Tumgik
#bayi dan menyusui
andromedanisa · 2 months
Text
aku tak pernah tahu rasanya menunggu jodoh bertahun-tahun itu seperti apa. karena aku menikah dengan suamiku diusia muda 20 tahun.
aku juga tak pernah tahu rasanya berselisih paham dengan mertua, karena dari awal pernikahan hingga saat ini kedua mertuaku sangat baik kepadaku.
aku juga tak pernah tahu rasanya tinggal seatap dengan mertua, merasa tidak nyaman dirumahnya atau konflik dengan ipar. karena sejak awal menikah suamiku telah menyiapkan rumah untukku tinggal bersamanya tanpa harus mencicipi tinggal dengan mertua.
aku tak pernah tahu rasanya bagaimana kesulitan ekonomi, pinjam uang sana dan sini, menggadaikan atau menjual aset untuk bisa makan hari ini. karena selama pernikahanku Allaah cukupi aku dan suami dengan kelapangan rezeki.
Allaah tidak menguji aku dalam hal demikian, tidak tentang menunggu jodoh, tidak dengan mertua, tidak dengan suami ataupun kesulitan ekonomi. tetap ku syukuri apapun keadaan itu hingga saat ini.
tapi apakah kamu tahu dimana letak ujianku? iya, Allaah uji aku dengan penantian buah hati. aku tidak tahu rasanya bagaimana lelahnya mengandung, melahirkan, ataupun mendidik seorang anak. karena selama 15 tahun pernikahanku aku belum pernah merasakan bagaimana perasaan terlambat haid.
jangan tanya bagaimana upayaku, percayalah aku sudah mengupayakan semua cara yang baik. saran dari banyak ahli, dan semua nasihat yang masuk aku semua sudah aku upayakan.
katanya hamil itu berat, menyusui itu membuat payah seorang ibu, dan merawat seorang bayi itu tidak mudah. iya, aku mengerti, keadaan itu sudah Allaah jelaskan di dalam Al-Qur'an. namun mereka tak akan pernah tahu dan juga pahamkan bagaimana beratnya menanti seorang anak sekian lama. letihnya berjuang dengan berbagai upaya yang tak jarang menyakitkan.
maka aku mendidik diriku, semakin kesini jadi semakin berhati-hati. tidak ingin mudah menilai seseorang tentang siapa yang paling berat ujiannya. semua orang sedang berjuang dengan ujiannya masing-masing. hanya Allaah yang tahu kadar keimanan seorang hambanya.
semakin kesini jadi semakin mencoba lebih mudah mensyukuri hal-hal kecil yang sudah dimiliki tanpa membandingkan kebahagiaan ku dengan yang lain. sebab keduanya tak akan pernah sama. dan tak membenci takdir atas apa yang terlewat dari hidup seperti;
Dibalik aku yang nggak bisa naik motor, ada rejeki bapak ojol.
Dibalik aku yang belum hamil, ada rezeki dokter dan perawat yang mengalir disitu karena ikhtiar bayi tabung, inseminasi dan ikhtiar lainnya.
Dibalik AC rumah yang udah nggak dingin atau rusak, ada rezeki tukang service AC yang hadir disitu.
Dibalik ban mobil yang bocor, ada rezeki tukang tukang tambal ban disitu atau ada juga rezeki warung starling yang juga mangkal disitu. sambil nunggu ditambal bannya sambil pesan minum sekalian.
intinya sejatuh dan terpuruk hidupku, tetap ada berkah bagi orang lain. seberat apapun kesedihan hidup yang sedang aku jalani, berbaik sangka sama Allaah adalah yang harus selalu diupayakan. dan bener, semakin kesini hanya ingin hidup tenang. semua yang sudah Allaah takar tak akan pernah tertukar. semua yang memang untukku akan tetap menujuku, yang tidak untukku akan melewatkanku sekuat apapun upayaku untuk menujunya.
jadi ujian mana yang lebih berat dan mana yang mulia? tak akan mengurangi kemuliaan ibunda Aisyah Radhiyallahuanha walau tak memiliki keturunan. tak akan mengurangi sedikitpun kemuliaan Asiyah Binti Muzahim meski bersuamikan Firaun. tak akan mengurangi sedikitpun kemuliaan dan kesucian ibunda Maryam yang melahirkan seorang anak tanpa pernah disentuh oleh laki-laki. tak akan mengurangi kemuliaan Fatimah Az Zahra walau hidup penuh dengan kekurangan. Mereka semua tetap mulia sebab Allaah telah memuliakan mereka, dan itu lebih dari cukup.
.
مَادَام اللّه مَعَك لَايُهمك شَخص أَذَاك، وَ مَادَام اللّه يَحفَظك لَاتَحزَن لِأَحَد أَهملك، وَ مَادَام اللّه يُرِيد لَك شَيْئ، فَلَنْ يَقف فِي وَجهِك شَيْئ أَبَدًا.
Selama Allah bersamamu jangan pedulikan orang yang menyakitimu, selama Allah melindungimu jangan sedih dengan orang yang mengabaikanmu, dan selama Allah ingin memberikan sesuatu untukmu, maka tidak akan ada yang menghalangimu.
***
ini bukan kisahku, namun sepanjang ia bercerita, ia selalu tersenyum seolah ingin mengabarkan bahwa ia sudah lapang atas semuanya...
220 notes · View notes
sarasastra · 2 months
Text
Menyapih
Dari yang kudengar, para ibu yang sedang berproses menyapih anaknya pasti dilanda gelombang emosional antara tega dan tak tega.
Melihat anak meraung-raung tak ingin berpisah dengan kenyamanan menyusui, tapi hati ingin tetap membiarkannya melekat dengan tubuh kita. Sementara waktunya sudah usai dan kewajiban awal telah terlaksana.
Anak menangis, ibu pun ikut menangis katanya—akan muncul rasa kangen diri ini disusui olehnya. Episode demi episode terekam jelas diingatan dari sejak mulutnya yang kecil meraih-raih, hingga kini giginya telah tumbuh sekian banyak.
Dari yang badannya mudah didekap, begitu kecil, hangat dan rapuh. Hingga kini badannya mulai membesar, memanjang dan mengukuh lemak dan otot-ototnya.
Semoga Allah mudahkan dan ridhai perjalanan awal yang 'kan berlalu ini ya.
Dari sedikit pengalamanku,
hanya diawal ia akan menangis keras seolah-olah kita ibu yang jahat yang tak mau memberinya makan. Seolah kita tidak mencintainya lagi, tidak menyayanginya lagi.
Maka kupastikan saat itu juga, dihari-hari pertama bulan suci Ramadan, kusampaikan padanya lekat-lekat,
"Meski pun kamu sudah tidak nenen, ibu tetap menyayangimu. Kamu tetap dicintai. Kamu sudah besar, yang nenen hanyalah dedek bayi yang belum bisa makan.
Kalau kamu masih ingin nenen, maaf ibu tidak bisa memberikannya lagi ya. Gapapa kalau kamu sedih, kamu marah, pasti tidak nyaman, tapi ibu akan tetap disini. Menemanimu, memelukmu. Jadi kalau sudah selesai nangisnya, kita tidur bareng ya. Kita pelukan, ibu akan puk-puk sampai kamu tertidur. Ibu disini."
Mulanya ia kesal, marah, frustasi sampai menangis penghabisan, tapi lama-lama mereda. Menangis karena lelah. Esok-esoknya, ia masih meminta menyusu tapi setelah menerima penolakan, ekspresinya sedih dan meminta pelukan. Tak selang berapa lama, ia tertidur.
Dan baru-baru ini, ketika akan tidur siang dan malam, ia sudah tidak lagi meminta menyusu. Mungkin ia paham kalau sekali pun ia meminta tak akan diberi lagi, jadi dia memilih untuk hanya mengatakan, "Bu, ngantuk. Mau bobo."
Lalu kusiapkan tempat tidurnya, ritual sebelum tidur kami lakukan bersama. Menyikat gigi, berdoa, mengobrol sedikit, lalu lanjut membaca surat-surat pendek dari Quran, shalawatan, bernyanyi lagu anak-anak, dan ia tertidur sendiri.
Seringkali tangannya menyilang di tubuhku, ia memelukku, ingin didekap di dadaku, mendengar suara detak jantungku—suara yang begitu familiar dan menenangkannya ketika di dalam kandungan dulu. Akhirnya ia tertidur.
Alhamdulillaah.
Semoga proses menyapih ini berbuah berkah, Allah senantiasa mudahkan dan ridhai segala metodenya. Aamiin.
Tangerang, 29 Maret 2024 | 20.28 WIB
14 notes · View notes
alizetia · 1 year
Text
Meski menjadi orang tua di usia yang telah matang. Aku tak bisa bilang menghidupkan seorang bayi itu mudah. Namun entah kenapa rasanya juga tak terlalu susah. Aku masih dengan sadar bilang "menyusui itu capek tau bang" sambil tertawa. Bagaimana tidak, ada masa malik minta susu setiap setengah jam sekali, belom lagi kalau dia lagi minggu minggu rewel. Aku bisa bilang capek tapi masih juga bisa tertawa. Tidak mudah tapi juga tak terlalu susah. Seperti pas pas saja dengan kemampuan. Jelas saja, karena Allah yang memberikan kekuatan itu. Dan di usia ini, Allah telah memberikan cukup bekal ilmu untuk mengenali tanda tanda pertolonganNya. Sehingga semua yang dahulu di usia belasan terasa sangat rumit karena merasa menjalani kehidupan di dunia yang liar ini seorang diri, kini semua yang rumit itu jadi biasa biasa saja. Bahkan yang benar benar berat sekalipun masih mudah ditertawakan.
Semua tentu karena Allah, aku mah apa.
41 notes · View notes
dewisetiyanip · 10 months
Text
Tumblr media
Alhamdulillah, makin kesini makin ketemu ritme membersamai sholihah yang memasuki masa toddler yang penuh luapan emosi tak terduga~
Benar ternyata kata temen-temen yang sudah melewati fase ini, setiap fase itu ada ujiannya. Dulu, kukira fase hamil adalah fase terberat, begitupun saat masuk fase menyusui. Ingat malam-malam nangis gara-gara clueless banget dengar tangisan bayi yang terus menerus😅.
Eh ternyata, ada fase mpasi yang lebih berat lagi tantangannya, dan sekarang masuk fase toddler, fase dimana anak sudah mulai bisa merasakan dan meluapkan emosinya, tantrum~
Alhamdulillah, sekarang sudah mulai lahap makan masakan bunda yang itu-itu aja menunya, udah bisa bilang "Masakan bunda enak", MasyaAllah Tabarakallah nak ayah bunda yang udah bukan bayi lagi🫶
Jadi semangat tiap hari buat masak. Tentu saja PR membersamainya masih banyak banget! Yang penting dan utama, jangan pernah lupa untuk minta sama Allah, agar dikuatkan , diberi kemudahan kelancaran, dan kesabaran~
Tumblr media Tumblr media
Karena ayah jauh disana, jadi maen keluarnya ke masjid raya aja yak, bikin figura dari daun sambil liat semut merah🫶
___
Kota cantik, 22 Agustus 2023
Menuju 1 bulan LDM.
5 notes · View notes
lamyaasfaraini · 5 months
Text
Day 23 - Look back on the past five years and describe five things that have improved for you in that time
30 days gratitude challenge
5 tahun lalu berarti 2019 yah.. Masih punya bayi, masih menyusui. Tapi di tahun ini kayanya tahun paling tenang. Karena kami udah melewati fase adaptasi baru nikah-tiba2 hamil dgn segala hormonalnya-adaptasi karakter masing2-ngurus bayi newborn yg challenging bgt. Tahun ke 2 pernikahan, kami berdua bisa saling memahami saat itu beda bgt dr tahun pertama nikah banyak berantem, tahun ke 2 lebih chill, kami bisa damai berbulan2 lalu berantem galama super jarang lah itu. Sepertinya konflik yg menerpa bisa kita handle dgn baik. Tapi yah yg namanya rumah tangga, turun naik bagai rollercoaster yakan, gatau hal ngga diduga didepan kami, belom lg iman manusia yg naik turun. Fase flat menjalani rumah tangga, konflik lebih besar lg yg sulit disolving. Banyak yg blg di tahun 4-5 tahun terberat karena dr keduanya udah banyak menyimpan kekecewaan dan ekspektasinya ketinggian. Ternyata iya betul berlaku di rumah tangga kami, di tahun ke 6 pernikahan kami, kami sedang kaluar dr jerat itu sedang mengumpulkan serpihan2 dan membangun lagi.. Semoga Allah selalu dampingi kami berdua agar tetap dalam tuntutanNya.
Prolognya panjang amat, mana ngomonginnya bukan ttg improve yaa haha. Abisnya jadi inget kaya tahun terbaik dan terdamai menurutku hehe.
Wah apayah yg udah aku improve dlm 5 thn ini
Yang pasti udah berhasil menyusui ASI sesuai sunah rosul selama 2 thn alhamdulillah makasih utk kesempatannya ya Allah. Berhasil menyapih juga, berhasil ngelatih anak buat lepas diapers di umur 2,5 thn. Ganyangka ternyata aku bisa improved dlm parenting yg pelik dan menantang ini huhu
Lepas behel hampir 10 thn. Udah dijanjiin sama drg nya kalo tahun itu udah harus lepas yaa. Berkat kekooperatifan aku yg selalu rajin check up, sabar dlm menjalaninya. Akhirnya ada peningkatan, yaitu behel bisa segera dilepas. Setelahnya berasa hampa dan hampang you know! Wkwk. Tp disisi lain legaaa
Peningkatan bb ini termasuk ngga sih? Hahaha. Asliii.. Saat gadis dikawinin suami umur 28 thn bb ku 45kg cuy, hamil sampe mau lahiran naik 13kg, cuma itungan sebulan 2 bulan itu bb turun lagi mentok di 46kg, padahal seperti busui kebanyakan kan nafsu makannya rewog kek kuli dan ngerasa lapar terus drpd wkt hamil. Eeh da ttp weh di 46kg. Disedot mulu sama bayik sih yaa. Baru deh setelah nyapih, nafsu makan udah normal ngga rewog bgt, tapi bb cpt bgt naiknya sampe 10kg hahahaha edun! Banyak celana2 kesayanganku yg gamuat lg, size baju dr M jadi L huhu.
Mengakhiri masa mager dengan lari! Alhamdulillah yakan, udah sering dibahas ah inimah. Improvement paling wow sih olga mah.. Ngga ada sedikitpun bayangan aku tiba2 jadi suka lari. Jauhhhhh gakebayangnya. Alhamdulillah.. Semogaaa sehat! Berhasil turun 2kg, mudah2an turun lg haha maunyeee. Boro2 5 thn lalu mah, mana punya bayi ah rempong..
Dalam 5 tahun ini udah accepting bgt bahwa pertemanan di usia 30an udah berbeda. Awalnya masih denial ko ya jadi gini sih sedih amat.. Lama2 jadi kaya kita ketemu oke, ngga jg ya gpp. Aktif di grup oke, silent reader jg gpp. Yang pasti kalo ktemu kami masih menertawakan hal yg sama masih sefrekuensi. Cuma ya semuanya udah berubah. Alhamdulillah udah lebih tenang menerima itu semua, fokus aja sama keluarga. Temen ya butuh cuma jgn ngarep kaya dulu sih yaa, harus saling mengerti keadaan aja..
3 notes · View notes
devisaufayardha · 5 months
Text
Tumblr media
[First Moment, Wait a Moment, Please]
Hmm judulnya pakai bahasa inggris segala ya. Sebenernya mau bilang semacam ini, ketika menghadapi momen-momen baru untuk pertama kalinya, tenanglah dan tolong untuk memberi waktu sebentar. Konteksnya apa? Rasanya bisa berlaku untuk berbagai kondisi dan pengalaman. Tetapi melalui tulisan ini, aku ingin melakukan kilas balik dan berbagi lagi tentang pengalaman menjadi orangtua baru. Yup, temanya masih berhubungan dengan tulisan sebelumnya. Semoga ada manfaatnya.
Momen menjadi orangtua baru adalah masa yang dinamikanya cukup nano nano. Ada rasa bahagia tak terkira, syukur, dan haru menyambut kehadiran sang buah hati. Ada pula rasa sakit dan lelah yang berbalut rasa lega selepas melalui proses persalinan yang menguras seluruh energi. Bagi sang ayah, ada pula sisa-sisa rasa lelah, cemas, dan kantuk sepanjang siap siaga mendampingi proses persalinan.
Di tengah semua rasa yang berpadu menjadi satu, saat itulah tanggungjawab menjadi orangtua mulai ON alias sudah aktif. Berbagai kesiapan dan keterampilan menjadi orangtua sudah harus mulai dijalani. Mulai dari cara gendong bayi baru lahir, menyusui, memandikan, memakaikan baju, bedong, dan sebagainya. Belum lagi menghadapi proses adaptasi sang bayi yang jadwal meleknya malah di malam hari, masih sering menangis karena berbagai hal baru yang ditemukannya di dunia. Oh ya belum juga mengurusi pakaian kotor bayi baru lahir yang masih sering berganti karena buang air kecil dan buang air besar setiap beberapa waktu sekali.
Di antara seluruh realita dan dinamika itu, ada sisi-sisi perasaan dan pikiran seorang Ibu baru yang membutuhkan banyak validasi atau penerimaan, dukungan, dan penguatan. Ya, karena fase-fase yang baru saja dilaluinya bukanlah sesuatu yang mudah dan sederhana. Mengandung dan melahirkan adalah dua fase luar biasa yang mengubah banyak hal dalam diri seorang perempuan. Termasuk keadaan pikiran, perasaan, dan mentalnya.
Dan di masa inilah mengapa rentan terjadi yang disebut sebagai Baby Blues. Sederhananya, baby blues adalah keadaan dimana seorang perempuan yang baru saja menjadi Ibu atau seorang perempuan yang baru melahirkan mengalami pikiran dan perasaan tak menentu, lelah, bingung, mudah menangis dan tersinggung, sampai merasa putus asa bahkan kecewa dan marah dengan segala tanggungjawab baru yang dihadapinya.
Aku pun mengalami rasa dan dinamika itu. Dan lebih terasa jleb lagi ketika dihadapkan dengan omongan-omongan orang sekitar, yang terkadang entah maksudnya basa basi, menyindir atau apa, tapi cukup bikin merasa baper dan ingin menangis terus menerus.
Omongan-omongan kayak gini sebaiknya dihindari sih untuk disampaikan ke Ibu baru,
"Punya anak sih masa nyuci baju anaknya aja gak sempet, harusnya ya cuciin sendiri baju anaknya.."
"Punya anak masa mandiinnya aja gak bisa, masa harus dimandiin orang terus.."
"Punya anak bayi gak boleh males, masa tidur bareng anak, anak tidur ya harusnya orangtuanya kerja, beres-beres, bersih-bersih.."
"Punya anak sih masa ga bisa gendong pake kain, ibu mah dulu sebelum punya anak juga udah terlatih gendong-gendongin bayi pake kain.."
"Udah jangan gendong bayi kamu. Bayi kamu badannya gede, kamunya kecil badannya. Kurang mantep nanti gendongnya.."
dan bla bla bla lainnya yang bernada menyalahkan dan meremehkan.
Memang sih idealnya ketika punya anak itu setiap orangtua sudah punya kesiapan dan keterampilan yang baik, tapi ya pada beberapa keadaan, tentu akan tetap ada kekurangannya dan pada hakikatnya segala sesuatu yang baru itu memang butuh proses kan untuk dipelajari, dibiasakan, sampai akhirnya jadi bisa dan terlatih.
Inilah yang kumaksud dari judul tulisan ini. Bahwa ketika kita berada pada masa menghadapi hal yang baru, adakalanya kita perlu menenangkan diri dan menerima keadaan yang perlu waktu sejenak untuk bisa diatasi.
Akhirnya, aku dan pak suami memutuskan untuk hijrah kembali ke kontrakkan kami setelah sekitar tiga pekan tinggal bergantian dirumah orangtua dan mertua. Kalau di rumah mertua ada pula ceritanya, ibu bapak mertuaku dan saudara saudara iparku sangat baik. Maklum menyambut cucu pertama. Saking baiknya semua hal tentang bayiku diurusin. Mandiin, gendongin, ajak main, semuaaanya. Bagianku cuma nyusuin aja. Enak sih buatku, jadi nyantai. Tapi justru membuatku merasa.. lah aku punya waktu bonding sama anakku kapan? Pas waktu nyusuin yang harusnya eksklusif pun kadang ditungguin sama mama mertuaku. Lah trus aku ngurusin anak akunya kapan? Lah jadinya itu anak siapa?
Akhirnya, aku minta ke pak suami untuk kembali ke kontrakkan kami saja. Meski kecil dan sempit, meski masih berantakkan karena belum dirapikan lagi sejak melahirkan, kami pun sepakat untuk mengurus anak kami sendiri. Biarlah kami repot. Biarlah kami capek. Setidaknya tak menjadi lebih repot dan capek menghadapi orang-orang lain yang menguras perasaan. Setidaknya tak ada yang mengomentari cara mengurus anak dan jadwal harian kami.
Dan yang paling penting adalah... Tak ada yang menginterupsi proses belajar kami menjadi orangtua baru. Ya, aku dan pak suami sangat bersyukur diberikan kesempatan untuk bisa mengasuh sendiri anak kami. Dan bersyukur pula karena pak suami kala itu masih bekerja secara WFH. Meskipun dalam proses mengasuh anak untuk pertama kalinya ada rasa canggung, bingung, khawatir, ragu, takut, namun kami belajar banyak hal baru. Dan sebagai orangtua, kami merasa lebih bermakna, lebih berarti, lebih lekat ikatannya dengan anak kami.
Maka jika aku boleh menyarankan, teruntuk calon orangtua baru yang akan menyambut kehadiran sang buah hati, jika memungkinkan cobalah tinggal terpisah dari orangtua dan berusaha untuk merawat anak sendiri. Rasakan bagaimana setiap momen belajar dan mengikat kebersamaan dengan anak. Rasakan pula bagaimana capek lelahnya mengurus anak tapi selalu bikin kangen.
Adapun bagi yang harus tinggal dengan orangtua dan mertua, semoga senantiasa dilapangkan dan dikuatkan hatinya untuk menerima berbagai keadaan. Aku selalu kagum pada mereka yang bisa berkhidmat mengikuti suami dan tinggal bersama mertua, in syaa Allah pahalanya tak terhingga.
Dan sejatinya perjalanan belajar menjadi orangtua tak hanya saat baru menjadi orangtua. Karena menjadi orangtua adalah proses belajar sepanjang masa.
4 notes · View notes
notefromfa · 1 year
Text
Cerita Melahirkan Part. 3 (End)
Alhamdulilllah.
Setelah masuk ke ruang rawat inap (ibuk udah ada di sana), aku pun bisa istirahat. Jam 10, jam 1, jam 4 aku bangun dan ke ruang NICU untuk menyusui si bayi. Tentu si bayi belum bisa ya. Tidooorr terus.
Ohya, belajar dari pengalaman ketika lahiran si qiqi dan asi belum keluar, saya uda prepare untuk beli asi booster. Setelah makan malam hari sebelumnya, si asi booster langsung diminum, pun pagi itu setelah sarapan. 
Habis subuh saya bangun minta mandi besar setelah melahirkan. Tentu dengan dibantu oleh Mr.G. Kelar mandi, badan kerasa udah seger dan bersih, lalu Sarapan dan minum obat, minum asi booster, lalu santai-santai dan tidur, dan nyusuin. REPEAT. Tidak lupa juga memberi kabar pada teman dan handai taulan bahwa saya sudah lahiran.
Si bayi masih di ruang NICU karena diinfus, sampai ada visit dari dokter.
Selama seharian, aktivitas saya ga berubah banyak, cuma makan, tidur, nyusuin, repeat sampai hari berikutnya. Asi sudah mulai netes. Bu bidan berkunjung dan memberitahu kalau bayi sudah lepas infus dan bisa rawat gabung. Setelah mandi pagi di hari berikutnya, bayi pun diantar ke ruang saya untuk dirawat gabung. Seneng dong ya. TAPI KOK YA GA INGET BUAT FOTO DAN VIDEO SIH...sebel.
Kemudian Mr.G tanya ke perawat, ini kapan boleh pulangnya, lalu mereka bilang nunggu visit dokter anak dan dokter kandungan dulu. Dokter anaknya visit pagi itu dan bilang kalau si bayi udah oke. Si bayi bisa pulang. Tapi harus nunggu dari dokter kandungannya. Ditungguin, akhirnya malam datang juga. Setelah dicek, oke, ga ada keluhan, boleh pulang. Lalu kami prepare untuk kepulangan. Urusan administrasi kurang lebih 2 jam, lalu jam 10 malam kami pulang dengan si bayi. Alhamdulillah.
Welcome home, sweetheart.
As usual, urusan nama si bayi saya serahkan ke Mr.G. Saya yakin, nama yang dipilihkan Mr.G adalah nama dari langit, bukan sekadar bagus, keren, ngetrend, dll. Jika saya yang pilih, saya takut namanya kurang terberkahi. Tentu secara keimanan kan Mr.G berlevel-level di atas saya tah.
As usual juga, Mr.G meminta nama ke ulama. Pertama, minta ke Mas Ahid, tapi ditolak. Dengan alasan, belum berani, manalagi tiap punya anak, yang ngasih nama selalu Pak Kyai Sholeh. Jadi yasudahhh kami cari alternatif lain. Mr.G pun menghubungi gurunya yang di Kalasan. Alhamdulilah dapat nama cantik, Zakia Shidqiya. Itu adalah nama yang 'muncul'. Pak Kyai ngendiko kalau mau ditambah boleh, lalu kami pun menambah satu kata di tengah sesuai kesepakatan, yaitu Rizquna (biar sama kaya kakaknya: Rizqi-Rizquna).
Itulah cerita lahiran kali ini. Saya fokusnya ke cerita Melahirkan nya saja ya. Kalau dituruti, ceritanya bisa sampai akikahan, begadang, dan segala drama lainnya. Tapi percayalah, semuanya sangat indah untuk dikenang. Menuliskan ini pun salah satu alasan untuk mengenang setiap momen itu.
Semoga Qiya, senantiasa menjadi anak yang terberkahi, sholihah, bermanfaat, cerdas, sehat jasmani dan rohani, beruntung, dan takut kepada Alloh.
We loveyou, sayang.
Jumat, 12 Mei 2023 (ditulis setelah selesai cuti HAHAHAHAAH)
7 notes · View notes
halamanresmi · 1 year
Text
Ngga Ngapa-ngapain
Sesi menyusui pernah membuatku merasa tidak berdaya karena ada perasaan "jadi ngga bisa ngapa-ngapain". Tidak bisa mengerjakan pekerjaan rumah, dan seringkali berusaha "nyambi" balas chat di ponsel.
Aku lalai mengingat fakta bahwa ketika menyusui, aku membutuhkan kalori lebih besar dibandingkan kondisi ketika tidak menyusui. Aku butuh  2425 - 2700 kkl untuk menyusui sedangkan dalam kondisi tidak menyusui adalah 2,125 sampai 2,250 kalori per hari.
Aku lalai mengingat bahwa ketika menyusui sebenarnya aku sedang melakukan sesuatu. Aku sedang menjadi perantara rezeki dari Allah untuk anakku. Aku sedang menjadi perantara kehidupan. ASI yang sedang kuperjuangkan agar bisa masuk ke perut bayi kecilku adalah makanan yang berisi nutrisi penting bagi pertumbuhan sel rambut, kulit, dan organ-organ penting lainnya.
Sesi menyusui juga menjadi pengikat batin antara aku dan anakku. Sesi yang dapat membantu mengisi tangki cinta bayi kecil ini agar semoga kelak diizinkan jadi manusia yang penyayang dan lembut hatinya.
8 notes · View notes
peachjingga · 1 year
Text
Semua Berjuang Dimasing masing Titik Nya
Dipenghujung ramadhan kali ini , Allah banyak memberikan jawaban dan harapan untukku
Mungkin yang terlihat, aku baik baik saja dan tetap bisa sama seperti yang lain , nyatanya ada dimana titik hati mulai goyah dengan ketetapanNya ,
Ribuan kali meyakinkan diri bahwa menjadi hamba yang baik itu butuh berjuang , menjadi istri yang sholehah butuh istiqomah dan menjadi anak yang berbakti butuh kesabaran
Semuanya menjadi satu untuk bisa dilakukan dan tetap diushakan
Allah yang Maha Tau bagaimana hati ini berkecamuk ,
Ada yang bertanya bagaimana kekuatan hatimu ketika menerima bayi , yang kamu tolong saat membantu melahirkan , sedangkan sampai saat ini pun juga kamu belum diberikan keturunan biologis dari Allah?
Ada pula yang bertanya, bagaimana kamu bisa melanjutkan mimpi -mimpimu sedangkan kamu tidak fokus pada apa yang sedang kamu perjuangkan
Dan Alhmdulillah , ntah bagaimana perasaan ini rasanya tidak sulit dan berat ketika menerima bayi yang lahir lewat tangan ini Allah kasih keyakinan dan kepercayaan buat bisa menolong ibu-ibu yang membutuhkan kekuatan juga.
Aku ngga diberikan rasa sakit ketika melihat bayi-bayi itu hadir , tapi aku minta sm Allah , kasih 3 ya Allah sambil senyum dan tertawa
Ntah aku pun bingung , kenapa tidak ada rasa apapun dalam menjalankan profesi bidan ini .
Hanya ada satu , dimana ketika ada yg meminta ketika aku harus mengisi acara tentang kehamilan , persalinan , menyusui, aku merasa tak mampu, dan menolak , karena aku belum merasakannya, pasti berbeda dengan mereka yang merasakannya.
Pada hakikatnya, ternyata kita semua sedang berjuang dititik mana kita ditunjukkan sm Allah
Tumblr media
Kita g pernah diminta menyerah untuk terus bertawakal sm Allah
Jgn pernah berputus asa dan minta terus dikuatkan oleh Allah
Tapi jalan Allah Maha Besar, disela sela harapan itu ada, Allah ijinkan untuk bisa fokus diri sendiri untuk ke Madinah , tapi beratnya lagi harus jauh dari suami , seseorng yang amat sangat menjadi pegangan kita saat ini , rasanya ngga karuan , ternyata Allah sedang rindu dan cemburu mungkin untuk sekali lagi berprasangka baik atas ketetapnNya
Mungkin ke Madinah dulu, buat kamu bisa fokus untuk dirimu, buat bisa dekat sm rumah Allah dan Bisa haji untuk ku dan orng orang tercinta
Mungkin Allah ingin kita belajar bagaimana bertawakal itu harus sungguh sungguh diperjuangkan bukan hanya ucapan
Hanya Allah lah yang paling tau Jalan terbaik kita , KetetapanNya lah yang terbesar dan paling terbaik
Diatas segala harapan manusia dan berharap pada manusia
Bahwa Allah lah pemilik hati terluas dan bisa membuat kita untuk bisa ikhlas atas perjalanan ini
Entah apa yang sebenarnya Allah rencanakan , tapi setiap langkah yang dilakukan hanya karena Yakin Mungkin Allah ingin aku begini karena Allah bisa jadi menyiapkan sesuatu nanti disana
Bisa jadi JalanNya harus begini
Dan Allah lah Ar Rahman dan Arrahim untuk kita semua
Semoga Allah menguatkan usha kita untuk terus berjuang bisa bertawakal kepada Allah
Mencari ketenangan karena tawakal kepada Allah , itu tidak mudah tapi semoga Allah izinkan kita untuk bisa meraih tawakal itu dan menyerahkan segala sesuatunya kepada Allah
3 Hari Menjelang Ramadhan Berakhir di Madinah , 19 April 2023
9 notes · View notes
ardinashulhah · 9 months
Text
#BelajarJadiUmma: Bayi Baru, Umma Baru
Tangis itu pecah, aku merasa gagal berkali-kali mempraktikkan teori perlekatan dan posisi yang benar dalam menyusui. Rasanya sakit di fisik dan hati.
Aku seringkali ingin cepat-cepat bisa, ingin cepat-cepat berhasil. "Na, Ini baru tiga minggu, usia Yusha juga baru tiga minggu.. belum ada sebulan. Nanti bisa.." ibuku menenangkan. Di lain waktu, "Optimis, de. Ada waktunya bisa.." berkali-kali suamiku menasihati.
Tiga pekan usia Yusha di dunia, sepuluh bulan sembilan hari ia tinggal nyaman dalam rahim umma-nya. Terlalu banyak hal baru yang terjadi pada kehidupannya, dunia benar-benar asing. Pun begitu dengan aku, dua puluh tahun lebih hidup di dunia baru tiga pekan ini punya peran jadi ibu. Apa aku tidak terlalu terburu ingin serba bisa ini dan itu?
Empati pada diri sendiri dan pada Yusha shalihku, semua baru untukku dan untuknya. Semoga Allah mampukan dan mudahkan kita ya, nak shalih. :')
Terima kasih tak berkesudahan untuk suami dan ibuku yang senantiasa membantu jatuh bangun kehidupan baru sebagai ibu, Umma bagi Yusha. Terima kasih tiada terkira untuk penerimaan dan kesabaran Yusha pada umma yang masih perlu banyak belajar dalam membersamainya.
Mulai hari ini, semoga senantiasa menghadapi dengan semangat kesyukuran yang banyak, sebab hari-hari yang berliku ini akan kurindu kelak.
Ardina. Bandung, 13 September 2023.
12.01 WIB. Yusha sedang tidur, mungkin sebentar lagi bangun. Semoga Allah mudahkan membersamainya hari ini.
2 notes · View notes
super-doctor · 1 year
Text
Pawrent Journey (PART 5)
Ella (4): Welcoming Cookies Squad
Empat bulan sudah Ella dan Oreo tinggal di rumah bersama kami. Kami akhirnya mengetahui bahwa Ella adalah primadona. Tidak hanya Oyen yang berhasil dipikatnya, beberapa kucing jantan komplek pun tak jarang menyambangi rumah kami untuk apel. Ella kini tengah hamil besar. Entah siapa yang berhasil menghamilinya. Sudah seminggu kerjanya hanya makan, minum, tidur, dan buang hajat. Dia tidak kelayapan keluar lagi. Sesekali Ella terlihat menginspeksi rumah kami, mencari lokasi yang kira-kira cocok untuk tempatnya melahirkan. Entah itu lemari baju kami, kolong kasur, bahkan kabinet dapur kami. Suamiku pun sudah menyiapkan kardus yang dialasi keset bersih untuk persiapan persalinan Ella. Beberapa kali Ella juga masuk ke dalam kardus tersebut, mengendus setiap sudutnya, lalu keluar lagi. Setiap hari sepulang kerja, jika tidak menemukan Ella di dalam rumah, suamiku akan mengecek isi kardus tersebut..kalau-kalau Ella sudah melahirkan. Benar-benar suami kakek siaga (?).
Akhirnya hari yang dinanti-nanti pun tiba. Sepanjang hari Ella mengeong ribut. Dia seperti menyuruh kami mengikutinya ke gudang (di sana lah tempat suamiku meletakkan kardus untuk persalinannya). Rupanya Ella minta kami semua menemaninya, termasuk Oreo. Jika salah satu dari kami ada yang keluar dari gudang, Ella akan melompat dari kardusnya dan mengeong ribut sampai kami semua berkumpul kembali mengelilingi kardus tersebut. Tadinya aku menjauhkan Oreo dari Ella karena aku takut Oreo akan melukai bayinya yang lahir nanti. Tapi ternyata Ella terus ribut sampai aku mendekatkan Oreo kembali ke kardus. Ketika kami semua mengelilinginya, Ella mulai tenang dan kembali masuk ke dalam kardusnya. Suamiku mengelusnya pelan, memberikan dukungan. Ella menatap kami bertiga bergantian, lalu ia pun mulai mengejan.
Satu per satu gumpalan merah keluar dari jalan lahir Ella. Ella menjilati gumpalan-gumpalan tersebut, membersihkan selaput-selaput yang menyelimuti tubuh-tubuh mungil itu. Si kecil Oreo yang baik hati itu terus menemani ibunya. Ia sama sekali tidak mencoba mengganggu ibunya selama proses persalinan berlangsung. Hanya memberikan tatapan dan gerakan-gerakan yang menunjukkan rasa penasaran, tapi tidak lebih dari itu. Total ada 4 bayi kucing yang lahir hari itu: Wafer, Astor, Marie, dan Biscoff. Cookies Squad. 
Semuanya sehat dan menggemaskan. Aku mengelus kepala Ella yang kini tengah menyusui keempatnya. Oreo masih di sana. Suamiku sedikit pusing—literally, sedikit syok setelah melihat proses persalinan Ella, tetapi rasa bangga terpancar dari matanya. Kami punya “cucu” lagi. 
Good job, Ella. Oh, and good job for you too, Oreo!
9 notes · View notes
niketriendah · 11 months
Text
Hal-hal baru dalam hidup
Saat kita masih bayi (mungkin kita tidak ingat masa ini) kita sudah berjuang dari tiduran, tengkurap, berguling, merangkak, duduk, berdiri, hingga akhirnya bisa berjalan. Tidak disangka sekarang kita bisa berlari cepat.
Saat kita masuk ke dalam dunia sekolah, kita sudah berjuang belajar membaca; menulis; berhitung, dan tidak disangka sekarang kita bisa memahami teks sastra yang indah, menulis blog atau sekedar menulis di buku diary, bahkan menyelesaikan soal-soal fisika kimia yang rumit.
Saat kita di dalam dunia kerja, kita berjuang untuk bisa bekerja dalam tim. Memahami begitu banyak pola pikir manusia, bertemu banyak manusia dengan karakter berbeda, hingga cara berkomunikasi yang berbeda. Hingga akhirnya kita mampu bekerja dalam tim dengan banyak perbedaan tersebut.
Saat kita menikah dan masuk ke dalam dunia rumah tangga, yang tadinya mungkin semua urusan kita diselesaikan orang tua kita, tidak bisa memasak, tidak bisa membereskan rumah, tidak bisa apa-apa (karena sudah terbiasa semua terselesaikan dengan baik oleh orang lain). Dan akhirnya kita belajar untuk bisa melakukan itu semua karena tidak selamanya kita bergantung pada orang lain. Memahami segala perbedaan, mulai dari sifat; kebiasaan; hobi; cara berfikir dan komunikasi pada pasangan. Hingga tak terasa pernikahan sudah berjalan sekian tahun lamanya.
Masuk ke fase menjadi seorang ibu (orang tua), yang awalnya kita tidak bisa mengurus anak, hingga akhirnya kita berhasil memandikan, menyusui, menyuapi, mengajari anak-anak kita. Hingga akhirnya nanti anak-anak kita akan mampu berdiri di kakinya sendiri tanpa bergantung lagi pada kita orang tuanya.
Kita; ya, aku kamu mereka; mungkin ada di salah satu fase tersebut. Dalam kehidupan tentu ada tantangan-tantangan yang akan menyapa kita. Awalnya mungkin terasa rumit, namun ternyata setelah kita menjalaninya hal rumit tersebut mampu kita lewati dengan baik (meski bukan yang terbaik).
Ada Allah yang selalu memudahkan kita melaluinya. Ada Allah yang selalu menguatkan kita dikala yang lain tak mampu menguatkan. Ada Allah yang selalu menghilangkan ketakutan kita untuk melaluinya. Tenang, akan selalu ada Allah untuk kita.
Jangan pernah berputus asa apalagi menyerah. Jangan mundur apalagi berbalik arah. You are stronger than you think 🫶
Nike Triendah Asih / Jkt 130723
5 notes · View notes
sarasastra · 1 year
Text
Kalaulah di zaman orangtua kita dulu informasi (mengenai serba-serbi pengasuhan anak) itu sifatnya terbatas, aksesnya tidak banyak dan ngga secanggih sekarang teori maupun praktiknya.
Namun dengan segala keterbatasan itu lah justru kita dibentuk & terbentuk menjadi 'manusia dewasa' dihari ini.
Dan di zaman kita menjadi orangtua saat ini, akses ke informasi + keilmuan soal pengasuhan anak bisa dibilang jauh lebih mudah kita dapatkan. Bahkan, bisa jadi kita merasa kewalahan dengan membaca segala info dan teori yang ada.
Kita melihat berbagai praktik parenting yang dilakukan oleh banyak orang. Dan kita kebingungan untuk mana yang hendak ditiru dan diaplikasikan ke pengasuhan anak kita di rumah.
Dulu, saya juga sempat merasa kewalahan, bingung dan sulit menentukan mana yang perlu diambil dan mana yang ngga usah. Utamanya selama masa kehamilan, merasa banyak sekali yang perlu dipelajari dan dipersiapkan.
Dan ya, memang banyak. Tapi untuk menjaga kewarasan, akhirnya saya memilih untuk mempelajari segala sesuatunya secara bertahap.
Ngga harus saya tau semuanya dari awal. Ngga harus saya pelajari soal gimana mengasuh bayi sebelum saya khatam materi soal kehamilan & persalinan.
Ketika saya sudah merasa okee, bagian serba serbi kehamilan udah cukup tau banyak selanjutnya belajar soal persalinan.
Next, dekat jelang lahiran dan awal-awal membersamai newborn, saya pelajari lebih banyak soal proses menyusui. Saya ngga dulu belajar soal MPASI, itu nanti aja. Sekarang fokus dulu ke belajar menyusui dan merawat bayi baru lahir itu gimana sih.
Karena keputusan itu, saya bisa lebih mindful, enjoy dan tetap waras dalam mengatur informasi yang masuk dan semi-membuat kurikulum belajar sendiri untuk diri saya selama berkarir menjadi ibu baru.
Saya pikir, sebetulnya kita tuh ngga harus dan ngga butuh tau semuanya. Ngga mesti ngerti segala hal. Enggaa. Terlalu berat dan perlu kapasitas otak, mental dan syarat lain untuk bisa menguasai semuanya.
Saya bukan tipikal ibu yang idealis. Saya (belajar jadi) ibu yang baik, dan memasukkan informasi & ilmu hanya yang dibutuhkan saja. Hanya yang akan diterapkan saja. Sebisa mungkin mempertimbangkan segala sesuatunya.
Saya tidak sempurna :') tidak juga cukup cerdas untuk bisa ideal dalam berbagai sisi pengasuhan anak. Sebisa mungkin, saya adaptif dengan kecepatan pertumbuhan & perkembangan anak. Ngga ketinggalan. Bisa ngejar materi supaya saya bisa tetep keep up sama kebutuhan anak. Itu aja.
Kalau ada yang kelihatan jago ngasuh/penerapan teori parenting abc di sosmed, saya cuma bisa bilang "oh alhamdulillaah, mantap mantap!" dan ngga usah ngiri :D itu kan perjalanan parenting dia, dan itu anak dia. Bukan anakku. Bukan proses belajarku.
Jadi gapapa, take it easy, jangan ambil pusing. Fokus aja sama keluarga sendiri :) insya Allah jadi lebih ringan ke kitanya. Ngga kepikiran..
Tangerang, 24 Maret 2023 | 07.13 WIB
16 notes · View notes
dianesstari · 11 months
Text
Rasanya Punya Anak Tiga
Dahulu sebelum menikah tidak pernah membayangkan akan memiliki anak tiga di usia pernikahan yang baru memasuki lima tahun.
Anak pertamaku waktu itu belum genap setahun tetapi sudah mempunyai adik di perut. Rasanya menceburkan diri ke dalam kelas akselerasi. Dua tahun berikutnya mendapat adik lagi. Serasa bumi berputar layaknya lari sprint tiap hari.
Zamannya masih anak gadis suka jagain anak punya saudara bahkan sampai anak tetangga suka dibawa-bawa pulang ke rumah. Lalu membatin sendiri,
"Enak kali yah kalau punya anak banyak."
Sekarang dikasih anak tiga bukannya enggak enak hanya saja pengasuhan anak sendiri menjadi lebih menantang. Kehidupan nyata dan praktik di lapangan jauh lebih menguji nyali kesabaran.
Sekarang apa-apa di rumah serba sat-set, sat-set. Masak nasi sambil menyusui sambil menulis pula. Lagi goreng ikan, sembari menyuapi anak, sembari mengayun si bayi sembari mengambil jemuran. Kalau lagi kalap tetiba lupa bisa-bisa nasi atau ikannya gosong.
Sekali waktu lagi mandi. Belum lima menit pintu sudah di gedor-gedor karena anak menangis mencari ibunya. Bonus kalau mandi bisa keramasan dan luluran ditengah gempuran anak-anak.
Sekali saja terlambat bangun, sudah sebentar lagi runyam tak karuan urusan rumah. Karena terlambat bangun berarti akan terlambat beres rumah, terlambat masak. Jadinya nggak kelar-kelar urusan karena pas anak-anak bangun pekerjaan rumah masih ada yang berantakan.
Tapi lain soal, kalau ibunya cepat bangun, urusan dapur dan rumah beres sebelum anak-anak bangun. Ruang jiwa ibunya lebih plong untuk fokus mengisi tangki cinta anak dengan sepenuhnya hadir menemani anak-anak. Emosi pun menjadi lebih stabil menghadapi anak-anak yang emosinya masih labil.
Pernah juga sementara makan tiba-tiba anak sudah eek di celana, mana tanggung pula makannya, anak satunya lagi menangis minta segera dibuatkan susu sementara suami kebetulan tidak ada di rumah. Lengkap sudah ujiannya.
Risiko tidak punya asisten rumah tangga. Tetapi alhamdulillah diberikan suami yang peka dan selalu sigap siaga. Itu mengapa momen pulangnya suami ke rumah selalu menjadi sesuatu yang ditunggu-tunggu. Sebab hanya bersama dia ibu tiga anak ini melepas penat barang sebentar dari anak-anak.
Suami yang selalu menjadi support system terbaikku di setiap keadaan. Papa panutan buat anak-anak. Kalau lagi kerempongan di rumah tak perlu menunggunya peka duluan.
Sebagian urusan rumah beliau yang membantu menyelesaikan. Tau-tau cucian sudah dijemur tanpa harus pakai kode-kodean apalagi sandi morse. Kalau istrinya lagi lelah seharian di rumah selalu punya ide lucu bikin guyonan apa gitu supaya muka kusutku kembali ceria.
Selama anak ada tiga juga merasa kok kayak dunia lebih cepat berputar dari sebelumnya. Bangun di subuh hari, beresin anak-anak dan rumah, tau-tau sudah masuk duhur. Siang boboin anak satu-satu, tiba-tiba sudah magrib saja. Sampai tengah malam dibangunin anak minta garuk, minta susu, eh tau-tau sudah mau subuh lagi.
Meski terkadang ada drama namun itu hanya sebagai bumbu penyedap untuk menambah nikmatnya saat-saat membersamai anak-anak.
Meski lelah dan tak mudah, menjadi ibu anak tiga adalah sesuatu yang sampai kapanpun akan terus aku syukuri.
4 notes · View notes
hanayuree · 1 year
Text
Manfaat menggendong:
Bonding dengan orangtua
Agar bayi bisa bersendawa atau mengeluarkan gumoh sehabis menyusui
Ibu bisa beraktifitas bersama2 dengan bayi
Memberikan ketenangan, rasa aman dan nyaman kepada bayi
Menjawab komentar mitos menggendong:
Sejujurnya masih bingung gimana nanti menanggapi komentar orang jika menggunakan metode m shape🫠 Karena bakal lahiran dikampung yg notabene orang-orangnya masih awam, selama hamil aja ada aja komentar-komentar bumil harus inilah bumil ngga boleh itulah yg tidak terbukti secara medis. Jadi kemungkinan untuk awal masih akan menggunakan jarik atau ringsling, nanti baru ketika akan kembali ke kota tempat kerja nyoba pake m shape hehe
7 notes · View notes
lamanberkisah · 1 year
Text
Sejak awal menyusui sampai si adek berusia 4 bulan menuju 5, hal yang ternyata cukup menyakitkan bagi busui adalah seperangkat kalimat *judgment* yang ditujukan entah untuk dia ataupun ke bayi-nya.
Seperti kalimat
"ASI mu jelek.., ASI mu kurang, ASI mu tidak ada, kamu salah, Si adek kok hitam, anaknya kecil, hidungnya kok begini dan begitu, etc"
Yang sedihnya banyak dilakukan oleh keluarga dekat sendiri. Khususnya org org tua yang katanya berpengalaman dan hidup dimasa akses informasi masih begitu mahal rasanya (alias perkembangan teknologi dan informasi tidak seperti sekarang ini dan minim akses terhadap informasi yang terpercaya hingga mitos pun merajalela)...
4 notes · View notes