pembaharu!
Pernah nggak sih ngerasa hidup kita kok kayaknya begitu-begitu aja? Dari bangun tidur sampai mau tidur lagi, rasanya seperti terjebak dalam rutinitas yang sama. Atau lebih parahnya, keseharian kita sekadar dipakai buat menggugurkan kewajiban. Ya, kewajiban memanfaatkan napas yang masih bisa berembus di kala mentari masih terbit dari Timur. Alamak 😂
Mungkin kamu sepertiku, butuh inspirasi baru. Nah, kabar baiknya, ada acara seruuu niihh mulai 18-22 Desember 2021 yaitu Konferensi Ibu Pembaharu.
Hah? Apaan tuhh konferensi ibu-ibu? Bukannya konferensi kudu saintifik?
Itulah menariknya semangat yang dibawa oleh komunitas perempuan nan istimewa ini. Walaupun namanya Ibu Profesional, untuk gabung ke komunitas ini nggak harus tunggu resmi jadi ibu. Semua perempuan boleh ikut belajar, berkembang, berkarya, berbagi, dan berdampak bersama Ibu Profesional. Walau, paling "ngena" sih kayaknya buat ibu rumah tangga, ya. Yang sering ngerasa useless karena jobless padahal yang dihasilkan dari dalam rumah tuh udah banyak sekali.
Konferensi Ibu Pembaharu diselenggarakan sebagai persembahan 1 dekade Ibu Profesional. Sepuluh tahun mewarnai dunia para ibu dan calon ibu, Ibu Profesional hendak menyuguhkan semesta karya untuk Indonesia, sebagaimana semangat yang di usung mulai awal 2021 ini.
Konferensi Ibu Pembaharu juga merupakan tindak lanjut dari Konferensi Ibu Profesional yang berlangsung di Yogyakarta pada 16-18 Agustus 2019 silam. Di konferensi perempuan pertama se-Indonesia itu, para changemaker mom membuat deklarasi yang salah satunya berkomitmen menyelenggarakan pertemuan akbar setiap dua tahun sekali.
Ya, konferensi ini dari perempuan, oleh perempuan, dan untuk perempuan. Jika kita berkunjung ke situs konferensi ibu pembaharu di https://konferensiibupembaharu.id, bisa kita saksikan ruang pertemuan virtual yang megah siap menyambut para ibu dan calon ibu profesional menimba ilmu bersama. Itu semua, dibuat oleh para ibu, lo! Rancangan acaranya, media gambar dan video yang digunakan, se-mu-a-nya!


Gambar atas: laman awal situs Konferensi Ibu Pembaharu, bawah: lobi konferensi setelah mendaftarkan akun
Mereka yang berkontribusi dalam acara ini, sama seperti perempuan pada umumnya. Ada masanya oleng ketika mengalami transisi menjadi istri dan ibu, sama banyaknya tantangan di ranah publik maupun domestik. Yang membedakan adalah para perempuan di Konferensi Ibu Pembaharu tidak berlama-lama membiarkan dirinya terombang-ambing. Tempaan lingkungan Ibu Profesional meniadakan rasa ketar-ketir dan efek dari kena mental yang mungkin sempat mampir, wkwkwk.
Dalam beberapa hari ke depan insyaAllah aku akan coba bercerita lebih banyak mengenai Konferensi Ibu Pembaharu dan 1 dekade Ibu Profesional. Pasalnya, walau acara hanya berlangsung 5 hari, situs Konferensi Ibu Pembaharu masih akan bisa diakses hingga akhir tahun. Siapa tahu di antara kita atau orang-orang terdekat kita ada yang membutuhkan, lebih baik lekas diinformasikan kan selagi masih ada kesempatan 😁
Walau sebagian acara konferensi hanya bisa diikuti oleh pemilik tiket VIP, ada banyak juga kegiatan yang bisa dinikmati umum, lo! Yuk kita intip dulu jadwalnya di sini:


Nah, enggak kalah ilmiah kan dari konferensi akademis? Ada 14 pembicara dengan 6 isu utama yang diangkat, bahkan ada ekshibisinya dan booth atau stand pameran yang bisa kita kunjungi juga … lengkap dengan suvenirnya!
Wah, siap menang banyak deh di perayaan 1 dekade Ibu Profesional. Dapat inspirasi pasti, dapat ilmu iya, dapat oleh-oleh juga mungkin banget. Nantikan kelanjutan ceritaku, ya, atau langsung saja berkunjung ke situs Konferensi Ibu Pembaharu di tautan yang kusampaikan tadi jika tak sabar menyaksikannya sendiri.
Setelah ini, semoga harimu jadi enggak terasa biasa lagi dan jadi tambah luar biasa! Kalau tertarik gabung ke Ibu Profesional, bisa banget juga "curi start" daftar di Konferensi Ibu Pembaharu ini. Jika biasanya pembukaan foundation sebagai gerbang awal keanggotaan Ibu Profesional diumumkan di website dan media sosial Ibu Profesional, di konferensi ini ada menu pendaftaran foundation yang lebih awal di menu marketplace-nya.
Eh, ada marketplace jugaa? Iyaaa!
Pokoknya konferensi virtual rasa nonvirtual, deh. Bisa ketemu orang, dengar materi, belanja, jalan-jalan, semua serba lengkap disajikan oleh para perempuan ini. Jangan ragu menceburkan diri di kolam inspirasinya dan sampai jumpa di liputan berikutnya!
0 notes
Text
Aliran yang Tak Mengalir
Sejak satu Januari dua ribu dua puluh satu, aku mengikat komitmen bersama Kelas Literasi Ibu Profesional. Nyaris tiap hari tak luput dari memproduksi kata dalam tulisan. Mulai dari mulanya 300, 350, 400. 450, sampai minimal 500 hitung kata perlu kukumpulkan setiap pergantian tanggal di kalender. Kukatakan pada diri, “Ayo kita berlatih konsistensi!” Tak mengapa jika hasil karyaku acak adut dan amburadul. Tak masalah jika kalimat demi kalimat lebih banyak curhat colongan ketimbang ungkapan bernas. Hasilnya? Aku mengumpulkan beberapa penghargaan dari tim ketua kelas yang penuh cinta. Ada badge outstanding, badge excellent, sertifikat penyetor terbanyak ke sekian, sertifikat rata-rata jumlah kata peringkat sekian, dan lebih banyak apresiasi yang tak tampak. Bergaul dengan pecinta baca dan tulis membuatku merasa hidup di lingkungan yang positif. Mereka cinta ilmu dan haus inspirasi karena memang panggilan jiwanya menggelora. Mereka giat berbagi dan berkreasi karena energi yang seakan ditambah terus tanpa nanti. Karyaku mungkin tidak sebanyak karya teman-teman lainnya. Namun, aku senang karena di akhir perjalanan ini aku merasa berhasil mempelajari rasa cukup. Skripsi, sebagai tugas akhir pembelajaran di KLIP (baca: klip biasa aja, enggak usah dieja ka-el-i-pe) akhirnya kutuntaskan dalam dua ratus dua puluh satu kata saja lebihnya dari batas minimal. Itu pun, baru selesai di hari terakhir pengumpulan. Tak papa lah, biar koleksi badge-nya lengkap, hehe. Sekian sepatah dua aliran rasa yang tak mengalir dari salah satu peserta KLIP yang berusaha lulus. Semoga esok selalu lebih baik dari hari ini dan jika berminat ikut serta di kelas penguji nyali ini, silakan cek info lengkapnya di https://www.klip.web.id :) Syaratnya utamanya hanya satu: perempuan. Siap belajar-berkembang-berkarya-berbagi-dan berdampak? Ayo daftar, sebelum ketinggalan!
0 notes
Text
Rem!
Aku ingin menulis tentang REM. Bukan rapid eye movement saat kita tidur lelap, melainkan kata rem yang di-capslock saja karena iseng. Aku ingin mengalirkan perasaanku yang kemarin hampa lantaran tidak lagi punya target setelah beberapa waktu terakhir melaju begitu kencang.
Beberapa waktu terakhir aku merasa terlalu banyak pencapaian. Anggap saja sejak Januari ya, walaupun sebulanan terakhir akselerasinya semakin terasa. Aku sudah membuat komitmen bersama dua orang sahabatku untuk rutin berlatih live streaming di kanal Youtube yang baru kami buat. Selain belajar public speaking, tujuan utama konten kami adalah mengabadikan momen dan cerita selama di perantauan. Kebetulan banyak kesamaan di antara kami yang membuat kami cepat akrab dan melangkah satu ritme. Meski, tentunya ada hal-hal di luar kuasa yang membuat tidak selalu selaras sejalan.
Per hari ini, kanal kami sudah terisi lebih dari 50 video dengan durasi rata-rata 25 menit. Kami juga sudah memiliki akun instagram meskipun baru aku saja yang mengisi kontennya. Dalam produksi konten ini, kami jadi terbiasa pula membuat video teaser, mengoperasikan StreamYard (alat bantu/platform live streaming), merencakanan konten, hingga yang paling terasa dampaknya sejak tiga bulanan berjalan adalah kami sudah terbiasa bicara dengan meminimalisasi kata “mmm, nganu, rrr” dan kata-kata zonk lainnya. Tak kusangka secepat itu!
Di samping kanal kami yang seru itu, aku juga belajar beberapa hal yang relatif baru. Yang paling menggugah ada dua. Pertama Talents Mapping, ini yang lebih seru. Kedua, Master of Training (MoT) dari Resource Center Ibu Profesional. Walau sudah tahu temubakat.com sejak 2019 dan sudah baca buku Talents Mapping akhir 2020 (setelah ditelantarkan sekian lama), aku baru tergerak untuk penasaran lebih jauh di awal tahun ini. Mulanya karena ada sesi NGASO alias ngobrol asik sharing potensi di IP Efrimenia, aku jadi tertarik punya hasil asesmen lengkapnya. Eh, nggak tahunya kecebur sampai dalam sekalian. Sekitar tiga juta rupiah digelontorkan oleh sponsor utamaku (suami) untukku belajar. Mulai dari pelatihan TM Basic untuk jadi santri hingga TM Dynamics untuk jadi praktisi terseritifikasi.
Belajar mengenal diri melalui 14 bakat dominan dari 34 sifat produktif rumusan Abah Rama Royani (yang terinspirasi dari Gallup Cliffton’s Strength) menambah kepingan jawaban dan semangat untuk menemukan tujuan penciptaan. Sejak kuliah aku sudah pernah dilempari isu terkait misi hidup, tapi baru tahun ini ada kesempatan untuk menggali kembali. Terjawablah beberapa dorongan dan pola berulang yang menyebabkanku kerap bersikap begini dan begitu, atau memilih ini itu banyak sekali.
Berhubung pembelajarannya kulakukan dalam tempo kurang dari satu bulan, aku perlu mengejar banyak sekali. Materi-materi belajar berupa video masing-masing berdurasi dua jam kulahap setiap hari sembari meresapi bahan-bahan yang lain. Puncaknya, kegiatan ini sampai membuatku sakit mata akibat kebanyakan menatap gawai, pertama kalinya sepanjang hidup. Hasil belajar kilat ini setidaknya membuat aku mampu mengidentifikasi bakat kuat dari soal latihan yang diberikan dan bisa memulai memberi feedback untuk hasil ST30 orang-orang terdekat.
Dari kubu MoT, pengalaman seru yang kurasakan adalah secara konsisten dua kali per pekan kami menimba ilmu bersama. Tidak hanya belajar materi yang dibutuhkan dalam merancang training, aku juga belajar bekerja sama mengelola manusia yang berbeda-beda karakternya. Latar belakang, kapasitas, motivasinya, serba berbeda sehingga membuat suatu dinamika interaksi yang menarik. Meski belum mulai melangkah kemana-mana, jejak dari pelatihan ini membuatku terdorong untuk menyulap kegiatan menjadi bukan “sekadar”. Walau, kenyataannya sulit sekali untuk diwujudkan dengan constraint waktu, tenaga, kapasitas pikiran, interaksi dengan pihak terkait, dan lain-lain.
Tentu beberapa kegiatan yang kusebutkan ini tidak berjalan sendiri. Semuanya tetap simultan dengan one day one juz yang perlu bertilawah (atau minimal mendengarkan bacaan Quran) satu juz sehari, kelas Halaqah Silsilah Ilmiyyah yang rutin belajar materi audio dan soal ujian nyaris tiap hari, kegiatan di komunitas yang kuikuti, termasuk kelompok pengajian yang kuketuai yang belakangan sempat juga berkolaborasi dengan taklim muslimah kota-kota sebelah. Saking banyaknya sampai malas kurinci, intinya yang sedang mengusikku kali ini adalah kejenuhan berpencapaian terlalu banyak. Sekalipun untuk hal positif, sesuatu yang “terlalu” memang tidak pernah baik, bukan?
Beginilah, saat aku memutuskan untuk mengerem, rasanya ada dua poin yang kupikir merugikan. Pertama, internal dalam diriku sendiri. Seperti ada yang hilang setelah beberapa waktu selalu dalam fase sibuk dan menyempat-nyempatkan agar segala daftar target pekerjaan yang ada bisa diselesaikan dengan standar kualitas minimalku. Aku jadi bingung sendiri apa yang harus dilakukan, meskipun kenyataannya banyak, tapi tidak cukup menarik lantaran tidak langsung kelihatan dampaknya jika kurampungkan. Kedua, interaksi dengan orang sekitarku. Sebab tidak ingin terlalu menonjol, aku jadi ingin menurunkan kualitas, yang kupikir jika aku menempatkan diri sebagai orang lain yang memandangku, itu menyebalkan. Aku tidak bisa bercerita persisnya, hanya saja setiap manusia pasti bisa merasakan perubahan, terutama jika perubahannya ke arah negatif.
Hari ini baru 24 jam kedua dari fase mengeremku. Biasanya aku tidak membutuhkan waktu terlalu lama untuk kembali melejit dan bersemangat. Semoga saja ada produktivitas lain yang bisa kukejar dan menyamankan hati. Bukannya panen apresiasi dalam waktu yang terlalu berdekatan yang membuat segalanya jadi tidak terlalu menarik lagi.
Rem, agar kamu punya jarak yang cukup untuk mengejar dunia. Agar kamu punya alasan untuk melangitkan doa-doa, meningkatkan kualitas dan kuantitas ibadahmu, merapat dan merayu Zat yang Maha agar mau senantiasa membersamaimu, memberikan hidayah, menjagamu, dan memastikan kamu dapat mengikuti segala petunjuk yang Ia beri.
Astaghfirullah. Semoga Allah mengampuni jika aku keliru. BS, 4 Mei 2021
1 note
·
View note
Text
Cerita Fiksi | Anak Berpayung Emas
Suatu ketika ada seorang anak laki-laki yang membawa payung. Payung itu berwarna keemasan, serasi dengan kemeja yang sedang dikenakannya. Ia baru saja menemukan payung cantik itu tiga hari lalu, di sebuah rumah kosong yang sudah lama tak berpenghuni. Pagarnya terbuka lebar, maka pada waktu itu, si anak lelaki terpancing keingintahuannya untuk menjelajah ke dalam.
“Jangan!” dengarnya sayup-sayup saat ia tiba tepat di gerbang pintu. Kakinya yang sudah siap melangkah, terpaksa berhenti sesaat. Ia menoleh ke kiri dan kanan, tidak ada siapa-siapa. “Ah, mungkin maksudnya ‘jangan ragu-ragu’,” gumamnya. Ia pun merapakalkan doa seraya masuk begitu saja.
Dilihatnya setiap sudut ruangan dalam rumah itu bersih, seolah-olah baru saja disapu dan pel tadi pagi. “Aneh, bukankah ini rumah kosong tak berpenghuni?” benaknya. Ia kira, jika rumah sudah lama ditinggalkan, akan banyak debu dan sarang laba-laba terjuntai menghambat jalan. Ya, seperti di film-film atau buku cerita. Nyatanya si anak lelaki ini bisa bernapas dan melenggang lega di dalam rumah yang memang tidak ada barangnya itu.
Dari setiap pintu kamar yang ia buka, ia tidak menemukan apapun selain kehampaan. Cahaya matahari masih dapat menyeruak masuk ke dalam beberapa ruangan yang memang berjendela. Namun, tidak dengan ruang terakhir yang ia jelajahi, tempat si anak lelaki ini menemukan benda panjang yang selintas sedikit berkilau. Ya, payung itu. Benda yang tergeletak begitu saja di tengah ruangan remang-remang yang sempit. Tidak ada benda maupun petunjuk lain di sekitar payung itu. Tulisan? Merek? Sama sekali tidak ada. Anak laki-laki itu berpikir, boleh saja dong ia mengambilnya?
Anak laki-laki itu membawa pulang payung yang ia temukan dari rumah kosong. Sambil jalan, ia mengagumi keindahan benda sepanjang hampir satu meter yang ada di genggamannya. Anehnya, tak seorang pun menegur anak yang berjalan menunduk sambil nyaris tanpa berkedip itu. Sebab, sepanjang jalur yang ia lewati menuju ke rumah, memang tidak ada orang yang berpapasan. Hehe.
Sesampainya di rumah, ia duduk-duduk di teras, enggan langsung masuk. Baru beberapa saat setelah itu ia menyadari apa yang telah dilakukannya. “Hei, bukankah aku mengambil barang yang bukan milikku?” Batinnya mulai bergejolak. Apakah perbuatannya ini bisa dibenarkan?
“Tapi, kan, rumah itu kosong. Pasti payung ini tidak ada yang memiliki.”
“Tapi, rumahnya bersih, siapa tahu payung ini milik orang yang tertinggal?”
“Tapi, jika tertinggal, mengapa payung ini terletak di ruangan yang aneh itu? Kelihatannya kamar di ujung rumah tadi bukan tempat menyimpan payung.”
“Tapi ….”
Di tengah pergolakannya yang semakin rumit, ibu si anak lelaki memanggil dengan setengah berteriak dari dalam rumah, “Sudah pulang? Dari mana saja kamu? Ayo, makan. Ibu sudah membuatkan sup ayam ginseng dengan acar tahu kesukaan mendiang bapakmu.”
Bersambung. Hehehe ….
0 notes
Text
Day 10 - Apa kabar hari ini?
Alhamdulillah, hari ini sebenarnya extend sehari dari deadline yang ditentukan. Tapi entah kenapa masih kekeuh aja nih kususulin setoran challenge 10 hari Ramadan bercerita-nya Pra Komunitas Ibu Profesional Non Asia xD
Hari ini 14 Mei 2020. Sudah masuk 10 hari terakhir Ramadan. Dari kemarin wacana tidur siang gagal total padahal pengin melek ibadah mumpung dari magrib ke fajarnya cuma 6 jam (kurang malah). Eh ditambah hari ini kulupa ada urusan penting yang harusnya dikerjakan. Astaghfirullah. Untungnya belum masuk kuadran mendesak. Itu semua, tak lain dan tak bukan karena aku memprioritaskan susulan setoran ini :”) aneh ya? Hehe. Makanya jangan ditumpuk di akhir :p
Mungkin itu sebabnya ibu PJ mengangkat kembali tema yang persis dengan tema #day2, biar ada evaluasinya kabar saat baru memulai dan saat mencapai garis finish.
Dan perasaanku…
Tuntas.
Ada kesenangan-kesenangan menulis yang bangkit, sekaligus kesadaran ada hal lain yang hilang. Dan itu wajar. Tiap waktu kan kita berusaha menyeimbangkan. Hehe. Yang pasti aku ngga kapok kok berpartisipasi di Challenge. Semoga dampak positifnya selalu lebih besar :)
Yawda gitu dulu ya, hahaha. Mudah-mudahan jarak dari tulisan ini ke tulisan berikutnya tidak sampai membuatmu rindu. Mudah-mudahan juga kita semua dapat memaksimalkan malam-malam terakhir di Ramadan yang penuh rahmat, ampunan, dan pembebasan dari api neraka, serta tentunya meraih keutamaan Lailatul Qadr yang membuat ibadah bernilai lebih panjang dari umur kita.
Salam pis, lof, en gaul
0 notes