Tumgik
#lampu tulisan
neonboxkudus · 1 year
Text
Tumblr media
NEON BOX BRILINK, WA 0812-8005-7551, Pembuatan Neon Box Murah Nashr Print Advertising Kudus
0 notes
ahmadgzaki · 18 days
Text
lembar lembur
waktunya pulang. sepasang roda melaju kencang membawaku pergi bersama angin malam. sementara angan menyihirku menjadi pembalap yang berusaha membujuk waktu. berharap sampai ke rumah lebih cepat (dan dengan selamat) alih-alih di waktu yang tepat.
lampu-lampu di sepanjang jalan tak bergairah. mereka menunduk redup tanda menyerah. menerangi jalanan beraspal bagi ratusan ribu kendaraan sejak petang hingga fajar menyingsing. lalu matahari akan mengintip dan mereka tak lagi berkedip.
sampai rumah pukul 23.45—sudah gelap dan semua terlelap. mengabaikan sisa makan malam di dalam kulkas. merebah di atas sofa tanpa melepas pakaian kerja. aku bermimpi tentang hari-hari esok yang tak ada bedanya.
dan hari ini datang terlalu cepat. dan hari ini adalah kemarin yang tertunda.
surabaya, 5 september 2024 (tulisan 16 desember 2022 yang telah diedit)
11 notes · View notes
abidahsy · 25 days
Text
Agustus: Bendera Hijau di Lampu Hijau
Bulan Agustus biasanya identik dengan bendera merah putih yang berkibar dimana-mana untuk menandakan bahwa usia negeri ini telah bertambah satu tahun. Kali ini, sudah hampir delapan puluh tahun negeri ini merdeka, terbebas dari penjajah.
Meski aku bukan termasuk orang yang rajin ikut upacara atau aktif dalam acara peringatan ulang tahun negeri ini, aku tetap melihat kemerdekaan sebagai hal yang patut disyukuri. Walau dalam kualitasnya, negeri ini punya banyak hal lain yang masih perlu diperbaiki.
Negeri ini memang sedang tidak baik baik saja.
Tapi maaf aku tidak berniat mengubah topik tulisan ini menjadi tulisan bernuansa ketidakadilan atas kekuasaan yang candu seperti yang sedang hilir mudik disana sini. Seperti biasa, aku akan tetap berbagi tentang topik yang sama.
Topik tentang pencarian.
Lantas, ada apa dengan bendera hijau di lampu hijau?
Bendera hijau/greenflag adalah lawan kata redflag yang biasa digunakan anak zaman sekarang untuk menilai baik tidaknya karakter seseorang di dalam suatu hubungan. Tidak dapat dipungkiri, telah banyak laki-laki greenflag yang pernah datang dan berproses, tapi apa boleh buat? Prosesnya harus berakhir berkali-kali, lagi dan lagi.
Ya, harus kuakui, bersabar adalah jalan yang harus ditempuh untuk setiap kisah yang harus kandas di tengah jalan. Eh, atau memang sudah harus seperti itulah akhir ceritanya.
Bagiku yang sudah melalui beberapa proses dengan sekian manusia dengan beraneka rupa dan ragam, ternyata greenflag saja tidak cukup. Untuk urusan yang satu ini, seseorang juga perlu menemukan greenlight alias lampu hijau.
Jadi, mari beralih tentang lampu hijau.
Dulu, saat masih bekerja membangun sebuah produk digital bersama tim kecil nan solid di Kota Belimbing, setiap kali pulang kantor, aku harus berhenti sejenak di persimpangan jalan untuk menunggu lampu merah berubah menjadi hijau. Itu sudah menjadi rutinitas setiap pengendara.
Setidaknya ada 2 lampu merah yang harus dilalui dari kantor ke rumah, tidak begitu sebaliknya. Banyak hal yang bisa diperhatikan (misalnya membaca billboard di pinggir jalan yang semakin hari semakin meriah dan kreatif), atau didengar (banyak pengamen jalanan yang biasa mangkal di lampu merah), atau mungkin sekadar melanjutkan apa yang sedang dipikirkan dalam lamunan. Menunggu lampu hijau menyala artinya menghargai sesuatu untuk terjadi sesuai pada waktunya. Patuh. Sebenarnya bisa-bisa saja jika mau menerobos lampu merah karena tidak sabaran, tapi terlalu banyak konsekuensinya.
Begitupun aku yang saat ini masih menunggu lampu hijau untuk menyala demi urusan yang satu ini.
Di beberapa pekan terakhir, aku 'bertemu' dengan tiga bendera hijau, sebut saja En, Far, dan An. Ketiganya hadir di waktu yang berdekatan. Anggap saja ketiga orang ini adalah pengendara lain yang bersisian di samping kanan dan kiri saat menunggu lampu merah berubah hijau. Ada jeda waktu yang membuat kami bisa memperhatikan satu sama lain.
Ketiganya baik, ketiganya pun juga sedang menunggu lampu hijau. Sama sepertiku.
Tapi En dengan masa lalu dan traumanya yang belum sembuh. Far dengan keputusannya yang ternyata jauh berbeda denganku. Dan An yang pelan-pelan mulai menjauh. Pesan-pesanku kini tertinggal hanya terbaca tanpa terbalas.
Entahlah, pada akhirnya kami memang melanjutkan perjalanan masing-masing, tapi siapa tahu takdir akan membawa kami bertemu lagi di perhentian lampu merah yang sama, kembali bersisian. Hanya Allah Yang Maha Mengetahui yang dapat menjawabnya.
Saat ini, aku hanya ingin pulang, beristirahat, dan melanjutkan apa yang seharusnya dilanjutkan seperti biasa. Memilih untuk tidak terlalu peduli.
Lagipula, aku juga tidak sedang terburu-buru.
Lalu, pada akhirnya aku hanya bisa kembali berdoa dengan doa yang sama. Jika tahun ini yang terbaik bagiku maka dekatkanlah, mudahkanlah, dan berkahilah siapapun laki-laki shalih yang menjadi pilihan-Mu. Buatlah aku rida padanya, dia rida padaku, dan Engkau rida atas kami untuk saling membersamai sampai surga.
7 notes · View notes
puan-poetry · 3 months
Text
Setiap orang ada masanya dan setiap masa ada orangnya. Tapi, masa kamu disini-sini saja?
Dan kota ini, pernah begitu menyenangkan Kedai kopi yang dulunya cuma bisa dihitung jari, sekarang menjamur tumbuh di setiap sudut kota ini Resto cepat saji kesukaan berubah jadi yang paling kemusuhan karena mendukung gerakan Zionisasi Jalan lengang, lampu kota bahkan gang sempit bisa jadi sumber haha hihi Dari ber-3 jadi ber-8, dari ber-dua hingga menjadi forum terbuka  Perihal jam pulang, ah sudah lah tidak usah kutuliskan 
Hal yang dulu dilakukan bersama banyak orang hingga sekarang akhirnya kulakukan sendirian Sedih?..... Tidak Menyadari bahwa manusia adalah makhluk dengan energi kinetik membuatku sadar bahwa ternyata tidak seharusnya kita disini-sini saja dan begini-begini saja.
Seperti teman-temanku, aku juga melangkah menaiki tanggaku sendiri  Ini bukan perihal tangga mana yang lebih tinggi, tapi tentang kesadaran bahwa tangga ini terasa sulit dinaiki karena akhirnya kita berjalan dan menaikinya sendiri-sendiri
Aku masih keluar masuk kedai kopi kesukaan hanya untuk mencari sumbu dalam kepala yang berapi-api Mungkin masih dengan komputer jinjing, gawai, materi dan teori para ahli Kerap sibuk dengan kupas-mengupas rumusan masalah dan objek penelitian Sesekali berteman jika ada pesan ajakan pertemuan dan yang terpenting, sepenuhnya sekarang aku sadar bahwa kemampuan untuk mentakan "iya" kepada orang lain juga harus sebesar itu kuberikan kepada diriku sendiri.
"Faktanya, di titik tulisan ini membentuk satu prosa. Aku menyadari bahwa aku yang disini-sini saja, ternyata tidak pernah begini-begini saja"
12 notes · View notes
drprawedha · 8 months
Text
13/366
“Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian.” ― Pramoedya Ananta Toer
Sekedar mengingatkan betapa diri ini dahulu sangat suka dengan surat, buku dan segala artifak yang mengingatkan pada sosok seseorang. Terlepas cenderung suka atau tidak dengan nya.. Dan begitu juga kegiatan menulis dan menggambar coretan coretan untuk nanti ditularkan ke anak cucu. Sungguh cita-cita terbesar adalah menyebarkan ilmu itu bermanfaat hingga nanti menjadi jalan ketika diliang lahat.
Dari banyak cerita soal hidup, yang berperang sebagai seorang yang melankolis. serta menjadikan sarana menulis untuk sekedar berbicara kepada diri sendiri. mengingatkan dahulu sejak masa sekolah, berawal dari kegiatan menulis mengenai otak dan kecerdasan. kemudian berlanjut pada perang nan segala ketidak adilan serta protes-protes masyarakat terhadap pemerintah yang berkuasa. dan pula kebencian saya terhadap candu ( yang dalam hal ini disebut agama dan cinta ). Hingga kini semua terangkum dalam tulisan yang tertulis di buku yang diberi nama .......... 
Hingga sekarang telah lahir beberapa buku yang ditulis dengan tinta dan akan terus berlanjut hingga denyut nadi membisu di sebuah peti berukirkan"bersamanya telah tiada seorang revolusioner". Begitulah sekelumit impian receh yang pernah diperjuangkan dahulu. 
namun dalam tulisan ini inginnya tak akan membahas banyak mengenai diri sendiri (nun ternyata 100% narsisitasnya berkata demikian). pun pula patut diapresiasi atas usaha dalam menuliskan beberapa pesan kepada (?). Aku suka dengan tulisan sesiapa. Aku suka dengan cara pandang sesiapa dalam melihat dunia. Aku suka cara pemilihan kata yang menandakan sesiapapun itu manggunakan perasaan dan pikirannya yang mendalam dalam menulisnya. 
Namun memang tak bisa dipungkiri, Dalam bahasa yang lebih melankolia, kurasa. Refleksi dari buku buku yang dibaca sedikit banyak berpengaruh terhadap mindset yang kau sajikan kepada (?). Memang tak bisa melarang bahasa yang terpengaruh puitis khas melankolis. Atau cara seseorang menulis yang statis lagi mencari-cari arti selanjut makna. Dari perasaan yang kadang kau sibukkan untuk memenuhi nadi nadi goresan. Memang kadang terasa penat untuk membaca. Apalagi ketika dikau menyelipkan sebuah buku dengan aliran romantisme lainnya. Duh.. tapi Don't judge the book by cover. Aku membaca.
Namun, dari semua cerita yang disampaikan kepada (?). Aku mengerti. untuk menerima segala keabsurdan yang menjangkit jiwa lelaki ini. Butuh sebuah intuisi pendamping yang rela dengan tulus menerima segala hal yang ada didalam diri.
Kita mengetahui banyak dari teman akrab kita. Menjadi dekat karena dengan ketulusan mereka mau mentolelir kekurangan kita. sembari menyeimbangkan dengan nasehat nasehat bermunajatkan cinta yang kerap kita anggap acuh dan sok care buat dibahas. Namun ketahuilah, dalam cinta. Kita selalu menarik sesuatu yang sefrekuensi dengan kita. Kita akan sangat susah untuk memaksakan orang untuk sefrekuensi kecuali orang tersebut memiliki Visi yang berdasarkan dari pemikirannya. Namun bukan berarti perasaan saya nafikkan disini. Tentu tidak. Perasaan yang akan menghiasi ikatan tersebut. Bagaikan Rantai emas yang menjaga agar lampu kristal yak terjatuh dan pecah dari gantungannya. 
Begitulah sekelumit pesan yang aku sampaikan. Pahamilah setiap diksi, buka segala pintu yang mendekatkan pada kebenaran. karna sesungguhnya tak ada maksud lain dariku selain untuk membukakan jalan baru bagimu melihat sisi lain dunia (?). 
Et lux in tenebris lucens, et deducet in spe, Dear.
From Solo, With Love..
In Memoir of Me (2013)
Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media
11 notes · View notes
ssyscript · 1 month
Text
Cara Biar Ngantuk
[tulisan ini akan dirapihkan secara berkala karena dibuat otodidak setiap harinya]
cara biar bikin ngantukk??
kalau temen kuliah gue liat tulisan ini aneh x ya, zaman kuliah khususnya di UKM Agrica- Jurnalistik dulu gue dikenal pelor (nempel dikit molor), sangking gampang ngantuk tak kenal tempat dan waktu guys
Meski habit di UKM dan segudang kepanitiaan bikin habit begadang gue melekat, tapi begadang karena “keadaan”, tetap begadang sambil terkantuk-kantuk dan merem sesekali wkwk.
tapi beberapa hari terakhir ini beda guys. terlebih semalam, gue ini udah paksain tidur tapi tetep aja gak bisa.
gue udah atur waktu jam 9 malam untuk merem. dan untuk pertama kalinya, meskipun gue udah matiin lampu, hitung domba sambil berimajinasi mengantarkan satu per satu domba sampai ratusan domba, tetap aja gak ngantuk.
yah, dari jam 9 malam sampai jam set 2 pagi. wah kacau sih ini. bukan karena “keadaan”, tapi karena “butuh” tetap gabisa juga.
case pertama x gue kayaknya karena beberapa waktu lalu ada kalimat seseorang yang nyerang dan cukup bikin gue ovt. gue pikir (lagi2) gak akan seberdampak ini. but apapun alasannya kita harus atasi yah guyss
yahh menurut gue kacau. karena pertama, gue udah bikin posisi ternyaman untuk tidur cepat, tapi tetap gak bisa.
kedua, karena gue itu merem udah berjam2 dari jam 9 kok bisa2nya gak bisa juga?? rasanya kayak terang benderang.
nah, akhirnya gue berhasil tidur jam 3 pagi dan bangun dengan nyenyak, gak pusing, fresh deh pokoknya kerja juga cepet. 
karena gue lagi dapet (haid), jadi gue baru bangun agak siangan jam 9 lewat.
guysss jangan lihatnya baru berhasil jam 3 pagi yah, tapi eksperimen apa saja yang gue lakukan sampai berhasil tidur nyenyak dan fresh padahal *jam 9 bener2 udah meremin mata*
uji coba yang berhasil bikin gue bisa ngantuk dan langsung tidur di malam tsb (entah salah 1 nya yg bikin berhasil, atau karena semua cara ini baru bikin berhasil?) , dari step awal sampai akhirnya tidur antara lain: 1. gue matiin lampu kamar 2. menghitung domba sampai ratusan 3. minum brainovit (minuman herbal memperlancar otak, worth it guys), dan zymuno (ini untuk mengatasi/mencegah kista, benjolan tumor atau semacamnya gitu) 4. nyalakan kipas 5. dengerin shalawat 6. chatan sama chatgpt 7. mandi air hangat + pijit2 kepala (jujur ini ditahap gue mulai frustasi gak ngantuk2 jam set 1 pagi wkwk) minum air hangat 8. skincare an malam (bersihin muka + serum + krim malam) sambil pijit2 mukanya biar relax 9.pijit2 leher, tangan, kaki 10. ikutin tips pijat titik2 relax kaki disini 11. menekan titik refleksi sumber disini 12. shalawat pakai alat zikir digital
12 tips tersebut gue lakukan di satu malam sekaligus daan akhirnya berhasil guyss semoga bagi kamu2 yang lagi insomnia dan susah tidur, bisa ikuti tips dan cara ini yah, banyak pilihan dan bisa banget dilakukan sekaligus agar tidur kamu nyenyak dan bisa bangun fresh.
semangat pejuang insomnia! hempaskan ovt-mu!
menyala bestiee^^
see miii on top hehe
-chaerun nabila firdaussy (ssy)
2 notes · View notes
najmahima · 3 months
Text
Menjelang Petang
Malam itu agaknya berbeda dari malam-malam lainnya. Karena ini kali pertamanya aku melakukan perjalanan dari kota J menuju kota S seorang diri. Riuhnya amat terasa hingga akhirnya tulisan ini ada. Kota J tidak seperti kota-kota pada umumnya yang biasa ku kunjungi. Semuanya serba cepat dan dinamis, berangkat gelap dan pulang gelap menjadi rutinitas sebagian besar orang yang hidup disana. Kotanya serasa hidup dan tidak pernah mati. Ada saat aku menjajaki jalan seorang diri dan menemukan banyak orang yang berlalu lalang di waktu yang tidak biasa. Yaa, di kota sebelumnya rasanya jam segini semuanya sudah sepi dan tidak lagi banyak gemerlap cahaya kendaraan. Orang-orang bahkan hanya bisa dihitung jari di setiap persimpangan, namun disini rasanya gemerlap lampu kota tidak pernah padam hingga esok hari.
Tapi kali ini bukan tentang kehidupan kotanya, tapi lebih dari itu. Seringkali aku menyempatkan untuk memperlambat langkahku yg biasanya setara dengan kecepatan lari kecil, karena aku tidak bisa jalan pelan :) . Sesekali aku melihat ada yang harus pulang lebih malam karena harus mengantar dan ada pula yang harus berangkat lebih pagi untuk menyapa. Yaa mereka para pekerja Transportasi Umum kota J.
Kota yg menurutku cukup riuh ini tidak begitu terasa penat, justru aku melihatnya amat menyenangkan karena pengaturannya yang cukup apik dalam hal transportasi. Rasanya cukup seharian berkeliling kota J menggunakan moda trasnportasi yang disediakan. Bagiku sendiri aku lebih menikmati berjalan dari halte ke halte sembari mengamati lalu lalang di luar. Sesak, tentu pasti. Ada kalanya moda angkutan ini penuh dan berjejalan hingga sulit berdiri. Tapi jika kalian menyukai perjalanan di malam hari, itu adalah waktu yang menyenangkan karena kamu bisa memilih untuk duduk di manapun dan mengamati keramaian kota J.
Takut, ya pada awalnya.. Namun sejauh berjalannya kaki dari satu tempat ke tempat lainnya justru rasa takjub itu lebih dominan dibandingkan rasa takutku. "Ternyata di daratan yg sama ada hal-hal yang tidak aku temukan di kota S, dan juga sebaliknya".
Salah rute?? Tentu pernah… Bahkan sampai akhirnya harus putar balik dan memilih menggunakan ojol karena waktunya tidak terkejar. Tapi dari hal itu pun aku belajar, "terkadang dalam hidup pun adakalanya kita salah jalur, tapi tak apa hanya perlu diam sejenak dan putar balik untuk menemukan jalan yang benar"
Merasa aneh gak kalau salah rute atau salah jalur ?? Kesel?? Engga juga, justru aku merasa itu pengalaman berharga dan sebagai pengingat kalau kita itu manusia biasa. Aku justru lebih banyak tertawa akhir-akhir ini karena kesalahan ku, karena nyatanya aku masih manusia yang tentu saja banyak khilafnya… Setelah itu apa? tenang saja dulu sembari perlahan melangkah lagi satu demi satu. Jadi dibandingkan takut dan khawatir Menjelang Petangku di kota J justru menjadi sebuah refleksi bahwa di manapun bumi dipijak, disana pasti ada hikmah yang bisa diambil
3 notes · View notes
haikalmarbun · 5 months
Text
Tersesat dalam Kebaikan
Tumblr media
Selepas menonton pertandingan antara Indonesia melawan Uzbekistan dalam laga semifinal AFC kelompok umur U-23, aku sejenak rehat  dan bersandar ke dinding mushalla. Satu demi satu orang-orang meninggalkan lokasi nonton bareng dengan raut wajah kecewa karena Indonesia gagal meraih kemenangan. Bagiku itu hal sah-sah saja jika ada yang melemparkan raut wajah kecewa karena tim favoritnya kalah. Tetapi, bukan itu yang ingin aku ceritakan. Aku bersandar sembari membuka pesan WhatsApp. Membalas pesan yang masuk satu per satu dari teman-teman. Saat sedang mengalihkan pandanganku dari layar HP, ternyata di sampingku adalah adik tingkatku di kampus. Sudah lama rasanya tidak mengobrol dengannya semenjak aku sudah lulus dari pendidikan strata 1 ku di kampus. Aku mencoba membuka obrolan dengan menyapa. “Akh, gimana kondisi dakwah di fakultas? Abang lihat di grup tidak ada pergerakan sama sekali. Biasanya rame dengan berbagai macam masalah yang disampaikan oleh penghuni grup”, tanyaku kepadanya. Kemudian, “Itulah bang. Ana juga kurang tahu kondisi adik-adik di kampus semenjak selesai dari kampus”. Setelah itu terjadilah obrolan yang cukup panjang kurang lebih setengah jam. Inti dari obrolan yang cukup panjang tadi adalah saling bertukar infoemasi mengenai keberlangsungan dakwah di kampus. Selama aku mendengarkan informasi perkembangan adik-adik di kampus, rasanya ada rasa sedih yang bertengger di hati ini. Ingin rasanya turun tangan untuk menjadi penambah sedikit solusi dari masalah yang ada. Namun, aku sadar bahwasanya itu bukan lagi ranahku untuk terlibat lebih jauh. Biarlah mereka yang mencari solusi dari permasalahan yang ada sekarang.
Mencoba menghela nafas dan kembali mengingat perjuangan bersama teman-teman di kampus dulunya. Banyak kenangan yang menyenangkan, tetapi yang menyesakkan lebih banyak. Bagaimana ketika dulu mengangkatkan suatu kajian keagamaan di kampus dengan jumlah pendengarnya yang sangat sedikit. Berulang kali seperti itu. Sempat aku berpikir apakah kajian ini membosankan sehingga tidak banyak yang tertarik untuk hadir mendengarkan nasehat-nasehat agama. Tidak hanya itu, saat di kampus beberapa teman-teman ada yang mendapatkan respon yang tidak baik dari mahasiswa lainnya. Dikatakan orang sok alim, orang-orang ekslusif dan lain sebagainya. Itu sedikit pengalaman pahit yang aku dan teman-teman lainnya rasakan. Masih banyak pengalaman pahit lainnya tetapi tak tega aku menuliskan di sini. Biarlah yang pahit itu menjadi cerita rahasia bagiku. Berharap hal-hal yang pahit aku dan teman-teman rasakan tidak terulang kepada adik-adik sekarang.
Sepulangnya aku dari tempat nonton bareng dan setelah emngobrol dengan salah satu adik tingkat tadi, aku tersadar ternyata aku butuh nasehat. Sesampainya di rumah, ku hidupkan lampu belajarku dan ku buka laptop. Kemudian ku buka kembali catatan-catatan kecil di  notes HP ku. Aku menemukan tulisan yag diambil dari taujihnya KH. Hilmi Aminuddin rahimahullah, isinya seperti ini.
"Kalau sudah jadi kader tapi tidak mau memikul beban, ya jadi onta sayur saja..." Sebagai organisasi kader, kita jelas harus mengandalkan vitalitas, stamina, dan dinamika. Kalau tidak punya stamina yang tinggi, vitalitas yang tinggi, dinamika yang tinggi, kita ketinggalan. Wong jumlah kita secara kader sedikit. Dinamika ini, (hayawiyatul harakah) merupakan tuntutan yang rabbani dari Allah SWT. Bagaimana Allah meminta kita untuk wasari'uu (bersegeralah). Falyatanafasil mutanafisun. Fastabiqul khairat,  Dimana kita dituntut terus bergerak dan memiliki semangat kompetitif, semangat musabaqah, semangat berlomba. Kalau tidak mempunyai vitalitas dan dinamika, jelas itu tidak mungkin. Rasulullah mengatakan innama an-naasu kal ibilil miah, manusia itu bagaikan onta seratus. Yang, la takaadu tajidu fiiha rahilah, yang hampir saja di antara onta seratus itu tidak ditemukan onta pemikul beban. Artinya yang ada onta pedaging, onta sayur semua. Proses tarbiyah itu adalah proses pemilihan untuk melahirkan onta pemikul beban itu. Maka, kalau sudah jadi kader tapi tidak mau memikul beban, ya jadi onta sayur saja. Dinamika adalah tuntutan Al-Quran dan sunnah. Kita ini harus memiliki vitalitas, dinamika dan energi yang tinggi. Tentu kekuatan yang kita harapkan adalah kekuatan yang rabbani yang nahnu aqwiya bi rabbina (kita menjadi kuat bersama Tuhan kita). Bahwa kita menjadi kuat karena Allah, karena kedekatan dengan Allah, dengan ma'iyatullah. Qawiyun bi rabbina, qawiyun bi jama'atina wa qawiyun bi ikhwatina. Dengan ukhuwah dengan berjamaah kita ini menjadi kuat. Sebab secara individu manusia susah untuk menjadi kuat. Back-up dari Allah, back-up dari jamaah, back-up dari ikhwah, dengan ta'awun, dengan takaful, dengan takamul, insya Allah kita bisa memenuhi tuntutan itu.
Inilah pesan yang aku cari selama ini. Sadar akan lemahnya hati sehingga mudah untuk futur, mudah pula semangat kembali. Sadar bahwasanya tidak banyak orang yang diberi kesempatan menjadi pengabdi Rabbul ‘alamiin. Karena konsekuensi yang akan diterima bukan konsekuensi murahan. Karena lingkaran pertemanan akan semakin sempit, waktu yang tersedia rasanya sangat sedikit dibandingkan tugas-tugas yang harus dituntaskan. Belum lagi nantinya harus meluangkan tenaga dan pikiran ketika harus mendiskusikan perkara-perkara yang diputuskan dalam disksi bersama.
Ya rabbuna, sekiranya memang ini cara terbaikmu mengingatkan kami yang lalai terhadap masalah yang ada. Ikhlaskan hati kami menerima dan menjalankannya. Jangan Engkau jadikan kami orang-orang yang mudah menaruh rasa harap kepada manusia lain yang kemudian terjatuh dalam rasa kecewa yang mendalam. Jangan pula Engkau jadikan kami orang-orang yang merugi di antara yang lainnya. Yaa muqallbal quluub, tsabbit qalbii ‘ala diinik wa ‘alaa thaa’atik.
5 notes · View notes
sistiadinita · 9 months
Text
Bagaimana jika Aku tidak Membaca?
“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.”
(Q.S. Al-Alaq: 1-5)
Sedikit bermuhasabah, sebagai wahyu pertama yang diturunkan Allah Swt. kepada Nabi Muhammad Saw., ayat ini memberi perintah pada manusia untuk membaca. Pada saat itu, Rasulullah Saw. merupakan seorang yang buta huruf. Bahkan dalam tafsir Al- Azhar oleh Buya Hamka, hingga tiga kali malaikat Jibril harus mendesak Rasul untuk membaca, dan tiga kali pula Rasul mengaku tidak mampu membaca. Setelah malaikat meyakinkan bahwa Allah Swt. akan memudahkan usaha Rasul seiring proses membaca, maka telah sampailah wahyu pertama, yang menjadi titik awal proses membaca Nabi Muhammad Saw.
Mengapa perintah membaca menjadi tanda kerasulan Muhammad Saw.?
Ada apa dibalik membaca?
Menilik dari tulisan sebelumnya tentang membuka diri, ada cerita sedikit mengenai dua orang yang bersilangan takdir denganku. Orang pertama adalah kawan sebangkuku di waktu SMA. Dia anak yang sangat pendiam. Tidak akan berbicara jika tidak diajak bicara. Pada suatu hari aku melihatnya membaca buku yang sangat tebal, dengan asyiknya. Aku tidak berani mengganggunya. Selain daripada khawatir akan mendistraksi proses membacanya, aku juga tidak terlalu ingin tahu dengan apa yang dibacanya. Pada waktu itu membaca belum menjadi hobi utamaku. Aku hanya membaca di kala luang waktu, terkecuali disaat ujian sekolah menunggu.
Tetapi, hari demi hari aku semakin penasaran. Dia terlihat makin asik dengan dunianya dan lebih sering mengacuhkanku.
Tak tahan dengan sikapnya, akupun memberanikan diri untuk bertanya buku mengenai apa itu. Mendengar pertanyaan itu, matanya berubah seperti lampu gantung di halaman teras rumah orang- orang menjelang Ramadhan dan hari raya; sungguh berbinar- binar. Tetapi ia tidak menceritakan padaku apa kisahnya. Ia langsung menawarkan buku itu untuk kupinjam segera setelah ia selesai membacanya. Dia bilang aku akan menyukainya. Keesokan harinya, ia menepati janji. Kubaca buku itu dengan seksama.
Buku setebal 816 halaman itu kuselesaikan dalam waktu 5 hari.
Dalam kesempatan lain, di sebuah stasiun bus yang sepi di kota Liverpool, aku sedang kesulitan mencari koin. Aku ingin masuk ke toilet umum, tapi sayangnya, aku sendirian dan untuk masuk ke toilet dengan palang pintu itu, kita harus membayar 50 pence (sekitar Rp 8.000,00). Sebagai seorang yang pemalu, cukup memalukan rasanya mendatangi seseorang dengan tiba-tiba untuk menanyakan apakah ia memiliki koin yang kupakai hanya untuk membuang air. Aku terdiam sejenak. Kulihat satu- satunya orang di dekatku sedang asyik membaca buku setebal 816 halaman itu. Angin segar terasa berhembus di wajahku. Melihat fenomena itu seperti menemukan orang dengan makanan favorit yang sama. Agak ragu pada awalnya, namun setelah kutarik napas dalam, aku memberanikan diri untuk menyapanya.
“Hey, you’re reading that book! I love it, too!” aku duduk disampingnya sambil menunjuk cover buku.
“You read it? Yeah, it is awesome, isn’t it?” ia menyambut dengan ramah dan meletakkan pembatas buku dan menutupnya.
Kamipun langsung bercakap dengan gurihnya, membahas sisi- sisi yang kami nikmati dari buku tersebut. Aku hampir lupa tujuan awalku.
Selang beberapa lama, percakapan kami berlanjut mengenai kehidupan masing- masing; setelah meninggalkan stasiun, apa saja rencana perjalanan kami.
Kami pun bertukar kontak dan ia menjadi salah satu temanku. Tentu saja, ia memberikanku koinnya, tepat sebelum meninggalkan stasiun. Sebelum memasukkan buku ke dalam tasnya, kupandang lagi judul buku itu. Buku yang sama yang diperkenalkan sahabatku di waktu SMA:
Harry Potter and the Half- Blood Prince.
Sejauh yang kuingat, membaca sungguh memberikan banyak manfaat. Jika tidak membaca, mungkin saja banyak rencana yang sulit untuk direalisasikan, dikarenakan sering kutemukan harta karun ketika membaca.
Kedepannya kuketahui, bahwa aku adalah seorang logophile. Aku menyukai kata- kata; kosa kata unik dan kutipan penuh makna yang menjadi pondasi rangkaian kisah. Aku gemar menandai kata- kata yang menggerakkanku secara kognitif maupun emosional. Buku catatanku penuh dengan kutipan-kutipan relatable yang menjadi penyemangat konstan. Hobiku adalah menulis kalimat-kalimat bermakna yang keluar dari mulut lawan bicara.
Dengan membaca Al- Qur’an, aku lebih dekat dengan Tuhan dan agamaku, membaca buku nonfiksi menjadikanku tetap waras dalam dunia yang penuh dengan hal tak pasti, dan membaca fiksi membuatku tetap belajar dari imajinasi. Oleh karena itu, aku sangat mengagumi para penulis. Seseorang yang menyalurkan isi pikirannya lewat kreativitas kata- kata. Membiarkan pembaca masuk dengan eloknya tanpa merasa harus melampaui batas. Ada gerbang khusus yang dibuka untuk jalur penulis dan pembaca; sebuah lorong yang intens dan apa adanya.
Bagaimana jika aku tidak membaca? Mungkin, aku hanya menjadi seorang pengelana tanpa peta, kerapkali tersesat. Membaca sesungguhnya membuatku dapat berjalan lebih jauh.
Namun, membaca juga membuatku pergi melanglang buana tanpa harus kemana-mana.
2 notes · View notes
lakunaswara · 9 months
Text
Page 3 in my December 2023
Aku tuh herann, belajar statistika dari semalem mana pas nulis tuh hepi, soalnya cantik banget catetan aku wkwk. Pagi bangun lagi, buat lanjut 2 bab terakhir. Giliran ke kampus, udah waktu ujian, ngadep komputer, kenapa malah cetetannya engga ke bawa lah weeeeh. Itu tuhh rasanyaaa Ya Allahhh. Pengen guling-guling rasanyaaa. Aku nangis tapi mood aku lagi bagus, jadi aku ketawa. Hehehe
Surat untuk ibuk dosen :
Ibukk, maaf kalo nanti hasil ujian saya bikin perut sakit karena ketawa. Soal paham engga saya sebenernya belum paham, buk. Malah laper hehe. Tapi, saya seneng punya catetan lengkap. Cantek pula. Makasih, ibuk. Semoga ilmunya ibuk berkahhh dan nempel di saya.
Dan berhenti di lampu merah pas jalan pulangpun cuma bisa nyengir, sambil mbatin "lucu bangett ahahaha"
Kayak gini nihhhh ekspresi ku 👇
Tumblr media
Picture by pinterest
Jadi tulisan ini judulnya, happy mind happy life.
Kalo kamu, mana senyum kamu pagi ini?
3 notes · View notes
nawangrizky · 11 months
Text
Cinta Papa
Halo sayang,
Biar kumulai tulisan ini dengan sebuah cerita.
Sebuah hari di perjalanan kami menuju kencan makan malam, jika aku tidak salah mengingat. Di Jalan Lurah menuju pertigaan Gandawijaya yang sedang macet, laki-laki yang saat itu masih jadi pacarku tiba-tiba bicara banyak soal isi pikiran dan hatinya. Sesuatu yang jarang ia lakukan. Aku tak ingat awal percakapannya, yang kuingat ia bilang bahwa saat ini ia bekerja keras agar anak-anaknya nanti tidak mengalami kesulitan seperti yang dulu ia alami.
Termasuk keputusan memilihku menjadi ibu bagi anak-anaknya nanti.
Karena, katanya, ia yakin anak-anaknya akan bahagia jika punya ibu seperti aku.
Kalimat itu tercetus dengan lancar. Ditambah sapuan tatapan sebentar ke arahku. Tidak ada senyum gombal atau bercanda. Ia serius seperti sedang bicara sesuatu yang semua orang sudah tahu. Padahal aku tidak. Itu pertama kalinya ia bicara soal anak-anak, itu pertama kalinya ia bicara soal aku yang punya potensi jadi ibu (dan istrinya, berarti). Beruntung hanya ada sorot lampu jalan dan kendaraan remang-remang sehingga aku bisa menyembunyikan efek butterfly in my belly pada wajahku. Ia tidak pernah semanis itu.
Seingatku, baru beberapa minggu kemudian laki-laki itu tiba-tiba memintaku menyiapkan hal-hal yang kami perlukan untuk menikah. Di kesempatan yang berbeda, di akhir kencan makan malam kami di bebek slamet. Seingatku aku tak banyak bicara dan berekspresi juga waktu ia mengajakku menikah, siapa yang menyangka ajakan makan bebek goreng berakhir dengan sodoran segepok uang serta perintah agar aku membuat daftar, mulai tanggal baik, seserahan, jumlah undangan, hingga printilan pelaminan. Aku masih bengong sampai ia mengantarku pulang, juga setelah ganti baju dan cuci muka, bahkan setelah terbaring di kasurku menatap langit-langit. Hingga tiba-tiba ia mengirimiku kabar sudah tiba di rumah dan pesan berisi tautan Youtube, lagu John Mayer - You’re Gonna Live Forever in Me dan sepenggal kalimat bahwa ia cinta aku.
Jika kelak kamu bertanya-tanya bagaimana mama dan papamu bisa menikah, begitulah. Tak ada candle light dinner, bunga mawar, atau sematan cincin berlian. Hanya ajakan makan bebek goreng di restoran yang tidak fancy, dindingnya hijau dan rontok di beberapa bagian, ada lilin, tapi untuk mengusir lalat, dan bukan cincin berlian yang ia sodorkan, tapi uang segepok. Dalam artian sebenarnya. Seperti ia habis merampok bank atau apa. Hasil menabung dan usahanya selama ini. Tak ada janji-janji kampanye akan membahagiakanku selamanya, yang ada hanya perintah agar aku menyiapkan apa-apa yang perlu.
Si paling romantis, emang.
Tapi, bahagia, Nak, tidak pernah senyata itu.
Begitulah papamu, dia tidak pernah panjang lebar mengucap janji. Mencetuskan kalimat manis pun menunggu setahun sekali. Jika kelak kau mewarisi bahasa cintaku, lalu kau tak paham kenapa papamu tak pernah bermanis-manis bicara, kau tatap saja matanya. Laki-laki itu pandai menyembunyikan emosi, tapi matanya tak pandai berbohong. Yang kutahu pasti, usaha dan perjuangannya untuk membuktikan apa-apa yang baginya penting lebih lantang dari segalanya. Kita hanya perlu yakin dan percaya, ia mencintai kita dengan usaha yang tak pernah surut.
Tumblr media
Aku selalu membayangkan di tangannya ada banyak bola yang perlu ia jaga: waktu yang terbatas, pekerjaannya yang padat, lelahnya, cita-citanya, keinginannya belanja, dan beban tanggung jawab. Namun, di atas segalanya, ia selalu punya ruang untuk menggenggam tanganku, memastikan aku bahagia dan baik-baik saja. Aku yakin, ia juga akan selalu punya ruang untukmu, Nak, menjadikanmu nomor satu apa pun keadaannya.
Aku melihatnya sendiri, bukti pernyataannya pada awal ceritaku ini. Ia selalu menemaniku kontrol ke dokter demi melihat perkembanganmu. Meski lelah, ia selalu punya waktu untuk menyapa dan mengajakmu bicara, gembira saat ia kautendang kencang. Ia menguras tabungannya agar kami punya rumah sendiri, yang toiletnya duduk dan tak punya tangga, demi aku nyaman membawamu yang makin hari makin besar. Katanya, tubuhnya juga membesar demi aku tidak insecure menatap tubuhku yang juga makin besar. Tiap malam ia bertanya apa yang belum kami punya, hal-hal yang kamu perlukan. Ia yang memilih sendiri bajumu. Ia yang mencari car seat dan stroller terbaik buatmu. Membelanjakan uang hasil kerja kerasnya untukmu, makhluk yang ia cintai sepenuh hati, selalu membuat mata cokelatnya berbinar-binar bahagia.
Mata yang kuyakin akan kauwarisi.
Semoga cinta dan bahagia kami juga ya, Nak.
10 November 2023, @nawangrizky
Semalam, saat tak henti mengajakmu mengobrol dan menciumimu yang masih di perutku, ia bertanya apa aku akan cemburu jika kelak ada kamu. Jawabannya pasti, tapi aku senang ia menyayangimu melebihi sayangnya padaku karena kamu adalah dunia kami selanjutnya.
Tapi barangkali, kelak akan ada hari-hari ketika aku perlu mengingatkanmu bahwa sebelum jadi papamu, dia pacarku dan suamiku lebih dulu.
See you soon, sayang. Mama papa loves you already.
6 notes · View notes
lavienbleuuu · 11 months
Text
Kamu tahu kamu telah begitu jauh meninggalkan dirimu ketika:
Kamu lebih sering meminta, bahkan menuntut, perhatian dari significant person (orang-orang yang punya peran penting untukmu. Bisa orang tua, sahabat, pacar, dsb) ketimbang melakukan upaya memperhatikan dirimu sendiri. Ingat, segala hal yang berada di luar dirimu adalah yang di luar kontrolmu. Semakin kita mencoba mengendalikan hal-hal di luar kontrol, semakin gilalah kita.
Kamu enggan memulai kebiasaan-kebiasan baik (misalnya, memulai olahraga, mencoba meditasi, melakukan journaling, membaca tulisan-tulisan yang relate dengan isu dirimu— yang berpotensi mengubah hidpmu 180 derajat ) atas alasan “aku gak tahu harus mulai dari mana karena hidupku sudah seberantakan ini”. Padahal, inti dari memulai adalah… ya, memulainya.
Buat beberapa orang, feeling lost kerapkali dihubungkan dengan kurangnya pengalaman spiritual. Itu juga berlaku buatku. Mungkin saja, kamu telah begitu menjauh dari hati nuraninu sebab kamu juga lari dari Tuhanmu.
Kamu membiarkan masalah utamamu menggantung berlarut-larut. Akhirnya kamu membelot kepada hal-hal yang menenangkanmu sementara. Alih-alih mencari terapis, kamu menghabiskan uangmu untuk liburan, nonton konser, minum alkohol, belanja barang-barang tersier — yang tentu saja itu sah. Tapi isu utama dalam dirimu tidak hilang setelah semua kesenangan itu habis, setelah tuak tinggal sisa aroma busuknya, setelah lampu disko dipadamkan.
Kamu terlalu banyak menggunakan mekanisme pertahanan diri sebagai excuse perilaku toksikmu (setiap orang punya toxic trait-nya masing-masing). Ini tentu bukan seluruhnya kesalahanmu. Kamu dibentuk oleh pengalaman traumatis yang membuatmu lebih waspada terhadap situasi mengancam saat ini. Tapi jika tujuanmu pulih, maka hadapilah fakta-fakta tidak menyenangkan atas dirimu, pelajari polanya, dan atasi itu.
Sebelum meminta orang lain tidak mengkhianatimu, berhentilah mengkhianati dirimu sendiri. Lawan dari berkhianat adalah setia. Maka sebelum meminta orang lain menjalin hubungan jangka panjang denganmu, kawinilah dirimu sendiri.
2 notes · View notes
lamyaasfaraini · 1 year
Text
Rush Hour..
Siap-siap menghadang kemacetan Batim alias bdg timur. Let'go home.. Udah prepare dari jam 4.30, packing dikit.. Ibu bekelin sarapan dan bekel nemo juga buah2an. Gassss jam 5.34
Melewati pasar ujungberung.. Titik macet pertama
Tumblr media
Nona manis duduk manis, dibangunin tadi agak sedikit lama tp no drama mrenyeng. Skrg lulungu, tp gabisa bobo jd ngelamun gitu wkwk.
Titik macet kedua agak mandet di cijambe, lancar lg.. Pasir impun-arcamanik dikit padet. Titik macet ketiga biasalah menuju cicaheum lalu ada tulisan menarique di elf (elep apa elf gais?). Maaf oyag atuda sabari jalan mobilnya.
"hidup itu kita yang jalani, Tuhan yang tentukan, orang lain yang ngomentari"
Memang begitu adanya yhaaa~ sad but true but mari kita tertawakan sajhaaa
Tumblr media
Titik macet selanjutnya lampu merah suci pokonya termasuk itenas, lalu macet lagi pas pasar cihaurgeulis. Kesananya ramai lancar (udin kek report mudik yekan).
Alhamdulillah nyampe rumah 6.40 an. Langsung buru2 sarapan yg satset aja, pindahin bekel nemo ke lunch box nya, nyetrika baju batik bebas katanya bukan seragam, untung punya yg menyerupai batik hhhhhhh.. biarlah yg penting corak2 gitu. Iya kebetulan hari ini hari batik nasional. Disuruh pake baju batik pengumumannya kemarin sore. Cemana mau beli males duh ada2 aja ini drama sekolah.. Jam 7.20 baru pergi sekolah. Upacara hari ini.
Bento satset dibikinin nenek. Donat (inimah beli) + kentang arab pake mayo (req nemo pgn dibekelin ini ke neneknya haha). Plus tusukan2 makanan yg gemoy dibeliin nenek. Makasih neneeek luvv
Tumblr media
Bapake @sagarmatha13 juga pake batik skrg, ngejait dulu kudu seragaman sama guru2 juga.
Semangat senin! Selamat awal oktober! Selamat hari batik nasional!
3 notes · View notes
Text
Tumblr media
Hidup terkadang seperti kopi
jika tidak dinikmati akan terasa pahit
---
chuaks 'dapat tulisan dari stiker motor orang pas lampu merah'
5 notes · View notes
arintyas · 1 year
Text
Tumblr media Tumblr media
Menghidupkan masa kecil.
Entah berapa lama nyala ini akan bertahan.
Korek atau lilin kecil, lampu atau hanyakan bakaran sampah semata.
Saya pelanggan majalah bobo era 90an akhir - 2000an. Setelah SMP mulai berkurang, jarang dan hilang. SMA berganti ke majalah remaja sepeti gadis, olga, aneka yes dll. Masa-masa sebelum ada internet, handphone dan jaman yang secepat sekarang.
Setiap kamis saya pasti menantikannya. Malah pernah karena ga dateng-dateng, saya memakai yang tabungan sendiri membeli di penjual koran dekat SMP2. Padahal sorenya loper koran datang. Jadi ke dobel. Dan uang yang saya bisa buat beli siomay pak jo atau pangsit kuah sore-sore jadi ga ada. Hikss..
Membaca bobo adalah candu. Sampai dulu rela ke pasar Baledono untuk membeli majalah bobo bekas. Keluaran 90an awal atau 80an yang dibendel jadi tebal sekali. Dan saya senang cari buku lama yang berhubungan dengan bobo.
Setiap kamis menanti bobo (dan bonusnya) tak jarang bobo memberi bonus yang menyenangkan. Ceritanya menarik. Ada rubrik untuk berkirim karya (yang walau saya tidak pernah mengirimnya) tapi saya senang membaca apalagi kalau ada yang mengirim dari daerah Jawa Tengah. Berasa “temen” nih hahaha.
Ada rubrik yang memberi tahu tentang info2 kecil. Misal kalau membaca tulisan “menguap” kamu akan otomatis ikut menguap. Kalau jaman sekarang ya seperti on the spot deh. Hehe. Ada rubrik yang bercerita tentang keluarga bobo, paman kikuk, nirmala oki, bona dan rong-rong. Semua karakter itu masih lekat dalam ingatan.
Kini, membaca bobo dibawah pohon yang rindang, di kursi taman sambil menunggu anak bermain di taman dekat rumah begitu mengesankan.
Senang sekali kembali membaca bobo. Sampai anak saya pun heran. “Ibuk ayo main, kenapa baca itu terus.”
Sudah lama tidak membaca buku, hehe jadi malu.
Setelah dewasa dan kembali membaca bobo, ceritanya dikemas apik dalam pemahaman kejadian sehari anak ataupun memenuhi imajinasi anak-anak.
Rasanya rindu. Setelah mungkin 20tahun tidak bertemu dan kemudian jumpa kembali.
Bobo, terima kasih banyak. Karena kamu aku jadi suka baca walaupun koleksi tentangmu sudah membusuk di gudang dan terkena bocoran air hujan.
Tapi kamu begitu berarti.
Bapak dan ibu juga, terima kasih sudah mengenalkanku pada bobo, dan membuat aku berlangganan akannya.
Untuk suamiku juga terimakasih sudah membelikan majalah bobo 50tahun ini yang akan jadi buku kesayanganku.
Semoga bapakku, ibuku dan suamiku yang baik diampuni dosanya karena sudah mengenalkan masa kecil yang indah-indah kepadaku dan memenuhi segala kebutuhanku.
Ps. Foto yang saya sedang membaca diambil oleh anak saya usia 3 tahun. Dia sedang perosotan dari atas mengambil gambar saya membaca. Makasih Razka, anak ibu yang baik.
2 notes · View notes
poskotakita · 1 year
Text
Tumblr media
Bab 6: Labirin
Chia terbangun dengan peluh membasahi dahi, leher serta tengkuknya. Mimpi yang membuatnya tidur tidak lelap. Ia mengerjapkan mata, memulihkan kesadaran diri. Pikirannya justru melayang kepada Satya.
Diraihnya ponsel di bawah guling, dicarinya kotak pesan Satya. Chia menuju pesan satu minggu sebelum hari akad. Ia mencermati setiap balasan pesan dari Satya. Calon suaminya itu benar-benar rapi menyembunyikan fakta. Tak ada balasan pesan yang janggal atau membuat curiga. Chia kembali merebahkan tubuhnya. Rasa kantuk segera menyergap kembali.
***
Pagi hari setelah membuka bengkel Pram datang ke rumah eyang—tempat tinggal Chia. Ia tidak sendiri ada Iko bersamanya.
"Silakan masuk," kata Chia begitu melihat tamunya telah datang. "Eh, Iko juga?" 
"Kebetulan datangnya barengan. Ini antar makanan dari ibu," jelas Iko seraya menyerahkan rantang makanan. 
"Kok repot-repot, sih?" Chia menerima rantang dengan sedikit keberatan.
"Kamu juga nggak mungkin masak," celetuk Pram. 
"Terima kasih, Iko. Nanti kalau longgar, saya mampir ke rumah." Chia menutup percakapan di teras. Iko pun segera berlalu menuju bengkel.
***
Selesai menyantap sarapan. Chia membuka diskusi memecahkan kasus hilangnya Satya. 
"Aku sudah baca surat ini berulang kali. Tapi nggak nemu petunjuk," gerutu Chia.
Pram meraih surat dari tangan Chia. "Dari pilihan kalimat dan tulisan tangannya kamu nggak merasa aneh?"
Chia menggeleng. "Dia selalu serapi ini kalau nulis?" 
"Dia memang punya tulisan tangan serapi itu. Soal kalimat atau bahasanya, ya, memang begitu," ujar Chia. 
"Keluarganya gimana? Sudah dapat informasi keberadaan Satya atau mereka mau lapor polisi?" tanya Pram penuh selidik.
"Belum ada informasi apapun. Aku rasa mereka nggak akan gegabah untuk lapor polisi. Kalau benar Satya pergi dengan sendirinya, fakta itu bakal mencoreng nama keluarga Wicaksana. Sekarang sih sudah," ungkap Chia. Tadi sebelum Pram datang, Chia mengirimkan pesan lebih dulu ke Mama Satya. Jawabannya seperti tempo hari: tidak ada kabar dan tidak lapor polisi.
"Kenapa keluarga Wicaksana?"
"Maksudnya?"
"Maksudnya, keluarga Wicaksana terpandang?"
"Oh. Cukup terpandang. Ayahnya Satya punya bisnis furnitur yang sudah ekspor ke luar negeri. Rekan bisnisnya banyak. Di lingkungan rumah juga disegani tetangga," jelas Chia.
Pram yang sedari tadi mengamati surat Satya dan bertanya ini itu sambil mondar mandir akhirnya duduk di lantai. Ia menyalakan laptop Chia yang menganggur di atas meja.
"Mau apa?"
"Kamu sudah lacak perangkatnya atau nomor handphonenya?" pandangan Pram fokus ke layar laptop yang masih proses booting.
"Nggak ada hasil. Perangkatnya nggak tertaut di ponselku. Nomornya mati sejak dia hilang. Mana bisa dilacak kan?" ada nada putus asa dari jawabannya.
"Email?"
Chia tampak berpikir sesaat. "Ah, iya, email. Kok aku nggak kepikiran," decaknya gemas. Namun sekian detik berikutnya saat membuka email di ponsel ia tersadar sesuatu. "Aku nggak pernah kirim email ke Satya."
Pram menghentikan kesibukan jemarinya di antara tuts keyboard. Ia memberikan ekspresi keheranan yang disambut senyum datar Chia. 
***
Ruangan ini luas namun minim cahaya. Lembab dan bau apak. Langit-langitnya penuh dengan sarang laba-laba. Ada meja dan kursi yang sudah lapuk di makan usia. Botol-botol bir berwarna hijau berserakan di lantai dan di meja. Bungkus makanan kosong ataupun yang masih ada sisa tergeletak di kursi menjadi sasaran kawanan semut.
Tepat di bawah lampu, ada dua buah kursi berhadapan. Ada seseorang duduk di salah satu kursi dengan kaki dan tangan terikat. Semakin mendekat, terlihat wajahnya yang lebam akibat pukulan. Kepalanya tertunduk lunglai. Pakaiannya lusuh.
"Sudah empat hari nggak mau ngaku. Dipukul berkali-kali nggak mampus juga," sebuah suara nyaring memecah keheningan.
"Lima hari, bodoh! Jangan sampai dia mampus. Kasih makan," suara berat menyahut. 
"Ada kabar Arga?" tanya suara berat. Tak ada jawaban mengartikan tak ada kabar.
"Heh! Mau sampai kapan kau mengelak?! Kawan tololmu itu nggak akan balik. Semakin kau melawan, semakin remuk badanmu." suara berat mengancam orang yang duduk terikat di kursi. Ditariknya rambut orang tersebut dan ditepuk kepalanya dengan kasar.
"Apa perlu kirim pesan ke keluarganya, Bos?" tanya suara nyaring. Dijawab gelengan oleh suara berat.
Orang itu adalah Satya. Ia masih bertahan meski telah lebam wajah dan tubuhnya. Nama yang disebut suara berat tadi adalah penyebab kekacauan yang dialaminya. Ia terpaksa pergi meninggalkan surat perpisahan tepat di hari akad karena gerombolan preman ini. Mereka adalah debt collector yang dua minggu terakhir mengejarnya karena namanya tercantum sebagai penjamin hutang milik Arga. Sial benar nasib Satya.
Surat dalam amplop biru itu ditulisnya dengan ancaman dan desakan para debt collector. Saat itu Satya berniat menemui mereka untuk mengulur waktu, tapi justru diculik. Di dalam mobil ia menuliskan surat itu dengan berat hati. Entah bagaimana surat itu sampai ke Chia, ia tidak tahu. Selesai dengan suratnya, ia mendadak pening dan jatuh pingsan.
Selama lima hari Satya bertahan dan berharap cemas tetap selamat. Jika teringat liciknya Arga ia menggeram kesal. Arga adalah kawan terdekatnya sejak kuliah. Sudah dianggap seperti saudara sendiri. Nasib baik mempertemukan mereka kembali di kantor yang sama, sebuah bank swasta. Tiga tahun bersama sebagai rekan kerja berjalan dengan baik. Prestasi Satya dan Arga cukup bersinar sebagai pegawai junior. Sayangnya, memasuki tahun keempat perilaku Arga mulai mencurigakan. Sampai enam bulan lalu, Satya mengetahui yang sebenarnya. Arga terlibat kecurangan terhadap tabungan milik nasabah. Awalnya ia menasehati kawannya agar berhenti melakukan tindakan tersebut. Tetapi tidak digubris. Tindakan yang sama terus berulang. Timbul niatan Satya untuk melaporkan ke atasan. Setelah melalui perdebatan dalam dirinya, Satya memilih menyelamatkan nasib nasabah.
Tak lama setelah melaporkan kecurangan Arga secara anonim, Satya mengajukan pengunduran diri. Proses laporannya terbilang cepat direspon. Bahkan lebih cepat dari keputusan resign dari HRD. Tindak lanjut atas laporannya berbuntut pada pemecatan Arga. Selang dua hari dari pemecatan Arga, Satya mulai diteror nomor tidak dikenal. Itulah awal mula mimpi buruk Satya.
Arga manusia licik dan pengecut kabur dari tanggung jawab ganti rugi serta pelunasan hutang pinjaman online. Ia sekarang menjadi buron polisi atas kasus penipuan nasabah. Debt collector juga mengincarnya. Tetapi terselamatkan karena kini Satya sebagai penjamin yang ditawan.
"Saya sudah bilang berkali-kali, saya dijebak Arga. Cari dia bukan saya. Sumpah saya nggak tahu apa-apa," kata-kata yang sama keluar dari mulut Satya yang luka. Sudut bibir kanannya robek. Ada bekas darah kering di sana. Pukulan kembali mendarat di perutnya.
***
"Teman Satya nggak ada yang bisa kasih petunjuk?" Pram kembali menyelidik.
Chia kembali mengamati setiap pesan dari teman Satya. Ada satu nama yang hampir terlupakan olehnya. Saat ia mengecek pesan ke orang itu, pesannya centang satu sejak Satya hilang.
"Pram, jangan-jangan ada hubungannya sama orang ini?" Chia menunjukkan pesannya. Mereka pun saling pandang.
6 notes · View notes