Tumgik
#kata-kata undangan pernikahan
andromedanisa · 1 year
Text
Ujian pada proses ta'aruf.
Setiap orang punya ujiannya sebelum ia berlabuh pada sebuah pernikahan. Setiap orang memiliki perjuangan lika liku dalam proses ta'arufnya.
1. Ada yang gagal menikah karena si calon anak yatim piatu. Padahal diawal proses sudah dipertegas bahwa sudah tidak memiliki ayah dan ibu.
2. Ada yang tidak lanjut proses ta'aruf karena fisik akhwatnya kurang dari standard yang diinginkan si ikhwan.
3. Ada yang sudah 80% persiapan menuju hari pernikahan namun gagal menikah karena pihak ikhwan dan keluarganya ingin si akhwat bercadar.
4. Ada yang sudah bercadar namun tidak lanjut proses karena si akhwat tidak cantik seperti yang terlihat ketika bercadar.
5. Ada yang semua sepakat, si akhwat berjilbab syar'i bahkan bercadar, namun batal untuk menikah karena acara pernikahannya tidak syar'i, tidak dipisah antara tamu laki-laki dan perempuan, dan masih ada musiknya. Padahal undangan sudah tersebar, catering, gedung, dan dekor sudah siap 100%.
6. Ada yang tiba-tiba menghilang, padahal keluarga si akhwat sudah bergayung sambit menerima si ikhwan bagaimanapun keadaanya.
7. Ada yang tidak melanjutkan proses ketika si ikhwan mengajukan untuk berpoligami nantinya dan keluarga akhwatnya menolak untuk itu.
Syawal harusnya menjadi sebuah kisah manis. Namun takdir Allaah belum demikian untuknya. Ia menangis dalam sebuah telpon. Katanya, ia tidak bisa menikah dibulan syawal ini. Karena pihak ikhwannya membatalkan secara sepihak. Padahal dari awal dikatakan olehnya bahwa keluarganya masih awam jauh dari kata Sunnah. Butuh waktu untuk bisa diterima, bisa memakai hijab syar'i adalah anugerah untuknya ditengah-tengah ia berjuang mendakwahkan Sunnah kepada keluarganya.
"saya pikir dengan proses ini, anak Bapak akan bercadar. Namun selama proses, tidak ada itikad untuk mengarah kesana. Saya tidak bisa melanjutkan proses ini Jika anak Bapak tidak bercadar dan walimahan nanti tidak dipisah."
"Bapak Ibu marah besar, Nis. Katanya, jadi seperti ini laki-laki yang katamu paham agama itu. Memutuskan sepihak tanpa berlemah lembut kepada Bapak Ibumu. Ini sungguh membuat Bapak Ibu malu." Ku dengar ia tersisak menangis dalam teleponnya.
Allahuul musta'an.
Dulu sempat terbersit, apakah ada yang seperti itu. Persiapan sudah 100% rampung, gagal dalam sekejap. Rupanya itu terjadi, aku bahkan masih ingat isak tangisnya. Kini Dua tahun telah berlalu, syawal yang dulu pernah membuatnya takut untuk menikah. Kini ia telah menemukan seseorang yang Insya Allaah, Allaah ganti dengan kualitas yang jauh lebih baik.
"Buah dari tauhid dan akidah yang benar adalah akhlak yang baik." (Ust Muhammad Nuzul Dzikry, Lc hafizhahullah)
"Benar katamu, nis. Sesuatu yang hari ini kita tangisi, kelak adalah sesuatu yang akan sangat kita syukuri nantinya. Aku dulu begitu terpukul dan menangis. Mencurahkan semuanya kepada Allaah, lalu kini sesuatu yang kutangisi sangat aku syukuri sebab tidak jadi menikah dengannya. kamu tahu, nis. Sekarang Bapak Ibu sudah sering ikut kajian Sunnah. Suami sering mendengarkan kajian offline para asatidz dirumah melalui channel youTube. Dakwah memang butuh waktu ya, nis. Dengan sabar dan terus meminta pertolongan kepada Allaah agar diberikan kelembutan hati dan hidayah. Sebab sebagus apapun retrorika dakwah kita, pada akhirnya hanya Allaah yang memberikan hidayah itu sampai pada yang telah Allaah kehendaki. Masya Allaah, pada akhirnya jangan menikahi laki-laki (ikhwan) penuntut seperti itu. Yang menuntut kesempurnaan ini dan itu ada pada diri kita yang tidak sempurna. Apalagi dengan cara yang tidak berlemah lembut." Ujarnya kepadaku.
*dua tahun telah berlalu sejak kejadian itu. Luka yang dulu ia kubur dalam-dalam, kini mulai sembuh atas izin Allaah. Dan kini, ia memintaku menuliskan kisahnya dalam sebuah tulisan. Katanya, barangkali bisa menjadi pertimbangan untuk para wanita sebelum memutuskan untuk menikah. Dan barangkali sebagai ibroh bahwa jalan menuju pernikahan itu gak semuanya mulus, ada juga yang harus berkelok untuk sampai kesana.
Iya, benar. Setiap orang memiliki perjuangannya yang berbeda-beda dalam menujunya. Jadi teringat waktu proses ta'aruf dulu yang berkali-kali mengalami kegagalan, salah satunya ibu memintaku tetap bekerja sekalipun aku telah menikah. Beberapa ikhwan saat itu tidak bisa menerima hal itu. Aku memahami akan hal itu, namun akhirnya atas izin Allaah ada seseorang yang menerima akan hal itu. Dan perlahan-lahan ibu menerima pada akhirnya pilihanku untuk tidak bekerja, adalah pilihan yang ku pilih dengan kesabaran penuh tanpa menyakiti hati Ibu. Bahkan setahun pernikahan, akupun masih belum sepenuhnya bercadar. Sebab, ibu belum bisa menerima. Alhamdulillaah, sekali lagi atas izin Allaah kini ibu telah menerima ya dengan penuh keridhoan.
Bila calonmu istrimu belum mengenakan cadar karena halangan keluarganya, maka tunjukkan akhlak dan adabmu. Bukankah buah dari tauhid dan akidah yang benar adalah akhlak yang baik? Maka tunjukkan selama pernikahan engkau mampu memberinya bahagia, medidiknya dengan baik, mencukupi segala kebutuhan ya dengan penuh tanggung jawab. Pasti kelak hati orangtuanya akan tertegun, sebab seorang yang shalih begitu menenangkan.
Bila keluarga calonmu belum melaksankan pernikahan syari , jangan langsung dihakimi dan diputuskan secara sepihak. Tak mengapa bila pernikahan tak sesuai syariat. Maka tugas kita adalah memastikan bahwa setelah menikah kelak keturunan kita bisa lebih baik dari keadaan kita. Sebab tak semua keluarga menerima dan memahami dengan berlapang dada.
Sesungguhnya inilah jalan dakwahmu, berlapang dada ketika diuji dengan kondisi yang tidak kau inginkan. Siapa tahu Allaah izinkan orangtua kita menjadi lebih baik sebab upaya kesabaranmu.
Dakwah memang tidak selalu mudah. Tetapi bukan berarti kita paksakan sehingga tak melihat mudharat yang lebih besar, bukan?
Dan untuk yang sedang menunggu, Dan menuju jalan pernikahan. Sesungguhnya pernikahan ialah ibadah terpanjang yang akan kau jalani. Maka pilihlah ia yang memiliki akhlak dan adab yang baik kepada kedua orangtua bagaimanapun mereka. Seseorang yang baik akan kau temukan hatinya yang mau bersabar dan terus belajar bertumbuh bersama.
Jangan tertipu pada penampilan semata ya, ingatlah bahwa pernikahan tidak hanya menyatukan dua insan saja. Melainkan juga menyatukan dua keluarga. Menyatukan perdaban yang lebih besar lagi. Bahagiamu adalah bahagia orangtuamu juga. Demikianlah nasihat yang seringkali kita dengar. Maka teruslah meminta pertolongan Allaah, tanpa henti, tanpa tapi.
Menyempurnakannya kembali || 19.53
168 notes · View notes
khoridohidayat · 1 year
Text
Menurutmu, apa makna sekufu? Apakah mereka yang berada di kondisi ekonomi yang sama? Atau mereka yang topik pembicaraannya bisa menyambung dan saling melengkapi?
Menurutmu siapakah yang pantas menikah? Apakah mereka yang berada di status ekonomi yang sama? Atau mereka yang mempunyai tingkat keilmuan yang sama?
---
Menurutmu pribadi, apakah aku termasuk orang yang tak tahu malu? Mengajak taaruf seorang putri istana yang cerdas, sopan, dan berpendidikan?
Berulang kali aku mempertanyakan itu kepada diriku sendiri. Prosesku mengajak hubungan yang lebih serius dengan Fathia banyak mendapatkan komentar yang beragam dari beberapa teman-temanku. Beberapa ada yang mendukung, namun beberapa justru mempertanyakan apakah aku sudah memikirkannya dengan matang.
Dua kontras jawaban yang berbeda dari teman lingkaranku membuat aku menjadi setengah-setengah. Ingin lanjut namun ragu, tapi juga ingin berhenti tapi sayang jika prosesnya harus berhenti di tahap ini.
Mungkin ini sebabnya beberapa seniorku selalu menasihati orang yang sedang bertaaruf. Bahwa, kita harus menyembunyikan prosesnya. Segala prosesnya. Dengan siapa, sudah sampai tahap mana, dan lain sebagainya. Jika semua sudah fiks, barulah teman-teman kita diberitahu kabar bahagianya melalui surat undangan pernikahan. 
Memang sesuatu yang diam-diam akan selalu memudahkan seseorang dalam bekerja. Namun nasi telah menjadi bubur. Beberapa temanku sudah tahu bahwa aku sedang menjalani proses taaruf dengan Fathia, entah dari mana kabar itu. Tiba-tiba saja mereka mengetahui kabar itu dan menanyakan kebenarannya kepadaku. 
**
“Lo serius ngajakin Fathia taaruf? Gila ya emang nyali lo.” Kata temanku lantang karena kaget mengetahui bahwa aku sedang berproses taaruf dengan Fathia. 
Kami sedang berada di cafe siang ini. Hanya berdua, aku dan sahabatku. Tempat nongkrong bergaya insustrial ini cukup terkenal buat orang-orang yang bekerja di daerah kami. Tempat yang cukup sepi, bersih, dan dilengkapi dengan gaya yang estetik menjadikan cafe ini pilihan bagi orang-orang melepas lelahnya setelah bekerja seharian di kantornya. Itulah alasanku disini sekarang bersama temanku.
“Ya serius lah. Emang aku pernah bercandaan ya soal perempuan? Dari dulu aku kan juga ga pernah tuh ngejalin hubungan asmara dengan siapapun. Ya itu karena aku emang nggak pernah bercanda soal perempuan.” Jawabku santai.
“Tapi maksudku tuh gini, kamu kan tau Fathia ini orang yang kaya raya. Dunia dia tuh udah yang kayak dunia berbeda gitu loh buat kita. Ya emang sih dia tuh orangnya emang humble banget. Tapi apa dia mau buat suatu hari nanti pergi naik motor bareng elu? Kan dia biasanya naik mobil. Terus, apa dia mau buat nyoba masakin di rice cooker terus makan tahu tempe yang kayak dulu pernah kita lakuin di pondok? Lu kira Fathia tuh kayak mbak-mbak santri yang serba bisa gitu?” Temanku menjawab lagi pertanyaanku dengan bertubi-tubi seperti seorang ibu yang ingin menyadarkan anaknya yang telah berbuat salah.
Iya, aku tahu bahwa Fathia memang orang yang berbeda status dengan kami berdua, tapi jika memang itu adalah orang yang cocok menurutku, mau bagaimana? 
Aku juga pernah membaca tulisan Habiburrahman di Ayat-Ayat Cinta, beliau mengatakan bahwa seharusnya para lelaki tak cepat minder dengan apa yang dimiliki oleh seorang perempuan, karena kita para lelaki mempunyai teladan yang sempurna yaitu Rasulullah yang juga menikah dengan seseorang yang cantik, baik perangainya, dan juga kaya. Ketika itu, Rasulullah hanyalah manusia biasa yang tak kaya ataupun mempunyai jabatan. Meskipun begitu, kejujuran beliau telah dikenal kemana-mana hingga beliau dijuluki al-amin, yang artinya seseorang yang jujur. Sehingga singkat cerita, melihat kejujuran Nabi Muhammad ketika itu, Khadijah bertekad untuk mengajukan diri untuk menjadi istri beliau.
“Akupun seperti itu Bro, aku yakin Fathia akan menghormatiku meskipun kami mempunyai latar belakang yang berbeda. Aku yakin Dia bisa memposisikan dirinya jika memang kami berjodoh. Toh aku juga ngga mau mikir jauh-jauh apakah berjodoh atau tidak. Aku hanya fokus ke satu per satu prosesnya, memastikan bahwa tidak ada satu step taaruf yang tercampur dengan ikhtilat.” Jawabku panjang lebar menjelaskan mengapa aku memilih Fathia dan satu bab sirah nabawiyah kepada temanku.
“Ya semoga ya. Turut seneng kalau nanti elu jadi sama si Fathia. Dia adalah salah satu orang baik yang pernah aku temui juga di BEM ketika itu.”
“Ting…” Suara notifikasi HP ku berdering, kulihat nama Fathia di notifikasi whatsapp ku. Ternyata dia baru saja mengirim pesan. Buru-buru aku langsung membuka isi pesan itu, barangkali ada hal urgen yang dia butuhkan.
“Mas, aku udah ngomong Abi, katanya dipersilahkan silaturahmi ke rumah hari Selasa sore, apa bisa?” 
Senang dan deg-degan rasanya mendapatkan balasan pesan itu dari Fathia. Akhirnya setelah sekian lama memendam rasa kepadanya, aku bisa menyampaikan maksudku dengan cara yang baik, yaitu kepada orangtuanya langsung. Walaupun ya disatu sisi aku agak khawatir, apakah niatan baikku ini bisa diterima keluarganya atau tidak.
Ahh mengapa aku melamun, aku harus segera menjawab pesan dia. 
“Okey, Insyaallah semoga Allah memudahkan.” Jawabku singkat
Buru-buru aku menyeruput secangkir kopi yang masih tersisa siang itu, kemudian memasukkan beberapa barang-barang kedalam tasku. Degup jantungku semakin kencang, sekarang hidupku seperti berjalan diatas harapan dan ketakutan.
“Aku pamit dulu ya Bro, mau kerjain yang belum beres dikosan.”
Bersambung (2/6)
Menjadi yang Kaucintai - Bagian 2
@careerclass @bentangpustaka-blog @langitlangit.yk
75 notes · View notes
l-edelweis · 4 months
Text
Sayonara, Mei!
Dibandingkan satu Januari, Mei lebih menjadi 'tahun baru' buat aku. Mei memberiku kesempatan untuk kembali merenungi, setahun kebelakang apa saja yang sudah kulakukan, dan setahun kedepan akan seperti apa. Mei yang berada di dekat Juni, hampir setengah tahun Masehi terlewati, menjadi waktu untuk berefleksi--atau jika tidak terlihat begitu rumit, berkontemplasi--melihat selama (hampir) setengah tahun ini apa rencana-rencana yang terlaksana dan apa yang perlu diperbaiki dan, tentu saja, apa yang tertunda.
Di bulan Mei ini aku juga bisa kembali berkoneksi dengan teman-temanku lewat reuni-reuni kecil di kondangan. Ke Wonosobo untuk menghadiri pernikahan Oase yang super menyenangkan. Ketemu banyak banget wajah-wajah lama yang nggak asing, yang alhamdulillah haha-hihinya tetep sama kayak dulu waktu SMP-SMA. Lalu mumpung deket sama Dieng, kita mampir ke Banjarnegara dan kembali berjumpa dengan teman-teman yang domisilinya di daerah super dingin itu. Seneng bangett:)
Lalu menghadiri undangan pernikahan Erin yang alhamdulillah ada ngunduh mantu di Sleman (karena sebelumnya ada undangan ke Lamongan tapi nggak bisa hadir") dan ketemu lagi sama temen-temen yang lamaaa banget udah ngga jumpa. Plus silaturahim juga sama ustadzah-ustadzah Mu'allimaat, karena turut diundang ke nikahan Erin ternyata:)
Entah kenapa aku jadi merasa hangat dengan teman-temanku yang punya bulan lahir yang sama denganku. Aku menganggap bulan Mei ini adalah bulanku, sehingga saat teman-teman lain merayakan ulang tahunnya, akupun jadi ikut merasa 'dirayakan'. Dipikir-pikir lumayan banyak teman-temanku yang lahir di bulan Mei. Bahkan ada yang aku baru tau ternyata dia lahir di bulan yang sama denganku! Beberapa ada teman-teman yang udah jaraanggg banget berkomunikasi, tapi kita dulu pernah ngobrol dan bahkan deket. Jadi bisa berkoneksi lagi di bulan Mei ini:)
Seperempat abad di Bulan Mei ini aku mendapat doa-doa yang begitu tulus dan mengharukan. Bahkan dari orang-orang yang tidak kukenal. Saat membaca sebagian dari doa-doa itu bahkan rasanya hampir menangis karena tidak menyangka akan didoakan sebaik dan setulus itu! :" Seiring bertambahnya usia, kurasa hadiah terbaik adalah doa. walau tidak menolak juga kalau dikasih buku bacaan atau bahkan hape baru
Bulan Mei ini aku juga memberanikan diri untuk mengambil keputusan yang cukup berat buat aku. Keputusan yang rumit, tapi aku sudah mempertimbangkannya sejak awal tahun. Saat aku mengikrarkan keputusan itu, bahkan aku tidak percaya, apakah aku benar-benar melakukannya? Semua tampak tidak nyata rasanya. Meskipun aku sudah sejak lama mempersiapkan diri dengan menanamkan keyakinan dalam diriku, Allah selalu ada dan semua sudah diatur olehNya. Bismillah. Bismillah
Seperempat abad. Dulu aku mengira saat seperempat abad sudah punya ini dan itu. Sudah sampai sana-sana. Tapi sekarang aku menyadari, bahwa yang utama adalah bagaimana diriku memandang dunia, bagaimana diriku melihat diriku sendiri, dan bagaimana diriku bersikap terhadap sesuatu yang terjadi di keduanya. Rasanya Faiz-sentris sekali tapi yah, this is my war.
Sampai jumpa di bulan Mei tahun depan, Inshaallah! :)
Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media
Kata seorang teman, 'Mei' => 'M' nya = menyenangkan!
3 notes · View notes
abidahsy · 1 year
Text
Menangis
Menulis tulisan ini sebenarnya cukup menantang karena aku tidak terlalu menyukai kata menangis. Bagiku, menangis memiliki makna yang negatif, meskipun tidak selalu seperti itu. Karena itulah aku berkali-kali mengubah outline tulisan ini.
Awalnya, aku mau menulis tentang hal-hal yang serius seperti mental health issue, lalu berubah menjadi penyakit hati, hingga sempat hampir menulis topik yang membahas perbedaan antara jiwa dan ruh.
Namun, semua ide-ide itu urung aku selesaikan. Semuanya masih mentah dan mendadak semakin mentah setelah aku mengobrol dengan dia yang di warung kopi.
Singkat saja, tidak sampai satu jam obrolan kami kali ini. Meski begitu, hanya dengan satu kalimat darinya, tulisan ini bisa mengalir dengan mudah menjadi rangkaian paragraf yang terdiri dari ratusan kata yang saat ini kamu nikmati. Ya, semoga kamu bisa benar-benar menikmatinya.
Tema tulisan kali ini sebenarnya bukan tentang menangis, tapi tentang kata sakit. Aku mengaitkan kata sakit dengan menangis karena ingatanku lebih lekat pada tangisan sedih dibanding tangisan yang mengharu-biru.
Ibukku pernah bilang bahwa luka fisik itu bisa membuat seseorang berdarah, tapi berbeda dengan luka batin yang akan menghasilkan air mata. Aku setuju dengannya. Dan di sinilah aku dengan darah bening bernama air mata.
Selama ini, biasanya dia yang di warung kopi yang meminta waktuku untuk bicara lewat telepon, tapi kemarin berbeda. Aku yang meminta waktunya terlebih dahulu karena memang kali ini aku yang punya serentetan pertanyaan. Termasuk mau memastikan kabarnya selepas kepergianku beberapa waktu lalu.
Segala puji hanya bagi Allah, ternyata dia sudah lebih baik dengan rencana-rencana masa depan yang menurutku sangat layak untuk dicoba. Walau perbaikan yang dia usahakan masih berbanding terbalik dengan kondisi hubungannya bersama orang masa lalu yang semakin rumit saja.
Serumit isi kepalaku saat mengobrol dengannya kali ini. Karena sudah berjanji pada diri sendiri bahwa aku akan mengosongkan ekspektasi saat bicara dengannya, aku jadi sangat berhati-hati. Tidak seperti biasanya yang sebebas merpati menanyakan apapun yang aku mau sesuka hati.
Dan sampailah aku pada satu pertanyaan,
"Kenapa sih, Bro, lo yakin banget bahwa gak ada perempuan lain yang lebih baik daripada orang yang di masa lalu?"
"Ini semua karena gue udah sayang, Bid. Kalau dibilang lebih baik mungkin ada, pasti ada. Orang yang misalnya kelebihannya tujuh, tapi kekurangannya cuma tiga. Tapi ini bukan soal logika aja,"
Sebenarnya kalimat-kalimat setelahnya tidak begitu aku perhatikan. Aku sudah terpaku pada kalimat pertamanya. "Oh, jadi masih sayang," begitu pikirku. Entah, apakah aku layak untuk merasa sakit di dalam rongga dadaku saat memikirkannya.
Aku pun segera mengambil alih isi kepalaku dan melanjutkan obrolan hingga akhir.
Sampai di titik ini, aku belum menangis.
Di waktu yang bersamaan, seorang teman yang serupa tapi tak sama denganku dalam hal proses pencarian, mengirimkan undangan pernikahan digitalnya. Tersenyum aku dibuatnya. Doa-doa terbaik aku sampaikan padanya dan semoga melangit tinggi. Dia membalas pesanku dengan doa yang tidak kalah indah.
Sebagaimana pemaknaan pesan doa dalam undangan. Semoga kelak Allah pertemukan Abidah dengan calon suami yang shalih, mendekatkan diri pada Allah, dan bisa memperluas manfaat. Aamiin.
Doa yang hanya bisa aku amini saja, tidak dengan embel-embel penuh semangat seperti biasanya. Aku masih bingung dengan isi kepalaku, terutama dengan rasa aneh yang ada di rongga dadaku saat ini.
Sampai akhirnya aku membaca sebuah kutipan yang tertulis di undangan digitalnya. Tanpa diminta, air mata pun jatuh begitu saja saat aku membacanya.
Allah itu baik, sangat baik, Maha Baik. Maka sungguh, tak ada takdir buruk bagi setiap hamba-Nya. Termasuk mempertemukan sepasang hamba-Nya. Tak ada kata terlambat atau terlalu cepat. Semua ada saatnya. Tugas kita adalah menjaga prasangka baik pada-Nya. Insight dari buku Teropong Waktu.
Bagaimana aku tidak menangis?
Perasaan aneh yang muncul dalam rongga dadaku pun pemberian Allah, bukan? Dia Maha Tahu apa yang aku rasakan saat ini, apa yang aku bingungkan. Dia Maha Kuasa membolak-balikkan hati sesuai kehendak-Nya. Dia Maha Penyayang yang sangat lebih dari cukup sebagai pelindung dari kesedihan dan kekecewaan yang tidak perlu.
Jadi, setidakjelas apapun yang aku rasakan saat ini. Seberantakan apapun isi kepalaku. Serumit apapun kisahku dalam mencari yang ke-12. Tugasku cuma satu, berprasangka baik pada Allah.
Itu semua cukup, insha Allah. Cukup bagiku Allah. Allah Yang Maha Baik.
Dan di titik ini, aku menangis.
Entah karena rasa sakit atau rasa haru. Atau mungkin keduanya.
16 notes · View notes
fatamorgananyata · 1 year
Text
Jaminan Menjalin Hubungan di Umur Sedewasa Ini
Kalau kau sudah menerima banyak undangan nikah dari teman seangkatan, itu artinya kau sudah berada di umur yang harus memikirkan tujuan jelas dalam menjalin hubungan dengan seseorang.
Itulah mengapa, sebelum dimulainya hubungan, atau sebelum terlalu banyak kenangan yang diciptakan, banyak orang di umur dewasa ini butuh semacam 'jaminan'. Apakah hubungan ini akhirnya akan dibawa ke pelamaninan? Atau jangan jangan, hubungan ini hanyalah perjalanan senang-senang tanpa adanya tujuan?
Maka banyak orang, terutama perempuan, butuh sesuatu untuk dipegang; agar ketika memulai hubungan, ada harapan untuk lanjut ke jenjang pernikahan.
Maka 'jaminan tujuan hubungan' menjadi hal yang sangat penting bagi kaum perempuan. Tapi di sinilah letak permasalahannya. Bagi beberapa laki-laki, niat serius itu tidak harus diperlihatkan dengan janji. Karena laki-laki dewasa tau, bahwa akhir hubungan tidak mempertimbangkan keinginan, tapi lebih mendengarkan takdir yang telah ditentukan.
Jangankan berjanji untuk menikahi, berjanji untuk tetap bersama saja; tak ada yang bisa memastikannya. Maka membuat janji di awal agar tetap bersama hingga akhir; tidak lebih dari janji cinta anak remaja yang belum ditampar realita.
Dan betul saja, ada banyak orang yang di awal hubungan mendapatkan jaminan kata-kata manis, tapi hubungannya berakhir dengan begitu miris. Ada yang mendapat jaminan datang ke rumah lalu memikat hati orang tua, ada yang sudah sampai di tahap lamaran bersama keluarga, bahkan ada yang sudah sampai di tahap pertunangan yang disertai acara megah. Tapi pada akhirnya? Mahar yang didapat adalah perpisahan dan kekecewaan.
Di lain sisi, tidak sedikit laki-laki yang di awal hubungannya tidak menjanjikan apa-apa, dan si perempuan pun tidak menagih jaminan apa-apa. Tapi di pertengahan jalan, di suatu titik sang pria menyadari, bahwa perempuan yang bersamanya ini adalah perempuan yang tulus menemaninya. Perempuan yang bahkan tak pernah mendapat kepastian untuk tidak ditinggalkan. Perempuan yang tidak pernah meminta dijanjikan untuk dibawa ke pelaminan. Tapi tanpa pamrih dia tetap bersama walau dalam hati kecilnya sangat mengharapkan kebersamaan yang direstui Tuhan. Hingga sang pria terketuk hati nuraninya, lalu mendapatkan tekat yang genuine untuk memutuskan dengan teguh, bahwa perempuan yang bersamanya saat ini; akan ia jadikan sebagai perempuan terakhir yang ingin ia bahagiakan hingga akhir hayatnya.
Begitulah dua jenis hubungan yang banyak terjadi di sekitar saya. Maka menurut analisa saya. Penentuan akhir hubungan itu bukan hanya melihat sisi laki-laki. Peran perempuan juga sungguh berarti.
Jika laki-laki dinilai dari kesungguhannya, harusnya perempuan juga dinilai dari ketulusannya.
Jika perempuan menilai karakter laki-laki yang tidak mampu menjanjikan kesiapan untuk melangkah ke jenjang pernikahan. Laki-laki pun dapat menilai karakter perempuan yang hanya ingin menjalani hubungan dengan sebuah syarat dan perjanjian.
Tapi pada akhirnya. Ini hanyalah dua jenis hubungan yang sama sama punya peluang berhasil dan sama sama punya potensi gagal.
Ada banyak kok 'jaminan' di sebuah Bank yang berhasil dengan program KPRnya. Di mana pada akhirnya, jaminan itu berhasil ditebus dan dimiliki seutuhnya oleh si debitur. Tapi saya juga mau mengingatkan, bahwa tidak sedikit pula jaminan yang tidak mampu ditebus; hingga harus berakhir di pelelangan untuk menemukan pemilik baru.
Dan untuk siapapun yang datang padamu tanpa sebuah jaminan apa-apa, jangan terburu-buru menilai bahwa tak ada masa depan yang indah bersamanya. Bisa jadi ia sedang membangun tempat terbaiknya, tanpa memberitahumu proses yang sedang ia jalankan. Dan akan mengajakmu tinggal bersama ke tempat itu; ketika ia telah yakin bahwa tak ada lagi orang yang lebih pantas darimu untuk ia bahagiakan seumur hidupnya.
Sekian.😉
30 notes · View notes
payungbercerita · 1 year
Text
AKU SIAP MENIKAH
Hal-hal yang aku rasa cukup ternyata mengantarkan aku untuk menyadari bahwa aku ini masih belum cukup untuk dikatakan siap
Dulu beberapa bulan setelah lulus SMA, aku mendapatkan 3 undangan pernikahan dari teman SMA-ku. Saat itu tidak banyak yang aku lakukan kecuali mengucapkan selamat dan turut berbahagia atas rezeki yang Allah tetapkan kepada mereka. Tapi di sisi lain, aku juga berpikir:
“Hah? Ini beneran mereka nikah? Si A ini kan orangnya manja, pas di asrama saja dia gak bener-bener belajarnya. Si B juga, kok bisa-bisanya dia yang duluan nikah padahal kan orangnya jarang mandi gak pintar merawat diri sendiri? Apalagi si C, dia kan manja banget sama orang tuanya, pengennya dijenguk saja pas lagi di asrama dulu? Ini beneran orang-orang yang kaya gini yang duluan nikah?”
Sebelum lanjut, ucapkan Astagfirullah dulu yaa hehe. Pemikiran ini tidak benar ya teman-teman. Sekarang aku juga sadar bahwa pemikiran tersebut ternyata hadir dari perasaan merasa lebih baik dibandingkan orang lain dan itu tidak seharusnya ada pada pribadi seorang muslim.
Oke lanjut. Saat itu, jujur saja aku memang merasa lebih baik daripada mereka dari segi kepribadian, kepintaran dan juga prestasi yang selama ini aku punya. Sampai akhirnya, setelah berada di rumah pun (aku dulu di asrama), aku merasa banyak hal yang ternyata aku ini cukup siap untuk menghadapi banyak hal, salah satunya juga “pernikahan”.
Pertama, kesabaran. Saat itu, aku merasa bahwa kesabaranku begitu luas, bisa sabar menghadapi orang lain, bisa sabar menghadapi orang tua, bisa sabar menghadapi tetangga, bisa sabar menghadapi pertemanan dan lain sebagainya. Sehingga aku pikir bahwa menghadapi seseorang yang menjadi pasanganku nanti adalah suatu hal yang mudah. Tapi menginjak umurku yang ke 23 tahun ini, aku menyadari suatu hal, bahwa ternyata aku tidak cukup sabar untuk menghadapi semua itu. Regulasi emosi yang ternyata masih berantakan. Menghadapi orang yang tidak semuanya menyukai kita juga amat melelahkan. Pekerjaan, tuntutan dari rumah maupun tempat kerja kadang menguras banyak energi dan pikiran. Belum lagi, semakin dewasa semakin banyak hal yang tidak aku sukai terjadi dan ini kadang merusak mood dan membuat emosi cenderung negatif.
Kedua, Cara mendidik (ilmu parenting). Aku adalah penyuka anak-anak dan menjadi seorang guru di salah satu sekolah dasar yang pastinya dikelilingi oleh anak-anak yang menggemaskan. Dulu, aku berpikir dengan modal itu, aku cukup siap untuk menikah. Sampai akhirnya, setelah 6 bulan aku mengajar di sana, aku lebih mengenal diriku sendiri dan mendapati banyak hal. Bahwa mendidik bukanlah tugas yang mudah. Aku perlu tahu bagaimana cara berkomunikasi dengan anak, perlu tahu bagaimana caranya mengatur emosi, perlu tahu bagaimana caranya memanajemen pembelajaran yang menarik untuk anak dan banyak hal lainnya yang tidak kalah penting. Semua hal itu, ternyata tidak banyak yang aku tahu dan aku merasa sangat-sangat minim pengetahuan tentang ilmu mendidik. Yaaa, pada akhirnya aku menyadari bahwa ilmuku terkait pernikahan dan juga mendidik tidak cukup untuk mengatakan bahwa aku ini siap untuk menikah.
Ketiga, Komunikasi. Cara aku berbicara, pilihan kata, cara menyampaikan, bagaimana komunikasi saat aku sedang ada masalah dengan pasangan, orang tua, sahabat dan lain sebagainya ternyata perlu sekali ilmu. Dulu, aku berpikir bahwa komunikasi hanya sebatas ya ngobrol saja, spontanitas, tidak perlu banyak hal yang dipikirkan, apa adanya saja dan semaunya aku. Tapi ternyata tidak sesimpel itu, bahkan ilmu yang mungkin aku rasa sudah cukup, itu perlu penerapan yang baik dan semua itu tidak mudah. Akhirnya, aku merasakan bahwa aku ini belum cukup untuk dikatakan siap menikah.
Sebenarnya masih banyak hal yang aku rasa kurang di dalam diri aku dan itu cukup membuat aku merasa belum siap untuk menikah. Tapi mungkin teman-teman bertanya:
“Terus teman kamu, kok bisa-bisanya Allah kasih rezeki menikah di usianya yang amat sangat muda?”
Ini pertanyaan bagus menurut aku karena mungkin selama ini, kita selalu merasa bahwa mereka tidak cukup siap untuk menghadapi pernikahan. Dalam pandangan kita, mungkin hal yang demikian bisa kita katakan benar dengan segala pemahaman dan prinsip yang kita pegang. Tapi perlu ingat teman-teman, bahwa menentukan kesiapan seseorang untuk menikah itu bukanlah hak kita, itu hak Allah yang mutlak lebih mengetahui dibandingkan siapa pun di dunia ini. Pasti ada hal kebaikan yang merupakan pembelajaran yang ingin Allah beri kepadanya dan menurut-Nya cara pemberian terbaik kepada meraka adalah dengan menikah.
43 notes · View notes
my-unsentfeelings · 2 years
Text
Love Level 3 - Samawa
"Happy wedding, semoga samawa yaaa.." sering banget di pake buat ngucapin temen yang nikah, tapi sudahkah kita paham maknanya? Kayanya kurang rasanya kalau kita mendoakan tpi kita sendiri ga paham sama ucapan itu. Nah gue mau sharing dikit ttg makna samawa dari buku yang udah gue baca judulnya "You are loved - Allah mencintaimu tanpa tapi"
Pasti udah ga asing lagi sama ayat ini
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
وَمِنْ اٰيٰتِهٖۤ اَنْ خَلَقَ لَكُمْ مِّنْ اَنْفُسِكُمْ اَزْوَا جًا لِّتَسْكُنُوْۤا اِلَيْهَا وَجَعَلَ بَيْنَكُمْ مَّوَدَّةً وَّرَحْمَةً ۗ اِنَّ فِيْ ذٰلِكَ لَاٰ يٰتٍ لِّقَوْمٍ يَّتَفَكَّرُوْنَ
"Dan di antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah Dia menciptakan pasangan-pasangan untukmu dari jenismu sendiri, agar kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan Dia menjadikan di antaramu rasa kasih dan sayang. Sungguh, pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang berpikir." (QS. Rum : 21)
Yess, ayat ini yang sering banget tertulis di undangan - undangan pernikahan. Salah satu tanda kebesaran Allah adalah menciptakan manusia berpasang-pasangan. Ini rumus yg pasti; tenang aja ngga ada manusia yang jomblo. Pasti ada pasangannya entah ketemunya di dunia atau diakhirat nnti. Itu udah dijamin sama Allah. Masa Allah bohong ya ga mungkin yekan.. yg jomblo mungkin belum ketemu aja sama pasangannya.
Sejenak kita mengingat pasangan manusia pertama yg Allah ciptakan, iyes.. Nabi Adam alaihissalam dan Hawa salamun 'alaiha. Allah menciptakan Adam dari tanah, lalu menciptakan Hawa dari tulang rusuk adam yg sedang tertidur. Jadi.. ceritanya tuh pada mulanya Adam ditempatkan di dalam surga, kemudian Dia berjalan-jalan disurga dengan perasaan yang ga tentram jiwanya, terus waktu Adam tidur Allah ciptakan Hawa dari tulang rusuk adam. Kemudian ketika terbangun didekat kepalanya ada seorang wanita yg sedang duduk.
Adam bertanya "Siapa kamu?"
Hawa menjawab "Aku adalah istrimu" (yaampun enak banget gasi ya bangun2 dh punya istri wkwk, canda bestie 😁)
Lalu adam bertanya lagi "Untuk apa kamu diciptakan"
Hawa menjawab "Agar Engkau merasa tentram" (masyaAllah..)
Bayangin aja Adam yang tinggal di surga, di tempat yang penuh dengan kenikmatan hatinya masih belum tenang. Sampai-sampai Allah menciptakan Hawa, agar kamu (Adam) cenderung merasa tentram padanya.
Sakinah adalah unsur penting yang harus ada dalam rumah tangga. Dari kata As- sakiinah/ As Sukuun artinya menetap, kalau dalam Al-Qur'an ada yang namanya tanda sukun yaitu tanda untuk menghentikan atau mematikan suatu huruf. Dalam sebuah pernikahan pasangan itu harus bisa menghadirkan sakinah. Pasangan adalah tempat menetap, tempat berhenti, tempat hati bertaut dan berlabuh (ciyeelaah). Dannn hal yang aneh jika pasangan itu malah berpaling dari pasangannya, entah selingkuh atau mengabaikannya.
Menurut Imam Raghib Al Asfahani, kata as-sukuun betuk pluralnya masaakin artinya "tempat tinggal". Seseorang pasangan harus bisa jadi rumah bagi pasangannya. Tempat paling nyaman buat ditinggali.
Sakinah adalah tentang ketentraman hati, ketenangan jiwa dan kedamaian rasa. Mengapa Allah memberikan sakinah pada pasangan suami-istri? Agar kita mengingat tanda-tanda kebesaranNya. Saat kita sedang bersama pasangan, kemudian merasa tentram dan tenang saat bersama, itu sebenernya kita tuh lagi diajak buat mengingat dari mana ketenangan itu berasal (tentunya dri Allah ya kan...) karena sebaik-baik pasangan adalah orang yang kehadirannya membuat kita mengingat pada Allah.
Mawaddah akar katanya sama kaya Al-Waduud (salah satu Asmaul husna) artinya dzat yang Maha Cinta. Pernah gasi saat kita mencintai pasangan kita ada sebuah rasa untuk memberikan manfaat buat dia? Nah itulah wudd adalah salah satu bentuk cinta yang didalamnya tuh ada dorongan buat bisa bermanfaat bagi orang yang dicintai.
Jadi ketika udah hadir mawaddah dalam rumah tangga, bergeloralah cinta didalamnya 🔥. Saat mencintai istrinya seorang suami akan berusaha memberikan yang terbaik baginya (yuk bisa yuk para suami dan calon suami xixi).
Jika sakinah sudah hadir, kemudian disusul mawaddah, maka selanjutnya rahmah.
Rahmah itu tahap diatas sakinah dan mawaddah. Kalau kata Ibnu Abbas r.a. mawaddah adalah cinta lelaki pada istrinya, sementara rahmah adalah kasih lelaki saat istrinya ditimpa musibah atau kesulitan. Rahmah bukan sesuatu yang sejak awal bisa didapatkan. Adan proses dan tahapan untuk mendapatkannya.
Sakinah, mawaddah dan rahmah sudah dijamin Allah pada makhlukNya yang diciptakan berpasang-pasangan, tentunya agar kita mengat kebesaranNya. Manusia bisa merasakan cinta dengan pasangannya agar dia semakin ingat dari mana cinta itu berasal, yaitu dari Dzat yang Mahacinta.
Waallahu'alam bisawab
16 notes · View notes
rantingfiksi · 1 year
Text
Jika hanya basa basi kenapa harus menyakiti?
Waktu itu tiba tiba notifikasi ponselku berbunyi, ada seorang teman lama yang membalas status whatsappku yang kubuat ketika aku tengah berada di suatu daerah . "Ngapain disana? " Aku menjawab "hehe aku kerja di daerah sini sekarang" Tanpa Basa- basi sama sekali , bahkan kamipun tidak akrab sama sekali. "Wah tak kira kamu lanjut S2, seorang X ternyata lebih milih kerja"
dug, tidak ada angin tidak ada apa, diapun tidak tahu bagaimana perjuanganku untuk memenuhi kebutuhan hidup . Bagaimana ia bisa menyakiti hati orang yang tak terlalu dikenalnya dengan kata kata yang tajam.
Sepele memang. Tapi tanpa dia tahu, melanjutkan S2 adalah impianku. Tapi tentunya bekerja dan membuang keinginan untuk melanjutkan studi juga adalah pilihan yang saya buat karena saya menganggap membantu perekonomian keluarga saat itu lebih penting daripada memenuhi keinginan saya pribadi.
Lalu dilain waktu ketika saya mengirim undangan pernikahan di grup kelas seseorang berkata "wah gk nyangka si ini nikah, kukira bakal ambis berkarier"
Ada lagi, karena waktu itu saya melangsungkan pernikahan saat pandemi covid 20. Jadi tidak ada resepsi . Kami hanya menikah di KUA . Setahun kemudian ketika saya menghadiri resepsi teman saya salah seorang teman menyeletuk "sini kufotokan kalian berdua (menunjuk aku dan suami) kan pas kalian nikah gak ada dekornya. Buat kenang kenangan walaupun pake dekor orang" Waktu itu ia mengatakannya di depan banyak teman teman saya yang sedang berkumpul.
Masya Allah waktu itu saya merasa tidak pernah menyakiti hati orang tersebut sebelumnya. Kenapa dia tega menyinggung perasaan saya di depan banyak orang. Ada lagi seorang teman yang berkunjung ke rumah saya. Waktu itu saya hanya seorang ibu rumah tangga yang beberapa waktu lalu tengah resign dan mengikuti suami saya ke luar kota. Teman tersebut menceritakan tentang karier nya yang gemilang dan tiba tiba menyeletuk. "Wah gue gak mau nikah kalo harus ngelepasin karier, yakali abis jadi manajer terus kerjanya cuma di rumah jadi ibu rumah tangga" Waktu itu saya sedang hamil, saya yang mendengarnya hanya bisa tertawa sambil menahan rasa tersinggung di dalam hati saya.
Terkadang pernyataan maupun pertanyaan yang menurut kita iseng kita lontarkan ke orang lain bahkan kita sendiripun lupa jika pernah mengatakannya, . Bisa jadi justru menjadi duri yang menyakiti hati orang lain. Maka dari itu sejak banyak peristiwa itu, saya jadi belajar untuk lebih berhati hati dalam bertanya maupun menyapa. Jika hanya basa basi kenapa harus menyakiti?
4 notes · View notes
Text
Suara Kehilangan
Ingin sekali kutanyakan pada seseorang yang telah menikah, bagaimana rasanya dicintai dengan akad.
Karna sampai sekarang aku belum mampu merasakannya.
Selama ini hanya mencintai dalam diam🙍.
Sakit, tapi itu terbaik, bagi sebagian orang terutama pada penduduk berjiwa introvet.
Lebih baik dari pada sebuah penolakan yang nantinya akan terjadi.
Maafkan aku yang tak pernah berterus terang.
Maafkan aku harus berpura-pura menjadi teman terbaikmu demi kepentinganku.
Kini kabar baik itu telah sampai pada sayap telingaku.
Menjadi topik utama dalam perbincangan monolog dihatiku
Dari seseorang yang pernah menginginkanmu.
Doa terbaikku untuk hari bahagiamu dan ucapan selamat untuk perempuan yang telah mampu meyakini mu untuk hidup bersamanya
Yang kuingat dari sekian kata bijak tentang cinta, “kalau cinta jangan terlalu banyak memilih, dan menikalah dengan yang sekufu denganmu”. Yang kutangkap, dalam imaji ku ialah terlalu kuat dapat bersanding denganmu. Hapalan alquran ku yang masih berantakan kini membuatku malu jika terlalu berharap akan disandingkan denganmu. Aku yakin seburuk-buruknya wanita pasti dia ingin dibimbing oleh laki-laki baik dan sholeh sebaliknya sejahat-jahatnya laki laki pasti menginginkan wanita yang baik dan sholeha untuk jadi ibu buat anak anaknya.
 Tapi dalam alquran laki-laki yang baik buat perempuan yang baik dan perempuan-perempuan yang baik untuk laki laki yang baik pula, semuanya seimbang setara, yups! tuhan memang maha adil. Akhirnya aku tau rasanya kehilangan sebuah harapan yang pernah paling aku harapkan, Ternyata waktu serta keadaan dan takdir tak kunjung sejalan dengan setiap harapan.
 Melepaskan dan mengiklaskan adalah cara terbaik untuk membiarkannya pergi dan bahagia dengan sendirinya meski bukan denganku.. Wahai jiwa yang sedang dalam penantian teruslah berjalan dalam rute kebaikan, karna cara terbaik dalam menjemput jodoh adalah dengan terus menerus berbuat baik dengan mengharap ridho kepada pemilik ar rahman.
Diatas meja udah kusiapkan berbagai macam cemilan yang sudah tersusun rapi disebelah kiri laptopku. sebelum akhirnya aku bertempur dengan data-data yang harus kurapikan. Untuk persentase besok dikantor.
Dering notifikasi di handphone mengalihkan sejenak perhatianku, ternyata pesan itu dari raju
Raju: * undangan Pernikahan *
                Assalamu’alaykum Warahmatullaahi Wabarakaatuh
                bismillahirrahmaanirrahiim
Rasa syukur kami mengalun  merdu, karna Allah menjadikan dua hati berpadu, dalam ikatan suci pernikahan yang syahdu, semoga menuju ridho Allah langkah kami melaju.
Maha besar Allah yang berkehendak menghimpun dua hati, dalam ikatan suci pernikahan, semoga Allah berkahi usaha kami menuju jannah dan ridho illahi
Dengan segala kerendahan hati dan tanpa mengurangi rasa hormat, kami mengundang Bapak/ibu, saudara/I sekalian untuk hadir memberikan doa terbaik, pada acara pernikahan kami:
 Muhammad Raju Khali Pratama & Haura Ulya Utami
Yang insyaallah dilaksanakan pada  sabtu, 7 januari 2020
Tempat, Jl. Cemara perumahan surya blok m no 9
----------------------
Merupakan suatu kehormatan bagi kami apabila bapak/ibu, saudara/I berkenan hadir  dan mendoakan keberkahan bagi pernikahan ini.
Kami yang berbahagia,
Raju dan ulya
Degup jantungku sesaat rasanya berhenti, dadaku juga begitu sesak berulang kali aku terus berucap lahauwla wala quata illabillah sambil terus tanganku mengelus dadaku, perasaanku juga tidak teratur, kucoba berdamai pada kondisiku saat itu kuatur posisi untuk bisa lebih baik, berputar balik keatas kasur dengan meluruskan kakiku sambil kusandarkan tubuhku pada dinding bisu itu.
 ingin sekali rasanya kubalas pesannya dengan beragam pertanyaan siapa ulya itu? dari mana kamu kenalnya? lulusan mana dia? Asal mana dia? Sekarang apa kegiatannya? apa yang membuatmu memilihnya. Ah ingin sekali rasanya aku mengintrogasinya batin ku. Tepok jidat sadar ra lu itu bukan siap-siapa dihatinya raju bahkan ruang untukmu saja itu tidak ada. Berhentilah berharap pada sesuatu yang tak akan mungkin jadi milikmu perasaanku terus saja melakukan monolog-monolog dalam hatiku.
Raju: semoga bisa ikut mendoakan kelancaran acara kami ya ra.
hampir 20 menit baru kubalas pesan raju,
Me: barakallahu laka wa Baraka alayka, wa jama’a baynakuma fi khairin…” amiin samawa ya
Raju;  semoga ikutan menyusul ya.
Balasnya dengan tambahan emoticon ketawa untuk mencairkan suasana malam itu, tapi bagiku itu sudah tidak berlaku.
KAU TAHU, HAKIKAT CINTA ADALAH MELEPASKAN. Semakin sejati ia, semakin tulus, kau melepaskannya. PERCAYALAH,  JIKA MEMANG ITU CINTA SEJATIMU, TIDAK PEDULI ARAL MELINTANG, IA AKAN KEMBALI SENDIRI PADAMU,  banyak sekali pecinta di dunia ini yang melupakan kebijaksanaan sesederhana itu. Malah sebaliknya berbual bilang cinta, namun dia menggenggamnya era-erat. ( about love tere liye).
Aku masi membatu dikasur saat itu, chocolate panas yang sudah kusediakan sedari sejam yang lalu telah dingin,  enggan lagi rasanya mulutku mendenguknya. Perasaanku masih tak beraturan, kulayangkan pesan pada rima saat itu
Me  : aku  patah hati, raju menikah ma,
 Rima: seriusss,
Dengan ekspersi terkejut dari kejauhan pasti benakku 
Kukirim undangan raju seketika itu pada rima Padahal jika aku boleh menuntut belum genap sebulan lalu dia ingin memintaku untuk mencarikan wanita yang sudah siap menikah dengannya. Perasaanku juga masih belum bisa menerima “yaa Allah kumohon tenangkan jiwaku atas segala ketetapan yang telah kau tentukan, pasti lebih baik bukan batinku. Kumulai menscroll ulang percakapan kami di wa saat itu.
Kukirim undangan raju seketika itu pada rima Padahal jika aku boleh menuntut belum genap sebulan lalu dia ingin memintaku untuk mencarikan wanita yang sudah siap menikah. Perasaanku juga masih belum bisa menerima “yaa Allah kumohon tenangkan jiwaku atas segala ketetapan yang telah kau tentukan, pasti lebih baik bukan? batinku. Kumulai menscroll ulang percakapan kami di wa saat itu.
Raju: ra boleh aku minta tolong
Dengan emoticon tertawa selalu begitu.
Me:  tentu jika bisa akan kubantu balasku ramah
Raju: kalau kawanmu atau kenalan atau apalah…cewek, siap nikah, ibadah nikah diutamakan dari pada materi, kasih tau aku ya…
Me : untuk kau?
Tanyaku antusias saat itu, ada rasa yang tak  bisaku deskripsikan pada kenyataan,  rasanya aku ingin jadi pahlawan untuknya mencarikan seseorang yang begitu sempurna untuknya agar dia bahagia, disisi lain hatiku menolak, ingin rasanya aku ucap saat itu, “aku wanitanya. Tepok jidat seketika hal yang tak mungkin kulakukan, aku ingin diminta kesediaannya untuk menjadi pelengkap separuh agamanya bukan menawarkan diri. Aku ingin merasakan bagaimana dicintai jika tidak bisa aku tak ingin memaksakan yang bukan menjadi ranaku biarlah tuhan yang langsung bercampur tangan. Aku tak sanggup.
Raju: hahah iya  kenapa ra, kok jadi kaget gitu
Huh diamah kagak paham kalau yang jauh disana aku sudah setengah mati nahan degup jantung yang mau lompat ini.
Me: masyaallah semoga niat baikmu didengar tuhan ya dan semoga disegerakan
   Kau nyari yang gimana? Syarat-syaratnya, harus becadarkah?
Raju: hahah, kalau gak ada juga gak papa. Iya kalau bisa yang shalihah kalau gak, juga gak papa asal mau dibimbing ke yang baik.
Spontan aku yang dikejauhan berantakan banget perasaannya sungguh! kalau boleh jujur aku mau bilang “ aku wanitanya gimana haha monolog yang menyebalkan. Aku kembali pada layar persegi itu, mengingat waktu sudah pukul 00.00 tapi aku bersikukuh untuk tidak tidur. Menyelesaikan yang sempat tertunda sebelumnya. Aku berusaha untuk meyakinkan diriku sendiri dan mendamaikannya. Tidak boleh terlalu memaksakan dan berambisi. Sementara untuk cinta itu sendiri dia tidak pernah bersalah. Akan bersatu atau tidak semesta lebih paham rumusnya tugas kita hanya menerima bila nanti berjodoh jika tidak berjodoh kau hanya bertugas untuk berlapang dada itu saja. Simpelkan tapi sungguh menyesesakkan dada kalau mengalaminya.
5 notes · View notes
ririsxamelia · 2 years
Text
Kapan?! #4
Jangan Senang Dulu
Gue bersyukur banget nyokap nggak pernah nanyain "Kapan wisuda Nak?"
Gue juga bersyukur karena gue jauh dari rumah, jauh dari keluarga besar. Sepanjang perjalanan gue ngerjain skripsi, gue liat temen dan adik tingkat gue banyak yang tertekan gara-gara pertanyaan "Kapan?!"
Alih-alih bertanya tentang kapan gue lulus, nyokap selalu membesarkan hati gue setiap kali merasa buntu, capek, pusing karena ngerjain revisi. Nyokap selalu bilang kalau gue harus ngerjain skripsi dengan sepenuh hati, ikhlas. Ini adalah tugas terakhir yang gue kerjain setelah susah payah belajar bertahun-tahun. Meski nantinya skripsi ini hanya akan jadi pajangan di perpustakaan kampus ataupun gelar gue nggak terpakai karena seringkali kerjaan nggak nyambung sama jurusan, nama gue akan terpampang disana untuk waktu yang lama.
Dulu, gue bersusah payah untuk masuk ke kampus ini, mengambil jurusan yang sangat amat ditentang sama bokap. Setelah sidang proposal, sempat gue berpikir untuk pakai jasa joki, saking frustasinya ngerjain bab 4 nggak kelar-kelar. Tapi masa iya gue menyelesaikannya dengan asal-asalan, apalagi dengan kecurangan?!
"Hidup ini bukan cuma tentang hasil. Percuma hasilnya bagus kalau kamu tertekan, nggak enjoy atau malah nggak bahagia selama prosesnya. Kita juga nggak tau lho umur kita sampai kapan, karya tulis kita bakal dibaca sama siapa, manfaatnya sejauh mana. Siapa tau ini akan jadi tugas terakhir yang kita kerjain semasa hidup," kata Marsha.
Satu bulan lagi, waktu gue untuk mendaftar sidang akhir. Meski luar biasa cemas, gue yakin bisa melalui ini semua dengan baik.
Sedikit lagi. Sebentar lagi. Gue akan lulus, akhirnya gue bisa bikin nyokap bangga dan lega. Lalu, gue akan mempersiapkan diri, mengambil langkah selanjutnya: mengajak Masrha membangun hubungan yang serius. Membayangkannya saja bisa membuat gue kegirangan kaya orang gila.
Sampai pada suatu sore, datanglah sebuah kabar, lebih tepatnya sebuah undangan pernikahan.
TO BE CONTINUED
2 notes · View notes
cheloteheh · 10 days
Text
Tumblr media
Alhamdulillaaah..
Entah doa siapa yang dikabulkan, entah amalan apa yang bisa menjawab doa ini, entaah apa yang Ngkau rencanakan.
Aku berani menyebar undangan pernikahan di hari ulang tahunku ke-27.
Tapi aku "pernah" bercheloteh dalam hati.
Lucu kali yaa, kalau aku nikah nnti di umur 27 pas umurku 27.
la hawla wala quwwata illa billah
Allah kabulkan.
Tapi sebenarnya aku ingin bercerita after marriage nyaa..
Yang enak setelah halal ini:
- ada yang memuji tanpa henti
- ada yang peluk
- ada yang mau dibawelin
- ada yang diajak diskusi
- ada yang diajak ngeluh
- ada yang enak disentuh
- ada yang aku liatin tiap tidur dan bangun
- ada yang aku ajak nabung pahala
- .........
Bener kata Allah menikah itu bikin tenang, ya walau besok juga bingung mau nyiapin suami bekel apaa..
Tapi tenangnya tu DAMAI.
Kayaa, udah ketemu aja yang selama ini diminta.
Yaa Allah betapa baiknya diriMu.
Entah sampai kapan aku merasakan damai dalam tenang, semoga Engkau selalu menjaga kami yaa Rab.
Rute apapun yang akan kami tempuh untuk mencapai jannah, tolong jaga kami untuk smpai di tujuan dengan baik, tenang, damai dan bersama.
Segala rasaa apapun nanti diperjalan, tolong jagaa kami yaa Allah. Tolong jagaa kami.
Amiin amiin yaa rabbal alamiin🌹
La hawla wala quwwata illa billah
0 notes
dayate · 1 month
Text
PERGI
Sudah lebih dua jam Risa berdiri di atas panggung menyalami setiap tamu yang datang silih berganti mengucapkan Happy Wedding untuknya. Daripada para tamu yang ramai sekali itu, sebenarnya ada satu sosok yang paling dia tunggu. Sesekali ia memicingkan mata ketika melihat orang yang posturnya mirip dengan seseorang yang ia tunggu. Di satu kesempatan, matanya bertemu dengan seorang teman sekolahnya dulu, namanya Vina. Vina langsung saja menggelengkan kepalanya seakan tau makna tatapan Risa itu. Sedangkan, Zaid, si mempelai pria yang sekaligus suami sah Risa, menangkap gelagat Risa yang seperti tengah mencari sesuatu di kerumunan tamu. Zaid tau siapa yang dicari itu, yang ditunggu Risa.
“Mungkin dia tidak akan datang. Jarang loh ada orang yang mau datang ke nikahan mantannya”,
kata Zaid sambil mengambil tangan kanan Risa, mengenggamnya. Risa menoleh, wajah cantiknya kini terlihat sayu. Sekalipun sudah sah menjadi suami Risa, Zaid tetap memaklumi kalau Risa sampai sekarang belum benar-benar sembuh dari masa lalunya itu karena pernah ditinggalkan tanpa penjelasan apa-apa.
Sebenarnya teman-teman Risa yang lain juga sudah sering menasihati Risa. Tentang supaya tidak usah memikirkan laki-laki brengsek itu lagi. Tentang supaya menjaga perasaan laki-laki baik seperti Zaid yang tetap mau menemaninya sembuh sekalipun Zaid tau sendiri itu akan menyakiti perasaannya sendiri.  Tidak jarang sewaktu PDKT dengan Zaid dulu, Risa menyebut-nyebut soal mantannya itu, sambil memaki-makinya. Tapi bagi Zaid, keberadaannya di sisi Risa layaknya seorang perawat terhadap pasiennya, ada di sana untuk mendengarkan semua keluhan-keluhan sakit si pasien, lalu kemudian mengobatinya. Ia tak masalah, yang terpenting adalah ia harus selalu ada untuk Risa.
***
Di tempat yang lain, ada seorang pria sedang mengenggam ponselnya, ada chat WA masuk di sana. “Aldi, jadi datang tidak ? Ini acaranya sudah mau selesai. Setidaknya kamu bisa jelaskan dulu ke Risa alasanmu pergi”. Alih-alih membalasnya, ia hanya menaruh ponsel itu ke saku celana bahan warna hitamnya. Lalu dari tas selempangnya ia buka sebuah undangan pernikahan berwarna merah jambu. Ada nama dua orang di sana. Clarissa Yunita, A.Md. RMIK & IPTU Al-Zaidin Faeyzi.
Pria itu, Aldi, hanya bisa menghela napas berat. Baiknya mungkin begini, tidak usah datang ke sana kalau nanti hanya membuat dia dan Risa semakin berat untuk saling melepas. Mungkin baiknya Risa tidak perlu tau bahwa beberapa bulan yang lalu orangtuanya mendatangi Aldi dan memintanya untuk memutuskan Risa dengan  alasan Aldi bukanlah orang yang tepat untuk Risa.
“Anakku harus hidup dengan laki-laki yang pekerjaannya jelas”, begitu kata ibunya Risa, mukanya seperti sedang menahan amarah dan kekesalan “Risa itu sudah hampir umur kepala tiga, dia harus segera menikah. Tidak akan cukup waktu jika harus menunggumu terus-terusan”
“Tapi saya cinta Risa, bu. Risa juga cinta sama saya”, balas Aldi menangis tersedu.
“Ah .. cinta itu Cuma ilusi orang-orang muda seperti kalian. Nanti juga kalian akan mengerti ada yang lebih penting daripada sekadar cinta. Lagipula kalau kamu memang cinta sama Risa, kamu harus membiarkan Risa memilih kehidupan yang baik untuknya”
“Kalau begitu, saya pengen ketemu sama Risa, bu. Biar saya tau dia memilih siapa”, pinta Aldi.
“Saya ibunya !”, suara ibu Risa meninggi. “Selagi saya masih ada, saya yang memilihkan yang terbaik untuk Risa”, ada suara getir di kata terakhirnya barusan.
“Kamu bisa tidak pergi saja dari kehidupan Risa ? Lupakan cinta cinta khayalan kalian itu. Risa sudah ada calon suami. Kami yang memilihkan. Dia berpangkat. Tidak seperti kamu”, kata ibunya Risa.
Aldi bergeming. Ada sejuta kalimat yang terputar-putar di kepalanya tapi tak bisa ia keluarkan. Apa memang harus begini ? Apakah memang ketika kita mencintai seseorang kita harus melepas ? Terdengar ambigu sekali untuk pikiran-pikiran muda seperti mereka.
Sejak hari itu, Aldi memutuskan untuk pergi dari kehidupan Risa. Tanpa memberi penjelasan apa-apa kepada gadis yang paling dicintainya itu. Setiap teman-teman menanyakan tentang mereka, Aldi enggan menjelaskan. Biarlah dia yang dianggap pihak yang salah atas keadaan mereka. Aldi tau Risa begitu mencintainya juga, ia takut kalau Risa tau alasan yang sebenarnya kenapa Aldi pegi, Risa akan mengejarnya lagi. Mungkin perkataan ibu Risa ada benarnya, bahwa jika kita mencintai seseorang kita harus memberikan yang terbaik untuk orang itu, bahkan kalaupun kita tidak cukup baik, kita harus melepasnya agar menemukan orang yang lebih baik dari kita.
***
Tamu-tamu sudah tinggal sedikit. Waktu menunjukkan hampir pukul 3 sore.
“Kamu memang pengecut, Aldi. Bahkan untuk datang memberi penjelasanpun kamu tidak pernah berani”, gumam Risa dalam hati. “Dulu katamu aku yang paling kamu usahakan. Katamu kamulah yang paling mencintaiku. Katamu kamulah yang akan mengucap ijab kabul kepadaku. Katamu kamulah yang akan selalu ada untukku. Kenyataannya, Aldi, bukan kamu orangnya. Tapi Zaid. Dia yang selalu ada untukku sekalipun dulu sedikitpun aku tidak mau melihat wajahnya. Dia selalu ada di setiap aku kembali tersiksa karena kehilangan kamu. Dia yang selalu menyeka air mataku ketika yang aku harap itu kamu. Katanya, dia tidak akan berjanji untuk selalu ada untukku, seperti kamu berjanji, tapi dia selalu ada. Dia mencintaiku, Aldi. Cintanya lebih nyata daripada kamu”
Risa semakin erat mengenggam tangan Zaid yang berada di samping kanannya. Ia menyadari satu hal; yang benar adalah menerima cinta seseorang yang kini tengah mengenggam tangannya juga, dibanding mengharapkan cinta seseorang yang pergi meninggalkannya.
Risa mengangkat kepalanya menatap wajah Zaid. Zaid membalas tatapannya.
“Masih nunggu dia ?”, tanya Zaid.
Risa menggeleng cepat. “Yang aku tunggu selama ini sudah ada di sini. Kamu”
Mereka saling melempar senyum. Jari-jari tangan mereka saling bersilangan. Hati mereka telah sempurna saling memiliki.
0 notes
khoridohidayat · 1 year
Text
Apa arti cinta? 
Apakah cinta harus saling memiliki? Atau cukup merelakan dia bahagia dengan yang lain? 
Karena, kalau boleh jujur, bahagianya memang bukan aku.
Lalu, mengapa aku terus mengekang dia untuk mencintaiku?
Setelah lamaranku ditolak kemudian melihat pernikahan Fathia, aku fokus mengejar S3. Aku tak peduli orang bilang aku apa. Apakah orang bilang bahwa aku mencari gelar doktor untuk pelarian atau apa. Aku tak peduli. Mereka tak tahu lukaku, kenapa aku harus memperhatikan dia.
Hidupku sudah dimulai seperti baru lagi. Aku bertemu dengan orang orang baru, dan tentunya Syifa yang memang sedang melanjutkan pendidikan S2 nya di Bristol, Inggris bersama suaminya. Dia turut sedih dengan peristiwa yg menimpaku. dia tahu apa yg terjadi.
Hingga saat ini sebetulnya aku juga tak percaya mengapa Fathia begitu cepat melupakanku. seminggu setelah ayahnya menolakku, dia menyebarkan undangannya. Padahal baru beberapa pekan yang lalu, kami berdiskusi hangat mengenai beberapa topik taaruf yang harus dibereskan, seperti model keluarga yang akan dibangu dan visi misinya.
Namun malang bukan kepalang, lamaranku harus berhenti karena tak mendapatkan restu ayahnya. Dia memandang bahwa tak pantas lelaki sepertiku bersanding dengan Fathia yang sudah dirawat dengan penuh kasih sayang dan pendidikan yang terbaik. Tak cocok jika keluarga miskinku bersanding dengan dia yang terlahir sudah kaya raya dan mendapatkan makanan terbaik, pendidikan terbaik, dan lingkungan yang terbaik. 
Aku telah bertekad melupakannya. Tak elok bagi seorang lelaki terhanyut dalam kesedihan terlalu lama. Kini aku telah mempunyai banyak teman baru di Inggris. Aku juga harus mulai fokus dengan studi PhD ku di London. Aku harus mendapatkan nilai yang bagus dan aktif di perhimpunan pelajar. Karena dengan dua hal inilah aku bisa melebarkan kesempatanku untuk berjejaring dengan banyak orang.
Urusan menikah? Aku berdoa semoga tahun ini aku bisa menikah. Jika memang berjodoh, sepertinya aku akan menikah dengan Nurul, mahasiswa master di UCL yang akhir ini banyak membantuku terkait penelitian di departemenku. Dia anak yang tak kalah cerdas, cantik, dan juga alim. Setelah ditelusuri lebih dalam, ternyata dia juga satu almamater SMA ketika kami masih sama-sama di Darul Ulum, Jombang. Tak heran bahasa Inggris dan Arabnya sangat mahir. Ibu juga sudah menyetujui tentang ini, bahkan ternyata Ibunya Nurul juga kawan lama Ibuku ketika masih aktif di Muslimat Jawa Timur, sepuluh tahun yang lalu. Betapa bungahnya ibuku ketika tahu bahwa Nurul telah tumbuh menjadi perempuan yang cerdas dan berpendidikan tinggi. Aku harus fokus mempersiapkan segala sesuatunya, termasuk undangan dan tiket pulang ke Indonesia. Insyaallah sembilan hari lagi kami berdua akan mengambil summer break untuk pulang ke kampung halaman dan menikah.
“Apa ndak terlalu buru-buru Dhe?” Kata Syifa diikuti beberapa pertanyaan selanjutnya dari Mas Fahmi, suami Syifa. 
“Sepertinya tidak. Sudah dipikirkan matang-matang. Ibu juga sudah setuju, tabungan juga sudah ada. Hukum menikah di kasus saya sudah naik dari sunnah menjadi wajib.” Jawabku lugas.
“Begitu ya. Ya sudah. Oh iya, ini ada titipan surat dari Fathia untukmu. Dia menitipkan surat untukmu minggu lalu ketika kami pulang ke Indonesia dua minggu lalu. Terimakasih sudah jauh-jauh silaturahmi ke Bristol.” Syifa menyodorkan amplop putih bersih yang berisi surat dari Fathia kearahku.
“Terimakasih Kak, akan aku baca nanti di perjalanan. Saya ijin pamit ya Syifa, Mas Fahmi.” 
“Iya, hati-hati. Kabari kalau sudah sampai di London. Titip salam untuk Nurul ya.”
Aku membalikkan badan berpamitan kepada mereka. Beruntung kereta menuju Bristol belum berangkat. Aku bergegeas masuk ke gerbong lima dan duduk di samping jendela. Melelahkan juga ternyata perjalanan dari London ke kota ini. Aku meletakkan barang-barangku di bagasi atas, dan tak lupa mengambil surat dari Fathia. Aku cukup penasaran dengan isinya, walaupun tak cukup membuatku bergairah.
Assalamualaikum Mas 
Aku tahu bahwa lancang sekali aku mengirimkan surat ini kepadamu. Tapi aku tak tahu lagi kepada siapa aku harus bercerita. Sudah satu tahun aku menikah dengan Aldika tetapi kami tak mendapatkan banyak kecocokan dalam berkeluarga. Rumah kami yang besar tak berasa seperti rumah yang bisa dijadikan tempat kembali. Entah sudah beberapa kali tangan dia melayang ke pipiku hingga memerah. Umpatan dia adalah makanan sehari-hariku sebagai istrinya, Mas. 
Sebetulnya aku tak terlalu masalah dengan dua hal itu. Tapi, aku betul-betul naik darah ketika aku tahu bahwa dia adalah orang yang menyukai sesama jenis Mas. Sampai sekarang aku tak pernah disentuhnya dan menggenapkan diri menjadi seorang istri. Justru, beberapa kali malah dia berani membawa teman prianya untuk bermain di kamar kami. Aku hanya bisa menangis melihat keadaan ini. Betapa malang perempuan seperti diriku yang telah menolak lamaran pria yang meratukan wanita, kemudian justru menerima pinangan seseorang yang bejat akal dan perilakunya. 
Abi sudah tahu tentang ini, dia bahkan betul-betul marah kepada Aldika ketika tahu bahwa dia adalah seorang gay. Aku beruntung masih mempunyai Abi yang mendukung. Pekan lalu, kami sudah mengajukan gugatan cerai di Pengadilan Agama. 
Meskipun begitu, aku masih takut Mas. Terkadang lelaki bejat itu masih mengintaiku dari belakang. Dia juga sering mengirimkan teror bahwa dia ingin menjamin aku dan keturunanku tak akan bahagia selama-lamanya. Oleh karena itu, apakah Mas bersedia melindungiku? Aku ingin meminta perlindungan darimu karena kamulah orang yang bisa membuatku merasa aman. Ilmu matang psikologi klinismu pasti juga akan banyak membantu aku untuk keluar dari episode traumatis ini. 
Maaf jika aku lancang, apakah Mas mau menikahiku dan memulai hidup baru di Inggris? Aku bersedia menemanimu hingga selesai program PhD mu di UCL. Aku juga mempunyai senior lulusan FK UI yang juga sedang belajar disana. Mungkin ini bisa juga menjadi jalanku untuk melanjutkan pendidikan Master of Clinical Medicine di Oxford University. 
Aku sangat memohon kepadamu seperti seorang fakir yang memohon kepada tuannya. Tolong selamatkan aku. Aku tak mau hidup dalam bayang-bayang lelaki bejat itu dan hidup dalam luka trauma masa lalu. Maafkan aku jika terlalu lancang.
Hormat saya.
Fathia
---
Aku meneteskan mata membaca kalimat demi kalimat yang dia tulis. Tak sadar ternyata aku juga masih sayang kepadanya. Siapa gerangan orang yang tak mau dengan perempuan yang cerdas, baik hati, dan mapan secara ekonomi? Jujur hingga saat inipun aku masih belum bisa melupakanmu, Fathia. 
Sebentar, akan aku usahakan barangkali aku bisa membatalkan rencana pernikahanku dengan Nurul. Aku akan berdiskusi dengan Ibu mengenai ini. Tunggu Fathia, semoga kau baik-baik saja disana. Aku tak tega melihat wanita sebaik dirimu disia-siakan oleh orang yang bejat akhlaknya.
**
“Saya terima nikah dan kawinnya Fathin Nurul Adilah binti Adichandra dengan mahar seperangkat alat shalat, dibayar tunai.”
“Sahh! Alhamdulillah” 
Sorak sorai tamu undangan mengucap syukur atas lancarnya proses pernikahanku dengan Nurul. Aku melihat ibu sangat bahagia dengan sahnya hubungan kami secara syariat Islam. Teman-teman kami dari Darul Ulum juga datang silih berganti bertamu di pesta pernikahan kami. 
Di belakang kursi tamu, aku juga melihat Fathia datang bersama Ayah dan Ibunya. Tak dinyana, ternyata anak petani kecil dari Gresik ini sudah tumbuh dewasa dan sedang melanjutkan pendidikan tertingginya di salah satu kampus terbaik dunia. Plus, istrinya juga merupakan seorang yang cerdas dan aktif mengurusi ekonomi inklusif di Indonesia. 
Aku telah matang untuk menutup masa laluku. Tak mungkin aku membatalkan pernikahanku hanya karena Fathia. Walaupun jujur, ketika itu aku masih ada rasa kepadanya. Namun setelah aku sowan ke Abah Kyaiku di Darul Ulum, beliau memberiku nasihat bahwa cinta itu seharusnya diberikan secara utuh setelah menikah. Bukan kepada mereka sebelum aku menikah. Cinta bisa diraih dengan usaha, walaupun pasti tak akan mudah. Tak ada ibadah yang mudah di dunia ini. 
Aku telah tekad untuk beribadah dengan Nurul, membangun keluarga yang penuh kasih dan sayang bersamanya. Dia adalah perempuan baik dan cerdas yang pernah aku temui. Abah Kyaiku juga menyampaikan bahwa dia adalah seorang Hafidzah yang tak pernah menunjukkan dirinya bahwa dia hafal Quran. Betapa bahagianya aku mendapatkan seorang istri penghafal Quran. Itu adalah doa yang pernah selalu aku langitkan ketika masih menyelesaikan tesisku di Universitas Indonesia. Aku telah bertekad untuk menutup halaman lamaku, maaf aku tak bisa membantu sesuai dengan apa yang kamu mau, Fathia. Semoga kelak kamu akan dipertemukan dengan orang yang baik akhlak dan agamanya.
“Mas” Nurul memanggilku bisik-bisik
“Iya Dhe?”
“Terimakasih ya telah memilihku. Semoga aku bisa menjadi istri yang berbakti kepadamu sepenuhnya” Dia melanjutkan.
“Sama-sama, istriku. Setelah ini, kita harus kembali lagi ke Inggris dan berkutat dengan pekerjaan kampus. Oh ya, siapkan juga proposal doktoralmu. Sepertinya aku bisa mencarikanmu promotor untuk PhD mu di London. Kita bangun keluarga yang baik secara dunia dan akhirat ya.” Jawabku penuh hangat kepadanya.
“Siap Pak Bos!” Jawab dia lucu. Seperti anak kecil yang sedang diperintah gurunya untuk membelikannya jajan.
Selesai (6/6)
Menjadi yang Kaucintai - Bagian 6
@careerclass @bentangpustaka-blog @langitlangit.yk
23 notes · View notes
isi-kepala · 2 months
Text
ingin nikah, ayo nikah buat yang sederhana saja. setidaknya aku udah kebayang 2 hal, ga sampe jauh dan bukan goals utama jangka panjang yang dipikirin pertama tapi malah cara2 dan perintilan tidak terlalu substansial yang aku pikirin: 1. acara pernikahan 2. cara hidup setelah pernikahan
Acara pernikahan
lets make it very simple, ez, and cheap enough. the most important is akad and moment
gausah ada lamaran keluarga dateng ke keluarga pake acara dan dekor. ayo makan bareng aja di restaurant proper, restaurant indonesia cukup, remboelan boleh. kita sewa private room aja. keluarga aku dan kamu sama-sama pakai baju terbaik. saling berkenalan. kamu minta izin ke keluarga aku secara formalitas. karena secara informalnya toh udh saling kenal dan deket dari lama. kamu pakai baju dan jas yang kamu sewa. ini cukup keluarga kita berdua aja, sambil yaah ada fotografer ala2 yang disewa sejam dua jam, temen2nya najmi aja
Akad diadain hari jumat (biar berkah, boong, biar ga pada dateng aja). Akad diadain di mesjid. Acaranya simple: akad, ceramah, doa bersama, sungkem, foto-foto, bagi-bagi nasi box dan souvenir.
pengen di masjid salman (?) biar langsung bisa jajan basreng. ga deng. biar di bdg, terus mesjidnya enakeun, teduh.........
acara akad ini adalah untuk orang tua dan keluarga khususnya, teman dekat boleh datang. tapi inti dari acara ini buat bikin keluarga diem aja. buat keluarga ngerasa cukup ada "acara proper" buat ngasih tau mereka dilibatkan dan diundang dalam event penting keluarga.
lagi pula keluarga aku keluarga dia, sama-sama ga ada yang punya jabatan tinggi yang perlu undang kolega tertinggi buat pamerin anaknya. i know that important too. tapi ya kita berdua sama sama ga punya kepentingan itu so its okay.
intimate wedding after party. bener-bener intimate. yang dateng ya yang bener-bener kenal dan deket aja. aku pengennya kita ngundang 200-300 orang aja, kayanya kebanyakan ya kalo 300? yaa 200 boleh lah, aku bakal filter bgt lagi sampe temen2ku bgt aja.
after partynya pengen diadain sabtu sore ke malem
pengen diadain di outdoor yang jelas, pengen di taman atau pantai (?) nahkan emang undangan ini bener2 yang buat bener2 dekat aja, soalnya effort masa iya harus ke pantai segala. bener2 acaranya diadain buat ngerayain bareng temen2 deket. macem2 bridal shower, kan itu yg deket doang tuh, but make it larger.
nanti kita adain temanya gitu, dari mulai outfit dan dekor. pokonya bener2 party yang hepi2 aja.
isinya yaa ala2 aja. intinya kita berdua jadi artisnya, tapi kita berdua mau ngasih tau ke orang2 terdekat kita itu ucapan terimakasih udah ada di hidup kita berdua, nemenin kita sampai di titik itu, sampai bertemu belahan jiwa. dan semoga masih mau nemenin sampai tua bareng2.
nah after party pls gausa ada ortu
acaranya yaa sambutan sepatah kata, nyanyi2, foto2, games kecil2an, bener2 kaya bridal shower hahaha.
oyaa mau nyewa artist buat ngegambarin masing2 tamu undangan. buku tamunya pake apa yaa hmmm
di luar mahar dan seserahan, budget acara 50 juta, kurang ga ya? pengennya 30 jt aja sih. 20 jutanya buat honeymoon wkwkwk
akad 8 juta. party: 15 juta sewa dan buat makan, kalo bisa udh sama band full lagu 3 jam. 2 juta fotografer videografer, 5 juta sewa lainnya
honeymoon, jujur pengen bgt jalan2 berdua bareng kamu ke jepang. tapi kalo ga bisa yaah kita ke itu aja yu aduh ada lah hotel di bromo gitu pokonya bagus pemandangannya.
Cara hidup setelah pernikahan
nah ini mudah saja sebenarnya kita ngekos di cove
aku gapapa jadi yg bayar kosannya, 4 jutaan? kalo aku udah jadi senior asso aku pede bisa bayarin kos ini. tapi makan kita kamu yg bayar yaa. <3 IPL juga yaa hehehe
bersih2 jadi tugas berdua, kita minta ke temen2 aku buat beliin ini aja robot pembersih.
selama aku masih kerja aku gapapa bgt nyumbang buat keluarga. tapi jangan punya anak dulu yah kalau kita belum siap secara finansial. kita gabisa ngekos doang kalo mau punya anak. kita harus bisa ngontrak.
0 notes
fhjdbvhj · 3 months
Text
Ratusawer: Tradisi Unik dalam Kebudayaan Sunda
Ratusawer adalah sebuah tradisi khas Sunda yang biasanya dilakukan pada acara pernikahan. Tradisi ini merupakan salah satu cara masyarakat Sunda untuk menunjukkan rasa syukur dan kebahagiaan mereka atas pernikahan yang berlangsung. Acara ini biasanya diisi dengan kegiatan melempar uang logam dan permen kepada tamu undangan sebagai simbol rezeki dan kebahagiaan yang dibagikan kepada semua orang.
Asal Usul Ratusawer
Tradisi ratusawer telah ada sejak zaman dahulu dan masih dilestarikan hingga kini di berbagai daerah di Jawa Barat. Kata "ratusawer" sendiri berasal dari dua kata dalam bahasa Sunda, yaitu "ratu" yang berarti "raja" atau "penguasa", dan "sawer" yang berarti "menabur" atau "menyebar". Secara harfiah, ratusawer dapat diartikan sebagai "penguasa yang menabur" yang melambangkan kedermawanan dan kebahagiaan.
Proses Pelaksanaan Ratusawer
Pelaksanaan ratusawer biasanya dilakukan setelah prosesi akad nikah selesai. Kedua mempelai akan duduk di tempat yang telah disediakan, kemudian keluarga dan kerabat akan mulai menaburkan uang logam, beras, dan permen kepada para tamu yang hadir. Uang logam dan beras merupakan simbol dari rezeki dan kesejahteraan, sementara permen melambangkan kebahagiaan dan manisnya kehidupan rumah tangga yang baru dibangun.
Makna dan Filosofi Ratusawer
Ratusawer memiliki makna mendalam bagi masyarakat Sunda. Selain sebagai bentuk rasa syukur, tradisi ini juga mengandung filosofi tentang berbagi rezeki dan kebahagiaan dengan orang lain. Dalam kehidupan masyarakat Sunda, gotong royong dan berbagi merupakan nilai-nilai yang sangat dijunjung tinggi. Melalui ratusawer, nilai-nilai tersebut diwujudkan dalam bentuk nyata.
Perubahan dan Adaptasi Ratusawer
Seiring dengan perkembangan zaman, tradisi ratusawer juga mengalami beberapa perubahan dan adaptasi. Jika pada zaman dahulu ratusawer hanya dilakukan dengan menggunakan uang logam dan beras, kini beberapa keluarga juga menggunakan uang kertas dan berbagai jenis permen modern. Namun, esensi dari tradisi ini tetap sama, yaitu berbagi rezeki dan kebahagiaan.
Kesimpulan
Ratusawer adalah salah satu tradisi yang memperkaya kebudayaan Sunda dan menunjukkan betapa pentingnya rasa syukur dan berbagi dalam kehidupan masyarakat. Meskipun mengalami beberapa perubahan, tradisi ini tetap dilestarikan dan menjadi bagian penting dalam setiap acara pernikahan Sunda. Melalui ratusawer, masyarakat Sunda terus menjaga nilai-nilai kebersamaan dan kedermawanan yang menjadi ciri khas mereka.
Dengan memahami dan melestarikan tradisi ratusawer, generasi muda dapat terus mengenang dan menerapkan nilai-nilai luhur yang telah diwariskan oleh nenek moyang mereka. Tradisi ini bukan hanya sekadar acara seremonial, tetapi juga menjadi simbol dari kekayaan budaya dan identitas masyarakat Sunda.
0 notes
bartzellaint · 8 months
Text
si(a)p't
Beberapa waktu lalu sempet ikut webinar ala-ala dengan tema 'pranikah' WKWKKWWK jujur waktu itu kayak coba memberanikan diri aja setelah sekian lama poster-poster webinar pranikah itu lewat terus, algoritma gawai itu memang menarik sih.. tau aja user nya lagi di gempur undangan pernikahan temen-temen seangkatannya. Iya wajar juga sih kita udah masuk usia 1/4 abad wkwk (skip ngomongin umur).
Jujur aja ekspektasi dan insight baru yang didapet dari webinar kemarin itu cukup berbeda, ketika yang dibayangin tema pranikah itu isinya seputar "bagaimana menjadi calon yang baik, menghadapi rumah tangga kedepannya lalalala" ternyata enggak??? wkwk, yang dibahas justru lebih kearah memperbaiki diri, mostly isinya bener-bener 'waduh, gimane ye, waduh' dan ujung-ujungnya malah bikin muhasabah sama kualitas diri sendiri lol.
Ya gimana enggak, awal mula aja yang dibahas tentang kedekatan diri pada sang pencipta, dilanjut dengan spiritual bloker (isinya aku semua nangis banget) daari mulai menunda ibadah, malas ibadah, over-estimate sama doa, under-estimate sama doa, bosan, merasa terikat, pamrih duniawi, ngga bersyukur, ragu-ragu, sampe suudzan, dangggggg ada semua sih poinnya di aku :) lanjut ke state of soul dijelaskan segala tingkatannya, berkesan sekali materi webinar kemarin. Jujur aja bukannya makin ngebet nikah malah jadi bahan muhasabah diri.
Dan benar adanya bahwa menikah itu bukan 'sekedar' tapi lebih kompleks, jadi yang harus disiapkan juga agak banyak nih ya bund, tapi gapapa lah ya kita perbaiki dikit-dikit biar bisa jadi wanita yang ga cuma bekerja tapi berdaya dalam rumah tangganya, jadi madrasatul ula yang baik untuk anak-anaknya dan jadi bagian dari ibu peradaban dalam menciptakan generasi rabbani UHUY, kayak orang bener aja nih nulisnya. BELAJAR YA INI BELAJAR. Kalian harus tau bahwa sejatinya setiap kalimat/kata yang ada di akun ini itu sejatinya bukan karena usernya udah khatam dengan tulisannya, justru ditulis karena bener-bener lagi butuh reminder buat diri sendiri (yaAllah curcol) tapi yagitu deh namanya juga sudut untuk berbagi yekan.
Yak semoga yaaaa kita semua bisa dipertemukan dengan jodoh terbaik dalam kondisi ketakwaan yang baik supaya bisa sama-sama kumpul lagi di surga-Nya kelak (aamiin allhumma aamiin). Kalimat penutupnya quotes bagus yang kemarin kudapet aja deh, soalnya menyentuh sekali sih kalo bagi aku wkwk.
"Couplegoals yang terbaik adalah ketika engkau dipertemukan dalam kebaikan hingga mampu bertumbuh dalam ketakwaan"
0 notes