Tumgik
#koar
fatelessonewrites · 10 months
Text
Who stabbed Iluvia? Wrong answers only
2 notes · View notes
Text
studio 38 deserved bankruptcy because they didn't make mean hot lady #17 romanceable. yes this is about the dark empyrean. way back when in my first playthrough, i always sided with the evil one in the faction quests and redoing scholia arcana made me remember that that's the one faction quest where you CANNOT side with evil hot lady. we support women's wrongs here, sir. she can have a little murder, as a treat. gaslight gatekeep girlboss geriatocide. she just killed my new PC and i am so grateful.
20 notes · View notes
argraffiti · 11 months
Text
Tumblr media
#chase108 #KOAR #3dgraffiti #digitalgraffiti #argraffiti #argraf #snapchat #metaspark #sparkmeta #effecthouse #cyberpunk #KOAR_crew #KOARcrew #koar_Krew #KOARkrew
2 notes · View notes
girlbob-boypants · 2 years
Text
If you’re someone that’s interested in combat systems with customization, I actually do recommend checking out koar btw. Pirate it, but it, watch it, whatever you want, but the game uses a skill level up system with what’s basically a warrior tree, a rogue tree, and a mage tree. But you’re allowed to pick and choose what you level up in each one. With different bonuses depending on what you put your points in.
Which ties in nicely with the different weapons cause it means if you like things like poisons *and* magic, you can level up your dagger abilities and nab some spells. Or if you want to do a paladin type thing you can pick up defensive spells and strength weapon bonuses and go around with a magic shield and a greatsword
There aren’t a lot of skills but there’s 3 weapons per trait tree and enough combinations to try out that it’s expansive despite the limitations (which is what people like about it)
4 notes · View notes
apeirotilio · 21 days
Text
Tumblr media Tumblr media
kingdoms of amalur is a comedy
1 note · View note
legiongamerrd · 1 year
Photo
Tumblr media
#Gamefemerides Hace 11 años fue lanzado Kingdoms of Amalur: Reckoning. Es un RPG de acción para @Windows , @PlayStation 3, y @Xbox 360, desarrollado por Big Huge games y 38 Studios, quienes publicaron junto a Electronic Arts. Fue el único juego de 38 Studios antes de declararse en bancarrota. #LegionGamerRD #ElGamingnosune #Videojuegos #Gaming #RetroGaming #RetroGamer #CulturaGaming #CulturaGamer #GamingHistory #HistoriaGaming #GamerDominicano #GamingPodcast #Podcast #BigHugeGames #38Studios #EA #KingdomsofAmalurReckoning #KoAR #KingdomsofAmalur #PlayStation #PS3 #Xbox #Xbox360 #Windows #ARPG #RPG #WRPG https://www.instagram.com/p/CoXHlj-MwWL/?igshid=NGJjMDIxMWI=
0 notes
gameresources · 1 year
Video
youtube
Are you interested in how to quickly upgrade an alliance?
0 notes
hellopersimmonpie · 4 months
Text
Pemilu ini adalah pemilu kedua gue nggak berafiliasi ke partai manapun. Tahun 2014, gue masih bergabung dengan harakah yang mengarah ke partai. Tahun 2019 gue sudah berhenti mengikuti harakah tapi gue ngikutin pemilu dengan rasa trauma ke partai berhaluan islam. Mungkin karena komunikasi publiknya partai islam waktu itu kurang baik. Jadi gue ngerasa pengambilan keputusan politik partai tersebut tidak akuntabel dan cenderung memaksakan taklid buta.
Tahun ini, semuanya dimulai dengan sikap netral, lebih tenang dan lebih objektif. Udah nggak ada rasa trauma ataupun rasa fanatik ke pihak manapun. Lebih ke ngerasa lega karena udah pelan-pelan mengenal diri sendiri. Semacam:
"Oh ini toh value yang gue pegang ketika sendirian?"
Tahun 2014, circle gue adalah orang-orang yang mendukung Prabowo. Tapi gue milih menggunakan hak suara tanpa memilih presiden dan nggak berkoar-koar karena menghormati orang-orang di sekitar gue. Meskipun pada waktu itu, gue juga sempat membantu mengawal suara. Tapi rasanya masih nggak sreg dan mengalami kebingungan untuk mengambil keputusan. Konon prinsip dasar fiqih memang mengajarkan memilih yang mudharatnya paling rendah. Akan tetapi waktu itu gue merasa semuanya satu toko cuma beda pintu aja. Jadi bagi gue, milih yang manapun akan sama. Tahun 2019, masih sama. Masih bingung juga. Nggak mantep buat milih. Hari ini, gue udah nggak merasa bingung karena dua hal:
Para capres – cawapres menggunakan pendekatan kampanye yang berbeda. Gue punya banyak chanel untuk mempelajari visi dan misi cawapres. Jadi meskipun visi – misinya tidak sempurna, setidaknya arahnya bisa dibaca.
Ada banyak chanel dari lembaga independent yang membedah visi dan misi capres sesuai dengan kepakarannya. Contohnya Green Peace yang berfokus membahas isu lingkungan. Dari situ gue jadi paham capres mana yang menjaga lingkungan dan capres mana yang visi-misinya sangat ekstraktif.
Meskipun di belakang dua hal yang gue sebut tadi masih ada gerbong oligarki yang perlu dianalisa lagi, tapi setidaknya asas yang gue pakai bukan lagi asas lesser evil atau yang mudhorotnya paling minim. Dalam pemilu kali ini, gue memilih paslon karena keinget hadist:
"Jika kiamat hendak terjadi dan di tangan kalian ada biji tumbuhan, maka jika kalian sanggup menanamnya sebelum benar-benar terjadi kiamat, lakukanlah”. HR. Ahmad No. 12981
Segelap apapun sistem yang kita hadapi, jika kita melihat potensi kebaikan di depan mata, mari kita rawat potensi tersebut sambil banyak berdoa. Semoga kebaikan tersebut tumbuh dengan baik. Gue nggak melihat pemilu ini sebagai satu momen saja. Sebagai bagian dari masyarakat, gue melihat pemilu sebagai tolak ukur kecerdasan komunal kita. Mana celah yang perlu banget kita perbaiki. Mana kebaikan yang perlu kita syukuri.
Ketika bicara kecerdasan komunal, gue nggak mengacu pada secanggih apa teknologi yang kita punya. Tapi lebih pada bagaimana kita punya perangkat budaya yang menumbuhkan sekaligus memberi rasa aman kepada semua orang termasuk masyarakat lemah dan rentan hingga manusia yang paling miskin pun tetap bisa hidup dan bertumbuh dengan baik sebagai manusia. Punya waktu untuk berpikir. Bisa belajar untuk menjadi lebih baik.
Gue nggak bilang orang-orang miskin nggak bisa bertumbuh jadi manusia dan orang kaya pasti bisa jadi manusia yang baik. Tapi tiap gue ngelihat kehidupan kita sekarang, ada banyak skenario yang memungkinkan manusia tidak bisa bertumbuh dengan baik. Contoh sederhana:
Ada masyarakat menengah yang terjebak kemacetan setiap hari cukup lama sehingga waktu bersama keluarga mereka berkurang. Setiap harinya diberatkan dengan urusan-urusan keuangan. Boro-boro upgrade diri. Otak nggak pernah tenang dan semuanya dihadapi dengan survival mode.
Sama halnya dengan yang miskin. Pendidikan tinggi nggak aksesibel. Ruang hidupnyapun bisa terancam sewaktu-waktu. Belum lagi jika kita melakukan gaslighting dan menertawakan orang-orang yang saking lamanya hidup di survival mode sampai money politics pun kerasa gampang banget masuk ke mereka.
Ini celah peradaban kita. Setiap kali mendesain dunia dalam game, gue selalu berpikir masyarakat seperti apa yang ada di sana? Disiplin ilmu seperti apa yang tumbuh di dalamnya? Apakah mereka punya sistem pemerintahan yang egaliter dan stabil? Jika kita ingin sistem yang egaliter dan stabil, kita harus bagaimana?
Sama halnya dengan dunia nyata. Meskipun variabel bebasnya jauh lebih banyak ketimbang di game, tapi gue belajar juga buat berpikir secara sistem. Let’s say gue muslim yang pengen berkontribusi ke masyarakat dengan warna keislaman gue, gue harus belajar apa agar tidak terjebak ke fanatik buta? Waktu baca buku The Art of Thinking Clearly, gue jadi nyadar bahwa skeptis sama keadaan itu tidak buruk. Justeru kita harus terus menerus skeptis dan kritis sampai kita bisa berpikir dengan jernih. Membedakan mana kekhawatiran yang beneran khawatir, mana kekhawatiran yang dipicu trauma. Lalu menganalisa kekhawatiran tersebut sampai nemu akar masalahnya.
Yang gue khawatirkan hari ini ada banyak. Utamanya karena gue akademisi. Gue khawatir kalau pendidikan tinggi makin susah dijangkau. Kita tahu dengan berubahnya perguruan tinggi jadi PTN-BH, perguruan tinggi seperti punya dua peran sekaligus. Punya peran sosial dengan meringankan UKT Masyarakat miskin sekaligus jadi perusahaan yang dituntut banyak cuan. Padahal skill set dosen atau leader di setiap kampus tuh nggak banyak yang mengarah ke entrepreneurship. Lagi pula membangun Perusahaan itu ya nggak semudah yang kita bayangkan. Pada akhirnya, ada banyak kampus yang masih bergantung pada UKT sebagai sumber pendapatan utama.
Kedua? Gue khawatir kalau ruang hidup Masyarakat rentan tergerus. Pengen menulis ini lebih panjang tapi kok nggak nyaman wkwk. Sebenarnya kekalahan paslon yang gue pilih tuh udah terlintas di benak gue setelah membaca banyak prediksi dan melihat data demografi di Indonesia. Gue nggak pengen nyalahin masyarakat rentan. Nggak pengen menyalahkan akademisi yang dianggap hanya duduk di menara gading.
Akademisi kita sebenarnya sudah banyak yang berjuang. Kalau dibilang “bahasa yang digunakan terlalu intelek dan ndakik-ndakik”, gue sendiri nggak sependapat. Kita kadang-kadang perlu belajar mencerna informasi yang kompleks. Nggak boleh juga kita merendahkan: “Masyarakat kelas bawah pasti nggak mampu ngerti”
Arah jangan begitu. Kalau pakar menjelaskan dengan bahasa yang kompleks, jurnalis yang perlu mengolah biar bahasanya lebih dipahami khalayak. Salah satu hal yang perlu diperbaiki di peradaban kita hari ini adalah jurnalismenya. Keberpihakan kepada Masyarakat rentan belum menjadi arus utama di media.
Meskipun hari ini pola kampanye dialogis masih belum bisa membuat para paslon menang, gue tetap bersyukur. Bagaimanapun pemaparan visi dan misi adalah sesuatu yang perlu diapresiasi.
Sisanya?
Hidayah itu ada yang tiba-tiba datang ke hati manusia. Ada yang datangnya memang perlu dijemput atau dikondisikan. Dengan menata pola pikir Masyarakat, berarti kita membantu memudahkan banyak orang untuk mendapatkan hidayah. Menata pola pikir masyarakat itu bukan memaksakan mereka mengikuti pola pikir kita. Tetapi lebih ke bagaimana kita mengembangkan instrument budaya yang memberi ruang untuk berpikir, membantu masyarakat untuk memperkecil bias, hingga orang yang bisa berpikir jernih semakin banyak. Kita tidak akan bisa sampai pada ketaatan selevel nabi Ayyub A.S. Tapi gue berharap seberapapun miskinnya kita, semoga Allah tetap mendekatkan kita pada kebenaran dan memampukan kita untuk memperjuangkan hal-hal baik.
Gue paham banget bahwa kemiskinan itu membatasi banyak hal. Termasuk imajinasi. Di negara kita, kemiskinan bahkan menghambat manusia meraih pendidikan dan pekerjaan yang layak. Maka jihad-jihad kita tuh selain bikin kajian tentang hal dasar beragama, kita juga perlu membentuk masyarakat yang melek undang-undang dan hak mereka. Paham negara ini harus diarahkan kemana. Paham betapa dampak kota car-centric terhadap kemanusiaan. Paham gimana dampaknya RUU Ciptaker. Beneran. Pemahaman tentang hal-hal semacam ini tuh juga bis akita sebut hidayah. Karena apapun yang bisa memberi kita inspirasi untuk menjauhkan manusia dari keburukan dan mendekatkan manusia pada kebaikan, bisa kita sebut hidayah.
Mungkin kita akan menghadapi musim dingin beberapa waktu. Tapi semoga Allah menjaga kita semua. Semoga kelak kita bisa bernegara dengan lebih baik. Bertumbuh, sejahtera dan punya banyak resource untuk berbuat baik :")
112 notes · View notes
wedangrondehangat · 1 year
Text
Batasan Mengenal Diri
Tumblr media
Antara tahu dan sadar
“Mengapa ya ada orang yang melakukan kesalahan, dia tahu yang dilakukannya salah, tetapi tidak kunjung berubah?”
Karena berbeda antara “tahu dan sadar”. Tahu hanya sekedar tahu, tetapi jika sadar akan menghasilkan suatu tindakan atau dengan kata lain ada aksi untuk berubah, untuk memperbaiki.
Kadang, kita tahu bahwa diri kita bermasalah, tetapi kita bingung harus bagaimana. Suatu saat ketika kita telah “sadar” mungkin kita tidak akan kebingungan lagi dengan cara melihat masalah yang ada dalam diri kita dengan kacamata yang berbeda, dengan kacamatanya Allah.
“Jadi, apakah perasaan dalam diriku itu salah? Apakah aku tidak boleh marah, kesal, sedih, menangis, kecewa?”
Benar bahwa perasaan-perasaan yang hadir dalam diri kita baik untuk divalidasi. Namun, tidak berhenti di situ saja. Ingat kata-kata ini; perasaan divalidasi, pikiran dievaluasi.
“Kenapa ya saya sedih dan kecewa?” Oke, mari validasi perasaan diri sendiri. Kemudian pikirkan asal mula kesedihan ini, apakah karena ekspektasi kita yang terlalu tinggi terhadap sesuatu? Apakah kita kecewa dengan takdir yang tak sesuai keinginan kita? Apakah ada bagian dari hati kita yang sulit menerima?
Menyadari bahwa ada hati yang kurang bersyukur adalah hal baik karena telah “sadar”. Nantinya ketika rasa bersyukur telah melanda hati, maka akan lahir hal-hal positif dari perasaan tersebut.
Ya memang, harus berani mengakui bahwa ada kurangnya rasa syukur itu yang menjelma jadi pikiran-pikiran buruk dalam diri, serta melahirkan rasa sedih berkepanjangan. Kita disakiti oleh pikiran kita sendiri.
Dari perasaan-perasaan kita ini saja kita mampu belajar bahwa bersyukur adalah hal mewah.  Efek dari bersyukur adalah membuat hati merasa tenang.
Bukankah ini impian setiap orang? Orang-orang menginginkan hidup yang tenang, tetapi lupa bahwa kadang ketenangan dalam hidup diperoleh dari tenangnya hati.
 Ada rahasia di balik perasaan iri
“Kenapa ya dia yang kayak gitu bisa dapat banyak rejeki? Sementara, saya tidak.”
Hati-hati dalam mengatakan hal tersebut karena khawatir melahirkan kesombongan dalam hati karena merasa seseorang tidak pantas memperoleh sesuatu, sementara kita merasa kitalah yang seharusnya mendapatkannya.
 Apakah kita yang paling mengenal diri kita sendiri?
Allah akan menguji kita pada apa yang paling dipegang oleh hati.
Ujian yang kita alami boleh jadi mengisi ulang apa yang dalam hati kita.
Di satu sisi benar bahwa kitalah yang paling mengenal diri kita, tetapi jangan melupakan bahwa di sisi lain, Pencipta kitalah yang lebih tahu apa yang paling tersembunyi dalam hati kita.
Oleh karena itu, Allah mampu menguji kita dengan apa yang paling dipegang oleh hati kita.
Melihat dengan sudut pandang yang berbeda bahwa ujian adalah jalan untuk dekat pada-Nya. Contohnya sudah banyak pada kisah-kisah Nabi terdahulu yang kita ketahui begitu banyak doa-doa para nabi yang mengungkap ketidakberdayaan diri.
Allah yang paling kenal dengan diri kita, bukan diri kita sendiri. Bukankah kita sering bingung tentang perasaan yang kita rasakan? Tentang emosi yang tak kunjung mereda? Tentang solusi yang tak kunjung datang?
Dia membuat kita tidak berdaya agar kita sadar kita adalah hamba. Jika kita bisa bukan karena kita mampu, tetapi karena Allah yang memampukan.
Saking mudahnya masa kini setiap orang berkoar-koar tentang apapun yang mereka ingin bagikan, pernahkah bertanya dalam diri, “Apa lagi rahasia yang hanya aku dan Allah saja yang tahu?”
Dalam mengenal batasan diri, ada dua ranah. Pertama, ranah usaha. Kedua, ranah yang Allah lebih tahu. Pada ranah kedua ini meliputi ujian. Alih-alih protes pada-Nya, bukankah lebih tenang ketika memikirkan hikmah di baliknya. Meski terkadang hal yang tidak enak bernama ujian itu, makna di baliknya belum kunjung ditemukan, namun terkadang Allah perlihatkan pada nanti saatnya.
Catatan Sharing bersama Mba Sarita dan teman-teman
Sumber gambar: Pexels
Bogor, 4 April 2023
159 notes · View notes
miutella · 1 year
Text
Umi pernah bilang, "Mbak, kamu tahu nggak caranya gimana orang walaupun pemalu dia tetep bisa eksis dengan kebaikan?"
Aku penasaran, "Gimana tuh mi caranya?" (Umi pengen bagi tips karena mungkin relate dengan saya)
Umi jawab dengan enteng. "Gampang, kamu tinggal deketin aja orang yang vokal suaranya (maksudnya gampang berbaur, ga maluan, dan punya banyak temen). Kamu bagi ilmu ke dia, maka dia akan bagj ilmu itu ke orang lain. Meski kamu ga koar-koar ke orang lain, kamu tetep bisa dapet pahala dari orang lain."
Dari situ, aku percaya, akan ada orang yang mau diajak bersimbiosis mutualisme. Entah aku yang nemuin dia duluan, atau dia duluan yang ngajakin aku.
Terimakasih, untuk mereka yang telah menjadi penyambung lidah. Semoga Allah berkahi hidup kita semuaa~
60 notes · View notes
Text
re: my last post about koar: Yes. Yes, it's because of the maid of windemere, both the somewhat not faked hot-lady-please-step-on-me attitude, and the willingness to side with "evil" in koar. i'm pretty sure the house of ballads was the first faction quest i did in my first playthrough and there's something very compelling about helping the maid (and everyone else) to escape the cycle, especially as she claims the fae are "in their autumn". i'm having quite a number of thoughts about everyone in the house fading into the sunset, freed only in their last few days, too late to do anything substantial but early enough to have a flash of happiness. none touch me im veryvery soft & fragile
17 notes · View notes
argraffiti · 1 year
Text
My summoning spell worked😈!! The #summoningcircle is fully operational. Under the #bqe . #thesummoning #summoningcircle #argraffiti #pepper_one #koar #koar_crew #koarcrew #digitalgraffiti #virtualgraffiti #vrgraffiti #xrgraffiti #mrgraffiti #graffitispellcasting #3dgraffiti #cyberpunk #augmentedrealitygraffiti #metaverse #snapchat #lensstudio #sparkar #effecthouse #summoninggraffiti #huantedgraffiti #graffitimagic #magicgraffiti
2 notes · View notes
girlbob-boypants · 2 years
Text
Kinda funny just how many guards carry spears in this game given it’s a weapon you literally can’t get as the player
3 notes · View notes
apeirotilio · 2 months
Text
still thinking about the scrapped koa:r orcs...
0 notes
cocotangaje · 2 months
Text
Bokap guetuh dari orang susah nyampe akhirnya berhasil bisa berjaya. Makanya penyakit hoarding/suka menumpuk sesuatunya masih ngikut. Dengan dalih suatu hari bakal kepake, sayang kalo dilepas, padahal disimpanpun jadi menggunung ga berguna. Menuh-menuhin tempat.
Kulkas di rumah gue bahkan usianya lebih tua daripada gue. Masih dipake, meskipun kesendat-sendat. Terus diservice dan dipaksa biar tetep kepake. Puncaknya barusan, begitu gue buka langsung seisi freezer menumpahi diri gue semua karena ketiadaan rak di dalamnya, jadinya isinya ditumpuk satu sama lain gitu aja.
Gue udah hampir nangis banget kena tumpukan dari kulkas itu. Rasanya pengen langsung beliin kulkas pada saat itu juga. Tapi apa daya gue baru aja purchase blender. Itupun mama yang pilih beli, soalnya terakhir beli blender tahun 2007, dan blender itu terus menerus dipaksa tetep bekerja meskipun udah terseok-seok kerjanya. Tibang beli 300 rebuan, sepelit itu papap kalo soal uang.
Untungnya mama di pihak gue. Gegara gue beliin blender aja koar-koarnya nyampe kedengeran satu kampung. Tungguin aja perihal waktu gue beli juga kulkas jumbo dan gue bayarin bill listrik rumah ini.
Atau kalo gak kuat banget, paling gue minggat.
7 notes · View notes
nitasilmey · 6 months
Text
ALGORITMA 🇵🇸
Jangan merasa koar-koarnya kita di sosmed tentang Palestina itu nggak ngaruh, that's the least we can do, memangnya kita bisa apalagi selain berdoa dan bersuara? Lalu bagaimana menunjukkan keberpihakan kita kalau kita cuek dan diam-diam saja?
Aku tahu ada momen di mana kita pernah ngerasa kecewa dan putus asa: kok Gaza gini-gini aja, postingan aku nggak ada gunanya? Hey, coba lihat dari sudut pandang lain
Sumbangan like, share dan komentar kita menaikkkan algoritma, konten makin tersebar dan sampai di banyak orang, dan 1 orang saja tergugah untuk berdonasi karena postingan kamu, 1 orang saja jadi berdoa dan istighfar karena postingan kamu, 1 orang jadi tercerahkan dengan kenyataan karena postingan kamu, bukannya itu manfaat? Bahkan kita bisa aware dan peduli Palestina awalnya karena postingan orang lain kan? Karena sumbangan algoritma dari mereka?
Semoga kita adalah orang pertama yang bisa mengambil manfaat dari postingan kita sendiri tentang Palestina. Don't feel despair, we don't have the privilege to do that! Mereka aja yang di Gaza optimis kok, masa kita nggak 🤗
Menyisihkan 1-2 menit dari waktu kita yang habiskan berjam-jam di sosmed, 1-2 likes/share dari ribuan likes/share yg kita bagikan di sosmed, untuk Palestina, nggak berat kan?
Insya Allah, kebaikan sekecil apapun ada pahalanya, once again, don't feel despair, pertolongan Allah itu dekat 💞🇵🇸
7 notes · View notes