Tumgik
#Rumah Tangga Ideal
Text
SALE, WA 0821-2237-8089, Buku Ilmu Rumah Tangga Coach Hafidin
Tumblr media
KLIK https://WA.me/6282122378089, Buku Suami, Buku Suami Isteri, Buku Suami Isteri Paling Bahagia, Buku Suami Sejati, Buku Nikah Suami Istri, Buku Agar Disayang Suami, Buku Menjadi Suami Yang Baik, Buku Harian Suami, Buku Suami Hebat
Suami Qowwam adalah, Suami TERCERAHKAN secara Mental dan Spiritual, sehingga sangat relevan dengan Istri, Seluruh Masalah Keluarga dan Masyarakat.
SPESIFIKASI BARANG: Judul Buku: Serba 4 Menjadi Suami Qowwam Pengarang Buku: Coach Hafidin Harga Buku: Rp. 150.000 Halaman Buku: 168 H Kualitas Buku: JERNIH
No pesanan : @rojali (wa 0821–2237–8089)
Jalumprit, RT.04/RW.01, Waringinkurung, Kec. Waringinkurung, Kabupaten Serang, Banten Kode Pos 42453
Lebih lengkapnya kunjungi juga : https://www.tokopedia.com/samawapublisher
Media Sosial : https://www.instagram.com/coach.hafidin/ https://www.youtube.com/@samawafamilyid https://www.youtube.com/@idingjoss8455
2 notes · View notes
taufikaulia · 7 months
Text
Pernah Gak Terpikir Kenapa Rumah Tangga Itu Dinamain ‘Rumah Tangga’?
Rumah + tangga
Rumah itu berarti setelah menikah kamu dan pasangan ‘punya’ rumah yang kalian pegang kendali penuh di situ. Rumah di sini tak selalu dimaknai rumah fisik, melainkan juga bangunan abstrak bernama keluarga yang terbentuk setelah sahnya pernikahan.
Sedangkan tangga itu berarti tahapan. Bayangkan tangga darurat sebuah gedung pencakar langit. Seperti itulah ‘tangga’ dalam rumah tangga. Harus dilalui selangkan demi selangkah, dan rasanya lebih berat daripada berjalan di bidang datar.
Tangga inilah yang harus dilalui jika ingin rumahmu tumbuh jadi rumah yang besar, aman, dan nyaman.
Ingat, ini rumah tangga, bukan rumah eskalator atau rumah elevator. Gak ada jalan pintas untuk naik dari satu tahapan ke tahapan berikutnya. Setiap anak tangga harus dilalui satu demi satu. Harus ada effort. Harus ‘capek’ seperti naik tangga yang bikin kita ngos-ngosan. Tidak seperti orang naik eskalator yang hanya perlu melangkah satu kali, lalu dalam satu menit kurang lebih sudah sampai di lantai berikutnya.
Jadi apa artinya? Artinya jangan cuma bayangkan bagian enaknya berumah tangga. Sadari pula bahwa begitu detik pertama kamu menikah, peran dan tanggung jawab lebih besar sudah dipikul. Kamu bukan hanya kamu sendiri, tapi kamu adalah penghuni sebuah rumah yang harus terus kamu jaga, rawat, dan terus bangun sampai akhir hayat.
Jangan bayangkan bahwa tangga yang harus dilalui itu hanya yang sifatnya materil saja seperti punya anak, punya kendaraan, punya rumah, menyekolahlan anak, dan punya uang banyal, melainkan juga tangga-tangga kualitas seperti kebahagiaan dan kedewasaan kita yang harus terus naik nilainya.
Semakin lama kamu menikah kamu akan merasa cinta itu semakin abstrak, sedangkan yang kongkrit adalah tanggung jawab. Dan pada akhirnya kita akan jatuh cinta sekali lagi kepada kesungguhan dan tanggung jawab pasangan kita dalam menjalani perannya dengan sebaik-baiknya. Dari sini, keutuhan rumah tangga itu dipertahankan bukan dengan cinta, tapi dengan kesungguhan dalam menjaga tanggung jawab.
Berangkat dari kesadaran ini saya menyadari bahwa sangat mungkin rumah tangga ini kelak akan dihadapkan pada situasi-situasi yang tidak ideal. Karena itu, ikhtiar paling logis yang bisa saya lakukan untuk menjaga keutuhan rumah tangga ini adalah dengan mengisi peran saya sebagai suami, kepala keluarga, dan ayah sebaik-baiknya.
Meski kadang rasanya lelah juga, sering patah juga, tapi menyempurnakan ikhtiar dalam mengisi peran setidaknya akan memperkecil probabilitas datangnya penyesalan di kemudian hari.
@taufikaulia
392 notes · View notes
nonaabuabu · 4 months
Text
Pulang
Aku memutuskan pulang ke rumah, di pelosok yang akses apapun susah. Hidup layaknya orang desa yang bergantung kepada hasil tani.
Dulu saat aku pertama kali pulang dari rantau, tahun 2018, aku masih 23 tahun, baru lulus, emosi nggak stabil dan masih butuh validasi sosial bahwa aku sarjana yang bisa mengubah hidup keluarga.
Sekarang saat aku melakukannya ketiga kali, aku sudah belajar banyak soal pilihan hidup, soal jalan manapun yang kita tempuh adalah baik, selama prosesnya kita tidak mengkhianati hal-hal fundamental dalam hidup. Aku juga sudah tidak memiliki lingkungan yang ingin aku beri kesan, aku tahu apa yang kuinginkan.
Bila harus jujur apa rasanya lebih baik di rumah, tergantung kau mau dengar dari sisi mana. Jika dari akses senang-senang, aneka makanan yang menyenangkan dan tempat estetik, tentu tidak. Aku yang menerapkan lebih banyak mengonsumsi protein dan intermediate fasting setengah tahun belakangan, sekarang kembali ke porsi tiga kali sehari dan kadang hanya pakai sayur daun ubi rebus pakai sambal terasi.
Tapi jika kau bicara tentang kenyamanan lain, aku lupa kapan aku tidur senyenyak sekarang meski udara malam di desaku dinginnya tak bersahabat. Aku terbangun tidak lagi dengan perasaan kosong. Jam 10 malam aku sudah terlelap, pukul 5 aku sudah bangun dengan perasaan yang baik. Aku memasak, aku membereskan rumah, menyiapkan kebutuhan adikku sekolah, kebutuhan ayahku ke sawah, mencuci dan pekerjaan rumah lainnya. Dan aku merasa lebih baik.
Setiap hari aku menemukan satu hal baru untuk aku kerjakan. Selama ini keluargaku di rumah hanya bertiga, ayah, abang dan adek lelakiku. Jadi kalian bisa bayangkan seberapa banyak sudut rumah yang berdebu, perabotan yang sudah lama tidak dibersihkan.
Meski ini bukan pertama kali aku di rumah dan mengurus ketiga lelaki ini, rasanya ini masa di mana aku melakukannya dengan perasaan yang lebih ringan dan menyenangkan. Mungkin, mungkin saja aku sudah sesiap itu jadi ibu rumah tangga yang baik, hehehe.
Tetangga masih saja ada mengeluarkan kata yang tidak menyenangkan, tapi sekarang aku tahu cara membuat mereka paham tanpa harus bersusah payah bersikap menyebalkan untuk membungkam mereka. Toh pada akhirnya mereka juga mampu membuka diri, bahwa hidup ini tak selalu seperti orang lain dan hidup secara ideal sebagaimana perempuan berpendidikan dari desa dengan usia 29 tahun.
Di rumah aku tetap ke sawah, tetap ke kebun, tetap mengerjakan pekerjaan rumah dan tetap menulis. Dibandingkan dengan saat bekerja kepada orang lain, aku merasa masa ini aku mampu menggunakan waktuku sebaik mungkin. Perbedaannya, jika dulu aku bekerja demi memenuhi perut sekarang aku melakukannya dengan sukarela.
Mungkin terlalu dini mengatakan ini sebagai rasa betah dan nyaman, mengingat aku baru dua minggu di rumah. Entah nanti bagaimana, tapi di tempat yang jauh dari hiruk pikuk dunia ini, aku sudah menemukan jalan yang kuinginkan sebagai diri sendiri.
Pedalaman Negeri, 02 Juni 2024
83 notes · View notes
andromedanisa · 7 months
Text
Mana yang lebih baik??
Tulisan ini muncul kembali, sebagai kegusaran tentang membandingkan satu sama lain mana yang lebih baik.
Disatu sisi seorang ibu rumah tangga menulis bahwa tempat terbaik seorang wanita adalah rumahnya. Rumah tempat dimana seharusnya seorang perempuan terjaga, dan menjaga dirinya dengan baik tanpa harus berlelah-lelah mencari sesuatu yang bukan menjadi fitrahnya untuk mencari nafkah.
Disisi yang lain ada seorang ibu yang juga harus bekerja diluar rumah untuk memenuhi kebutuhan keluarganya. Dari pagi hingga malam berjibaku dengan urusan pekerjaan yang harus ia selesaikan sebagai seorang karyawan.
Jadi mana yang lebih baik??
Kurasa impian semua wanita adalah tetap berada dirumahnya. Mendapat perlindungan dengan nyaman dari suaminya, tercukupi semua kebutuhannya baik dari sisi fisik maupun mentalnya. Terjaga dengan baik dan bahagia layaknya seorang ratu yang memang sudah sepatutnya berada di singgasananya.
Kurasa impian seorang wanita dan jika mau bertanya pada hati kecilnya adalah berdiam diri berada dirumahnya. Sebab sekuat-kuatnya seorang wanita, fitrah mereka tetaplah dirumahnya. Karena hal itu lebih terjaga kehormatannya, lebih mulia kedudukannya.
Namun sekali lagi, setiap wanita memiliki takdir yang tak pernah sama bagi satu sama lain. Jalan yang berbeda, keputusan yang berbeda, rasa sakit yang berbeda, penderitaan yang tak pernah sama. Maka tak adil rasanya bila memandang kecil peran mereka yang berupaya dirumahnya.
Begitupun sebaliknya, mereka yang dirumahnya juga telah banyak merelakan yang mungkin menjadi ambisi dan impiannya. Maka keduanya tak ada yang boleh membandingkan. Sebab keduanya tak pernah sama, dan tak ada yang tahu mana yang lebih baik diantara keduanya.
Bukan soal wanita itu taat tidak taat sama agama. Tapi memang kan tidak semua kondisi wanita sama. Tidak semua wanita dalam kondisi ideal dan berkecukupan serta terpenuhi kebutuhannya.
Jika dalam hidup kita, telah berada dirumah dengan baik, terjaga serta terpenuhi semuanya. Maka perbanyaklah rasa syukur sebab tak semua wanita berada dalam kondisi demikian. Mendoakan terbaik untuk mereka yang sedang dalam kondisi yang sedang tidak seberuntung kita pada hari ini. Semoga Allaah tolong dan kuatkan.
Jika dalam hidup kita, masih berupaya bekerja sebab ada tanggungan yang harus kita cukupi. Maka perbanyaklah doa meminta pertolongan Allaah agar ditolong dalam setiap keadaan sesulit apapun. Dan mendoakan terbaik juga kepada mereka yang tetap berada dirumahnya meski mungkin kita tak pernah tahu kesulitan dibalik ketaatan mereka untuk berkhidmat dirumah.
Jangan bermudah-mudahan menuduh seseorang tak taat ya hanya karena ia bekerja. Jangan pula bermudah-mudahan menuduh orang yang dirumah hanya menjadi beban untuk suaminya. Keduanya memiliki ujian dan kesulitannya yang berbeda. Keduanya memiliki kebahagiaan dan cara berbahagia yang tak pernah sama.
Kamu, seorang wanita yang memiliki sejuta impian. Jalani saja peranmu dengan sebaik-baik taqwa. Sebab yang membedakan satu sama lainnya adalah ketaqwaan dan rasa takutnya kepada Allaah.
Jangan berkecil hati bila saat ini mungkin peranmu masih kecil, masih sering diabaikan, masih sering tidak dianggap. Jangan berkecil hati bila mungkin pada hari ini kamu belum jua menikah, jangan berkecil hati bila mungkin hari ini kamu belum jua sampai pada impianmu. Karena memang semua orang sedang berjalan pada jalan takdirnya masing-masing. Dan mereka akan sampai jika memang sudah waktunya untuk sampai.
هَٰذَا مِن فَضْلِ رَبِّى لِيَبْلُوَنِىٓ ءَأَشْكُرُ أَمْ أَكْفُرُ.
if something is destined for you, never in million years it will be for somebody else.
Dan memang benar dunia ini konsepnya memang begitu. Sesuatu yang memang takdirmu akan mengikutimu sekeras apapun kamu melepasnya. Begitu sebaliknya, jika memang bukan takdirmu tidak akan menjadi milikmu sekeras apapun kamu berupaya mendapatkannya. Semoga Allah beri keberkahan yang lebih meluas dan dilipat gandakan berkali-kali untuk kita semua..
56 notes · View notes
fahmarosyada · 1 year
Text
Ternyata, laki-laki baik yang sudah Allah setting hatinya untuk menerima segala kekurangan yang ada padaku, itu memang ada. Di saat aku sudah sangat pasrah ketika menyampaikan apa adanya terkait kondisi kesehatanku, sudah sangat siap menerima apapun respon yang akan diberikan.. Ternyata dengan mudahnya ia beserta keluarganya menerima kondisiku, bahkan menganggapnya sebagai "sakit yang ringan".. Alhamdulillah, masya Allah tabarakallah. Dalam hati aku bergumam, "Oh ternyata begini ya rasanya, diterima dengan tangan terbuka". Bahagia, terharu, speechless, bercampur jadi satu. Alhamdulillah tsumma alhamdulillah..
Ya Allah, yaa Rabb.. Alhamdulillah, terima kasih sudah mendatangkan seseorang yang baik menurut-Mu dan ternyata menjadi jawaban dari seluruh do'aku.. Seseorang yang hari ini menjabat tangan bapakku, sembari mengucapkan janji suci yang menggetarkan Arsy-Mu.. Dear Allah, terima kasih atas segala anugerah dan karunia dari-Mu..
Masfal, terima kasih sudah bersedia untuk maju datang ke keluargaku, dan juga bersedia untuk menerima segala kekurangan yang ada padaku, menanggung kehidupan dunia dan akhiratku.. Hari itu, aku sangat terharu dengan kata-kata yang kau ucapkan ketika khitbah, begini kurang lebih yang aku ingat: "Mohon do'anya dari Abi dan Umi, serta do'a dari Bapak Sigit dan Ibu Nita.. Semoga al-Faqir bisa mengarungi bahtera rumah tangga, dan menjaga ananda sebagai amanah selama-lamanya".
Masfal, mas harus tahu satu hal ini, yang nantinya akan ku ceritakan detailnya padamu. Jauh hari sebelum datangnya hari ini, selepas khitbah, ada banyak hal yang terjadi. Banyak peristiwa yang ternyata sarat akan hikmah, sehingga menyadarkanku akan banyak hal, termasuk tentang bagaimana definisi dari menerima seutuhnya. Untuk diriku yang perfeksionis ini, ternyata tidak semudah itu untuk menerima kekurangan yang ada, bahkan masih saja terus mencari hal atau situasi yang ideal, yang seharusnya terjadi. Yang ternyata, memang tidak harus selalu begitu. Justru dengan adanya kekurangan itu, menjadikan kita mampu untuk mensyukuri hal yang lain, yang ternyata jauh lebih besar dan berharga dari kekurangan yang terlihat oleh mata. Tentang ini, akan ku sampaikan padamu, tentang rasa syukurku dalam setiap fase yang ku jalani sebelum datangnya hari bahagia kita hari ini.
Masfal, terima kasih sudah hadir sebagai warna baru dalam hidupku. Warna baru yang nantinya akan selalu mewarnai diriku, dengan segala yang ada padamu. Meskipun aku belum mengenalmu lebih dalam, namun rasa sayangku kepadamu dan segenap keluargamu kian merekah, membuncah seiring dengan rasa syukurku yang rasanya semakin ke sini, semakin tiada habisnya.
Masfal, aku sangat bersyukur karena Allah mempertemukan kita di saat menurut Allah, aku sudah siap untuk memulai perjalanan baru ini. Sekali lagi terima kasih ya mas, sudah hadir dalam hidupku untuk menjadi partner ku belajar, bertumbuh, dan berproses sampai akhir nanti.
Hamba Allah yang bersyukur, Atina Fahma Rosyada.
Yogyakarta, 16 September 2023. 17.50
62 notes · View notes
juliarpratiwi · 7 months
Text
Prophetic Parenting
Suatu waktu ketika saya masih menjadi mahasiswi yang kalau baru dapet ilmu baru tuh pengennya dibahas terus, berasa paling tahu, berasa paling paham ketika diskusi tuh hahaha. Apalagi kalau tentang psikologi perkembangan anak yang belajarnya tentang dasar teori dari tokoh-tokoh yang membahas individu secara kognitifnya, secara behavioristicnya, secara psikoseksualnya, secara psikososialnya dll. Beuh berasa banyak plan nanti kalau jadi ibu mau ini mau itu. Lalu mulai lah fomo follow-follow praktisi parenting yang kece-kece.
Satu waktu saya follow seorang ibu, iya seorang ibu biasa yang masyaAllah beliau keren lah pengasuhan dan pendidikan anak pra sekolahnya tuh. Saya jadi ngeh dengan teori yang saya pelajari di kelas, oh prakteknya tuh kaya ibu ini toh. Istilah psikologinya adalah pengasuhan montessori.
Kemudian setelah beberapa lama belajar dari apa yang beliau bagikan di media sosialnya. Saya kaget dengan postingan baru dari beliau yang menyatakan "selamat tinggal pada montessori", lalu saya tertegun dengan alasan dibaliknya. ⬇
Tumblr media
Lalu saya teringat dengan perkataan salah satu dosen favorit saya.
"Mungkin sekarang kamu akan banyak menemukan teori-teori dengan berbagai value. Tapi nanti setelah kamu lulus dari sini, genggam dan tebarkanlah pengetahuan yang kamu punya yang sejalan dengan value dirimu."
Dan menurut saya value diri ini, harus sejalan dengan value agama.
Maka, sejak hari itu saya pun seolah diajak untuk berbenah. Saya diajak untuk lebih hati-hati ketika menebarkan apa yang saya pelajari. Tidak ada teori yang paling relevan dengan diri manusia selain teori yang bersumber pada panduan Kitabullah dan As-Sunnah. Tidak ada rumah tangga, pendidikan anak dan keluarga yang paling ideal untuk dijadikan teladan selain apa yang dijelaskan dalam al-Quran dan hadits.
Saya bersyukur, Allah mempertemukan saya dengan postingan beliau yang mana bisa menjadi wasilah saya belajar dan jalan hidayah untuk saya kembali, kembali mengembalikan segala perkara pada perspektif agama termasuk psikologi dan pengasuhan.
Semoga Allah menjaga beliau dan membalasnya dengan banyak kebaikan.
26 notes · View notes
ismahaha · 4 months
Text
Kita Usahakan Rumah Itu
Tema berat, karena membahas keluarga ideal, yang aku sendiri agak takut membahaskannya di publik. Tapi, kita bicara umum. Baik, kita lanjut.
Ideal bagi beberapa orang tentunya punya banyak pendapat dan pandangannya masing-masing. Kalau kita di Islam, ya tentu menjadi keluarga yang Sakinah, Mawaddah, Warahmah. Dengan pengupayaan masing-masing, dan dengan caranya masing-masing antara suami, istri, anak.
Bicara keluarga ideal, bismillah. Semoga apa-apa yang tertulis tidak menjadikan pembaca sebagai pembaca bodoh 'halu aja', tapi 'aamiin' yang tulus.
Aku yang pernah men-cap diri sebagai orang yang tak mau menikah, dan alumni dari orang yang tidak pernah memikirkan perkara rumah tangga, juga pernah membayangkan, betapa indahnya sepasang kasih tinggal dalam satu rumah yang siap menjalani bahteri rumah tangga baru dan ibadah sepanjang masa.
Entah itu membayangkan visual isi rumah, bagaimana patuhnya menjadi istri yang siap menyambut suaminya pulang kerja, saling menjadi pendengar yang baik, dan pembelajar yang baik pula. Berproses menjadi lebih baik, menonton TV bersama, menikmati hidangan perdana yang dimasukkan istri yang baru belajar dengan rasa yang agak anu, adu argumen setelahnya saling minta maaf, dan banyak hal.
Sedikit membuat hati terasa lebih luwes, dan ikhlas. Bahwa kita harus menyadari semua bisa dicapai, dengan rido Allah kalau memang kita bisa mempersiapkannya dengan baik.
Iman yang bisa menjaga.
Hubungan baik dengan Allah yang bisa memperluas sabar kita.
Bahwa, mewujudkan keluarga ideal rupanya bukan cuma soal ingin seperti apa dan bagaimana, tapi bagaimana keteguhan iman dua sepasang ini menjaga rumah tangganya dalam kesucian.
Sudahlah, aku tak bicara banyak. Semoga apa yang kita usahakan, terus melibatkan Allah. Dan kalau kita memang mengusahakan rumah itu, kita perlu juga mengusahakan bagaimana sepantasnya kita untuk mencapai tujuan itu.
Sehat-sehat, panjang umur. Aamiin.
#tautannarablog7
#day24
7 notes · View notes
yonarida · 4 months
Text
5 Pos Keuangan
oleh: Bp. Tonny Hermawan Adikarjo Perbedaan antara orang kaya dan orang miskin, bukan saja tergantung dari uang yang mereka peroleh. Banyak orang yang punya penghasilan besar dan jatuh miskin karena mereka tidak bisa menata uang yang mereka miliki/ memiliki gaya hidup yang berlebihan. Biaya hidup itu murah, tetapi gaya hidup itu mahal dan tidak terbatas. Bagaimana cara menata uang? Ada 5 pos keuangan: 1. Pos needs/ kebutuhan Biaya yang harus kita keluarkan untuk kebutuhan sehari-hari. - biaya belanja untuk makan sehari2, biaya pakaian, biaya kebutuhan rumah tangga (keperluan kamar mandi, dapur), biaya kosmetik, listrik, air, transportasi, biaya jajan anak, iuran kebersihan, perbaikan kendaraan, dan biaya-biaya rutin lain 2. Pos wants / keinginan Biaya untuk memenuhi keinginan kecil kita. Kalau pun tidak terpenuhi, tidak masalah. Kita bisa menunda keinginan kecil itu. contoh: ingin beli barang elektronik yang tidak terlalu dibutuhkan: handphone keluaran terbaru; makan diluar, beli barang bermerk (tas, sepatu, pakaian), mempercantik rumah, rekreasi, perhiasan, hobi, berlanggnan tv kabel, memberi hutang (note: jika kita ingin meminjamkan uang, maka gunakan uang dari post want, bukan pos need kita). 3. Post debts / bayar utang (kalo punya) Ada 2 jenis utang: - utang baik: utang digunakan untuk keperluan usaha. - utang buruk: utang yang sifatnya konsumtif Utang adalah habit. Jangan biasakan. Yang tidak biasa, tidak akan nyaman jika punya utang, walau jumlahnya sedikit. 4. Pos savings/ tabungan Pos dana berjaga-jaga. Pos tabungan masa depan, dana berjaga-jaga jika ada sesuatu yang tidak kita inginkan. Dana pendidikan anak. Dana pensiun. 5. Pos investments / investasi Contoh instrumen investasi: deposito, obligasi, properti, emas batangan, valuta asing. Investasi ada 2 jenis, - Aset nyata: tanah, rumah, ruko, apartemen, logam mulia, barang koleksi - Aset keuangan (berupa bukti kepemilikan), biasanya dalam bentuk kertas. 1) Money market/ pasar uang: instrumen investasi yang punya jangka waktu maksimal kurang dr 1 tahun (wesel, sertifikat deposito, SBI, dll). 2) Capital market/ pasar modal: instrumen investasi yang punya jangka waktu lebih dr 1 tahun. contoh: obligasi, saham, reksadana Konsep ideal dalam penggunaan income. Persenan dari income masuk. Pos need: 50% Pos want: 10% Pos debt: 30% Pos saving: 10% Pos invest: - *misal masih butuh post debt, maka tidak perlu dana untuk investasi Jika tidak ada post debt Pos need: 50% Pos want: 15% Pos debt: - Pos saving: 15% Post Invest: 20% Catatan: Banyak orang tidak kaya karena ingin terlihat kaya. Menjadi kaya itu penting, terlihat kaya itu tidak penting. Ref: https://www.youtube.com/watch?v=jVt3WJdBxQg
7 notes · View notes
coretan-sn · 8 months
Text
Rumah Impian
Tempat pulang yang paling nyaman untuk berlindung adalah impian setiap orang.
Tempat rehat seorang Ayah yang pulang larut demi makanan dan pendidikan buah hatinya. Tempat ibu menyiapkan dan menjaga segala keperluan keluarga dengan tenang. Tempat anak-anak mengadu problematikanya di sekolah. Tempat yang selalu menjadi perioritas menabung kala perantau ingin mudik Lebaran.
Rumah yang tak perlu mewah, tapi berkah atas ridho-Nya, lantunan Al-quran putra putri menjadi tameng dalam keluarga. Iman mereka menjadi tiang yang sangat kokoh.
Tidak ada orang kertiga dalam rumah tangga
Tidak berisik dengan campur tangan mertua dan ipar.
Laki-laki yang paham tentang menjaga dan mendidik istrinya, menempatkan posisi ketika menjadi anak, ayah, atau suami. Kepemimpinan yang tegas namun juga lembut tanpa umpatan atau pukulan.
Di dalamnya pun juga ada perempuan yang tangguh, yang tenang ketika menjadi tempat berteduh anak-anaknya, crewetnya tidak berlebihan, nasehatnya di rindukan. Perempuan anggun yang tidak tergiur untuk membicarakan tetangga. Mendukung suaminya dengan sepenuhnya.
Masyaa Allah, membayangkan saja sudah sangat membahagiakan. Sebuah rumah yang di rindukan dan di harapkan dari seorang anak pemilik latar belakang pernah retak, yang di hatinya selalu mendamba bisa mendapatkan rumah ideal.
Ia kini sudah dewasa dan bersiap menjadi rumah itu. Meskipun dalam hatinya masih bertanya-tanya “memang bisa”. Berbagai percobaan ia lakukan untuk berdamai, namun juga pasrah jika nantinya hanya sebatas mimpi. Berupaya memupuk semangat untuk mengejarnya dan tetap menyakini setiap rumah tidaklah sempurna.
Dari getinya rasa percaya, pada setiap ketakutan tentang masa lalu yang hadir silih berganti. Tapi keyakinan tentang rumah impian itu, keluarga yang nyaman itu, dengan izin-Nya akan tergapai bersama do’a-do’a yang terus berulang. Semoga Saling menjaga, saling menguatkan dalam iman, dan saling menasehati dalam kebajikan
Maukah kamu mewujudkan rumah impiannya?
14 notes · View notes
lembayungsenja · 1 year
Text
Strong Communication with Family's Spouse and Spouse before Marriage
Weekend ini memutuskan untuk tidak kemana-mana, *memang biasanya begitu sih. Lebih suka aktivitas di dalam ruangan (a.k.a. kamar kost). Berkutat dengan hal apapun yang bisa dikerjakan. Mengumpulkan energi agar lebih siap menghadapi apapu sepekan ke depan, halah lebay wkwk. Gak juga sih, sebenarnya ada ajakan untuk keluar, tapi aku memilih untuk tidak mengiyakan, karena beberapa hari lalu diinfo ada kesempatan buat join beberapa sesi Diorama (Dialog Menuju Rumah Tangga) dari Career Class weekend ini. Jadi lebih memilih untuk join kelas, hitung2 investasi leher ke atas hehe
Hari minggu pagi ini membahas mengenai Strong Communication with Family's Spouse and Spouse before Marriage, berat banget yak judulnya. Ternyata narasumbernya adalah dr. Ida, yang waktu Diorama bulan Maret-April 2023 lalu mengisi sesi tentang bagaimana supaya Bertemu Masalah, Tak Menjadi Masalah. Beberapa hal yang aku catat selama sesi itu berlangsung adalah sebagai berikut:
Sebelum memasuki fase pernikahan, ada banyak sekali pertimbangan yang harus dipikirkan. Kita ini hidup sebagai manusia itu memiliki banyak fungsi peran, misalnya sebagai perempuan, ada peran sebagai istri, menantu, wanita karir, anggota masyakat, bagian dari komunitas misalnya, dan lain-lain. Hal ini tentu tidak mudah, karena tidak mungkin hanya punya satu peran saja. Untuk itu perlu didiskusikan. Bila perlu lakukan validasi. Menghadapi hal tersebut, kita juga sebaiknya jangan terlalu ideal. Jadikan itu semua sebagai preferensi dan bekal bagaimana dalam mengantisipasi kemungkinan-kemungkinan jika suatu saat nanti terjadi gesekan dalam suatu hubungan, bukan malah takut.
Literasi menjadi penting. Apapun masalahnya, kalau kita punya kedewasaan, maka kita bisa menerima konflik itu.
Kedua, ternyata, seringnya, kita ini tidak terbiasa melihat sesuatu dari berbagai sudut pandang. Kita hanya melihat satu perspektif, perspektif yang lain tidak dilihat. Untuk itu, mulai dari sekarang, belajarlah mulai untuk melihat sesuatu itu dari berbagai macam perspektif. Dalam hal sudah memiliki pasangan, belajarlah melihat sesuatu dari perspektif pasangan, mengingat pasangan dibesarkan dari cara didik yang berbeda.
Perihal tidak terjadi kesamaan persepsi dengan orang tua, misalnya, kembali lagi kita harus belajar untuk memahami persepsi orang lain. Orang lain pasti punya alasan tersendiri di baliknya. Apapun yang dilakukan orang tua pasti maksudnya baik (meskipun kadang menurut kita tidak baik). Tidak ada orang tua yang ingin anaknya tidak bahagia. Kita perlu pahami kapasitas berpikir mereka. Pahami bahwa mereka mempunyai literasi yang berbeda, punya pengalaman hidup yang berbeda. Ketika dihadapkan pada perbedaan persepsi/pendapat, tidak ada pilihan lain kecuali berkompromi. Banyak sekali preferensi yang dapat mempengaruhi suatu POV.
Ketiga, jika suatu ketika menghadapi masalah dalam berelasi, fokuslah pada solusi, bukan pada permasalahan. Berkesadaranlah untuk tidak mempertajam masalah dan fokus pada solusi. Bila perlu, adakan/sampaikan kesepakatan kecil sebelum diskusi, semacam berkontrak dulu, sehingga tujuan dari diskusi menjadi jelas dan bisa tercapai.
Ada beberapa strategi ketika sedang berkonflik, avoid, alter, adapt, dan accept. Apapun itu konflik dalam rumah tangga, visi misi harus selaras. Berumah tangga adalah ibadah, sebagai bentuk penghambaan kita pada Allah. Jadi apapun masalahnya, kalau tujuan hidup kita adalah untuk ibadah, seberat apapun konflik yang muncul, maka kita akan selalu dapat melihat sisi jernihnya. Rumah tangga bukanlah tujuan, akan tetapi sebuah perjalanan pengabdian kepada Allah. Ketika ada hal-hal yang tidak sesuai dengan harapan, yakinlah bahwa ini adalah bagian dari ibadah dan jihad, dengan begitu kita akan lebih bisa berkompromi dengan hati kita.
Ingatlah bahwa pada dasarnya tidak ada rumah tangga yang steril dari masalah, artinya semua memiliki masalah. Tapi kabar baiknya adalah dengan adanya masalah maka kita akan makin terampil untuk mengelola masalah sebagai pembelajaran. Kita perlu sadar bahwa masing-masing adalah individu yang berbeda dan tidak perlu dipaksakan untuk menjadi sama.
Berikutnya, menjadi perlu untuk berkesadaran bahwa kita tidak bisa membuat semua hal sesuai dengan kondisi kita. Kita tidak punya kewajiban untuk mengubah apapun, tapi kita bisa menyampaikan persepsi. Buatlah boundaries agar kita tidak masuk ke dalam bagian dari masalah orang lain, tetap respect, tetap menghormati, tapi tidak perlu sampai terlibat.
Banyak sekali hal di luar kendali kita. Namun terhadap hal-hal tersebut kita bisa mengkompromikannya. Hidup itu seni, semua berproses, tidak ada yang benar-benar sesuai ekspektasi kita. Yang bisa kita lakukan adalah berpikir alternatifnya, tetap dikomunikasikan, dan kompromi. Menjadi penting bagi kita untuk mengantisipasi ketidakpastian, sedemikian sehingga ketika ketidakpastian itu terjadi, kita sudah siap. Mau sesempurna apapun kita mengusahakan, potensi konflik akan tetap ada.
Terakhir, ubahlah apa yang bisa diubah, terimalah yang tidak bisa diubah. Tidak ada yang steril dari masalah. Jangan takut dengan masalah karena kita akan semakin terampil mengelola masalah seiring dengan bertambahnya pengalaman atau preferensi.
Demikianlah hal yang berhasil kucatat, sekian~
Terimakasih Tim CC
23 Juli 2023
13 notes · View notes
bukurumahtanggabahagia · 11 months
Text
Tumblr media
TERPERCAYA, WA 0821-2237-8089, Menjadi Suami Qowwam
KLIK https://WA.me/6282122378089, Ebook Suami Sejati, Qowwam, Suami Qowwam, Buku Rumah Tangga, Buku Rumah Tangga Bahagia, Buku Rumah Tangga Islam, Buku Untuk Belajar Rumah Tangga, Buku Ilmu Rumah Tangga, Serba 4 Menjadi Suami Qowwam
Deskripsi Buku 
🎯 Apa sih keuntungan yang anda membaca dari buku ini? 
Pelajari cara membangun hubungan harmonis dan kuat dengan istri Anda.
Temukan keseimbangan antara kebutuhan biologis, psikologis, dan spiritual dalam nafkah.
Jadilah suami yang mampu membimbing keluarga menuju visi besar.
Tingkatkan kualitas pendidikan anak Anda untuk menciptakan generasi gemilang.
📖 Tentang Penulis
Coach Hafidin, S. Ag, ahli motivasi dan konsultan keluarga.
Ingin menjadi suami yang tangguh dan bijaksana dalam keluarga? Temukan rahasia suksesnya dalam buku "Serba 4 menjadi Suami Qowwam" karya Coach Hafidin, S. Ag!
Wujudkan keluarga bahagia impianmu! 🌟
SPESIFIKASI BARANG:
Judul Buku: Serba 4 Menjadi Suami Qowwam
Pengarang Buku: Coach Hafidin
Harga Buku: Rp. 150.000
Halaman Buku: 168 H
Kualitas Buku: JERNIH
No pesanan : @rojali (wa 0821–2237–8089)
Jalumprit, RT.04/RW.01,
Waringinkurung,
Kec. Waringinkurung,
Kabupaten Serang, Banten
Kode Pos 42453
Lebih lengkapnya kunjungi juga : 
https://www.tokopedia.com/samawapublisher
Media Sosial :
0 notes
aisndry · 4 months
Text
Keluarga Ideal
Ketika ditanya "Kamu ingin seperti apa untuk mencapai keluarga yg Ideal"?
Aku bingung karena blm mengalaminya. Aku sering terpikir dan melihat orang-orang di sekelilingku termasuk juga dalam Film-Film tuk melihat "Apa itu arti Keluarga". Film yg terkenal salah satunya adalah Keluarga Cemara. Banyak hikmah yg diambil dari Film tsb yg menceritakan sosok ayah, ibu dan anak-anak.
Aku pun terpikat dengan ceramah yang diberikan Ustadz Adi Hidayat saat di Padang, dari situ ku celetuk dengan teman, "Enak ya punya Suami seperti Ustadz Adi". Terus kawan pun membalas, "Kamu lihat dulu gimana sosok Istrinya". Seketika pun ku tertegun. "Apa ku bisa mendapatkan yg seperti itu?" dalam diamku.
Aku mulai berkaca dan merenung. Aku harus berubah menjadi lebih baik!!! Aku ga tau Keluarga yg dikatakan Sakinah, Mawaddah dan Warahmah. Namun, ku yakin setiap insan kita adalah pembelajar. Mulai dari diri sendiri dulu, upgrade diri baik ruhiyah maupun jasadiyah.
Aku ingin keluarga ku seperti keluarga Rasulullah Saw, Fatimah dan Ali, Salahuddin Al Ayyubi, yang memiliki tujuan untuk menegakkan Islam dan memberi kebermanfaatan. Aku yakin Allah telah menakdirkan manusia berpasang-pasangan Laki-laki dan perempuan untuk berdampingan menyempurnakan separuh agama. Allah akan memberikan pasangan tersebut pada waktu dan tempat yang tepat ketika diri ini telah siap. Ketika diri pun siap, maka keluarga yang diberikan pun akan baik karena masing-masing kita telah belajar mempersiapkan diri. Anak yg baik, pintar, maupun keberuntungan lainnya itu adalah hadiah dari Allah. Sedangkan kerikil rumah tangga adalah ujian dari Allah agar dapat saling mengisi keterbatasan dan mendewasakan dalam berkeluarga. Keluarga yg ideal tidak selalu ideal karena kesempurnaan hanya milik Allah. Keluarga baik Suami, istri dan anak-anak harus memahami perannya masing-masing dan saling mendukung satu sama lain dalam mencapai keharmonisan yang Sakinah, Mawaddah dan Warahmah.
3 notes · View notes
babblingpipit · 1 year
Text
Micromanage
Tahun ini umur w 30, pernikahan pun akan mencapai lima tahun Desember nanti. Gile bener. Kalo diitung dari pertama kali sama-sama Adit tuh udah enam tahun lebih ya :’) Aku beneran nulis di tumblr ini dari awal bucin-bucinnya sampe sekarang (masih) bucin juga. 
I grew up. A lot. In this last five years. 
Udah melalui tahap hubungan yang awalnya semua manis, melihat dia kayak ga ada kurangnya, sampe kemudian keliatan aslinya yang ternyata berbeda 180 derajat di banyak banget hal. Terus sekarang udah ikhlas dan menerima semua baik buruknya (aamin). Selain itu aku juga suka berkaca kelebihan dan kekurangan diri, bagian mana yang kompatibel dan bagian mana yang Adit mungkin harus banyak-banyak sabar. 
Yang aku sadari, sejak lama sebenarnya, tapi kepikiran lagi karena abis baca artikel ini: https://www.economist.com/1843/2021/08/10/the-perfectionism-trap, bahwa emang aku ada tendensi perfeksionis. Dan seringnya ga cuma ke diri sendiri, tapi menuntut orang-orang sekitar untuk bertindak sesuai idealnya aku. Hal ini bikin aku kadang suka micromanage rumah tangga kami :”) 
Misalnya nih, dulu Ramadan aku tuh harus rawatib, harus tamat 30 juz. Terus aku juga inginnya Adit ikut standar aku. Padahal ibadahnya jujur jadi banyak yang ga mindful karena “kejar target”. Astagfirullahaladzim. 
Di banyak hal di hidup aku, aku inginnya selalu ideal. Kerjaan jangan ditanya. Bahkan di hal-hal simpel kayak rutinitas sehari-hari pun banyak yang aku micromanage, ingin hasil sesempurna mungkin dengan effort seminimal mungkin. Segala hal kayaknya ada nilainya. Nyebelin banget ya.
Berevolusi dengan Adit yang chill membuat aku mencoba pelan-pelan untuk melepaskan semua standar sempurna itu. Kalo emang lagi sama-sama sibuk, gapapa kok cucian piring numpuk, nanti aja dikerjainnya weekend bareng-bareng. Semisal energi seharian udah abis dan ngantuk banget, gapapa kok skip tarawih semalem. Kebetulan disini bukanya udah diatas jam 7 malem. Kadang abis makan malem tuh suka ngantuk banget ga kuat. Sekarang udah belajar memaklumi diri sendiri kalo gapapa semuanya ga ideal, asalkan itu adalah pengecualian, bukan excuse yang bisa tiap hari dilontarkan.
Selamat menjalankan ibadah di bulan Ramadan ini ya teman-teman, semoga kita semua mendapat berkah dan hikmah yang berlimpah <3 
34 notes · View notes
fadiladeen · 5 months
Text
Semoga tahun ini dengan cara terbaikNya.
Aku tak bisa menebak dengan siapa, namun aku pasrahkan semuanya pada Allah. Allah yang lebih tahu yang terbaik.
Hari ini aku sedikit bingung, karena M mengomentari postingan orang yang kukagumi. Apakah dia sudah tahu? Apalagi dengan singgungan seorang teman kalau M mengejar orang yang sama. Tapi siapa? Aku?
Jujur saja sebagai seorang wanita, pada akhirnya aku akan jatuh cinta pada orang yang benar benar memperjuangkanku, pada orang yang berani melafazkan janji sucinya di hadapan Allah.
Apalah artinya jika cinta tapi tak kunjung menghalalkan. Sama saja bohong. Padahal aku sudah bicarakan semuanya pada orang tuaku, mereka siap membantu dan meringankan jika ada yang serius menikahiku.
Entah aku tak terlalu paham alur pikiran laki-laki, mau berjuang sampai kapan lagi. Aku tahu laki-laki butuh pembuktian diri, tapi bukankah sudah cukup, mau ideal seperti apa?
Toh aku terlahir dari keluarga yang sederhana, tidak menuntut apapun jika ternyata kekurangan. Asal mau bertanggung jawab menjadi pemimpin, In Syaa Allah aku siap.
Soal kesiapan?
Mau siap sampai kapan?
Memang iya kita sama-sama tahu kalau dunia pernikahan itu berbagai macam ujiannya. Tapi bukankah kita sudah banyak belajar tentang itu, kita juga sudah melalui berbagai ujian kan? Meski tak sebesar ujian rumah tangga tapi setidaknya kita bisa melihat kematangan diri kita ketika menghadapi ujian.
Nikah itu berat, tapi lebih berat lagi ketika perasaan mesti ditahan, pandangan mesti diistigfari tiap saat, ibadah juga tidak fokus, hati gak tenang. Mau sampai kapan?
Semoga setelah melabuh, tak ada lagi pikiran lain, selain bersama mengejar cintaNya. Bismillah...
2 notes · View notes
kalembut · 6 months
Text
Apa emang seribet ituu...??
Akhir² ini banyak beut di suguhi dengan keluhan² orang terdekat bahkan orang² di instagram, atau sosmed yang lain,, tentang stres nya mamah² muda.....
Mereka banyak menangis karena mengurusi bayi kecilnya,, berat badan yang tak lagi ideal,, segala cita² dan harapan yang harus di undurkan,, rumah yang berantakan,,, omongan tetangga dan komentar orang lain dari kiri kanan....
Plus yang udah nikah tapi belum punya anak,,, stresnya juga dari omongan kiri kanan,, masalah penghasilan,, keadaan rumah tangga yang tak seindah banyangan di masa gadisnya.... Akhirnya asek posting status galau....
Jadi yang enak itu sebenarnya apa sih... ?? Melajang terus dan tinggal dengan ortu saja...?? Stressnya kan cuman pertanyaan kapan nikah.. Tak sebanyak yang kejadian di atas.... Emang gitu yaa...???
Pasti itu enggak berlalu secara general kan...??? Kan setiap tahap perkembangan itu ada tugas²nya.... Jadi pastikan kita harus berbekal... Bekal ilmu, fisik, mental....
Niih ilmunya udah pada dapet... Kira² aku nanti bakalan mengeluarkan keluhan serupa enggk yaa...??
Ya Allah bersamailah karina dengan seorang yang juga memadai bekal ilmunya... Supaya kebersamaan itu memampukan hamba untuk bersyukur atas pasangan dan keluarga yang engkau anugerahkan...
Kira² nanti aku jadi seorang yang pandai enggak yaa dalam bersyukur....?? Karena selama ini selalu tak melanjutkan proses dengan seseorang,, hanya karena pertanyaan "kira² jika bersamanya,, aku sanggup mematuhi dia enggak yaa?? Kira² dengan segala kehidupan dan karakternya,, aku mampu enggak yaa bersyukur dengannya...?? "
Pun,, "lemah lembut, tegas, mampu menimang tingkah randomku, tidak mudah marah, dan penghasilannya halal" Keknya mampu² aja untuk bersyukur ya kann...
Aku sungguh takut aku akan mengeluh....
Aku sungguh takut, saat aku tak pandai mensyukuri pasanganku...
Ya Allah,, mampukan karinaaa... 🥺🥺🥺
Tolong bersamai langkah kaki ini... 🥺😭
2 notes · View notes
juliarpratiwi · 9 months
Text
Nasehat Mama: Harga Diri Seorang Laki-laki
Saya ingat ketika saya SMP saya pernah bertengkar dengan Ami. Lalu saya tidak sengaja dan tanpa sadar saya menimpali amarah Ami dengan mengatakan "Iya lah kumaha maneh we", dengan nada bicara yang lebih tinggi dari biasanya. Mendengar hal itu Ami marah besar lalu mengatakan hal yang lebih kasar. Saya menangis, sakit hati dengan ucapan dan nada bicara Ami. Karena itu pertama kalinya Ami berkata begitu. Mendengar kami yang bertengkar, Mama datang melerai, saya diminta masuk kamar, begitu juga Ami.
Di dalam kamar saya dinasehati
"Neng, Mama tahu mungkin Neng marah sama Ami. Tapi, tidak benar kalau Neng memanggil Ami dengan sebutan "maneh", selain karena kasar. Kata-kata dan nada bicara Neng tadi melukai harga diri Ami sebagai kakak laki-laki."
Setelah ditenangkan dan banyak dinasehati, ada salah satu nasehat yang saya kenang.
"Ami adalah pengganti bapak. Kalau misal nanti bapak lebih dulu meninggal, maka Ami yang akan mengambil tanggung jawab atas Neng, menjadi wali, menikahkan Neng. Berat tanggung jawab Ami sebagai kakak laki-laki, dunia dan akhirat. Jadi Neng harus bantu. Kalau Ami memang salah, kan bisa bilang baik-baik. Jangan! Jangan terbiasa meninggikan suara, apalagi kalau sama Mama, sama Bapak. Nanti Neng juga berumah tangga, Mama titip jangan sampai meninggikan suara ke suami. Bahaya."
Ketika dewasa, nasehat itu benar adanya. Relevan dengan hal-hal yang kerap saya jumpai disekitar saya.
Saya bersyukur, pernah dicontohkan berlainan. Pasti, rumah tangga Mama dan Bapak bukanlah yang paling ideal, tapi menjaga harga diri suami, menjaga wibawa seorang ayah. Itulah yang sering dicontohkan oleh Mama. Setidak kondusif apapun keadaan rumah tangganya, tapi Mama senantiasa menempatkan Bapak sebagai seorang pemimpin di rumah ini, dan kami diajarkan bagaimana bersikap sebagai seorang makmum.
*Ma, semoga apa yang Mama contohkan menjadi kebaikan yang terus bertambah kebaikannya. Ma, semoga bakti, taat dan kebaikan yang mama lakukan kepada bapak menjadi pahala yang mengantarkanmu ke Surga Allah.
Ma, aku bersyukur sekali. Mungkin dalam ukuran waktu Mama tidak bisa lama menemani, tapi Alhamdulillah atas izin-Nya setiap momen dan hari-hari yang dilalui justru menjadi pengingat yang abadi.
Mama memang telah tiada, tapi aku telah dididik dengan baik oleh Mama. Semoga kebaikan ini juga menjadi pemberat timbangan amal baik Mama kelak ya Ma!
Dalam kenang dan rindu, 21:29 WIB
11 notes · View notes