Tumgik
#realstory
718ltm · 5 months
Text
Tumblr media Tumblr media
taemin @ guilty fansign event 231112 © realstory718
29 notes · View notes
bukanmajnun · 13 days
Text
Jika saja cinta itu kau tahu ujungnya, apakah rasanya akan tetap sama?
5 notes · View notes
prankmonsterzz · 8 months
Text
Three goofsters trapped a baby!
At the end of the year 2022, the Prankmonsterzz accompanied by Pisswift found the perfect victim, a game guy called Cablu, for their first prank.
"Mmmmmhm fresh meat" Prank said, while Monster roared in delight.
Pisswift had heard that this young boy was 118 th worldwide, indeed this babyboy was very famous in the gamer community. The 3 pranksters were blown away by his accomplishment.
After many rehearsals the Prankmonsterzz and Pisswift put into motion their sneaky plan. So, when he was exiting his gaming club with his friend Soccball, Prank lured the young fella with their cunning claws and enchanting voice into the trap. Then Monster demanded if he really was 118th worldwide, and Pisswift wanted to know in which game.
He replied timidly "true", wearing his iconic blue cap low as his friend laughed "haha". He continued to talk but the jokesters were too high on adrenaline to understand his soft words.
Prank noticed Cablu was fumbling a piece of paper that rested in his hand and realised that it was a super secret sheet of paper containing confidential information that Pisswift was supposed to have. Prank was flabbergasted when they came to the conclusion that Pisswift had betrayed them and their quirky feet. So Prank swiftly jumped to take the super secret paper out of Cablu's gentle hands.
Now that the impossible mission was completed, the Prankmonsterzz and Pisswift went back into hiding, already conjuring up a new devilish prank.
2 notes · View notes
circood · 1 year
Text
Me: *looking down* Uh, what the fuck, is that some abnormal little creature? Creature: Uuuuuuuuuu! Me: What the fuck is this thing doing in my house? Creature: What are -you- doing in -my- house? Uuuuuuuuuuuu... Me: Huh, well THAT just happened. *squishes creature into a red soup with my giant boot*
2 notes · View notes
eric-sadahire · 2 years
Photo
Tumblr media
"You are what you eat," said the Blue Fairy, unwisely. Pinocchio turned sly eyes upon the elementary school.
2 notes · View notes
otaviogilbert · 3 months
Text
When Entitled Criminals Realize They Have Been Caught || RealView Patrol
youtube
RealView Patrol: The Moment Entitled Criminals Face Justice - When They Realize They've Been Caught! 👀🔒 Join us in this gripping episode as RealView Patrol captures the intense moments when criminals with an entitled mindset come face to face with the consequences of their actions. Witness the realization unfold, showcasing justice served in real-time. Hit play for a front-row seat to the captivating world of crime and accountability.
0 notes
aashisheyeish · 4 months
Text
FROM WITHIN..
Tumblr media
ya we fighting for basic needs
forgetting whats right
going wrong direction
doing wrong deeds busy mind and busy life
suffocate us till our vein
spoor are poorer,
rich are richer as day goes by
we need meditation not medication
0 notes
garyrobbert · 6 months
Text
He keeps Forgetting My Name | Clara | Worst Date Ever
youtube
In the latest episode of Worst Date Videos, Clara's date takes an unforgettable turn as he keeps forgetting her name! Join us in this uproarious video as Clara navigates through the comical mishaps of a date that's destined for disaster. Laughter, awkward moments, and a hint of romance make this episode a must-watch. Story District promotes empathy, connection, and meaning through the art of storytelling with live performances, classes, coaching, consulting, and digital content.
0 notes
anilkumardasblog · 6 months
Text
True Guru SantRampalJiMaharaj
Satlokashram
SaNewsChannel
0 notes
pathamuthusamy88 · 9 months
Link
0 notes
718ltm · 5 months
Text
Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media
taemin @ guilty fansign event 231112 © realstory718
14 notes · View notes
bukanmajnun · 2 months
Text
Yang mulai asing itu sekedar kata bukan kita,
Yang bising itu hanya sekedar pernah bukan sudah,
Tak perlu ku lakukan sekarang, kalimat miring itu namamu seorang.
Samz,
03 Maret 2024
2 notes · View notes
mireilleenos1 · 10 months
Text
youtube
1 note · View note
unfreethinker · 10 months
Text
Putri Salju
 Dari balik dinding kayu yang mulai lapuk dimakan rayap, aku berdiskusi dengan bapak yang masih mengenakan pakaian dinas, duduk di ruang tamu sempit sebuah rumah kontrakan tua. Malam itu aku bertanya apakah dia mampu jika aku ingin lanjut kuliah. “Terserah mau kuliah di mana. Biaya kuliah itu bukan urusanmu. Tetapi kau harus bertanggung jawab dengan pilihanmu itu”. Kepalaku penuh dengan ketakutan akan dunia luar, tetapi teman- teman sudah mulai meninggalkan kampung halaman, berlomba- lomba keluar kota, ingin lanjut kuliah katanya. Setahun ditinggal kakak ke Bandung, aku berangan- angan segera bisa terbang dengan pesawat dan nongkrong di kedai kopi ternama, seperti yang aku sering lihat di media sosial dan tayangan televisi. Sehari- hari kami bertukar cerita seru dan sedih. Katanya, di Bandung semua ada. Katanya, lebih baik ke Bandung saja, karena Jakarta terlalu keras. “Mau jadi apa, itu urusan belakangan. Sekarang pertanyaannya, mau sekolah atau tidak?”. 
      Minggu itu adalah minggu tenang,- istilah yang digunakan untuk seminggu penuh hari libur sebelum memasuki masa ujian akhir. Seharian aku sibuk berselancar di Opera Mini,  mencari informasi apa saja tentang Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung. Pada masa SMA aku termasuk siswa yang aktif di kelas, ikut paduan suara, tim basket, napak tilas, gerak jalan, dan lain sebagainya. Tetapi untuk urusan berteman, aku sangat payah. Tidak banyak ngumpul dengan teman- teman sekelas, tidak juga ikut komunitas lain. Tetapi aku ingat, siang itu beberapa teman berkumpul di sudut ruangan, berbicara tentang rencana kuliah mereka. Aku mendengar UPI sering kali disebut. Tidak punya teman untuk berdiskusi, aku memutuskan untuk mencari tahu sendiri saja. 
Bukan merupakan siswa cemerlang di sekolah, tetapi aku juga tidak masuk ke dalam kelompok remaja nakal dan bodoh. Masa- masa ujian tidak begitu sulit rasanya, meskipun setelahnya aku tahu UPI bukan lagi sebuah pilihan. Bersama beberapa teman sekelas, kami berdiskusi tentang bimbingan belajar. Bimbel adalah sebuah keharusan, bagi yang mampu, sebagai persiapan selama 3 bulan penuh sebelum memilih universitas impian. Berssykurnya aku, Bapak menyanggupi. Aku dan beberapa teman pun berangkat ke Medan, tidak lama setelah informasi kelulusan diberitahukan. 
      Sejak lahir tinggal di kampung, mataku terbuka setelah tiba di Medan. Betapa kecilnya kampung halamanku. “Pantas saja banyak teman sekolah yang pindah kemari”, pikirku. Selama bimbingan, aku belajar hidup bersama orang lain (teman- teman semasa sekolah), belajar bergaul, belajar bertanya, belajar menerima realitas, bahwa aku punya banyak sekali kekurangan. Selama tiga bulan di Medan, aku makin memahami kalau kehidupan di Bandung dan di Jakarta akan jauh lebih sulit daripada sekarang, namun di sisi lain aku percaya kehidupan sebenarnya ada di kota- kota besar itu. Aku harus bisa seperti kakakku, meninggalkan kampung halaman dan bersaing dengan orang- orang kota. 
Awal 2006, aku diterima di Universitas Sumatra Utara untuk program studi S1 Biologi. Tetapi sejak SMA aku gemar belajar bahasa, itu sebabnya memasuki kelas 3 SMA aku memilih jurusan Ilmu Pengetahuan Bahasa yang kemudian dipindahkan ke Ilmu Pengetahuan Alam oleh pihak sekolah dengan alasan peminat IPB sangat sedikit, hanya ada 11 siswa! Kemudian aku mencoba ujian masuk Universitas Negeri Medan, jurusan Pendidikan Bahasa Asing, program studi Bahasa Jerman. Aku memilih UNIMED, berharap bisa memperdalam pengetahuanku berbahasa. 
      Masa kuliahku lebih berkesan jika dibandingkan dengan masa SMA. Selama kuliah, aku menjadi mahasiswi yang selalu terdepan, aku aktif di berbagai kelas, memiliki kemampuan akademis yang baik, disenangi teman dan dosen- dosen. Hari- hariku selalu bahagia, karena aku dikelilingi orang baik dan pintar. Aku sangat menikmati kehidupanku di Medan. Jika harus menyesalkan satu hal, aku tidak lulus tepat waktu,- 4 tahun seperti harapanku. Aku menyandang gelar sarjana pendidikan setelah melewati masa 4.5 tahun perkuliahan. Alasannya? Rasanya aku tidak ingin berbagi di tulisan kali ini, yang pasti, aku yakin tidak pernah melakukan kesalahan selama proses bimbingan skripsi. Aku adalah mahasiswa yang patuh terhadap peraturan universitas dan program studi, temasuk juga ketentuan- ketentuan dari dosen pembimbing skripsi dan akademik. Karenanya, menjadi sarjana telat 1 semester bukan menjadi beban dan kedukaan bagiku. Sejak awal aku paham peran dan value-ku sebagai mahasiswa. 
Tumblr media
“Ke Bandung saja dulu. Sembari istirahat, main, sambil cari kerja dari sini”.  Perutku rasanya penuh dengan kupu- kupu terbang ke sana kemari. Akhirnya aku akan ke Bandung! Sekarang aku harus memikirkan cara menyampaikan niatan ini ke Bapak. Ketika itu 2011, adikku masih duduk di kelas 3 SMA dan yang paling bungsu kelas 3 SMP. Ada rasa khawatir aku tidak akan mendapatkan izin pergi, mengingat kami hidup tanpa mamak sejak pertengahan 2006. Segala pekerjaan rumah adalah tanggungjawabku sejak kakak pergi melanjutkan studi ke Bandung. Kalau aku juga pergi, rumah siapa yang mengurus? Adek- adek gimana? Tetapi Bapak bilang aku tidak perlu khawatir, kan? Egoku bilang, aku sudah menyelesaikan kuliah dan menjadi seorang sarjana seperti yang dikehendaki oleh Bapak, sekarang tidak ada alasan baginya untuk menolak keinginanku bertolak ke Bandung. Aku kan ingin kerja. Meski dalam kepala penuh rasa cemas, aku tidak tahu apa yang akan aku hadapi sebentar lagi. 
      Seperti dapat ditebak, aku sudah di Bandung! Semua hal yang selama ini hanya ada di bayanganku, sekarang nyata di depan mata! Pertama kali memasuki tol Pasteur, dalam hati aku mikir “Sama aja kayaknya sama Medan. Medan justru lebih banyak bangunan tinggi besar. Sebentar aku aku pahami bahwa Medan memang lebih luas dari segi wilayah dibandingkan Bandung, tetapi jumlah populasi Bandung jauh lebih banyak daripada Medan. Begitupun dengan indeks kualitas pendidikan dan pekerjaan, belakangan ku ketahui bahwa Bandung lebih unggul. Itu sebabnya orang- orang kampungku banyak yang memilih Bandung sebagai tempat merantau baru setelah Medan. Sepanjang hari aku tinggal di kamar kost kecil kakakku di daerah Sarijadi. Berjam- jam aku habiskan duduk di depan komputer ditemani suara bising dari CPU di sebelah kanan monitor, sesekali aku mengganti lagu- lagu yang terputar secara acak di Winamp. Tiba- tiba sebuah pesan masuk ke ponselku “Jangan lupa perbaiki CV, sambil- sambil apply”. Aku segera log in  ke JobStreet, dan memasukkan kata kunci “Guru Bahasa Jerman” di kolom pencarian. Setelah membaca keterangan di kolom deskripsi pekerjaan dengan sangat hati- hati, aku mengunggah CV, surat lamaran kerja, dan begitu banyak sertifikat. Sambil menunggu feedback dari beberapa perusahaan yang sudah aku lamar, aku iseng mencari “Admin Assistant” di sebuah iklan lowongan kerja yang sudah dipost sejak sebulan sebelumnya. Sore datang, aku bersiap seperti biasa, karena aku akan diajak jalan- jalan oleh kakakku. Setiap kali keluar dari kamar kost, aku merasa sangat bahagia. Banyak sekali hal baru yang bisa ku nikmati termasuk jajanan pinggir jalan yang sulit aku temukan di kampung halamanku. Berpapasan dan berinteraksi dengan orang- orang di Bandung rasanya sungguh jauh berbeda, lembut dan sangat sopan. Bersyukurnya aku bisa menikmati masa- masa itu.
      Aku ingat betul hari itu sekitar pkl 2 siang, aku sedang bermalasan di atas kasur tipis di kamar ketika tiba- tiba kakakku menelepon “Ada panggilan interview! Untuk lowongan admin assistant itu. Besok berangkat ya ke Jakarta, jam 4 subuh biar ga terlambat. Nanti aku jelaskan detailnya”. Pada saat apply pekerjaan, nomor yang kami lampirkan di CV adalah nomor kakakku, karena khawatir aku tidak paham cara menjawab panggilan interview. Kepalaku berputar, wajahku panas, dan jantungku berdegup kencang. Interview itu apa? Nanti ditanyain apa? Pekerjaan apa itu admin assistant? Hari rasanya berlalu sangat lambat, aku menunggu kakakku pulang kerja, meluapkan semua kecemasanku. Sembari menunggu, aku mengambil beberapa pakaian dari almari, aku susun di ranselku dengan semua dokumen penting yang akan kubawa besok ke Jakarta. Terakhir aku ke Jakarta ketika aku duduk di kelas 3 SD, pas usia 8 tahun. Sudah lupa bagaimana rasanya Jakarta seperti apa. 
      Mengetahui aku akan berangkat sendiri, rasa cemasku makin besar, sambil mandi aku menangis, berusaha mengalahkan rasa takut berlebihan. Kan ini yang aku mau, kerja jauh dari rumah. Kenapa takut? Aku gagal memahami bahwa besok adalah panggilan wawancara, bukan hari pertama bekerja. Rasa takutku mengalahkan akal sehat. Malam itu kami tidak menyusuri jalanan kota Bandung seperti biasa. Kami menghabiskan waktu di dalam kamar sempit itu, berlatih wawancara, mempelajari perusahaan yang aku akan tuju, cara naik travel, cara naik busway, cara bertanya kepada receptionist,cara memperkenalkan diri.
Berhenti di halte Tosari, aku berjalan menuju gedung Sequis, tempat yang aku tuju untuk wawancara pagi itu. Tiba- tiba seorang pria muda menepuk pundakku sambil berkata “Mba, itu ranselnya terbuka”. Sontak aku kaget dan memeriksa ranselku. Ponsel Nokia ku yang sudah tua hilang. Aku bahkan tidak merasa ada yang membuka kantung ranselku. Bodohnya aku, tidak memindahkan ransel ke depan ketika di tengah keramaian. Sambil menahan tangis, aku memasuki gedung tinggi yang berada di kawasan Sudirman itu. Aku dijadwalkan wawancara pkl 8.30 dan aku sudah tiba di lobby kantor jauh lebih awal. Orang pertama yang kutemui adalah perempuan cantik berperawakan sedang, kulit putih bersih, senyum ramah “Mau ketemu siapa Mba?” tanyanya sambil mematikan rokoknya dan meletakkannya di asbak yang terletak di meja receptionist. Setelah aku menjelaskan tujuanku, aku diminta untuk menunggu beberapa saat. Aku bisa merasakan jantungku berdegup sangat kencang. Ditambah rasa sedihku karena baru kehilangan ponsel. Untung aku masih punya ponsel baru satu lagi. Ponsel yang dicuri adalah ponsel tua yang sudah aku ikat dengan karet supaya baterainya tidak lepas. 
      Ternyata perempuan baik yang menyambutku tadi adalah calon managerku! Aku ingat betul duduk di sebuah ruangan kecil, berhadapan dengan dua orang yang tidak berhenti menanyaiku. “Oh, kamu bisa bahasa Jerman dong! Nanti coba ya ngobrol dengan Pak Andre, beliau dulu lama tinggal di Jerman”. Sebentar kemudian, seorang pria tinggi besar dengan rambut sedikit gondrong memasuki ruangan dan langsung menyalamiku. “Orang Batak jago nyanyi ya, coba kamu nyanyi deh”. Tidak terlintas sedikit pun di benakku bahwa pria ini adalah seorang warga negara Malaysia, karena tidak terdengat logat Melayu kental seperti pada umumnya. Wawancara pertamaku sangat berkesan. Semua rasa khawatirku hilang seketika. Ternyata wawancara kerja tidak mengerikan seperti kata orang- orang di media sosial. “Nanti dikabarin lagi ya! Secepatnya kita hubungi kamu lagi”.
      Perjalanan pkl 4 subuh dari Bandung untuk wawancara 30 menit. Di depan pintu kantor aku bernapas lega, akhirnya selesai. Segera aku menghubungi seorang teman. Teman sekelas waktu SMA. Dia sudah lebih dahulu diterima bekerja di Jakarta, berbeda denganku yang menghabiskan berminggu- minggu bersantai di Bandung. Temanku bekerja di Gedung BNI 46 dan mengajakku makan siang di Gedung Indofood, masih satu kawasan dengan gedung tempatku berdiri saat itu. Sambil menunggu waktu makan siang, aku memberi tahu kakakku bahwa aku kehilangan ponsel, dan bahwa aku sudah selesai wawancara. “Ok Gapapa. Nanti jangan kesorean pulang biar ga terlalu malam sampai kost”, jawabnya. 
      Pertemuan singkat dengan teman semasa SMA rasanya menyenangkan. Bangga rasanya bisa duduk berdua di kota Jakarta, sama- sama berangkat dari kampung halaman yang berada jauh di pulau seberang. “Semoga diterima ya, Bridz”, katanya saat memberangkatkanku di pool Day Trans sore itu. Jakarta seru juga. Ramai dan semuanya indah di pandang mata. Kiri dan kanan gedung- gedung tinggi. Aku ingin bekerja di gedung yang tinggi, supaya bisa melihat pemandangan kota Jakarta dari meja kerjaku. Aku ingin pakai baju kerja yang bagus seperti orang- orang, ingin makan siang di foodcourt  juga, seperti tadi siang. Sepanjang jalan kembali menuju Bandung, mataku tidak bisa terpejam barang sesaat. Aku terlalu bahagia, baru pulang dari Jakarta. Berragam rencana ada di kepalaku. Entah aku akan diterima bekerja atau tidak, urusan belakangan. Sesampainya di kost, aku bercerita tanpa henti, dan dengan bangga aku beritahu, aku bisa menjawab semua pertanyaan dalam bahasa Inggris. Tidak ada pertanyaan yang tidak mampu ku jawab, dan aku menyanggupi dipanggil kapan pun. 
      Ketika keesokan harinya belum ada kabar, aku risau. Seperti pagi- pagi sebelumnya, aku duduk di depan layar komputer dan kembali mencari- cari pekerjaan lain. Sepertinya karena aku seorang sarjana pendidikan, kurang cocok dengan perusahaan itu. Menjelang sore kakakku menghubungiku “Lolos Mel! Ditanya kapan bisa join! Bentar ya, aku pulang sekarang ke kost”. 
Tumblr media
Pekerjaan pertamaku setelah lulus kuliah adalah sebagai Junior Executive di Talent Acquisition Department. Ternyata aku tidak akan menjadi seorang guru. Ini berbeda dari yang ada di bayanganku beberapa bulan lalu. Lalu kemampuanku berbahasa Jerman akan aku kemanakan? Apakah bahasa Inggrisku cukup untuk pekerjaan ini? Apa kata teman- teman kampus nanti? Apakah Bapak akan senang? Karena aku senang! Aku senang akan bekerja di Jakarta. Di Jakarta! Gapapa salah jurusan (salju) yang penting aku diterima kerja! 
0 notes
exploreworldwithme · 1 year
Text
Roberto Suarez Gomez reigned from power and wealth and still paved the way for Pablo Escobar
If you're a true crime fanatic, you won't want to miss this podcast! We'll take you on a journey through some of the most chilling cases in history and try to shed light on what really happened.
youtube
1 note · View note
funvin123 · 1 year
Video
youtube
Real Story Behind Funniest Cats And Dogs Videos - Best Funny Animal Vid...
0 notes