Tumgik
#Salim A Fillah
kafabillahisyahida · 10 months
Text
Inti kekayaan di dunia itu adalah hati dan rasa bukan materi dan angka. Kebutuhan akan Hidayah lebih urgent daripada kebutuhan duniawi dan materi karena ketika seseorang mendapat Hidayah maka dia akan bertakwa dan ketika seseorang bertakwa maka dia akan mendapatkan solusi dan rezeki sebagaimana yang termaktub dalam Quran Surat at-talaq ayat 2 dan 3
(Ustadz Nuzul Dzikri Hafidzahullah)
87 notes · View notes
penaalmujahidah · 2 months
Text
Series Agar Bidadari Cemburu Padamu
Judul : Allah Sayang Padaku
Speaker: Ust Salim A Fillah
Resume by : @penaalmujahidah
Bahasa kali ini agak santai ya manteman, sebenernya pembahasannya cukup panjang, tapi di sini saya akan berbagi sedikit saja dr apa yg sudah dipaparkan oleh Ust Salim A. Fillah.
Perlu kita pahami bahwa predikat kebaikan itu Allah sematkan kepada laki-laki dan perempuan. Jadi jangan ngerasa bahwa yg berhak baik itu laki2 doang, atau perempuan doang. Engga gitu ya konsepnya. Nah, kalo misal di antara kita masih ada yg suka insecure thd fisiknya, ngerasa gak putihlah, gak tinggi lah, jelek lah. Inget2 lagi yuk. Allah tuh udah menciptakan manusia dg bentuk yg paling baik. Nih ayatnya di
QS At-Tin : 4
لَقَدْ خَلَقْنَا الْاِنْسَانَ فِىْۤ اَحْسَنِ تَقْوِيْمٍۖ
sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya.
Dan itulah bentuk dan proporsi terbaik buat kita dibandingkan dg makhluk Allah yg lain.
Allah itu udah ngasih kita hal yg sangat jelas. Manusia mungkin masih punya pandangan rasis, yg putih itu good looking lah, yg hitam itu jeleklah, tapi itu tuh karena manusia belum merasakan secara real bahwa dlm segala hal ada keindahan.
Cantik itu relatif kan? Bisa jadi lho kita pergi ke Turki terus liat perempuan2 di sana itu cantik2. Ya hari pertama kedua ketiga masih Cantik keliatannya. Tp lama2 misalnya di hari ke delapan kita bisa membedakan bahwa ternyata ada juga yg biasa aja, gak cantik. Kaya kalo ke Sudan misalnya, kita liat di hari pertama kedua dan ketiga keliatan jelek2, tp pas hari kesembilan ternyata ada juga yg keliatan cantik, item manis gitu. Hhe.
So, jangan pernah merasa insecure dengan cantik atau enggakmya kita. Karena bisa jadi ada orang yg dianggap cantik banyak orang, tp tidak bagi seseorang. Begitupun sebaliknya.
Jangan insecure juga soal fisik. Karena fisik itu sifatnya cuma sementara sekali.
Justru insecure-lah kalo akhlak kita kurang baik, kalo kita kurang bersyukur.
Jangan insecure soal harta. Karena belum tentu yg banyak harta juga bisa nikmatin apa yg dia miliki.
Rezeki itu apa yg kita nikmati, bukan yg kita miliki. Meskipun misalnya di rekening banyak uang, kalo gak kepake semua ya itu cuma jadi sesuatu yang mampir doang. Malah bisa jadi kepakenya sama orang lain. Kalo kata Rasulullah Saw, rezeki itu apa2 yg dimakan sampe habis, apa2 yg dipake sampe usang.
Misal nih ya, ada orang yang penghasilannya 300 jt perbulan, tp Allah batasi rezekinya. Makan manis gak boleh karena diabetes, makan asin gak boleh karena hipertensi, makan ini itu gak boleh karena punya penyakit. Nah, sampe sini kebayang kan? Jadi rezeki itu soal rasa, tidak bisa diukur dg jumlah, atau dg berapa yang ada di deposito. Rezeki itu hak pakai, bukan hak milik. Apa yg kita pakai itulah rizki yg bisa kita nikmati. Kalo kita bersyukur, Allah tambah lagi nikmatnya. Bukan jumlahnya.
Seandainya kita mau bertafakur atas makanan yg kita makan, kita akan merasa kaya. Betapa ulama Zaman dulu itu kalo makan pake roti, garam, dan minyak, mereka itu bilang gini "Roti ini dari kebun gandum di Negeri Yaman, garam dari tambang garam di pedalam Marq, di satu tempat di Asia Tengah, minyak zaitun dari Negeri Syam, Baitul Maqdis, betapa seluruh dunia telah dihimpun ke dalam piringku, betapa kayanya aku." Maa syaa Allah.
Padahal makannya cuma pake roti, garam, sama minyak. Ya kalo dikita tarolah kaya makan pake nasi, kecap, kerupuk. Tp begitulah, kalo mampu bertafakur sejenak atas makanan itu, rasanya akan luar biasa sekali.
Oke, next tentang ujian. Allah menguji kita buat apa sih? Yes, biar Allah tau siapa di antara kita yg paling baik amalnya. Ayatnya ada di QS. Al Mulk ayat 2
ٱلَّذِىْ خَلَقَ الْمَوْتَ وَالْحَيٰوةَ لِيَبْلُوَكُمْ اَيُّكُمْ اَحْسَنُ عَمَلًاۗوَهُوَ الْعَزِيْزُ الْغَفُوْرُۙ
Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun,
Hidup ini emang kompetisi, perlombaan. Tapi bukan dg orang lain lho. Lah terus dg siapa? Diri kita sendiri.
Target kita itu bukan untuk menjadi Lebih baik dr pada orang lain. Tp utk menjadi lebih baik dr diri kita yg kemarin. Iya kan? Capek soalnya kalo mengukur segalanya dr standar orang lain.
Padahal setiap orang punya modal berbeda, karuni yg berbeda, nah makanya level ujiannya juga beda. Level prestasinya juga beda, dan hal ini GAK BISA dibanding2kan dg yg lain.
Misal gini, ada orang kaya yg sedekah 10 juta dan orang miskin cuma seribu, ya jelas dong secara jumlah beda banget ya. Tapi bisa jadi dlm hitungan Allah malah yg miskin itu yg punya nilai lebih.
Hitungan Allah tuh detail banget, manteman. dan itu sifatnya personal. Masing2 kita tuh punya raport yang gak bisa dijuarakan 1 2 3 dalam satu kelas.
Oke, sekarang soal prestasi nih ya. Apalagi soal prestasi dunia. Udah itu mah gak usah dipikirkan. Gak usah overthinking pas tau kenyataan bahwa kita ma gak kaya orang2 yg dlm usia muda udah bisa finansial freedom misalnya. Yang penting itu, kita berkarya dg karya terbaik sesuai potensi yg ada dlm diri kita.
Kalo kata ust Salim, Jadilah orang dg keunggulan kompetitif, bukan komparatif, bukan membandingkan dg orang lain. Tapi unggul dg potensi yg kita miliki.
Kita sebenernya gak perlu melihat orang lain untuk bersyukur, cukup melihat diri sendiri aja udah banyak yg harus disyukuri.
Kita memiliki cerita tersendiri yg akan kita pertanggungjawabkan di hadapan Allah swt.
Apa yg kita miliki adalah takdir Allah, dan kita diizinkan berikhtiar dlm takdir itu. Karena ikhtiar kita pun termasuk takdir Allah.
Yakinlah kalo kita minta dg jujur kpd Allh, berikhtiar di jalan yang diridhai Allah, Allah akan menghadirkan apa pun yg kita minta itu di saat yang tepat dg cara yang paling indah. Ya kalo jodoh misalnya, ya berarti dg sosok yg paling cocok dg kita.
Sekian resume dari saya. Maaf kalo bahasanya terlalu santai. Hehe
Semoga bermanfaat. ✨
5 notes · View notes
chillinaris · 1 year
Text
Tumblr media
"Jika kau merasa wangi, periksa ikhlasmu, mungkin itu asap dari amal shalihmu yang HANGUS DIBAKAR RIYA'."
~ Salim A Fillah
15 notes · View notes
martinamuliadewi · 4 months
Text
Barangkali, sesuatu ditunda karena hendak disempurnakan. Dibatalkan karena hendak diganti yang utama. Ditolak karena dinanti yang lebih baik. - Salim A Fillah
14 Februari 2024 🌻 @martinamuliadewi
0 notes
viliyancerita · 1 year
Text
Bismillah..
Happy monday every one✨
Awali hari berdzikir pagi♥️
Viviaf.
Tumblr media
1 note · View note
asqinajah · 2 years
Text
Tumblr media
seberapa lapang kah hatimu.? :’)
25 notes · View notes
fauzanhilmiaziz · 1 year
Text
Barokah
Ia adalah kata magis lagi ajaib.
Dengannya apa yang sedikit dirasa banyak,
Dengannya apa yg kurang dirasa cukup.
Tanpanya,
Apa yg banyak terasa sedikit,
Apa yg berlebih terasa kurang.
Maka kita akan menemukan mereka yg berada dalam 'kenikmatan' -dalam tanda kutip-, mengeluh tentang hidupnya.
Mereka yang berada dalam 'kekurangan' -lagi lagi dalam tanda kutip- tersenyum lebar menikmati hidupnya.
Apa gerangan yg buat hal ini terjadi?
Boleh jadi mengeluhnya mereka yang berada dalam kenikmatan karena,
Barokah (keberkahan)
telah dicabut dari mereka.
Mereka yg menikmati hidupnya yg penuh 'kekurangan' justru ada berkah di dalamnya.
Bisa jadi juga sebaliknya.
Maka carilah keberkahan dalam setiap hal,
Ketika bekerja, carilah keberkahannya.
Kala menikah, keberkahannya yg dituju
Ketika belajar, mintalah keberkahan.
Gimana yak cara dapetin berkah.
Nih ada tips dari Al-Qur'an.
﴿ وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَى آمَنُوا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكَاتٍ مِنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ ﴾ ] الأعراف: 96
Artinya :
Dan sekiranya penduduk negeri beriman dan bertakwa, pasti Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi ternyata mereka mendustakan (ayat-ayat Kami), maka Kami siksa mereka sesuai apa yang telah mereka kerjakan.
Yaps, keimanan dan ketakwaan adalah kunci dari keberkahan.
Hari hari yg diisi dengan keimanan, keyakinan teguh kepada Allah bahwa ia akan selalu menjaga, mencukupi, membersamai.
Waktu yg dipenuhi dengan ketakwaan kepadaNya, bahwasanya diri ini selalu berada dalam pengawasanNya, tak ada yg luput dariNya, menjaga diri karenaNya. Itulah yg akan mendatangkan keberkahan.
Perlu diketahui bahwa dengan hadirnya keberkahan keadaaan apapun akan membawakan kebahagiaan.
Jadi selamat mencari berkah, agar hidup lebih bermakna :)
Semoga Allah berikan pertolonganNya kepada kita.
Kairo, 3 Juni 2023
6 notes · View notes
kayyishwr · 29 days
Text
Kamu dan Sebuah Nilai
Akhir-akhir ini, setelah punya anak, mba ku lebih sering cerita soal tumbuh kembang anaknya, dan ya, aku support sekali dengan hal itu, beberapa informasi terpecaya coba aku berikan supaya ponakanku bisa tumbuh dengan lebih baik dari kita, insyaAllah dengan izin Allah
Tapi kemarin, entah kenapa, random saja, isi chatnya berbeda haha "eh sama adik kelasku aja" bagian ini tidak perlu ditafsirkan, rasanya yang membaca pun sudah paham, apalagi masih di suasana syawwal; (hayo, udah selesai puasanya belom?)
Lanjut ku jawab dengan lugas dan sepertinya agak tegas "engga deh hahah"
Obrolan kita berlanjut, dan ku tekankan satu hal yg mungkin terdengar terlalu idealis; kalau itu soal 'kamu' maka harus lekat dengan soal 'nilai'
Yes, di era akhir jerman ini (aih, maksudnya akhir zaman), mencari 'kamu' itu nampaknya bukan persoalan yang rumit. Persoalan populasi sudah terbukti lebih banyak. Persoalan kesiapan, nampaknya juga terlihat siap, namun soal 'nilai' yang rasa-rasanya amat sangat sukar dicari
Mengapa 'kamu' harus lekat dengan 'nilai'; itulah pembeda, itulah yang menawan, dan rasanya aku sudah tertawan haha
'Nilai' itu yang akan membentuk pola pikir, rasa perasaan di hati, dan tingkah laku. Melihat 'nilai' bisa dilihat dari ketikan lewat tulisan, bisa dilihat dari tutur kata ucapan, hingga bagaimana cara respon dalam bertingkah
Maka, jika soal 'kamu' dan 'nilai' harus lekat, begitupula diriku sendiri hehe, masa kita menuntut orang lain seperti itu, sedangkan kita hanya berleha-leha saja
"Idealis sekali" memang😎 "rumah tangga itu kan ga selamanya membicarakan soal nilai" lho, tapi kan harus dibangun di atas nilai, mau dibiarkan saja tanpa nilai? Ntar ga ada arah tujuannya dong
Lalu kapan ditemukannya 'kamu' yang harus lekat dengan 'nilai'? Entahlah, karena pertama balik lagi ke diri sendiri, yang harus jua punya nilai, kedua berikhtiar meraba-raba hikmah yang Allah berikan hingga hari ini, sembari memperhatikan sekitar, adakah 'kamu' dan 'nilai' yang aku cari?
Sembari mengingat nasihat Kyai Salim A Fillah, soal nilai dalam rumah kita
Rumahku adalah rasa aman dalam genggam jemari ar-Rahman. Rumahku adalah juga derak kekhawatiran, agar tiada lena dalam fana
Rumahkulah kutub yang mendamai hati dan sesenyum rasa; "Masuklah! Berselimut! Rehat!"
Terkadang ia mentari yang menyala, menegur hati, dan menggerak "Keluarlah! Dakwah! Jihad!"
Rumahku perhentian; tempat iman diperbarui, dan ruh diisi ulang, lalu aku harus keluar membukti amalan
Rumahku, menawan tenteram, menggerak bandang. Rumahku mungkin bukan surga, tapi insyaAllah serambinya.
112 notes · View notes
nuhashofiya · 2 months
Text
Taat
Biarkan cinta berhenti di titik ketaatan. Meloncati rasa suka dan tak suka. Melampaui batas cinta dan benci. Karena hikmah sejati tak selalu terungkap di awal pagi. Karena seringkali kebodohan merabunkan kesan sesaat. Maka taat adalah prioritas yang kadang membuat perasaan perasaan terkibas.
Belajar agar cinta kita berhenti di titik ketaatan. Meloncati rasa suka dan tak suka. Karena kita tau, menaati Allah dalam hal yang tak kita suka adalah peluang bagi gelimang pahala. Karena kita tau, seringkali ketidaksukaan kita hanyalah terjemah kecil ketidaktahuan. Ia adalah bagian dari kebodohan kita.
Dalam buku Jalan Cinta Para Pejuang - Salim A Fillah
87 notes · View notes
mamadkhalik · 2 months
Text
Catatan Kemenangan : Syahadat Adalah Perlombaan!
Ingatkah kamu akan ambisi Umar untuk mengungguli Abu Bakar? 2 sahabat ini memiliki kisah yang berbeda dalam mendeklarasikan Syahadat. Pada akhirnya kita tahu siapa pemenangnya dan dari kedua tokoh ini kita juga tahu apa yang mereka persembahkan untuk dunia Islam.
Tumblr media
Tapi sekali lagi, kita harus bersepakat bahwa setiap memiliki latar belakang berbeda, pemahaman berbeda, dan juga pengalaman spiritualitas berbeda (proses memahami Islam).
Namun kita juga harus bersepakat dengan start yang berbeda, semua memiliki kesempatan yang sama untuk berkontribusi terhadap Islam. Dengan syarat pemaknaaan syahadat yang baik sebagai titik tolak perubahan.
Syahadat itu adalah pemusnah belenggu kebodohan. Berapa banyak kebodohan zaman yang berulang, berapa banyak penyeru tauhid yang datang, dan berapa banyak orang-orang mereka seru jatuh dalam lubang yang sama dan menyekutukanNya? Sekali lagi, semua kembali atas pemaknaan syahadat.
Syahadat itu adalah kebersamaan. Kita ingat akan penaklukan Konstantinopel oleh Sebaik-baik pemimpin dan sebaik-baiknya pasukan. Kita ingat bagaimana kisah Itsarnya para sahabat ketika dilanda kehausan saat perang. Kita juga ingat betapa bergantinya masa Pemerintahan Islam, dipergilirkan dari satu kaum ke kaum lainya untuk memegang amanah ini karena keyakinan dan amal jamai yang kuat.
Tapi ketika syahadat bermakna kebersamaan, dimana kaum muslimin ketika saudaranya dibantai? bahkan dari sebagian mereka ada yang bekerja sama dengan kaum kafir untuk membantai saudaranya sendiri.
Apa jawaban kaum beriman itu? "
Jangan sedih, Allah Bersama kita
"Hanya Allahlah sebaik-baiknya penolong"
Apakah manusia mengira bahwa mereka akan dibiarkan (hanya dengan) berkata, "Kami telah beriman, sedangkan mereka tidak diuji? (QS Al-Ankabut: 2)
Kaum beriman ini adalah contoh yang nyata di tengah zaman yang penuh fitnah.
Rasullullah Shalallahu alaihi wassalam menjadikan syahadat, tauhid sebagai dasar pendidikan pertama untuk menyambut perubahan.
Tidak seperti seperti kaum barat akan kapitalismenya, tidak seperti kaum komunis sebagai antitesa kapitalis yang menyerukan revolusi, juga bukan Hitler dengan ideologi Fasisnya. Tapi sekali lagi, bukan itu solusinya.
Beliau hadir ditengah peradaban yang kehilangan akhlak dan melupakan fitrah sebagai manusia. Dengan penuh sabar dan keikhlasan, peradaban itu berubah menjadi peradaban yang besar dan menyebar ke seluruh dunia. Bahkan anak keturunan dari bangsa yang menghancurkan peradaban Islam setelahnya, ketika mereka melafalkan syahadat, mereka menjadi mulia dengan Islam. Sebut saja Bangsa Tatar, Mongol, dan Turki.
Abu Bakar, Umar bin Khatab, Usman bin Affan, Ali bin Abi Thalib dan Para Generasi Terbaik menjadi contoh realisasi syahadat untuk berlomba-lomba di jalan kebaikan. Fastabiqulkhairat.
Juga untuk generasi kita hari ini, jangan pernah merasa puas akan sebuah ilmu yang sedikit itu. Ingatlah sebaik-baiknya ilmu adalah yang diamalkan, untuk berlomba-lomba dalam kebaikan juga.
"Jalan Allah ini panjang sekali, untunglah kita tidak diwajibkan sampai ke ujungnya. Kita hanya diperintahkan untuk mati di atasbya." - Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani
(Ditulis setelah membaca buku "Menggali Ke Puncak Hati" Karya Ust. Salim A. Fillah)
Surakarta, 6 Syawal 1445 H.
youtube
25 notes · View notes
aimanhilm · 2 months
Text
*RESET* -Memulai kembali-
Sebuah kejadian, baik ataupun buruk, menimpa kita semua atas Kehendak Allah. Pun apa yg akan terjadi, semua sudah Allah tetapkan di Lauhul Mahfudz. Namun, pasrahkah kita tanpa berbuat apa2?
Lets re-call kisah Siti Hajar, ketika bayi Ismail A.S. menangis kehausan sekali. Ikhtiar yg beliau lakukan adalah berlari mencari sumber air/bantuan yg kemungkinan dapat tetlihat dan dijangkau. Menaiki bukit Shafa dan Marwah.
Kalau manusia biasa mungkin cuma ngecek 1-2 kali, lalu 3 untuk last confirmation. Klo ga ada ya mungkin akan menyerah begitu saja.
Namun, beliau melakukan itu 7x bolak-balik kedua bukit tersebut. Dan Allah bukannya memberikan solusi tampak/berasal dari usaha yg beliau. Tapi Allah memberikan rezeki dari arah yg tidak disangka2, dari hal terdekat dari anaknya, mata air zamzam mengalir di bawah kakinya. Apakah beliau menyalahkan ikhtiarnya? Tentu tidak. Beliau bersyukur atas ketetapan yg telah diberikan oleh-Nya. Pun kemudian, yg jadi syariat dalam haji & umroh itu Sa'i, bukan minum air zamzam. Coba pahami & maknai.
Kadang hidup emang suka bercanda, mungkin bagi kita juga bercandanya kelewatan. Berbagai upaya kita lakukan, eh rezekinya dari yg lain. Kadang ada yg berbelit2, dikasih solusi kenyataan yg sangat simpel. Kita berkehendak ini, tapi Allah berkehendak lain. (NB: kehendak yg kita miliki pun juga atas izin Allah kita punya itu)
Quotes "Apa yg kita inginkan yg terbaik buat kita, belum tentu baik untuk kita. Tapi apa yg Allah kehendaki untuk kita, percayalah itu pasti yg terbaik"... Awalnya sekadar kata2 yg kupahami dg akal, tanpa pemaknaan lebih dalam dari hati. Mungkin tak semudah itu untuk menerima, maka mintalah kepada Allah untuk menguatkan diri kita supaya dapat lebih ikhlas dan jujur pada diri kita sendiri.
Sedikit hikmah yg bisa dipetik dari kajian + stand up malam tadi.
Alhamdulillah, Allah gerakkan hati dan badan ini untuk hadir & kembali menuliskannya.
Barakallahu fiikum Ust. Salim A. Fillah & Bang Abdur. Bonus foto dg ust. Hammad 😁
Semoga Allah kuatkan dan mudahkan jalan kita untuk terus berikhtiar dan selalu kembali ikhlas atas segala ketetapan-Nya #NTMS
Tumblr media Tumblr media
30 notes · View notes
kafabillahisyahida · 7 months
Text
Mereka Sudah Menang Kita Masih Kalah
Aku yakin saudaraku di Palestina memang manusia2 pilihan yang diistimewakan. Dari mereka aku belajar Sebagaimanapun dalam pandanganku penderitaan yang mereka alami merasakan banyak rasa sakit dan kehilangan tak ada satupun yang menyalahkan Allah, tak ada satupun kutukan dan kemarahan kepada Allah.
Sebaliknya mereka begitu teguh diatas tauhid merindukan syahid, dalam baluran darah mereka tetap bertakbir terus mengagungkan nama Allah.
Malu rasanya diri ini yang begitu sering mengeluh dan berburuk sangka kepadaNya padahal ujian yang menimpa tak seberapa dibanding mereka . Sering tak tahan terjerumus dalam kemaksiatan tatkala ditimpa kesusahan. Sering tak kuat menahan iman tatkala ditimpa penderitaan. Mereka yang ridho pada ketetapan itulah setinggi - tingginya kemuliaan.
Kita yang hari ini melihat mereka kehilangan , padahal di hadapan Allah mereka justru mendapatkan sempurnanya keimanan. Mereka tak pernah kalah... mereka selalu menang... keridhoan dalam genggaman dan surga telah dijaminkan.
Itulah kisah nyata bagaimana orang orang yang hidup bersama Al-quran telah terhindar dari al wahn (penyakit cinta dunia dan takut mati) Demikianlah Alquran telah membimbingkan hidup yang paling hidup yang paling bermakna dalam singkatnya, kesakitan yang hanya bisa dihibur dan disembuhkan dengan kalimat - kalimat dari sang Maha Penyayang. Maka sejauh apa hati akrab dengan Alquran sebesar itu pula daya hidup ruh menghadapi ujian.
50 notes · View notes
gizantara · 1 month
Text
Ikhlas
Kita kadang mensifati ikhlas dengan sesuatu yang tidak ada dalilnya, misal kaya buang air besar yang setelah dilepaskan jadi plong, atau tidak menyebut-nyebut suatu amalan seperti surat al-Ikhlas yang tidak ada kata ikhlas di dalamnya, atau juga merasa ringan melakukan suatu amalan. Definisi ini tidak ada di dalam Al-Qur'an.
Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail ikhlas kok saat berkurban, tapi berat perasaannya. Justru kalau Nabi Ibrahim merasa ringan, dipertanyakan keayahannya dan kemanusiaannya.
Artinya yang berat juga bisa ikhlas, yang ringan belum tentu ikhlas. Dalam beberapa kondisi, ga ada korelasi antara ikhlas dan perasaan berat atau ringan. Karena ikhlas sebenarnya bukanlah jenis perasaan melainkan kebersihan niat/motif, langkah, dan tujuan. Itulah ikhlas, jangan diembel-embeli perasaan ringan atau berat.
Makanya ketika memerintahkan jihad fi sabilillah, Allah mengatakan, "berangkatlah dengan ringan dan berat," karena Allah tau perasaan itu pasti beragam tingkatannya dan tingkatan perasaan itu nggak bisa serta merta jadi tolok ukur keikhlasan seseorang.
Jangan sampai ketika dalam perjuangan, kita melihat orang yang sedang sama-sama berjuang, dan mereka merasa berat, lalu kita mengatakan,
"Ini kamu berat? Ngga ikhlas tuh, ngga dapet pahala."
"Gimana rasanya capek atau seneng? Kok senengnya dikit? Kok capek? Harusnya Alhamdulillah dong."
Loh siapa bilang "Alhamdulillah" ga bisa diucapkan oleh orang yang capek? Toleransi rasa keberatan orang itu berbeda. Masih mau berjuang aja udah syukur, berarti dia tetep menyambut perintah Allah. Menerima seruan tersebut sebagai orang yang terpaksa tuh bukan perbuatan dosa. Kenapa juga dipertanyakan segitunya? Namanya juga proses, jangan terlalu judgemental atas respon hati seseorang selama respon fisik dan pikirannya masih dalam ketaatan. Perasaan itu seperti anak kecil, emang dididiknya dengan pembiasaan. Jangan berharap instan.
Yang ringan juga belum tentu ikhlas, bisa aja seseorang merasa ringan melakukan sesuatu karena pelarian (escaping) dari masalah lain. Atau dalam perintah tersebut terdapat sesuatu yang sejalan dengan keinginannya.
"Pahalamu sesuai dengan kadar kepayahan yang engkau rasakan," begitulah sabda Nabi kepada Aisyah. Dan betul, Allah memvalidasi ujian Nabi Ibrahim.
اِنَّ هٰذَا لَهُوَ الْبَلٰٓ ؤُا الْمُبِيْنُ
"Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata." (Ash-Shaffat (37) : 106)
Ga mungkin disebut "suatu ujian yang nyata" kalau Nabi Ibrahim tidak merasa berat. Ga ada ujian yang lebih nyata daripada sesuatu yang menyangkut hal yang paling kita cintai. Makanya Allah mengapresiasi keteguhan Nabi Ibrahim dalam melaksanakan perintah kurbannya ketika super berat rasanya. Seberat apa sih? Belum pernah rasain, tapi kayanya nanti kalau udah jadi orang tua bakal bisa lebih memaknai perasaan berat yang Nabi Ibrahim rasakan.
"Salam sejahtera bagi Ibrahim," adalah hadiah dari Allah atas keinginan dan usaha Nabi Ibrahim untuk membaca sinyal Allah (berempati secara kognitif atas mimpinya) serta melaksanakan perintah dalam mimpinya (compassionate servant). Bayangin, orang bisa tetep compassionate ngelakuin sesuatu yang dia rasa paling berat di dunia ketika dia punya pilihan untuk uncompassionate? Emang cuma Allah sih yang bisa menghargai usahanya.
— Giza, hasil nyimak Ibrahim Series-nya Ust. Salim A. Fillah
19 notes · View notes
nurazisramadhan · 2 months
Text
Memaknai Bahagia
Tumblr media
"Kebahagiaan itu seperti bayang-bayang. Dia setia membuntuti kemana kita pergi, tetapi tidak bisa dikejar. Bahagia itu makmum yang baik, sekaligus binatang buruan yang sulit ditangkap" (Ust Salim A Fillah)
Bahagia, sesuatu hal yang sering membingungkan kita. Sebab, ada begitu banyak orang yang ingin mengejarnya namun tak kunjung tergapai jua Namun, ada juga begitu banyak orang yang meraihnya dari hal-hal sederhana yang tak pernah kita duga.
Selain itu, ada banyak pula orang yang menjadikannya tujuan utama. Padahal jika bahagia dijadikan nikmat utama, maka akan membuat kita terlena untuk menikmati segala proses sepanjang perjalanan.
Lantas, bagaimana cara meraihnya ? Apakah dengan bergelimang harta ? Apakah dengan segenap jabatan berlimpah? Atau apakah dengan lawan jenis yang baik rupa?
Nyatanya, jika kita ingin telisik lebih dalam kesemuanya belum tentu menjamin bahagia. Sebab, ada berapa banyak orang-orang yang telah memiliki berbagai harta, tahta serta pasangan yang baik rupa namun masih terjerusum ke dalam perbuatan yang sia-sia.
Sejatinya jika kita ingin meraih bahagia, maka apa yang harus ada dalam diri kita yaitu rida. Rida yang artinya kerelaan terhadap apa-apa yang telah ditetapkan oleh Sang Pencipta, adalah sesuatu yang terbaik menurut-Nya. Rida yang berarti ikhlas terhadap segala sesuatu yang telah, sedang dan akan terjadi pada kita.
Dengan memegang prinsip rida, maka kebahagiaan pun akan datang dengan sendirinya. Dengan memiliki rida, maka segala kerisauan, kegelisahan, kegundahan akan turut sirna.
Uniknya, konsep rida ini mirip dengan sesuatu yang ada di sekitar kita, namun sering tak kita sadari hadirnya. Konsep rida tersebut tertuang pada budaya "untungnya".
Apabila kita mengalami terjatuh namun hanya terluka sedikit, maka kita ucap "untung hanya terluka kecil" Apabila kita mengalami kecelakaan yang menyebabkan kerusakan kendaraan kita sering ucap "untung motornya yang rusak bukan orangnya" Simpulannya, kata "untungnya" tersebut mengandung makna untuk selalu berpikiran positif dan bersyukur dengan apa pun yang terjadi pada kita.
Lalu, ungkapan yang sering kali kita dengar yaitu "Bahagia itu sederhana" nyatanya, memang sederhana. Sepanjang kita mengetahui bagaimana caranya.
Sesederhana dapat bangun di pagi hari untuk menjalani hari Sesederhana mendapati nikmat sehat dan sempat untuk mengejar mimpi
Jadi, bagaimana bahagia yang sederhana menurut versimu? Semoga apa dan bagaimana pun itu, kebahagiaan akan selalu mengiringi
14 notes · View notes
auliasalsabilamp · 1 year
Text
Hidup itu misinya adalah beribadah kepada Allah, tugasnya adalah taat kepada Allah, melaksanakan segala perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya.
- Ustadz Salim A. Fillah
71 notes · View notes
yunusaziz · 2 years
Text
Renungan Malam Ini...
Dalam postingan facebooknya, ustadz Salim A Fillah mengutip sebuah kisah yang menarik untuk kita jadikan sebagai bekal muhasabah. Isinya bercerita tentang dialog antara seorang pemuda dan seorang syaikh.
Singkat cerita sang pemuda bertanya,
"Wahai Syekh, manakah yang lebih baik, seorang muslim yang banyak ibadahnya tetapi buruk akhlaknya, ataukah seseorang yang tidak beribadah tetapi amat baik perangainya kepada sesama?"
"Subhanallah, keduanya baik," ujar Syekh sambil tersenyum,
"Mengapa bisa begitu?” tanya pemuda itu,
"Karena orang yang tekun beribadah, boleh jadi, kelak akan dibimbing Allah untuk berakhlak mulia karena sebab ibadahnya. Adapun orang yang baik perilakunya itu boleh jadi akan pula dibimbing Allah untuk semakin taat kepada-Nya.” lanjut syaikh.
"Lantas siapa orang yang terburuk?" pemuda itu kembali bertanya.
Air mata pun mengalir di pipi sang Syekh,
"Kita anakku." ujarnya.
“Kitalah yang layak disebut buruk karena kita gemar menghabiskan waktu untuk menilai orang lain dan melupakan diri sendiri.” sambung syaikh itu.
Sang guru sembari terisak-isak melanjutkan perkataannya, "Padahal kita akan dihadapkan pada Allah dan ditanyai tentang diri kita, bukan tentang orang lain."
Kadang kita terlalu disibukkan pada 'penghakiman-penghakiman' atas kesalahan yang dibuat oleh orang lain, hingga kita abai terhadap keburukan yang mungkin masih kita tekuni. Maka tidak ada salahnya jika sesekali kita renungi, atas apapun yang kita perbuat selama ini. Semoga kita selalu dalam naungan-Nya.
"Sebesar-besar keaiban (keburukan) adalah kamu mengira keburukan orang lain sedangkan keburukan itu (justru) terdapat dalam dirimu sendiri." - Imam Syafi'ie
Wallahua'lam bish showab.
209 notes · View notes