Tumgik
#jual kitab arab
syam1974 · 2 years
Photo
Tumblr media
Semoga Allah memberi Petunjuk Kepada Para Pemimpin Kita, dan Semoga Allah mengampuni dosa-dosa mereka. Aamiin LARANGAN MENGAMBIL HARTA SESEORANG KECUALI DENGAN JALAN PERDAGANGAN/JUAL BELI. Agama Islam yang anda imani dan cintai ini adalah agama yang benar-benar menghormati hak asasi dan kepemilikan umat manusia. Karenanya Islam tidak membenarkan bagi siapapun untuk mengambil hak seseorang tanpa seizin darinya. “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama suka diantara kamu.” (Qs. An Nisa’: 29) Demikianlah syari’at agama Islam yang saudara cintai ini. Dan barang siapa yang melanggar ketentuan ini, maka diberlakukan padanya hukum-hukum Islam, baik di dunia ataupun di akhirat. Berdasarkan prinsip ini, Islam tidak membenarkan berbagai pungutan yang tidak didasari oleh alasan yang dibenarkan, diantaranya ialah pajak. Pajak atau yang dalam bahasa arab disebut dengan al muksu adalah salah satu pungutan yang diharamkan, dan bahkan pelakunya diancam dengan siksa neraka: “Sesungguhnya pemungut upeti akan masuk neraka.” (Riwayat Ahmad dan At Thobrany dalam kitab Al Mu’jam Al Kabir dari riwayat sahabat Ruwaifi’ bin Tsabit radhiallahu ‘anhu, dan hadits ini, oleh Al Albany dinyatakan sebagai hadits shahih.) Wallahua'lam Barakallahu fiikum @taubat_riba #taubat_riba #taubatnasuha #taqwa #bebasutang #tanpautang #xbank_solusi #xbank_gopay #xbank_syariah #xbank_wadiah #xbank_murabahah #xbank_saham #xbank_banksyariah #xbankindonesia #xbank_asuransi #xbank_koperasi #xbank_kredit #xbank_leasing #xbank_kpr #xbank_istidraj #xbank_nasehat #xbanksyariahofficial_banksyariah #kreditsyariah #pajak #pajakdalamislam #pemungutpajakdineraka #pemungutpajak #pajaknegara #pend (di Kapuas Kota Air - Kalteng) https://www.instagram.com/p/CmZ9vOEhSjT/?igshid=NGJjMDIxMWI=
0 notes
kitabkuning99 · 4 years
Text
0813-5173-3881, Jual kitab Fathul Qorib
telp: 0813-5173-3881, kitab kuning riyadhus shalihin pdf, kitab kuning riyadul badiah pdf, kitab kuning risalatul mahid, kitab kuning rumah tangga, referensi kitab kuning, kitab kuning safinah, kitab kuning safinatun najah pdf, kitab kuning shahih bukhari pdf, kitab kuning sejarah nabi, kitab kuning sirrul asror
Distributor Kitab Kuning menyediakan kembali kitab-kitab Islami dalam format baru, yang mana kitab kuing kini telah menjadi kebutuhan utama guna mempermudah penelaah dan meneliti, menemukan materi yang dibutuhkan dalam waktu singkat. Beranjak dari ini, Distributor Kitab Kuning berupaya mempublikasikan kembali buku berbahasa Arab -populer disebut "kitab kuning (Kitab Karya Ulama Salaf)"- yang tidak bertentangan dengan syariat Islam dan i'tiqad ahlus sunnah waljama'ah. Di samping mennyadiakan kitab-kitab dengan format klasik, juga menyediakan kitab dengan format kontemporer tetapi tetap mempertahankan ciri-ciri khusus kitab klasik.
Pemesanan Kitab Hubungi Ahmad:
Telp/wa: 0813-5173-3881
0 notes
miroplasi · 3 years
Text
Kemana Waktumu Berlalu (Harishun Ala Waqtihi)
Oleh: Ustadz Umar Hidayat, M.Ag
Betapa bahagianya bila amal kita bermanfaat melintasi umur dan usia kita.
“Jika Allah menginginkan kebaikan untuk hamba-Nya, Dia menolongnya dengan waktu dan membuat waktunya sebagai penolong baginya.’ (Ibnu Qayyim Al-Jawziyyah)
Bukankah kewajiban kita jauh lebih banyak yang harus dilakukan dari pada waktu yang tersedia? Di sinilah kita betul-betul membutuhkan pengelolaan waktu dengan baik. Bukankah Waktu yang telah hilang tidak akan pernah Anda temukan lagi karena waktu tak bisa kembali lagi.
Dari Abdullah Ibnu Mas’ud RA bahwasanya dia berkata: “Tidaklah aku menyesali sesuatu, seperti penyesalanku atas suatu hari yang berlalu dengan terbenamnya matahari, semakin berkurang umurku tetapi tidak bertambah amalanku.”
Jika engkau tak disibukan dengan kebaikan, maka yakinlah engkau sedang bergelut dalam keburukan. Lalu kita baru sadar setelah semuanya terjadi. Dan penyesalan selalu datang terlambat mengunjungi. Tentu Kita menyadari, bahwa kita adalah orang yang ingin selalu berubah menjadi lebih baik dalam hidup ini…..
Jika mau berubah, hal pertama yang harus dilakukan adalah rubah kebiasaanmu. Dan untuk mengubah kebiasaan itu kita wajib merubah cara memanfaatkan waktu yang selama ini dilakukan. Inilah uniknya waktu, dengan segala sifat yang melekat di dalamnya. Sehingga sedemikian rupa kita harus memanfaatkan waktu dengan sebaik-baiknya. Di siniah sukses dan bangrut kita pertaruhkan. Untung dan rugi kita ujikan.
Inilah alasannya, Allah secara khusus mengungkap tentang waktu ini dalam Al-Qur’anul Karim Surat Al-Ashr (103): 1-3, “Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shalih dan nasihat menasihati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.”
Ayat di atas menjelaskan bahwa manusia memang benar-benar berada dalam kerugian apabila tidak memanfaatkan waktu yang telah diberikan oleh Allah secara optimal untuk mengerjakan perbuatan-perbuatan baik. Hanya individu-individu yang beriman dan kemudian mengamalkannyalah yang tidak termasuk orang yang merugi, serta mereka bermanfaat bagi orang banyak dengan melakukan aktivitas dakwah dalam banyak tingkatan.
Pandai menjaga waktu (harishun ala waqtihi) merupakan faktor penting bagi manusia. Waktu kita sama. Tapi isinya bisa berbeda. Satu hari sama 24 jam, tapi hasil seseorang bisa jauh berbeda. Kesempatan kita sama 24 jam dalam sehari, tapi yang mengisinya dengan amal sholih, tidak semua kita bisa. Tentu bukan tanpa sebab Allah secara khusus ngebahasnya dalam al Qur’an. Lebih lanjut, dalam Al-Qur’an surat Al-Imran (3) ayat 104, Allah berfirman, “Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar, merekalah orang-orang yang beruntung.”
Dengan demikian, hanya orang-orang yang mengerjakan yang ma’ruf dan meninggalkan yang munkarlah orang-orang yang memperoleh keuntungan. Sukses. Berkejayaan. Berhasil. Sesungguhnya, jika mengelola waktu (harishun Ala Waqtihi) adalah kunci keberhasilan, maka mengelola diri (jiwa) itu adalah kunci mengelola waktu.
Setiap muslim yang memahami ayat di atas, tentu saja berupaya secara optimal mengamalkannya. Dalam kondisi kekinian dimana banyak sekali ragam aktivitas yang harus ditunaikan, ditambah pula berbagai kendala dan tantangan yang harus dihadapi. Seorang muslim haruslah pandai untuk mengatur segala aktivitasnya agar dapat mengerjakan amal shalih setiap saat, baik secara vertikal maupun horizontal.
Secara vertikal, dirinya menginginkan sebagai ahli ibadah, dengan aktivitas qiyamullail, shaum sunnah, bertaqarrub illallah, dan menuntut ilmu-ilmu syar’i. Dalam hubungannya secara horizontal, ia menginginkan bermuamalah dengan masyarakat, mencari maisyah bagi keluarganya, menunaikan tugas dakwah di lingkungan masyarakat, maupun di tempat-tempat lainnya.
Hanya orang-orang ‘hebat’ dan mendapatkan taufik dari Allah, yang mampu mengetahui urgensi waktu lalu memanfaatkanya seoptimal mungkin. Dalam hadits, “Dua nikmat yang banyak manusia tertipu dalam keduanya, yaitu nikmat sehat dan waktu luang. (HR. Bukhari).
Semua itu tentu saja harus diatur secara baik, agar apa yang kita inginkan dapat terlaksana secara optimal, tanpa harus meninggalkan yang lain. Misalnya, ada orang yang lebih memfokuskan amalan-amalan untuk bertaqarrub ilallah, tanpa bermu’amalah dengan masyarakat. Ada juga yang lebih mementingkan kegiatan muamalah dengan masyarakat, tetapi mengesampingkannya kegiatan amalan ruhiyahnya.
Sebagai muslim, tentu tidak ada yang patut kita teladani selain peri kehidupan nabi Muhammad S.A.W. dalam segala aspek kehidupan. Tidak hanya dalam hal ritual tetapi dalam kehidupan sosial bermasyarakat. Begitupun dengan para sahabat Rasulullah. Mus’ab bin Umair misalnya. seorang pemuda yang kaya, berpenampilan rupawan, dan biasa dengan kenikmatan dunia. Ibunya sangat memanjakannya, sampai-sampai saat ia tidur dihidangkan bejana makanan di dekatnya. Ketika ia terbangun dari tidur, maka hidangan makanan sudah ada di hadapannya.
Dalam Asad al-Ghabah, Imam Ibnul Atsir mengatakan, “Mush’ab adalah seorang pemuda yang tampan dan rapi penampilannya. Kedua orang tuanya sangat menyayanginya. Ibunya adalah seorang wanita yang sangat kaya. Sandal Mush’ab adalah sandal al-Hadrami, pakaiannya merupakan pakaian yang terbaik, dan dia adalah orang Mekah yang paling harum sehingga semerbak aroma parfumnya meninggalkan jejak di jalan yang ia lewati.” (al-Jabiri, 2014: 19).
Ia adalah di antara pemuda yang paling tampan dan kaya di Kota Mekah. Kemudian ketika Islam datang, ia jual dunianya dengan kekalnya kebahagiaan di akhirat. Sejak itu seluruh waktu kehidupannya ia persembahkan di jalan dakwah bersama Rasulullah, hingga akhir hidupnya. Rasulullah Saw mengenang Mus’ab dalam bersabdanya,
مَا رَأَيْتُ بِمَكَّةَ أَحَدًا أَحْسَنَ لِمَّةً ، وَلا أَرَقَّ حُلَّةً ، وَلا أَنْعَمَ نِعْمَةً مِنْ مُصْعَبِ بْنِ عُمَيْرٍ
“Aku tidak pernah melihat seorang pun di Mekah yang lebih rapi rambutnya, paling bagus pakaiannya, dan paling banyak diberi kenikmatan selain dari Mush’ab bin Umair.” (HR. Hakim).
Sedang kita……………..?
kita kadang masih tertukar, menjual akhiratnya untuk dunianya. Kejar dunia, lupa akhirat. Waktu habis untuk urusan dunia, akhirat tak kebagian adanya. Meredupkan akhirat untuk alasan dunia. Bangsa Arab mengenal waktu adalah pedang. Sedangkan Bangsa Barat menetapkan waktu adalah uang. Tentu efeknya akan berbeda antara keduanya.
Benarlah kiranya nasehat Al-Hasan Basri; “Sungguh saya telah berjumpa dengan beberapa kaum, mereka lebih bersungguh-sungguh dalam menjaga waktu mereka daripada kesungguhan kalian untuk mendapatkan dinar dan dirham”
Coba kita saksikan episode singkat Rasulullah dan para salafush sholih dalam memanfaatkan waktunya:
Rasulullah SAW : Dalam waktu 23 tahun bisa membangun peradaban Islam yang tetap ada sampai sekarang. Ikut 80 peperangan dalam tempo waktu kurang dari 10 tahun, santun terhadap fakir miskin, menyayangi istri dan kerabat, dan yang luar biasa adalah beliau seorang pemimpin umat yang bisa membagi waktu untuk umat dan keluarga secara seimbang!
Zaid bin Tsabit RA : Sanggup menguasai bahasa Parsi hanya dalam tempo waktu 2 bulan! Beliau dipercaya sebagai sekretaris Rasul dan penghimpun ayat Quran dalam sebuah mush’af
Abu Hurairah : Masuk Islam usia 60 tahun. Namun ketika meninggal di tahun 57 H, beliau meriwayatkan 5374 Hadits! (Subhanallah!)
Anas bin Malik : Pelayan Rasulullah SAW sejak usia 10 tahun, dan bersama rasul 20 tahun. Meriwayatkan 2286 Hadits.
Abul Hasan bin Abi Jaradah (548 H) : Sepanjang hidupnya menulis kitab-kitab penting sebanyak tiga lemari.
Abu Bakar Al-Anbari : Setiap pekan membaca sebanyak sepuluh ribu lembar.Syekh Ali At-Thantawi : Membaca 100-200 halaman setiap hari. Kalkulasinya, berarti dengan umurnya yang 70 tahun, beliau sudah membaca 5.040.000 halaman buku. Artikel yang telah dimuat di media massa sebanyak tiga belas ribu halaman. Dan yang hilang lebih dari itu.
Ibnu Jarir Ath-Thabari, beliau menulis tafsir Al-Qur’an sebanyak 3.000 lembar, menulis kitab Sejarah 3.000 lembar.Setiap harinya beliau menulis sebanyak 40 lembar selama 40 tahun.Total karya Ibnu Jarir 358.000 lembar.
Ibnu Aqil menulis kitab yang paling spektakuler yaitu Kitab Al-Funun, kitab yang memuat beragam ilmu, adz-Dzahabi mengomentari tentang kitab ini, bahwa di dunia ini tidak ada karya tulis yang diciptakan setara dengannya. Menurut Ibnu Rajab, sebagian orang mengatakan bahwa jilidnya mencapai 800 jilid.
Al-Baqqilini tidak tidur hingga beliau menulis 35 lembar tulisan.
Ibnu Al Jauzi senantiasa menulis dalam seharinya setara 4 buah buku tulis. Dengan waktu yang dimilikinya, beliau mampu menghasilkan 2.000 jilid buku. Bekas rautan penanya Ibnul Jauzi dapat digunakan untuk memanasi air yang dipakai untuk memandikan mayat beliau, bahkan masih ada sisanya.
Iman An-Nawawi setiap harinya berlajar 12 mata pelajaran, dan memberikan komentar dan catatan tentang pelajarannya tersebut. Umur beliau singkat, wafat pada umur 45 tahun, namun karya beliu sangat banyak dan masih dijadikan sumber rujukan oleh umat muslim saat sekarang ini.
Al Biruni, (362H—440H), seorang ahli ilmu falak dan ilmu eksakta, ahli sejarah, dan menguasai lima bahasa yaitu bahasa Arab, Suryani, Sanskerta, Persia dan India. Saat detik-detik terakhir hidup beliau, tetap mempelajari masalah faraidh (waris). Lalu seorang berkata kepada beliau, layakkah engkau bertanya dalam kondisi seperti ini? Beliau menjawab, kalau aku meninggalkan dunia ini dalam kondisi mengetahui ilmu dalam persoaalan ini, bukankah itu lebih baik dari pada aku hanya sekedar dapat membayangkannya saja, tidak tahu ilmu tentangnya. Tidak lama setelah itu beliau wafat.
Ibrahim bin Jarrah berkata, “Imam Abu Yusuf Al Qadli rahimahullah sakit. Saya Menjeguknya. Dia dalam keadaan yang tidak sadarkan diri. Ketika tersadar, dia berkata kepadaku, ‘hai Ibrahim, bagaimana pendapatmu dalam masalah ini?’ Saya menjawab, ‘Dalam kondisi ini seperti ini?’ Dia menjawab, ‘Tidak apa-apa, kita terus belajar. Mudah-mudahan ada orang yang terselamatkan karenanya.’ Lalu aku pulang. Ketika aku baru sampai di pintu rumah, aku mendengar tangisan. Ternyata ia telah wafat.”
Syaikh Ibnu Taimiyah selalu menelaah dan memetapi pelajarannya saat beliau sakit atau berpergian. Ibnu Qayyim berkata, Syaikh kami Ibnu Taimiyah pernah menuturkan kepadaku, “Ketika suatu saat aku terserang sakit, maka dokter mengatakan kepadaku,‘Sesungguhnya kesibukan anda menelaah dan memperbincangkan ilmu justru akan menambah parah penyakitmu’. Maka saya katakan kepadanya, ‘Saya tidak mampu bersabar dalam hal itu. Saya ingin menyangkal teori yang engkau miliki. Bukankah jiwa merasa senang dan gembira, maka tabiatnya semakin kuat dan bias mencegah datanya sakit?’ Dokter itu pun menjawab, ‘Benar.’ Lantas saya katakan, ‘Sungguh jiwaku merasa bahagia dengan ilmu, dan tabiatku semakin kuat dengannya. Maka, saya pun mendapatkan ketenangan.’ Lalu dokter itu menmpali, ‘Hal ini diluar model pengobatan kami.’
Mempersingkat waktu makan, serta mengurangi makan agar tidak selalu sering ke WC
Kesungguhan genarasi salafus shalih umat ini dalam memanfaatkan waktu sampai pada tingkat bahwa mereka merasa sayang dengan waktu yang dipakai untuk makan, maka mereka mempersingkat sebisa mungkin.
Dawud At-Tha’i rahimahullah memakan alfatit(roti yang dibasahi dengan air). Dia tidak memakan roti kering (tanpa dibasahi). Pembantunya bertanya, “Apakah anda tidak berhasrat makan roti?” Dawud menjawab, “Saya mendapatkan waktu yang cukup untuk membaca 50 ayat antara memakan roti kering dan basah.” (Sifatus Shafwah, 3/92)
Ibnu Rajab Al-Hambali rahimahullahmenceritakan kepada kita, Ibnu Aqil berkata, “Aku menyingkat semaksimal waktu-waktu makan, sehingga aku lebih memilih memakan kue kering yang dicelup ke dalam air (dimakan sambil dibasahi) dari pada memakan roti kering, karena selisih waktu mengunyahnya (waktu dalam mencelup kue dengan air lebih pendek daripada waktu memakan roti keringi) bisa aku gunakan untuk membaca dan menulis suatu faedah yang sebelumnya tidak aku ketahui.” (Dia melakukan hal itu supaya bisa memanfaatkan waktu lebih). (Dzailut Thabaqatil Hanabilah, Ibnu Rajab,1/177)
Asy-Syamsul Ashbahani, (674H—749 H), seorang tokoh mahzab Syafii, pakar fiqih dan tafsir. Apa yang diceritakan tentang beliau menunjukkan antusiasnya terhadap ilmu dan ‘pelitnya’ beliau untuk menyia-nyiakan waktu. Sebagian sahabatnya pernah menuturkan bahwa beliau sangat mengindari makan yang banyak, yang tentunya akan butuh banyak minum, dan selanjutnya butuh waktu masuk WC. Sehingga waktu pun banyak terbuang. Lihatlah! bagaimana mahalnya waktu dalam pandangan imam yang mulia ini. Dan tidaklah waktu itu mahal bagi beliau melainkan karena betapa sangat mahalnya ilmu tersebut.
Memanfaatkan waktu perjalanan dengan membaca buku, berzikir, menuntut ilmu, bahkan menyampaikan hadist
Said bin Jabir berkata, “Saya pernah bersama Ibnu Abbas berjalan disalah satu jalan di Mekah malam hari. Dia mengajari saya beberapa hadis dan saya menulisnya diatas kendaraan dan paginya saya menulisnya kembali diatas kertas.” (Sunan Ad-Darimi, Imam Ad-Darimi, 1/105)
Tentang Al-Fath bin Khaqan, beliau membawa kitab dalam kantong bajunya. Apabila beliau bangun dari tempat duduknya untuk shalat atau buang air kecil atau untuk keperluan lainnya, beliau membaca kitabnya hingga sampai ke tempat ingin dia tuju. Beliau juga melakukan hal tersebut ketika kembali dari keperluanya. (Taqyiidul ‘Ilm, Al Khatib Al-Baghdadi)
Imam An-Nawawi tidak pernah menyia-nyiakan waktunya, baik di waktu siang atau pun malam, kecuali menyibukkan dirinya dengan ilmu. Hingga ketika beliau berjalan di jalanan, beliau mengulang-ngulang ilmu yang telah dihafalnya, atau membaca buku yang telah ditelaahnya sambil berjalan. Beliau melakukan itu selama enam tahun. (Tadzkiratul Huffaz, Adz-Dzahabi, 4/1472)
Ibnu Khayyath An-Nahwi, wafat tahun 320 H. Konon, beliau belajar di sepanjang waktu, hingga saat beliau sedang berada di jalanan. Sehingga terkadang, beliau terjatuh ke seleokan, atau tertabrak binatang. (Al-Hatstsu ‘ala Thalabil ‘Ilm wal ijtihad fi jam’ihi, Abu Hilal Askari, hal. 77)
Mengurangi tidur, dan mengisi malamnya dengan menuntut ilmu dan ibadah.
Muhammad bin Hasan Asy-Syaibani tidak tidur malam kecuali sangat sedekit sekali. Beliau adalah seorang imam ahli fikih, ahli ijtihad dan ahli hadis. Beliau lahir tahun 132H, dan wafat 189H. Konon beliau sering tidak tidur malam. Beliau biasanya meletakkan beberapa jenis buku disisinya. Bila bosan membaca satu buku, beliau akan menelaah yang lain. Beliau menghilangkan rasa kantuk dengan air, sembari berujar, “Sesungguhnya tidur berasal dari panas”. (Miftahus Sa’adah wa Misbahus Siyadah, I:23)
Gurunya Imam An-Nawawi berkata tentang Al-Hafizh Al-Mundziri, “Saya belum pernah melihat dan mendengar seorang pun yang paling bersungguh-sungguh dalam menyibukkan diri dengan ilmu selain dirinya. Ia senantiasa sibuk di waktu malam dan siang hari. Saya pernah berdampingan dengannya di sebuah madrasah di Kairo. Selama 12 tahun, rumahku berada di atas rumahnya. Selama itu pula saya belum pernah bangun malam pada setiap jammya, melainkan cahaya lampu senantiasa menyala di rumahnya, sedangkan ia hanyut dalam ilmu. Bahkan ketika makan pun ia sibuk dengan ilmu.” (Bustanul Arifin, Imam Nawawi)
Dan kita…….??????????????
Apa yang sudah patut dibanggakan dari diri kita?
Kita adalah orang yang ingin manfaat amal kita bisa dinikmati melintasi usia dan umur kita.
Bismillah..
188 notes · View notes
hazumio · 4 years
Text
Akhlak yang banyak disalah Pahami.
‘Akhlak itu ketaatan kita pada syariat, kalau kita taat, maka akhlak kita baik, kalau kita gak taat maka akhlak kita buruk’
Sekilas penjelasan dari Musryfah saya saat kami duduk melingkar mengkaji kitab berbahasa arab dalam pembahasan Akhlak.
Saya langsung menganggukkan kepala tanda ‘ooh’.
Selama ini saya pikir akhlak adalah murah senyum, tetep lemah lembut sama orang walau dijahatin, toleransi, tidak berkata kasar dst dst.
Guru saya memperjelas sebenarnya dalam Islam gak ada pembahasan soal akhlak secara detail sebagaimana membahas soal sholat, sistem pemerintahan, zakat, jihad. Hanya bisa diambil kesimpulan akhlak yaitu ketaatan pada syariat. Perbuatan kita tidak dinilai atas dasar suka/tidak suka, tapi sesuai syariat/gak.
Jadi, jujur, berbuat baik, toleransi, tidak berkata kasar, lembut sama orang walau dijahatin, tidak dinilai berdasar perbuatan itu sendiri, melainkan dia dinilai berdasar apa kata syariat. Karena akhlak adalah ketaatan pada syariat maka kita harus bersikap sesuai dengan syariat. Bukan berdasarkan perasaan kita.
Jujur misalnya tidak selalu jujur itu adalah akhlak yang baik, kenapa? karena kadang kala jujur malah jadi akhlak yang buruk, kapan jujur jadi akhlak yang buruk? saat dimedan perang bertemu musuh, karena diposisi ini bohong adalah akhlak yang baik,  sedangkan jujur pada jual-beli merupakan akhlak yang baik dan bohong pada jual-beli merupakan akhlak yang buruk.
Begitupun dengan berbuat baik semisal ngasih duit orang, ngasih duit orang tidak selalu menjadi akhlak yang baik, karena kalau yang dikasih malah untuk beli khamr, maka memberi duit ini jadi akhlak yang buruk.
Dan seterusnya seperti itu, akhirnya membuat saya berfikir, kalau kayak gini nih agama, sampe mati gue gak boleh berenti belajar, kenapa? karena banyak banget yang mesti dipelajari agar benar-benar bisa menjadi Muslim yang baik & benar dalam menjalankan syariat Islam.
Dan menahan diri untuk gak ngekonsumsi hal-hal yang diharamkan walau lagi trend merupakan akhlak yang baik, jadi inget banget dulu karena sering lihat drama korea nenggak wine jadi mikir rasanya gimana, temen yang masih lurus bilang ‘ sabar aja, ntar kalau Allah ridho dengan rasa penasaran kita soal wine dan karena sikap menahan diri itu kita dimasukkan surga, di surga bisa kita cobain, 1 ember kalau perlu’ Kami berdua langsung tertawa terbahak-bahak. 
Menutup aurat saat sholat itu akhlak yang baik, membuka aurat saat sholat itu akhlak yang buruk, menutup aurat saat keluar rumah itu akhlak yang baik, membuka aurat saat keluar rumah itu akhlak yang buruk. Dan seterusnya demikian.
Jadi siapa orang yang gak ada akhlak itu? orang yang gak pernah taaat pada syariat Allah, itulah orang yang gak ada akhlak.
80 notes · View notes
kakakwahyu · 3 years
Text
Di Masjid
(01/03/2019)
Tumblr media
Kita langkahkan kaki keluar dari rumah,
menuju sumber suara di mana adzan dikumandangkan;
kita datang untuk sholat.
Anggota badan basah karena usai berwudhu,
lisan juga turut basah; karena selalu berdzikir di setiap waktu.
Terkadang, kita menepi.
Mendekati rak buku yang ada di setiap sudut-sudut ruangan masjid;
untuk membaca Al-Qur'an.
Seringkali, setelah menunaikan sholat,
meja ditata, kursi digeser ke depan shaf, mikrofon diuji coba,
sebotol air minum dikeluarkan,
kemudian seseorang yang membawa beberapa kitab berbahasa Arab maju ke depan dan duduk di sana;
kita hadir untuk bermajelis ilmu.
HalaI-haram,
tauhid-syirik,
sunnah-bid'ah,
surga-neraka, … .
Semua diajarkan untuk meraih rasa takut kepada Allah,
sehingga melahirkan keimanan yang kokoh untuk menghadapi samarnya pandangan hidup di depan kita,
dengan penuh harap yang disertai rasa cinta kepada-Nya.
”Di rumah-rumah yang di sana Allah telah memerintahkan untuk dimuliakan dan disebut nama-Nya di dalamnya, di sana ber-tasbih (menyucikan)-Nya pada waktu pagi dan waktu petang. Laki-laki yang tidak dilalaikan oleh perniagaan dan tidak (pula) oleh jual beli dari mengingat Allah, mendirikan shalat, dan membayarkan zakat. Mereka takut pada suatu hari yang (di hari itu) hari dan penglihatan menjadi goncang. " (QS. an-Nur: 36-37 konsultasisyariah.com)
Rasulullah ﷺ bersabda: ”Sesungguhnya, masjid-masjid ini hanyalah untuk menegakkan dzikir kepada Allah ’Azza wa Jalla, shalat, dan bacaan al-Qur’an.” (HR. Muslim, no. 285 idem)
Barakallahu fiikum ...
1 note · View note
rosesarewardah-blog · 4 years
Text
Pengalaman Interview Pegawai Syariah LS41 SPA Pahang
Assalamualaikum. Hi there!
Harini saya tak tulis banyak pun. Cuma nak ceritakan sedikit pengalaman saya menjalani temuduga Pegawai Syariah LS41 dibawah SUK melalui permohonan ni Lawan web SPA Negeri Pahang. Walaupun saya tidak berjaya untuk lulus temuduga tersebut namun ianya merupakan satu pengalaman berharga juga bagi saya yang baru mula untuk nak pursue di dalam kerjaya profession guaman ini.
Interview ini dah lama sebenarnya, pada 20 Ogos 2019. Masa ini saya masih lagi bekerja di Cheras, Kuala Lumpur. Iklan kekosongan ni diwar-warkan di Lawan Web SPA Negeri Pahang dan Facebook juga. Terdapat dua kekosongan namun secara detail saya juga tidak pasti apakah posisi jawatan tersebut. Hal ini kerana Pegawai Syariah LS41 terdiri daripada Pegawai Sulh dan Hakim Syarie yang bertugas di Mahkamah Syariah dibawah JKSM, Pendakwa Syarie yang bertugas di Pejabat Agama Islam Negeri Pahang dan juga Peguam Syarie Jabatan Bantuan Guaman juga di bawah JKSM.
Namun saya andaikan disebabkan tidak ada kelayakan Sijil Peguam Syarie ketika hebahan iklan maka posisi LS41 untuk temuduga kali ini mungkin Pegawai Sulh atau Pendakwa Syarie.
Baiklah apabila hari temuduga tiba. Saya dimaklumkan bahawa sehari sebelum temuduga itu sudah ada 1 batch yang telah ditemuduga. Pada hari temuduga saya pula sudah ada 13 calon. Manakala esoknya juga ada 1 batch lagi untuk ditemuduga. Saya tidak dapat menganggarkan berapa calon yang layak untuk ditemuduga namun banyak juga yang telah ditapis kerana rakan 1 kelas saya yang juga beralamat Pahang tidak berjaya untuk melepasi ke peringkat temuduga. 
Dalam 13 calon tersebut, kesemuanya mempunyai IC di Pahang. Sama ada anak jati Pahang atau sedang bekerja di Pahang. Tiga orang daripada mereka ditemuduga untuk naik pangkat. Ini bermakna pada mulanya mereka adalah Penolong Pegawai Syariah LS29 iaitu Timbalan Pendakwa Syarie atau Penolong Pegawai Syariah dibawah JKSM. Ada juga diantara mereka yang sudah berkali-kali menjalani temuduga ini namun tidak lepas. Ada juga antara calon merupakan Pensyarah bidang Syariah dan lepasan universiti-universiti antarabangsa. Tipulah jika saya saya tak gementar, inikan pula selepas mengetahui latarbelakang pendidikan dan pekerjaan mereka yang agak senior. Sedangkan saya pula pertama kali menjalani temuduga dan boleh dikira sebagai Fresh Grad juga.
Panel penemuduga pula 3 orang. Hakim Syarie dan Pegawai-pegawai  di bawah SUK Pahang. Etika asas bagi calon pula mestilah memakai kod etika yang formal dan sewajarnya. Kami rata-rata memakai baju hitam-putih, blazer, kasut hitam tertutup. Dilarang jubah atau apa-apa attire yang tidak berbentuk formal. Salah sorang daripada kami yang memakai jubah telah diminta untuk balik dan menukar baju oleh penganjur temuduga sebelum ditemuduga ahli panel. Dokumen-dokumen  juga mestilah lengkap dan bawa yang asal seperti transkrip, IC, sijil SPM dan sebagainya.
Baiklah, bercerita berkenaan soalan-soalan temuduga pula. Pada awal temuduga, soalan pertama sekali yang diajukan kepada saya yang membuat saya terkejut dan berfikir juga adalah “Awak ni anak siapa, mak ayah awak siapa?’’ Untuk pengetahuan semua, saya pada mulanya jawab dengan jujur sahaja soalan ini. Namun setelah habis temuduga, baru saya perasan yang saya rasa panel ingin mengetahui jika ibu bapa saya ada connection atau merupakan nama-nama besar. Bukan apa, sebelum temuduga ini saya sudah tahu yang salah seorang daripada calon merupakan anak kepada Ketua Hakim Syarie di salah sebuah negeri. Soalan yang pertama yang diajukan ini menguatkan lagi pendapat saya bahawa sememangnya ‘kabel’ ini sangat penting dalam menempa nama dalam jabatan-jabatan kerajaan khususnya. Pastilah lain layanan bagi anak seorang Ketua Hakim Syarie dengan orang daripada middle-class seperti saya.
Namun begitu, saya teruskan juga menjawab soalan-soalan dengan yakin walaupun masih lagi gementar di dada. Soalan-soalan yang saya dapat adalah;-
1. perkenalkan diri 2. diminta cakap arab sedikit 3. kenapa nak bekerja dalam institusi kehakiman islam? 4. kalau awk dah dapat tauliah peguam syarie dan awak juga dapat jawatan ni, mana satu awak pilih dan kenapa? 5. apa itu sulh, prosedur, cerita sampai habis. Adakah sulh boleh menjadi perintah? 6. bidang tugas di tempat kerja sekarang 7. beza bai bi thamanin ajil & syarikah mutanaqisah 8. enakmen2 yg digunapakai di pahang
Apa yang saya dapat lihat adalah, apabila saya dalam jawapan saya ada menyebut berkenaan Sulh. Maka soalan seterusnya, panel akan memberikan soalan Sulh. Ini untuk melihat sejauhmana kita memahami konsep dan amalan Sulh tersebut. Apabila saya menceritakan bahawa saya menguruskan proses jual beli dan pinjaman rumah di tempat kerja sekarang pula, panel meminta saya menghuraikan berkenaan perbezaan pinjaman tersebut. Maka, sebelum ditemuduga kita perlulah mempersiapkan segala ilmu berkenaan bidang kerja dengan menyeluruh kerana disitulah kefahaman kita diuji. 
Manakala soalan-soalan yang calon lain dapat pula seperti berikut;- - nama sultan, sultan sekarang agong n sultan ke berapa -nama2 malaikat -nama2 nabi n rasul -huraikan hadis AlBayyin Ala Muddai -Jenis2 keterangan, sumpah ada berapa -nama2 kitab n pengarang nye sape -teori hadhanah dll
Di sini sahajalah perkongsian daripada saya. Kini, saya masih lagi menunggu tawaran-tawaran untuk bekerja di Sektor Kerajaan. Ada yang perlu memohon di SPA, ada yang di MAIWP, Laman web jabatan-jabatan kerajaan dan sebagainya. Semoga dipermudahkan urusan saya dalam mengembangkan sayap sebagai Pengamal Undang-undang.
Jika nak bercerita tentang cita-cita, daripada belajar lagi saya berharap untuk menjadi Peguam Syarie di Jabatan Bantuan Guaman. Sehingga saya sanggup menjalani latihan industri di Jabatan Bantuan Guaman Selangor, menyewa berdekatan UiTM Shah Alam yang sememangnya jauh dari kolej kediaman UM dan rumah saya. Setelah mengikut latihan industrui tersebut, saya sedar tugas Peguam Syarie di JBG juga mencabar kerana mereka perlu pergi ke Mahkamah dan memberikan khidmat nasihat guaman setiap jam 2-5 petang di JBG. Semasa khidmat nasihat ini, memang sangat ramai orang awam yang beratur kerana pada waktu itu khidmat nasihat RM2 sahaja bagi 1 perkara. Saya juga dapat mengikuti sesi khidmat nasihat ini dan keprofessionalan Peguam-Peguam Syarie di JBG sangat saya hormati. Banyak perkara yang saya belajar dan moga-moga dapat saya praktikkan segala ilmu tersebut dan berbakti di negeri asal saya untuk membantu orang-orang awam yang tidak berkemampuan di Pahang.
Moga cita-cita saya ini tercapai dan dipermudahkan oleh Allah s.w.t. Walau bagaimanapun saya yakin Allah menentukan yang terbaik sahaja untuk saya walau di mana haluan yang Allah lorongkan. Moga impian pembaca-pembaca juga dapat direalisasikan. 
Tumblr media
4 notes · View notes
akramjuli · 5 years
Text
Ahli Shufah: Dicintai Rasulullah, meraih Sukses dan Kemuliaan Ruhani
Ahli Suffah atau Ashabus Shuffah adalah sekelompok sahabat Rasulullah saw yang tinggal di serambi Mesjid Nabawi. Dalam Bahasa Arab, Serambi disebut dengan Shuffah, untuk itu mereka dijuluki dengan sebutan Ashabus Shuffah.
Mereka tidak memiliki rumah, tidak punya pekerjaan tetap dan tentu saja mereka dalam keadaan serba kekurangan.
Berdasarkan beberapa riwayat, jumlah Ahli Shuffah berbeda-beda dalam berbagai masa yakni sekurang kurangnya 12 orang dan dikatakan juga sebanyak-banyaknya 300 orang pernah tinggal di Shuffah dalam satu waktu. Bahkan, dalam satu riwayat dikatakan jumlah totalnya 600 orang pada satu waktu.
Hidup Serba Kekurangan
Hadhrat Abu Hurairah ra merupakan salah satu dari antara sahabat suci tersebut. Beliau menuturkan tentang keadaan mereka, katanya: “Saya melihat 70 orang dari antara Ashabus Shuffah yang pakaiannya tidak sampai paha. Jikapun pakaian menutupi tubuh, namun bagian bawahnya sulit untuk sampai diatas lutut.”
Cara yang mereka lakukan untuk mencari nafkah adalah satu kelompok kecil dari antara mereka pergi mencari kayu di hutan lalu menjualnya untuk dapat memenuhi kebutuhan makan saudara-saudara lainnya. Seringkali saudara-saudara Anshar membawa tandan-tandan buah-buah kurma lalu mengikatkannya di atap masjid.
Diriwayatkan dari Anas ibn Malik ra, ia berkata: “70 orang dari kaum Anshar yang biasa dipanggil qurra, di antara mereka adalah pamanku yang namanya Haram. Mereka rutin membaca al-Qur`an dan tadarus (saling menyetorkan hafalan) di waktu malam, juga mempelajari ilmu-ilmunya. Di siang hari mereka mencari air dan membawanya ke masjid. Mereka juga mencari kayu bakar lalu mereka jual. Ada juga di antara mereka yang membeli makanan dari hasil penjualannya untuk diberikan kepada para penghuni shuffah dan kaum fuqara...”  (Shahih Muslim kitab al-imarah bab tsubutil-jannah lis-syahid no. 5026).
Disangka Gila
Diantara mereka tidak ada yang memiliki pakaian lengkap atas dan bawah. Untuk menyiasati kekurangan itu, mereka mengikatkan kain dari leher sampai menutupi bagian paha, karena tidak cukup panjangnya. 
Fadholah bin Ubaid berkata: "Rasulullah bila mengimami shalat orang-orang di masjid, ada beberapa lelaki yang jatuh tersungkur dari berdiri mereka ketika shalat, disebabkan kemiskinan yang sangat (kelaparan). Mereka itulah ahlush shuffah, sehingga orang-orang Arab gunung (Badui) berkata, 'Mereka itu adalah orang-orang gila.’ Selesai Rasulullah menunaikan shalat, beliau menghampiri mereka dan bersabda, 'Kalau kalian mengetahui apa yang disediakan untuk kalian di sisi Allah, niscaya kalian senang kalau kalian semua bertambah kefakiran dan hajatnya dari sekarang ini..’” (HR. Tirmidzi) 
Jika ada orang yang datang dari luar melihat para Ashabus Shuffah, dianggapnya mereka orang-orang gila. Dan pemalas yang kerjanya hanya duduk-duduk saja tanpa ada kegiatan tertentu. 
Berbeda dengan pandangan itu, Rasulullah saw sangat mencintai mereka dan memandang mereka sebagai para pecinta yang ikhlas karena tidak mau jauh dari pintu rumah Nabi saw. 
Diperhatikan Rasulullah saw 
Hadhrat Rasulullah saw sendiri yang memperhatikan keperluan mereka dan ketika beliau saw menerima suatu pemberian atau hadiah, atau di rumah beliau ada sesuatu maka pasti beliau saw sisihkan bagian untuk mereka. 
Abu Hurairah berkata: "Ahlush shuffah itu adalah merupakan tamu-tamu Islam, karena tidak bertempat pada sesuatu keluarga, tidak pula berharta dan tidak berkerabat pada seorangpun. Jikalau ada sedekah -zakat- yang datang pada Nabi saw lalu sedekah -atau zakat- itu dikirimkan semuanya oleh beliau kepada mereka itu dan beliau sendiri tidak mengambil sedikitpun daripadanya, tetapi kalau beliau menerima hadiah, maka dikirimkanlah kepada orang-orang itu dan beliau sendiri mengambil sebagian daripadanya. Jadi beliau bersama-sama dengan para ahlush shuffah itu untuk menggunakannya." (Riyadhush Shalihin, Bab 56)
Seringnya, Rasulullah saw-lah yang memberi mereka makan dan minum, bahkan terkadang beliau saw sendiri menahan rasa lapar dan apa yang ada di rumah beliau saw berikan kepada para Ashhaabush Shuffah. Para Sahabat Anshar pun sampai batas tertentu terlibat dalam menjamu mereka dan membawa tangkai-tangkai kurma yang digantungkan di masjid untuk mereka. 
Ketika datang dari mana saja pemberian untuk Rasulullah saw maka beliau biasa mengirimkannya untuk mereka. Ketika datang kiriman makanan, maka Rasulullah saw biasa memanggil para Ashabus Shuffah dan makan bersama-sama dengan mereka. 
Seringkali pada malam hari Rasulullah saw meminta para Anshar dan Muhajirin untuk mengajak mereka makan di rumah mereka masing-masing sesuai kemampuan, ada yang mengajak satu atau dua orang Ahli Shuffah. Terkadang mereka diserahkan kepada beberapa Muhajirin atau Anshar untuk mendapatkan makan malam.
Salah satunya adalah Hadhrat Sa’d Bin Ubadah ra, seorang sahabat yang kaya raya dan sangat dermawan, terkadang beliau mengundang makan mereka pada malam hari dalam jumlah sekaligus sampai 80 orang.
Akan tetapi meski demikian, keadaan mereka begitu sulit dan terkadang sangat kelaparan. Keadaan ini berlangsung selama beberapa tahun hingga suatu masa ketika penduduk Madinah semakin bertambah, dan sebagai konsekuesinya tercipta lapangan pekerjaan bagi sebagian dari mereka, maka mereka mulai mendapatkan pekerjaan. Sementara itu, sebagian lagi telah ada bantuan dari Baitul Maal. Keadaan mereka menjadi lebih baik dan terbantu. 
Menyertai dan Menyimak Sabda Rasulullah
Disaat para sahabat yang lain sibuk dalama urusan mereka masing-masing, sementara itu mereka tetap di mesjid, mereka ingin selalu dekat dengan Rasulullah saw.
Mereka tidak mau jauh dari Rasulullah saw, mereka selalu menyertai beliau saw dan menyimak sabda-sabda beliau saw.
Hadhrat Rasulullah saw sangat menyayangi mereka, beliau biasa duduk bersama dengan mereka, makan bersama dan menasihatkan orang-orang untuk menghormati mereka. 
Beliau saw tidak duduk begitu saja tanpa menghormati mereka, melainkan Rasulullah saw selalu bersabda, “Mereka ialah orang-orang yang selalu menyimak ucapan ku. Maka dari itu, semua orang harus menghormati mereka dengan baik.”
Suatu hari sekelompok para ahli Shuffah datang menjumpai Rasulullah saw untuk menyampaikan keluhan dengan mengatakan, “Kurma-kurma ini telah membakar perut kami, karena hanya kurma saja makanan kami, tidak ada yang lainnya.” Kurma-kurma yang diberikan oleh para sahabat biasanya dari jenis kurma yang jelek. 
Rasulullah saw mendengarkan keluhan mereka lalu menyampaikan ceramah untuk menghibur mereka, bersabda, ”Apa yang kalian katakan ini?” (Tidak tahukah kalian kurma adalah makanan penduduk Madinah. Dengan perantaraan kurma juga orang-orang menolong kita dan dengannya jugalah kami menolong kalian.)
Beliau saw bersabda, “Demi Allah! Sejak satu dua bulan lalu asap tidak keluar dari rumah Rasul Allah. Mereka hanya memakan kurma dan minum air.”
Sungguh mengagumkan kecintaan mereka, memang mereka pernah menyampaikan keluhan seperti itu, namun tidak pernah berpikiran untuk meninggalkan tempat itu. Mereka menetap di sana dengan penuh kesetiaan dan mencukupi kebutuhannya dengan kurma saja atau apapun yang mereka dapatkan.
Beribadah dan Tilawat Al-Qur’an 
Diriwayatkan bahwa rutinitas kesibukan mereka adalah memperbanyak beribadah di malam hari dan menilawatkan Al-Qur’an.
Rasulullah saw menetapkan seorang Qari yang datang kepada mereka pada malam hari dengan tugas mengajarkan bagi mereka yang belum bagus bacaannya atau mengajarkan mereka yang belum tepat dalam membaca Al-Quran dengan baik atau mengajari mereka yang ingin menghapal Al-Qur’an. Para Muallim mengajar mereka pada malam hari sehingga kebanyakan dari mereka menjadi Qari lalu dikirim untuk menyampaikan tabligh Islam ke berbagai tempat.
Menjadi Orang-orang Sukses
Ketika mereka menjadi Ahli Suffah, mereka tinggal di serambi mesjid dan hidup dalam serba kekurangan, akan tetapi siapa yang tahu akhir kehidupan mereka kemudian.
Ternyata di kemudian hari banyak sekali dari antara para Ashabus Shuffah itu yang menjadi orang-orang hebat dan sukses, memegang jabatan-jabat penting dan besar.
Diantara mereka, seperti, Abu Hurairah ra pernah menjabat sebagai Gubernur Bahrain pada masa kekhalifahan Hadhrat Umar ra dan menjadi Gubernur Madinah pada masa Muawiyah.
Sa’d Bin Abi Waqqash ra menjadi Gubernur Basrah dan beliau jugalah yang meletakkan pondasi berdirinya kota Kufah, Irak. Salman Al-Farisi pernah menjabat sebagai gubernur Madain (Ctesiphon di Iraq sekarang). Ammar Bin Yasir ra pernah menjabat sebagai gubernur Kufah.
Juga Abu Ubaidah Bin al-Jarrah  ra menjabat sebagai gubernur Palestina. Dan Anas bin Malik ra pernah menjabat sebagai gubernur Madinah pada masa pemerintahan Umar Bin Abdul Aziz.
Diantara mereka juga pernah menjadi komandan pasukan yang berperan penting dalam penaklukan-penaklukan. Seperti Zaid Bin Tsabit ra tidak hanya sebagai komandan perang bahkan pernah ditugaskan sebagai Qadhiul Qudhaat (Hakimnya para Hakim).
Mereka semua sebelumnya adalah Ahli Shuffah. Orang-orang yang tidak memiliki apa-apa, yang mereka lakukan adalah mengorbankan hidupnya hanya untuk melayani agama.
Ternyata di dunia ini juga pengorbanan mereka diganjar dengan kemuliaan-kemuliaan dan  di alam ukhrawi mereka juga dijanjikan derajat-derajat keruhanian yang tinggi.
  Sumber: Ahli Shuffah: Dicintai Rasulullah, Meraih Sukses dan Kemuliaan Ruhani
1 note · View note
ayojalanterus · 3 years
Text
Arab, Kerajaan dan Al-Quran
Tumblr media
 KONTENISLAM.COM - Oleh: Ustadz Ahmad Sarwat, Lc, MA   Ketika nabi SAW dilahirkan di Mekkah abad ketujuh Masehi, tidak pernah disebutkan kejadiannya di masa siapa yang jadi raja. Tahu sebabnya? Ya, karena di Arab zaman segitu memang tidak ada kerajaan. Dan bangsa Arab bukan bagian dari suatu kerajaan tertentu. Bukan wilayah Romawi juga bukan wilayah Persia. Secara geografis wilayah Arab memang bukan di Romawi juga bukan di Persia, tapi di antara kedua kerajaan besar itu. Biasanya kalau ada wilayah seperti itu sudah jadi rebutan. Tapi nampaknya baik Romawi atau pun Persia santai-santai saja. Boleh jadi dua kerajaan besar itu tidak tertarik untuk menaklukkan wilayah gersang tanpa potensi kekayaan alam ataupun potensi lainnya. Sehingga dibiarkan saja penduduk gurun pasir Arabia tak tersentuh. Kalau pun bangsa Arab punya komoditas yang berharga, mudah didapat dengan jalan jual-beli. Makanya pedagang Quraisy bebas berkeliaran blusukan ke berbagai kerajaan semata-mata untuk berdagang, tidak ada yang mengusiknya. Dan begitulah, nampaknya bangsa Arab sendiri pun kurang tertarik meributkan urusan perpolitikan istana. Mereka tidak pernah peduli siapa yang jadi raja. Toh menjadi raja atau kerabat dalam istana bukan target hidup mereka juga. Apa saja isu terkini yang lagi hot di dalam lingkar istana, sama sekali bukan konsumsi mereka dan mereka pun tidak doyan juga membicarakannya. Buat orang Arab kala itu, asalkan dagangan laris, jualan untung, perjalanan aman, duit ngumpul, sempurna sudah kehidupan. Jualan selesai, ya sudah balik lagi mereka menelusuri gurun pasir gersang, sambil nangkring di atas unta, melantunkan bait-bait syair pujangga mereka, kadang ditemani arak. Sama sekali tidak terpikirkan bahwa suatu hari kelak, mereka akan jadi pusat kekuatan dunia yang punya pengaruh besar hingga ke Romawi, Persia, Mesir, Yaman, India, China dan banyak kerajaan lain. oOo Bukan hanya sebatas itu, bahkan bangsa Arab mendapat anugerah terbesar dalam sejarah peradaban bangsa-bangsa di dunia, yaitu lahir di tengah mereka seorang nabi utusan Allah SWT. Padahal selama ini bangsa Arab termasuk bangsa yang tidak pernah kenal nabi dengan risalah samawi. Buat mereka cukuplah mereka menyembah Allah, tuhan mereka. Adapun bagaimana cara menyembahnya, tidak perlu diatur-atur. Ekspresikan saja sesuai dengan imajinasi masing-masing, misalnya lewat perantaraan 360 patung berhala di Ka'bah. Mereka pun tidak pernah kenal kitab suci yang turun dari langit. Posisi mereka malah sebagai umat yang ummi, yang bukan sekedar tidak bisa baca tulis, namun sekalian juga tidak pernah membaca kitab suci samawi dan tidak kenal konsepnya. Bagi mereka syair Imru'ul Qais jauh lebih indah ketimbang baca doktrin-doktrin hukum seperti dalam Taurat. Jiwa mereka yang sangat menggemari seni sastra kurang respek dengan model buku berisi berbagai macam aturan hidup. Boleh jadi justru karena itulah maka Al-Quran diturunkan di tengah bangsa dengan level apresiasi amat tinggi dengan amat sangat menonjol sisi kesusastraannya. Bisa dipahami kalau Al-Quran turun untuk menandingi kekuatan sastra bangsa Arab. Dan rupanya kena sasaran. Meski masyarakat Quraisy pada dasarnya tidak mau mengimani isi Al-Quran, tapi mereka mengakui keunggulan sastra Al-Quran. Sering kita dapati riwayat bahwa para tokoh musyrikin Mekkah itu benar-benar menikmati bahasa Al-Quran. Mereka kafir pada isinya tapi menikmati sastranya. Unik sekali fenomena itu. Tapi semua mereka lakukan dengan cara diam-diam, karena takut ketahuan anak buah dan masyarakatnya. Bisa jatuh gengsinya. Namun cahaya Al-Quran itu kalau sudah masuk ke hati sanubari memang akan bereaksi, mengalami masa inkubasi dengan durasi berbeda-beda, lalu satu per satu rontok nafsu angkara murkanya, bersih dadanya dan menyerahkan diri masuk Islam. Fenomena inilah yang dicermati oleh petinggi Quraisy, Al-Quran itu bukan sekedar sastra, tetapi semacam mantera sihir yang bisa menyihir orang. قَالُوا مَهْمَا تَأْتِنَا بِهِ مِنْ آيَةٍ لِتَسْحَرَنَا بِهَا فَمَا نَحْنُ لَكَ بِمُؤْمِنِينَ Mereka berkata: "Bagaimanapun kamu mendatangkan keterangan kepada kami untuk menyihir kami dengan keterangan itu, maka kami sekali-kali tidak akan beriman kepadamu". (QS. Al-Araf : 132) أَكَانَ لِلنَّاسِ عَجَبًا أَنْ أَوْحَيْنَا إِلَىٰ رَجُلٍ مِنْهُمْ أَنْ أَنْذِرِ النَّاسَ وَبَشِّرِ الَّذِينَ آمَنُوا أَنَّ لَهُمْ قَدَمَ صِدْقٍ عِنْدَ رَبِّهِمْ ۗ قَالَ الْكَافِرُونَ إِنَّ هَٰذَا لَسَاحِرٌ مُبِينٌ Patutkah menjadi keheranan bagi manusia bahwa Kami mewahyukan kepada seorang laki-laki di antara mereka: "Berilah peringatan kepada manusia dan gembirakanlah orang-orang beriman bahwa mereka mempunyai kedudukan yang tinggi di sisi Tuhan mereka". Orang-orang kafir berkata: "Sesungguhnya orang ini (Muhammad) benar-benar adalah tukang sihir yang nyata". (QS. Yunus : 2) فَلَمَّا جَاءَهُمُ الْحَقُّ مِنْ عِنْدِنَا قَالُوا إِنَّ هَٰذَا لَسِحْرٌ مُبِينٌ Dan tatkala telah datang kepada mereka kebenaran dari sisi Kami, mereka berkata: "Sesungguhnya ini adalah sihir yang nyata". (QS. Yunus : 76) oOo Lain bangsa Arab, lain kita. Buat kita, Al-Quran itu pastilah kita imani dan kita benarkan. Cuma kan kita nggak paham isinya. Namun tetap ada kekuatan kasat mata setiap mendengar Al-Quran. Jadi mirip mirip sihir juga. Oh ya? Coba saja perhatikan, baru baca Quran sebentar, langsung ngantuk. Benar-benar dinikmati rupanya. Sebegitu merasuknya ayat-ayat itu ke sukma dan relung jiwa, tak berapa menit kontan langsung pulas dengan dengkur teramat keras.. Zzzz....zzzz....zzzz [fb]
from Konten Islam https://ift.tt/3zLvYVR via IFTTT source https://www.ayojalanterus.com/2021/07/arab-kerajaan-dan-al-quran.html
0 notes
wasisdpj · 4 years
Photo
Tumblr media
Sore ini, kedatengan Kak @kak_erlaniskandar, beliau adalah termasuk orang yang turut punya andil dalam membesarkan Batik Travel dan Trading... Sayapun senang dengan kiprah jejak langkah beliau. Masih muda, istri satu, anak baru dua... Para akhwat masih ada kesempatan mengisi slot kekurangannya... 😀 Saya masih inget 6-7th yll, beliau juga adalah guru pertama saya di muyassar... jg tahsin quran... Beliau jg yang pertama ngajak saya ngaji kitab... Dan ngaji kitab pertama saya adalah syarh riyadhus shalihin, yang diampu oleh ust @ustadzaris di masjid al hidayah. Beliau pula yang memberanikan saya utk daftar mahad ilmi yogyakarta, setelah sblmnya belajar mukhtarot di Gus @hasimikhwanudin Saya jg masih inget, awalnya, lewat mas Syarif Mustaqim, saya belajar bhs arab offline di MUBK... setelah sblmnya berpusing2 online di BISA dan BINA-nya encang irul... Dan saya jg masih inget, dulu pernah minta petunjuk dari temen saya, temen kakak saya, gus @kholidrozaq krapyak utk belajar bhs arab dengan meminta buku2 acuan belajarnya... Semoga Allah senantiasa menjaga beliau semuanya dan smg Allah senantiasa memberikan kemudahan keleluasaan waktu dan istiqomah dlm saya dan anda semua, belajar ilmu-ilmu syar’i... Oh iya, melengkapi dimana lagi belajar, maka saya jg merekomen utk mempelajari fikih madzhab syafii... Spy ga terlalu kaku... Dimana ? Di mahad Darussalam Asy Syafii Yogyakarta @darussalam.or.id ( cek aja IGnya yaaa... ). #belajarsampaimati #belajarbahasaarab #janganmenyerah #tetapsemangat #ngajiyuk #yukngaji #pengusahamuslim #mahaddarussalamasysyafii (at Jual Kurma, Oleh-Oleh Haji & Umroh Jogja Jateng) https://www.instagram.com/p/CMt2gP3BofW/?igshid=q55wbir8azco
0 notes
marzukamartillo · 4 years
Photo
Tumblr media
Apekebende penulis ini nak tunjuk kat rakyat Malaysia pada kehebatan buku yang harganya yang Yahudi pun boleh kena strok kalau tengok harganya? Hadis palsu dan hadis yang tak betul nukilan. Ajaran menyeleweng. Kualiti apa yang nak dipersembahkan? Tisu tandas jauh lebih bermanfaat dari buku sampah macam ini. Aku pun habiskan RM 600 untuk beli Lisān al-ʿArob karya Ibn Manẓūr yang ada 9 juzuk. Itu pun berguna juga sebagai rujukan aku dalam bahasa Arab. Kalau nak kira bestseller, semua pelajar bahasa Arab sangat mendambakan kitab Lisān al-ʿArob ini di tangan. Ia adalah rujukan no. 1 dalam mencari makna perkataan Arab. Tadi tengok di Shopee, ada yang jual kitab Tadrīb ar-Rōwī karya al-Imām as-Suyūṭiyy yang ada 5 jilid dengan harga RM 446. Jadi, apa yang ingin dibanggakan sampai sanggup jual mahal sangat lebih dari kitab al-Imām as-Suyūṭiyy? Tak ada rasa segan ke letak harga sebegitu? Aku pun pengumpul buku dan pembaca. Sebab itu aku persoal apa yang berbaloinya buku itu sampai boleh bersaing harga kitab al-Imām as-Suyūṭiyy 5 jilid? -------------------------- Tak payah lah suruh orang lain beli dan baca. Bagi percuma pun aku campak ke tong sampah. Baca habis, kemudian nilai? Buku yang mengumpulkan hadis palsu dan salah nukilan hadis langsung tak berbaloi untuk habiskan baca. -------------------------- Tegur secara PM atau bersemuka? Tak ada guna kalau jenis kaki block. PM pun tak dilayan, malah diblock, apatah lagi jumpa bersemuka. Banyak penulis sudah suarakan hal ini. Antara yang profilik adalah Suhaili Nain dan Masri Ramli. Sekarang, jangan buat tidak tahu lagi. Bentangkan jawab balas. -------------------------- "Tak nak beli sudah!". Janganlah komen sebegini yang menampakkan diri untuk berlepas diri dari tanggungjawab penyampaian. Dalam buku itu ada hadis yang jelas palsu dan tidak betul nukilannya. Ini adalah serius. Tanggungjawab anda sama ada mengakui salah dan buat pembetulan atau kalau anda rasa betul, bawakan takhrij dan analisisnya. Jangan lepas bertanggungjawab apa yang disampaikan.
https://www.facebook.com/photo.php?fbid=447179499984091&set=pb.100040761337193.-2207520000..&type=3
0 notes
rumahsehatalhafiz · 4 years
Photo
Tumblr media
Mengenal KURMA BARNI Tergolong Kurma Obat dan Termasuk Kurma terbaik dan langka dari Madinah, gak banyak yang jual nih.  Promo Ramadhan :Harga Mulai dari 45,000 Tersedia Kemasan dengan Netto :1 Kg500 g250 gDikemas dengan Mika tebal ~(Bukan Styrofoam)~ Sehingga terjaga kualitas mutu dan Khasiatnya.
INFO & PEMESANAN : https://wa.me/6282319766699
Tekstur Kering diluar namun empuk dan Lembut didalam, dengan beragam manfaat dari tiap gigitan nikmat bikin nagih.Sempurnakan Stamina ketika Puasa, dengan memakan nya ketika Sahur, dan Pulihkan Metabolisme tubuh dengan memakan nya ketika berbuka Puasa.Imam al-Nawawi telah menyebutkan bahwa terdapat sebanyak 120 jenis kurma Madinah. [Lihat : al-Minhaj Syarh Sahih Muslim (12/50)] dan Barni adalah merupakan salah satu jenis kurma yang boleh didapati di Madinah sebagaimana Ajwah, Sukari dan lain-lain. Ibnu Hajar al-Asqalani menyatakan bahawa kurma Barni adalah salah satu jenis kurma yang diketahui (penduduk Madinah). [Lihat : Fathu al-Bari (4/490)] Ibnu Manzur ada menyebutkan di dalam kitabnya bahawa Barni ialah salah satu jenis daripada kurma, warnanya kekuningan dan (buahnya) berbentuk bulat. Ia juga adalah merupakan sebaik-baik kurma. Kemudian, beliau juga ada menukilkan daripada pengarang al-Tahzib  yang menyatakan bahwa kurma Barni warnanya merah kekuningan-kuningan, kulitnya agak tebal dan rasanya manis. [Lihat : Lisan al-‘Arab (13/49-50)] *KELEBIHAN KURMA BARNI* Terdapat riwayat yang disandarkan kepada Nabi SAW yang menyatakan berkenaan kelebihan kurma Barni. Kami sebutkan sebahagian daripada riwayat tersebut, antaranya seperti yang telah dinukilkan oleh Abu Nu’aim al-Asfahani di dalam kitabnya daripada Ali bin Abi Talib bahawa :جاء جبريل إلى النبي صَلَّى الله عَليْهِ وَسلَّم فقال : يا محمد خير تمراتكم البرني _“Jibril telah datang kepada Nabi SAW dan berkata : Wahai Muhammad, sebaik-baik kurma bagi kamu semua adalah kurma Barni.” [Lihat : al-Tibb al-Nabawi (2/726)]_ Begitu juga, Imam al-Hakim juga ada menyebutkan di dalam kitabnya daripada riwayat Abu Said al-Khudri dengan sedikit lafaz tambahan bahawa Nabi SAW bersabda :خَيْرُ تَمَرَاتِكُمُ الْبَرْنِيُّ يُخْرِجُ الدَّاءَ وَلَا دَاءَ فِيهِ _“Sebaik-baik kurma bagi kamu semua adalah kurma Barni. Ia menghilangkan penyakit dan tiada penyakit padanya.” [HR al-Hakim (7451)]_ Imam Ahmad juga ada meriwayatkan di dalam musnadnya daripada riwayat Syihab bin ‘Abbad dengan lafaz :أَمَا إِنَّهُ خَيْرُ تَمْرِكُمْ، وَأَنْفَعُهُ لَكُمْ _“Adapun sesungguhnya ia (kurma Barni) adalah sebaik-baik kurma bagi kamu, dan yang paling bermanfaat untuk kamu.” [HR Ahmad (15559)]_ Hadis-hadis ini telah diriwayatkan daripada jalur yang pelbagai. Antaranya, daripada Ali bin Abi Talib, Anas bin Malik, Buraidah bin Husaib al-Aslami, Abu Said al-Khudri dan lain-lain. Para ulama hadis berbeda pendapat mengenai darjat riwayat-riwayat hadis berkenaan. Ada yang mendaifkannya atau mengatakan tidak sahih dan ada juga yang mensahihkannya.Begitu juga, terdapat hadis lain yang menunjukkan bahwa kurma Barni termasuk dalam jenis kurma yang baik berdasarkan riwayat Abu Sa’id al-Khudri RA bahwa :جاءَ بلالٌ إلى النبيِّ ﷺ بتَمْرٍ بَرْنِيٍّ، فَقالَ له النبيُّ ﷺ : مِن أيْنَ هذا؟، قالَ بلالٌ : كانَ عِنْدَنا تَمْرٌ رَدِيٌّ، فَبِعْتُ منه صاعَيْنِ بصاعٍ، لِنُطْعِمَ النبيَّ ﷺ، فَقالَ النبيُّ ﷺ عِنْدَ ذلكَ: أوَّهْ أوَّهْ، عَيْنُ الرِّبا عَيْنُ الرِّبا، لا تَفْعَلْMaksudnya : “Bilal datang menemui Nabi SAW bersama tamar Barni. Lalu Nabi SAW bertanya : “Dari mana engkau dapat tamar ini? Bilal menjawab : Pada asalnya saya mempunyai tamar yang tidak elok lalu saya jual dua gantang tamar tadi dengan segantang (tamar yang elok) untuk saya berikan kepada Nabi SAW. Lantas Nabi SAW bersabda : Tidak-tidak, itulah riba, jangan lakukan begitu.” [HR al-Bukhari (2312) dan Muslim (1594)]Maka, kita dapat fahami daripada hadis di atas, kurma Barni adalah antara kurma yang baik dan bermutu sehinggakan Bilal membelinya untuk diberikan kepada Nabi SAW.Pengarang kitab al-Fiqh al-Manhaji  mengatakan bahawa kurma Barni ialah sebahagian kurma yang bermutu tinggi. [Lihat : al-Fiqh al-Manhaji (6/68)]
0 notes
kakakwahyu · 4 years
Photo
Tumblr media
Di masjid, . Kita langkahkan kaki keluar dari rumah, menuju sumber suara di mana adzan dikumandangkan; kita datang untuk sholat. . Anggota badan basah karena usai berwudhu, lisan juga turut basah; karena selalu berdzikir di setiap waktu. . Terkadang, kita menepi. Mendekati rak buku yang ada di setiap sudut-sudut ruangan masjid; untuk membaca Al-Qur'an. . Seringkali, setelah menunaikan sholat, meja ditata, kursi digeser ke depan shaf, mikrofon diuji coba, sebotol air minum dikeluarkan, kemudian seseorang yang membawa beberapa kitab berbahasa Arab maju ke depan dan duduk di sana; kita hadir untuk bermajelis ilmu. . HalaI-haram, tauhid-syirik, sunnah-bid'ah, surga-neraka, … . Semua diajarkan untuk meraih rasa takut kepada Allah, sehingga melahirkan keimanan yang kokoh untuk menghadapi samarnya pandangan hidup di depan kita dengan penuh harap yang disertai rasa cinta kepada-Nya. . ”Di rumah-rumah yang di sana Allah telah memerintahkan untuk dimuliakan dan disebut nama-Nya di dalamnya, di sana ber-tasbih (menyucikan)-Nya pada waktu pagi dan waktu petang. Laki-laki yang tidak dilalaikan oleh perniagaan dan tidak (pula) oleh jual beli dari mengingat Allah, mendirikan shalat, dan membayarkan zakat. Mereka takut pada suatu hari yang (di hari itu) hari dan penglihatan menjadi goncang. " (QS. an-Nur: 36-37 | konsultasisyariah.com) . Rasulullah ﷺ bersabda: ”Sesungguhnya, masjid-masjid ini hanyalah untuk menegakkan dzikir kepada Allah ��Azza wa Jalla, shalat, dan bacaan al-Qur’an.” (HR. Muslim, no. 285 | idem) . Semoga wabah COVID-19 ini bisa segera Allah angkat sehingga kita bisa kembali beribadah, mengaji, belajar, mengajar, dan bermajelis ta'lim seperti dahulu kala di masjid. . -- #masjid (01/03/2019 | dengan tambahan) (di Masjid Islamic Center Samarinda) https://www.instagram.com/p/CEOFmCohZOw/?igshid=qq6vvjige27a
0 notes
fauzansudarwo · 4 years
Photo
Tumblr media
🔖 BUKU BAHASA ARAB PROMO!!!⁣ . 📺 Sudah tahu kan, kalau Ustadz Firanda Andirja hafizhahullah mulai 1 April yang lalu mengadakan pelajaran bahasa Arab dari Nol yang disiarkan langsung facebook dan youtube resmi beliau.⁣⁣⁣ . 📲 Puluhan Ribu orang sudah masuk ke dalam Group Telegram Belajar Nahwu dari Nol yang pematerinya adalah Ustadz Firanda Andirja hafizhahullah.⁣⁣⁣ . 📌 Buku yang dipakai beliau adalah Kitab Muyassar fii Ilmin Nahwi.⁣⁣⁣ . 📚 Mengingat STOK yang kami miliki SANGAT TERBATAS, kami sarankan antum untuk segera memilikinya. Karena momen ini sangat memberi semangat kepada para kaum muslimin untuk ikut belajar bahasa Arab sehingga kebutuhan kitab pun meningkat. . 🚫 Jadi jangan tunda-tunda kesempatan ini kecuali rela terseok-seok. . 📜 Imam Syafi’i rahimahullah pernah berkata,⁣⁣⁣⁣ ⁣⁣⁣⁣ يَجِبُ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ أَنْ يَتَعَلَّمَ مِنْ لِسَانِ العَرَبِ مَا يَبْلُغُ جُهْدَهُ فِي أَدَاءِ فَرْضِهِ⁣⁣⁣⁣ ⁣⁣. “Wajib bagi setiap muslim untuk mempelajari bahasa Arab dengan sekuat tenaga agar bisa menjalankan yang wajib.”⁣⁣⁣⁣ . Selain untuk bisa menjalankan yang wajib dengan bahasa Arab, mempelajari bahasa Arab untuk maksud lainnya dihukumi sunnah. ⁣⁣⁣ . 📝 Mau belajar bahasa arab mudah?⁣⁣⁣⁣ . 🔖 Ada Spesial Promo Paket Kamus Bahasa Arab nih⁣⁣⁣⁣ . 1. Kamus Alfiyyah⁣⁣ . 2. Kamus Fi'il (Kata Kerja)⁣⁣⁣ . 3. Kamus Jama' Taksir⁣⁣⁣ . 4. Kamus Percakapan Bahasa Arab⁣⁣⁣ . 5. Kamus Percakapan Laa Taskut⁣⁣⁣ . Bonus Kamus Durusul Lughoh 1-2⁣⁣⁣ . Bonus Kamus Durusul Lughoh 3-4⁣⁣⁣ . Yuk buruan diorder⁣! Kapan lagi dapat kesempatan emas belajar bahasa Arab dengan Ustadz Firanda didukung pula buku referensi yang memadai?⁣⁣ . ⚠ INGAT!!! STOK yang kami miliki SANGAT TERBATAS, tapi peminatnya KELEWAT BATAS.⁣⁣⁣ . ⚠ dan ingat lagi, INI PROMO!⁣⁣ #agen #jual #reseller #grosir #distributor #pusat #agenbukuarab #jualbukuarab #resellerbukuarab #grosirbukuarab #distributorbukuarab #pusatbukusunnah #pusatbukuarab #agenbuku #jualbuku #resellerbuku #grosirbuku #distributorbuku #pusatbuku #covid #COVID19 #covid19 #covid_19 #covid2020 #dirumahaja #dirumahsaja #wfh #stayathome #stayhome #stayhomesavelives https://www.instagram.com/p/B_Q9S9mDnmJ/?igshid=11gxrp6l0keu7
0 notes
rahmatzubair-blog · 7 years
Text
KUNCI KEJAYAAN ALA PEJUANG
Oleh : Rahmat Zubair
Imam al-Ghazali Rahimahullah dalam kitabnya yang berjudul Bidayatul Hidayah mengatakan, “Jika seseorang menuntut ilmu ditujukan untuk kepentingan-kepentingan duniawi, maka sungguh dia sudah berjalan untuk menghancurkan agamanya sendiri.”
Maka dirasa sangat penting bagi kita sebagai penuntut ilmu, yang juga sama-sama bercita menjadi salah satu agen perubahan demi negeri yang mulia dan diberkahi ini untuk sama-sama merenungkan dua faktor utama dalam kesuksesan membangkitkan kejayaan peradaban ummat ini.
Yang pertama adalah, ‘Ikhlaashun Niah’ atau ketulusan niat. Mengapa harus ketulusan niat (yang benar)?
Sebagaimana riwayat hadist yang telah disepakati keshahihannya oleh Imam al-Bukhari, Imam Muslim, Abu Dawud, at-Tirmidzi, an-Nasa'i, Ibnu Majah dan Imam Ahmad yang bersumber dari sahabat Umar bin al-Khattab RA, bahwasanya beliau berkata, “Saya pernah mendengar Rasulullah SAW bersabda,
إنما الأعمال بالنيات و إنما لكل امرئ ما نوى فمن كانت هجرته إلى الله ورسوله فهجرته إلى الله ورسوله، ومن كانت هجرته لدنيا يصيبها أو امرأة ينكحها فهجرته إلى ما هاجر إليه
“Sesungguhnya (sahnya) amal-amal perbuatan adalah hanya bergantung kepada niatnya, dan sesungguhnya setiap seseorang hanya akan mendapatkan apa yang diniatinya. Barangsiapa hijrahnya adalah karena Allah SWT dan RasulNya, maka hijrahnya dicatat Allah SWT dan RasulNya. Dan barangsiapa hijrah karena untuk mendapatkan dunia atau (menikahi) wanita, maka hijrahnya adalah (dicatat) sesuai dengan tujuan hijrahnya tersebut.”
Hadist tersebut merupakan salah satu hadist yang utama dalam ajaran Islam. Ia menjadi dasar agama dan mengandung banyak hukum yang ditetapkan dalam agama.
Selain itu, menurut Imam Abu Dawud hadist ini dianggap sebagai separuh agama karena adakalanya agama itu berbentuk lahiriyah, dan adakalanya juga berbentuk bathiniyah; yaitu niat.
Sedangkan Imam Asy Syafi'i dan Iman Ahmad juga menegaskan bahwa di dalamnya terdapat sepertiga ilmu. Disusul Imam al-Baihaqi yang juga ikut menjelaskan, “Penyebabnya adalah pekerjaan manusia adakalanya dengan hati, lisan dan juga dengan anggota badan. Niat termasuk salah satu (pekerjaan) yang dilakukan dari ketiga unsur tersebut. Imam Asy Syafi'i menambahkan, "Dalam hadist ini terkandung tujuh puluh bab pembahasan terkait fiqh.”
Oleh karenanya, jumhur ulama menganggap sunnah memulai sebuah kitab dengan pembahasan niat ini. Hal ini dimaksudkan untuk kembali mengingatkan kepada para ‘Thalibil Ilmi’ supaya meluruskan niatnya. Sehingga dalam setiap proses kebajikan baik itu untuk dirinya, bangsa dan ummatnya adalah semata karena Allah SWT. Hatta jumhur ulama menetapkan suatu kaidah “Al-umuur bimaqaashidiha” (segala sesuatu bergantung kepada tujuannya) merupakan sepertiga ilmu.
Karena pada hakikatnya, semangat dan tekad yang tinggi belum cukup untuk mewujudkan suatu kesuksesan. Bagi seorang muslim dan ummat Rasulullah SAW, definisi kesuksesan yang dimaksud di sini juga bukan sekadar yang bersifat duniawi layaknya yang dipahami oleh sebagian dari kita pada umumnya. Namun ia adalah kesuksesan duniawi yang berkaitan erat dengan sifat ukhrawi.
Al Imam Hasan Al Bashri juga pernah mengungkapkan dengan percik siraman nasehat yang amat menyejukkan dada, “Hai Anak Adam, juallah duniamu dengan kompensasi akhirat, maka engkau akan mendapatkan keuntungan dengan memperoleh keduanya. Dan jangan engkau jual akhiratmu dengan duniamu, hingga pada akhirnya (kelak) engkau akan amat merugi karena kehilangan keduanya.”
Dan ingatlah pula firman Allah SWT pada surat At Taubah ayat yang mengingatkan hambaNya dengan sebuah pertanyaan telak,
أرضيتم بالحيوٰة الدنيا من الآخرة فما متاع الحياة الدنيا في الآخرة إِلَّا قليل
“Apakah kalian ridho (menyenangi) kehidupan di dunia daripada kehidupan akhirat? Padahal kenikmatan hidup di dunia ini (dibanding dengan kehidupan) di akhirat tidak lain hanyalah sedikit.”
Kemudian yang kedua adalah, berpikir luas dan jauh ke depan untuk ummat dan bangsa. Usahakan agar tidak pernah bercita-cita menjadi sebaik-baik manusia untuk diri sendiri. Pun tak mesti berangan untuk menjadi manusia bahagia sekadar untuk diri pribadi. Apalagi ingin masuk surga seorang. Karena surga terlalu luas untuk disinggahi sendiri. Oleh karenanya, ajaklah mereka; keluarga, kerabat, tetangga, guru, rekan kerja, murid, dan siapa saja kepada jalan kebaikan. Siapkan diri untuk menikmati kenikmatan abadi bersama di surga dengan jerih payah bersama walau jalan tempuhnya tak dekat dan tak senantiasa nikmat.
Maka tak perlu jauh-jauh, kita beri contoh saja salah satu pelaku sejarah bangsa yang memiliki jejak perjalanan menarik dan penuh hikmah. Ialah sang guru sejati, Mohammad Natsir.
Pejuang berdarah Minangkabau yang lahir pada tahun 1908 ini merupakan salah satu ikon yang pantas dijadikan panutan seluruh kalangan para pemuda pelajar di Indonesia karena kiprahnya yang sangat apik di bidang pendidikan serta dedikasi luhurnya dalam perjuangan dakwah islamiyah yang menakjubkan untuk kebangkitan.
Sejak kecil, beliau sudah banyak menguasai bidang ilmu sebab semangat belajarnya yang tinggi. Beliau sosok anak yang begitu haus akan ilmu. Belum cukup belajar di salah satu lembaga pendidikan yang didirikan oleh Belanda setiap paginya, beliau juga lanjut belajar di madrasah diniyah untuk mempelajari agama. Keluarganya adalah muslim yang taat dan religius hingga cukup mendukung dirinya untuk bisa memahami ilmu Diin dengan baik. Termasuk kemampuan dalam pelajaran bahasa arab yang terbilang sangat baik. Tak hanya itu, beliau pun juga sangat mahir berbahasa Inggris, Jerman dan bahasa Belanda yang menjadi bahasanya kaum terpelajar pada masa itu. Maka tidak heran jika ia pun menjadi salah satu pendakwah ulung lewat goresan penanya hingga menerbitkan buku berbahasa Belanda seperti 'Capita Selecta’ dan buku agama berjudul 'Komt Tot Het Gebed’.
Pada awalnya, Tuan Guru Mohammad Natsir -rahimahullah- ini ingin bercita menjadi salah satu pejabat tinggi. Namun, ketika mulai berkutat di ranah dakwah islamiyah bersama kerabat lainnya dalam suatu perserikatan, beliau mengurungkan citanya itu dan memilih untuk menjadi pejuang dakwah. Beliau membaktikan diri dan mengerahkan seluruh yang ia punya untuk diabdikan demi kepentingan Islam. Salah satu ucapannya yang dikenang adalah, “Suatu bangsa tidak akan maju, sebelum ada di antara bangsa tersebut segolongan guru yang suka berkorban untuk kepentingan bangsanya.”
Pada intinya, ini adalah soal kepedulian yang tak kenal lelah. Kiprah Mohammad Natsir sudah membuktikan kepada kita sebagai bangsa Indonesia akan ketulusan beliau dalam perannya membangun kejayaan negeri dan Islam pada khususnya.
Memang begitu indah dan amat mulianya penggalan sejarah ini, namun di sisi lain saya pribadi juga sangat malu pada kehidupan yang dijalani selama ini. Saya pernah mencatat kalimat yang terlontar dari salah seorang guru terbaik saya, Ustadz Dr Muhammad Muinudinillah Bashri, MA -hafizhahullah- yang mengungkapkan, “Bekerja untuk Allah, adalah semanis-manis kenikmatan. Kita mesti menilai sendiri. Tanyakan hati, sudahkah kita berada dalam barisan para pekerja seperti itu?”
Akhir kata, kita tutup dengan sepotong firman Allah dalam Surat At-Taubah ayat 105,
وقل اعملوا فسيرى الله عملكم ورسوله والمؤمنون وستردّون الى عالم الغيب والشهادة فينبؤكم بما كُنتُم تعملون
“Dan katakanlah, 'Bekerjalah kamu, maka Allah akan melihat pekerjaanmu, begitu pula RasulNya, dan orang-orang mukmin, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Maha Mengetahui yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan.”
Wallahu a'lam bish-shawab.
Sumber : Arba'in An Nawawiyyah, Al Fiqh Al Islami wa Adillatuhu M. Natsir.
2 notes · View notes
belajarislamonline · 6 years
Photo
Tumblr media
Mengenal Madzhab Imam Abu Hanifah (Bag. 1)
Biografi Singkat 
Madzhab Hanafi termasuk salah satu mazhab fiqih yang paling tua, paling luas penyebarannya dan paling banyak pengikutnya, di mana hari ini jumlah pengikutnya mencapai lebih dari sepertiga dari kaum muslimin di seluruh dunia.[1]
Nasab dan Asal Usul Imam Madzhab
Beliau adalah Abu Hanifah, An-Nu’man bin Tsabit bin Zutho bin Mahin At-Timi Al-Kufi. Kakeknya, Zutho, dahulunya adalah seorang budak milik Bani Timillah bin Tsa’labah kemudian masuk Islam lalu dimerdekakan. Dikatakan pula nasabnya adalah An-Nu’man bin Tsabit bin Nu’man bin Al-Murzaban, dari keturunan bangsa Persia yang merdeka.[2]
Mengenai dua pendapat ini, Ibnu Hajar Al-Haitami mengatakan bahwa kemungkinan Zutho adalah An-Nu’man, dan An-Nu’man adalah Zutho, berdasarkan prediksi bahwa ia memiliki dua nama, atau memiliki nama dan julukan, atau Zutho artinya adalah An-Nu’man, dan Al-Marzuban adalah Mahin.
Terdapat perbedaan pendapat mengenai asal-usul Abu Hanifah. Ada yang mengatakan berasal dari Kabul, Babil, Anbar, Tirmidz, dan Nasa. Dari berbagai pendapat dapat disimpulkan bahwa kakeknya berasal dari Kabul, kemudian dari sini berpindah ke negeri-negeri tersebut.[3]
Nama Panggilannya
Beliau dipanggil Abu Hanifah karena senantiasa membawa tempat tinta, yang dalam bahasa Iraq disebut Hanifah. Ada pula yang mengatakan bahwa ia memiliki seorang putri bernama Hanifah, namun pendapat ini dianggap lemah karena ia tidak memiliki anak selain Hammad.[4]
Tahun Kelahirannya
Beliau lahir pada tahun 80 H di Kufah pada masa kekahalifahab Abdul Malik bin Marwan. Ada pula yang mengatakan ia lahir pada 61 H, namun pendapat ini dianggap lemah.
Kalangan Sahabat Nabi yang Dijumpai oleh Abu Hanifah
Karena lahir pada 80 H, pasti ia telah berjumpa dengan sahabat yang yunior, karena sahabat yang terakhir wafat adalah Abu At-Thufail Amir bin Watsilah Al-Kanani Al-Laitsi radiyallahu ‘anhu yang wafat tahun 102 H.[5]
Sebagian ulama memastikan bahwa ia telah bertemu dengan empat sahabat yaitu: Anas bin Malik, Abdullah bin Abi Aufa, Sahl bin Sa’ad As-Sa’idi, dan Abu At-Thufail Amir bin Watsilah.[6] Meskipun begitu tidak ada satu riwayat pun yang diriwayatkan oleh Abu Hanifah dari salah satu sahabat Nabi tersebut.
Karena telah bertemu dengan para sahabat, maka Abu Hanifah rahimahullah termasuk golongan tabi’in, sebagaimana mayoritas ahli hadits berpendapat bahwa tabi’i adalah siapa saja yang bertemu sahabat meski tidak membersamainya atau meriwayatkan darinya. Hal ini dibenarkan oleh Ibnu Sholah dan An-Nawawi rahimahullah.[7]
Masa Tumbuh Kembang dan Pencarian Ilmu
Pada awalnya beliau sibuk dengan perdagangan dan jual beli, karena profesinya adalah sebagai penjual kain tenun sutra dan toko miliknya terkenal berada di Dar Amr bin Harits, hingga suatu saat ia bertemu dengan Imam As-Sya’bi yang melihat potensi kecerdasan, kepandaian, dan kepiawaian dalam diri Abu Hanifah, lalu ia mengarahkannya untuk menuntut ilmu dan duduk bersama para ulama. Perkataan Imam As-Sya’bi begitu membekas dalam jiwanya sehingga ia menuju ke tempat pencarian ilmu. Hal yang pertama dipelajarinya adalah ilmu kalam hingga sampai pada tingkatan yang sangat tinggi dalam bidang tersebut.
Suatu saat, ketika Abu Hanifah duduk di dekat halaqah Hammad bin Abi Sulaiman rahimahullah, datanglah seorang wanita menanyakan padanya sebuah permasalahan dalam ilmu syar’i dan ia tak menemukan jawabannya. Kemudian wanita tadi mendatangi Hammad dan bertanya kepadanya dan Hammad pun menjawabnya. Lalu wanita itu kembali pada Abu hanifah dan berkata kepadanya, “Kalian menipuku. Aku telah mendengar perkataan kalian, dan ternyata kalian tak bisa apa-apa.” Hal itumenyebabkan Abu hanifah meninggalkan ilmu kalam dan intensif mendatangi halaqah Hammad untuk memperdalam ilmu hingga mencapai tingkat kemasyhurannya.[8]
Guru dan Muridnya yang Paling Masyhur
Guru-guru Abu Hanifah yang paling masyhur adalah Atho’ bin Abi Robah (wafat 114 H), As-Sya’bi (wafat 104 H), Amr bin Dinar (wafat 126 H), Nafi’ maula Ibnu Umar (wafat 117 H), Qatadah bin Du’amah (wafat 118 H), Ibnu Syihab Az-Zuhri (wafat 124 H), Muhammad bin Al-Munkadir (wafat 130 H), Hisyam bin Urwah (wafat 146 H), dan gurunya yang paling berpengaruh, dimana ia belajar intensif darinya selama 18 tahun: Hammad bin Abi Sulaiman (wafat 120 H).[9]
Murid-muridnya yang paling masyhur adalah Qadhi Al-Qudhat, Abu Yusuf Ya’qub bin Ibrahim Al-Anshori (wafat 182 H), pakar fiqih, Zufar bin Al-Hudzail At-Tamimi (wafat 158), pakar fiqih, Muhammad bin Al-Hasan As-Syaibani (wafat 189 H), Al-Hasan bin Ziyad Al-Lu’luiy (wafat 204 H), Abdullah bin Al-Mubarak (wafat 181 H), Al-Waki’ bin Al-Jarah (wafat 197 H), Isa bin Aban bin Shodaqoh (wafat 221 H), dan anak laki-lakinya Hammad bin Abi Hanifah (wafat 170 H), dan masih banyak lagi.[10]
Awal Mula Menduduki Posisi Ahli Fatwa dan Pengajar
Itu terjadi setelah gurunya, Hammad bin Abi Sulaiman rahimahullah wafat, dimana kepemimpinan bidang fiqih berpindah kepada gurunya ini setelah wafatnya Ibrahim An-Nakha’i rahimahullah. Ketika Hammad wafat, orang-orang membutuhkan pakar yang mereka datangi, maka mereka mengangkat Ismail putra Hammad, namun mereka tidak puas karena ia lebih menguasai bidang tata bahasa Arab, sehingga mereka sepakat untuk menunjuk Abu Hanifah rahimahullah. Mereka mendatangi halaqahnya secara intensif sehingga menjadi halaqah terbesar yang ada di masjid. Abu Hanifah menjadi terkenal hingga orang-orang berdatangan kepadanya, hingga para pemimpin dan pejabat pun menghormatinya.[11]
Sebagian ulama menyebutkan bahwa Abu Hanifah bermimpi yang menyebabkannya semakin giat bersemangat dan mengajar serta duduk melayani pertanyaan orang banyak, yaitu ia bermimpi membongkar makam Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Pada mulanya ia sangat takut, namun setelah ia mengutus seseorang untuk menanyakan perihal mimpi itu kepada Muhammad bin Sirin rahimahullah, ia menjadi lega, “Orang yang bermimpi ini mewarisi ilmu yang belum pernah dimiliki oleh orang lain sebelumnya.” Kata Muhammad bin Sirin.
Karangannya
Meski keilmuannya luas, namun Abu Hanifah kurang memberikan perhatian kepada karangan dan penulisan. Ia lebih menyibukkan dirinya sebagai ahli fatwa, mengajar dan mendidik, serta berdebat dengan para pelaku bid’ah (khawarij dan mu’tazilah), di samping sebab-sebab lainnya.
Namun beliau memiliki beberapa karya tulis sederhana namun besar keutamaan dan manfaatnya. Diantara karyanya yang paling terkenal adalah Al-Fiqhul Akbar membahas bidang aqidah, dan Al-Alim wal Muta’alim. Disebutkan bahwa karangan-karangan yang dinisbahkan pada Abu Hanifah selain kedua kitab tersebut sebenarnya adalah bagian dari diktat dan perkataan Abu Hanifah yang dikumpulkan oleh para pengikutnya, seperti Al-Musnad, Al-Washiyah, dan Al-Hilal.
Ujian dan Cobaan yang Menimpanya
Beliau dipaksa untuk menduduki jabatan kehakiman pada masa Daulah Umawiyah, dan yang lain pada masa pemerintahan Daulah Abbasiyah. Namun beliau menolak karena sikap wara’ (kehati-hatian) dan keselamatan agamanya. Ibnu Mubarak berkata, “Aku tak pernah menjumpai orang yang lebih wara’ dari Abu Hanifah, dia telah dicoba dengan cambuk dan harta.”[12]
Pada masa Daulah Umawiyah, hal itu terjadi pada pemerintahan Marwan bin Muhammad (wafat 132 H), yang merupakan Khalifah terakhir dari Bani Umayyah. Pada waktu itu Yazid bin Amr bin Hubairoh Al-Fazari, gubernur Irak, meminta Abu Hanifah agar menjadi hakim di Kufah dan itu ditolaknya sehingga ia dicambuk sebanyak 110 kali cambukan, setiap hari 10 kali, dan ketika melihat ia tetap menolak, maka kemudian dilepaskan.
Pada masa Daulah Abbasiyah, hal itu terjadi pada masa pemerintahan Abu Ja’far Al-Manshur (wafat 157 H) yang memintanya untuk menjadi hakim tapi ditolaknya, sehingga Al-Manshur memerintahkan untuk memenjarakannya.[13]
Tahun Wafatnya
Abu Hanifah rahimahullah wafat di Baghdad pada bulan Rajab, ada pula yang mengatakan bulan Sya’ban, pada tahun 150 H di usia 70 tahun. Ia dishalatkan sebanyak 6 kali karena begitu ramainya yang datang, dan dikebumikan di pemakaman Al-Khoizuran di Baghdad.[14]
Semoga Allah merahmati Abu Hanifah, dan memberikan ganjaran atas jasanya kepada umat ini dan juga Islam dengan ganjaran yang terbaik.
(Bersambung)
Catatan Kaki:
[1] Lihat: Al-Mazhab ‘inda al-Hanafiyah, Dr. Muhammad Ibrahim Ahmad Ali, hal. 25.
[2] Lihat: Akhbar Abu Hanifah wa Ashabihi, hal. 16; Al-Mukhtashar fi Akhbaril Basyar, Abul Fada bin Syahinsyah, 2/5.
[3] Lihat: Al-Khairatul Hisan, hal. 22; At-Thobaqatus Saniyyah, 1/74.
[4] Lihat: Al-Khairatul Hisan, hal. 23.
[5] Lihat: Usdul Ghabah
[6] Lihat: Thabaqatul Fuqaha, ha. 86; Wafayatul A’yan, 5/406.
[7] Lihat: Muqaddimah Ibnu Sholah, hal. 302; Syarh An-Nawawi ‘ala Muslim, 1/36.
[8] Lihat: Akhbar Abu Hanifah, hal. 19, 20; Tarikh Baghdad, 15/456; Al-Khairatul Hisan, hal. 27.
[9] Lihat: At-Thabaqatus Sanniyah, 1/79.
[10] Lihat: Al-Intiqo’, hal. 172; Manaqib Abi Hanifah, Al-Muwaffaq Al-Makki, 2/132, 133; Manaqib Abi Hanifah wa Shahibaihi, hal. 19, 20.
[11] Lihat: Akhbar Abu Hanifah wa Ashabihi, hal. 21, 22; Khairatul Hisan, hal. 29.
[12] Lihat: Tarikhul Baghdad, 15/448; Wafayatul A’yan, 5/407.
[13] Lihat: Manaqib Abi Hanifah wa Shahibaihi, hal. 66; An-Nujumuz Zahiroh, 3/13.
[14] Lihat: Al-Khairatul Hisan, hal. 70.
Baca selengkapnya di: https://tarbawiyah.com/2019/01/29/mengenal-madzhab-imam-abu-hanifah-bag-1/
0 notes
meidazahra-blog · 7 years
Text
Tahapan Menanamkan Cinta Alquran kepada Anak
(Oleh : Iin Savitry, *Bunda Bidadari* ) 1. Sejak menikah dan mengandung anak pertama, saya meminta suami untuk *tilawah dengan suara kencang di samping saya*. Saat suami tahajud pun saya memintanya membacakan dengan suara kencang. Jadi, putra kami, Silmi, sejak dia dalam kandungan, sudah terbiasa 'melihat dan merasakan' ayahnya tilawah dan shalat tahajud di sisinya. Hal ini berlangsung terus HINGGA SEKARANG. Saya sering meminta suami tahajud di kamar anak2 dengan suara kencang. Anak-anak juga jadi terbiasa MELIHAT ayahbundanya TILAWAH ALQURAN DENGAN MEMEGANG MUSHAF di akhir hari sebelum tidur, dan di awal hari setelah shalat subuh. Ditambah saat waktu utama. Di saat tahajud. Sekarang, saat Silmi berusia hampir 10 tahun dan 'Ulya 8,5 tahun, alhamdulillaah mereka sudah biasa bangun untuk mendirikan shalat tahajud setidaknya dua raka'at pendek. Kadang-kadang mereka mengikuti kebiasaan kami, tahajud sembari memegang mushaf Alquran. Kami berusaha membiasakan tilawah Alquran dengan tartil di saat utama itu. Ini adalah saat Allah turun ke langit dunia untuk menjawab permohonan hambaNYA yang bangun untuk mendirikan shalat tahajud dan memohon padaNYA. Ini lagi-lagi pembiasaan kebaikan. 2. Saya membiasakan *i'tikaf selama malam ganjil di bulan Ramadhan,* dalam kondisi mengandung dan menyusui. Maksain diri ya? Iya. Agar anak-anak kami terbiasa mendengar lantunan ayat suci yang indah di saat paling utama, di akhir malam. Kebiasaan ini meningkat menjadi 10 hari teakhir di bulan ramadhan, sejak anak2 berusia 7 tahun dan sudah berkali-kali khatam Alquran. 3. Saya meminta* suami membelikan Alquran khusus* untuk Silmi, putra kami, sejak dia berusia 2 tahun. Alquran terjemah tajwid berwarna 10 juz ada 3 jilid. Kami langsung berikan Alquran itu kepadanya dan kepada 'Ulya adiknya. Dengan Alquran itulah Silmi pertama kali *MENGKHATAMKAN Alquran* di usia 6,5 tahun, dalam waktu 4 bulan. Adiknya, 'Ulya juga pertama kali MENGKHATAMKAN Alquran di usia 5 tahun, dalam waktu 5,5 bulan. Bahkan 'Ulya sudah mulai tilawah Alquran SEBELUM dia bisa membaca huruf latin. Di usia 5 tahun 8 bulan baru dia bisa membaca satu kalimat latin dengan lancar. Sekarang, mereka memiliki Alquran khusus untuk menghafal, dan Alquran terjemah khusus untuk mengkaji Alquran sekeluarga. Juga ada Alquran kecil yang biasa dibawa kemana-mana. SEMUA Alquran yang mereka miliki WAJIB dikhatamkan setidaknya dua-empat bulan sekali. Sekarang, mereka dibiasakan mengkhatamkan Alquran minimal sekali sebulan. Berarti satu juz/hari. PLUS membaca terjemahannya. Tentu saja masih tarik ulur. Kondisi aktivitas fisik yang tinggi juga penambahan tugas2 kerumahan sesuai peningkatan usia mereka, membuat mereka harus berjibaku mengatur waktu dan mengendalikan kemalasan dalam mendawamkan khataman Alquran minimal sebulan sekali. Ini tahapan pembiasaan. Juga untuk menggugurkan kewajiban sebagai seorang Muslim yang SUDAH BISA MEMBACA ALQURAN. Ini belum sampai ke tahapan MENCINTAI Alquran ya. Masih jauh. 4. Saya terapkan *konsep Steril di usia 0-7 tahun.* Artinya? *Saya bersihkan rumah kami dari segala sesuatu yang menghalangi datangnya cahaya Alquran*. Apa itu? TV dan musik. Rumah kami bersih dari TV dan musik. Saya juga *membiasakan diri menidurkan anak-anak dengan melantunkan juz'amma dari mulut saya sendiri*. Dari AnNaba' hingga AnNaas. Walau mereka sudah tidur. Ingat target mimpi saya terhadap anak? Mereka HARUS menghafal minimal juz'amma bersama saya. Dan harus kuat pemahaman mereka akan surah-surah di juz'amma. Ini target yang saya kejar. Dan alhamdulillaah Silmi, putra sulung kami, di usia 4,5 tahun sudah hafal juz'amma. 'Ulya di usia 6 tahun sudah hafal juz'amma. Apakah hafalan mereka sudah ajeg? Belum. Sampai sekarang kami masih terus-menerus menanamkan pemahaman akan makna dari ayat-ayat suci dari Allah ini. Bukankah itu tujuan utamanya? *Hafal Alquran itu suatu yang niscaya bagi orang yang memilih untuk terus berinteraksi dengan Alquran, dengan terus-menerus membacanya..berulang-ulang...dengan penghayatan*. Dan menjadi penghafal Alquran itu istimewa. Benar-benar manusia terpilih. Keluarga Allah di dunia. Kami ingin mencapai posisi ini. Mengenai TV dan tontonan, *masuk usia 7 tahun, saya pindah ke fase FILTERISASI* . Jadi program mengkaji film mulai diintensifkan. Resiko tinggi. Iya. Tetapi ini membangun daya imunitas dari dalam. Modal besar mereka untuk berdakwah ke generasi mereka dan setelahnya yang mayoritas bobrok dan rapuh. Mereka harus MENGENDALIKAN alat itu, demi kepentingan dakwah ke depan. Jadi, sekarang di ruang tamu kami ada Led TV 43' milik Taman Baca Keluarga Pelangi (Catat: bukan milik keluarga kami). Besar yaaa...yap. Ada program menonton film pekanan buat anak2 taman baca/santri2 rumah tahfizh. Dan anak2 sedang saya persiapkan menjadi relawan program MEDIA LITERACY. Ini berhubungan dengan TV. Lalu, bagaimana hubungan mereka dgn TV? TV tak menjadi ancaman bagi mereka, alhamdulillaah. Dan memang tak pernah. Karena mereka dipersiapkan baik-baik di usia awal. Di fase steril. Ini bicara tahapan persiapan yang panjang. . Gada keajaiban dalam pengasuhan anak. Adanya kelelahan yang terencana. 5. Setelah anak-anak *khatam Alquran pribadi minimal 4 kali* , dan anak-anak sudah bisa membaca lancar huruf latin, kami masuk ke program lanjutan. Kami mulai *program TADARUS Alquran sekeluarga* sejak 'Ulya berusia 7 tahun. Setelah subuh, kami baca Alquran bersama-sama. Masing-masing membaca setengah halaman, lalu membaca terjemahannya. Lalu ayahnya membahas dari segi bahasa dan tafsir dari kitab tafsir muyassar Ibnu Katsir yang dianggap paling mudah dicerna oleh anak-anak. Saya back-up dengan berbagai buku yang bisa mempermudah proses penyampaian pesan. Buku pemdamping yang kami pakai di kajian Alqur'an ini adalah Muhammad Teladanku dan EMIAH. Keduanya terbitan Sygma. Alhamdulillaah, 8 Muharram 1438 H/9 Oktober 2016 kemarin Allah kembali menakdirkan kebaikan kepada kami sekeluarga, kami dimudahkan mengkhatamkan kajian Alquran sekeluarga untuk kedua kalinya. Sekarang kami ulang lagi kajiannya dari awal, dengan lebih perlahan dan mendalam. Disertai arti. Satu dua ayat bisa dikaji beberapa hari. Mulai memperkenalkan bahasa Arab, makna Asma'ul husna dalam kehidupan sehari-hari, dan memperkuat asbabun nuzul tentang ayat-ayat. Juga mencoba membedah mukjizat ilmiah ayat-ayat Alquran. Kami berusaha meningkatkan tahapan mengkaji Alquran dengan mencoba membahasnya dengan menggunakan buku-buku asmaul Husna, buku siroh tematik ( Buku Ensiklopedia Leadership dan Manajemen Muhammad Saw), buku ProLM (kajian detil tentang karakter FAST), dan buku Ensiklopedia Peradaban Islam. Ketiga ensiklopedia keren ini terbitan Tazkia Publishing. Juga dengan menggunakan ensiklopedia mukjizat ilmiah Alquran dan Hadits.(EMIAH, terbitan Sygma). Juga buku2 lain tentang penciptaan alam dan nubuwah nabi tentang akhir zaman. Kajian ini disesuaikan dengan tahapan KEBUTUHAN BELAJAR putra-putri kami. Di tahapan usia 7-14 tahun ini, model belajar mereka cocoknya kongkrit operasional. Jadi kami harus mengarahkan anak-anak untuk menerapkan secara sederhana hasil kajian di keluarga kami. Kami memyebutnya 'Personal Program'. Ini sebenarnya bagian dari 'Personal Curriculum' bagi tiap anggota keluarga. Termasuk kami, ayahbundanya. Di usia ini kami ajak anak-anak membuat program hidup 10 tahun kedepan. Apa mereka mampu? Mampu ko. Do not underestimate the power of kid's critical thinking. Mereka ini sudah diarahkan untuk berkali-kali MENGKHATAMKAN Alquran. Agar itu menjadi kebutuhan mereka sepanjang hidup, kebutuhan yang mereka nikmati dan dengan sukarela dilakukan. Jadi, kami yakin, cahaya Alquran akan membimbing akal mereka. Itu janji Allah. Dan telah dicontohkan oleh Rasulullaah, para sahabat dan para ulama hingga sekarang. Ini masalah keyakinan. Yang menjelma dalam program-program harian. Itu aja.... Ngejalaninnya aja ga semudah menuliskannya. Ada banyak kendala. Tetapi MIMPI sudah ditetapkan. Tinggal dibedah menjadi 3: FAKTA, MASALAH, SOLUSI. Breakdown lebih kecil. Dan terus BERGERAK. Kita diciptakan untuk BERGERAK. Aktif. Diam tenangnya saat tahajud. Ini waktu istimewa. Be smart. Be FAST. JANGAN jual waktu utama itu dengan harga murah. JANGAN habiskan waktu utama itu untuk bicarakan bisnis kecil dengan manusia. Bicarakan bisnis utama kita dengan Sang Pemilik Alam Semesta. Gakan rugi. Ga percaya? Buka Alquran. Surah Ash Shaff. Surah ke 61. Ayat 1O-14. Ini penawaran dari Allah kepada orang beriman. Perdagangan yang gakan rugi. Di dunia dan akhirat. *Fokus dulu ke Alquran bersama keluarga. Baru ke yang lain.* Wallaahu a'lam bishawab. - Iin Savitry, #BundaBidadari - ‌d
1 note · View note