Tumgik
#menikah di luar kota
lacikata · 1 year
Text
Love.
“Just because the two people didn’t love each other at the time they were married, do you think they’ll never be in love?”
“But I realized that love is the most important thing for people. Everyone has different methods of love, but it’s still the most important thing for everyone.”
“If the two of you can’t love each other wholeheartedly, the both of you will be unhappy.”
Dikisahkan di zaman Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, ada seorang istri bernama Barirah dan suaminya bernama Mughits. Awalnya, keduanya adalah hamba sahaya kemudian Barirah merdeka.
Dalam ilmu fikih, apabila seorang hamba sahaya wanita menikah dengan hamba sahaya laki-laki kemudian hamba sahaya wanita merdeka maka dia memiliki hak untuk memilih apakah dirinya tetap bersama suaminya atau berpisah.
Dan Barirah memilih untuk berpisah.
Ibnu ‘Abbas radhiyallahu anhu mengatakan, “Aku melihat Mughits itu mengikuti Barirah berjalan-jalan di kota Madinah sambil menangis.”, hingga Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berkata kepada beliau, “Wahai Abbas, tidakkah engkau terkejut melihat betapa cintanya Mughits kepada Barirah dan betapa tidak sukanya Barirah kepada Mughits?”
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pun akhirnya berbicara kepada Barirah, “Bagaimana apabila kamu kembali kepada Mughits, wahai Barirah?”
Barirah bertanya, ”Wahai Rasulullah, apakah engkau memerintahkan saya?”
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menjawab, “Tidak, ini bukan perintah. Saya hanya memberikan syafaat.”
Barirah berkata, “Saya sudah tidak memiliki hajat dengan beliau (saya ingin menyudahi).”
“Walaupun beliau memberikan ini dan itu tetap saya tidak mau dengannya.” (HR. Bukhari)
Ibrah yang bisa diambil bahwa tidak semua rumah tangga memiliki rasa cinta dari kedua belah pihak, sebagaimana kisah Barirah dan suaminya.
Cinta harus diperjuangkan, pada umumnya apabila suami menunaikan hak istri begitu pun sebaliknya, ini adalah salah satu tujuannya yaitu untuk menumbuhkan rasa cinta, setelah mencari rida-Nya.
Namun, usaha ada batasnya sebab cinta adalah murni pemberian dari-Nya, sebagaimana dalam QS. Ar-Rum: 21, “Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri agar kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang berpikir.”
Allah Subhanahu Wata’ala yang memberikan sehingga jangan sombong, “Wanita mana yang tidak mencintai saya?”
Kegeeran sekali ini. Seganteng apa pun kamu, rasa cinta dari seorang wanita itu bukan tersebab paras tampanmu semata, sebaliknya ada suami yang tidak cinta kepada istrinya sekalipun istrinya cantik luar biasa. Akhirnya bercerai dan menikah dengan wanita yang cantiknya biasa saja namun laki-laki ini cinta kepada istri yang baru dinikahinya.
Bersyukurlah apabila Allah Subhanahu Wata’ala memberikan rasa cinta dalam rumah tanggamu, sebab tidak semua mendapat yang demikian.
Hal ini pun bukan tentang usaha dan jangan mengklaim, “Akulah penakhluk hati wanita.”, sebab hati manusia berada di tangan Allah Subhanahu Wata’ala. Barangkali ada yang berhasil namun hal tersebut bukan usahanya semata, kisah Barirah dan Mughits adalah buktinya.
Seseorang berkata kepada Umar radhiyallahu anhu, “Orang ini ingin menceraikan istrinya, suaminya tidak mencintainya.”, Umar radhiyallahu anhu pun mengatakan dengan kalimat teguran, “Apakah rumah tangga itu hanya dibangun di atas cinta, mana penjagaan, pemeliharaan?”, sehingga tidak diperkenankan atau jangan bermudah-mudahan untuk bercerai dengan alasan, “Saya sudah tidak cinta lagi.”
Upayakan dahulu, berjuang kembali untuk menumbuhkan rasa cintanya. Hal demikian bukan berarti tidak menghargai rasa cinta dan bukan berarti apabila sudah tidak ada rasa cinta tetap wajib dipertahankan. Kisah Barirah contohnya, namun perjuangkan dahulu.
Sebagian para ulama mengatakan rasa cinta itu adalah hal yang sangat penting dalam rumah tangga sebab hubungan suami istri itu tidak akan melahirkan buah-buahan ranum dan manis yang diinginkan kecuali dengan adanya kesolidan, kekompakan dan kebersamaan dari suami istri tersebut yang dibangun dari cinta dan kasih sayang maka cinta dan kasih sayang adalah dua sayap kehidupan agar sebuah rumah tangga itu berhasil terbang dan tidak terjatuh dalam menghadapi perjalanan kehidupan yang penuh dengan aral dan rintangan.
Kehidupan rumah tangga tidak mudah, berat kecuali dimudahkan oleh Allah Subhanahu Wata’ala maka untuk dapat bertahan dibutuhkan rasa cinta. Jika rasa cinta itu tidak ada maka sulit bagi suami atau istri bertahan dalam ketakwaan pada rumah tangga mereka. Asal bertahan, barangkali bisa namun bertahan di atas ketakwaan sangat sulit dan tidak semua orang bisa.
Istri Tsabit bin Qais radhiyallahu anhu mengatakan, “Suami saya tidak ada aib dalam hablum minallah dan hablum minan-nas tetapi saya khawatir kufur setelah beriman.”
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengatakan, ”Maukah engkau kembalikan maharnya?”
Jika mau maka akan dipisahkan. (HR. Bukhari)
Istrinya pun bersedia.
Sebagaimana kisah sebelumnya, Barirah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam tidak memaksa sebab beliau tahu bahwa orang itu berbeda dan rasa cinta itu dibutuhkan untuk bertahan di atas ketakwaan.
Inilah dua sayap kehidupan, sebuah hal yang sangat sulit bagi seekor burung untuk tetap terbang ketika salah satu sayapnya itu patah atau bermasalah. Oleh sebab itu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam ingin mereka bersatu tetapi pada akhirnya dikembalikan kepada kedua belah pihak apabila berkaitan dengan rasa cinta.
Utamakan, berjuang dahulu, ketika sudah berjuang tetap tidak lahir rasa cinta maka pilihan terakhir adalah berpisah. Sebelumnya istikharah dahulu, bukan cari pelarian (tidak berkah).
Betapa Islam begitu memuliakan wanita di mana wanita memiliki hak untuk memilih. Kenyamanan seorang wanita diakui oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, beliau tidak memaksa, wanita berhak bahagia, berhak bersama sosok yang dicintai dengan kebersamaan yang halal (Cinta bertepuk sebelah tangan oleh Ust. Muhammad Nuzul Dzikri hafidzahullah).
“Kalau kamu diberi pilihan mencintai dan dicintai janganlah memilih. Cari cara untuk sampai ke pilihan mencintai dan dicintai. Karena keduanya, pantas kamu rasakan.” (ajinurafifah hafidzahullah)
353 notes · View notes
imespramesti · 1 month
Text
Kacamata Baru
Menganggap nikmat orang lain sebagai rejeki kita adalah ketentraman hati yang lebih nyaman daripada sekedar nggak iri dengki.
Ikut bahagia, meski secara kasat mata, gaji teman yang naik nominalnya. Karena ketika duitnya berlebih, dia lebih gampang diajak ngopi dan jalan-jalan, juga lebih cepat mengambil keputusan buat nemenin kamu ikut kajian di luar kota.
Ikut bahagia, meski teman kita yang sebar undangan menikah. Karena kita jadi punya alasan untuk reuni ketemu teman sekolah, punya alasan buat ambil cuti, main ke kota sebelah. Rejeki juga kan?
Ikut bahagia saat teman kita lolos mendapat beasiswa dan melanjutkan studinya lebih dulu. Dia yang nanti menjadi mentor dan tempat bertanya saat giliran kita mencoba peruntungan beasiswa tiba. Daripada harus bayar jasa latihan wawancara, mending dilatih teman sendiri. Rejeki juga kan?
Ikut bahagia saat seseorang yang amanah menjadi presiden. Artinya, kita mendapat pemimpin yang adil. Artinya, kita nggak akan terdzalimi meski rakyat kecil. Rejeki juga kan?
Kalau diselami, banyak sekali alasan untuk bersyukur dan berbahagia di bumi ini. Asalkan kamu bersedia memperluas kaca mata. Nggak membatasi nikmat Allah pada hal baik yang terjadi di hidup sendiri.
Ditulis di tengah huru-hara musim politik negeri tercinta Glasgow, Februari 2024
17 notes · View notes
nasigorengg · 6 months
Text
Hari Pertama
Tidak terasa sudah 8 bulan saya bekerja sebagai peneliti di industri. Masih hijau, namun saya sudah merasakan bahwa kehidupan baru ini relatif berbeda dengan kehidupan saat menjadi peneliti PhD. Jujur pekerjaan ini jarang terpikirkan saat dulu masih SMA, namun beginilah uniknya Allah SWT menuntun langkah manusia. Berhubung sedang liburan akhir tahun, saya ingin menuliskan beberapa seri tulisan mengenai kejadian-kejadian yang masih membekas di ingatan.
Hari pertama kerja
Hari pertama selalu berkesan. Bagi saya, hari pertama rasanya campur aduk antara antusias dan was-was. Antusias karena ini merupakan tantangan baru, was-was karena kota Dresden, apalagi tempat kerja saya di bagian timur terkenal masih tertutup terhadap orang luar. Dulu pun ketika menerima tawaran kerja ini tidak langsung saya iya-kan. Saya diskusi panjang dengan istri serta bertanya ke tetangga kami yang sudah lama menetap di Jerman mengenai kota ini. Tambah ngeri ketika mencari berita lewat google mengenai bagaimana sikap penduduk kota ini terhadap para muslim.
Hari pertama ke kota ini untuk melihat apartemen sudah terasa aura perbedaannya. Di Münster, tidak jarang penduduk lokal menyapa ketika berpapasan di jalan meskipun tidak saling mengenal. Di hari pertama di Dresden, yang kami dapat adalah tatapan tajam ke istri yang berjilbab. Karena itu, saya dan istri sempat menanyakan ke diri kami apakah keputusan ini adalah keputusan yang tepat.
Singkat cerita, alhamdulillah ternyata semua lancar pun sampai hari ini tidak pernah mengalami kejadian rasis. Di hari pertama sepulang kerja, istri menjemput di pintu dan kami berdua merasa sangat terharu. Lantas pikiran saya melayang melintasi beberapa periode waktu. Dulu saat melamar istri, saya masih kuliah S2 dan belum memiliki kepastian kerja. Alhamdulillah sekarang Allah SWT cukupkan rezeki untuk keluarga kecil kami.
Dari segi tempat tinggal pun mengalami peningkatan. Dulu saat masih di Solo kamar yang saya tempati 2.5 m x 3 m. Saat di Hsinchu, Taiwan saya menempati kamar dengan luas 3 m x 8 m dan diisi 4 orang. Selepas menikah, saya dan istri menyewa kamar kos ukuran 10m2. Kemudian di Münster bersama istri di apartemen dengan ukuran 33m2. Dan sekarang di Dresden dengan ukuran 80m2, setidaknya anak bisa berlarian di rumah.
Bukan sebab ‘tak sengaja’, atau ‘keberuntungan’ semata, tapi memang sebab demikian Allah hendak memberikannya. Nyatanya, memang banyak sekali hal baik yang Allah hadirkan dalam hidup, yang boleh jadi tanpa sekalipun kita memintanya. Alhamdulillah.
Dresden, 25 Desember 2023
13 notes · View notes
ameliazahara · 8 months
Text
Hari ini gue belajar satu hal, dari kejadian menjenguk orang sakit.
Perihal anak: di masa senja orangtuanya.
Gue kenal anak-anak beliau, salah satunya temen gue, temen seangkatan dan pernah dekat waktu kecil. Anaknya si orang sakit ini (yang sakit bapak-bapak) adalah cowo, seorang ASN, sudah menikah beberapa tahun belakangan dengan seorang perempuan berstatus dokter. Anak pertama si bapak ini juga cowo, sudah ASN, beristrikan dokter pula. Hanya saja si anak pertama tinggal di luar kota.
Gue ga tau gimana ceritanya, intinya si bapak ini telah berpisah dari ibunya mereka, dan menikah lagi dengan seorang perempuan. Si bapak sudah tampak lanjut usia juga. Wajar jika mulai sakit-sakitan.
Hari ini emak ngajak gue untuk menjenguk si bapak, dan pada kejadian hari ini membuat gue berkaca ke diri sendiri, di masa depan kelak jika gue dihadapkan dengan kasus yang sama, bagaimana gue akan menyikapinya(?) Gue melihat ketika anak-anak telah sukses dan besar, orang tua menua, dan rentan sakit-sakitan, tapi semua kondisi serba-salah. Prioritas si anak seperti telah terbagi antara dirinya dan keluarganya, hingga mengabaikan orang tuanya.
Mungkin tidak mengabaikan, tapi prioritasnya tidak lagi ke sana (orangtua). Sebaik apapun cara orangtua menjadikan anaknya lebih sukses dari dirinya, di masa senjanya mereka harus bersiap dan tetap struggle kembali dengan kondisi dirinya. Karena mengharapkan anak sendiri pun tidak bisa menjadi tonggak penyangga, sekalipun si anak terbilang sudah sukses.
Gue melihat kejadian itu hari ini. Persis di depan mata sendiri.
Dari kejadian hari ini gue berkaca, apa gunanya menantu dokter tapi tidak bisa berbuat banyak untuk kondisi orang tuanya sendiri? Apa gunanya punya mobil tapi tidak bisa menjadi jalan mudah untuk membantu orangtua berjuang sembuh? Kenapa hidup bisa demikian?
Sekalipun telah berpisah, orangtua tetaplah orangtua. Kenapa bisa membedakan antara ayah dan ibu? Bukankah mereka dua-duanya orang tua juga, yang doa-doanya selalu menyertai jalan sukses si anak?
Gue melihat di-tatapan mata si bapak seolah bercerita bahwa terdapat kekecewaan di sana, beserta perjuangannya untuk sembuh yang dia juga tidak tau bagaiman cara seharusnya. Tentu semua diupayakan pada jalan terbaik. Bahkan ketika bercerita kalau dalam waktu dekat hendak berobat di kota tempat tinggal anak pertamanya, dia tidak menceritakan perihal anaknya. Sepertinya si bapak bahkan tidak bercerita pada anaknya perihal jalan ikhtiar berobat untuk sembuhnya.
Tatapan mata si bapak seolah ingin anak-anaknya yang memapahnya ketika langkah kakinya berat, sebab kambuh sakitnya.
Hari ini gue hanya bisa berkaca. Berharap ke depannya gue bisa lebih baik dan selalu bisa diandalkan untuk apapun yang jadi prioritas dalam hidup: orangtua. Gue berharap selalu bisa ada buat mereka apapun kondisinya dan kondisi gue ke depannya. Gue ga mau sampai orang lain yang mengambil peran itu.
Terkadang sakit itu tidak bisa kita ukur rasanya seperti apa, sebelum diri merasakannya sendiri.
Ternyata semua tidak sebaik yang dikira selama ini. Ujian hidup memang berat, sebab itu disebut ujian.
8 notes · View notes
journal-rasa · 10 months
Text
Alternatif masa depan selain menikah dan membangun keluarga:
Bangun yayasan sosial, seperti panti asuhan, panti jompo, panti disabilitas, atau pun sekedar rumah singgah.
Bangun yayasan pendidikan untuk anak-anak kurang mampu.
Bangun pet shelter untuk kucing dan hewan-hewan terlantar.
Jalan-jalan ke segala penjuru bumi. Temukan tempat-tempat yang tak tercatat dalam peta dunia. Bagus kalau bisa sampe ke luar alam manusia. Kayak berpetualang ke kota ghaib Saranjana atau Uwentira 🤣 (sapa tau betah dan dapet jodoh di sana 🤣)
15 notes · View notes
kindredjoy · 2 months
Text
Ashe
the Frost Archer
Tumblr media
Warmother Iceborn dari Suku Avarosa, Ashe memimpin kelompok terpadat di utara. Tabah, cerdas, dan idealis, namun tidak nyaman dengan perannya sebagai pemimpin, dia memanfaatkan sihir leluhur dari garis keturunannya untuk menggunakan busur True Ice. Dengan kepercayaan rakyatnya kalau dia adalah pahlawan mitologi Avarosa yang bereinkarnasi, Ashe berharap dapat menyatukan Freljord sekali lagi dengan merebut kembali tanah suku kuno mereka.
Ashe berasal dari Freljord utara, di mana serangan suku yang brutal dan peperangan antar klan menjadi bagian dari lanskap seperti jeritan angin yang membekukan, dan dinginnya tundra yang tiada henti.
Anak tunggal Grena, kepala suku wanita dari suku kecil Avarosa, Ashe adalah Iceborn: anggota kasta prajurit, dikaruniai hubungan leluhur dengan kekuatan sihir negerinya, dan kemampuan langka untuk menggunakan kekuatan True Ice. Semua orang berasumsi kalau Ashe akan mengikuti ibunya sebagai pemimpin suku berikutnya. Namun, ini bukan kebanggaan yang diinginkan Ashe. Tanggung jawab berat dari garis keturunannya yang suka berperang dan bakatnya yang luar biasa malah membuat Ashe merasa terisolasi, terbebani, dan sendirian.
Satu-satunya waktu istirahatnya adalah ketika Sejuani, seorang gadis Iceborn dari suku bersaudara, akan tinggal bersama mereka untuk berburu musim panas di sekitar Ornnkaal Rocks. Persahabatan gadis-gadis itu menentukan masa kecil mereka, tapi terputus ketika mereka mencapai usia remaja. Entah bagaimana, Grena telah menyinggung nenek Sejuani, dan persahabatan antar suku mereka tiba-tiba berakhir.
Segera setelahnya, dengan masa mudanya yang memudar, ibu Ashe memulai pencarian seumur hidupnya untuk “Tahta Avarosa”, sebuah tempat yang diduga timbunan harta karun dan benda-benda ajaib yang dia harap akan mengembalikan kejayaan bangsanya.
Namun keyakinan Grena pada ramalan dan legenda membuatnya mengambil risiko, yang sering kali membuat sukunya melemah. Akhirnya, dalam serangan berbahaya dan tidak perlu di tanah suku lain, Grena terbunuh. Kematiannya yang mendadak membuat Ashe muda melarikan diri, sementara sebagian besar sukunya musnah.
Sendirian, diburu, Ashe mengikuti peta terakhir ibunya ke gletser yang sepi di mana dia menemukan makam Avarosa, dan busur ajaibnya True Ice. Ashe menggunakan senjata tersebut untuk membalas kematian ibunya, lalu berbelok ke barat.
Entah karena tugas atau kesepian, Ashe mendapatkan reputasi dengan melindungi banyak suku yang dia temui. Dia menolak kebiasaan menerima budak, dan lebih memilih untuk mengadopsi orang-orang yang putus asa ini sebagai anggota penuh suku barunya, dan ketenarannya tumbuh dengan cepat. Tak lama kemudian banyak orang mulai percaya dia tidak hanya membawa senjata Avarosa—Ashe sendiri adalah sang legenda, terlahir kembali dan ditakdirkan untuk menyatukan kembali Freljord.
Akan tetapi, cerita-cerita dongeng tidak akan memberi makan para pengikutnya, dan perjalanan panjang mereka ke selatan membuat suku tersebut berada di ambang kelaparan. Jadi, Ashe memanfaatkan mitos-mitos yang ada di sekitarnya, menggunakannya untuk membentuk aliansi dengan suku-suku selatan yang kuat dan memiliki tanah yang subur, berjanji untuk menyatukan mereka menjadi sebuah negara yang mampu menantang kerajaan-kerajaan tetangga.
Aliansi baru ini membawa bahaya baru, dan Ashe segera menjadi pusat perseteruan politik. Seorang Warmother, sebutan bagi para pemimpin suku di Freljord, diperkirakan akan menikah, dan mengambil suami dari salah satu suku besar akan membuat marah suku lainnya. Ashe bisa saja mengambil beberapa suami, tapi ini hanya akan membuat konflik semakin memanas di dalam rumah tangganya, dan pertumpahan darah yang terjadi akan menghancurkan aliansi yang telah dia bangun dengan susah payah.
Jawabannya adalah seorang pengembara miskin dari klan pegunungan yang hampir musnah—sang pejuang Tryndamere. Dia bukan seorang spirit-walker atau diberkati dengan kekuatan alam apa pun, tapi setibanya di ibu kota baru Ashe, Tryndamere telah terjun ke setiap arena duel yang bisa dia temukan. Dia bertarung dengan putus asa, putus asa untuk membuktikan bahwa orang miskin yang selamat dari klannya layak diadopsi oleh salah satu suku yang lebih kuat. Tapi bahkan bagi Freljord, gaya bertarungnya yang brutal dan kekuatannya yang luar biasa meresahkan, dan banyak yang menduga dia tersentuh oleh ilmu hitam. Mengabaikan hal ini, Ashe menawarkan untuk mengadopsinya sebagai anggota sukunya, jika dia menjadi suaminya yang pertama dan satu-satunya.
Tryndamere menerimanya dengan enggan. Meski merupakan pernikahan politik, ketertarikan mereka terhadap satu sama lain terlihat jelas, dan perlahan-lahan rasa kasih sayang yang sejati pun bersemi.
Kini, Ashe berdiri sebagai pemimpin koalisi suku Freljord terbesar dalam beberapa generasi. Meski begitu, persatuan yang akan ia ciptakan bertumpu pada perdamaian yang tidak mudah yang terancam oleh intrik internal, kekuatan asing, gerombolan Winter's Claw yang kejam yang semakin banyak, dan takdir yang setidaknya harus Ashe pura-pura percayai...
2 notes · View notes
lamyaasfaraini · 4 months
Text
Partner kondangan since 2015/2016
1st time kondangan as a couple, awal januari. Berarti umur kami masih 26 thn yaaa, msh kinyis2 kek mahasiswa gaksie wkwk iyahin aja~ yg pasti masih begang ya gais! Ini kondangan kaka ke 2 nunik, di gedung biofarma wkt itu malem2, skalian malmingan cenah eaa~ berarti baru hampir 1 thn pacaran yah ini. Sepanjang 2015 ternyata blio belom nemenin aku kondangan, lupa ih knp soalnya yg 1 pdhl di bdg, 1 lg di luar kota. Jd pas kondangan ditanyain "ko deni ngga diajak" wkwkwk.
Tumblr media
Iya jadi keingetan, pas kondangan kemarin liat temen suamiku yg masih muda bawa pacarnya katanya, iya kami salaman jg. Liat pasangan itu jd inget kami dulu pas msh pacaran umuran segitu lagi sering2nya kondangan haha dlm setahun bisa lebih dari 5 cuy. Melandai pas umur 28, 29.. Udah mulai jrg rata2 udah pada nikah. 26, 27 lagi gencar2nya kalo di angkatan akumah.
Begini aja kamimah ganti2an, kadang di kondangan aku, kadang di kondangan mas pacar haha. Sepanjang 2016 terbanyak bgt, 2017 lumayan. 2017 tahun kami menikah btw. Dari sekian kondangan berdua cuma ada ini dokumentasinya, beberapa kdg kami lupa foto yg sering lupa foto mah kalo di kondangan mas pacar yah krn aku dtg sbg plus 1 nya bukan ktemu bestie2ku haha. Seru saat itumah yaa, kami mulai matching2in outfit, aku yg selalu suka coklat pastel jd batik blio yg coklat itu lg itu lg haha. Kadang bingung mix and matchnya saking banyaknya kondangan. Beberapa disuruh jait sendiri krn jadi bridesmaid
Tumblr media
Nikahan paman mas pacar, pertama kali dtg sbg pacarnya ktemu keluarga besarnya. Deg2an bgt ya Allah jd banyak dikenalin ini itu, aku udah dianggap sbg bagian dari keluarga. Mas pacar blg nanti dc nya hitam katanya, oke!
Nikahan bestie gigsku, fya! Fya & eca tinggal di jkt tp resepsi pgn di bdg krn suka cuaca bdg kalo outdoor cenah haha. Lokasi di Bumi sangkuriang, pulang dari resepsi geng kami sengaja sewa villa di ciumbuleuit buat staycation, mas pacar jg ikut nginep haha kan udah kenal. Tahun2 ini mas pacar lg bucin2nya, aku asik sendiri sama gengku aja blio pundung kurang perhatian eey~
Nikahan kawan SMA, hanum. Lokasi puri suryalaya, ini jg waktunya malam hari. Kalo malem tuh skalian malmingan yah buat kami yg ktemunya kdg sminggu skali pas weekend aja.
Nikahan kiki, di villa lazuardi cimahi eh kolmas keatas apaya namanya, itulah yaa. Lagi2 di outdoor emg pas tahun2 itu lagi musim bgt kawinan di outdoor dgn tema rustic (nikahan kami jg termasuk yg ngambil tema rustic hehe).
Tumblr media
Tahun 2018 mah udah resmi nikah dan lsg hamil, 2019 udah beranak cuy
Nikahan anis & iwan di graha pos jl. Banda dpt disc krn adiknya kerja di pt pos, mayaan. Selang sebulanan lebih dari nikahan kami, persiapan nikah kami jg bareng, pusing2nya jg bareng, drama msg2 jg lewatin haduuhh yaa begitulah mau nikah bnyk ina inu. Itu aku lg hamil muda, 5w kayanya..
Nikahan kawan suami di pendopo papuri, malem2 ini jg. Hamil udah mayan menjendul, kalo gasalah 24w keknya.
Thn 2019, nikahan ateu didit alias adik kandungku satu2nya di gedung geologi. Sewa MUA dong yaa, udah ada nemooo 8 bulan diaa ucuuu amatttt nak kuuuh
Msh di tahun 2019, nikahan agit adiknya anis yaa pst di graha pos donggg kan biar diskon sediskon2nya jg diatas 20 jeti wkwk. Nemo udah gedean nih, foto bertiga lagi~
Nah kalo sepanjang 2020 mah pandemi kayanya sih ngga ada kondangan, ada lagi di 2021 ini jg msh pandemi sih yaa prokes bgt nikahannya jg. Geng kuliah akhirnya ada yg nikah lg setelah yg terakhir nikah itu aku thn 2017, selang 4 thn baru ada lg. Yg ini lupa foto sama partnerkuu, anak dah gede jadi udah bisa di titip, pacaran berdua deh sama suami..
Foto geng inimah, janjian pake dc pinkeuuu. Susah tydac usum bridesmaid2an umur diatas 30an mah wkwkwk isin cenahhh.
Tumblr media
2022 sebetulnya pandemi hampir slesei, ada kondangan dr kelg suamiku. Di lembang lupa nama venue nya. Masker msh on bgt ituu..
Tumblr media Tumblr media
Udah jrg banget sih kondangan, 2023 baru ada lagi.
Kondanganku dan kondangan suamiku
Tumblr media Tumblr media
Udah mulai pergi berdua lg kondangan kek pacaran krn anak dah gede hahaha.
Oiya sebetulnya kondangan2 msh bnyk, ya sodara ya relasi cuma kami ngga selalu foto2, ini hanya sebagian cerita aja dr perkondangan kami.
2024 baruuuu ada lagi nih, kondangan nunik! Akhirnya nih bestie terbestie ku menikah yg ditunggu2 bgttt
Masih dengan dirinya~
Tumblr media
Terakhir yaa foto kondangan kemarin ituu hehehe.
Mari kita create foto kondangan2 berikutnya yaa partner hidupku~
3 notes · View notes
deehwang · 1 year
Text
8 tahun lalu aku memutuskan untuk tinggal bersama orangtua dan menunda waktu menikah--karena aku tidak menaruh prioritas menikah demi memiliki anak, melainkan untuk menemukan semacam rekan, jadi bagiku menikah bisa terjadi pada umur berapa saja, bahkan saat jompo sekali pun--ini dia, beberapa catatannya :
1. Orangtua tidak akan pernah benar-benar menyatakan apa yang mereka butuhkan--apalagi bila kau menanyakannya. Kau harus tinggal / dekat dengan mereka, untuk melakukan pengamatan sendiri. Orangtua yang baik tidak akan meminta, apalagi kasih-kasih kode. Sementara bagiku, anak yang baik adalah yang memberi tanpa merasa cukup--kebanyakan dari kita amat bangga menunjukkan barang untuk orangtua yang kita beli dengan uang sendiri. Itu tidak akan pernah cukup, dan aku akan malu sekali bila pikiran itu muncul di kepalaku.
2. Bila orangtuamu single parent seperti ibuku, pekerjaan rumah akan menumpuk; kau harus step-up, baik secara ekonomi mau pun waktu. Ada banyak yang harus diperbaiki. Ada banyak yang harus dibersihkan. Harus banyak mengalah dan mengalami badan sakit di malam hari. Semua terbayar dengan kondisi orangtua yang sehat dan senantiasa happy.
3. Tapi jangan bersikeras melarang orangtua bila mereka mengerjakan pekerjaan tertentu. Diingatkan saja, asal jangan kecapekan. Orangtua gampang bosan, bila tidak memiliki pekerjaan rutin. Aku menyediakan dan merawat kebun belakang, agar ibuku memiliki ruang kreatif sendiri di sana. Itu bekerja dengan baik--70% waktu dihabiskan ibuku di halaman belakang, selepas pensiun.
4. Aku berharap kotaku punya klub senior atau semacamnya. Orangtua, apalagi yang telah pensiun, kadangkala bisa merasa rendah diri. Ruang publik dan komunitas amat penting, demi kesejahteraan psikologis dan menepis pikiran-pikiran mereka tentang 'posisi tanpa guna', semacam sindrom pasca kekuasaan. Aku mendorong ibu untuk lebih banyak terjun ke masyarakat, seperti mengikuti perkumpulan ibu-ibu. Waktu masih bekerja, ibuku amat sibuk di kantor. Tidak memiliki kesempatan bercengkrama dengan tetangga. Ini waktu-waktu yang baik untuk menguatkan orangtuamu. Dampingi dengan hal sederhana saja; misalnya siapkan sesuatu sebagai pengantar. Sebagai permulaan, aku biasanya suka membuat makanan dan membagikan ke tetangga. Ibuku membantu proses itu, dan kami jadi memiliki lebih banyak teman untuk diajak bertukar-tukar (bahan) makanan.
5. Jadilah teman. Jargon itu tidak hanya berlaku untuk orangtua, tapi juga anak. Jadilah teman, karena kebijaksanaan akan ditambang bukan dari duduk-duduk-besar, tapi dari percakapan sepele. Orangtua akan lebih terbuka, dan kita jadi lebih mengenali diri kita sendiri. Seperti, bagaimana kita masih bayi dulu, atau bagaimana mereka tidak akan lagi sungkan bercerita soal hal-hal pribadi lain--aku baru mengetahui cita-cita ibuku, misalnya. Ibuku ingin jadi pramugari dulu. Tapi, karena kakak-kakaknya tinggal di luar kota, sehingga tidak ada yang benar-benar bisa diandalkan--kata kakekku kepada ibuku dulu--untuk menjaganya, maka ibuku memutuskan menjadi perawat. Ibuku pernah mengalami kekerasan dalam rumah tangga, dan bagian ini juga justru makin lancar diceritakan saat, sebagai sahabat, aku membuka diri. Aku memahami dan berempati, menyadari adanya ikatan-ikatan baru dengan orang yang justru sudah kukenal lama.
6. Harus banyak mengalah soal makanan--memperbanyak makanan yang gampang dicerna, mengurangi gorengan dan gula, kurangi jajan-jajan di luar, demi bisa masak sendiri dan makan bersama orangtua. Tidak apa. Justru makanan apapun akan terasa enak, asal dimakan bersama orang-orang yang disayang.
7. Sejujurnya kamu akan mendapatkan lebih banyak perhatian yang tidak kamu perlukan, justru dari luar. Orang-orang akan 'menasehatimu'. Mereka akan berpikir kamu beban orangtua--apalagi sebagai anak yang belum menikah, dan, ya, masih tinggal seatap dengan orangtua. Kamu akan dibanding-bandingkan, dengan anak-anak-mandiri yang merantau, bekerja di luar kota, mengejar lebih banyak peruntungan. Jangan dengarkan nasehat yang membuatmu merasa buruk. Orang-orang tidak tahu apa yang terjadi. Yang penting, tujuanmu tinggal dengan orangtua semata buat menjaga, yang tidak membebani mereka secara finansial maupun emosional. Dan tentang keberhasilan, ternyata tidak semua pencapaian harus dipamerkan. Karena memang bukan itu yang penting--proses itu mahal benar adanya, karena itu yang membentuk karakter seseorang. Sebagaimana tidak penting apa mobil yang kamu miliki, yang penting adalah bagaimana kamu menyetirnya.
Aku selalu punya prinsip, bahwa selama tidak memakai baju robek di hadapan orang lain, berarti aku amat baik-baik saja. Itu cukup. Aku hidup amat cukup, tidak memiliki satu pun pinjaman--kecuali asuransi kesehatan--dan memiliki lebih banyak dana untuk kutabung. Aku memilih menggunakan transportasi umum, menggunakan kembali barang-barangku yang lama, merekondisi benda. Aku memutuskan fokus pada membagi pengalaman dan ilmu, bila bisa bermanfaat, ketimbang menjelaskan identitasku lewat barang-barang yang kukenakan atau dimana aku pergi berlibur pekan lalu. Keputusan untuk mencapai kebahagiaan ini, tentu mengorbankan kebahagiaan lain. Tapi aku merasa nyaman menjadi aku hari ini. Aku tidak akan menukarkan pengalaman hari ini dengan peruntungan dalam definisi orang lain; Jadi apa pun penghakiman mereka kepadaku, aku tak terlalu memikirkannya.
8. Orangtua akan sering melupakan; dimana benda-benda ditaruh, apakah kompor sudah dimatikan atau belum. Mereka juga mulai mengalami gangguan / sensitivitas pendengaran. Kadang mereka membutuhkan seseorang untuk selalu ada mengawasinya, membantunya mendengarkan atau membaca atau menuliskan sesuatu. Mereka butuh orang-orang yang mereka nyaman ada di sekitarnya. Keluhan mereka kadang jauh lebih bisa dimaklumi oleh anak sendiri, ketimbang pengasuh atau orang asing lainnya.
9. Secara emosional, orangtua akan lebih sensitif. Jangan membentak. Jangan kasar. Jangan bebani pikiran mereka dengan masalah kita--kecuali kita membutuhkan saran yang amat kuat.
10. Mereka akan tidur amat larut. Aku tidak tahu mengapa. Tapi di pagi hari mereka akan gampang mengantuk. Di malam hari, buatkan teh yang bisa merelaksasi sistem saraf, sementara di pagi hari, usahakan untuk melakukan olahraga ringan bersama. Ya. Mereka sesekali akan membicarakan kematian--dan hal-hal yang tidak diperlukan dipikirkan, karena sejatinya itu akan menjadi urusan orang yang hidup. Tapi dengarkan saja. Apapun kekhawatiran yang terkandung dalam pembicaraan itu, tak lebih karena rasa sayang mereka. Seperti, bagaimana aku dan ibu bersepakat dikuburkan dalam satu liang lahat kalau sudah meninggal nanti. Kemana satu pergi, yang lain akan ikut. Kalau satu pergi lebih dahulu, yang lain bertugas merawat hidupnya--sampai tiba waktunya.
11. Mereka akan kembali menjadi seperti anak kecil; ibuku akan menyembunyikan beberapa potong kue yang baru saja kupanggang. Biasanya kue-kue itu sudah dimasukkan ke mulutnya. Beliau akan tersenyum-nakal-seperti-anak-kecil saat melakukan itu. Anak kecil dalam hematku, adalah perilaku-perilaku konyol yang masih bisa dijelaskan, atau perasaan cemburu yang lucu, seperti bagaimana ia akan amat menginginkan makanan-makanan ringan yang dipajang di warung, membawa pulang serenceng cuma untuk dipamerkan--kemudian dimakan bersama--anak tetangga yang kecil-kecil.
12. Aku tidak menyukai ide "kehadiran seorang anak diakibatkan oleh orangtua, jadi anak tidak memiliki kewajiban apa-apa untuk 'membayar' itu". Aku juga tidak berdiri pada pendapat bahwa "anak wajib atas semua nafkah orangtua, sebagai bentuk bakti sekali pun orangtua masih sehat dan mampu bekerja". Aku memandang apa yang kukerjakan sebagai cinta. Aku tidak sedang membalas budi--aku membalas cinta ibuku. Beliau sudah capek kerja siang malam untuk bisa membentukku jadi aku-hari-ini. Ibu adalah bagian dari sejarah hidupku. Beliau bagianku. Maka sudah sepantasnya 'aku' memperlakukan 'aku' dengan baik.
13. Aku tidak mau membuat ibuku menunggu telepon dariku--aku ingin bila berbuat salah bisa langsung meminta maaf. Itulah mengapa menelpon orangtua sesering mungkin, sekali pun kamu sibuk, amat penting. Orang yang sudah tua amat sensitif perihal penolakan dan rasa kesepian. Aku tak mau ibuku mengalami keduanya.
14. Orangtua akan memiliki daftar obat yang lebih panjang. Akan lebih baik menyediakan wadah khusus, yang dilabeli dengan tulisan-tulisan besar. Ibuku penderita diabetes, dan obatnya banyak. Usahakan bagimu untuk paham, supaya tahu apa yang harus disiapkan bila ia tak bisa mengambil sendiri; dan mereka jarang ada yang rapi. Peranmu sebagai anak, di situ. Menjaga kebersihannya. Mereka akan membutuhkan bantuan besar di saat-saat tertentu; tak jarang kamu harus bisa menceboki, membersihkan pakaian dalamnya, dan hal-hal lain yang dahulu dikerjakan orangtuamu saat kamu masih bayi tanpa jijik.
15. Selalulah minta maaf selama orangtua masih ada. Akan terlambat kalau mereka sudah tidak ada. Pesan-pesan pendek bisa menghibur mereka. Ingat. Perlakuanmu terhadap orangtuamu akan menentukan perlakuan orang lain terhadap mereka. Kalau kamu sendiri menganggap remeh, orang lain bisa jadi akan begitu.
7 notes · View notes
herricahyadi · 1 year
Note
Assalamualaikum, bang saya perempuan usia 26thn, Insyaallah setelah lebaran 2023 saya mau menikah, namun tiba2 calon suami saya diterpa musibah, hilang pekerjaan dan harus merantau utk mencari pekerjaan yg baru di kota yang baru. Jujur saya bingung harus berkondisi seperti apa, mohon dibantu, saya sangat paham Allah sangat sayang, namun sampai saat ini saya belum menemukan solusi yg tepat. Terima kasih. Wassalam
Wa'alaikumsalam wr wb
Jika calon suamimu pergi jauh ke kota yang baru untuk mencari pekerjaan, benar-benar untuk mencari rezeki, itu sesuatu yang patut dirimu syukuri. Karena dia masih punya tekad untuk berusaha, bahkan dengan merantau. Meski saya tidak tahu sudah sejauh mana persiapan dan kesiapan kalian soal pernikahan, karena Lebaran 2023 itu April (dua bulan lagi).
Kalau saran saya begini, jika tidak ada lagi keraguan dirimu terhadap dirinya dan kamu sudah merasa nyaman dengan segala yang ada padanya, maka itu sudah 75% keyakinan.
Sekarang, kalau soal pekerjaan, tentu bisa dipikirkan bersama. Merantau itu bukan sesuatu yang harus ditakutkan, apalagi bersama-sama. Bukankah seharusnya kalian saling dukung? Kamu dan dirinya harus saling menguatkkan, bahwa ini mungkin jalan yang harus kalian lalui bersama. Jika kamu hanya memikirkan dirimu sendiri, bisa jadi di luar sana ada yang berharap bisa menggantikan posisimu, Di sinilah, letak kedewasaan kalian diuji.
Jadi, pikirkan bersama-sama karena ini bukan lagi soal preferensi personal. Tapi sudah masuk kebutuhan masa depan.
15 notes · View notes
abidahsy · 9 months
Text
Delapan Puluh Persen
Apa yang kamu pikirkan ketika mendengar kata delapan puluh persen? Bagiku, angka ini angka yang cukup tinggi. Kalau dikonversi dalam cara penilaian saat S1 dulu, 80% sudah setara dengan nilai A-. Meskipun tidak sempurna, angka ini tetap saja cukup memuaskan. Bahkan kalau menggunakan standar penilaian S2 di UK, nilai 80% ini sudah lebih dari cukup untuk mendapat predikat distinction atau setara dengan cum laude.
Lantas, ada apa dengan delapan puluh persen dalam perjalanan mencari yang ke-12 ini?
Awal pekan lalu, Si Beruntung meneleponku untuk bertanya beberapa hal. Tidak seperti biasanya karena selama ini akulah yang lebih banyak bertanya, sedangkan dia sibuk menjawab atau memperkenalkan diri.
Pertanyaan pertama saat itu adalah: Apakah kamu pernah tinggal di desa?
Sebagai orang yang lahir dan menghabiskan hampir seluruh hidupnya di kota, pertanyaan ini sungguh menarik. Pun kalau aku pulang kampung sebenarnya tetap ke kota karena rumah nenekku berada di Kota Surabaya, mungkin lebih tepatnya dibilang pulang kota bukan pulang kampung?
Aku pun berusaha mengingat momen-momen saat kuliah dulu seperti misalnya saat homestay atau K2N. Kalau dipikir-pikir saat kuliah dulu aku berkali-kali tinggal di desa untuk acara kepanitian. Berbaur dengan masyarakat sekitar dan menjalankan berbagai program. Desanya pun berbeda-beda, mulai dari desa di dataran tinggi seperti Ciwidey hingga desa pinggir pantai di Pelabuhan Ratu. Ada desa yang aksesnya terputus dengan dunia luar, tidak ada listrik kecuali pukul 6 sore hingga 10 malam, tidak ada kamar mandi kecuali di masjid, dan lain sebagainya.
Memang menyenangkan untuk tinggal di desa, suasanya tenang dan masyarakatnya guyub. Tapi aku dengan jujur bilang padanya bahwa aku tidak tertarik untuk menetap di desa, dengan segala hormat.
Pertanyaan kedua juga gak kalah menarik. Biasanya orang akan bertanya soal hal-hal apa saja yang tidak bisa kamu toleransi dari seseorang yang menjadi alasan syar'i kamu menolak calon yang datang atau yang lebih umum bertanya soal kriteria. Tapi dia berbeda, dia bertanya, "Dari sekian banyak contoh hubungan, hal apa yang kamu paling tidak suka ada di dalamnya? Apa yang kamu paling tidak suka dari suamimu kelak?"
Bagaimana mejawabnya? Menikah saja belum. Haha. Tapi, yah, aku coba jawab sebaik mungkin.
Aku bilang padanya bahwa 3 hal yang paling tidak bisa ditoleransi dari seorang suami adalah murtad, selingkuh, dan bersikap kasar. Jika ada salah satunya saja dari 3 hal tersebut aku temukan dalam diri suamiku kelak, aku tidak akan ragu untuk meninggalkannya.
Pertanyaan yang terakhir: Seberapa siap kamu menikah?
Khusus pertanyaan ini, aku terdiam cukup lama hingga dia merasa perlu menambahkan. "Misalnya kalau saya, perkenalan dulu 2-3 bulan, lalu lamaran, dan kemudian menikah. Tapi ada jarak setelah lamaran hingga menikah. Kalau kamu bagaimana? Belum tahu pun tidak apa apa,"
"Samain aja. Timelinenya samain aja sama punya kamu,"
Dia yang di seberang sana malah tertawa. Mungkin dia tidak mengira akan mendapatkan jawaban seperti ini dariku, dari orang yang lebih sering memperdebatkan sesuatu dan tidak mudah setuju pada pendapat orang lain.
Lanjutnya, dia bertanya, "Kalau persentase, sudah berapa persen kamu yakin pada saya?"
Aku mencoba menjawab diplomatis. Karena masa perkenalan masih ada 2-3 bulan lagi, ada baiknya membaginya secara prorata agar adil dan masih ada kesempatan untuk mengenalnya lebih jauh. Mengingat kami benar-benar memulainya dari asing.
"Kira-kira 10%, paling banyak 25%. Sisanya akan aku cari selama 2-3 bulan ke depan. Kalau kamu?"
"Kalau saya sudah 80% yakin dengan kamu. Tinggal kamu dan orang tuamu saja 20%-nya,"
Hah? Delapan puluh persen? Dan bahkan sisanya ada di aku sebagai penentu. Dengan kata lain, sebenarnya dia sudah selesai dengan pertanyaan-pertanyaannya tentangku, bagaimana bisa?
Ya beginilah, Si Beruntung Kartu AS yang sudah mengantongi delapan puluh persen keyakinan atas diriku, bahkan di saat aku merasa belum melakukan apa-apa.
4 notes · View notes
kaidaastuti · 1 year
Text
CHILD FREE
Belakangan dunia persilatan lidah kembali diramaikan oleh statement kontroversial mbak G, seorang yang katanya selebgram. Mbak G ini termasuk penganut aliran child free yang sering mengutarakan dan "mengkampanyekan" pilihan hidupnya di sosmed. Sebenarnya itu haknya sih, tapi apakah si mbaknya ini lupa pelajaran PPKn jaman SD yang bilang bahwa hak kita itu juga dibatasi oleh hak orang lain?
Saya ikutan sensi bukan karena saya adalah ibu dari seorang balita yang lagi super duper aktifnya ( yang kata beliau itu adalah penyebab cepat tua Lo, 🤣🤭). Saya berdiri di kubu ini atas nama teman-teman saya yang luar biasa perjuangannya untuk bisa mendapat strip dua.
Teman saya ada yang tiap bulannya harus menempuh jarak lebih dari 60 km hanya untuk bertemu obgyn ternama untuk program hamilnya. Bukannya di kotanya tidak ada dokter kandungan, tapi ikhtiarnya selama nyaris 5 tahun berganti-ganti obgyn di sana belum menemukan hasil. Akhirnya dia rela lintas kota demi mendapat kabar baik. Capek badan, pikiran, dan tentu saja uang. Alhamdulillah saya dengar sekarang dia sudah hamil sekitar 4 bulanan.
Pernah juga dengar ada seorang wanita yang dia nggak punya rahim, tapi segitu inginnya dia punya anak akhirnya dia adopsi seorang bayi yang baru lahir. Yang membuat saya merinding adalah wanita tersebut rela menjalani serangkaian program dan suntik hormon demi bisa menyusui "bayinya". Katanya tak masalah dia tak punya rahim, dia tetap ingin menjadi "ibu" seutuhnya bagi bayinya.
Nah, jika orang-orang ini baca statementnya mbak G, jangan heran dong kalau mereka jadi naik darah.
Mbak G mungkin gag salah. Dia punya pemahaman sendiri yang entah dari sebab apa pemikiran tersebut terjadi. Saya rasa sih pasti bukan karena hal yang sepele. Ini soal menjadi ibu lo. Menjadi sosok yang Allah beri kedudukan teramat istimewa. Masa ya ada yang nggak ngiler sama jabatan itu. Maka pasti Mbak G punya cerita di balik layar yang kita tidak tau.
Btw, saya juga punya seorang teman yang begitu mengagung-agungkan pilihannya untuk child free. Dan seperti halnya Mbak G dia pun hobi sekali upload kebersamaannya bersama suami dengan tambahan caption yang menyudutkan orang yang punya anak, hehe... Nah tapi kalau liat postingan teman ini, bukannya kesel saya malah merasa kasihan lo.
Teman saya ini, sebut saja Mawar, dulu jaman belum menikah akrab sekali dengan saya. Dari ceritanya dulu saya tau kalau dia ini agak kebablasan dalam bergaul. Sex bebas sudah bukan hal yang baru buat dia. Dan dia sendiri cerita pernah beberapa kali menggugurkan kandungannya dengan aborsi mandiri. Qodarullah dia bertemu dengan orang baik dan menutup kisah kelamnya. Tapi kalau menurut saya gaya hidupnya jaman jahiliah dulu sepertinya sangat berpengaruh ke organ dalam, terutama organ reproduksinnya. Kalau kata bidan sih kemungkinan rahimnya jadi kering karena keseringan minum obat. Nah itu yang bikin dia mungkin jadi susah hamil.
Bagi Mawar keputusan mendeklarasikan dirinya sebagai penganut child free barangkali adalah tameng terbaik untuk menangkis pertanyaan menjengkelkan macam "Kapan punya momongan?" , "Udah isi belum?" , and the bla, bla, bla. Kalau Mbak G? Ya entahlah.
Saya cuma penasaran, seandainya dengan kuasanya suatu saat Allah kasih rejeki kehamilan kepada Mawar atau Mbak G, apa yang akan mereka lakukan? Tegakah mereka mengaborsi si janin? Saat itu mungkin mereka baru akan tau, seberapa melting hati seorang ibu saat menatap makhluk kecil itu untuk pertama kali. Seluar biasa apa rasa jatuh cinta yang hadir bahkan saat kita belum bertemu dengannya. Rasa yang bikin kita rela menukar apapun demi kebahagiaannya. Jangankan tidur kurang dari 8 jam, ibarat semalaman begadang tidak tidur pun kita rela lo, iya kan?
Jadi, kepada Mbak G dan Mawar, saya tulus doakan semoga suatu saat nanti kalian bisa merasakan betapa indahnya menjadi seorang ibu. Saat hari itu tiba, cukup baca ulang postingan kalian hari ini, tertawakan, dan coba hayati apa yang sejujurnya kalian rasakan.
Salam hangat dari kami, para ibu yang jiwanya akan selalu muda dan bahagia 😘😊
7 notes · View notes
unimiff · 1 year
Text
Dua Puluh Delapan dan Pertanyaan-Pertanyaan "Kapan"
Tumblr media
Namanya Malika, tapi bukan kedelai hitam yang dirawat seperti anak sendiri. Usianya dua puluh delapan, jelang dua puluh sembilan tahun. Dia lulusan sarjana kampus kota gudeg dan magister kampus terkenal di negeri kanguru. Anaknya cerdas, wajahnya manis, perangainya baik. Cita-citanya tinggi. Rasa-rasanya kualitas perempuan yang oke hampir semua ada padanya. Namun, nasibnya tak seelok paras dan sel-sel otaknya. Apalagi semenjak dia memutuskan untuk pulang dan tinggal di kampungnya.
Dua tahun yang lalu, ayahnya sakit keras. Saat itu, Malika sudah memiliki karier yang bagus di ibu kota. Sebagai anak semata wayang, ibunya memintanya untuk pulang. Kata Ibu, Ayah menyebut-nyebut nama Malika terus. Jadilah Malika pulang, melepaskan kariernya yang cemerlang, teman-teman, dan sebagian kehidupannya di kota. Demi menjadi anak yang berbakti, dia menuruti saran ibunya untuk menemani ayahnya, sembari bekerja di kantor kecamatan di kampung mereka. Dua tahun berlalu, ayah Malika meninggal dunia. Dua tahun berlalu, Malika tidak pernah merasa terbiasa. Kampung yang dahulu dia rindukan tiap libur semester, rasanya sekarang berbeda.
"Ka, Ibu ke rumahnya Bu Tati dulu, ya. Rewang nikahan si Ranti, anaknya. Eh, kamu mau ikut?"
Pertanyaan Ibu di akhir sekadar basa-basi buat Malika. Toh, Ibu juga tahu, jawabannya pasti nggak. Namun, ternyata jawaban Malika kali ini berbeda.
"Tunggu sebentar, Bu. Pakai jilbab dulu."
Malika segera bersiap-siap. Desas-desus tentang dirinya yang dicap sombong karena jarang datang ke rewangan sampai juga di telinganya. Padahal, bukan karena itu Malika malas ikut kegiatan-kegiatan sosial di kampungnya.
"Hmm, si Ranti yang usianya lebih dari satu dekade di bawahku sudah mau nikah." pikir Malika. Begitulah. Lulus SMA, anak-anak gadis di kampungnya akan dinikahkan oleh orang tua mereka. Katanya, daripada jadi fitnah atau beban keluarga. Sungguh berbeda dengan dunia yang Malika kenal di luar sana, di mana kakak-kakak seniornya bahkan masih banyak yang belum menikah. Dan itu sungguh baik-baik saja. Namun, hal itu tidak akan berlaku di kampung ini.
Terbayang oleh Malika, dia hanya akan jadi bulan-bulanan pertanyaan orang-orang. Pertanyaan yang itu-itu lagi. Dan pertanyaan yang sama, yang tidak bisa dia jawab. Pertanyaan yang acap kali ditambah dengan pernyataan yang nyelekit. Daripada makin sakit hati, Malika meminimalisasi interaksi yang tidak perlu. Namun, kali ini dia memutuskan untuk ikut dengan ibunya.
Di kampung kecil ini, urusan pribadi seseorang akan menjadi urusan orang sekampung. Perkara si Joko kemarin maling ayam, anaknya Pak Mahmud jadi pengedar narkoba, istrinya Pak Ucup main serong dengan tetangga, hingga kucingnya Tania baru lahiran, beranak tujuh, semuanya dibahas. Entah itu di pasar, di pengajian ataupun arisan. Dan, perkara Malika sudah sering pula menjadi topik pembahasan.
"Eh itu si Malika, anaknya mendiang Pak Malik, udah hampir kepala tiga, kok belum kawin-kawin, ya?" Ada yang membuka pembicaraan.
"Biasalah, Bu. Terlalu pilih-pilih." Ada yang menimpali.
"Makanya, jadi perempuan tuh, jangan terlalu pintar. Yang ada laki-laki jadi takut." Ibu-ibu yang lain menanggapi.
"Ah, emang dasarnya nggak laku kali, Bu. Udah tua begitu siapa yang mau. Sok-sokan lulusan luar negeri segala, lagi. Orang kerjanya juga di kantor kecamatan doang. Masih mendingan anaknya kita-kita. Nggak usah sekolah tinggi-tinggi, dapat laki banyak duit. Lagian sombong amat. Nggak mau pacaran, pula. Mau dapat suami dari mana, coba. Seumuran dia, mah, harusnya sudah beranak tiga. Ini masih ngurusin kucing belang tiga."
Tawa ibu-ibu itu pecah. Mereka tidak sadar, Malika dan ibunya yang baru sampai mendengar semuanya. Sekuat hati Malika berusaha agar air matanya tidak tumpah. Perlahan, dia mengambil langkah mundur. Tujuannya hanya satu sekarang, pulang ke rumah.
"Tuhan, tolong aku," batin Malika.
Timbul rasa benci dalam hati Malika. Dia benci orang-orang kampungnya yang terus bertanya "kapan"? Mulai dari atasan dan teman-teman di kantornya, tetangganya, paman, tante, sepupunya, semuanya hanya bertanya-tanya, sembari menambahkan kata-kata
"Eh, perempuan itu, kalau sudah di atas 30 tahun, sudah habis masa berlakunya, sudah tidak singset lagi."
Dia benci nasibnya yang tiba-tiba berubah seratus delapan puluh derajat dan harus menghadapi kegilaan ini setiap harinya.
"Apakah mereka kira perempuan itu seperti barang yang ada masa kedaluwarsanya? Atau produk jualan yang dinilai dengan laku atau tidaknya?"
Malika takut lama-lama dia tidak kuat, dan menjalani hidup yang bukan sebenarnya hidup. Hidup yang tidak dia inginkan, bukan dengan orang yang dia inginkan. Hidup yang dijalani karena perkataan orang-orang. Orang-orang yang akan terus berkomentar, tanpa memberikan solusi dan jalan keluar. Malika takut dengan rasa benci yang muncul dalam dirinya. Perlahan, dia mulai menangis. Terisak, lama dan menyayat hati.
20230117
Bukan #30HariBercerita
7 notes · View notes
rantingfiksi · 11 months
Text
Jika hanya basa basi kenapa harus menyakiti?
Waktu itu tiba tiba notifikasi ponselku berbunyi, ada seorang teman lama yang membalas status whatsappku yang kubuat ketika aku tengah berada di suatu daerah . "Ngapain disana? " Aku menjawab "hehe aku kerja di daerah sini sekarang" Tanpa Basa- basi sama sekali , bahkan kamipun tidak akrab sama sekali. "Wah tak kira kamu lanjut S2, seorang X ternyata lebih milih kerja"
dug, tidak ada angin tidak ada apa, diapun tidak tahu bagaimana perjuanganku untuk memenuhi kebutuhan hidup . Bagaimana ia bisa menyakiti hati orang yang tak terlalu dikenalnya dengan kata kata yang tajam.
Sepele memang. Tapi tanpa dia tahu, melanjutkan S2 adalah impianku. Tapi tentunya bekerja dan membuang keinginan untuk melanjutkan studi juga adalah pilihan yang saya buat karena saya menganggap membantu perekonomian keluarga saat itu lebih penting daripada memenuhi keinginan saya pribadi.
Lalu dilain waktu ketika saya mengirim undangan pernikahan di grup kelas seseorang berkata "wah gk nyangka si ini nikah, kukira bakal ambis berkarier"
Ada lagi, karena waktu itu saya melangsungkan pernikahan saat pandemi covid 20. Jadi tidak ada resepsi . Kami hanya menikah di KUA . Setahun kemudian ketika saya menghadiri resepsi teman saya salah seorang teman menyeletuk "sini kufotokan kalian berdua (menunjuk aku dan suami) kan pas kalian nikah gak ada dekornya. Buat kenang kenangan walaupun pake dekor orang" Waktu itu ia mengatakannya di depan banyak teman teman saya yang sedang berkumpul.
Masya Allah waktu itu saya merasa tidak pernah menyakiti hati orang tersebut sebelumnya. Kenapa dia tega menyinggung perasaan saya di depan banyak orang. Ada lagi seorang teman yang berkunjung ke rumah saya. Waktu itu saya hanya seorang ibu rumah tangga yang beberapa waktu lalu tengah resign dan mengikuti suami saya ke luar kota. Teman tersebut menceritakan tentang karier nya yang gemilang dan tiba tiba menyeletuk. "Wah gue gak mau nikah kalo harus ngelepasin karier, yakali abis jadi manajer terus kerjanya cuma di rumah jadi ibu rumah tangga" Waktu itu saya sedang hamil, saya yang mendengarnya hanya bisa tertawa sambil menahan rasa tersinggung di dalam hati saya.
Terkadang pernyataan maupun pertanyaan yang menurut kita iseng kita lontarkan ke orang lain bahkan kita sendiripun lupa jika pernah mengatakannya, . Bisa jadi justru menjadi duri yang menyakiti hati orang lain. Maka dari itu sejak banyak peristiwa itu, saya jadi belajar untuk lebih berhati hati dalam bertanya maupun menyapa. Jika hanya basa basi kenapa harus menyakiti?
4 notes · View notes
detektifswasta-id · 11 months
Text
Jasa Detektif Swasta Di Jakarta
Jasa Mata Mata Di Jakarta Pengungkap Perselingkuhan
Mencari jasa detektif swasta di Jakarta saat ini menjadi salah satu solusi ketika seseorang ingin mengungkap kasus pribadinya. Hal ini dilakukan bukan karena tanpa alasan, dengan bantuan private investigator di kota jakarta tentunya sangat membantu banyak orang dalam mengatasi masalah pribadi seperti pencarian bukti penghianatan cinta.
Modernisasi zaman membuat semakin banyaknya media sosial yang berkembang, beberapa informasi sangat mudah didapatkan, serta semakin gampagnya chat pribadi melalui media sosial. Sayangnya beberapa orang menyalahgunakan kesempatan ini.
Tak sedikit diantara orang-orang yang menggunakan media sosial untuk ajang mencari pasangan, walau sebenarnya mereka sudah memiliki pasangan atau sudah menikah. akibatnya rasa saling tak percaya yang muncul diantara pasangan tentunya menjadi salah satu hal dari dampak chat bebas di media maya.
Walau terjadinya perselingkuhan tidak melulu karena pasangan yang ganjen , namun semakin hari permasalahan yang berkaitan dengan perselingkuhan semakin bertambah subur. Untuk mengatasinya, sebaiknya, permasalahan yang terjadi antara pasangan segera diselesaikan dengan cara perbanyak komunikasi dan saling jujur.
Jika tidak segera saling jujur, maka setiap hari akan saling curiga dan resiko pertengkaran semakin tinggi. Bagi anda yang tinggal di wilayah Jakarta dan sekitarnya, anda bisa menyewa jasa detektif yang ada di Jakarta untuk membantu memecahkan keraguan anda terhadap pasangan.
Saat ini banyak sekali jasa detektif swasta di Jakarta yang mempromosikan diri untuk membantu masyarakat dalam menyelidiki kasus rumah tangga seperti penyelidikan kejujuran pasangan saat di luar rumah atau sekedar check latar belakang orang. Namun, anda beberapa tips yang harus anda perhatikan sebelum sewa detektif swasta di Jakarta.
Tips memilih Jasa Detektif Swasta di Jakarta yang terbaik
tips pertama dalah memahami kinerja detektif, Cara kerja setiap detektif tentunya tidak sama dan akan menentukan hasil atas apa yang mereka kerjakan sesuai perintah anda. Cobalah untuk menyimak penjelasan dari layanan yang mereka tawarkan serta cermati dengan detil apakah layanan private investigator tersebut sesuai dengan harapan anda.
Jangan sungkan untuk memberikan saran serta masukan terhadap program yang ditawarkan jasa investigator, jika anda merasa layanan yang disediakan jasa pengintai tersebut kurang sesuai dengan keinginan anda, sebaiknya anda bicarakan di awal sebelum penyewaan.
Di samping mengetahui layanan penyelidkan yang ditawarkan
lebih baik lagi jika anda juga mencari tahu tentang track record para agen penyelidik yang bekerja di perusahaan detektif tersebut. Hal ini bertujuan untuk memastikan apakah para intel swasta tersebut saat dilapangan akan menyelidiki dengan professional atau tidak.
Tentunya kedua point diatas sangat perlu diketahui karena dengan menyewa jasa mata mata di jakarta yag profesional, maka kasus yang akan anda ungkap dapat selesai dengan hasil yang akurat. Maka, sangat penting untuk mengetahui biografi dan sepak terjang jasa detektif supaya tidak salah memilih jasa investigasi.
Harga sewa Jasa Detektif Swasta di Jakarta
Terkadang, harga sewa merupakan pertimbangan utama saat memilih agen detektif swasta yang akan di sewa. Maka, menanyakan tentang kisaran harga dan negosiasi sebelum terjadi kesepakatan sangat dianjurkan sebelum pengerjaan penyelidikan.
Jasa Detektif Swasta di Jakarta tidak memberi patokan harga yang sama apda setiap klien yang akan menyewanya. Karena besar kecilnya harga tergantung pada tingkat kesulitan suatu kasus yang di investigasi. Semakin sulit tingkatan suatu kasus, maka harga jasa penyelidkan tentunya semakinbesar.
Konsultasi Gratis
oleh karena itu, ceritakan tentang kasus yang akan anda ungkap
lakukan negosiasi terlebih dulu untuk menyepakati harga sebuah jasa investigasi yang anda inginkan. Anda juga dapat membandingkan harga dari beberapa perusahaan detektif swasta kemudian menentukan harga yang manakah yang paling masuk akal. Dengan beberapa pertimbangan tersebut diharapkan anda dapat menyewa detektif swasta yang sesuai dengan harapan anda.
Salah satu jasa detektif swasta di Jakarta yang paling terkenal adalah detektif Johan . Agen intel swasta yang satu ini merupakan private investigator terbaik yang spesialis menyelidiki kasus pribadi selama lebih dari 15 tahun.
Hubungi sekarang juga agen detektif swasta untuk mendapatkan bukti yang akurat dan valid
Deskripsi: jasa mata mata di Jakarta mampu memberikan bukti penyelidkan bagi anda yang membutuhkan yang ingin membongkar kebohongan pasangan.
2 notes · View notes
sayacalonibu · 1 year
Text
sakinah (2)
"kabar kejadian Andi marah besar hingga terjadi pemukulan sampai ke telinga adik Andi yg lain. Yang sudah bekerja di luar kota. Ia menyayangkan pemukulan itu. Tidak perlu ada pukul-memukul, katanya. Biaya kuliah adiknya biar ia yang menanggung.
Andi langsung setuju."
"alhamdulillaah.. ikut lega dengernya. Kasian juga si adik kalau terpaksa ga bisa kuliah. Tapi horor juga ya sampai ada pukul-memukul gitu"
"iya. Nah Andi ini merasa sudah sekitar 2 minggu ini ada yg membisiki. Menyuruhnya melakukan ini dan itu. Andi tidak cerita ke istrinya. Ia berusaha menemui ustadz untuk diruqyah. Beberapa hari berhasil. Ia tidak lagi mendengar bisikan. Tapi lalu suara itu datang lagi kalau ia merasa tertekan. Sampai ia pernah membentak suara itu. Kowe iso meneng po ra, katanya."
".... Halusinasi?", Tanyaku. Takut dan khawatir, mengingat diagnosis dari kondisi itu adalah sesuatu yg kurang mengenakkan.
"ya. Kujelaskan kalau dari sisi kedokteran, apa yg ia alami adalah gejala dari penyakit kejiwaan. Bisa diatasi, InsyaAllah, dengan obat dari dokter jiwa. Dan dari sisi agama, bisa jadi memang gangguan jin. Kusarankan rutin baca al baqarah, dzikir pagi petang, ruqyah mandiri."
"ya Allah.. semoga Allah memberi kemudahan.. berat ya hidupnya. Mengurus ibu, keluarganya, adik-adiknya. Bapaknya sudah lepas tangan dengan keluarga dari istri pertamanya.
Mungkin itu juga yg membuatnya kurang bisa mengontrol emosi hingga sampai tega memukul adiknya.
Apa pendapatmu mengenai bapak Andi yg menikah lagi? Dengan kondisi istri pertamanya tidak setuju," tanyaku. Agak ragu sebenarnya saat kulayangkan pertanyaan itu.
"kok tiba2 tanya gitu? " Dia balik bertanya.
"ya aku pingin tau gimana kamu sebagai laki2, melihat seseorang menikah tanpa persetujuan istri pertamanya. Memang persetujuan istri pertama bukan syarat seseorang bisa menikah lagi, kan"
"hmmm. Menikah itu kan agar sakinah ya. Kalau menikahnya seperti itu kan jadi nggak sakinah"
"uuu maasyaa Allah... Lha sekarang km merasa sakinah ga? Hehe"
"wkwk kok nanya gitu. Lha emang sakinah tu apa hayo"
"eeee... tenang, kan?"
"sakinah juga berasal dari kata...... bisa juga berarti tempat tinggal, tempat untuk pulang"
3 notes · View notes
galeritumbang · 1 year
Text
Semalam, ketika bertemu dgn salah satu teman baikku.. aku sempat menyampaikan begini "sis, aku sekarang udah ada di fase gatau harus gimana.. jadi aku udah sampe mikir kalau nanti ternyata memang aku ga dpt kesempatan menikah di dunia, berarti memang aku harus lebih fokus mencari bekal untuk mati kan?". Dia sontak kaget mendengarnya, kemudian dia ikut takut dan sedih seraya menenangkan "heh.. ga gituuu, insyaa Allah nanti pasti ada jalannya, meskipun kematian juga harus kita pikirkan".
Dari beberapa jam kami bersua, ternyata banyak sekali kabar-kabar yg cukup mengagetkan dari beberapa teman-teman kami seperjuangan. Seperempat abad yg ternyata memang tidak mudah, ada teman kami yg sudah dekat sekali dgn seorang laki² bahkan sampai laki² itu tinggal dan bekerja di satu desa yg sama dgn temanku. Jelas mereka memiliki hubungan yg mungkin dikiranya akan sampai ke jenjang pernikahan, namun nyatanya justru temanku diduakan. Bisa dibayangkan bagaimana perasaannya, sampai akhirnya memang betul dia hampir gila. Sudah mendekati gila rasanya, karena memang akhirnya sampai harus mengonsumsi obat penenang.
Tak sampai disitu saja, ternyata awal tahun kemarin didapatinya bahwa laki² yg sudah menduakannya justru melangsungkan pertunangan dgn selingkuhannya. Sampai akhirnya temanku memutuskan untuk pergi dari rumahnya, menjauhi keluarganya, dan untuk saat ini dia kembali menetap di kota rantauan semasa kuliahnya, Jogja.
Melihat isu yg marak terjadi di beberapa tahun belakangan ini, selingkuh rasanya justru menjadi suatu ajang perlombaan di kalangan muda mudi yg mudah sekali tergoda dgn keindahan dan kenyamanan sesaat. Apa mereka lupa bagaimana cara menjaga, menumbuhkan, merawat hal-hal yg sudah semestinya ada di dalam bahtera rumah tangga? Atau justru mereka pura-pura buta dan enggan mengusahakan yg terbaik untuk bersama?
Aku ingat betul tulisan dari mba Apik yg kurang lebih isinya begini: "ketika kita menerima seseorang sebagai pasangan kita, berarti kita harus siap menerima dia sepaket dengan kelebihan dan kekurangannya".
Nah, bukankah ketika nanti selama berjalannya kehidupan rumah tangga memang akan banyak hal yg muncul dan baru kita ketahui setelah mengucapkan ikrar janji suci? Untuk itu, memang yg dibutuhkan yakni suatu penerimaan, komunikasi, adaptasi, dan kompromi yg nantinya memang akan senantiasa berkesinambungan. Mungkin adakalanya kita kurang begitu suka dgn cara berpakaiannya, atau mungkin masih belum dpt menyesuaikan dgn suara ngoroknya ketika tidur, atau juga dgn keringat yg memiliki aroma khas. Ibukku selalu menyampaikan, bahwa ketika nanti aku memiliki suami.. kalau ternyata dia sewaktu tidur termasuk orang yg ngorok kencang, bau keringatnya menyengat atau hal² yg di luar dugaan.. sudah sepatutnya kita terima, karena mau bagaimanapun ya itu suami kamu.
Meskipun nanti pada akhirnya, mungkin kita akan saling membicarakan bagaimana cara supaya dpt tidur nyaman bersama, upaya apa yg dpt meminimalisir suara ngorok yg kencang, bau badan yg menyengat dan lain sebagainya. Permasalahan rumah tangga tidak sesimpel personalia. Banyak sekali yg harus dipersiapkan. Untuk itu, terutama untuk diriku sendiri.. jangan buru-buru mencari jika memang belum siap dengan realita rumah tangga nanti. Kita perbaiki diri dulu yah wahai diriku, insyaa Allah nanti pasti Allah beri jalan yg terbaik untuk kita di waktu yg terbaik menurut-Nya. Mohon ridho untuk kesempatan dan waktunya ya Allah, dan mudahkanlah langkah hamba dlm memperbaiki segala sesuatunya.
Jogja, 15 Mei 2023 | 23.48
3 notes · View notes